pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

36
Pembahasan Soal UAS Hukum Acara Pidana FH UNPAS Rudi Pradisetia Sudirdja, SH Bandung, 6 Juni 2014 www.rudipradisetia.com 1 www.rudipradisetia.com

Upload: rudi-sudirdja

Post on 28-Nov-2014

1.992 views

Category:

Law


12 download

DESCRIPTION

Soal-soal latihan ujian akhir semester Fakultas Hukum Universitas Pasundan

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan Soal UAS Hukum Acara Pidana FH UNPAS Rudi Pradisetia Sudirdja, SH

Bandung, 6 Juni 2014 www.rudipradisetia.com

1

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 2: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Soal UAS Hukum Acara Pidana FH UNPAS Tahun 2012/2013

2

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 3: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

3

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 4: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 1

• Menurut Romli Atmasasmita alat bukti adalah sesuatu yang dijadikan dasar oleh hakim untuk menyatakan terdakwa bersalah atau tidak, dan kemudian menjadi pertimbangan untuk menjatuhkan putusan. Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah : keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

• Alat bukti petunjuk diatur dalam pasal 184 ayat (1) huruf d dan pasal 188 KUHAP. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya, hal ini seperti apa yang tercantum dalam pasal 188 ayat (1) KUHAP.

4

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 5: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Yahya Harahap menyatakan bahwa alat bukti petunjuk adalah isyarat

yang dapat ditarik dari suatu perbuatan, kejadian, atau keadaan

dimana isyarat itu mempunyai persesuaian antara yang satu dengan

yang lain maupun isyarat itu mempunyai persesuaian dengan tindak

pidana itu sendiri, dan dari persesuaian tersebut melahirkan atau

mewujudkan suatu petunjuk yang membentuk kenyataan terjadinya

tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.

• Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti

haruslah :

a. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi.

b. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain

dengan kejahatan yang terjadi.

c. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa

maupun saksi di persidangan.

5

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 6: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Pasal 1 butir 27 KUHAP: Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu.

• Pasal 1 butir 28 KUHAP: Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

• Saksi memberikan keterangan berdasarkan sesuatu yang dilihat, di dengar dan dialaminya, sedangkan ahli memberikan keterangan berdasarkan pengetahuanya tentang sesuatu hal. Sehingga saksi memberikan keterangan terbatas pada apa yang ia lihat, ia dengar dan ia alami sendiri. Oleh karenanya saksi tidak diperkenankan memberikan pendapat.

6

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 7: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 2 • Putusan sela ( interim meascure ) adalah merupakan putusan yang dijatuhkan oleh

hakim sebelum hakim memeriksa pokok perkara baik perkara pidana maupun

perkara perdata. Dalam Praktik pemeriksaan perkara pidana, putusan sela

biasanya dijatuhkan karena adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat

Hukumnya.

• Terhadap adanya Eksepsi Terdakwa atau Penasihat Hukumnya Hakim Wajib

memberikan “putusan sela”, apakah menerima atau menolak eksepsi tersebut.

Bentuk dan sifat putusan yang dijatuhkan oleh Hakim dalam hal adanya Eksepsi

dari Terdakwa atau Penasihat Hukumnya terdiri dari tiga macam yaitu :

Penetapan, Putusan Sela, dan Putusan Akhir.

• Putusan atas Eksepsi dapat berbentuk Penetapan adalah dalam hal Pengadilan

berpendapat bahwa Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang untuk

mengadili kemudian melimpahkannya kepada Pengadilan lainnya. Sedangkan

suatu putusan lainnya dapat berbentuk putusan sela yang berarti putusan tersebut

dijatuhkan sebelum dijatuhkannya putusan akhir. Dapat juga suatu putusan sela

bersifat dan berbentuk suatu putusan akhir, yang berarti bahwa pemeriksaan

perkara tersebut dinyatakan berhenti. Putusan ini mengandung konsekuensi

berlakunya asas Nebis In Idem.

• Hakim menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir (putusan sela) karena

adanya eksepsi dari terdakwa atau Penasihat Hukumnya.

7

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 8: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Surat Dakwaan adalah sebuah akta yang dibuat oleh penuntut umum yang berisi perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan hak kepada jaksa penuntut umum sebagai wakil dari negara untuk melakukan penuntutan kepada terdakwa pelaku tindak pidana.

• Pasal 143 KUHAP , Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:

a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;

b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

• Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum. 8

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 9: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Lanjutan

• Hakim menjatuhkan putusan yang berbunyi surat dakwaan batal demi hukum karena Surat Dakwaan yang dibuat oleh Jaksa penuntut Umum tidak memenuhi syarat materil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf (b).

• Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP tentang putusan bebas dan putusan lepas, sebagai berikut:

(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

9

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 10: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Menurut Lilik Mulyadi perbedaan antara putusan bebas dan lepas dapat ditinjau dari segi hukum pembuktian, yaitu:

• Pada putusan bebas (vrijspraak) tindak pidana yang didakwakan jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaannya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum. Dengan kata lain, tidak dipenuhinya ketentuan asas minimum pembuktian (yaitu dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah) dan disertai keyakinan hakim (Vide Pasal 183 KUHAP)

• Sedangkan, pada putusan lepas (onslag van recht vervolging), segala tuntutan hukum atas perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, misalnya merupakan bidang hukum perdata, hukum adat atau hukum dagang.

10

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 11: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 3

• Menurut saya, dalam kasus vivin sebagaimana diuraikan dalam soal. Majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lepas (onslag van recht vervolging). Hal ini dikarenakan perbuatan yang dilakukan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan dan merupakan tindak pidana. Namun terdakwa tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, karena terdapat alasan pemaaf atas kesalahan, yaitu terdakwa ketika melakukan tindak pidana dalam keadaan sakit jiwa. (Vide pasal 44 KUHP)

• Pasal 44 ayat (1) KUHP : “Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal.” Pasal 44 ayat (2) “Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.”

11

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 12: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Putusan lepas tidak dapat diajukan upaya hukum banding (lihat

Pasal 67 KUHAP).

• Terhadap putusan lepas sesuai dengan pasal 244 KUHAP,

Jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum kasasi.

Permohonan kasasi disampaikan kepada panitera pengadilan

yang memutus perkara dalam tingkat pertama, dalam waktu

empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang diminta

kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa.

• Sehingga dalam kasus ini Jaksa Penuntut umum hanya dapat

melakukan upaya hukum kasasi terhadap putusan lepas yang

dijatuhkan oleh majelis hakim.

12

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 13: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 4

• Berdasarkan Pasal 205 ayat (1) KUHAP yang diperiksa menurut

acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah : perkara yang diancam

dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau

denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan

penghinaan ringan, kecuali perkara pelanggaran lalu lintas (Pasal 211

KUHAP).

• Pasal 352 KUHP, Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,

maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan

untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam,

sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

• Pelaku Tindak pidana penganiyaan ringan diancam dengan pidana

maksimal tiga bulan, sehingga dapat diselesaikan menggunakan acara

pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 ayat (1) KUHAP. 13

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 14: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Dalam kasus ini, Noni dapat diadili menggunakan acara pemeriksaan cepat sesuai dengan pasal 205 KUHAP, karena tindak pidana yang dilakukan yaitu penganiyaan ringan diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan ( vide pasal 252 KUHP).

• Pasal 210 KUHAP yang menyatakan bahwa “Ketentuan dalam bagian kesatu, bagian kedua dan bagian ketiga bab ini tetap berlaku sepanjang peraturan ini tidak bertentangan dengan paragraf ini. Oleh karenanya ketentuan dalam bagian kesatu, kedua dan ketiga tetap berlaku bagi Noni. Sehingga dalam kasus ini, Noni tidak diperkenankan mengajukan upaya hukum banding sesuai dengan pasal 67 KUHAP, namun Noni dapat mengajukan upaya hukum kasasi sesuai dengan ketentuan dalam pasal 244 KUHAP. 14

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 15: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 5

• Mengacu pada UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), pejabat polisi negara RI adalah bertindak sebagai penyelidik dan penyidik perkara pidana (lihat pasal 4 jo pasal 6 KUHAP). Jadi, polisi berwenang untuk menjadi penyelidik dan penyidik untuk setiap tindak pidana, termasuk tindak pidana korupsi.

• Berdasarkan pasal 30 UU No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan, kejaksaaan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang. Kewenangan kejaksaan ini contohnya kewenangan yang diberikan oleh UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001, dan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

15

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 16: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Berdasarkan pasal 6 UU KPK, bertugas untuk melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak

pidana korupsi. Pasal 11 UU KPK selanjutnya membatasi

bahwa kewenangan KPK melakukan penyelidikan, penyidikan

dan penuntutan dibatasi pada tindak pidana korupsi yang:

1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara,

dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana

korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau

penyelenggara negara;

2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;

dan/atau

3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp

1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

16

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 17: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Pasal 50 ayat 1 yang berbunyi : “Dalam hal suatu tindak pidana korupsi terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsi belum melakukan penyidikan, sedangkan perkara tersebut telah dilakukan penyidikan oleh Kepolisian atau Kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya penyidikan.”

• Pasal 50 ayat 2 yang berbunyi : “Penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilakukan koordinasi secara terus-menerus dengan Komisi Pemberantasan korupsi.”

• Pasal 50 ayat 3 yang berbunyi : “Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi sudah mulai melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kepolisian atau Kejasaan tidak berwenang lagi melakukan penyidikan.”

• Pasal 50 ayat 4 yang berbunyi : “Dalam hal penyidikan dilakukan secara bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan tersebut segera dihentikan.”

17

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 18: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Dalam hal terjadi penyidikan yang berbarengan sebagaimana

yang diuraikan dalam soal ini. Menurut pasal 50 ayat 4 UU

KPK lembaga yang paling berwenangan melakukan

penyidikan adalah Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam

pasal diatas dikemukakan “Dalam hal penyidikan dilakukan

secara bersamaan oleh Kepolisian dan/atau Kejaksaan dan

Komisi Pemberantasan Korupsi, penyidikan yang dilakukan

oleh Kepolisian atau Kejaksaan tersebut segera dihentikan.”

• Dalam hal ini berlaku asas “lex specialis derogat lex

generalis” Perundang undangan yang khusus

mengesampingkan perundang undangan yang umum” 18

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 19: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 6

• Pada dasarnya, dalam sistem hukum pidana formil di

Indonesia, beban untuk membuktikan ada atau tidaknya pidana

terletak pada Jaksa Penuntut Umum. Hal ini sebagaimana

tersirat dalam Pasal 66 KUHAP, bahwa tersangka atau

terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.

Dalam penjelasan Pasal 66 KUHAP, dikatakan bahwa

ketentuan ini adalah penjelmaan asas “praduga tak bersalah”.

• Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban

pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi

kepada terdakwa.

19

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 20: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Di Indonesia, sistem pembalikan beban pembuktian dapat

dilihat antara lain dalam UU Tipikor, tetapi yang diterapkan

dalam UU Tipikor adalah sistem pembalikan beban

pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang. Sistem

pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau

berimbang ini dijelaskan dalam penjelasan UU Tipikor

tersebut, yaitu terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan

bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib

memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan

harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang

atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan

perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum tetap

berkewajiban membuktikan dakwaannya.

20

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 21: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Mengenai sistem pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas atau berimbang ini dapat kita lihat dalam Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor:

• Pasal 37 ayat (1) UU Tipikor : “Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.”

• Pasal 37A ayat (3) UU Tipikor : “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan tindak pidana atau perkara pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-undang ini, sehingga penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya.”

21

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 22: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Lanjutan

• Pasal 12B (1) UU No 20 Tahun 2001, Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

• Pasal 38A : Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) dilakukan pada saat pemeriksaan disidang pengadilan. 22

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 23: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Pasal 28 UU Tipikor juga mengatur bahwa untuk kepentingan

penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang

seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak,

dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan

atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana

korupsi yang dilakukan tersangka.

• Pasal 77 UU No 8 Tahun 2010 tentang tindak Pidana

pencucian uang, Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang

pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta

Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.

23

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 24: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Menurut saya setelah melihat uraian diatas, bahwa dalam tindak pidana korupsi beban pembuktian terbalik tidak hanya berlaku pada proses penuntutan dan persidangan (vide pasal 38A), namun juga dalam proses penyidikan. Hal ini dapat dilihat dalam pasal Pasal 28 UU Tipikor, yang merumuskan untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang diduga mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka.

• Sedangkan dalam UU No 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, beban pembuktian terbalik hanya dapat dilakukan ketika proses pemeriksaan dimuka sidang pengadilan, sesuai dengan ketentuan pasal 77 UU TPPU.

24

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 25: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 7

• Dalam Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan

Surat Dakwaan. disebutkan tentang bentuk-bentuk surat dakwaan antara lain:

1. Dakwaan Tunggal

Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena

tidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti

lainnya.

2. Dakwaan Alternatif

Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis,

lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada

lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang

Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif,

meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang

dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti

maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat

Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung

atau.

Contoh dakwaan alternatif: Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP) atau Kedua:

Penadahan (Pasal 480 KUHP)

25

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 26: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

3. Dakwaan Subsidair

Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah.

Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai dari lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan yang bersangkutan.

• Contoh dakwaan subsidair:

Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)

Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)

26

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 27: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• 4. Dakwaan Kumulatif

Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri.

Contoh dakwaan kumulatif:

Kesatu: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)

dan

Kedua: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)

Dan

Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP)

27

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 28: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

5. Dakwaan Kombinasi

Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini

dikombinasikan atau digabungkan antara dakwaan kumulatif

dengan dakwaan alternatif atau subsidair.

Contoh dakwaan kombinasi:

Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP);

Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);

Dan

Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363

KUHP);

Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP)

28

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 29: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Mengingat hal-hal yang telah dijabarkan di atas, maka

penggunaan kata dan, atau, juncto, atau primair-

subsidair disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang

dilakukan oleh Terdakwa. Dalam hal terdakwa melakukan satu

Tindak Pidana yang menyentuh beberapa perumusan Tindak

Pidana dalam undang-undang dan belum dapat dipastikan

tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang dilanggar,

dipergunakan dakwaan alternatif (menggunakan kata atau)

atau dakwaan subsidair. Sedangkan, dalam hal terdakwa

melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing

merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri

dipergunakan bentuk dakwaan kumulatif (menggunakan kata

dan).

29

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 30: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Dalam kasus sebagaimana di uraiakan diatas, menurut saya terdakwa

dapat dijerat dengan pasal-pasal berikut ini :

Pasal 374 KUHP

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap

barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian

atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun.”

Pasal 365 KUHP (1)

“Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk

mempersiapkan atsu mempermudah pencurian, atau dalam hal

tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau

peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

30

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 31: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Jaksa dapat menyusun surat dakwaan dengan bentuk dakwaan

alternatif, hal ini dikarenakan belum dapat dipastikan tindak pidana

mana yang paling tepat dapat dibuktikan.

• Dakwaan alternatif :

Pertama Pasal 374 KUHP

Atau

Kedua Pasal 365 KUHP (1)

31

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 32: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Pembahasan No 8

• Dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur secara tersurat bahwa jaksa penuntut umum dapat melakukan upaya hukum peninjauan kembali. Namun dalam praktiknya jaksa sering melakukan upaya hukum tersebut, dan Mahkamah Agung menerima peninjauan kembali jaksa tersebut.

• Keputusan Mahkamah Agung menerima peninjauan kembali yang diajukan oleh jaksa, pertama dimulai dalam kasus Muchtar Pakpahan. Pertimbangan hukum Mahkamah Agung dalam menerima pengajuan peninjauan kembali oleh jaksa dalam putusan peninjauan kembali perkara Muchtar Pakpahan, perkara Ram Gulumal alias V. Ram (The Gandhi Memorial School), perkara Soetiyawati maupun perkara Pollycarpus Budihari Priyanto tersebut di atas, didasarkan atas alasan yang pada intinya sebagai berikut :

32

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 33: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang saat ini sudah diubah oleh Pasal 24 Undang undang No 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menentukan “Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang”.

• Ketentuan tersebut tidak menjelaskan tentang “siapa saja yang dimaksud pihak pihak yang bersangkutan yang dapat mengajukan peninjauan kembali” tersebut.

• Dalam putusan Mahkamah Agung perkara Muchtar Pakpahan maupun putusan setelahnya telah memberikan jawaban dengan menggunakan penafsiran ekstensif, bahwa yang dimaksud “pihak-pihak yang berkepentingan dalam perkara pidana”, selain terpidana atau ahli warisnya adalah jaksa.

• Sehingga atas dasar tersebut Mahkamah Agung dalam praktik menerima peninjauan kembali yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum, walaupun dalam pasal 263 KUHAP tidak diatur.

33

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 34: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

lanjutan

• Menurut saya Mahkamah Agung telah tepat mengambil

langkah untuk menerima peninjauan kembali yang dilakukan

oleh jaksa. Dengan penafsiran yang dilakukanya, MA telah

melakukan terobosan hukum yang mampu memberikan

keadilan bagi masyarakat. MA tidak lagi berfikir secara

legalistik semata namun berfikir progresif dengan mengikuti

perkembangan masyarakat.

34

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 35: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

Referensi

• Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009

• Hukum Online ; www.hukumonline.com, ; Bedanya Kewenangan Polisi, jaksa dan KPK dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi, Bentuk-bentuk Surat Dakwaan, Tentang Sistem Pembalikan Beban Pembuktian.

• Lilik Mulyadi. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

• M. Sofyan Lubis, Nebis in Idem vs Putusan Sela Miranda Rule, http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=nebis-in-idem-vs-putusan-sela-miranda-rule

• Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi Dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2003

• Yahya Harahap , Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2003

35

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m

Page 36: Pembahasan soal uas hukum acara pidana fh unpas 2014

36

ww

w.r

ud

ipra

dis

etia

.co

m