jurusan pendidikan geografi fakultas hukum dan...

55
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN PEMBUATAN PETA WILAYAH DESA DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK MENDUKUNG BASIS DATA DESA YANG VALID DAN RELIABEL DI DESA PEMARON KECAMATAN BULELENG Oleh Dr. I Putu Sriartha, M.S. NIDN : 0020106112 Drs. I Ketut Suratha, M.Pd NIDN. 0001025403 I Made Sarmita, S.Pd., M.Sc NIDN. 0023058902 Dibiayai dari Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor : SP DIPA/042.01.2.400987/2017 tanggal 7 Desember 2016 Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor: 814/UN48.15/PM2017 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Tahun 2017

Upload: duongcong

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN PEMBUATAN PETA WILAYAH DESA DENGAN

TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK MENDUKUNG

BASIS DATA DESA YANG VALID DAN RELIABEL

DI DESA PEMARON KECAMATAN BULELENG

Oleh

Dr. I Putu Sriartha, M.S.

NIDN : 0020106112

Drs. I Ketut Suratha, M.Pd

NIDN. 0001025403

I Made Sarmita, S.Pd., M.Sc

NIDN. 0023058902

Dibiayai dari Dana DIPA BLU Universitas Pendidikan Ganesha

dengan SPK Nomor : SP DIPA/042.01.2.400987/2017

tanggal 7 Desember 2016 Sesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor: 814/UN48.15/PM2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Tahun 2017

ii

iii

RINGKASAN

Program penerapan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) akan dilaksanakan di Desa

Pemaron, Kecamatan Buleleng. Desa Pemaron memiliki jumlah dan kualitas

sumberdaya manusia/pamong yang cukup memadai dan telah memiliki perangkat

komputer. Namun administrasi data dan informasi desa/kelurahan belum tersedia

secara lengkap, valid, dan reliabel serta dikelola secara manual. Tujuan dan target

khusus yang ingin dicapai dalam P2M ini adalah : (1) Meningkatkan pengetahuan

para pamong desa/kelurahan tentang peta dan Sistem Informasi Geografi (SIG), (2)

memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan tentang pembuatan peta

digital, (3) menghasilkan sistem input, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan

data peta berbasis SIG, (4) menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital

berbasis SIG, dan (4) menghasilkan produk profil desa berbasis komputer. Untuk

mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan pemberdayaan dengan menerapkan

prinsip partisipati penuh kelompok sasaran. Metode pemberdayaan yang diterapkan

bersifat variatif, yaitu : metode brainstorming, workshop, kerja praktek lapangan

(tracking field), bimbingan penugasan dan tanya jawab berbasis modul, pelatihan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan pemberdayaan dengan

menerapkan prinsip partisipati penuh kelompok sasaran. Metode pemberdayaan yang

diterapkan bersifat variatif, yaitu : metode brainstorming, workshop, kerja praktek

lapangan (tracking field), bimbingan penugasan dan tanya jawab berbasis modul,

pelatihan. Tahapan kegiatan dilakukan dengan mengacu pada modul pelatihan yang

disediakan, yaitu mulai dari input data dasar pemetaan, kemudian penentuan

penentuan batas wilayah desa/kelurahan yang akan dipetakan, serta penambahan

beberapa kenampakan umum dan informasi atribut lainnya. Kemudian penggunaan

GPS untuk menghasilkan informasi tambahan dari lapangan untuk kelengkapan

informasi peta. Setelah melalui tahapan kegiatan dan mengacu pada hasil evaluasi

proses dan hasil, peserta menunjukkan pemahaman terhadap materi dan kegiatan

teknis pelatihan yang masih kurang. Perlu diberikan pemahaman dan penekanan pada

beberapa aspek sehingga peserta semakin mantap dalam melakukan pembuatan peta

desa/kelurahan. Informasi yang diberikan oleh aparat desa terkait potensi desa dan

kelengkapan infrastruktur yang ada menjadi suatu hal penting dalam menghasilkan

peta desa/kelurahan yang berkualitas. Produk final yang dihasilkan dalam kegiatan

P2M ini adalah berupa Peta Desa/Kelurahan berbasis digital yang dapat dijadikan

basis data dan informasi bagi para pemangku kepentingan (stakeholders).

Kata-kata kunci :Peta desa/kelurahan, Sistem Informasi geografis (SIG).

iv

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang

Widhi Wasa), karena berkat rahat-Nya pelaksanaan kegiatan P2M ini dapat berjalan

sesuai dengan rencana. Kegiatan P2M ini dilakukan di Desa Pemaron Kecamatan

Buleleng, Kabupaten Buleleng. Kegiatan P2M ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan

pengetahuan para pamong desa/kelurahan tentang peta dan Sistem Informasi Geografi

(SIG), (2) memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan dibidang

pembuatan peta desa/kelurahan digital berbasis SIG, (3) menghasilkan sistem kerja

input, pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan data peta berbasis SIG, (4)

menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital berbasis SIG, dan (5)

menghasilkan data dan informasi profil desa berbasis komputer. Selama kegiatan ini

berlangsung, mulai dari persiapan sampai pelaporan, banyak mandapat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Undiksha atas

penugasan dan dana yang diberikan untuk melaksanakan P2M ini.

2. Camat Buleleng, Kabupaten Buleleng atas ijin yang diberikan untuk

melaksanakan kegiatan P2M ini.

3. Kepala Desa Pemaron beserta staff atas partisipasinya sebagai peserta dalam

pelaksanaan kegiatan P2M ini.

4. Mahasiswa yang telah membantu melancarkan kegiatan P2M ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah

membantu dalam pelaksanaan kegiatan P2M ini.

Akhirnya, semoga kegiatan P2M ini dapat memberikan manfaat dan

sumbangsih bagi aparat desa. Disadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan demi

kesempurnaan kegiatan ini.

Singaraja, Oktober 2017

Tim Pelaksana P2M

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii

Ringkasan ........................................................................................................... iii

Prakata ................................................................................................................ iv

Daftar Isi ............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ………………………………………………...…...……....1

1.2.Analisis Situasi …………………………………………...……...………. 1

1.3.Identifikasi dan Rumusan Permasalahan ………………...…...…………....3

1.4.Tujuan Kegiatan …………………………………………...…..…………. 4

1.5.Khalayak Sasaran ………………………………………...………...……....4

1.6.Target dan Luaran ………………………………………...…………...…...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peta dan Komponen-Komponen Peta………………………………6

2.2 Pemetaan Melalui Sistem Informasi Geografis (SIG)………………………8

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1. Tahapan Kegiatan ........................................................................................ 11

BAB IV HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Hasil Tahap Perencanaan ............................................................................ 14

4.2. Hasi Tahap Pelaksanaan .............................................................................. 15

4.3. Hasil Tahap Evaluasi .................................................................................. 19

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ..................................................................................................... 20

5.2. Saran ............................................................................................................ 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peta memiliki fungsi dan peranan yang sangat vital dalam pembangunan.

Hampir semua instansi sektoral, seperti instansi yang menangani sektor pertanian,

sektor pariwisata, sektor perikanan dan kemaritiman, sektor perhubungan, sektor

pertanahan, sektor pertahanan/keamanan, dan sektor perencanaan wilayah, dan sektor

lainnya membutuhkan peta sebagai basis data untuk merencanakan dan melaksanakan

program kegiatannya. Bahkan ada instansi tertentu yang tidak bisa berjalan tanpa

didukung oleh dokumen peta seperti Bappenas-Bappeda dan BPN. Demikian juga

para stakeholders lainnya seperti para pengusaha, peneliti, dan pegiat LSM, sering

kali memerlukan peta untuk mendukung kelancaran dan ketercapaian program

kerjanya.

Sumber peta yang memuat informasi detail dengan skala besar adalah peta

desa. Setiap desa semestinya memiliki dokumen peta yang menggambarkan potensi

wilayahnya, namun ketersediaan peta desa yang lengkap dan akurat menjadi masalah

utama yang dihadapi oleh semua desa di Indonesia (www.bakosurtanal.go.id/berita).

Pentingnya peta desa sejalan dengan tuntutan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, dan kebijakan pembangunan Pemerintahan Jokowi- JK yang

menetapkan pembangunan dari wilayah perdesaan dan pinggiran. Ketersediaan peta

desa yang valid dan reliabel menjadi cikal bakal penetapan batas-batas wilayah pada

level di atasnya, dan merupakan basis data fundamental dalam mewujudkan tujuan

pembangunan nasional, serta sebagai instrumen pencegah konflik wilayah yang

dipicu karena masalah ketidakjelasan batas wilayah (desa). Untuk itu diperlukan

sumberdaya manusia, terutama aparat desa yang berkompeten di bidang pembuatan

peta desa dan penyusunan profil desa.

1.2.Analisis Situasi

Kecamatan Buleleng termasuk salah satu dari 9 kecamatan yang ada di

Kabupaten Buleleng. Secara administratif Kecamatan Buleleng terdiri atas 29

desa/kelurahan, dengan rincian 25 berstatus wilayah perkotaan dan 4 berstatus

wilayah perdesaan. Luas wilayah seluruhnya adalah 46,45 km2, dengan batas

2

geografis di sebelah timur Kecamatan Sawan, di sebelah selatan Kecamatan

Sukasada, di sebelah barat Kecamatan Banjar, dan di sebelah utara Laut Bali.

Jumlah pamong atau aparat desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng

menempati urutan paling banyak dibandingakan dengan kecamatan lainnya yang ada

di kabupaten Buleleng. Jumlah pamong desa/kelurahan paling banyak terdapat di

Kelurahan Penarukan (20 orang) dan paling sedikit di Kelurahan Kampung Singaraja

(Kecamatan Buleleng Dalam Angka, 2014). Dilihat dari pendidikan formalnya,

pamong desa/kelurahan di Kecamatan Buleleng menunjukkan kondisi yang terbaik

diantara kecamatan di Kabupaten Buleleng.Distribusi pamong desa/kelurahan

masing-masing kecamatan di Kabupaten Buleleng menurut pendidikannya dapat

dicermati pada Tabel 1.

Tabel 1.Jumlah Pamong Desa/Kelurahan Setiap Kecamatan Di Kabupaten

Buleleng Menurut Pendidikannya.

No.

Kecamatan

Pendidikan

Jumlah SD SLTP SLTA Sarjana

Muda

Sarjana

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gerogak

Seririt

Busungbiu

Banjar

Sukasada

Buleleng

Sawan

Kubutambahan

Tejakula

17

6

7

8

7

5

38

7

9

15

25

20

28

17

31

27

21

10

135

191

100

140

140

248

92

102

117

0

1

5

2

0

14

3

1

0

8

12

10

12

9

35

12

9

8

175

236

146

190

173

333

172

142

144

Kabupaten Buleleng 104 194 1.265 26 115 1.711

Sumber : Kecamatan Dalam Angka (9 kecamatan), 2014.

Berdasarkan data Jumlah dan tingkat pendidikan pamong desa/kelurahan

tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Kecamatan Buleleng memiliki sumberdaya

manusia pamong desa/kelurahan paling potensial dibandingkan dengan kecamatan

lainnya. Potensi ini merupakan asset SDM untuk mewujudkan tata kelola

pemerintahan desa yang baik (good governance), termasuk tata kelola di bidang data

dan informasi potensi desa dalam bentuk peta dan profil desa.

3

1.3.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Walaupun jumlah dan tingkat pendidikan pamong desa/kelurahan di

Kecamatan Buleleng tergolong baik, namun ketersediaan dan pengelolaan data

potensi desa/kelurahan belum baik. Hasil penjajagan lapangan di beberapa

desa/kelurahan, ditemukan bahwa peta yang tersedia hanya berupa denah lokasi

desa/kelurahan yang jauh di bawah standar peta yang sebenarnya. Dari tahun

pembuatan denah lokasi tersebut sudah kedaluwarsa (out of date) sehingga tidak

relevan dengan perkembangan wilayah yang terkini. Data tentang peta dan profil

desa/kelurahan masih dikerjakan secara manual. Manualisasi ini terjadi karena

kendala rendahnya kemampuan aparat desa/kelurahan dalam mengoperasikan sistem

komputer, pada hal di setiap desa/kelurahan sudah tersedia minimal satu perangkat

komputer. Akibatnya data dan informasi desa/kelurahan tidak dapat di update secara

cepat. Di samping itu, hampir semua aparat desa termasuk Kepala Desa/Lurah belum

memahami tentang makna konsep objek-objek yang tertera dalam denah lokasi

desa/kelurahan. Misalnya ketika ditanya makna orientasi (arah) yang tertera pada

denah, aparat desa/kelurahan belum mampu menunjukan arah sebenarnya di

lapangan.

Identifikasi permasalahan tersebut di atas hampir ditemukan di semua

desa/kelurahan Kecamatan Buleleng. Pada tahun 2016 kegiatan yang sama telah

berhasil dilakukan di tiga desa/kelurahan, yaitu Desa Tukad Mungga. Desa

Jinengdalem dan Kelurahan Liligundi. Hasil evaluasi kegiatan P2M tahun 2016

menunjukkan bahwa semua desa /kelurahan lainnya merespon secara positif dan

mengharapkan desa/kelurahannya mendapat program kegiatan P2M yang sama di

tahun berikutnya. Berdasarkan fakta hasil evaluasi tersebut pada tahun ini ditetapkan

Desa Pemaron sebagai kelompok sasaran P2M.

Permasalahan data dan informasi yang dimiliki desa/kelurahan tidak lengkap,

tidak up todate, dan tidak akurat, jika didak dicarikan solusinya, maka akan

menyebabkan para stakeholders (para pengguna) mengalami kesulitan untuk

mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan dan

pelaksanaan program pembangunan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, secara kongrit permasalahan yang

akan dipecahkan dalam pengabdian kepada masyarakat ini dapat dirumuskan, sebagai

berikut.

4

1. Pengetahuan dan keterampilan para pamong desa di Desa Pemaron,

Kecamatan Buleleng tentang peta desa/kelurahan tergolong rendah.

Hampir semua pamong desa tidak memahami konsep tentang peta beserta

komponen-komponennya, tidak bisa membaca, menafsirkan objek-objek

yang ada di peta secara benar. Demikian juga keterampilan mereka dalam

pengadaan peta desa/kelurahan, baik secara manual maupun secara digital

di layar komputer (on screen map) tergolong sangat rendah.

2. Di setiap desa belum tersedia peta yang memenuhi standar kartografis. Yang

tersedia baru berupa denah lokasi desa yang desain dan akurasi isinya tidak

dapat dipertanggungjawabkan.

3. Proses input, pengolahan, dan penyimpanan data dan informasi seperti peta

dan profil desa/kelurahan masih dilakukan secara tradisional (manual),

pada hal desa sudah tersedia perangkat komputer walaupun dalam jumlah

yang belum memadai.

1.4.Tujuan Kegiatan

1. Meningkatkan pengetahuan para pamong desa/kelurahan tentang peta dan

Sistem Informasi Geografi (SIG).

2. Memberikan keterampilan para pamong desa/kelurahan dibidang pembuatan

peta desa/kelurahan digital berbasis SIG.

3. Menghasilkan produk berupa peta desa/kelurahan digital berbasis SIG.

1.5.Khalayak Sasaran

P2M ini mengambil lokasi di Desa Pemaron Kecamatan Buleleng.

Pengambilan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa tersebut karena

memiliki potensi SDM pamong desa cukup memadai dan Desa Pemaron mengajukan

permintaan paling awal untuk mendapatkan program kegiatan P2M. dibandingkan

dengan desa/kelurahan lainnya di Kecamatan Buleleng. Potensi SDM yang dimiliki

Desa Pemaron dan adanya keinginan yang besar untuk mendapatkan program

kegiatan P2M diharapkan dapat mendukung keberhasilan program P2M ini sekaligus

menjadi model kegiatan lanjutan di luar Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan lokasi kegiatan yang ditetapkan di atas, maka khalayak sasaran

kegiatan P2M ini adalah semua pamong/ aparat (Kepala Desa/Lurah, Kepala Urusan,

5

Sekretaris/Juru Tulis, Klian Dinas/Dusun, staf administrasi lainnya) yang ada di Desa

Pemaron Kecamatan Buleleng.

1.6.Target dan Luaran

Kegiatan P2M ini diharapkan menghasilkan : pengetahuan tentang perpetaan

dan SIG bagi para pamong desa/kelurahan, keterampilan membuat peta desa digital

berbasis SIG, dan keterampilan menyusun profil desa/kelurahan berbasis komputer.

Produk nyata yang dihasilkan berupa peta digital dan profil berbasis komputer. Jasa

pengetahuan dan keterampilan serta produk peta digital dan profil desa tersebut sangat

bermanfaat bagi pemerintahan desa/kelurahan untuk memberikan pelayanan data dan

informasi secara cepat dan tepat yang dibutuhkan oleh instansi vertikal di atasnya dan

para pengguna data lainnya. Di samping itu luaran yang dihasilkan berupa artikel hasil

P2M yang dipublikasikan di jurnal nasional. Publikasi artikel tersebut merupakan

bentuk diseminasi karya P2M yang bermanfaat bagi pengembangan kebaruan model

dan konsep kegiatan P2M.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peta dan Komponen-Komponen Peta

Peta termasuk instrumen yang paling utama dalam geografi. Hal ini dapat

dipahami karena geografi adalah ilmu yang mengkaji fenomena geosfer di permukaan

bumi dengan menggunakan pendekatan spasial, ekologi, dan kompleks kewilayahan.

Peta dipelajari dalam kartografi yang secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu

untuk membuat peta. Marfai (2011) menyatakan bahwa peta yang merupakan

keluaran atau produk dari proses kartogafi, merupakan model spasial dunia nyata yang

terbaik (konvensional) yang diketahui sampai saat ini. Peta merupakan representasi

dari suatu area permukaan bumi, digambarkan dalam bentuk simbol-simbol yang

terkait dengan hubungan antara unsur-unsur keruangan yang disusun dengan

menggunakan skala dan proyeksi tertentu. Mengacu pendapat Marfai (2011) tersebut,

dapat dikemukakan bahwa peta pada dasarnya adalah gambaran sebagaian atau

seluruh permukaan bumi yang dinyatakan dengan simbol-simbol yang diperkecil

dengan menggunakan skala dan proyeksi tertentu.

Untuk dapat membuat dan memahami isi peta, harus menguasai kompetensi

bidang ilmu tertentu. Erwin Raisz (dalam Sudihardjo, 1997) berpendapat bahwa untuk

menjadi seorang yang ahli di bidang perpetaan, perlu bekal pengetahuan dan

keterampilan di bidang geografi 50%, bidang bakat seni 30%, bidang ilmu pasti 10%,

dan bidang ilmu lainnya 10%. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, maka seorang kartografer dituntut juga menguasai teknologi dan informasi

di bidang komputer.

Fungsi peta antara lain adalah untuk memilih data, menunjukkan ukuran,

menunjukkan lokasi relatif, maupun menunjukkan bentuk suatu wilayah. Berdasarkan

fungsinya, peta dikategorikan menjadi dua, yaitu : peta umum dan peta khusus/tematik

(Lestari, 2011 dalam Marfai, 2011). Peta umum adalah peta yang menggambarkan

kenampakkan umum suatu wilayah yang meliputi kenampakkan objek buatan dan

objek alam. Contoh peta umum adalah peta topografi. Peta khusus atau peta tematik

merupakan peta yang memuat data dan informasi tertentu dari suatu objek atau

fenomena wilayah. Peta khusus sangat banyak jenisnya, antara lain peta kepadatan

penduduk, peta sebaran lahan sawah, peta kawasan rawan banjir, dan sebagainya. Peta

yang baik dan benar harus memenuhi komponen-komponen utama, yaitu: judul peta,

7

simbol, legenda, orientasi, skala, penamaan (lattering), garis astronomi, inset, batas

peta, sumber dan tahun pembuatan peta.

Judul peta termasuk identitas yang menggambarkan isi maupun informasi

yang terkandung dalam suatu peta. Legenda merupakan keterangan dari simbol yang

terdapat di dalam isi peta. Legenda biasanya terletak di bagian tepi kanan isi peta.

Orientasi atau penunjuk arah mata angin termasuk komponen yang penting untuk

menghindari terjadinya disorientasi arah pada saat membaca peta. Orientasi berbentuk

tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Skala merupakan perbandingan antara jarak

suatu objek di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya, skala peta

1 : 50.000 dapat diartikan sebagai 1 cm jarak objek di peta sama dengan 50.000 cm

atau 50 m jarak sebenarnya pada permukaan bumi. Visualisasi skala peta

dikategorikan menjadi dua, yakni skala angka dan skala batang/garis. Simbol

merupakan lambang-lambang maupun gambar yang menunjukkan suatu objek alam

atau buatan. Simbol peta harus memenuhi syarat tertentu, yaitu : sederhana, mudah

dimengerti, dan bersifat umum (standar). Simbol terdiri atas simbol garis, simbol titik,

dan simbol area. Beberapa contoh simbol dapat dilihat pada Gambar 1. Komponen

peta yang lain yang harus ada pada peta adalah inset peta. Inset merupakan peta kecil

tambahan yang berfungsi untuk memberi kejelasan posisi wilayah yang dipetakan

pada peta utama dalam konteks wilayah yang lebih luas.

Gambar 1. Beberapa Contoh Simbol Dalam Peta (Marfai, 2011)

Penamaan atau lattering adalah tulisan-tulisan yang terdapat dalam peta utama

yang berfungsi memperjelas simbol tertentu, misalnya tulisan nama sungai, nama

kota, nama jalan yang ada di dalam peta utama. Garis astronomi merupakan garis

khayal di permukaan bumi yang terdiri atas garis lintang dan garis bujur. Garis lintang

8

merupakan garis koordinat dari timur ke barat, sedangkan garis bujur merupakan garis

koordinat dari utara ke selatan. Garis peta biasanya diwujudkan dalam bentuk garis

tepi yang mengelilingi gambar peta untuk menunjukkan batas dari peta tersebut.

Setiap peta harus mencantumkan sumber dan tahun pembuatan. Sumber peta akan

memberikan informasi kepada pembaca bahwa peta tersebut bukan hasil rekaan dan

dapat dipercaya. Tahun pembuatatan peta menunjukkan kapan peta tersebut dibuat

dan menunjukkan tingkat kebaruan atau kesesuaian peta.

Semua komponen utama peta yang diuraian di atas harus ada pada sebuah peta.

Komponen-komponen yang ditonjolkan disesuaikan dengan tujuan pembuatan peta

dan persyaratan-persyaratan kartografis yang telah ditetapkan.

2.2 Pemetaan Melalui Sistem Imformasi Geografis (SIG)

SIG menjadi sangat populer di kalangan pengambil keputusan. Hal tersebut

dapat dipahami karena dengan menggunakan SIG, memungkinkan mereka lebih cepat

memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara tepat. ILWIS (2001)

menyatakan bahwa SIG suatu sistem berbasis komputer yang berfungsi untuk

menyimpan dan memanipulasi data yang bereferensi geografis. Sementara Lousbury

dan Haring (1971) mengemukakan bahwa SIG merupakan seperangkat alat yang kuat

untuk mengumpulkan, menyimpan, menerima, mengubah, dan menampilkan data

spasial dari dunia nyata.

Bertolak dari pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa SIG merupakan

sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk melakukan analisis

terhadap objek geografi dan atribut data nonspasial yang dihubungkan dengan objek

geografi di permukaan bumi. Kunci fundamental dari dari data dasar dalam SIG

adalah bahwa data tersebut merupakan suatu informasi atau koleksi informasi yang

mempunyai referensi terhadap suatu tempat di permukaan bumi (geo-referenced)

melalui suatu sistem koordinat tertentu.

SIG mempunyai 4 (empat) subsistem utama, yaitu : data masukan,

penyimpanan dan pengambilan data, manipulasi dan analisis data, dan data keluaran.

Apabila keempat subsistem utama tersebut diuraikan berdasarkan data masukan,

proses, dan data keluaran, maka subsistem SIG dapat digambarkan seperti pada

Gambar 2.

9

Gambar 2. Deskripsi Sub-sistem SIG (Marfai, 2011)

SIG memiliki serangkaian komponen yang bekerjasama untuk membuat

sistem tersebut beroperasi atau bekerja. Komponen tersebut terdiri atas perangkat

keras, perangkat lunak, data, orang, dan metode. Kompnen-komponen tersebut dapat

digambarkan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Komponen-komponen SIG (Marfai, 2011)

Komponen perangkat keras (hardware) berupa perangkat komputer (printer,

plotter, digitizer, dan lain-lain) yang mendukung bekerjanya SIG. Perangkat lunak

(software) SIG menyediakan fungsi dan alat kepada para pengguna untuk menyimpan,

menganalisis, dan menampilkan informasi geografis. Komponen kunci untuk

Tabel

Laporan

Survei Lapangan

Data digital lainnya

Peta

Citra Satelit

Foto Udara

Data Lainnya

Database

Pemrosesan

Input Output

Peta

Tabel

Laporan

Informasi

digital

Retrieval

DATA MASUKAN

MANAJEMEN DAN

MANIPULASI DATA DATA KELUARAN

10

perangkat lunak adalah perangkat lunak SIG, perangkat lunak database, perangkat

lunak untuk sistem sistem operasi, dan perangkat lunak jaringan. Ketersediaan data

termasuk komponen paling penting dalam SIG. Data yang digunakan harus akurat dan

dapat dipertanggungjawabkan. Jenis-jenis data antara lain data vektor, data raster, data

citra, dan data atribut. Orang (brainware) adalah manusia yang mengelola dan

mengembangkan rencana untuk mengaplikasikan SIG. Komponen terakhir adalah

metode yang harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat langsung diaplikasikan.

Termasuk di dalamnya adalah pedoman, spesifikasi, standar, dan prosedur.

11

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Tahapan Kegiatan

Program P2M penerapan Ipteks ini menggunakan pendekatan pemberdayaan

dengan prinsip partisipasi penuh dari kelompok khalayak sasaran. Tugas pokok Tim

Pelaksana adalah memfasilitasi, memediasi, dan membimbing (mengarahkan)

khalayak sasaran untuk merealisasikan rencana kegiatan yang telah menjadi

kesepakatan bersama. Keterkaitan antara metode kegiatan dengan tahapan/jenis

kegiatan, tujuan dan target luaran yang dicapai, dikemukakan dalam Tabel 2.1.

Tabel 3.1. Matrik Jenis Kegiatan, Tujuan, Metode, dan Target Luaran P2M

Tahapan dan

Jenis Kegiatan

Tujuan Kegiatan Metode Kegiatan Target Luaran

A. Perencanaan

1. Sosialisasi.

2. Pembuatan modul.

3. Membuat rencana

kerja P2M.

4.Membuat

Pedoman Evaluasi.

Membangun komitmen,

rasa memiliki dan

kebersamaan peserta dan

Tim Pelaksana.

Memfasilitasi materi

P2M kepada peserta.

Menjamin agar kegiatan

P2M berjalan sesuai

tujuan yang telah

ditetapkan.

Mengetahui efektivitas

proses dan hasil kegiatan

P2M.

Brainstorming dan

pengarahan.

Workshop.

Workshop

Workshop

Terbentuk komitmen

dan kesepakatan

bersama.

Modul pelatihan

Pemetaan dan SIG siap

digunakan dalam P2M.

Dokumen rencana

kerja P2M yang siap

dilaksanakan.

Dokumen evaluasi

kegiatan yang siap

digunakan.

12

B. Pelaksanaan

1. Pemberian materi

Perpetaan dan

SIG.

2. Pendataan batas

dan profil desa.

3.Pemberian

keterampilan

mengoperasikan

komputer.

4.Pemberian

keterampilan

mengoperasikan

SIG.

5.Reproduksi peta

desa dan profil desa

digital.

Meningkatkan

pengetahuan peserta

tentang peta

(desa/kelurahan) dan SIG.

Menyiapkan data

masukan untuk operasi

SIG.

Meningkatkan

keterampilan peserta

dalam mengoperasikan

komputer.

Meningkatkan

keterampilan peserta

dalam mengoperasikan

SIG.

Menghasilkan produk

berupa peta desa dan

profil desa digital.

Bimbingan, tanya

jawab, dan

penugasan.

Tracking field dan

dokumentasi.

Pelatihan.

Pelatihan

Pelatihan dan

Penugasan

Peserta memiliki

wawasan dan

pengetahuan tentang

peta dan SIG.

Data masukan tersedia

untuk operasi SIG.

Peserta terampil

mengoperasikan

komputer.

Peserta terampil

mengoperasikan SIG.

Produk peta desa

digital dan profil desa

digital siap digunakan

oleh users.

C. Evaluasi

1.Mengadakan

evaluasi akhir

kegiatan P2M.

Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan kegiatan

P2M, baik keberhasilan

proses maupun output.

Pemberian angket

kepuasan, fortofolio

proses dan produk

kegiatan.

Proses kegiatan

berlangsung dengan

lancar dengan sesuai

tujuan yang ditetapkan.

Kerangka pemecahan masalah yang telah dirumuskan tersebut dilakukan

melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan. Kegiatan pada tahap ini meliputi : (a) sosialisasi, (b)

menyusun rencana kerja bersama, (c) membuat modul pelatihan, dan (d)

membuat pedoman evaluasi kegiatan. Tujuan sosialisasi adalah membangun

komitmen, rasa memiliki, dan kesepakatan bersama antara Tim P2M dengan

peserta kegiatan, terkait dengan program yang akan dilaksanakan. Modul

pelatihan pemetaan berbasis SIG disiapkan oleh Tim P2M yang disusun secara

praktis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh peserta.

Pembuatan pedoman evaluasi kegiatan bertujuan untuk mengetahui capaian

kegiatan dan kesesuaiannya dengan tujuan kegiatan.

13

2. Tahap Pelaksanaan. Kegiatan pada tahap ini meliputi : (a) Pemberian materi

perpetaan dan SIG melalui metode bimbingan, tanya jawab, dan penugasan

berbasis modul (b) pengecekan data batas dan potensi desa/kelurahan melalui

penelusuran lapangan (tracking field),(c) pelatihan komputer, (d) pelatihan

operasi SIG untuk pembuatan peta, (e) reproduksi peta digital.

3. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses berupa tingkat

kepuasan peserta selama kegiatan berlangsung, dan evaluasi hasil melalui tes

yang diberikan kepada peserta sesuai dengan rencana evaluasi yang telah

ditetapkan.Setiap peserta akan dilakukan evaluasi proses dan hasil kerja

dengan menggunakan rancangan evaluasi.

14

BAB IV

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan P2M ini dilaksanakan di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng,

Kabupaten Buleleng. Secara umum kegiatan P2M ini dilakukan melalui 3 tahapan

utama, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi. Berdasarkan

kegiatan yang sudah dilaksanakan, dapat disampaikan laporan kemajuan sebagai

berikut.

4.1 Hasil Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan P2M ini dibedakan menjadi 4 tahapan yaitu : (a)

sosialisasi, (b) pembuatan modul, (c) pembuatan rencana kerja P2M, dan (d)

pembuatan pedoman evaluasi. Kegiatan sosialisasi diawali dengan mengurus ijin

pelaksanaan P2M. Proses mengurus ijin dilakukan di Kesbangpol. Hasil yang

diperoleh, Kepala Kesbangpol menyetujui Desa Pemaron yang dipilih sebagai subjek

untuk mengikuti kegiatan P2M ini dan memberikan surat ijin yang ditujukan kepada

Camat Buleleng dan Kepala Desa Pemaron. Setelah dipastikan dan ditetapkan Desa

Pemaron untuk mengikuti kegiatan P2M, tim pelaksana langsung melakukan

sosialisasi dan mendata peserta (staf desa) yang akan ikut kegiatan P2M dari Desa

Pemaron. Hasilnya Desa Pemaron yang dalam hal ini Kepala Desa bersedia

menugaskan staf desa untuk mengikuti pelatihan.

Langkah selanjutnya tim pelaksana merancang rencana kerja P2M.

Berdasarkan hasil diskusi bersama tim beserta kesepakatan dengan peserta, ditetapakn

tanggal 20 s.d 21 Juli 2017 pelaksanaan P2M yang berlokasi di Kantor Desa Pemaron.

Pada saat merancang rencana kerja juga ditetapkan yang akan memberikan pelatihan

adalah tim pelaksana dan dibantu oleh mahasiswa. Pada tahap ini juga dilakukan

pelatihan lebih awal kepada mahasiswa agar lebih terampil pada saat membantu tim

ketika pelaksanaan P2M. Mahasiswa yang dipilih dalam hal ini adalah mahasiswa D3

Survei (untuk kegiatan survey lapangan) dan Mahasiswa Pendidikan Geografi

konsentrasi Pemetaan (mendampingi peserta selama pelatihan dalam ruangan).

Kegiatan pelatihan kepada mahasiswa ini dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 18

dan 19 Juli 2017.

Tim pelaksana juga merencanakan konsep untuk membuat modul pelatihan.

Setelah ditetapkan konsep modul yang akan dibuat, maka selanjutnya dibantu oleh

15

mahasiswa untuk memfinalisasi modul tersebut. Kegiatan pembuatan modul ini

dilakukan selama 10 hari yang pelaksanaannya dilakukan pada tanggal

3,4,5,6,7,10,11,12,13 dan 17 Juli 2017 bertempat di Ruang Laboratorium Geografi.

Sebagai dokumen kegiatan disajikan pada Gambar 3.1, sementara modul yang

dihasilkan disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 3.1. Dokumentasi Pembuatan Modul Pelatihan P2M

Tahap selanjutnya yang dilakukan pada tahap persiapan adalah membuat

pedoman evaluasi. Pedoman evaluasi ditujukan untuk mengetahui pemahaman

peserta selama mengikuti kegiatan P2M. Pedoman evaluasi yang dihasilkan disajikan

pada Lampiran 2.

4.2 Hasil Tahap Pelaksanaan

Kegiatan P2M ini dilaksanakan di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng pada

tanggal 20 s.d 21 Juli 2017. Kegiatan ini diikuti oleh 13 peserta termasuk mahasiswa

yang sekaligus sebagai trainernya. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian

sambutan sekaligus penerimaan anggota peserta P2M oleh Kepala Desa Pemaron

kemudian penyampaian sambutan sekaligus membuka kegiatan P2M oleh ketua P2M

Undiksha Prof. Dr. Nyoman Wijana M.Si. Setelah dibuka secara resmi maka

dilanjutkan dengan penyampaian materi konsep dasar pemetaan digital, yang

bertujuan agar peserta memiliki pemahaman yang sama tentang peta. Kemudian tahap

selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian bimbingan teknis berupa pelatihan

penggunaan software ArcGIS pada komputer untuk pembuatan peta wilayah desa

yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu, mulai dari penentuan batas administrasi

desa/kelurahan dengan melakukan digitasi pada peta RBI, digitasi jalan, penentuan

lokasi fasilitas umum (sekolah, pura, kantor desa, dan sebagainya) serta penambahan

16

beberapa inforasi atribut yang dibutuhkan. Setelah selesai memberikan bimbingan

pembuatan peta desa/kelurahan dilanjutkan dengan bimbingan teknis penggunaan alat

yang disebut sebagai GPS (Global Positioning System) untuk pengambilan data

tambahan. Informasi yang perlu ditambahkan seperti penegasan batas administrasi

desa, keberadaan sekolah, taman kanak-kanak, PLTGU, kantor imigrasi, kantor

BPBD dan sebagainya sesuai dengan fasilitas umum yang terdapat pada desa

bersangkutan dan informasi tersebut diberikan oleh aparat desa. Setelah data di

lapangan diperoleh menggunakan GPS baru kemudian diberikan cara meng-input data

dari GPS tersebut ke dalam software ArcGIS yang kemudian diolah untuk

kepentingan informasi tambahan pada peta administrasi desa yang selanjutnya sebagai

produk/hasil dari proses pelatihan yang dilakukan. Dokumentasi mengenai proses

bimbingan teknis yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini

17

Gambar. 3.2. Dokuemntasi Pelaksanaan P2M, Pemberian Bimbingan Teknis

Membuat Peta Desa

Pada saat pemberian bimbingan teknis, peserta dipandu langsung oleh instruktur

dan didampingi oleh mahasiswa. Walaupun demikian peserta masih kebingungan

ketika pelaksanaan. Mengatasi hal tersebut maka dilakukan pemberian materi yang

intensif didukung dengan modul yang sudah disiapkan serta didampingi mahasiswa

akan dapat meningkatkan keterampilan peserta. Terbukti setelah kegiatan

berlangsung, peserta mulai mandiri merancang peta administrasi desa. Walaupun

demikian untuk finalisasi peta tetap difasilitasi oleh tim pelaksana.

Setelah kegiatan bimbingan teknis, peserta menyampaikan bahwa data yang

dimiliki belum update sesuai kondisi real di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan

update peta melalui pemetaan partisipatif bersama aparat desa. Aparat desa berperan

untuk memberikan informasi, sementara tim pelaksana dibantu mahasiswa melakukan

akuisisi koordinatnya menggukan Global Positioning System (GPS). Kegiatan

pemetaan partisipatif ini dilakukan selama 2 hari tanggal 22 dan 29 Agustus 2017

bertempat di wilayah Desa Pemaron. Hasil yang diperoleh berupa koordinat lapangan

yang nantinya akan diplotting untuk meng-update peta yang dimiliki desa.

Setelah ploting data hasil akuisisi data lapangan, selanjutnya dilakukan update

peta desa. Selanjutnya akan dilakukan proses layout peta desa yang dijadikan sampel.

Walaupun layout peta sepenuhnya dilakukan oleh Tim Pelaksana, tetapi peran aparat

desa tetap diakomodasi dalam proses finalisasi peta yang dihasilkan. Perlu dilakukan

konfirmasi kepada Kepala Desa untuk meyakinkan bahwa peta yang dihasilkan

disetujui untuk di print out. Dokumentasi ketika proses konfirmasi dengan salah satu

kepala desa disajikan pada Gambar 3.3.

18

Gambar 3.3 Tahap Konfirmasi untuk Menyetujui Peta Siap di Print Out

Pada dasarnya Kepala Desa menyetujui peta yang dihasilkan, dan selanjutnya

akan dilakukan finalisasi peta administrasi desa. Setelah dilakukan finalisasi, dan

sampai akhirnya proses print out peta, maka hasil peta desa dari kegiatan P2M ini

disajikan melalui Lampiran 4. Peta yang dihasilkan tersebut selanjutnya diserahkan

kepada Kepala Desa Pemaron sebagai informsi penunjang profil desa, seperti terlihat

pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Penyerahan Peta Administrasi Kepada Kepala Desa dan Disaksikan Oleh

Staff Desa

Kedepannya bagi desa yang lainnya akan direncanakan untuk diberikan

pelatihan, sehingga desa-desa yang ada di Kecamatan Buleleng khususnya memiliki

peta desa. Harapannya kegiatan P2M ini mampu menjadi salah satu starting point

dalam mendukung program pemerintah untuk mewujudkan kebijakan one map policy.

19

4.3 Hasil Tahap Evaluasi

Sebagai tolak ukur keberhasilan program, diakhir kegiatan dilakukan evaluasi

untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang sudah diberikan.

Evaluasi dilakukan mengacu pada form evaluasi yang sudah dirancang pada tahap

persiapan. Evaluasi yang dilakukan meliputi dua tahapan yaitu evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Berdasarkan pengamatan langsung pada saat kegiatan, maka dapat

dikemukakan secara umum yaitu mengenai evaluasi proses yaitu untuk kehadiran

peserta masih terkategori cukup yaitu dengan keterlibatan 13 orang termasuk

mahasiswa Undiksha, sementara dari staf desa yang bisa dilibatkan adalah 6 orang.

Keterbatasan jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan terkendala oleh kegiatan

lain di Kantor Desa yang juga bersamaan sehingga beberapa staf desa tidak dapat

mengikuti pelatihan P2M. Dari segi inisiatif/keaktifan bertanya, peserta yang sebagian

besar belum pernah melakukan pemetaan secara digital sangat antusias untuk bertanya

tentang hal-hal yang dilakukan dalam pembuatan peta secara teknis. Keaktifan

mengemukakan pendapat dan bertanya langsung oleh peserta dapat dipertimbangkan

sebagai acuan dalam kegiatan berikutnya. Namun untuk evaluasi keterampilan peserta

menggunakan komputer beserta software Arc GIS dan pemahaman tracking field

menggunakan GPS masih terkategori kurang hal ini sejalan dengan keterbatasan

pengetahuan peserta dan bahkan tidak sedikit yang belum pernah menggunakan atau

terlibat dengan software dan penggunaan GPS tersebut. Perlu bimbingan secara

intensif sehingga peserta bisa mengikuti tahapan dari proses pembuatan peta desa

dengan lebih baik lagi.

Berdasarkan evaluasi hasilnya dapat dikemukakan beberapa hal secara umum

yaitu terkait penguasan pengetahuan/materi pelatihan belum maksimal terutama

tentang peta sehingga perlu diberikan penjelasan dan penekanan agar peserta semakin

memahami materi yang disampaikan. Kualitas produk yang dihasilkan yaitu peta desa

belum sepenuhnya memenuhi kaidah kartografi terlihat dari beberapa unsur-unsur

peta belum tepat penggunaannya. Dari segi respon terhadap pentingnya kegiatan ini

dilakukan, peserta merespon dengan baik dan memang perlu dikembangkan karena

selama ini belum pernah mencoba untuk membuat peta secara baik dan benar. Untuk

lebih jelasnya mengenai hasil evaluasi yang sudah dilakukan dapat dilihat pada

Lampiran 5.

20

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Kegiatan P2M ini telah mencapai target hasil berupa (1) para pamong

desa/kelurahan memiliki pengetahuan tentang peta dan Sistem Informasi

Geografi (SIG), (2) para pamong desa/kelurahan memiliki keterampilan

tentang pembuatan peta digital, dan (3) dihasilkannya produk peta wilayah

Desa Pemaron berbasis SIG.

5.1.2 Berdasarkan hasil evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil

menunjukkan kegiatan sudah berjalan sesuai rencana, partisipasi dan keaktifan

masyarakat sangat antusias walaupun pemahaman terkait materi pelatihan dan

teknis pembuatan peta serta penggunaan GPS masih kurang namun dengan

diberikan penjelasan lebih mendalam dan penekanan maka masyarakat akan

semakin berkembang pemahaman dan keterampilannya.

5.1.3 Kegiatan P2M seperti ini akan memberikan suatu sumbangan positif terhadap

kelengkapan basis data desa sehingga kedepannya dapat dikembangkan

dengan lebih terencana dan dengan materi yang lebih spesifik agar informasi

geospasial yang dihasilkan semakin menunjukkan kualitas yang lebih baik.

5.2 Saran

5.2.1 Berdasarkan kelengkapan data profil desa yang ada dan segala potensi desa

yang perlu dikembangkan, disarankan agar Pemerintah Kabupaten Buleleng

melalui dinas terkait menaruh perhatian khusus untuk pengembangan dan

penyediaan informasi geospasial dalam bentuk peta potensi desa yang valid

dan reliabel sebagai bentuk peningkatan mutu infrastruktur desa.

5.2.2 Kepada pengurus dan segenap aparat desa agar terus memperhatikan data

profil desa yang dimiliki dan beberapa aspek atau potensi yang ada harus

selalu diupayakan untuk dibuatkan peta sebagai media komunikasi visual yang

baik.

21

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal.2014. Pembangunan Indonesia Dimulai Dari Desa. Dalam

www.bakosurtanal.go.id/berita. Diakses pada 27 Oktober 2015.

ILWIS.2001. Ilwis 3.0 Academic User’ Guide.ITC Enschede.

Kraak, Menno-Jan dan Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi, Visualisasi Data

Geospasial.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Lousbury, J.F. and L.L. Haring. 1971. Introduction to Scientific Geographic

Research. W.C. Brown.

Marfai, Muh. Aris. 2011. Pengantar Pemodelan Geografi. Yogyakarta: Badan

Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Sudihardjo, Basuki. 1987. Berbagai Jenis Peta dan Penggunaannya.Yogyakarta :

Penerbit Liberty.

22

LAMPIRAN

23

Lampiran 1 : Modul Pelatihan P2M

MODUL PELATIHAN P2M

Tim Penyusun PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

1

A. PENGENALAN QUANTUM GIS

1. Apa Itu Quantum GIS ?

QGIS merupakan salah satu perangkat lunak SIG berbasis open source dengan

lisensidibawah GNU General Public License1yang dapat dijalankandalam berbagai sistem

operasi seperti Windows, Mac OS, Linux (Ubuntu), Android dan Unix. QGIS mendukung

dalam pengolahan data spasialberbasis vector, raster, dan format database. Proyek pembuatan

perangkat lunak ini sendiri dimulai pada Mei 2002 dengan nama proyek The Quantum GIS

Project yang sampai dengan saat ini (2013), QGIS telah berkembang sampai dengan versi 1.8

atau lebih dikenal dengan QGIS Lisboa. Proyek QGIS menawarkan bermacam-macam modul

yang tentunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain QGIS Desktop, QGIS

Browser, QGIS Server, dan QGIS Client. Dalam modul ini kita akan fokus membahas QGIS

Desktop.

2. QGIS Desktop

QGIS Dekstop sebagai bagian dari proyek tersebut di atas, memiliki beberapa

aplikasiantara lain:

1) Menampilkan data vector dan raster dalam berbagai format dan proyeksi yangberbeda.

Format data yang didukung antara lain :

PostGIS dan SpatiaLite,

Format vector yang didukung oleh OGR library, termasuk ESRI

shapefiles,MapInfo, SDTS and GML.

Format raster yang didukung oleh formats supported by the GDAL

library*,seperti digital elevation models (DEM), foto udara, dan citra landsat

GRASS locations dan mapsets,

Spatial data online yang disediakan oleh OGC-compliant WMS, WMS-C

(Tilecache), WFS and WFS-T

2) Aplikasi pemetaan dan pengolahan data spasial, meliputi :

On-the-fly reprojection : Mengelola sistem proyeksi data spasial

Print composer : Membuat layout peta

Overview panel

Spatial bookmarks

Identify/select features : mengetahui informasi data spasial berdasarkanatribut

data

Edit/view/search attributes : manipulasi data atribut

Feature labeling : memberi label pada tampilan data spasial berdasarkanatribut

data

Vector diagram overlay

Symbology : memilih dan menyesuaikan symbol dan warna untuk setiap

layerdata spasial

Graticule layer : menambahkan grid sebagai informasi posisi dan koordinat

Map decorations seperti north arrow, scale bar and copyright label

Menambah informasi orientasi peta, skala, dan riwayat peta

3) Dukungan membuat, merubah, dan export data spasial

Digitasi untuk membuat layer vector

Field and raster calculator

Plugin georeferencer

GPS tools untuk import dan export data dengan ekstensi *.gpx, convert format

data GPS lainnya formats ke GPX, or down/upload directly to a GPS unit

4) Analisis data spasial

Map algebra

Analisis terrain

Pemodelan hidrologi

Analisis jaringan (network)

5) Publikasi peta melalui jaringan internet menggunakan QGIS Server atau exportkedalam

Mapfile (UMN MapServer)

3. QGIS Sebagai Alternatif

QGIS salah satu dari sekian banyak perangkat lunak pengolahan data spasial, dengan

beberapa kelebihan diantaranya :

1) Gratis : tidak membutuhkan biaya untuk proses instalasi dan penggunaan program

2) Bebas : dapat menambah dan memodifikasi fungsi dalam QGIS

3) Terus berkembang : setiap orang dapat menambah fitur baru dan

penyempurnaanaplikasi,

4) Ketersediaan dokumen panduan dan pertolongan : pendukung panduan danbantuan

terhadap permasalahan tersedia online dan dapat diunduh dalam bentukdokumen

5) Multi sistem operasi : dapat diinstal di MacOS, Windows, Linux

4. Download Software Quantum GIS

Installer QGIS dapat diakses pada alamat web http://download.qgis.org Versi

terbarusampai dengan saat ini adalah versi 1.8.0 yang diberi nama dengan Lisboa. Jika

terbiasamenggunakan sistem operasi windows, unduh software versi windows dan

pilihstandalone installer yang direkomendasikan untuk pengguna baru (recommended fornew

users).

B. PEMBUATAN PETA DESA/KELURAHAN

Pembuatan peta desa merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan mengingat

Desa atau Kelurahan dipandang sebagai titik awal pemberdayaan potensi daerah, penyelesaian

masalah dalam masyarakat, dan komunitas terkecil yang harus diperhatikan kesejahteraannya.

Ketersediaan Peta Desa dalam suatu desa akan memberikan informasi kepada aparat desa dan

masyarakat seperti mengetahui batas wilayah desa, mengidentifikasi dan inventarisasi potensi

atau asset desa sebagai langkah awal untuk perencanaan pemberdayaan potensi yang dimiliki

desa. Selain itu, dengan Peta Desa dapat diketahui pula hal-hal yang dapat menjadi kendala

dalam upaya pemberdayaan potensi tersebut sehingga dapat dilakukan langkah

penyelesaiannya.

Peta Desa merupakan peta yang batasnya dibuat berdasarkan ketentuan batas

administrasi masing-masing desa yang sudah ditetapkan atau disepakati. Adapun karakteristik

Peta Desa berdasarkan PP No. 10 Tahun 2000 meliputi:

- Skala berkisar dari 1 : 1000 s.d. 1 : 10.000

- Luas wilayah relatif kecil dalam hirarki administrasi pemerintahan

- Seluruh wilayah desa tergambar pada satu lembar peta

- Unsur-unsur rupabumi (alam dan buatan) yang digambarkan umumnya tidak begitu

banyak/kompleks

- Mempunyai daftar dan penggambaran koordinat titik-titik batas dengan orientasi arah

utara yang benar

- Menyajikan nama unsur-unsur geografi seperlunya.

Sumber data yang dapat digunakan untuk pembuatan batas desa adalah menggunakan batas

administrasi yang sudah ditetapkan pada Peta Rupabumi, jika belum terdapat Peta Rupabumi

maka dapat menggunakan sumber data lain seperti: metode survey terestris, metode

fotogrametris, dan metode inperpretasi data penginderaan jauh.

Gambar 1: alur penentuan peta batas desa berdasarkan sumber data yang digunakan

(PP No. 10 Th. 200)

Secara teknis, pembuatan Peta Desa dapat dijelaskan langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Membuat Batas Wilayah Pemetaan.

Teknik digitasi peta pada prinsipnya adalah pembuatan peta melalui proses komputer.

Penyimpanan file di komputer dari hasil digitasi peta tersebut dikelompokkan berdasarkan pada

layer-layer yang sesuai dengan tipenya masing-masing, misalnya layer garis diperuntukkan

untuk data digital batas wilayah, layerpoligon digunakan untuk data digital kawasan prioritas

dan penggunaan lahan lain, layer titik digunakan untuk memberikan label nama untuk setiap

kawasan (Astrini, 2012).

Adapun langkah-langkah dalam digitasi peta adalah sebagai berikut :

PETA

RUPABUMI

METODE

SURVEI

TERESTRIS

METODE

FOTOGRA-

METRIS

METODE

INTERPRE-

TASI DATA PJ Atau Atau Atau

Persyaratan Geometris

sebagai Peta Dasar (Koreksi

Geometrik)

Daftar Batas

Alami Hasil

Kesepakatan

Penetapan Batas

Peta Dasar

untuk Peta

Batas Desa

Daftar Koordinat

Batas Hasil

Penegasan

Bersama

Penggambaran

Batas Desa

menjadi Peta

Batas Desa

Spesifikasi

Teknis

Penggambaran

1) Install dan jalankan Quantum GIS-1.8.0. Sehingga akan muncul tampilan awal dari

program Quantum GIS.

Gambar 2: Tampilan awal Quantum GIS

2) Pilih add a raster layer pada toolbar (atau tekan huruf R pada keyboard)yang

berfungsi untuk memasukkan peta, yaitu SINGARAJA_Modified.jpg. Point ini harus

diperhatikan karena jika menggambar tanpa gambar asli JPG, waktu ditampilkan di

web nya. Tidak akan muncul.

Gambar 3: Tampilan toolbar Add a Raster Layer

3) Setelah memilih layer SINGARAJA_modified.jpg yang menampilkan peta daerah

kajian,kemudian buat New Vector Layer (atau tekan huruf N pada

keyboard)dimana kita akan membuat peta kecamatan sesuai dengan tampilan

SINGARAJA_modified.jpg. Gambar yang akan kita buat adalah berupa daerah

(Polygon),sehingga kita memilih Type Poligon. Adapun atribut petanya adalahsebagai

berikut :

Gambar 4: Tampilan Membuat Polygon

4) Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut dengan nama “Peta

Desa Tukad Mungga”. File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut dengan

shapefile. File inilah yang nantinya digunakan dalam pembuatan file (*.map) atau

biasa disebut dengan mapfile.

5) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi icon

Add Featureseperti gambar dibawah ini :

Gambar 5: Tampilan Add Feature Polygon

6) Lakukan digitasi dengan mengikuti batas desa yang ingin dipetakan. Setiap setelah

kita selesai menggambar satu polygon, kita klik kanan makaakan keluar kotak untuk

memasukan data kedalam gambar polygon tersebut. Misalnya id nya 0, nama misalnya

Batas Desa. Setelah itu klik OK :

Gambar 6: Penambahan Informasi Atribut

7) Setelah gambar poligon yang satu selesai, kita melanjutkan untuk menggambar

poligon yang lain. Langkahnya sama seperti point 6 diatas.

8) Jika sudah selesai semua menggambar poligon, JANGAN LUPA

untukmenutup/mengklik lagi icon “Toogle Editing”. Yang menandai bahwaanda sudah

selesai mengedit semua poligon. Dan datanya akan disimpandalam file *.dbf .Point ini

harus diperhatikan karena jika tidak, data yang anda masukan ke poligon tadi tidak akan

tersimpan walaupun ada sudah menyimpan (save project) peta anda.

9) Ketika anda mengklik/menutup icon “Toogle editing”, maka akan munculkotak dialog.

Klik aja save untuk menyimpan data.

10) Jika sudah selesai menggambar, maka hasilnya semuanya adalah seperti dibawah ini :

Gambar 7: Tampilan Pembuatan Feature Polygon

11) Setelah itu baru anda save project.

12) Selesai

2. Delineasi Unsur-Unsur Geografis Berupa Feature Garis (Line).

1) Selanjutnya kedalam peta digital ditambahkan feature untuk indentifikasi keberadaan

objek yang dapat digambarkan berupa garis (line). Membuat feature baru berupa garis

(line) untuk penambahan jalan, sungai dan garis pantai. Karena data spasialnya

disimpan kedalam file (*.shp), maka kita akan membuat standar penamaan layer-

layernya.

2) Berdasarkan daerah yang dipetakan, maka dapat kita tarik garis pada peta yang menandai

ketersediaan fasilitas, misalnya jalan, sungai, dan garis pantai. Seperti saat kita membuat

gambar polygon, maka sekarang kita membuat garis dengan menggunakan type line dengan

menggunakan New Vector Layer. Adapun atributnya adalah sebagai berikut :

Gambar 8: Tampilan Membuat Point

3) Lengkapi atribut tersebut, Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut

dengan nama“Jalan Kolektor”. File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut

denganshapefile. File inilah yang nantinya digunakan dalam pembuatan file(*.map) atau

biasa disebut dengan mapfile.

4) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi iconAdd

Feature:

Gambar 9: Tampilan Capture Point

5) Untuk cara menggambarnya hampir sama dengan cara menggambarpoligon. Silahkan

lihat lagi (point 6 dalam pembuatan poligon).

6) Sedangkan saat membuat garis, ketika klik kanan maka akan muncul kotak untuk

memasukan data untuk masing garis tersebut.

Gambar 10: Penambahan Informasi Atribut Sungai

7) Jika sudah selesai menggambar point untuk masing-masing layer maka hasilnya seperti

dibawah ini :

Gambar 11: Tampilan Hasil Penambahan Feature Line

8) Setelah itu save project

9) Selesai.

3. Penambahan Feature Titik (Point).

1) Selanjutnya kita akan menambahkan lokasi fasilitas penunjang desa kedalam peta

digital yaitu berupa titik-titik (points). Feature berupa titik meliputi keberadaan sekolah,

pura, puskesmas, dan kantor desa. Karena data spasialnya disimpan kedalam file-file

(*.shp), maka kita akan membuat standar penamaan layer-layernya.

2) Berdasarkan daerah yang dipetakan, dapat kita buat titik-titik pada peta yang menandai

jenis objek atau nama lokasi. Seperti saat kita membuat gambar polygon, maka sekarang

kita membuat titik dengan menggunakan type Point dengan menggunakan New Vector

Layer. Adapun atributnya adalah sebagai berikut :

Gambar 12: Tampilan Membuat Point

3) Setelah itu klik OK, maka kita akan menyimpan file tersebut dengan nama“Kantor Desa”.

File tersebut berekstensi (*.shp) atau biasa disebut denganshapefile. File inilah yang

nantinya digunakan dalam pembuatan file(*.map) atau biasa disebut dengan mapfile.

4) Sedangkan untuk mulai menggambarnya klik icon Toogle Editing dan pilih lagi iconAdd

Feature:

Gambar13: Tampilan Capture Point

5) Untuk cara menggambarnya hampir sama dengan cara menggambarpoligon. Silahkan

lihat lagi (point 6 dalam pembuatan poligon).

6) Sedangkan saat membuat point, ketika klik kanan atau kelik kiri maka akan muncul kotak

untuk memasukan data untuk masing point tersebut.

7) Jika sudah selesai menggambar point untuk masing-masing layer maka hasilnya seperti

dibawah ini :

Gambar14: Tampilan Hasil Penambahan Feature Point

8) Setelah itu save project

9) Selesai.

C. DESAIN TATA LETAK/LAYOUT PETA

1. Pembuatan Layout Peta

Desain tata letak/layout peta dapat dilakukan setelah semua file yang sudah

disimpan dalam format Shapefile (.shp) ditampilkan kembali pada jendela layer. QGIS 1.8

dilengkapi dengan fasilitas pembuatan layout yang sudah cukup baik. Untukmemulai

membuat layout klik tombol new Print Composer . Dalam satu project file kita bisa

membuat beberapa layout dengan fasilitas composer manager.

Gambar 15: Fasilitas Membuat Layout Peta (Ismail, 2013)

Setelah Print composer diaktifkan, akan muncul jendela composer yang dapatdigunakan untuk

membuat layout peta. Tools dasar yang dalam membuat layout ditunjukkan oleh Gambar.

Layout peta hendaknya mengikuti kaidah kartografi, agar informasi yang disajikan

dalam peta mudah untuk difahami dan digunakan oleh pembaca peta.Standar minimal

informasi yang harus ada dalam sebuah peta adalah judul peta, skala, informasi sitem proyeksi,

datum, legenda, grid koordinat, informasi pembuatan peta. Untukmelengkapi dan menambah

informasi (judul, riwayat peta, dst) serta menata ukuran kertas dan posisi gambar/objek,

menampilkan grid dan anotasi, tersedia tools yang terletak di sebelah kiri pada layout peta

(Wang, 2011).

Gambar 16: Fasilitas Pengelolaan Layout Peta

2. Komposisi Peta

Berikut ini merupakan contoh komposisi peta yang baik :

1. Judul Peta Tematik 5. Legenda/Keterangan

2. Daerah yang dicakup 6. Penyusun/Penerbit

3. Skala angka dan grafis 7. Sumber data

4. Orientasi peta 8. Grid lintang & Bujur

3. Contoh Peta

Lampiran 2: Pedoman Evaluasi

Tabel Pedoman Evaluasi Hasil dan Proses Kegiatan P2M

No. Indikator Cara

Evaluasi

Skor

(1-5) Bobot

Skor Total

(Bobot x

Skor) 1. Kehadiran Analisis

daftar hadir

5

2. Keaktifan/keseriusan Pengamatan 5

3. Kepuasan peserta Angket 10

4. Penguasaan

pengetahuan tentang

peta dan SIG

Pengamatan 10

5. Keterampilan

mengoperasikan

komputer

Pengamatan 15

6. keterampilan

mengoperasikan SIG

untuk pemetaan peta

desa/kelurahan

Pengamatan 20

7. Keterampilan membuat

membuat profil desa

online di komputer

Pengamatan 15

8. Kualitas peta digital

yang dihasilkan

Pengamatan 20

Total 100

Lampiran 3. Dokumantasi Kegiatan

Gambar 1. Foto Peserta Saat Melakukan Presensi

(a)

(b)

(c)

Gambar 2. Situasi Saat Pelaksanaan Bimbingan Teknis P2M (a,b,c)

Gambar 3. Konfirmasi Peta yang Dihasilkan Kepada Kepala Desa

Lampiran 4: Peta Hasil Pelatihan

Lampiran 5: Evaluasi Proses dan Hasil

EVALUASI PROSES

1. Kehadiran

kehadiran peserta menunjukkan suatu antusiasme dan partisipasi yang sangat baik sesuai

dengan daftar hadir peserta.

2. Inisiatif/Keaktifan Bertanya

Berdasarkan proses pelatihan pembuatan peta yang sudah dilakukan, apabila diamati dari

inisiatif atau keaktifan peserta dalam bertanya dapat dikemukakan bahwa keingintahuan

peserta sangat tinggi dan antusias untuk bertanya terkait proses pembuatan peta secara

digital serta beberapa hal yang memerlukan pemahaman lebih spesifik.

3. Inisiatif/Keaktifan Mengemukakan Pendapat/Jawaban

Peserta yang mengikuti pelatihan secara aktif merespon beberapa pertanyaan yang

diberikan dan diselingi dengan penyampaian pendapat oleh peserta langsung sehingga

pendapat yang disampaikan tersebut dapat dipertimbangkan sebagai acuan dalam kegiatan

berikutnya.

4. Perhatian/Keseriusan

Berdasarkan hasil pengamatan, peserta pelatihan sangat antusias dan memperhatikan dan

mengikuti dengan baik proses jalannya pelatihan pembuatan peta hal tersebut terlihat dari

keseriusan peserta mengikuti tahapan-tahapan dan mengikuti semua instruksi yang

1disampaikan demi kelancaran proses pelatihan.

5. Keterampilan Pemetaan dan SIG13

5.1 Keterampilan Mengenal/Membaca Simbol pada Peta

Beberapa peserta pelatihan mengalami kesulitan dalam membaca simbol yang terdapat

pada peta.Simbol peta memang tidak selalu persis dalam menggambarkan objek

kenyataan di lapangan maka dari itu, pemahaman terhadap simbol-simbol yang

digunakan dalam peta memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Berdasarkan

proses pelatihan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan peserta

mengenal/membaca simbol peta masih tergolong kurang.

5.2 Keterampilan Menginterpretasi/Mengartikan Simbol pada Peta

Sama halnya dengan poin 5.1, pada tahap interpretasi atau mengartikan makna dari

sebuah simbol dalam peta juga masih kurang karena peserta sangat jarang sekali

bergelut dalam bidang pemetaan.

5.3 Keterampilan Membuat/Mengoperasikan Pemetaan Melalui SIG

Pembuatan peta secara digital berarti memerlukan bantuan computer beserta softwere

yang digunakan. Dengan demikian tidak semua peserta akan dapat mengikuti secara

cepat proses pembuatan peta secara digital. Terlebih lagi peserta memang jarang

mengoperasikan computer. Padahal penggunaan teknologi komputer merupakan suatu

hal yang paling penting dalam proses pelatihan ini.

6. Keterampilan Tracking Field

6.1 Keterampilan Mengenal Wilayah Desa Secara Umum

Dalam kegiatan tracking field dilakukan pengambilan beberapa sampel data yang

kemudian dijadikan sebagai data masukan untuk kelengkapan peta yang dibuat. Selama

proses pengambilan data tersebut tentunya memerlukan pengenalan wilayah desa

secara baik, karena sebagaian besar peserta yang ikut pelatihan adalah kepa dusunnya

langsung sehingga wilayah desa tersebut sangat dikenali sehingga memudahkan dalam

proses tracking field yang dilakukan.

6.2 Keterampilan Mengenali Batas-Batas Wilayah Desa

Selain pengenalan terhadap kondisi wilayah desa secara umum, pengenalan terhadap

batas-batas wilayah desa juga dilakukan dengan baik. Informasi mengenai batas desa

sangat penting dan akan dimasukkan ke dalam peta yang akan dibuat sehingga peta

yang dibuat seolah-olah tidak menggambarkan sebagai sebuah pulau tetapi satu-

kesatuan wilayah yang dalam hal ini adalah lingkup kecamatan sebagai batas terluar.

6.3 Keterampilan Mengoperasikan GPS (Global Positioning System)

GPS sebagai suatu alat yang digunakan dalam perolehan data lapangan untuk

kepentingan pemetaan, penggunaannya memerlukan keterampilan khusus. Dalam

pelatihan yang sudah dilakukan peserta belum begitu memahami teknik penggunaan

GPS tersebut, sehingga perlu diberikan pelatihan yang lebih intensif guna

meningkatkan keterampilan dalam memahami cara kerja dan mengoperasikan GPS

agar dapat menghasilkan data untuk kelengkapan pemetaan.

6.4 Keterampilan Menggunakan Objek Kunci untuk Perhitungan Jarak Antar Objek

Penggunaan objek kunci menjadi penting guna mengetahui jarak antar objek satu

dengan lainnya. Pada tahap ini keterampilan peserta masih kurang memahami cara

penentuan objek kunci tersebut sehingga perlu diberikan pemahaman yang lebih

mendalam dan berkesinambungan.

EVALUASI HASIL

1. Penguasaan Pengetahuan/Materi Pelatihan

Materi yang disampaikan dalam pelatihan yaitu terkait dengan peta dan penguasaan materi

oleh peserta belum maksimal, masih terdapat beberapa indicator yang memerlukan

penjelasan dan penekanan dengan tujuan agar penguasaan materi peserta semakin

meningkat dan memudahkan dalam penerapannya selanjutnya.

2. Kualitas Produk Pelatihan (Peta Wilayah Desa)

2.1 Ketepatan Kartografis

Apabila ditinjau dari segi kaidah kartografi, maka peta wilayah desa yang dihasilkan

belum sepenuhnya memenuhi kaidah kartografi.Hal ini terlihat dari penentuan

beberapa unsur-unsur peta masih belum tepat sesuai aturan serta simbolisasi dan

generalisasi juga masih belum maksimal.

2.2 Kejelasan Isi Unsur-Unsur Peta

Isi dari unsur-unsur peta yang digunakan masih belum jelas dan perlu ditingkatkan lagi

agar pembaca peta dapat memahami dengan mudah apa yang dipetakan sehingga

memperoleh informasi yang berguna dari suatu peta.

2.3 Kelengkapan Unsur-Unsur Peta

Ditinjau dari komposisi peta, maka terdapat beberapa unsur-unsur peta yang menjadi

syarat mutlak yang harus dipenuhi agar menjadi sebuah peta yang berkualitas baik.

Berdasarkan hasil dari proses pelatihan, maka peta yang dihasilkan masih belum

lengkap dari segi unsur-unsur peta sehingga perlu ditingkatkan lagi pemahaman peserta

terhadap komposisi peta wilayah desa yang baik dan benar.

2.4 Kerapian Peta

Berbicara masalah kerapian peta maka tidak bisa lepas dari yang namanya unsur seni.

Dalam pembuatan peta unsur seni sangat penting dan memiliki pengaruh yang besar,

karena peta yang dibuat dengan tingkat seni yang tinggi maka akan terlihat lebih baik

dan rapi. Namun peta yang dihasilkan dalam pelatihan masih tergolong belum rapi dan

belum memenuhi asas keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam suatu peta.

Beberapa unsur-unsur peta masih belum diposisikan dengan baik.

3. Respon/Tanggapan Peserta Terhadap Penting/Manfaat Kegiatan

Berdasarkan serangkaian tahapan pelatihan pembuatan peta yang sudah dilakukan, peserta

merespon dengan baik dan memberikan tanggapan bahwa pemberian pelatihan ini sangat

penting dan usahakan agar dapat berkelanjutan karena manfaat yang diperoleh terkait

keterampilan dalam membuat peta desa secara digital sehingga potensi desa dapat

dipetakan dengan baik. Selama ini pembuatan peta di masing-masing kantor desa masih

bersifat dan masih sederhana, maka dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat

menghasilkan peta desa dengan kualitas yang lebih baik lagi.