penegakan hukum di laut

44
PENEGAKAN KEDAULATAN DAN HUKUM DI LAUT OLEH TNI AL SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA PEMBENTUKAN SEBUAH SISTEM YANG TERPADU DI LAUT BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tidak ada yang menyangkal bahwa Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dimana luas laut lebih besar daripada wilayah daratan dan letaknya diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Wilayah Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan yang utuh. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki konfigurasi sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya merupakan laut dan berfungsi untuk mewujudkan integrasi bangsa dalam satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu, laut merupakan ruang, alat dan kondisi juang bangsa Indonesia dalam mempertahankan integritas kedaulatan negara. b. Berbeda dengan daratan, laut tidak dapat diduduki secara permanen, dipagari atau dikuasai secara mutlak. Laut juga hanya dapat dikendalikan dalam jangka waku yang terbatas. Selain hal tersebut, mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yan bentuk pemerintahannya adalah negara kesatuan, maka bagi bangsa Indonesia, laut merupakan bagian integral wilayah negara yang tidak dibagi-bagi. Laut hanya dibedakan dalam rejim hukum yang mengaturnya dan salah satu fungsi dari laut adalah sebagai media pertahanan keamanan dimana kepulauan dan perairan Indonesia adalah medan untuk menggagalkan ancaman di dan lewat laut yang berasal dari dalam maupun luar negeri. c. Mencermati bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, maka pemerintah memerlukan suatu kebijakan keamanan nasional di laut dalam rangka penegakan dan kedaulatan hukum di laut. Kebijakan keamanan nasional tersebut sangat dipengaruhi oleh filosofi status negara kepulauan dan aspek laut sebagai bagian dari wilayah NKRI.

Upload: kustika

Post on 21-Jan-2016

368 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penegakan Hukum Di Laut

PENEGAKAN KEDAULATAN DAN HUKUM DI LAUT OLEH TNI ALSEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA PEMBENTUKAN SEBUAH SISTEM YANG TERPADU

DI LAUT

BAB IPENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tidak ada yang menyangkal bahwa Indonesia merupakan sebuah negara

kepulauan dimana luas laut lebih besar daripada wilayah daratan dan letaknya

diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diantara dua

samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Wilayah Indonesia

yang meliputi darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan yang utuh. Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki konfigurasi sebagai negara

kepulauan yang dua pertiga wilayahnya merupakan laut dan berfungsi untuk

mewujudkan integrasi bangsa dalam satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi,

sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu, laut merupakan

ruang, alat dan kondisi juang bangsa Indonesia dalam mempertahankan integritas

kedaulatan negara.

b. Berbeda dengan daratan, laut tidak dapat diduduki secara permanen,

dipagari atau dikuasai secara mutlak. Laut juga hanya dapat dikendalikan dalam

jangka waku yang terbatas. Selain hal tersebut, mengingat bahwa Indonesia

adalah negara kepulauan yan bentuk pemerintahannya adalah negara kesatuan,

maka bagi bangsa Indonesia, laut merupakan bagian integral wilayah negara yang

tidak dibagi-bagi. Laut hanya dibedakan dalam rejim hukum yang mengaturnya

dan salah satu fungsi dari laut adalah sebagai media pertahanan keamanan

dimana kepulauan dan perairan Indonesia adalah medan untuk menggagalkan

ancaman di dan lewat laut yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

c. Mencermati bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, maka pemerintah

memerlukan suatu kebijakan keamanan nasional di laut dalam rangka penegakan

dan kedaulatan hukum di laut. Kebijakan keamanan nasional tersebut sangat

dipengaruhi oleh filosofi status negara kepulauan dan aspek laut sebagai bagian

dari wilayah NKRI.

Page 2: Penegakan Hukum Di Laut

2

d. Status negara kepulauan diperoleh sejak adanya Deklarasi Djuanda tanggal

13 Desember 1957 yang diberi landasan bentuk hukum dengan Undang-Undang

Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, yang kemudian diganti

dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996. Demikian juga dengan

diratifikasinya UNCLOS 1982, semakin membuktikan bahwa status NKRI telah

diterima dan diakui dunia Internasional dengan segala konsekuensinya.

e. TNI Angkatan Laut sebagai komponen utama pertahanan negara di laut

bertugas untuk menjaga integritas wilayah NKRI dan mempertahankan stabilitas

keamanan di laut serta melindungi sumber daya alam di laut dari berbagai bentuk

gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di wilayah perairan yurisdiksi

nasional Indonesia. Tugas-tugas tersebut menjadi amanat negara kepada TNI

Angkatan Laut untuk dilaksanakan secara konsisten dengan tetap

mempertimbangkan konsepsi dasar, bahwa perwujudan keamanan di laut pada

hakikatnya memiliki dua dimensi, yaitu penegakan kedaulatan dan penegakan

hukum yang saling berkaitan satu dengan lainnya sesuai dengan ketentuan

hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Pemahaman ini

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI pada Pasal 9 butir b yaitu tugas Angkatan

Laut adalah “menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut

yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum

internasional yang telah diratifikasi”.

f. Kegiatan operasi keamanan laut yang menyangkut penjagaan, pengawasan,

pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum serta keselamatan pelayaran

dan pengamanan terhadap aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah

perairan laut yurisdiksi nasional Indonesia, semakin mengemuka dan menjadi

perhatian nasional akhir-akhir ini sejalan dengan adanya pengaruh lingkungan

strategis di kawasan baik skala nasional, regional maupun global.

g. Kondisi keamanan di laut serta kompetensi hukum batas wilayah negara

tidak semata-mata terkait dengan adanya ancaman yang datang dari luar wilayah

negara semata, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari kewenangan hukum untuk

mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam yang semakin terbatas dan

meningkatnya kebutuhan global akan cadangan sumber energi nasional masing-

masing negara serta kompetensi yuridis suatu organisasi/lembaga pemerintah

Page 3: Penegakan Hukum Di Laut

3

dalam menyelenggarakan kegiatan dan operasi kamla sehingga keamanan laut

akan terus menjadi faktor vital bagi keamanan Indonesia. Dengan demikian maka

adanya suatu badan yang khusus untuk mempertahankan wilayah NKRI dari

aspek keamanan laut menjadi sangat relevan dan menarik untuk dibahas.

h. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan

keamanan laut antara lain adalah undang-undang (UU) Nomor 17 tahun 1985

tentang Ratifikasi UNCLOS 1982, UU Nomor 6 tahun 1996 tentang Perairan

Indonesia khususnya Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 24 ayat (3) dan UU Nomor 34

tahun 2004 tentang TNI, baik secara tersirat maupun tersurat mengatur

kewenangan pengawasan dan pengamanan wilayah maritim kepada beberapa

instansi terkait (stakeholder) yang berkepentingan di laut.

i. Sehubungan fakta tersebut di atas, maka sebagai implementasi amanat

Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 24 ayat (3) UU Nomor 6 Tahun 1996, perlu dibentuk

adanya suatu badan yang diharapkan dapat berhasil dan berdaya guna serta

menetralisir ego sektoral untuk mengurangi terjadinya berbagai pelanggaran

hukum di laut, sehingga laut dapat dimanfatkan seoptimal mungkin bagi

kesejahteraan Indonesia.

2. Permasalahan.Dengan adanya tanggung jawab yang demikian besar yaitu menegakakan hukum

dan menjaga keamanan laut diseluruh perairan yuridiksi nasional, maka dalam

pelaksanaan tugasnya TNI Angkatan Laut dihadapkan pada suatu kendala yaitu bahwa

kekuatan yang dimiliki oleh TNI AL masih sangat terbatas apabila dihadapkan dengan

besaran tanggung jawab dan wilayah perairan yang harus diamankan. Dari uraian

tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasi berbagai permasalahan terkait dengan

pelaksanaan tugas TNI AL sebagai berikut:

a. Bagaimanakah implementasi penegakan kedaulatan dan hukum di laut oleh TNI

AL ?

b. Apa saja kendala-kendala dan upaya-upaya yang telah dan harus dilakukan

untuk mengatasi berbagai kendala tersebut ?

c. Perlukah pembentukan sebuah Badan yang memiliki sistem terpadu secara

nasional dalam pelaksanaan penegakan kedaulatan dan hukum di laut ?

Page 4: Penegakan Hukum Di Laut

4

3. Maksud dan Tujuan.

Maksud dari penulisan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang

bagaimana pelaksanaan penegakan kedaulatan dan hukum di laut oleh TNI AL untuk

menegakkan hukum dan menjaga keamanan di laut yang sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI dikaitkan dengan upaya-upaya

pembentukan sebuah sistem nasional yang terpadu untuk mereduksi atau bahkan

mengeliminasi pelanggaran hukum di laut.

Sedangkan yang menjadi tujuan dari kajian ini adalah sebagai masukan bagi

pemimpin TNI AL atau instansi pemangku kepentingan yang mempunyai kewenangan

melaksanakan penegakan hukum di laut agar dapat berkoordinasi dengan tepat,

sehingga didapatkan hasil dan daya guna dalam melaksanakan operasi keamanan laut

yang dilaksanakan secara terpadu dalam sebuah sistem nasional.

4. Ruang Lingkup.

Penulisan kajian ini dibatasi dengan pembahasan deskripsi tentang tugas TNI

Angkatan Laut sebagai alat negara dalam menegakkan kedaulatan dan hukum untuk

menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sebagai sebuah sub sistem yang

diharapkan dapat menjadi embrio bagi terwujudnya sebuah sistem nasional yang

terpadu.

5. Metodologi.

Pengkajian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif artinya jenis suatu

masalah/isi objek pengkajian disesuaikan dengan kondisi di lapangan, dengan asumsi

mengungkapkan data-data yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian

kegiatan pengkajian akan bermuatan pada data primer melalui beberapa kegiatan

diskusi dengan mengundang beberapa pakar di bidang penegakan kedaulatan dan

hukum di laut.

6. Sistematika.

Sistematika penulisan kajian ini adalah sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.

b. Bab II Landasan.

c. Bab III Peran TNI AL Dalam Mendukung Kepentingan Nasional di Laut

d. Bab IV Kondisi Penegakan Kedaulatan dan Hukum di Laut Saat Ini.

Page 5: Penegakan Hukum Di Laut

5

e. Bab IV Kondisi Penegakan Kedaulatan dan Hukum di Laut yang

Diharapkan.

f. Bab V Penutup.

7. Pengertian-Pengertian.

a. Ketahanan Nasional. Kondisi dinamis bangsa dan negara Indonesia dalam

segenap aspek kehidupan nasional guna menghadapi segala perubahan yang

terus berlangsung. Ketahanan nasional menggariskan konsep integrasi aspek

geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ipoleksosbud dan hankam agar

bangsa dan negara Indonesia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam kondisi keteraturan dan stabilitas yang selalu dihadapkan pada perubahan

lingkungan strategis.

b. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan segenap

kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

negara.

c. Komponen Utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan

untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.

d. Komponen Cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan

untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat

kekuatan dan kemampuan komponen utama.

e. Komponen Pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan

komponen cadangan.

f. Operasi Keamanan Laut adalah upaya dan tindakan terencana yang

diselenggarakan secara khusus dan untuk sasaran atau tujuan tertentu oleh

masing-masing instansi yang berwenang (operasi keamanan laut mandiri)

dan/atau oleh dua atau lebih instansi secara bersama (operasi keamanan laut

bersama) dalam rangka penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan

pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran dan pengamanan terhadap

aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia.

g. Koordinasi Keamanan Laut adalah upaya untuk memadukan kegiatan

operasi keamanan laut yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah sesuai

Page 6: Penegakan Hukum Di Laut

6

dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Kegiatan Keamanan Laut adalah upaya dari tindakan terencana yang

diselenggarakan secara rutin dan fungsional oleh masing-masing instansi sesuai

lingkup tugas pokok dan fungsinya dalam rangka penjagaan, pengawasan,

pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum, serta keselamatan pelayaran

dan pengamanan terhadap aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah

perairan Indonesia.

i. Pengendalian Laut adalah suatu kondisi dimana setiap negara memiliki

kebebasan menggunakan laut untuk kepentingan sendiri pada waktu dan wilayah

laut tertentu dan mencegah lawan untuk menggunakannya. Pengendalian laut

mencakup pengendalian permukaan laut, bawah laut dan udara yang berada

diatasnya. Dengan mempertimbangkan konfigurasi geografi Indonesia,

pengendalian laut dapat dilaksanakan dari tingkat pengendalian laut lokal dengan

mengerahkan kekuatan laut yang kecil hingga pengendalian laut kawasan

strategis di wilayah laut nasional.

Page 7: Penegakan Hukum Di Laut

7

BAB IILANDASAN

1. Landasan Teori.Penegakan hukum merupakan pusat dari seluruh “aktivitas kehidupan” hukum

yang dimulai dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum dan

evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

berbagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda

dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, penegakan

hukum tidak dapat semata-mata dianggap sebagai proses menerapkan hukum

sebagaimana pendapat kaum legalistik. Namun proses penegakan hukum mempunyai

dimensi yang lebih luas daripada pendapat tersebut, karena dalam penegakan hukum

akan melibatkan dimensi perilaku manusia. Dengan pemahaman tersebut maka kita

dapat mengetahui bahwa problem-problem hukum yang akan selalu menonjol adalah

problema “law in action” bukan pada “law in the books”1.

Berdasarkan Teori dari Friedman2, sistem hukum adalah seperangkat operasional

hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Substansi hukum meliputi aturan, norma,

Dan pola perilaku, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Adapun struktur hukum meliputi tatanan dari elemen lembaga hukum

(kerangka organisasi dan tingkatan dari lembaga kepolisian, kejaksaan, kehakiman,

pemasyarakatan dan kepengacaraan. Sementara itu, budaya hukum meliputi nilai-nilai,

norma-norma dan lembaga-lembaga yang menjadi dasar dari sikap perilaku hamba

hukum.

b. Penegakan Kedaulatan di laut.

Kedaulatan dan hak berdaulat di laut suatu negara diatur secara universal

dalam UNCLOS 1982. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut kedalam

1 Prof. Zudan Arif Fakrulloh, SH., MH. http://eprints.ums.ac.id/346/1/2._ZUDAN.pdf tanggal 4 Oktober2011 pukul 10.05

2 Prof. Dr. Tb. Ronny Rahman. Sosiologi hukum. http://sosioliologi.hukum/376/ tanggal 4 Oktober 2011pukul 10.25

Page 8: Penegakan Hukum Di Laut

8

Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985. Pada tiap rejim perairan Indonesia

ditetapkan kedaulatan dan hak berdaulat sebagai berikut3 :

1) Di Laut Wilayah selebar 12 mil laut dari garis pangkal Indonesia

memiliki kedaulatan penuh, artinya negara berhak mengatur segala

ketentuan hukum nasional.

2) Di Zona Tambahan selebar 24 mil laut dari garis pangkal, Indonesia

memiliki hak berdaulat dalam bidang kepabeanan, sanitasi, imigrasi dan

fiskal.

3) Di ZEEI Indonesia selebar 200 mil laut dari garis pangkal, memiliki hak

berdaulat dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut.

c. Peran Universal Angkatan Laut.

Angkatan Laut di seluruh dunia memiliki peran yang berlaku secara

universal, yaitu peran militer, peran polisionil dan peran diplomasi yang lebih

dikenal dengan “Trinitas Peran Angkatan Laut “. Peran-peran tersebut adalah:

1) Peran Militer (Military Role). Peran militer dilaksanakan dalam rangka

menegakkan kedaulatan negara di laut dengan cara pertahanan negara dan

penangkalan, menyiapkan kekuatan untuk persiapan perang, menangkal

setiap ancaman militer melalui laut, melindungi dan menjaga perbatasan laut

dengan negara tetangga, serta menjaga stabilitas keamanan kawasan

maritim.

2) Peran Polisionil (Constabulary Role). Peran polisionil dilaksanakan

dalam rangka menegakkan hukum di laut, melindungi sumber daya

dan kekayaan laut nasional, memelihara ketertiban di laut, serta mendukung

pembangunan bangsa dalam memberikan kontribusi terhadap stabilitas

dan pembangunan nasional. Peran polisionil ini dilaksanakan di seluruh

perairan laut yurisdiksi nasional dalam rangka memelihara ketertiban di laut.

Peran untuk melaksanakan tugas penegakan hukum di laut diselenggarakan

secara mandiri atau gabungan dengan komponen kekuatan laut lainnya.

3 Pokok-Pokok Pikiran Kamla Tahun 2002.

Page 9: Penegakan Hukum Di Laut

9

3) Peran Diplomasi (Diplomacy Role). Peran dukungan diplomasi

merupakan peran yang sangat penting bagi setiap Angkatan Laut di seluruh

dunia. Peran ini dikenal sebagai “unjuk kekuatan Angkatan Laut” yang telah

menjadi peran tradisional Angkatan Laut. Diplomasi merupakan dukungan

terhadap kebijakan luar negeri pemerintah yang dirancang untuk

mempengaruhi kepemimpinan negara lain dalam keadaan damai atau pada

situasi bermusuhan.

2. Landasan Yuridis.

a. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, disebutkan bahwa ”Pertahanan

negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai

negara kepulauan”. Dengan demikian Sistem Pertahanan Negara Indonesia harus

mengarah dan memperhatikan konfigurasi wilayah Indonesia sebagai Negara

Kepulauan.

b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

Apabila dikaji tentang tugas pokok TNI, secara tegas dinyatakan bahwa

dibedakan antara tugas penekan kedaulatan dengan penegakan hukumnya.

Dalam hal penegakan kedaulatan maka hal pertama yang menjadi perhatian

adalah ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang

TNI yang menyebutkan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan

negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

Negara.

c. Selanjutnya, dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2004 tentang TNI, yang dimaksud dengan menegakkan kedaulatan negara

adalah mempertahankan kekuasaan negara untuk pelaksanakan pemerintahan

sendiri yang bebas dari ancaman. Yang dimaksud dengan menjaga keutuhan

wilayah adalah mempertahankan kesatuan wilayah kekuasaan negara dengan

segala isinya, di darat, laut, dan udara yang batas-batasnya ditetapkan dengan

Page 10: Penegakan Hukum Di Laut

10

undang-undang. Yang dimaksud dengan melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah adalah melindungi jiwa, kemerdekaan, dan harta benda setiap

warga negara.

d. Berdasarkan tugas pokok tersebut dijabarkan dalam pelaksanaan tugas-

tugas TNI dengan melaksanakan operasi militer untuk menghadapi perang

maupun operasi militer selain perang yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Tugas operasi militer untuk perang adalah segala bentuk pengerahan

dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan kekuatan militer negara lain

yang melakukan agresi terhadap Indonesia atau dalam konflik bersenjata

dengan suatu negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya

pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang yang berlaku.

2) Tugas selain perang yaitu tugas-tugas untuk:

(a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata;

(b) Mengatasi pemberontakan bersenjata;

(c) Mengatasi aksi terorisme;

(d) Mengamankan wilayah perbatasan;

(e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;

(f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan

politik luar negeri;

(g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;

(h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya

secara dini;

(i) Membantu tugas pemerintahan di daerah;

(j) Membantu Polri dalam kamtibmas yang diatur dalam undang-

undang;

(k) Membantu mengamankan tamu negara tingkat kepala negara dan

perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;

(l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan

pemberian bantuan kemanusiaan;

Page 11: Penegakan Hukum Di Laut

11

(m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search

and rescue);

(n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

e. Ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, antara lain

sebagai berikut:

1) Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain

terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap

bangsa atau dalam bentuk dan cara-cara, antara lain :

a) Invasi berupa penggunaan kekuatan bersenjata;

b) Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya;

c) Blokade pelabuhan, pantai, wilayah udara, atau seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d) Serangan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat,

laut, dan udara;

e) Keberadaan atau tindakan unsusr kekuatan bersenjata asing

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bertentangan

dengan ketentuan atau perjanjian yang telah disepakati;

f) Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan

wilayahnya oleh negara lain untuk melakukan agresi atau invasi

terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia;

g) Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran untuk

melakukan tindakan kekerasan di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

h) Ancaman lain yang ditetapkan oleh Presiden.

2) Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain;

3) Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang

melawan pemerintah yang sah;

Page 12: Penegakan Hukum Di Laut

12

4) Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instalasi penting dan objek

vital nasional;

5) Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan

mendapatkan rahasia militer;

6) Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau

kerjasama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri;

a) Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional

Indonesia, yang dilakukan pihak-pihak tertentu, dapat berupa:

b) Pembajakan atau perompakan;

c) Penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak atau bahan

lain yang dapat membahayakan keselamatan bangsa;

d) Penangkapan ikan secara ilegal atau pencurian kekayaan laut.

7) Konflik komunal yang terjadi antar kelompok.

f. Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2004 tentang TNI dinyatakan bahwa TNI Angkatan Laut bertugas:

1) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi

nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional, hukum internasional

yang telah diratifikasi.

2) Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut (Naval Diplomacy) dalam

rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh

pemerintah.

3) Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan

kekuatan matra laut.

4) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

g. Didalam Penjelasan Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34

Tahun 2004 tentang TNI, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan menegaKkan

hukum dan menjaga keamanan adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan

dengan penegakan hukum di laut sesuai dengan kewenangan TNI AL

(Constabulary Function) yang berlaku secara universal dan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk mengatasi ancaman tindakan,

kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum diwilayah laut yurisdiksi

Page 13: Penegakan Hukum Di Laut

13

nasional. Menegakkan hukum yang dilaksanakan oleh TNI AL di laut, terbatas

dalam lingkup pengejaran, penangkapan, penyelidikan, dan penyidikan perkara

yang selanjutnya diserahkan kepada kejaksaan, TNI AL tidak menyelenggarakan

pengadilan. Sedangkan yang dimaksud dengan diplomasi Angkatan Laut (Naval

Diplomacy) adalah fungsi diplomasi sesuai dengan kebijakan politik luar negeri

yang melekat pada peran Angkatan Laut secara universal sesuai dengan

kebiasaan internasional, serta sudah menjadi sifat dasar dari setiap kapal perang

suatu negara yang berada di negara lain memiliki kekebalan diplomatik dan

kedaulatan.

h. Penegakan kedaulatan di laut, memiliki dua dimensi pemahaman, yaitu

kedaulatan (Sovereignty) dan hak berdaulat (Sovereign Right) di wilayah laut

suatu negara yang telah diatur secara universal dalam UNCLOS ‘82. Indonesia

sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi konvensi tersebut ke dalam

hukum nasionalnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

1985. Dengan demikian, pemahaman tersebut telah diakomodasi dalam

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara maupun

Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Hal ini lebih ditegaskan pada

Pasal 7 dan Pasal 9 butir a dan b Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang

TNI, bahwa TNI Angkatan Laut sebagai komponen kekuatan utama pertahanan

matra laut yang melaksanakan tugas menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Page 14: Penegakan Hukum Di Laut

14

BAB IIIPERAN TNI AL DALAM MENDUKUNGKEPENTINGAN NASIONAL DI LAUT

1. Kepentingan Nasional di Laut Berdasarkan Rezim Hukumnya.

a. Rezim Perairan.

Di Perairan Indonesia (Perairan Pedalaman, Perairan Nusantara, dan Laut

Wilayah).

1) Keutuhan wilayah negara dipertahankan dari segala bentuk ancaman.

2) Memelihara keutuhan wilayah negara dari tindakan-tindakan

pelanggaran hukum :

a) Pengamanan wilayah dari tindakan illegal entry oleh kapal-kapal

asing (kapal /kendaraan permukaan air maupun kapal/ kendaraan

bawah permukaan air ) dan pesawat udara asing.

b) Pengamanan wilayah dari adanya imigran gelap.

c) Pengamanan wilayah terhadap penggunaan hak lintas damai

(right of innocent passage) oleh kapal-kapal asing di perairan nusantara

dan di laut wilayah.

d) Pengamanan wilayah terhadap penggunaan hak lintas alur laut

kepulauan (right of archipelagic sea lane passage).

e) Pengamanan wilayah terhadap penggunaan lintas udara.

f) Pengamanan wilayah terhadap penggunaan hak lintas transit.

g) Pengamanan wilayah terhadap penggunaan hak akses dan

komunikasi dari negara tetangga yang diakui Indonesia.

h) Pengamanan wilayah terhadap kegiatan-kegiatan latihan perang

di sekitar wilayah perairan negara.

3) Melindungi kekayaan alam (sumber daya alam) dan sumber daya

buatan.

Page 15: Penegakan Hukum Di Laut

15

a) Pengamanan sumber-sumber mineral dari tindakan-tindakan

eksplorasi dan eksploitasi tanpa ijin dari pemerintah Republik

Indonesia.

b) Pengamanan sumber-sumber hayati.

c) Pengamanan terhadap kegiatan dari penggunaan hak perikanan

tradisionil oleh warga negara tetangga.

d) Perlindungan terhadap sumber hayati tertentu guna mencegah

kepunahan.

e) Pengamanan sumber daya buatan.

f) Pengamanan industri maritim dan kegiatan yang terkait.

4) Pengamanan pelayaran meliputi :

a) Mencegah dan menindak kegiatan pelayaran yang dilakukan di

luar alur-alur pelayaran yang telah ditentukan.

b) Mencegah dan menindak penggunaan bendera negara yang

bertentangan dengan syarat-syarat bendera bagi kapal-kapal di laut.

c) Mengambil tindakan tertentu terhadap perbuatan-perbuatan yang

dapat membahayakan keselamatan hidup di laut dan keselamatan

pelayaran.

d) Bantuan terhadap kegiatan SAR.

5) Penggunaan kabel-kabel dasar laut, pipa saluran dan sarana

telekomunikasi di laut.

6) Pengamanan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi atau alat-alat

lainnya dalam rangka kegiatan eksplorasi dan ekaploitasi sumber daya

alam/sumber daya buatan di laut.

7) Pencegahan dan penindakan atas pencemaran lingkungan laut dan

tindakan-tindakan yang dapat merusak kelesatarian lingkungan laut.

8) Pencegahan dan penindakan terhadap kegiatan penelitian kelautan

tanpa ijin dari Pemerintah Republik Indonesia.

Page 16: Penegakan Hukum Di Laut

16

9) Pencegahan dan penindakan kegiatan pengumpulan data yang dapat

merugikan aspek pertahanan keamanan.

10) Pencegahan dan penindakan kegiatan pembajakan di laut,

penyelundupan, pengangkutan, dan atau jual beli budak belian dan wanita.

11) Pencegahan dan penindakan terhadap penyakit menular dan obat-obat

terlarang.

12) Pencegahan dan penindakan terhadap perbuatan pidana tertentu

menyangkut bidang pelayaran yang di luar KUHP.

b. Zona Tambahan.

1) Mencegah dan menindak pelanggaran peraturan hukum perpajakan.

2) Mencegah dan menindak pelanggaran hukum yang menyangkut

imigrasi.

3) Mencegah dan menindak pelanggaran hukum tentang Bea dan Cukai.

4) Mencegah dan menindak pelanggaran hukum tentang penyakit menular

(sanitasi).

c. Zona Ekonomi Eksklusif.

1) Melindungi dan mengamankan sumber daya alam hayati dan non

hayati.

2) Melindungi dan mengamankan pulau-pulau buatan, dan alat-alat

lainnya dalam rangka pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

alam maupun sumber daya hayati.

3) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap kegiatan penangkapan ikan

yang tidak dengan ijin penangkapan ikan.

4) Mencegah dan menindak kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan

tanpa ijin yang sah dari pejabat pemerintah Indonesia yang berwenang.

5) Melindungi dan mengamankan kabel-kabel dasar laut, pipa saluran dan

peralatan telekomunikasi.

6) Mencegah dan menindak kegiatan-kegiatan penyelidikan ilmiah

kelautan (marine scientific research) yang dilakukan tanpa izin yang sah dari

pejabat pemerintah Indonesia yang berwenang.

Page 17: Penegakan Hukum Di Laut

17

7) Mencegah dan menindak perbuatan/kegiatan yang dapat merusak

kelestarian lingkungan laut.

8) Melindungi jenis ikan-ikan tertentu dari perbuatan yang dapat

mengakibatkan punahnya jenis ikan yang dilindungi tersebut.

9) Kepentingan-kepentingan lainnya didalam Konvensi Hukum Laut PBB

1982 maupun yang telah ditetapkan perundang-undangan nasional sebagai

pelaksanaan dari hak berdaulat maupun yurisdiksi-yurisdiksi lainnya.

d. Landas Kontinen.

1) Melindungi dan mengamankan segala sumber daya alam yang terdapat

didasar laut dan lapisan tanah dibawahnya yang meliputi barang tambang,

gas dan minyak bumi serta organisme-organisme hidup yang tergolong jenis

sedentair yaitu organisme yang pada masa perkembangannya tidak

bergerak baik diatas maupun dibawah dasar laut atau tidak dapat bergerak

kecuali dengan cara selalu menempel pada dasar laut atau lapisan tanah

dibawahnya, termasuk pula tiram-tiraman, lumut-lumutan, rumput laut, bunga

karang, mutiara dan udang.

2) Melindungi dan mengamankan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi,

kapal-kapal dan alat-alat lainnya yang melaksanakan kegiatan-kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam.

3) Mencegah dan menindak kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber

daya alam yang dilakukan tanpa ijin yang sah dari pejabat pemerintah

Indonesia yang berwenang.

4) Mencegah dan menindak kegiatan penelitian sumber daya alam tanpa

ijin yang sah.

5) Melindungi dan mengamankan berbagai kepentingan lainnya yang

diatur dalam Konvensi Hukum Laut 1982 maupun perundang-undangan

Nasional.

b. Rezim Lintas.

Lintas yang diatur dalam UNCLOS 1982 yaitu: Lintas Damai, Lintas Transit

Dan Lintas Alur Laut Kepulauan. Dalam prakteknya terdapat Lintas Akses Dan

Komunikasi yang merupakan perjanjian antara Indonesia dengan Malaysia

Page 18: Penegakan Hukum Di Laut

18

tentang lintas melalui Laut Natuna yang menghubungkan antara Malaysia Barat

dan Malaysia Timur.

1) Lintas Damai

a) Lintas berarti navigasi melalui laut teritorial untuk keperluan:

1) Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau

singgah di tempat berlabuh di tengah laut (roadstead) atau

fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman, atau

2) Berlalu ke atau dari perairan pedalaman atau singgah di

tempat berlabuh di tengah laut (roadstead) atau fasilitas

pelabuhan tersebut.

b) Lintas harus terus menerus, langsung serta secepat mungkin.

Namun demikian lintas mencakup berhenti dan buang jangkar,

tetapi hanya sepanjang hal tersebut berkaitan dengan navigasi yang

lazim atau perlu dilakukan karena “force majeure” atau mengalami

kesulitan atau guna memberikan pertolongan kepada orang, kapal atau

pesawat udara yang dalam bahaya atau kesulitan.

c) Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi kedamaian,

ketertiban atau keamanan negara pantai. Lintas tersebut harus

dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan peraturan hukum

internasional lainnya.

d) Lintas suatu kapal asing harus dianggap membahayakan

kedamaian, ketertiban atau keamanan Negara pantai, apabila kapal

tersebut di laut teritorial melakukan salah satu kegiatan sebagai berikut

:

1) Setiap ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik Negara

pantai, atau dengan cara lain apapun yang merupakan

pelanggaran asas hukum internasional sebagaimana tercantum

dalam Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa;

Page 19: Penegakan Hukum Di Laut

19

2) Setiap latihan atau praktek dengan senjata macam apapun;

3) Setiap perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan

informasi yang merugikan bagi pertahanan atau keamanan

Negara pantai;

4) Setiap perbuatan propaganda yang bertujuan mempengaruhi

pertahanan atau keamanan negara pantai;

5) Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap pesawat

udara di atas kapal;

6) Peluncuran, pendaratan atau penerimaan setiap peralatan

dan perlengkapan militer;

7) Bongkar atau muat setiap komoditi, mata uang atau orang

secara bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Bea

Cukai, Fiskal, Imigrasi atau saniter negara pantai;

8) Setiap perbuatan pencemaran dengan sengaja dan parah

yang bertentangan dengan ketentuan Konvensi ini;

9) Kegiatan perikanan;

10) Kegiatan riset atau survei;

11) Setiap perbuatan yang bertujuan mengganggu sistem

komunikasi atau fasilitas atau instalasi lainnya Negara pantai;

12) Setiap kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung

dengan lintas.

2) Lintas Transit.

Menurut Pasal 38 ayat (2) UNCLOS 1982 adalah sebagai berikut :

Lintas transit berarti pelaksanaan kebebasan pelayaran dan

penerbangan ini semata-mata tujuan transit yang terus-menerus,

langsung dan secepat mungkin antara satu bagian laut lepas atau Zona

Ekonomi Ekseklusif dan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif

lainnya.

Page 20: Penegakan Hukum Di Laut

20

Namun demikian persyaratan transit secara terus menerus, langsung

dan secepat mungkin tidak menutup kemungkinaan bagi lintas melalui selat

untuk maksud memasuki, meninggalkan atau kembali dari suatu Negara

yang berbatasan dengan selat itu, dengan tunduk pada syarat-syarat masuk

Negara itu.

3) Lintas Alur Laut Kepulauan.

Lintas yang melewati alur-alur yang khusus ditetapkan oleh Indonesia

untuk pelaksanaan hak pelayaran dan penerbangan dengan cara normal

hanya untuk melakukan transit yang terus menerus, langsung dan secepat

mungkin serta tidak terhalang. Segala jenis kapal dan pesawat udara negara

asing, baik negara berpantai maupun negara tidak berpantai, menikmati hak

lintas alur kepulauan melalui perairan kepulauan Indonesia dan laut teritorial,

antara satu bagian dari laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

dengan bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia lainnya.

Pemerintah Indonesia menetapkan 3 (tiga) alur laut kepulauan Indonesia

(ALKI) utara - selatan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002.

PP dimaksud telah dikomuniksikan ke International Maritime Organization

(IMO) sebagai persyaratan dalam Konvensi Hukum Laut 1982.

4. Hak Akses dan Komunikasi.

Hak akses dan komunikasi antara RI dan Malaysia tentang rezim

hukum negara nusantara dan hak-hak Malaysia di laut territorial dan perairan

nusantara serta ruang udara diatas territorial, perairan nusantara dan

wilayah RI yang terletak diantara Malaysia Timur dan Malaysia Barat. Hak

akses dan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh kapal-kapal

pemerintah, yang bukan kapal-kapal Angkatan Laut, menurut Pasal 2 UU

Nomor 1 tahun 1983, sehubungan dengan hak akses dan komunikasi

tersebut, adalah hak pelayaran tanpa terputus, cepat dan tidak terhalang

melalui koridor-koridor tersebut. Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan

perjanjian ini, hak akses dan komunikasi tanpa terputus, cepat dan tidak

terhalang dari kapal-kapal pemerintah yang diatur dalam Perjanjian ini tidak

mencakup kegiatan lainnya apapun yang tidak ada hubungannya secara

langsung dengan hak akses dan komunikasi tersebut.

Page 21: Penegakan Hukum Di Laut

21

2. Peran TNI AL Dalam Mendukung Kepentingan Nasional di Laut.Kepentingan Nasional Indonesia tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Tahun 1945 "Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945".

Rumusan ini mengandung makna bahwa negara menjamin kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Karena itu sangat penting

menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki wilayah

yurisdiksi nasional dari Sabang sampai Marauke.

Secara umum setiap negara bangsa memiliki kepentingan, namun yang terkait

dalam keamanan nasional akan berkisar pada 4:

a. Maintaining national territorial integrity (mempertahankan interigritas wilayah

nasional).

b. Promoting Nation’s political sovereignity (mempromosikan kedaulatan

nasional)

c. Protecting citizen and nation’s interest both at home and abroad (melindungi

warga negara dan kepentingan nasional di dalam dan di luar negeri).

d. Promoting an international environment that stable peaceful and prosperous

(mempromosikan lingkungan internasional yang stabil, damai dan makmur) .

Dalam konteks yang demikian, TNI AL mempunyai ruang yang cukup luas untuk

berperan pada ke-empat butir kepentingan nasional tersebut. Hal demikian tidak lepas

dari karakteristik Angkatan Laut yang selain mempunyai peran militer juga mengemban

peran polisionil dan diplomasi. Sebagai contoh mengenai tugas "melindungi warga

negara dan kepentingan nasional di dalam luar negeri" ketika TNI AL membantu

evakuasi TKI di Malaysia yang mendapat ancaman pengusiran paksa disamping upaya-

upaya diplomasi. Demikian pula ketika TNI AL melakukan operasi penyelamatan

terhadap KM kudus yang dibajak oleh perompak Somalia di luar wilayah perairan

yurisdiksi nasional (abroad).

Beberapa agenda lain seperti UN Interim Force in Lebanon Maritime Task Force

(UNIFIL MTF) di Lebanon merupakan bentuk kegiatan "mempromosikan lingkungan

internasional yang stabil dan damai". Selain itu di dalam negeri tercatat pula lain

operasi pencegatan kehadiran kapal berbendera Portugis Lusiana Expresso yang

4http://www.analisadaily.com/news/read/2011/09/16/13042/peran_tni_al_dalam_mendukung_kepentingan_nasional/ diakses pada tanggal 1 Februari 2012 pukul 09.53 Wib

Page 22: Penegakan Hukum Di Laut

22

ingin memasuki wilayah perairan Indonesia pada tahun 1992, merupakan implementasi

penggunaan kekuatan TNI AL untuk mendukung kepentingan nasional dalam

menegakkan wilayah kedaulatan NKRI.

Adanya kehadiran unsur-unsur kapal perang dan pesawat udara TNI AL di daerah

Ambalat sepanjang tahun, merupakan wujud dari peran diplomatis. Kehadiran unsur

TNI AL di Ambalat adalah sekaligus kegiatan showing the flag alias pameran bendera.

Pesannya jelas,yaitu agar Malaysia jangan macam-macam disana, sebab perairan itu

adalah wilayah Indonesia. Meskipun showing the flag dilaksanakan di perairan

perbatasan dan tidak masuk ke perairan Malaysia, namun dapat dipastikan Malaysia

menangkap pesan politik dari kehadiran gugus tugas TNI AL di perairan itu. Buktinya

jelas, yaitu tingkah laku Angkatan Laut Malaysia menjadi lebih "terkendali", dalam arti

tidak ada lagi bisa leluasa memasuki perairan Indonesia tanpa khawatir ada respon

manuver dari pihak Indonesia. Fungsi polisionil juga dilaksanakan oleh Gugus Tugas

AL di Laut Sulawesi. Apabila unsur di lapangan menjumpai adanya tindakan

pelanggaran hukum, kapal perang Indonesia di sana berhak untuk menindak

pelanggaran hukum tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan Gugus Tugas AL selalu

melaksanakan penindakan terhadap tindakan pelanggaran hukum yang dijumpai.

Berangkat dari kasus operasi di daerah Ambalat, sangat jelas bahwa peran AL

dalam pelaksanaannya tidak bisa dipisah-pisahkan antara peran militer, polisionil

maupun diplomasi itulah alasan mengapa peran AL disebut Trinitas AL.

Menurut hasil simposium tentang Srategi di U.S.Naval War College Oktober 2007,

secara umum pembangunan postur AL diarahkan kepada :

a. Presence (kehadiran AL).

b. Sea Control (pengendalian laut).

c. Deterrent ( penangkalan).

d. Power Projection (Proyeksi kekuatan)

e. Maritime Security (keamanan maritim)

f. Humanitarian Assistance and Disaster Relief (bantuan kemanusiaan dan

penanggulangan bencana alam).

Namun demikian, apapun postur Angkatan Laut yang ingin dibangun, baik yang

diarahkan untuk ofensif maupun defensive, tergantung pada kemampuan dan kebijakan

pemerintah masing-masing. Bagi negara-negara yang memahami peran Angkatan Laut

Page 23: Penegakan Hukum Di Laut

23

sebagai instrumen diplomasi, kekuatan lautnya cenderung dirancang sebagi postur

yang memiliki kemampuan ofensif.

Menurut Eric Grove (The Future of Sea Power, Routledge, 1990), digambarkan

bahwa kekuatan Angkatan Laut dapat dikelompokkan dalam 9 kategori kemampuan:

a. Major Global Force Projection Navy - Complete (memiliki kekuatan

besar,lengkap dan selalu hadir ke seluruh dunia),

b. Major Global Force Projection Navy – Partial (memiliki kekuatan besar yang

mempu diproyeksikan ke seluruh dunia),

c. Medium Global Force Projection Navy (memiliki kekuatan medium dan

mampu diproyeksikan ke seluruh dunia),

d. Medium Regional Force Projection Navy (memiliki kekuatan medium dan

mampu diproyeksikan ke wilayah regional),

e. Adjacent Force Projection Navy (mampu diproyeksikan sampai ke wilayah

perbatasan),

f. Offshore Territorial Defence Navy (mampu beroperasi keluar dari pantai

teritorial,

g. Inshore Territorial Defence Navy (mampu beroperasi di pantai teritorial),

h. Constabulary Navy (peran polisional, penegakan hukum ),

i. Token Navy (nihil).

Dengan kata lain, untuk mewujudkan Protecting Indonesia and Indonesia Interest

At Abroad, TNI AL harus dibangun oleh pemerintah agar mampu melaksanakan

ekspedisionari , karena operasi ekspedisionari merupakan bagian dari proyek kekuatan.

Kalau dicermati secara mendalam, dapatlah dipahami bahwa untuk

mengamankan kepentingan nasional cakupannya sangat luas sekali. Sebab

kepentingan nasional tidak hanya dibatasi oleh geografis kedaulatan, tetapi sewaktu

waktu dapat menjangkau di luar teritorial, di luar perairan yurisdikasi nasional . Seperti

pada pembebasan kapal KM Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia beberapa

waktu yang lalu, TNI AL telah mampu melaksanakan proyeksi kekuatan di luar wilayah

kedaulatan.

Page 24: Penegakan Hukum Di Laut

24

BAB IV

KONDISI PENEGAKAN KEDAULATANDAN HUKUM SAAT INI

1. Kondisi Saat Ini.Saat ini, tata kelola dan mekanisme penegakan kedaulatan serta penegakan

hukum di laut di tangani oleh beberapa ikementerian/lembaga negara. Masing-masing

instansi tersebut mempunyai kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan, untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu di laut dalam

rangka penegakan hukum di laut. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia, masalah penegakan hukum di laut tidak dapat ditangani oleh

satu instansi saja, karena undang-undang memberikan mandat kepada beberapa

instansi pemerintah. Instansi yang berwenang melaksanakan penegakan hukum

(penyidikan) di laut dan pantai serta pelabuhan nasional yaitu:5

a) TNI Angkatan Laut, yang bertugas menjaga keamanan teritorial, kedaulatan

wilayah NKRI di laut dari ancaman negara asing.

b) POLRI (Polisi Perairan), yang melakukan penyidikan terhadap kejahatan di

wilayah perairan Hukum Indonesia.

c) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (P2), yang bertugas mengawasi

pelanggaran lalu lintas barang impor/ekspor (penyelundupan).

d) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Armada PLP/KPLP) bertugas

sebagai penjaga pantai dan penegakan hukum di laut;

e) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), bertugas sebagai pengaman

kekayaan laut dan perikanan.

f) Kementerian ESDM, bertugas mengawasi pekerjaan usaha pertambangan

dan pengawasan hasil pertambangan.

g) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, bertugas mengawasi benda cagar

budaya serta pengamanann terhadap keselamatan wisatawan kelestarian dan

mutu lingkungan.

h) Kementerian Hukum dan HAM, bertugas pengawas, penyelenggara

keimigrasian dan penyidikan tindak pidana keimigrasian.

i) Kejaksaan Agung RI bertugas untuk penyidikan mengenai tindak pidana

yang terjadi di wilayah seluruh Indonesia.

5 http://bakorkamla.go.id tanggal 19 November 2011 pukul 21.55

Page 25: Penegakan Hukum Di Laut

25

j) Kementerian Pertanian, bertugas untuk pengamanan karantina hewan, ikan,

dan tumbuhan.

k) Kementerian Negara Lingkungan hidup bertugas dibidang lingkungan hidup.

l) Kementerian Kehutanan, bertugas pengamanan terhadap illegal logging.

m) Kementerian Kesehatan, bertugas melakukan pengawasan/pemerikasaan

kesehatan di kapal meliputi awak kapal, penumpang, barang, dan muatan.

Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Didik

Heru Purnomo6 mengatakan bahwa pengamanan wilayah perairan merupakan

kewenangan dan tanggung jawab semua komponen negara. Beliau lebih lanjut

mengatakan bahwa selama banyak institusi yang bertanggung jawab mengamankan

laut, masyarakat pengguna wilayah lautan di Indonesia akan sering merasa dirugikan.

Rata-rata masyarakat mengeluh karena waktu, kemudian juga karena pemeriksaan

yang berulang-ulang. Masyarakat maritim di Indonesia sangat ingin agar segera dapat

terbentuk satu institusi, single agency yang multitask.

2. Penegakan kedaulatan di laut

Setelah Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional tahun 1982 (UNCLOS

‘82) diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 1985 dan konvensi tersebut diberlakukan sebagai hukum positif sejak tanggal 16

Nopember 1994, maka status Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state)

telah diakui oleh dunia. Pengakuan dunia tersebut mengesahkan “a defined territory”

negara Indonesia, sehingga Indonesia memiliki legalitas hukum terhadap wilayah

nasionalnya yang meliputi wilayah darat, laut dan udara di atasnya. Demikian pula

Indonesia mempunyai kedaulatan dan kewenangan untuk menjaga dan

mempertahankan integritas wilayah kelautannya, termasuk mengelola dan mengatur

orang dan barang yang ada di dalam wilayah kelautan tersebut, namun hal ini tidak

berarti meniadakan hak negara lain sesuai dengan ketentuan dalam konvensi tersebut.

6 http://tomyishak.wordpress.com/2011/03/17/menanti-penjaga-lautan tanggal 19 Nov 2011 pukul21.11

Page 26: Penegakan Hukum Di Laut

26

Secara legal formal Indonesia terikat dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum

internasional tersebut, termasuk kewajiban Indonesia untuk menjamin keamanan

wilayah kelautan, khususnya pada alur pelayaran SLOCs dan SLOT. Bila kewajiban ini

diabaikan, dalam arti bahwa kapal-kapal niaga negara pengguna terancam

keamanannya bila melintas di perairan Indonesia, maka hal itu dapat menjadi alasan

untuk menghadirkan kekuatan angkatan lautnya. Berkaitan dengan hal ini diperlukan

kesamaan persepsi tentang keamanan laut, khususnya bagi komponen bangsa yang

memiliki tugas, fungsi dan wewenang di laut.

Merujuk pada UNCLOS ‘82, maka dapat ditetapkan kedaulatan dan hak berdaulat

di rezim hukum perairan Indonesia, sebagai berikut :

a. Di Laut Wilayah (Territorial Sea) selebar 12 mil laut dari garis pangkal In-

donesia memiliki kedaulatan penuh, artinya negara berhak mengatur segala ke-

tentuan hukum nasional.

b. Di Zona Tambahan (Contiguous Zone) selebar 24 mil laut dari garis pang-

kal, Indonesia memiliki hak berdaulat dalam bidang kepabeanan, sanitasi, imigrasi

dan fiskal.

c. Di ZEE Indonesia (Indonesian Economic Exclusive Zone) selebar 200 mil

laut dari garis pangkal, memiliki hak berdaulat dalam eksplorasi dan eksploitasi

sumber daya laut.

d. Di Landas Kontinen (Continental Shelf) sampai kedalaman 350 meter,

Indonesia berhak untuk melakukan pemanfaatan sumber daya alam.

3. Penegakan Hukum Di Laut.

Pada prinsipnya, penegakan kedaulatan dan hukum tidaklah dibedakan karena

tujuannya adalah untuk menjaga keamanan laut. Tetapi pembedaan tugas tersebut

tetap dapat diketahui dengan melihat pada penjelasan Pasal 24 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menyatakan bahwa

Ketentuan dalam ayat (1) dan ayat (2) mengatur mengenai penegakan kedaulatan dan

hukum di perairan Indonesia, namun karena mengenai penegakan kedaulatan telah

diatur secara tegas dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1987 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988 (telah diubah dengan

Page 27: Penegakan Hukum Di Laut

27

Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara) maka yang perlu

dikoordinasikan hanya mengenai pelaksanaan penegakan hukum.

Penegakan hukum dilaksanakan oleh instansi terkait antara lain Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Laut, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Departemen

Perhubungan, Departemen Pertanian, Departemen Keuangan dan Departemen

Kehakiman, sesuai dengan wewenang masing-masing instansi tersebut dan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan nasional maupun hukum

internasional.

Kewenangan TNI Angkatan Laut untuk melaksanakan penegakan hukum di laut

ini erat kaitannya dengan legalitas kewenangan Perwira TNI Angkatan Laut untuk

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu di laut yang dari waktu ke waktu

mengalami perkembangan. Kewenangan penyidikan tersebut dicantumkan secara jelas

dalam berbagai pasal peraturan perundang-undangan yang hingga saat ini masih

berlaku sebagai hukum positif dan pelaksanaannya diterima dalam praktek proses

peradilan di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

a. Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie (TZMKO) Staatsblaad 1939

Nomor 442.

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia.

c. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan UNCLOS

1982.

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya.

f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

g. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup.

i. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

j. Peraturan Pemerintah Nonor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitan

Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Page 28: Penegakan Hukum Di Laut

28

4. Kendala dalam Menjaga Keamanan Laut.

Konstelasi geografis wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia yang sangat

luas dan strategis, tidak saja menyediakan peluang-peluang yang bersifat positif bagi

bangsa Indonesia tetapi juga membawa permasalahan yang harus dihadapi dan upaya

apa yang harus dilakukan untuk mengamankan wilayah laut tersebut dari segala

ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.

Kegiatan dan operasi keamanan laut yang menyangkut penjagaan, pengawasan,

pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum di wilayah perairan laut yurisdiksi

Indonesia, semakin menjadi perhatian nasional karena adanya pengaruh lingkungan

strategis di kawasan regional maupun global.

Harus diakui bahwa penegakan hukum di negara Indonesia masih lemah. Hal ini

dapat dilihat dengan banyaknya berbagai kasus hukum yang tidak atau belum

terselesaikan secara tuntas. Kondisi ini menimbulkan ketidakpercayaan rakyat kepada

aparat penegak hukum khususnya aparat keamanan laut.

Yang menjadi kendala dalam upaya menangani berbagai pelanggaran kedaulatan

dan hukum d laut, diantaranya adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana serta

jumlah unsur yang dapat dipergunakan dalam operasi keamanan di laut bila

dihadapkan dengan luas wilayah yang harus diamankan. Bahkan unsur-unsur yang

adapun mayoritas telah cukup tua usia pakainya sehingga menjadi kendala yang cukup

serius bila menghadapi ancaman atau gangguan keamanan yang intensitasnya tinggi.

Tingkat profesionalisme aparatur penegak hukum di laut masih perlu ditingkatkan

bila dihadapkan dengan berbagai modus operandi dan bentuk gangguan keamanan di

laut serta pelanggaran hukum yang semakin meningkat tidak saja kualitas namun

kuantitasnya. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap kinerja dalam menangani perkara

yang terjadi di lapangan.

Kondisi kesejahteraan sumber daya manusia atau pengawak organisasi serta

aparat keamanan di lapangan yang belum memenuhi standar hidup yang cukup

menjamin ketenangan dalam melaksanakan tugas, atau dengan kata lain relatif masih

kurang memuaskan walaupun dengan adanya tunjangan kinerja yang diterima setiap

triwulan. Kondisi demikian mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai moral dan kejuangan

oknum aparat di lapangan. Hal ini terbukti dengan masih adanya keterlibatan oknum

aparatur penegak hukum yang menyalahgunakan kewenangannya.

Page 29: Penegakan Hukum Di Laut

29

Hal lain yang tidak kalah penting yang merupakan kendala yaitu belum

disusunnya berbagai perangkat aturan pelaksanaan atau prosedur operasi keamanan

di laut secara terpadu antar instansi yang berkaitan dengan kegiatan penegakan hukum

di laut, serta masih tumpang tindihnya aturan hukum yang memberikan kewenangan

yang sama kepada masing-masing instansi yang berbeda. Hal ini dapat memunculkan

dan mengedepankan kepentingan sektoral mengalahkan kepentingan yang lebih luas.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka secara umum dapat disampaikan

bahwa kendala-kendala dalam penegakkan hukum di laut yang terjadi selama ini

meliputi kendala instrumentalia/substansi peraturan perundang-undangan; hambatan

sarana dan prasarana; hambatan karena profesionalisme: dan hambatan koordinasi

antar instansi yang terkait:

Pertama, hambatan instrumentalia atau substansi peraturan perundang-undangan

merupakan salah satu hambatan yang banyak menimbulkan permasalahan di

lapangan, karena aturan yang ada sering tidak sinkron satu dengan yang lain bahkan

tidak jelas, terutama peraturan-peraturan yang diterapkan kemudian.

Kedua, hambatan dalam bidang sarana dan prasarana baik kuantitas maupun

kualitas sampai saat ini merupakan problema utama dalam usaha untuk melakukan

pengamanan dan penegakan hukum di laut. Apabila dibandingkan dengan luasnya

wilayah perairan RI yang menjadi wilayah sasaran tugas pengamanan dan penegakan

hukum di laut, maka hal tersebut tidak seimbang antara luas wilayah yang menjadi

sasaran tugas yang dihadapkan dengan sarana dan prasarana yang ada. Sedangkan

peralatan yang dimiliki para pelaku kejahatan seperti kapal penangkapan liar milik orang

asing demikian majunya sehingga sulit bagi kapal milik Polri untuk melakukan

pengejaran. Oleh karenanya faktor ini sebagai salah satu kendala belum optimalnya

pelaksanaan tugas Polri di laut.

Ketiga, professionalisme perlu ditingkatkan, karena profesionalisme yang baik

merupakan kunci sukses suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Masalah

profesionalisme tidak semata-mata karena kelemahan anggota tetapi merupakan

perilaku dari suatu organisasi dalam membentuk dan mewujudkan sumber daya

manusia yang berbobot, berdeteksi untuk melakukan tugas dan akuntabel. Dengan

demikian, diperlukan ditingkatkan latihan-latihan penyidikan baik dilakukan secara

terpadu dengan PPNS maupun dengan penyidik perwira TNI AL, peningkatan

pendidikan formil, peningkatan pendidikan kejuruan khususnya yang berkaitan dengan

keamanan matra laut.

Page 30: Penegakan Hukum Di Laut

30

Keempat, pelaksanaan koordinasi perlu ditingkatkan antara instansi yang terkait

dengan pelaksanaan tugas keamanan dan penegakan hukum dilaut, sehingga kondisi

pengamanan dan penegakan hukum di laut yang selama ini terasa agak kurang

koordinasi bisa diatasi. Dalam Pasal 73 ayat (2) dan (3) UU No 31 tahun 2004 tentang

Perikanan dicantumkan perlunya prinsip koordinasi dilakukan antara PPNS Perikanan,

penyidik perwira TNI AL dengan penyidik Polri, yang berada dalam suatu forum yang

diketuai oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Dengan demikian tinggal aplikasi dari

substansi undang-undang inilah yang perlu diperhatikan ke depan.

5. Permasalahan Penegakan Hukum di Laut.Didalam penyelenggaraan penegakan hukum di laut masih terdapat beberapa

permasalahan, antara lain:

a. Belum adanya kesamaan persepsi tentang penegakan keamanan di laut

yang diimplementasikan dalam bentuk penegakan kedaulatan dan penegakan

hukum di laut.

b. Tidak adanya keseimbangan antara frekuensi gangguan keamanan dengan

kemampuan untuk mengamankan laut.

c. Tidak adanya kesatuan komando, sehingga kegiatan operasional di laut sulit

dipadukan.

d. Kurang tegasnya peraturan perundangan yang ada, karena masih terdapat

beberapa peraturan dan perundangan yang tumpang tindih sehingga

mengakibatkan penafsiran hukum yang berbeda.

e. Sarana dan prasarana serta sumber daya yang dimiliki aparat penegak

hukum di laut terbatas.

f. Sistem perijinan yang pengaturannya tidak satu atap sehingga dapat

mengakibatkan penyalahgunaan wewenang oleh aparat maupun para pengguna

perijinan.

Sebagai penekanan pada permasalahan di atas, dengan adanya berbagai

kewenangan oleh banyaknya instansi yang berkaitan dengan Pelaksanaan Penegakan

Hukum di wilayah laut, stake holder atau pihak-pihak yang terkait langsung dalam

memanfaatkan sarana laut dalam kegiatan transportasinya harus mengalami tekanan

pelaksanaan penegakan hukum keselamatan dan keamanan di laut yang serba

membingungkan tidak ada kejelasan yang pasti, karena semua pihak berhak

Page 31: Penegakan Hukum Di Laut

31

melakukan tugas penegakan hukum di laut, sehingga para stake holder yang

merasakan dampak negatif atas usaha yang diembannya di bidang transportasi laut.

Hal tersebut menimbulkan permasalahan karena tumpang tindihnya kewenangan antar

instansi penegak hukum di laut, yaitu:7

a. Masalah kejelasan yang mengatur kewenangan penegakan hukum di laut

dan pantai oleh instansi/pejabat pemerintah yang bertanggung jawab dibidang

administrasi pemerintahan Negara termasuk ketertiban dan keamanan

keselamatan maritim (penegakan hukum) di pelabuhan/ Bandar, di laut dan di

kapal.

b. Pengawas perikanan dilakukan oleh PPNS Pengawas Perikanan, TNI AL

dan POLRI (Pasal 69 ayat 2 , UU 31/2004).

c. Pengawasan dan atau pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan

kawasan pesisir (laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh

12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan

pulau, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna) dilakukan melalui patroli di

kawasan pesisir oleh POLRI, PPNS dan Pemda.

d. Penyidik konservasi SDA hayati dan ekosistem dilakukan oleh POLRI dan

PPNS Dephut, KLH, dan DKP, dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk

wilayah perairan Indonesia.

e. Wilayah hukum pertambangan Indonesia adalah seluruh kepulauan

Indonesia, tanah di bawah perairan Indonesia dan paparan benua kepulauan

Indonesia. Eksplorasi dan eksploitasi kekayaan laut diawasi oleh TNI AL, POLRI,

ESDM, DKP, KLH, Pemda.

f. Wewenang sebagai penyidik dalam kegiatan minyak dan gas bumi dilakukan

oleh POLRI dan PPNS. Wilayah hukum pertambangan Indonesia adalah seluruh

wilayah daratan, perairan, dan Landas Kontinen Indonesia.

g. ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah

Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku

tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya dan air

diatasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal mil laut

7 http://bakorkamla.go.id tanggal 19 November 2011 pukul 21.55

Page 32: Penegakan Hukum Di Laut

32

diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Pengawasan ZEE saat ini

dilakukan oleh TNI AL.

h. Kepolisian Negara RI dalam melaksanakan peran dan fungsi kepolisan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 5 meliputi seluruh wilayah negara RI.

Artinya pelaksanaan tugas-tugas kepolisian meliputi wilayah laut dan pantai,

termasuk ZEE Indonesia, sesuai dengan UU No.02/2002 tentang Kepolisian

Negara.

i. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah

darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di ZEE

dan landas kontinen yang didalamnya berlaku UU ini (Pasal 1 butir 2 UU No.17

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan), yaitu:

1) Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di

pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu

lintas barang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai (Pasal 1 ayat 3 UU No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan

Atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

2) Pejabat Bea Cukai melakukan patroli untuk pengawasan sarana

pengangkut barang (Pasal 75 ayat 1 UU No.17 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan).

3) Pejabat Bea Cukai dapat meminta bantuan angkatan bersenjata

dan/atau instansi lainnya (Pasal 76 ayat 1 UU No.17 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan).

j. Pengawasan hutan, seperti kasus illegal loging dilakukan oleh POLRI dan

PPNS Dephut, Bea Cukai.

k. Wewenang dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang asing

dilakukan oleh Menteri, sepanjang menyangkut urusan keimigrasian; Jaksa

agung, sepenjang menyangkut pelaksanaan ketentuan Pasal 32 huruf g UU No.5

tahun 1991 tentang Kejaksaan RI; Panglima ABRI, sepanjang menyangkut

Page 33: Penegakan Hukum Di Laut

33

pemeliharaan dan penegakan keamanan Negara RI (Pasal 15 ayat1UU

No.09/1992 tentang Imigrasi).

l. Tempat pemasukan dan tempat pengeluaran adalah pelabuhan laut,

pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos

perbatasan dengan negara lain dan tempat lain yang dianggap perlu, yang

ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan/atau mengeluarkan media

pembawa hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan atau organisme

pengganggu tumbuhan. Penyidikan terhadap karantina dilakukan oleh PPNS

Badan Karantina (Departemen Pertanian) dan POLRI (UU No. 16/1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan & Tumbuhan Pasal 30, Pasal 1 butir 12).

m. Daerah juga melakukan pengawasan terhadap eksplorasi dan eksploitasi

kekayaan alam di laut. Dalam hal eskplorasi dan eskploitasi kekayaan alam di laut

diawasi oleh TNI AL, POLRI, ESDM, DKP, KLH.

n. Pengawasan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem dilakukan

oleh POLRI, DKP, Dephut dan Pemda.

6. Kerawananan di Laut.

Berdasarkan perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional,

serta permasalahan di bidang maritim maka kemungkinan kerawanan di laut yang perlu

mendapat perhatian sebagai berikut :

a. Keterlibatan pihak asing dalam konflik yang terjadi di beberapa daerah

Indonesia dengan menggunakan media laut.

b. Gerakan Separatis Bersenjata (GSB) telah menggeser daerah operasinya ke

laut, dengan melakukan aksi pemerasan, penyelundupan senjata dan narkotika.

c. Masalah perompakan, pembajakan, penangkapan ikan ilegal, penyelundupan

BBM dan kayu, imigran gelap, pelanggaran wilayah, penambangan pasir laut dan

penyelundupan pasir timah.

d. Sengketa perbatasan laut dengan beberapa negara tetangga yang dihadapi

oleh bangsa Indonesia saat ini bila ditinjau dari pendekatan geopolitik dan

geostrategi dalam konteks regional terdapat di kawasan Samudara Pasifik,

Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Hal tersebut mengindikasikan adanya

beberapa perbedaan penafsiran tentang batas ZEEI, Landas Kontinen, Laut

Teritorial, cagar alam, dan klaim wilayah.

Page 34: Penegakan Hukum Di Laut

34

BAB V

KONDISI PENEGAKAN KEDAULATANDAN HUKUM YANG DIHARAPKAN

1. Kondisi Yang Diharapkan.

Ide pembentukan suatu badan baru yang menangani keamanan di laut

merupakan suatu solusi walaupun masih memerlukan kajian yang lebih mendalam,

tetapi paling tidak di sini dapat dikemukakan tentang istilah atau nama dari badan

tersebut, kedudukan, hukum dan sistem prosedur operasional.

Penggunaan nama badan “penjaga laut dan pantai” saat ini sudah ada dan

dikenal di Indonesia dengan nama Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP). Nama

badan ini digunakan oleh institusi di bawah Kementerian Perhubungan Laut,

Kementerian Perhubungan dan dalam praktek, kewenangannya hanya meliputi

pelabuhan. Oleh karena itu, perlu adanya nama badan yang dapat menggambarkan

keluasan kewenangan antara lain meliputi pantai, pelabuhan, perairan pelabuhan dan

laut teritorial Indonesia. Nama badan tersebut juga hendaknya mudah diingat dan

dimengerti tentang kewenangan yang dimiliki serta secara internasional dapat mudah

dikenal sebagai aparat penegak hukum di wilayah perairan Indonesia.

Mengenai masalah kedudukan dari lembaga atau badan baru ini, terkait dengan

banyaknya institusi yang terkait dengan keamanan laut di Indonesia. Masing-masing

institusi itu diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan, sehingga masing-

masing institusi tersebut mempunyai kewenangan yang kuat. Akan tetapi dalam

pelaksanaannya di lapangan, seringkali terjadi tumpang tindih kewenangan sehingga

muncul beberapa insiden antar instansi di wilayah perairan Indonesia.

Untuk mengurangi insiden tersebut, sebenarnya telah dibentuk Badan Koordinasi

Keamanan Laut (Bakorkamla). Akan tetapi mekanisme koordinasi yang ada

diperkirakan belum mampu mengoptimalkan peran dan tugas institusi yang menangani

masalah penegakan kedaulatan dan hukum untuk menciptakan keamanan di laut.

Pembentukan suatu badan baru ini haruslah suatu badan yang mandiri dan tidak

bersifat koordinatif yang dapat menimbulkan permasalahan seperti yang terjadi saat ini.

Tetapi kedudukan dari badan ini dapat menghilangkan atau mengurangi kewenangan

yang telah dimiliki oleh institusi yang ada selama ini, akan menimbulkan penolakan

Page 35: Penegakan Hukum Di Laut

35

yang cukup kuat dari institusi dimaksud. Hal ini karena masih tingginya ego sektoral dari

masing-masing institusi.

Terkait dengan kedudukan badan baru tersebut, ada beberapa kemungkinan

antara lain sebagai berikut:

a. Badan yang berdiri sendiri di bawah Presiden.

b. Badan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan.

c. Badan yang berada di bawah Kementerian Perhubungan.

d. Kemungkinan lain adalah bahwa Badan ini merupakan komponen cadangan

(pengganda) dari TNI Angkatan Laut. Apabila dalam masa damai, maka badan ini

adalah badan yang mempunyai komando sendiri, tetapi apabila dalam keadaan

perang atau keadaan darurat akan menjadi bagian dari kekuatan TNI Angkatan

Laut.

Apabila hal ini dapat terwujud, maka akan sangat membantu kekuatan TNI Angkatan

Laut, dimana sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan keamanan laut yang

ada pada saat ini yaitu:

a. Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) merupakan komponen Sistem

Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam menjamin keamanan di laut berperan

untuk mengadakan pengawasan dan deteksi sasaran, pengenalan dan penilaian

sasaran, penindakan dan penyidikan terhadap hal-hal yang mencurigakan

maupun terhadap kejadian pelanggaran di laut dengan ketentuan-ketentuan seuai

prosedur hukum yang berlaku.

b. Kapal TNI Angkatan Laut (KAL) merupakan komplemen KRI, didalam

melaksanakan tugas Kamla. Dalam rangka melaksanakan tugas Kamla, jumlah

kekuatan TNI AL khususnya KRI terbatas, maka dipandang perlu mengatur lebih

lanjut pembinaan dan pengoperasian KAL dalam tugas operasi Kamla.

c. Pesawat udara (Pesud) TNI AL merupakan kepanjangan tangan dari unsur-

unsur operasional di laut yang berperan dalam pengawasan dan pendeteksian

serta pengenalan dan penilaian sasaran yang mencurigakan untuk disampaikan

kepada unsur TNI AL di wilayah perairan atau unsur lainnya di darat.

d. Pangkalan TNI AL merupakan komponen SSAT yang berfungsi untuk

memproyeksikan kekuatan TNI AL ke daerah operasi serta memberikan dukungan

administrasi dan logistik secara berlanjut agar terjamin keamanan dan

Page 36: Penegakan Hukum Di Laut

36

kelangsungan operasi unsur-unsur operasional TNI AL. Selain itu, pangkalan TNI

AL berperan pula sebagai fasilitator proses yustisial pelanggaran hukum di laut.

e. Kapal-kapal dari instansi non TNI AL yang memiliki kapasitas dan wewe-

nang di dalam penyelenggaraan operasi keamanan di laut sebagaimana yang

diamanatkan oleh undang-undang antara lain Polri, Bea Cukai, Perhubungan Laut

serta Departemen Kelautan dan Perikanan.

2. Peluang yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

a. Berdasarkan beberapa gambaran tersebut di atas, maka tantangan tugas

TNI Angkatan Laut ke depan semakin kompleks. Tetapi bukan berarti bahwa tidak

adanya peluang dan solusi untuk mengatasi kendala yang ada. Eksistensi dan

keterlibatan TNI Angkatan Laut dalam upaya mempertahankan NKRI dari segala

gangguan dan ancaman terhadap keutuhan dan keselamatan bangsa telah

banyak berperan dan diakui keberadaannya. Demikian pula keikutsertaan TNI

Angkatan Laut di forum regional maupun global masih dapat perhatian dan

kepercayaan dari masyarakat luas. Hal tersebut merupakan peluang yang baik

bagi TNI Angkatan Laut untuk terus melaksanakan tugas secara profesional.

b. Kemampuan TNI Angkatan Laut untuk melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan, dalam keadaan apapun tetap diupayakan untuk siap melaksanakan

perannya dalam mewujudkan keamanan laut. Walaupun pada kenyataannya

kondisi kemampuan dan kesiapan unsur-unsur kekuatan saat ini belum memadai

sesuai kebutuhan organisasi.

c. Di sisi lain komitmen dan loyalitas TNI Angkatan Laut terhadap keutuhan

NKRI tetap menjadi landasan utama dalam mengaktualisasikan perannya. Oleh

karena itu, TNI Angkatan Laut tetap berusaha keras untuk mengamankan laut dari

segala ancaman dan gangguan keamanan di laut yang didasarkan kepada

peraturan yang berlaku dan dilaksanakan secara profesional dan proporsional.

d. TNI Angkatan Laut hingga saat ini masih tetap solid dan masih memiliki

komitmen untuk tetap berperan dalam menjaga, mengawasi dan mengamankan

kegiatan di wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia dalam rangka

mengamankan kepentingan nasional Indonesia. Dasar hukum yang menjadi

pedoman dalam pelaksanaan tugas TNI Angkatan Laut baik peraturan nasional

maupun internasional cukup memadai. Disamping itu dukungan pemerintah dan

pengakuan masyarakat terhadap eksistensi TNI Angkatan Laut sebagai salah

Page 37: Penegakan Hukum Di Laut

37

satu komponen strategis bangsa Indonesia semakin membaik. Kondisi ini selain

sebagai peluang sekaligus sebagai tantangan untuk bekerja lebih optimal dalam

upaya mewujudkan kondisi keamanan laut yang diharapkan.

e. Mulai terbangunnya kesadaran bersama aparatur penegak keamanan dan

hukum di laut untuk lebih meningkatkan kerja sama dan koordinasi serta

mempersempit ego sektoral masing-masing instansi dalam melaksanakan

kegiatan keamanan laut secara terpadu, memberikan harapan yang baik dalam

rangka menjaga dan mengamankan wilayah perairan yurisdiksi nasional

Indonesia. Gambaran di atas diperkuat dengan komitmen pemerintah untuk

membuat dan melaksanakan peraturan yang berlaku semaksimal mungkin di

bidang keamanan laut dengan dukungan anggaran yang dibebankan kepada

APBN sehingga tercermin adanya keseriusan untuk mengamankan wilayah

perairan dari segala pelanggaran hukum.

f. Dengan berlakunya UNCLOS 1982 merupakan pengakuan dunia

internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan, yang memiliki hak

kewenangan dan kewajiban untuk memanfaatkan segala sumber daya alam yang

terkandung di dalamnya serta mengamankan dan melakukan penegakan hukum

terhadap setiap kegiatan yang melanggar baik hukum nasional maupun hukum

internasional.

g. Adanya peluang untuk membentuk suatu badan penjaga laut dan pantai atau

Coast Guard, seperti yang diamanatkan oleh Pasal 276 Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Walaupun badan ini masih dalam arti hanya

untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan keamanan di laut maka

dilaksanakan fungsi penjagaan dan penegakan peraturan perundang-undangan di

laut dan pantai.

h. Melihat fenomena demikian, sangatlah beralasan apabila penyelenggaraan

kegiatan dan operasi keamanan laut dalam rangka penegakan kedaulatan dan

hukum di laut perlu penataan dan pembentukan suatu badan baru sehingga

tercipta suatu penyegaran yang dapat menciptakan kembali pelaksanaan

keamanan laut yang sinergis, efektif dan efisien antar instansi terkait yang lebih

demokratis sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

i. Permasalahan mendasar dalam pembentukan Penjaga Laut dan Pantai

(Coast Guard) atau apapun nama badan baru tersebut adalah masalah tentang

pelaksanaan atau operasionalisasi badan baru ini. Untuk membentuk suatu badan

Page 38: Penegakan Hukum Di Laut

38

baru pastilah akan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama. Jika

dihadapkan pada kondisi perekonomian negara saat ini, kemungkinan terbaik

adalah dengan memanfaatkan sarana yang sudah ada, kemudian

mengoptimalkan sarana tersebut untuk digunakan oleh badan baru tersebut.

Sarana yang dimaksudkan adalah unsur-unsur dari TNI Angkatan Laut yang

diperbaharui sehingga selain dapat membangun TNI Angkatan Laut yang lebih

besar dan kuat, sekaligus terciptanya suatu badan yang independen untuk

mengamankan laut.

Dari segi hukum, institusi yang mempunyai kewenangan di laut sangat banyak,

antara lain: Polri, Kementerian Keuangan (Bea Cukai), Kementerian Perhubungan

(Hubla), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Hukum dan HAM

(Imigrasi), Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Kementerian

Pendidikan Nasional, TNI Angkatan Laut. Masing-masing instansi tersebut mempunyai

kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, untuk melakukan

penyidikan terhadap tindak pidana tertentu di laut dalam rangka penegakan hukum di

laut.

Oleh sebab itu, jika pembentukan suatu badan yang baru akan menghilangkan

ataupun meminimalkan peran instansi yang telah ada, maka akan terjadi benturan

peraturan perundang-undangan. Permasalahan yang akan muncul adalah apakah

kewenangan instansi-instansi yang telah diatur dalam undang-undang dapat

dihapuskan dengan satu undang-undang baru karena memberikan kewenangannya

pada instandi atau badan baru yang akan dibentuk tersebut. Permasalahan lain adalah

apabila dianggap perlu untuk memperbanyak undang-undang untuk merevisi

kewenangan dari setiap instansi yang telah ada. Maka perlu adanya kepentingan

hukum yang jelas untuk menetukan pelimpahan kewenangan dimaksud.

Pembentukan badan baru haruslah diakomodasikan dalam suatu bentuk undang-

undang. Di dalam undang-undang ini nantinya harus diatur tentang hak dan

kewajibannya serta sistem prosedur yang diperlukan. Badan baru ini hendaknya identik

dengan sistem prosedur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut, karena sistem dan

prosedur TNI Angkatan Laut sudah teruji dan lingkungan kerjanya sudah jelas berada di

laut. Selain itu sistem prosedur harus dapat mengakomodasikan peran dan fungsi serta

tugas yang dimaksud harus diatur dalam undang-undang termasuk penggabungan

sarana, prasarana dan anggaran.

Page 39: Penegakan Hukum Di Laut

39

Berdasarkan peraturan perundangan yang ada, minimal badan baru yang akan

dibentuk ini harus mempunyai kewenangan di bidang, antara lain:

a. Penegakan hukum di laut.

b. Kepabeanan.

c. Keselamatan dan Keamanan Pelayaran.

d. Perlindungan Sumber Daya Alam.

e. Search and Rescue.

f. Membantu TNI Angkatan Laut dalam keadaan darurat atau perang seperti

pertahanan pantai, keamanan pelabuhan, patroli pantai dan lain-lain.

Bahwa badan baru ini merupakan suatu tuntutan dari perkembangan kondisi yang

ada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tuntutan itu berupa adanya kesatuan

komando dalam satu institusi yang bertanggung jawab terhadap keamanan laut yang

meliputi keselamatan, keamanan dan penegakan hukum di laut.

Keinginan masyarakat internasional untuk mendorong terbentuknya suatu badan

yang berdiri sendiri di Indonesia ini adalah terkait dengan kepentingan mereka terhadap

keamanan di wilayah perairan Indonesia sangat tinggi. Di samping itu banyak negara-

negara yang telah membentuk badan keamanan laut yang merupakan bagian dari

Armed Forces masing-masing negara, misalnya Coast Guard di USA dan Australia

serta Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) di Malaysia.

3. Upaya-upaya.

Secara faktual, saat ini Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang cukup

kompleks dalam mengelola keamanan di laut baik dalam hal software (perangkat

perundang-undangan) maupun kendala hardware (infrastruktur dan kekuatan). Untuk

menjembatani kesenjangan transisi dalam hal legislasi dan implementasi, tersebut

diatas perlu dipikirkan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Pembentukan suatu Organisasi Keamanan di Laut yang yang diharapkan

1) Mampu menciptakan stabilitas keamanan di laut sekaligus sebagai

upaya mewujudkan dampak penangkalan sesuai strategi pertahanan negara

di laut.

Page 40: Penegakan Hukum Di Laut

40

2) Mampu mensinergikan kekuatan yang dimiliki oleh aparat penegak

hukum di laut secara operasional dalam rangka menciptakan daya tangkal

yang tinggi terhadap pelanggaran hukum di laut.

3) Tidak mengurangi kewenangan hukum instansi lain berdasarkan

mandat yang diberikan sesuai UU yang berlaku.

4) Mampu memberikan dukungan anggaran bagi operasional unsur-unsur.

Setiap instansi dalam wadah Organisasi Keamanan di Laut memiliki

kedudukan yang sama, porsi tugas disesuaikan berdasarkan kontribusi atau

komitmen yang diberikan kepada pelaksanaan tugas penegakan hukum di laut.

Pengawakan Organisasi Keamanan di Laut harus mewakili semua instansi yang

ada secara proporsional sesuai dengan spektrum kemampuan atau kekuatan

yang diberikan kepada organisasi. Organisasi Keamanan di Laut tersebut dapat

berupa organisasi yang permanen/ tetap atau dapat berupa organisasi yang

bersifat temporer didalam penyelenggaraan Operasi Kamla terpadu yang

melibatkan berbagai instansi terkait.

b. Pengaruh badan baru terhadap Kewenangan yang ada.Pembentukan badan baru ini hendaknya tidak akan mengubah kewenangan

yang dimiliki oleh masing-masing instansi yang semula mempunyai kewenangan

di laut. Akan tetapi dengan terbentuknya badan yang baru ini akan ada efisiensi di

bidang anggaran karena hanya ada satu komando dalam pelaksanaan operasi

keamanan laut. Dalam hal ini badan baru tersebut dapat melaksanakan banyak

fungsi dalam menjaga keamanan laut. Dalam prosedur pelaksanaan penindakan

tindak pidana di laut, badan baru ini hanya akan melaksanakan tahap pengejaran,

penangkapan, penyelidikan dan pemeriksaan di laut. Tahap berikutnya yaitu

tindak lanjut dari hasil penyelidikan tersebut diserahkan kepada masing-masing

instansi yang telah ada untuk diproses sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hal ini memberikan keuntungan karena tidak perlu lagi

merevisi ataupun membuat undang-undang yang baru. Kita tetap dapat

menggunakan undang-undang yang ada karena mekanisme dalam prosedur

pelaksanaan penindakan tindak pidana di laut hanyalah sampai kepada

pelimpahan wewenang penyidikan kepada instansi terkait. Dengan demikian,

pembentukan badan baru ini diharapkan akan dapat meningkatkan keamanan di

laut karena badan ini diharapkan mempunyai daya mengikat yang kuat dan

Page 41: Penegakan Hukum Di Laut

41

mampu melaksanakan pelimpahan kewenangan secara tepat antar instansi terkait

yang selama ini memang mempunyai kewenangan melaksanakan penegakan

hukum di laut.

c. Harapan kinerja badan baru ke depan.

Dengan terbentuknya badan baru tersebut, maka diharapkan mampu

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:8

1) Mampu menyusun kebijakan dan melaksanakan kegiatan operasi

keamanan laut secara terpadu.

2) Mampu merumuskan secara tepat dan melaksanakan kebijakan umum

di bidang keamanan laut.

3) Mampu melaksanakan tugas di bidang keamanan laut yang meliputi

penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum

serta pengamanan pelayaran dan pengamanan aktivitas masyarakat dan

pemerintah di wilayah perairan Indoenesia.

4) Mampu memberikan dukungan teknis dan administrasi di bidang

keamanan laut.

5) Mampu mengelola kekuatan yang dimiliki instansi penegak hukum di

laut secara operasional dalam rangka menciptakan daya tangkal yang tinggi

terhadap pelanggaran hukum di laut.

6) Pengawakan organisasi keamanan laut harus mencerminkan dan

mewakili semua instansi yang ada secara proporsioanal sesuai dengan

spektrum kemampuan atau kekuatan yang diberikan kepada organisasi.

d. Kerjasama Aparat Keamanan di Laut.

Pada saat ini, sebelum terbentuknya satu badan yang khusus menangani

tentang kemananan di laut tersebut, diperlukannya adanya juga diperlukan

adanya kerjasama yang baik dalam mengamankan kepentingan nasional di laut.

Tugas aparat Keamanan Laut yang paling azasi adalah mengamankan

kepentingan nasional di laut. Untuk itu aparat Keamanan Laut harus mampu:9

8 Mampukah “Bakorkamla” menjadi Garda Laut sesuai harapan. Majalah Forum Hukum Volume 3Nomor 2- 06 halaman 21.9 I b i d

Page 42: Penegakan Hukum Di Laut

42

1) Mengamankan aset negara di laut yang berada di permukaan, bawah

permukaan dan dasar laut, yang secara fisik dilaksanakan melalui kehadiran

di laut, sedangkan non fisik melalui kerjasama dengan instansi lain yang

terkait.

2) Menjamin agar pemerintah dapat memanfaatkan potensi laut bagi

kelangsungan pembangunan bangsa, dengan konsekuensi

pemerintah juga dituntut untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu

di seluruh perairan Indonesia. Oleh karenanya upaya penegakan keamanan

di laut harus senantiasa memperhatikan ketentuan hukum nasional dan

internasional secara serasi dan seimbang, serta senantiasa menjunjung

tinggi etika pergaulan masyarakat maritim dunia. Dengan demikian, upaya

penegakan hukum di laut tidak boleh dilakukan secara parsial maupun

sektoral.

3) Mewujudkan keamanan di laut melalui kerjasama dan keterpaduan

antar sektor yang diarahkan untuk menciptakan kondisi laut terkendali

Page 43: Penegakan Hukum Di Laut

43

BAB VIPENUTUP

1. Kesimpulan.

a. Secara prinsip, tugas TNI dan TNI Angkatan Laut sebagai penegak

kedaulatan dan hukum di laut dalam rangka menciptakan keamanan laut tidaklah

dapat dipisahkan. Tetapi pembedaan tugas tersebut hanyalah mengenai tindakan

apa yang harus dilakukan apabila ada pelanggran yang terjadi di wilayah perairan

Indonesia. Pembedaan tugas penegakan kedaulatan di laut dengan penegakan

hukum di laut diatur dalam penjelasan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1996 tentang Perairan Indonesia. Sanksi atas pelanggaran kedaulatan dan hukum

di perairan Indonesia, antara lain dapat dilakukan dengan memperingatkan kapal

asing yang bersangkutan untuk segera meninggalkan perairan Indonesia.

Sedangkan untuk pelanggaran hukum, tindakan yang dilakukan adalah

disesuaikan dengan peraturan perundangan yang dilanggar.

b. Kendala yang dihadapi, pada intinya adalah kurangnya sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh TNI dan TNI Angkatan Laut yang dapat dipergunakan

dalam operasi keamanan di laut bila dihadapkan dengan luas wilayah yang harus

diamankan. Disamping itu tingkat profesionalisme aparatur penegak hukum di

laut belum cukup untuk mengatasi berbagai modus operandi dan bentuk

gangguan keamanan di laut serta pelanggaran hukum. Kendala lain yang tidak

kalah penting yaitu masih tumpang tindihnya aturan hukum yang memberikan

kewenangan yang sama kepada masing-masing instansi yang berbeda. Hal ini

dapat memunculkan dan mengedepankan kepentingan sektoral mengalahkan

kepentingan yang lebih luas.

c. Solusi yang mungkin dapat dijadikan jawaban untuk mengatasi kendala yang

disebutkan di atas adalah dengan membentuk suatu badan baru yang

bertanggung jawab terhadap keamanan laut yang meliputi keselamatan,

keamanan dan penegakan hukum di laut.

Page 44: Penegakan Hukum Di Laut

44

2. Saran.

a. Apabila badan keamanan laut yang baru ini setuju untuk dibentuk, TNI

Angkatan Laut dapat terlibat secara aktif dalam pembentukan badan ini karena

nantinya akan memiliki kapal-kapal bersenjata dan awak yang terlatih yang dalam

waktu perang atau keadaan darurat dapat menjadi bagian daari kekuatan

angkatan laut.

b. Agar TNI Angkatan Laut dapat mempunyai akses ke dalam badan baru

dimaksud, karena mempunyai kesamaan warna maupun kultur dengan TNI

Angkatan Laut kecuali tugasnya yang lebih fokus pada keamanan laut.

c. Agar didalam sistem keamanan di laut ke depan seharusnya dibangun

dengan prinsip mensinergikan kekuatan yang dimiliki oleh berbagai instansi

penyelenggara penegakan keamanan di laut sehingga dapat menghilangkan ego

sektoral yang terjadi selama ini.