dampak korupsi penegakan hukum

50
DAMPAK KORUPSI TERHADAP PENEGAKAN HUKUM Pendidikan Budaya Anti Korupsi KELOMPOK 8 DIV KEPERAWATAN TINGKAT I SEMESTER II 1 Ni Kadek Ariyastuti (P07120214007) 2 Putu Epriliani (P07120214010) 3 I Gusti Ayu Cintya Adianti (P07120214012)

Upload: nareswari-keniten

Post on 18-Dec-2015

116 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

makasi ya scribb materinya bagus

TRANSCRIPT

DAMPAK KORUPSI

DAMPAK KORUPSI

TERHADAP PENEGAKAN HUKUM

Pendidikan Budaya Anti Korupsi

KELOMPOK 8

DIV KEPERAWATAN TINGKAT I SEMESTER II1 Ni Kadek Ariyastuti

(P07120214007)

2 Putu Epriliani

(P07120214010)3 I Gusti Ayu Cintya Adianti

(P07120214012)4 Ni Putu Novia Indah Lestari

(P07120214016)5 Kadek Poni Marjayanti

(P07120214026)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TAHUN AJARAN 2015

Kata PengantarPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini memuat tentang DAMPAK KORUPSI dan makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami dampak dari adanya korupsi sehingga mampu melakukan tindakan pencegahan yang dimulai dari diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kami yakin makalah ini pasti tidak lepas dari kesalahan. Sehingga, kelompok kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Serta, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagipembaca.

Denpasar, 10 Maret 2015

PenulisDaftar Isi

Kata Pengantar1Daftar Isi.2Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...31.2. Rumusan Masalah..41.3. Tujuan Penulisan51.4. Manfaat Penulisan..5Bab II Pembahasan

2.1. Pengertian korupsi.62.2. Pengertian penegakan hukum122.3. Penegakan hukum objektif172.4. Aparatur penegak hukum..192.5. Dampak korupsi terhadap penegakan hukum222.6. Strategi pemberantasan..26Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan283.2. Saran..29Daftar Pustaka30BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKorupsi yang kebanyakan orang tau adalah menggunakan uang negara untuk memenuhi kepentingan pribadi yang seharusnya uang itu digunakan untuk kepentingan rakyat. Hal ini menjadi masalah yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan publik, terutama pada media massa baik lokal maupun nasional. Hampir setiap hari siaran berita di TV memberitakan kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Berita korupsi dan KPK selalu muncul menjadi topik terhangat hampir disetiap stasiun televisi. Bahkan dunia internasional juga menjadikan negara kita sorotan tentang kasus korupsi. Negara Indonesia sudah menduduki urutan ketiga di dunia mengenai korupsi.

Dari dulu hingga sekarang era reformasi tetap saja masalah korupsi belum dapat teratasi. Pejabat pemerintah di negara ini tidak pernah merasa takut dalam melakukan tindakan korupsi. Mereka hanya ingin memperkaya dirinya sendiri, bukan menyejahterakan rakyat.

Padahal sudah dibuat beberapa strategi pemberantasan korupsi mulai dari penegakan hukum untuk tindakan korupsi, buktinya ada Undang-Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,sampai didirikan lembaga antikorupsi yaitu KPK, namun ternyata para koruptor malah semakin ganas dalam menjalankan tindakan korupsi. Ini terbukti dengan munculnya pemberitaan kasus korupsi pajak yang dilakukan oleh Gayus dan masih banyak lagi para koruptor yang bermunculan dipemberitaan televisi.

Sungguh ironis tindakan korupsi semakin membudaya ditengah era reformasi malahan pejabat yang berkuasa tidak dapat beradaptasi dengan perubahan sosial. Memang perubahan sosial juga mempengaruhi tindakan mereka karena terjadi perkembangan teknologi, gaya hidup jaman modern dan pergeseran nilai karakter bangsa.

Namun mereka tidak pernah menyadari kalau tindakan korupsi itu akan berdampak buruk bagi perkembangan kemajuan negara. Bukan hanya satu aspek saja yang terkena dampak akibat korupsi tapi hampir disegala aspek yang menyangkut kehidupan rakyat di dalam negara ini terkena dampaknya. Mulai dari aspek ekonomi,politik dan demokrasi, pelayanan publik misalnya pelayanan kesehatan, pertahanan dan keamanan, birokrasi dan penegakan hukum di negara ini.

Maka dari itu, kini pendidikan antikorupsi sedang digalakkan dan telah masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia untuk mendidik generasi muda agar tindakan korupsi tidak terus membudaya di generasi bangsa.

Berdasarkan hal tersebutlah kami mahasiswa keperawatan menyusun makalah yang berjudul Dampak Korupsi dalam Bidang Penegakan Hukum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian korupsi ?2. Apakah pengertian penegakan hukum ?

3. Apakah yang dimaksud dengan penegakan hukum objektif ?

4. Apakah yang dimaksud dengan aparatur penegak hukum ?

5. Bagaimanakah dampak korupsi terhadap penegakan hukum ?

6. Bagaimanakah cara pemberantasan tindakan korupsi ?1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari korupsi.

2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dari penegakan hukum.

3. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan penegakan hukm objektif.

4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan aparatur penegakan hukum.

5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami dampak korupsi terhadap penegakan hukum.

6. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara memberantas korupsi.1.4 Manfaat

Makalah ini ditulis dengan tujuan agar mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memahami apa saja dampak yang ditimbulkan korupsi sehingga mampu melakukan tindakan pencegahan dan membudayakan perilaku anti korupsi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi adalah suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dan dapat merugikan suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus korupsi yang terbilang cukup banyak. Tidakkah kita melihat akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan dari koran maupun media elektronik yang banyak sekali memberitakan beberapa kasus korupsi di beberapa daerah di Indonesia yang oknumnya kebanyakan berasal dari pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini. Kasus korupsi menjadi sorotan berbagai pihak dan jenjang masyarakat Indonesia. Berikut dapat dijelaskan pengertian korupsi dari berbagai pendapat.

a. Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 ayat 1).

2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 3).

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara jelas telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas negara.

b. Pengertian Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

c. Pengertian Korupsi Menurut Ahli Ekonomi

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

d. Pengertian Korupsi Menurut Haryatmoko

Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

e. Pengertian Korupsi Menurut Brooks

Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang sedikit banyak bersifat pribadi.

f. Pengertian Korupsi Menurut The Lexicon Webster Dictionary

Korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.g. Pengertian Korupsi Menurut Gunnar Myrdal

Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan pemberantasan korupsi biasanya dijadikan pembenar utama terhadap KUP Militer.

h. Pengertian Korupsi Menurut Mubyarto

Korupsi adalah suatu masalah politik lebih dari pada ekonomi yang menyentuh keabsahan (legitimasi) pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang ditimbulkan dari korupsi ini ialah berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten. Pengertian korupsi yang diungkapkan Mubyarto yaitu menyoroti korupsi dari segi politik dan ekonomi.i. Pengertian Korupsi Menurut Robert Klitgaard

Korupsi adalah suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian korupsi yang diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara.j. Pengertian Korupsi Menurut Syeh Hussein Alatas

Menurut beliau korupsi ialah subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi yang mencakup pelanggaran norma, tugas dan kesejahteraan umum, yang dilakukan dengan kerahasian, penghianatan, penipuan dan kemasabodohan akan akibat yang diderita oleh rakyat.k. Pengertian Korupsi Menurut Blacks Law Dictionary

Korupsi merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan keuntungan yang tidak resmi dengan mempergunakan hak-hak dari pihak lain, yang secara salah dalam menggunakan jabatannya atau karakternya di dalam memperoleh suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain, yang berlawanan dengan kewajibannya dan juga hak-hak dari pihak lain.Selain itu, masih banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Secara etimologis, korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281-282).

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.

Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged Dictionary) korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian ringkas yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).

Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum.

Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu. Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

2.2 Pengertian Penegakan Hukum

Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum berfungsi melindungi kepentingan masyarakat, sebagai alat untuk mengatur ketertiban dan keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam masyarakat. Hukum memiliki peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat mengingat fungsi dari hukum itu sendiri. Penegakan hukum yang lemah tidak akan efektif dalam mewujudkan keteraturan dan keadilan sosial dalam masyarakat.

Penegakan hukum adalah proses pemungsian norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubunganhubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Stabilitas politik dan keamanan hanya dapat tegak bila aturan hukum berjalan dengan semestinya. Keragu-raguan dan lemahnya penegakkan hukum akan membuat negara jatuh pada kondisi ketidakpastian dan instabilitas. Karena itu, cara untuk memelopori tegaknya supremasi hukum di Indonesia, dimana:

(1) Pemerintah dan semua anggota masyarakat terikat oleh hukum;

(2) Setiap orang diperlakukan sama di hadapan hukum;

(3) Kemuliaan manusia diakui dan dilindungi oleh hukum; dan

(4) Keadilan terjangkau oleh semua warga tanpa kecuali. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan perundang-undangan yang transparan, hukum yang adil, penegakan hukum yang dapat diprediksi, dan tanggung jawab pemerintah untuk menjaga ketertiban.

Strategi penegakan hukum harus diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif, sesuai dengan pepatah, hanya sapu bersih yang dapat membersihkan lantai kotor. Sebab, penegakan hukum sangat bergantung pada aparat yang bersih, baik di kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan seluruh jajaran birokrasi yang menjalankan fungsi-fungsi penegakan hukum tersebut. Korupsi dan penyalahgunaan kewenangan telah merasuki berbagai sektor kehidupan masyarakat. Mulai dari pelayanan publik yang rutin, pengadaan barang dan jasa, hingga perumusan kebijakan publik diwarnai dengan gejala penyelewengan. Korupsi legislatif dan pimpinan daerah menjadi fenomena yang makin banyak ditemukan. Virus korupsi yang semula terpusat, bersama dengan penyelenggaraan otonomi daerah kini menyebar ke seluruh wilayah dan pelosok negeri, termasuk pula proses pemilihan anggota legislatif dan eksekutif penuh dengan aroma politik uang. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan tidak aspiratif, anggota legislatif atau pejabat eksekutif yang terpilih tidak representatif, dan pelayanan publik yang diberikan tidak optimal. Belum lagi terhitung dana haram yang diputar dalam pencucian uang, sehingga membuat perekonomian negara terkendala berat. Bahkan, virus KKN menyebar hingga lembaga-lembaga hukum dan penegak keadilan.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan law enforcement ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan penegakan hukum dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah penegakan peraturan dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah the rule of law versus the rule of just law atau dalam istilah the rule of law and not of man versus istilah the rule by law yang berarti the rule of man by law. Dalam istilah the rule of law terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah the rule of just law. Dalam istilah the rule of law and not of man dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah the rule by law yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.2.3 Penegakan Hukum Objektif

Seperti disebut di muka, secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup pengertian hukum formal dan hukum materiel. Hukum formal hanya bersangkutan dengan peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum materiel mencakup pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dalam bahasa yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan antara pengertian penegakan hukum dan penegakan keadilan.

Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan pengertian law enforcement dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum dalam arti luas, dalam arti hukum material, diistilahkan dengan penegakan keadilan. Dalam bahasa Inggris juga terkadang dibedakan antara konsepsi court of law dalam arti pengadilan hukum dan court of justice atau pengadilan keadilan. Bahkan, dengan semangat yang sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat disebut dengan istilah Supreme Court of Justice.

Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan kebenaran formil belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materiel yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan kebenaran materiel untuk mewujudkan keadilan materiel. Kewajiban demikian berlaku, baik dalam bidang pidana maupun di lapangan hukum perdata.

Pengertian kita tentang penegakan hukum sudah seharusnya berisi penegakan keadilan itu sendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum. Norma-norma hukum yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan kewajibankewajiban yang juga dasar dan mendasar. Karena itu, secara akademis, sebenarnya, persoalan hak dan kewajiban asasi manusia memang menyangkut konsepsi yang niscaya ada dalam keseimbangan konsep hukum dan keadilan.

Dalam setiap hubungan hukum terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban secara paralel dan bersilang. Karena itu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi dengan kewajiban asasi manusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, issue hak asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara, seringkali terbukti melahirkan penindasan dan ketidakadilan. Karena itu, sejarah umat manusia mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.

Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini bahkan diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian dikenal dengan aliran konstitusionalisme. Aliran konstitusionalime inilah yang memberi warna modern terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum) dalam sejarah, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional democracy).

2.4 Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya.

Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata. Namun, selain ketiga faktor di atas, keluhan berkenaan dengan kinerja penegakan hukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis yang lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhan persoalan kita sebagai Negara Hukum yang mencita-citakan upaya menegakkan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum mencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakatnya.

Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan saja berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaruan hukum atau pembuatan hukum baru. Karena itu, ada empat fungsi penting yang memerlukan perhatian yang seksama, yang yaitu (i) pembuatan hukum (the legislation of law atau law and rule making), (ii) sosialisasi, penyebarluasan dan bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law, dan (iii) penegakan hukum (the enforcement of law).

Ketiganya membutuhkan dukungan (iv) adminstrasi hukum (the administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan (eksekutif) yang bertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan administrasi hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang keempat sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut di atas. Dalam arti luas, the administration of law itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit. Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai produk hukum yang ada selama ini telah dikembangkan dalam rangka pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusankeputusan administrasi negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis) hakim di seluruh jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah.

Jika sistem administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luas terhadap aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka? Jika akses tidak ada, bagaimana mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidak diketahuinya? Meskipun ada teori fiktie yang diakui sebagai doktrin hukum yang bersifat universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan dan pembaruan masyarakat (social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akan hukum tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan hukum secara sistematis dan bersengaja.

2.5 Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum

Hukum dan korupsi adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Bahkan saat ini di Indonesia lembaga penegak hukum justru menjadi sorotan karena ada banyak oknum penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum, justru melakukan pelanggaran hukum. Mereka melakukan korupsi dalam skala yang sangat luas dan merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar. Tidak sedikit oknum penegak hukum di Indonesia yang pernah terjerat kasus korupsi. Mereka berasal dari institusi Kejaksaan, Pengadilan hingga Kepolisian. Bukan hanya di level bawah, perilaku korupsi juga dilakukan sampai pucuk pimpinan dalam institusi tersebut.

Korupsi adalah penyakit moral dan kecenderungan semakin berkembang dengan penyebab multifaktor, lemahnya penegakan hukum mendorong masyarakat lebih berani melakukan tindakan korupsi, sebab hukuman yang diperoleh lebih ringan dibandingkan nilai perolehan korupsi. Pihak yudikatif, eksekutif, dan legislatif, yang seharusnya banyak berperan dalam mendorong gerakan pemberantasan korupsi malah banyak terlibat dan ikut berperan dalam KKN, sebagai dampak dari penegakan hukum yang lemah.Korupsi mempersulit proses penegakan hukum oleh institusi hukum yang berwenang. Adapun dampak-dampak korupsi terhadap penegakan hukum antara lain sebagai berikut:

a. Pelemahan Terhadap Institusi Penegak Hukum

Hukum pada dasarnya dibuat sebagai pedoman dan aturan yang berfungsi melindungi kepentingan masyarakat dan sebagai alat untuk mengatur ketertiban dan keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan sosial dalam masyarakat. Namun, adanya kepentingan-kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan sering kali hukum yang dibuat tidak sebenar-benarnya untuk mewujudkan keadilan sosial dalam masyarakat.

Salah satu fungsi Pemerintah adalah membuat Undang-Undang dan peraturan-peraturan lainnya. Pelaksanaan terhadap fungsi tersebut dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum pembuat kebijakan yang memiliki kepentingan untuk melemahkan institusi penegak hukum. Bukan tidak mungkin sebuah pemerintahan yang korup membentuk suatu aturan hukum yang lemah, sehingga saat dia melakukan pelanggaran bisa lepas dari jeratan hukum dengan mudah.

b. Merusak Moral Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum adalah ujung tombak dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya aparatur penegak hukum harus bertindak adil dan sepenuh hati menjunjung tinggi penegakan keadilan dalam masyarakat.

Perilaku korup yang mencemari institusi hukum dapat merusak moral para aparatur penegak hukum. Hal ini tentu saja berpengaruh besar terhadap proses penegakan hukum secara menyeluruh. Adanya tebang pilih dalam proses peradilan, dan suap menyuap dalam menentukan tuntutan hukum maupun putusan hakim hanya sebagian hal yang mungkin terjadi apabila moral penegak hukum sudah dirusak oleh perilaku korup. Apabila penyelenggara hukum dapat disuap, maka akan menyebakan suatu ketidakadilan yang akan menyebabkan proses hukum menjadi tidak adil. Hal ini dapat memberi akibat yang buruk terhadap hukum di negara tersebut. Penegakan hukum di negara tersebut akan dinilai lemah karena dapat diintervensi oleh pihak ketiga.Hal tersebut tentu saja menjadikan hukum bagaikan harimau tanpa taring, yang tidak dapat melakukan tugasnya menghukum para pelaku kejahatan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan yang ada. Sebaik apapun undang-undang dan peraturan yang dibuat, jika aparatur yang melaksanakannya tidak memiliki moral dan kompetensi yang baik maka sistem peradilan tidak akan berjalan optimal.c. Masyarakat Kehilangan Kepercayaan Terhadap Institusi Hukum.

Dampak utama korupsi yang terjadi dalam penegakan hukum adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem dan institusi penegakan hukum, yang dikhawatirkan dengan meningkatnya korupsi maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat karena masyarakat sudah tidak percaya terhadap kemampuan institusi penegak hukum dalam melakukan tugas-tugas mereka.Fungsi hukum sebagai pelindung kepentingan masyarakat, mengatur ketertiban dan keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan sosial yang tidak dapat direalisasikan oleh Pemerintah, membuat masyarakat kecewa dan tidak lagi percaya terhadap proses hukum dan institusi hukum yang menjalankannya. Hal ini berdampak sangat buruk terhadap kestabilan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Lemahnya sistem hukum dalam masyarakat akan memancing setiap orang untuk ikut melanggar aturan, karena mereka menganggap hukuman-hukuman yang diberikan sangat ringan apabila dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh apabila mereka melanggar hukum.Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Berikut ini lembaga negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global (BKG) pada tahun 2009:

Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)

Partai Politik

Kepolisian RI

Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

d. Fungsi Pemerintahan MandulKorupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan fungsi yang seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang lazim dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan begitu juga Dewan Perwakilan Rakyat yang tergambar dengan hubungan partai politik dengan voter-nya, menghasilkan kondisi yang sangat rentan terhadap terjadinya praktek korupsi. Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap kinerja suatu sistem politik atau pemerintahan.

Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata.

Selanjutnya masyarakat cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi. Di sisi lain lembaga politik sering diperalat untuk menopang terwujudnya kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit.

2.6 Strategi Pemberantasan

Akhir-akhir ini masyarakat kita banyak menerima informasi melalui berbagai media tentang bobroknya penegakan hukum di Indonesia. Mulai kasus Gayus Tambunan sampai perang kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak praktek mafia hukum. Berita yang paling akhir adalah kasus korupsi besar-besaran pembangunan wisma atlet di Palembang dan kasus Hambalang yang melibatkan pejabat pemerintahan dan para petinggi Partai Politik yang berkuasa yang pada akhirnya terkait dengan kinerja pemerintahan yang sedang berjalan.

Pasca-reformasi pemberantasan korupsi telah menjadi fokus utama pemerintah. Berbagai upaya ditempuh baik untuk mencegah maupun untuk menindak tindak pidana korupsi secara serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Di dalam Rencana Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, ada enam (6) strategi nasional yang telah dirumuskan guna mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta penanaman nilai budaya yang berintegritas. Strategi tersebut adalah:1. Pencegahan;

2. Penegakan hukum;

3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan;

4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi;

5. Pendidikan budaya antikorupsi;

6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.BAB III

PENUTUP3.1. Kesimpulankorupsi secara implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan kepentingan umum. Dalam tindak pemberantasan korupsi dilakukan sebagian besar oleh aparatur penegak hukum dan dibutuhkan sistem penegakan hukum yang kuat. Penegakan hukum adalah proses pemungsian norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubunganhubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan.

Adapun dampak-dampak korupsi terhadap penegakan hukum antara lain adalah melemahnya institusi penegak hukum, merusak moral aparatur penegak hukum, penurunan fungsi pemerintahan, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum. Berbagai upaya ditempuh baik untuk mencegah maupun untuk menindak tindak pidana korupsi secara serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Di dalam Rencana Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, ada enam (6) strategi nasional yang telah dirumuskan guna mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih dari korupsi yaitu pencegahan, penegakan hukum, harmonisasi perauran perundang-undangan, kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi, pendidikan budaya anti korupsi, mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi. 3.2. Saran

Sebagai mahasiswa yang akan menjadi ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik sepatutnya memahami dan menanamkan nilai-nilai budaya anti korupsi. Merealisasikannya dalam kehidupan sehari hari untuk mewujudkan Indonesia yang bersih, bebas dari korupsi. DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly.2011. Penegakan Hukum. (Online). Available : www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf. (9 Maret 2015 )

Jur. Andi Hamzah, 2007. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Penerbit PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Kumpulan Pengertian Pakar. 2015. Pengertian dan Ciri-Ciri Korupsi Menurut Pakar. (Online). Available : http://www.pengertianpakar.com/2015/02/pengertian-dan-ciri-korupsi-menurut.html#. (9 Maret 2015 )_Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi. Jakarta:ISBN

Sasmita. 2011. Pengertian Penegakan Hukum. (Online). Available : https://sasmitasmansa.wordpress.com/2011/12/07/pengertian-penegakan-hukum/. (9 Maret 2015 )30