jurusan ppkn fakultas ilmu sosial...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Pelatihan dan Pendampingan Progam Sekolah Berkarakter dan
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Lokal Genius
untuk Membangun Karakter Bangsa Bagi
Guru-Guru SMP Negeri 1 Kintamani
Oleh:
Dr. I Nengah Suastika, S.Pd., M.Pd./ 0020078003 (Ketua Pelaksan)
I Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd./ 0012047607/ (Anggota)
Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M./ 0027128401 (Anggota)
Dibiayai Dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 Nomor:
023.04.2.552581/2015 Revisi 1 Tanggal 5 Pebruari 2015
JURUSAN PPKn
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
OKTOBER 2015
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Kasih dan karunia-Nya sehingga laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat
dengan judul “Pelatihan dan Pendampingan Progam Sekolah Berkarakter dan
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Lokal Genius untuk Membangun Karakter
Bangsa Bagi Guru-Guru SMP Negeri 1 Kintamani” dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan SMP Negeri
1 Kintamani yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini,
dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini.
Kami meyakini, bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan
belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program
pengabdian kepada masyarakat di SMP Negeri 1 Kintamani. Namun besar harapan kami
kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya civitas akademika SMP
Negeri 1 Kintamani.
Tim Penyusun
4
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................... ii
Kata Pengatar ………………………………………………………………. iii
Prakata ........................................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Analisis Situasi ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ....................................... 5
C. Tujuan Kegiatan ...........………………………………………………… 6
D. Manfaat ………………………………………………………………… 8
BAB II METODE KEGIATAN .................................................................... 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 14
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 26
A. Kesimpulan ............................................................................................ 37
B. Saran ....................................................................................................... 28
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kintamani merupakan salah satu
sekolah yang terletak di Pusat Kota Kecamatan Kintamani. Visi SMP Negeri 1
Kintamani adalah “mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, cerdas dan berkarakter
berlandasakan nilai-nilai budaya Bali”. Sedangkan misi SMP Negeri 1 Kintamani
adalah (1) mendidik siswa untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap hingga
menjadi lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, beriman dan berahlak mulia melalui proses PAIKEM; (2)
meningkatkan peran serta warga sekolah dalam berprilaku hidup bersih, sehat dan
peduli lingkungan sekolah secara mandiri dan bersama-sama agar menjadi budaya
sekolah, (3) menciptakan sekolah berbudaya lingkungan, kondusif dan memadai sebagai
tempat proses pendidikan yang menyenangkan, (4) menciptakan suasana kerja yang
harmonis, berdasarkan 10 indikator budaya sekolah, yaitu: (i) kedisiplinan, (ii)
partisipasi dan tanggung jawab, (iii) kebersamaan dan kekeluargaan, (iv) kejujuran yang
tinggi, (v) semangat hidup, (vi) semangat belajar, (vii) menyadari kelemahan diri sendiri
dan mengakui kelebihan orang lain, (viii) menghargai orang lain, (ix) mewujudkan
persatuan, dan (x) berpandangan positif, (5) membina dan mengembangkan potensi
peserta didik, guru, dan karyawan agar menjadi sumber daya manusia yang handal, (6)
meningkatkan pelayanan yang optimal dan menyenangkan bagi siswa, insan pendidik
dan masyarakat, serta (7) mengembangkan sikap dan perilaku religius.
Pengembangan visi dan misi ini didasarkan pada konsisi sosial budaya
masyarakat Kintamani yang multikultural, namum memiliki nilai-nilai budaya Bali
yang kuat. Untuk mewujudkan visi dan misi sebagaimana digambarkan di atas SMP
Negeri 1 Kintamani mengembangkan berbagai upaya. Salah satu upaya strategis yang
dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan adalah dengan
meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pengajarnya yang sebelumnya masih
berkualifikasi diploma dan sarjana untuk melanjutkan kejenjang sarjana dan magister.
Selain itu, sekolah juga mengirim tenaga pengajarnya untuk mengikuti berbagai
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
melangsungkan proses pembelajaran. Setangkup dengan usaha tersebut adalah dengan
6
mengikutkan siswa dalam berbagai ajang perlombaan, baik yang bersifat akademik
mapun non akademik.
SMP Negeri 1 Kintamani termasuk kategori Sekolah Standar Nasional (SSN)
dan memiliki 62 orang tenaga pendidik dengan kualifikasi pendidikan S2 sebanyak 24
orang dan S1 sebanyak 38 orang. Sekolah ini memiliki 993 siswa yang dikelompokan
ke dalam 24 rombongan belajar. Ruang kelas yang dimiliki sekolah sebanyak 23 ruang
ditambah dengan 1 ruang lain yang difungsikan sebagai ruang kelas. Selain itu sekolah
juga memiliki 1 ruang perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan
ruang serba guna/aula. Sekolah juga memiliki ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala
sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang tamu. Prasarana lain adalah 1 buah
gudang, 1 buah dapur, 1 ruang produksi, 1 ruang data, 1 ruang arsip, 1 ruang BK, 1
ruang PMR/Pramuka, 1 ruang OSIS, 1 ruang koperasi, 1 Hall/lobi, kantin sehat, rumah
penjaga sekolah, bangsal kendaraan, dan pos satpam. Untuk menunjang pendidikan
lingkungan hidup dan kesehatan sekolah dilengkapi dengan taman sekolah, 1 ruang
UKS yang lengkap dan representatif, 2 buah WC/kamar mandi guru dan 4 toilet/kamar
mandi siswa, taman belajar dan 10 buah tong sampah.
Dilihat dari kualifikasi akademik tenaga pengajar di SMP 1 Kintamani sudah
sangat memadai, mengingat hampir semua guru berkualifikasi akademik sarjana,
bahkan beberapa telah memiliki kualifikasi akademik magister. Namun secara faktual
para guru mengakui berbagai kendala masih dihadapi dalam mewujudkan sekolah yang
berkarakter sebagaimana visi dan misi sekolah. Ada beberapa kendala yang dihadapi
sekolah dalam mengembangkan sekolah berkarakter, yaitu : (1) daya dukung
masyarakat sebagai pemilik dan penikmat hasil pendidikan, belum mampu
menunjukkan budaya berkarakter sebagaimana praktek pendidikan yang dilakukan di
sekolah, (2) latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah dan berbagai etnis
belum sepenuhnya mampu menunjukkan perbauran budaya yang positif, (3)
kemampuan siswa yang sangat beragam dengan berbagai latar belakang sosial budaya,
(4) perubahan kurikulum yang secara terus menerus belum dibarengi dengan pelatihan
yang memadai membuat guru kesulitan dalam implementasinya, (5) perubahan
kurikulum 2013 yang menghendaki perubaha pola pikir tenaga pendidik untuk dapat
membangun karakter siswa melalui pendekatan scientific, model pembelajaran
konstruktivis, asesment hasil dan proses pembelajaran dan pengembangan multi
7
intlegensi siswa, dan (6) para guru di SMP 1 Kintamani sampai saat ini belum mampu
mengembangkan dan mengimplementasikan model-model pembelajaran yang berbasis
kearifan lokal yang mampu mempermudah siswa dalam membangun karakter
berdasarkan budaya lokal yang berkembang pada masyarakat. Disamping upaya
tersebut, dorongan dan motivasi para guru di SMP 1 Kintamani untuk mengitegrasikan
pendidikan karakter bangsa dalam proses pembelajaran tampak dalam melangsungkan
praktek pembelajaran. Akan tetapi, upaya tersebut masih tampak dalam tataran teoritis
atau baru menyentuh pada tingkatan kognitif siswa, belum tampak upaya terstruktur
yang mampu membangun sikap dan keterampilan karakter yang menjadi tujuan
pengembangan pembelajaran karakter bangsa. Untuk itu diperlukan proses pelatihan
dan pendampingan yang lebih komperhensip bagi para guru SMP 1 Kintamani untuk
dapat mengembangkan program sekolah berkarakter, program pengelolaan lingkungan
berkarakter serta pelatihan dan pendampingan implementasi model-model
pembelajaran berbasis lokal genius sesuai kurikulum nasional tahun 2013.
Infrastruktur SMP 1 Kintamani memiliki daya dukung yang memadai untuk
menjadi sekolah berkualitas dan berkarakter. Tata ruang SMP 1 Kintamani dibangun
berdasarkan konsep Tri Mandala, yaitu pembagian tata ruang berdasarkan pada tiga
wilayah, yaitu: (1) utama mandala (wilayah utama/suci), (2) madya mandala (wilayah
tengah), dan (3) nista mandala (wilayah bawah). Berdasarkan pada pembagaian ruang
ini pada kawasan utama mandala dibangun tempat suci, ruang kepala sekolah, ruang
tamu dan depan sekolah dibangun gapura serta taman hijau sebagai perindang,
sedangkan pada madya mandala dibangun ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang osis,
ruang UKS, ruang belajar, laboratorium, lapangan upacara ruang administrasi dan ruang
aula untuk pertemuan. Sedangkan pada wilayah nista mandala dibangun tempat MCK,
tempat sampah dan kantin sekolah. Untuk mempercantik tampilan wilayah sekolah pada
setiap depan ruang kelas atau ruang belajar dibangun taman. Namun penataan
kebersihan dan keindahan ruangan belum banyak mendapatkan perhatian, baik dari
guru, siswa mapun dari pegawai administrasi. Implikasinya ruangan yang ada di SMP 1
Kintamani tampak tidak tertata dengan baik, sehingga tidak memiliki nilai ergonomi.
Demikian juga dengan penataan dan perawatan taman sekolah, tampak tidak
mendapatkan perhatian yang memadai.
8
Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 dan 17
Juni 2014, disampaikan bahwa SMP 1 Kintamani memiliki visi dan misi yang strategis
untuk membangun sekolah berkarakter, mengingat berbagai persoalan demoralisasi
pernah terjadi di SMP 1 Kintamani ini. Kasus perkelahian pelajar yang terjadi pada
tahun 2011 yang melibatkan puluhan siswa, kasus siswa yang berhenti sekolah karena
hamil dan “pemalakan” yang dilakukan pelajar yang memiliki power merupakan
persoalan yang sangat urgen. Persoalan implementasi karakter dalam kehidupan sekolah
juga kurang tampak karena program sekolah yang belum bersesuaian, belum ada
pedoman standar prilaku civitas akademika, belum ada pedoman standar pengelolaan
lingkungan sekolah dan belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan dalam
mengemas dan mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius.
Para guru mengakui memiliki motivasi yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang
berkarakter dan berdaya saing, terlebih lebel SMP 1 Kintamani yang pernah memiliki
nama bersar merupakan tanngungjawab yang cukup berat. Untuk itu, kepala sekolah,
guru dan komite sekolah telah melakukan upaya strategis dengan merumuskan visi dan
misi yang sejalan dengan pembangunan dan pengembangan sekolah berkarakter.
Berdasarkan pada analisis konseptual dan kondisi empirik di atas, urgensi masalah
pengembangan sekolah berkarakter pada SMP 1 Kintamani adalah berkaitan dengan
melatih dan membuadayakan prilaku berkarakter warga sekolah, diantaranya adalah: (1)
perlu adanya pedoman standar prilaku budaya sekolah yang menujukkan budaya
berkarakter, baik standar prilaku bagi guru, pegawai, bagi siswa dan civitas sekolah
lainnya, (2) perlu adanya pedoman standar baku bagi civitas akademika sekolah dalam
memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, (3) peningkatan kemampuan dan
keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbasis
karakter, (4) peningkatan wawasan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan
model-model pembelajaran berbasis lokal genius yang sejalan dengan nilai-nilai
karakter masyarakat setempat, (5) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru
dalam mengembangankan model evaluasi yang berbasis nilai-nilai karkter yang mampu
mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa, dan (6)
pengembangan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung
pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada
lingkungan sekolah.
9
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada analisis siatuasi sebagaimana di gambarkan di atas,
makapermasalahan utama dari pengabdian masyarakat pengembangan sekolah
berkarakter ini adalah bagaimanakah strategi meningkatkan kemampuan dan
keterampilan civitas akademika SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan program
sekolah berkarakter, pengembangan pedoman standar baku budaya berkarakter bagi
sivitas akademika, pedoman pengelolaan lingkungan sekolah berkarakter dan
keterampilan mengemas dan mengimplementasikan model-model pemberlajaran
berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Secara lebih rinci permasalahan
pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi memformulasikan program-program sekolah yang
mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui
pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah;
2. Bagaimanakah strategi meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru
SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan prangkat pembelajaran karakter
berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013;
3. Bagaimanakah strategi meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam
mengembangkan model evaluasi pembelajaran karkter berbasis lokal genius
yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa
SMP;
4. Bagaimanakah strategi meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengimplementasikan model-model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius yang sesuai dengan pendekatan scientific dan filsafat konstruktivisme
kurikulum 2013;
5. Bagaimanakah strategi mengembangkan kreativitas dan motivasi kelapa sekolah,
guru-guru SMP 1 Kintamani dalam melangsungkan pembelajaran yang sejalan
dengan pendidikan karakter bangsa, untuk membangun pengetahuan, sikap dan
prilaku berkarakter siswa yang selama ini terabaikan dalam proses pembelajaran;
6. Bagaimanakah strategi mengembangkan sekolah yang miliki karakter dan daya
saing. Melalui pegembangan program sekolah berkarakter, pedoman standar
prilaku budaya sekolah berkarakter, pedoman standar perawatan lingkungan
sekolah berbasis lingkungan, pelatihan, pendampingan, supervise praktik
10
pembelajaran berbasis lokal genius akan terbangun suasana akademik dan
kebiasaan berkarakter, baik dikalangan guru, pegawai administrasi mapun siswa
(seluruh civitas akademika SMP 1 Kintamani). Kondisi ini akan mampu
membangun kesadaran akan jiwa dan semangat berkarakter, yang pada akhirnya
melekat dan menjadi label bagi SMP 1 Kintamani.
C. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan pada analisis siatuasi sebagaimana di gambarkan di atas, tujuan
utama dari pengabdian masyarakat pengembangan sekolah berkarakter ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan civitas akademika SMP 1 Kintamani
dalam mengembangkan program sekolah berkarakter, pengembangan pedoman standar
baku budaya berkarakter bagi sivitas akademika, pedoman pengelolaan lingkungan
sekolah berkarakter dan keterampilan mengemas dan mengimplementasikan model-
model pemberlajaran berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Secara lebih rinci
permasalahan pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memformulasikan program-program sekolah yang mampu mendukungan
secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan
dan pembudayaan pada lingkungan sekolah;
2. Untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru SMP 1 Kintamani
dalam mengembangkan prangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius
sesuai kurikulum 2013;
3. Untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan
model evaluasi pembelajaran karkter berbasis lokal genius yang mampu
mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa SMP;
4. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengimplementasikan model-model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius yang sesuai dengan pendekatan scientific dan filsafat konstruktivisme
kurikulum 2013;
5. Untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi kelapa sekolah, guru-guru SMP
1 Kintamani dalam melangsungkan pembelajaran yang sejalan dengan
pendidikan karakter bangsa, untuk membangun pengetahuan, sikap dan prilaku
berkarakter siswa yang selama ini terabaikan dalam proses pembelajaran;
11
6. Untuk mengembangkan sekolah yang miliki karakter dan daya saing. Melalui
pegembangan program sekolah berkarakter, pedoman standar prilaku budaya
sekolah berkarakter, pedoman standar perawatan lingkungan sekolah berbasis
lingkungan, pelatihan, pendampingan, supervise praktik pembelajaran berbasis
lokal genius akan terbangun suasana akademik dan kebiasaan berkarakter, baik
dikalangan guru, pegawai administrasi mapun siswa (seluruh civitas akademika
SMP 1 Kintamani). Kondisi ini akan mampu membangun kesadaran akan jiwa
dan semangat berkarakter, yang pada akhirnya melekat dan menjadi label bagi
SMP 1 Kintamani.
D. Manfaat
Sedangkan manfaat yang relevan dengan progaram pengabdian masyarakat ini
adalah terbangunnya budaya SMP 1 Kintamani yang berkarakter dan berdaya saing.
Secara khusus manfaat kegiatan ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Bangli, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli,
bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang
telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan Kabupaten Bangli,
khususnya pada jenjang SMP, yaitu peningkatan kualitas proses dan mutu
pendidikan melalui pemberdayaan civitas akademika;
2. Bagi Sekolah, program ini dapat membantu merealisasikan visi dan misi sekolah
dalam membangun dan mengembangkan sekolah berkarakter dan berdaya saing
dengan keunggulan lokal genus yang dimiliki. Melalui pengembangan program
sekolah berkarakter, standar prilaku civitas akademika SMP 1 Kintamani,
standar pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah serta peningkatan
wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran serta implementasi model pembelajaran berbasis lokal genius
akan terealisasi nilai-nilai karakter pada lingkungan sekolah;
3. Bagi Komite Sekolah, program ini membantu mewujudkan tujuan komite
sekolah dalam membangun budaya sekolah yang berkarakter sesuai dengan
nilai-nilai multikultural masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani;
4. Bagi Guru, program pengabdian masyarakat ini akan mampu meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang dan mengembangkan
perangkat pembelajaran serta cara mengimplementasikan model pembelajaran
12
berbasis lokal genius sesuai dengan kurikulum 2013. Kemampuan dan
keterampilan ini akan menjadi bekal dalam megembangkan siswa berkarakter
sebagaimana tujuan pemberlakuan kirkulum 2013.
5. Bagi Civitas Akademika Sekolah, pelatihan dan pendampingan pengembangan
standar budaya berkarakter yang akan menghasilkan program sekolah
berkarakter, pedoman standar baku pemeliharaan lingkungan sekolah dan
pedoman standar prilaku berkarakter bagi civitas akademika sekolah, sehingga
memudahkan civitas akademika sekolah dalam mewujudkan tujuan membangun
sekolah berkarakter sebagaimana tujuan sekolah;
6. Bagi Siswa, program pengabdian masyarakat yang menghasilkan standar prilaku
berkarakter dan standar perawatan lingkungan sekolah serta
mengimplementasikan model pembelajaran lokal genius akan memberikan
wahana bagi siswa baik diluar kelas mapun di dalam kelas dalam melatih,
membiasakan dan membudayakan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Hal ini
penting untuk dilakukan mengingat dalam konteks akademik proses penanaman
nilai-nilai karakter sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa akan berhasil jika
dilakukan melalui tauladan, pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan dalam
semua aspek kehidupan.
13
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru SMP Negeri 1
Kintamani, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan
dan pendampingan pengembangan dan pengemasan model-model pembelajaran
karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013 pada guru-guru SMP Negeri 1
Kintamani. Pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius dalam rangka pendidikan karakter bangsa sesuai kurikulum 2013
dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober di SMP Negeri 1 Kintamani
dengan mendatangkan tim pakar dari Undiksha Singraja khususnya pakar pendidikan
karakter (PPKn). Pelatihan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius sesuai kurikulum 2013 dalam rangka pendidikan karakter bangsa, sangat
membantu guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dalam membuat dalam mengembangan
dan mengemas perangkat pembelajaran yang akan digunakan di sekolah-sekolah
mereka, khususnya dalam rangka implementasi pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran.
Pelaksanaan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis lokal genius ini
akan dilakukan dengan tiga metode secara sinergis, yaitu: metode diklat,
pendampingan/supervisi kelas, dan metode showcase. Tiga metode ini juga sudah
digunakan oleh CCE, CICED, dan CCEI dalam pembinaan kepada guru-guru dan
dinilai sangat efektif dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan serta
keterampilan para guru. Pada fase pertama, metode diklat akan digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan kepala sekolah dan guru guru-guru SMP 1 Kintamani
berkaitan dengan pedoman standar prilaku budaya sekolah, pedoman standar dalam
memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, strategi merancang program-program
sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa
melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, hakekat
pendidikan karakter bangsa, model pembelajaran lokal genius (catur asrama),
perangkat pembelajaran berbasis pendidikan karakter bangsa dan mode evaluasi
pendidikan karakter bangsa berbasis budaya lokal. Pada proses pendidikan dan latihan
ini tim P2M akan bekerja sama dengan pakar pendidikan karakter Undiksha Singaraja,
pakar manajemen pendidikan dan pengawas sekolah. Pakar pendidikan karakter, pakar
14
manajemen pendidikan dan pengawas sekolah ini akan memberikan paket materi
kepada para guru dan kepala sekolah tentang cara membuat pedoman standar prilaku
budaya sekolah, pedoman standar dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah,
strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara
langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan
pembudayaan pada lingkungan sekolah, implementasi Kurikulum 2013, perangkat
pembelajaran berbasis karakter, model evaluasi berbasis karakter dan model
pembelajaran berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Pada
proses ini akan di libatkan sebanyak 30 orang guru dan kepala sekolah yang akan
dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat selama 50 jam (enam hari kegiatan) oleh tim
ahli pendidikan karakter dan tim ahli kurikulum serta atas keikutsertaanya diberikan
penghargaan berupa sertifikat. Materi yang didiklatkan adalah: strategi merancang
program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan
karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan
sekolah (selama 5 jam), kurikulum 2013 (selama 5 jam), pendidikan karakter dan
budaya bangsa (selama 5 jam), workshop model pembelajaran berbasis lokal genius
(selama 15 jam), workshop pengembangan model evaluasi pembelajaran karakter
berbasis lokal genius (selama 5 jam), workshop pengembangan dan pengemasan
perangkat pembelajaran (selama 10 jam), dan evaluasi/refleksi pengalaman belajar (5
jam).
Pada fase kedua kegiatan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis
lokal genius ini akan menggunakan metode pendampingan dan supervisi kelas. Pada
fase ini akan dilakukan dua bentuk kegiatan sekaligus. Pertama adalah pendampingan
dari pakar Pendidikan Karakter dan Manajemen Pendidikan terhadap realisasi dari
program standar prilaku civitas akademika SMP 1 Kintamani, program standar
pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dan program sekolah berkarakter
yang telah dikembangkan dari proses pelatihan. Pendampingan pelaksanaan program ini
dilakukan untuk menjamin kontinyuitas program, sasaran program, manfaat program
dan luaran program yang telah dikembangkan untuk dilakukan refleksi dan revisi sesuai
dengan kebutuhan. Proses pendampingan implementasi program ini akan dilakukan
selama tiga bulan yang bersifat isidental sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di
SMP 1 Kintamani. Kedua, guru-guru dengan ijin dari kepala sekolah
15
mengimplementasikan perangkat embelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran
karakter berbasis lokal genius di kelas masing-masing (cukup 9 kelas sebagai fase uji
coba). Pada saat implementasi inilah kegiatan supervisi dan pembinaan dilakukan oleh
tim pakar pendidikan karakter bekerja sama dengan para pengawas yang dilibatkan
dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan oleh kepala sekolah secara internal untuk
memperkuat program yang dikembangkan. Pendekatan supervisi yang digunakan adalah
superviri klinis. Supervisi klinis dalam proses ini dimaksudkan untuk membimbing guru
melalui tatap muka secara kolegial, yang dipusatkan pada “tampilan guru” dalam
melangsungkan proses pembelajaran sehingga sesegera mungkin dapat dilakukan
perbaikan dan pengembangan. Secara sirkuler supervisi klinis diawali dengan proses
perencanaan, observasis pelaksanaan pembelajaran di kelas dan diakhiri dengan
refleksi. Proses perbaikan akan dilakukan secara langsung pada saat akhir pembelajaran
dilaksanakan, sehingga masukan dan perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi
guru-guru yang melakukan praktik pembelajaran dengan model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa.
Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah diminta
melakukan kegiatan showcase keberhasilan program dan hasil belajar siswa yang
dijadikan sebagai subjek kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan
penyajian/presentasi hasil program pengembangan standar prilaku budaya sekolah
berkarakter, standar pengelolaan dan perawatan lingkungan sekolah dan program
sekolah berkarakter serta penyajian/persentasi portofolio oleh siswa (masing-masing
mata pelajaran yang diwakili oleh 1 kelas). Pada saat showcase ini para pejabat
pemerintahan terkait di tingkat lokal/kabupaten akan diundang untuk menjadi tim
penilai. Showcase akan dilakukan di SMP 1 Kintamani di mana kegiatan pengabdian
masyarakat ini dilaksanakan. Di akhir showcase kepala sekolah, guru-guru dan seluruh
civitas akademika diminta untuk melanjutkan program standar prilaku budaya sekolah
berkarakter, standar pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dan program
sekolah berkarakter serta implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius ini sebagai wahana pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dan di
kelas masing-masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim P2M, Pengawas,
dan kepala sekolah secara internal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin
16
keberlanjutan program pengembangan sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani
sebagaimana visi dan misi sekolah.
Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap
positif, dan keterampilan seluruh civitas akademika dalam mengimplementasikan
prilaku berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program
sekolah berkarakter dan keterampilan profesional guru-guru dalam
mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai
wahana pendidikan karakter bangsa. Di samping itu perlu dilihat output penerapan
model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil
belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah:
pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya
diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial
religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi,
presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan
mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program
tersebut akan dievaluasi melalui metode observasi, wawancara dan tes sumatif
Tayibnapis (2000). Evaluasi melalui observasi dilakukan untuk melihat secara langsung
proses keberhasilan program dilihat dari aktivitas sekolah, lingkungan sekolah, budaya
akademik sekolah, proses pembelajaran dan pola pelatihan, pembiasaan serta
pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan
untuk memformulasi pandangan kepala sekolah, pandangan guru-guru, pendapat siswa
dan sivitas akademika SMP 1 Kintamani lainnya berkaitan dengan pedoman standar
prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah,
program sekolah berkarakter, pengembangan perangkat pembelajaran karakter berbasis
lokal genius dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius. Wawancara dan observasi terhadap program ini dilakukan selama kegiatan
berlangsung atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai
keberhasilan program melalui persentasi oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa
oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada fase
akhir program atau penilaian output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi proses akan
berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan pendampingan/supervisi dan
pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada
17
capaian program dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan program, karena itu
dikembangkan sebagai berikut:
Tabel 01: Indikator Evaluasi Program P2M
No Model
Evaluasi
Fokus Indikator
1
Formatif 1.1. Diklat 1.1.1. Relevansi dan kejelasan materi diklat
bagi peserta
1.1.2. Kecocokan porsi waktu diklat
1.1.3. Relevansi dan sikap peserta terhadap
strategi diklat
1.1.4. Tingkat pemahaman konsetual cara
pengembangan program sekolah yang
mendukung pembentukan sekolah
berkarakter
1.1.5. Tingkat pemahaman konseptual
pengembangan dan pengemasan
perangkat pembelajaran karakter
berbasis lokal genius
1.1.6. Tingkat pemahaman konseptual tentang
model pembelajaran karakter berbasis
lokal genius.
1.2. Pendampingan/
Supervisi
1.2.1. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru,
siswa dan civitas akademika sekolah
terhadap pedoman prilaku berkarakter
1.2.2. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru,
siswa dan civitas akademika sekolah
terhadap pedoman perawatan dan
penataan lingkungan sekolah
1.2.3. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru,
siswa dan civitas akademika sekolah
terhadap program sekolah yang
mendukung pembentukan sekolah
berkarakter
1.2.4. Sikap guru-guru terhadap kegiatan
supervisi dan pembinaan
1.2.5. Keterampilan profesional guru-guru
dalam mengimplementasikan perangkat
pembelajaran karakter berbasis lokal
genius
1.2.6. Keterampilan profesional guru-guru
dalam melaksanakan model
pembelajaran karakter berbasis lokal
genius
1.2.7. Keterampilan profesional guru-guru
dalam melaksanakan model evaluasi
karakter berbasis lokal genius
18
1.3. Showcase guru
dan siswa
1.3.1. Kesiapan peserta mengikuti showcase
1.3.2. Relevansi dokumen portofolio guru
(kelengkapan, kejelasan, informasi,
hal-hal yg mendukung, grafis, bagian
dokumentasi, persuasif, kegunaan,
koordinasi, dan refleksi).
1.3.3. Relevansi dokumen portofolio siswa
(kelengkapan, kejelasan, informasi,
hal-hal yg mendukung, grafis, bagian
dokumentasi, persuasif, kegunaan,
koordinasi, dan refleksi).
1.3.4. Kebermaknaan presentasi guru
(signifikansi, pemahaman, argumentasi,
responsif, relevansi program, eviden,
koordinasi, dan refleksi program)
1.3.5. Kebermaknaan presentasi siswa
(signifikansi, pemahaman, argumentasi,
responsif, kerja sama kelompok,
persuasif, kegunaan, koordinasi, dan
refleksi)
2 Sumatif 1.1. Hasil program
secara
menyeluruh
1.1.1. Pemahaman konseptual civitas sekolah
terkait program
2.1.2. Penguasaan relevansi program terhadap
sikap dan prilaku civitas akademika
terhadap program
2.1.3. Penguasaan keunggulan dan kendala
program yang telah dilaksanakan
2.1.4. Penguasaan terhadap keterkaitan antar
program
2.1.5. Penguasaan atas komitmen dan
keberlanjutan program
2.1.6. Penguasaan kerjasama civitas
akademika sekolah dalam implementasi
program P2M
2.1.5. Penguasaan rencana kegiatan untuk
keberlanjutan program setelah kegiatan
P2M dilaksanakan
1.2. Hasil belajar
siswa secara
terintegrasi
1.2.1. Pemahaman konseptual siswa
1.2.2. Kemampuan pemecahan masalah
1.2.3. Rasa percaya diri
1.2.4. kepekeaan dan Komitmen social
1.2.5. Orientasi nilai dan sikap sosial religius
1.2.6. Keterampilan sosial siswa
Sumber: Sukadi, Sanjaya, Kertih. 2010, 2011. Belajar dan Pembelajaran sebagai
Yadnya. Buku Panduan Guru. Singaraja: Undiksha.
19
Untuk melakukan penilaian pada setiap indikator keberhasilan program, tim
akan mengembangkan sendiri instrumen penilaian baik berupa tes pemahaman konsep,
pedoman wawancara, pedoman observasi, form penilaian kinerja, form penilaian
produk, form penilaian diri, dan form penilaian portofolio. Pengembangan instrumen ini
akan dilakukan melalui pengembangan kisi-kisi, petunjuk pengerjaan instrumen,
pengembangan instrumen, uji konstruk untuk mengetahui kesesuaian isi atau conten, uji
validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan.
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada analisis konseptual dan kondisi empirik SMP Negeri 1
Kintamani maka urgensi masalah di SMP Negeri 1 Kintamani adalah pengembangan
sekolah berkarakter berkaitan dengan melatih dan membuadayakan prilaku berkarakter
warga sekolah, diantaranya adalah: (1) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbasis karakter, (2) peningkatan
wawasan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model
pembelajaran berbasis lokal genius yang sejalan dengan nilai-nilai karakter masyarakat
setempat, (3) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengembangankan model evaluasi yang berbasis nilai-nilai karkter yang mampu
mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa, dan (4)
pengembangan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung
pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada
lingkungan sekolah. Berkenaan dengan itu, maka akan dilakukan pelatihan dan
pendampingan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakter dan
pendampingan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius
pada guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani. Pelatihan dan pendampingan pengemasan
perangkat pembelajaran dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis
lokal genius sesuai kurikulum 2013 dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan
Oktober di SMP Negeri 1 Kintamani dengan mendatangkan tim pakar dari Undiksha
Singraja khususnya pakar pendidikan karakter dan pakar kurkulum.
Pada fase pertama, metode diklat akan digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan kepala sekolah dan guru guru-guru SMP 1 Kintamani berkaitan dengan
strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara
langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan
pembudayaan pada lingkungan sekolah, hakekat pendidikan karakter bangsa, model
pembelajaran lokal genius (catur asrama), perangkat pembelajaran berbasis pendidikan
karakter bangsa dan mode evaluasi pendidikan karakter bangsa berbasis budaya lokal.
Pada proses pendidikan dan latihan ini tim P2M akan bekerja sama dengan pakar
pendidikan karakter Undiksha Singaraja, pakar kurikulum dan kepala sekolah. Pakar
pendidikan karakter, pakar kurikulum dan kepala sekolah ini akan memberikan paket
21
materi kepada para guru strategi merancang program-program sekolah yang mampu
mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan,
pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, implementasi Kurikulum
2013, perangkat pembelajaran berbasis karakter, model evaluasi berbasis karakter dan
model pembelajaran berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa.
Pada proses ini akan di libatkan sebanyak 30 orang guru dan kepala sekolah yang akan
dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat selama 50 jam (enam hari kegiatan) oleh tim
ahli pendidikan karakter, tim ahli kurikulum serta atas keikutsertaanya diberikan
penghargaan berupa sertifikat. Materi yang didiklatkan adalah: strategi merancang
program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan
karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan
sekolah (selama 5 jam), kurikulum 2013 (selama 5 jam), pendidikan karakter dan
budaya bangsa (selama 5 jam), workshop model pembelajaran berbasis lokal genius
(selama 15 jam), workshop pengembangan model evaluasi pembelajaran karakter
berbasis lokal genius (selama 5 jam), workshop pengembangan dan pengemasan
perangkat pembelajaran (selama 10 jam), dan evaluasi/refleksi pengalaman belajar (5
jam).
Pelaksanaan pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran dan implementasi
model-model pembelajaran karakter sesuai kurikulum 2013 dimulai dari pemberian
materi mengenai: (1) rasional kurikulum 2013, (2) elemen perubahan kurikulum 2013,
(3) pendekatan dan model evaluasi dalam kurikulum 2013, (4) pengembangan dan
pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013, dan (5) model-model
pembelajaran berbasis kearifan local dalam imlementasi pendidikan karakter sesuai
kurikulum 2013. Rasional kurikulum 2013 adalah tantangan yang bersifat internal dan
tantangan yang bersifat eksternal yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa
mendatang. Tantangan internal, dilihat dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia
yang akan mencapai puncaknya pada angka penduduk produktif di tahun 2045,
sehingga mesti dipersiapkan dari saat ini. Tantangan berikutnya secara internal adalah
masalah semakin menurunnya moralitas masyarakat yang ditunjukkan dengan berbagai
pristiwa dan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancancasil. Kondisi ini perlu direspon
dengan menyesuaikan kurikulum agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan
dating.
22
Secara prinsip perubahan kurikulum 2013 terletak pada: (1) kompetensi lulusan,
yaitu adanya upaya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata
pelajaran yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan, yaitu untuk SD tematik terpadu dalam
semua mata pelajaran, SMP mata pelajaran, SMA mata pelajaran dan SMK vokasional,
(4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu (isi), untuk SD bersifat
holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), untuk SMP TIK menjadi media semua
mata pelajaran, pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan
ekstrakurikuler, untuk SMA ada matapelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan,
untuk SMK terjadi penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6
program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian), (5) proses
pembelajaran, yaitu standar proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi,
dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta, belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di
lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar, sikap
tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan, (6) penilaian hasil
belajar menggunakan penilaian berbasis kompetensi, pergeseran dari penilain melalui
tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian
otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil], memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu
pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL, dan mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen
utama penilaian, dan (7) ekstrakurikuler yaitu adanta ekstra wajib dan pilihan (Badan
Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan, 2013).
Dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka setiap sekolah mesti mampu
merancang dan menggunakan perangkat pembelajaran. Sementara menurut Standar
Nasional Pendidikan (2013: 3) pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana
diamanatkan UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
23
demokratis serta bertanggung jawab dapat tercapai melalui pencapaian empat
kompetensi inti. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi
Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh
peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu
atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi
Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara
konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Kompetensi Inti
dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu: (1) sikap spiritual yang
mencakup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) sikap sosial yang
mencakup berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis, (3) berilmua, dan (4) yang
mencakup kecakapan dan keterampilan.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1)
mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5)
mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam
berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
LANGKAH
PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat)
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari
informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati
Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis
yang perlu
24
Mengumpulkan informasi/
eksperimen
- melakukan eksperimen
- membaca sumber lain
selain buku teks
- mengamati objek/
kejadian/
- aktivitas
- wawancara dengan nara
sumber
Mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan,
menghargai pendapat
orang lain, kemampuan
berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
- mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen
mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
- Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan
Mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta
deduktif dalam
menyimpulkan .
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainnya
Mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir
sistematis,
mengungkapkan pendapat
dengan
Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang
mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan
indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6)
25
media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7)
penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk
kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran
yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan
RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan
maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan
pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara
berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau
secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam
suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang
ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara
berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan
disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
Berkenaan dengan kewenangan tersebut, maka guru dapat melakukan
pengembangan RPP. Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP
adalah sebagai berikut: (1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum
dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk
rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran, (2) RPP
dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan
kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi
belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta
didik, (3) mendorong partisipasi aktif peserta didik, (4) sesuai dengan tujuan
Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan
tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada
peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan
belajar, (5) mengembangkan budaya membaca dan menulis, (6) proses pembelajaran
dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, (7) memberikan umpan
balik dan tindak lanjut, (8) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik
positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan
26
setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan
kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan
sesuai dengan kelemahan peserta didik, (9) keterkaitan dan keterpaduan, (10) RPP
disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran
tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman
budaya, (11) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, dan (12) RPP disusun
dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan
pada rasional pengembangan RPP tersbut maka RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan
pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar,
dan (v) penilaian. Komponen-komponen tersebut secara oprasional diwujudkan dalam
bentuk format berikut:
Sekolah :
Matapelajaran :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :
Kompetensi Inti (KI)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. _____________ (KD pada KI-1 Indikator)
2. _____________ (KD pada KI-2 Indikator)
3. _____________ (KD pada KI-3 Indikator)
4. _____________ (KD pada KI-4 Indikator)
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
H. Penilaian
Pada fase kedua kegiatan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis
lokal genius ini akan menggunakan metode pendampingan dan supervisi kelas. Guru-
guru dengan ijin dari kepala sekolah mengimplementasikan perangkat pembelajaran,
model evaluasi dan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di kelas masing-
masing (cukup 3 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat implementasi inilah kegiatan
supervisi dan pembinaan dilakukan oleh tim pakar pendidikan karakter bekerja sama
dengan ahli kurikulum yang dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan
27
oleh kepala sekolah secara internal untuk memperkuat program yang dikembangkan.
Pendekatan supervisi yang digunakan adalah superviri klinis. Supervisi klinis dalam
proses ini dimaksudkan untuk membimbing guru melalui tatap muka secara kolegial,
yang dipusatkan pada “tampilan guru” dalam melangsungkan proses pembelajaran
sehingga sesegera mungkin dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan. Secara
sirkuler supervisi klinis diawali dengan proses perencanaan, observasis pelaksanaan
pembelajaran di kelas dan diakhiri dengan refleksi. Proses perbaikan akan dilakukan
secara langsung pada saat akhir pembelajaran dilaksanakan, sehingga masukan dan
perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru yang melakukan praktik
pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai
wahana pendidikan karakter bangsa.
Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah diminta
melakukan kegiatan showcase keberhasilan program dan hasil belajar siswa yang
dijadikan sebagai subjek kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan
penyajian/presentasi portofolio oleh siswa (masing-masing mata pelajaran yang diwakili
oleh 1 kelas). Pada saat showcase ini para pejabat pemerintahan terkait di tingkat
kecmatan akan diundang untuk menjadi tim penilai. Showcase akan dilakukan di SMP 1
Kintamani di mana kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan. Di akhir
showcase kepala sekolah, guru-guru dan seluruh civitas akademika diminta untuk
melanjutkan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius ini
sebagai wahana pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dan di kelas masing-
masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim P2M, dan kepala sekolah secara
internal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan program
pengembangan sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani sebagaimana visi dan misi
sekolah. Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap
positif, dan keterampilan seluruh civitas akademika dalam mengimplementasikan
prilaku berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program
sekolah berkarakter dan keterampilan profesional guru-guru dalam
mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai
wahana pendidikan karakter bangsa. Di samping itu perlu dilihat output penerapan
model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil
belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah:
28
pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya
diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial
religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi,
presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan
mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program
tersebut akan dievaluasi melalui metode observasi, wawancara dan tes sumatif
Tayibnapis (2000). Evaluasi melalui observasi dilakukan untuk melihat secara langsung
proses keberhasilan program dilihat dari aktivitas sekolah, lingkungan sekolah, budaya
akademik sekolah, proses pembelajaran dan pola pelatihan, pembiasaan serta
pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan
untuk memformulasi pandangan kepala sekolah, pandangan guru-guru, pendapat siswa
dan sivitas akademika SMP 1 Kintamani lainnya berkaitan dengan pedoman standar
prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah,
program sekolah berkarakter, pengembangan perangkat pembelajaran karakter berbasis
lokal genius dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal
genius. Wawancara dan observasi terhadap program ini dilakukan selama kegiatan
berlangsung atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai
keberhasilan program melalui persentasi oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa
oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada fase
akhir program atau penilaian output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi proses akan
berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan pendampingan/supervisi dan
pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada
capaian program dan hasil belajar siswa
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelatihan dan pendampingan pengembangan sekolah
berkarakter dan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai
kurikulum 2013 pada SM Negeri 1 Kintamani dapat ditarik beberapa kesimpulan dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu :
1. Sebelum dilakukan pelatihan dan pendampingan pengembangan sekolah
berkarakter dan implementasi model-model pembelajaran berbasis lokal
genius sesuai dengan kurikulum 2013 pada guru SMP Negeri 1 Kintamani
hampir semua guru belum memiliki kemampuan dalam mengembangkan
dan mengemas rencana pelaksanaan pembelajaran yang mampu
meimplementasikan nilai-nilai karakter sesuai dengan kurikulum tahun
2013, sebagain besar guru belum memiliki keterampilan yang memadai
dalam menterjemahkan pendidikan karakter bangsa melalui proses evaluasi
pembelajaran yang dilangkan, belum tampak upaya strategis yang dilakukan
oleh guru untuk mengembangkan nilai-nilai karakter, hal ini tampak dari
hasil analisis terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dan belum
dimilikinya kemampuan mengembangkan model-model pembelajaran yang
mampu mengimplementasikan proses pelatihan, pembiasaan dan
pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran
2. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan oleh tim pakar dari
Undiksha Singaraja, guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani memiliki
kemampuan yang memadai melaksanakan model pembelajaran karakter
berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat diketahui dari
hasil pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran
karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Selain itu para guru
mengaku tak takut dan was-was lagi bila mereka harus menerapkan
kurikulum 2013 dengan internalisasi nilai-nilai karakternya karena telah
mampu membuat perangkat pembelajaran dan imlementasinya dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1)
30
mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat
kurikulum 2013, karena selama ini mereka belum mengetahui secara pasti
apa hakekat kurikulum 2013, dan (2) para guru memperoleh gambaran yang
jelas bagaimana cara dan strategi pengembangan dan pengemasan perangkat
pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Guru juga mengakui telah terjadi
peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam memahami
kurikulum tahun 2013 dan pengembangan serta pengemasan perangkat
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun 2013.
4.2. Saran
Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada guru SMP Negeri 1
Kintamani, ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan, yaitu :
1. Bagi guru SMP Negeri 1 Kintamani hendaknya terus melatih diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
memberikan keterampilan yang memadai pada siswa. Terlebih dengan
pemberlakuan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan pengembangan
pembelajaran yang sejalan dengan filsafat pendidikan konstruktivisme.
2. Bagi Dinas pendidikan setempat, semestinya mengusahakan program-
program pelatihan dan pendampingan bagi guru-guru SMP, sehingga
kemampuan dan keterampilan mereka memadai untuk mengembangkan
perangkat pembelajar, mondel pembelajar, dan model evaluasi sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum 2013
31
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta
Pemerintah Kabupaten Bangli. (2012). Bangli dalam Angka. Bangli: Pemda Bangli
Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah
Kejuruan. (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPS UPI.
Dantes. (2007). Hakekat Asesmen Otentik sebagai Penilaian Proses dan Produk dalam
Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi. (Makalah). Disampaikan pada
Pelatihan Kepala SMP/SMA di Kabupaten Buleleng.
Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies
Curriculum Implementation in Bandung Municipality. Disertasi Doctor dari
Macquary University. Tidak diterbitkan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: BPP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemendiknas
Klein, M. Frances. (1989). Curriculum Reform in the Elementary School. New York:
Columbia University.
Lasmawan, W. (2010). Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-
Empirik. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.
MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA Title I. New York: Columbia University.
Miller, J. and Wayne S. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. New York:
Longman.
Nana, S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun: Bandung:
Rosdakarya
Oliva, F.F. 1984. Developing the Curriculum. Boston: Little Brawn and Company.
Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Suastika. (2006). Strategi Kebijakan Mewujudkan Singaraja Sebagai Kota Pendidikan
(Laporan Penelitian). Singaraja: Undiksha
Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Lubuk Linggau. "KTSP Sulit Diterapkan Secara
Nasional" Lubuk Linggau Pos, Selasa, 5 Juni 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.