jurusan akuntansi fakultas ekonomi & bisnis universitas...

75
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN ATAS PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN OLEH AUDITOR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2004 -2008) Oleh : Brian Pramudita 106082002542 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1421 H / 2010 M

Upload: duongkhanh

Post on 20-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN

ATAS PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

OLEH AUDITOR

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2004 -2008)

Oleh :

Brian Pramudita

106082002542

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

1421 H / 2010 M

Page 2: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kondisi ekonomi belakangan ini semakin tidak menentu, semakin banyak

ketidakpastian, dimulai dari krisis keuangan yang merembet pada sektor riil.

Di mulai pada kasus kredit macet pada sektor perumahan (Subprime Morgage)

pada tahun 2008 di Amerika Serikat berlanjut pada tumbangnya bank–bank

pembiayaannya yang berefek pada krisis kepercayaan para investor di pasar

modal dengan menarik dananya secara besar–besaran, disinilah awal dari

krisis yang menyebabkan nilai saham di berbagai pasar uang di seluruh dunia

berjatuhan. Sebagai fakta dari dampak krisis ini adalah banyaknya para

pekerja yang diputuskan secara sepihak (PHK) dan jumlahnya yang tidak

sedikit. Hal tersebut terjadi dikarenakan sulitnya perusahaan–perusahaan

untuk mendapatkan modal dalam upaya melanjutkan kelangsungan usahanya

(going concern).

Belajar dari sejarah pada saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 yang

melanda Indonesia, dimana banyak perusahaan mengalami kerugian besar-

besaran (Collapsed), diakibatkan depresiasi mata uang tesebut juga berdampak

pada berbagai sektor diantaranya perbankan dan riil atau manufaktur. Pada

sektor perbankan saat itu mengalami negative spread based dimana kewajiban

bank membayar bunga nasabah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan

yang dihasilkan dari bunga pinjaman kejadian tersebut telah memberi dampak

yang buruk terhadap kepecayaan nasabah maupun investor bank untuk

Page 3: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

menginvestasi dananya. Namun di sektor manufaktur krisis tersebut

diakibatkan oleh kenaikkan nilai mata uang dollar yang sangat signifikan

akibat kurangnya likuiditas atau peredaran uang dollar dalam negeri pada saat

itu yang digunakan oleh para pengusaha sektor manufaktur untuk

membayarkan hutang–hutangnya dalam bentuk dollar. Kesulitan tersebut

telah mengakibatkan banyak dampak seperti dirumahkannya para buruh

pabrik hingga diharuskannya pemberian opini audit yaitu wajar tanpa

pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified with Explainatory

Paragraph) yang didalamnya mengungkapkan mengenai kemampuan

manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan untuk terus going

concern terutama mengenai masalah hutang–hutangnya dalam bentuk dollar

yang di peroleh dari pinjaman luar negeri oleh perusahaan.

Disinilah terdapat peran auditor sebagai lembaga independen yang

berfungsi sebagai monitoring dengan opininya tentang going concern

perusahaan, pada laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat memprediksi

apakah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)

atau tidak. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para

investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan

keuangan perusahaan (Chen dan Church 1996) dalam Praptitorini (2007).

Kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal

perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas, likuiditas, ataupun respon

investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau

Page 4: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang

going concern. (Lenard, et al., 2000) dalam Petronela (2004).

Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu

badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas

sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi sebaliknya, entitas tersebut

menjadi bermasalah (Petronela, 2004). Going concern merupakan asumsi

dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan

tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara

material skala usahanya (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, 2009).

Going concern disebut juga sebagai suatu asumsi yang menyatakan bahwa

tiap perusahaan mempunyai umur yang tidak terbatas. Dengan demikian

tersedia waktu untuk menyelesaikan usaha, melakukan kontrak-kontrak dan

perjanjian dagang lainnya (Ardiyos, 2006). Dengan demikian, jika suatu

perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan

tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang

berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu bisnis.

Pernyataan wajar tanpa pengecualian (unqulified opinion) mempunyai arti

bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Namun, apabila

laporan audit bentuk wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar

(adverse), atau tidak menyatakan pendapat (disclaimer) diterbitkan pada saat

auditor merasa tidak memperoleh kepuasan menurut keahlian professionalnya

dalam pelaksanaan proses auditnya, atau menemukan bahwa laporan keuangan

tidak disajikan secara wajar menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Page 5: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

(PSAK), atau merasa tidak independen sehingga auditor wajib untuk

memberikan informasi tambahan. Penyebab utama ditambahkannya suatu

paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku

antara lain, Alvin A. Arens dkk (2004 : 71):

1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang

berlaku,

2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern),

3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi

yang berlaku umum,

4. Penekanan atas suatu masalah,

5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

Penelitian – penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan

di Indonesia antara lain dilakukan oleh Eko Budi Setyarno dkk. (2006) yang

menggunakan 4 variabel penelitian, yaitu 2 variabel keuangan (Kondisi

Keuangan Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan) serta 2 variabel non-

keuangan (Kualitas Audit dan Opini tahun sebelumnya) terhadap perusahaan

manufaktur dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris

bahwa variabel kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Untuk variabel kualitas audit dan yang diproksikan dengan besaran Kantor

Akuntan Publik (KAP) dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap opini audit going concern.

Page 6: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mirna Dyah Praptitorini dkk. (2007)

dapat disimpulkan bahwa kualitas audit dan opinion shopping tidak

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern dimana

debt default yang juga merupakan salah satu variabel bebasnya, yaitu,

kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau

bunganya pada waktu jatuh tempo berpengaruh positif terhadap penerimaan

opini audit going concern yang di analisis dari 348 perusahaan manufaktur

yang listing di Jakarta Stock Exchange (JSX) pada waktu itu dari tahun 1999

sampai dengan 2002.

Hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam

mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti (Ruiz

Barbadillo et al,2004). Independensi auditor dalam memberikan opini atas

laporan keuangan yang diauditnya harus mempertimbangkan going concern

(kelangsungan usaha) auditee. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima

pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going

concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan

operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada

kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak,

auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana

manajemen. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang

kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur

yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Dan

kekonsistensian faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi

Page 7: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

yang fluktuatif, status going concern tetap dapat di prediksi. (Praptitorini, et.

al. 2007). Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk menganalisis beberapa

faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern diantaranya;

kualitas audit, opini audit sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan debt default dalam meningkatkan kemungkinan

sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress)

untuk menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

untuk kelangsungan usahanya (going concern). Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Sampel Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2004 – 2008.

2. Penggunaan 4 variabel bebas yaitu, kondisi keuangan perusahaan,

pertumbuhan penjualan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya

yang ditambahkan dan pengabungan dari 3 jurnal ilmiah akuntansi.

3. Untuk keandalan daya analisis pengaruh variabel bebas dengan

variabel dependennya maka pengujian dilakukan dengan menggunakan

regresi logistik berbantuan program komputer statistik terbaru SPSS

versi 17.

Dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Analisis Faktor Determinan atas Pemberian Opini

Audit Going Concern oleh Auditor (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI 2004 -2008).”

Page 8: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

B. Perumusan Masalah

Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya maka pertanyaan

penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Altman Z-

Score 1968 berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian opini going

concern oleh auditor?

2. Apakah pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan

penjualan berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian opini going

concern oleh auditor?

3. Apakah debt default berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian opini

going concern oleh auditor?

4. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan

pemberian opini going concern oleh auditor?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh bukti empiris bahwa faktor kondisi keuangan

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit

tahun sebelumnya, berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan

opini going concern.

Page 9: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

2. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan

penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan

hidup (going concern) perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini

dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non keuangan pada

perusahaan.

2. Bagi masyarakat bisnis, dalam hal ini investor agar hasil dari penelitian

ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk

berinvestasi di perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan audit going concern pada laporan keuangan perusahaan

tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat

menambah pengetahuan para pembaca maupun sebagai salah satu

bahan referensi atau bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya

dan sebagai penambah wacana keilmuan.

Page 10: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) dalam Praptitorini (2007) menggambarkan

hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang

melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan

melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen.

Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-

mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal

mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer

atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai

keinginan shareholders, sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard.

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan

antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku

manajer (agen) apakah sudah bertidak sesuai dengan keinginan prinsipal.

Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak

prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola

keuangan perusahaan (Setiawan, 2006).

Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah

sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas

laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini

juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.

B. Opini Audit

Page 11: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Menurut (SPAP SA Seksi 150 ; PSA no. 1) dalam proses audit terdapat 3

standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar profesionalnya

yaitu :

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

Page 12: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi1 bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikul oleh auditor.

Page 13: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Terkait dengan tahap pelaporan tersebut, auditor mempunyai kewajiban

untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang telah diauditnya. Menurut

(SPAP SA Seksi 508 ; Paragraf 10) terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu :

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified).

Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified) dinyatakan bila,

menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia dan didalamnya tidak terdapat salah saji material

yang akan mempengaruhi para pengguna dari laporan keuangan dalam

pengambilan keputusan.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan yang

ditambahkan dalam laporan keuangan auditor bentuk baku

(Unqualified with Explanatory Paragraph).

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

(Unqualified with Explanatory Paragraph) dinyatakan bila, menurut

pertimbangan auditor, dimana kondisi atau keadaan tertentu seringkali

mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa

penjelasan lain) dalam laporan keuangan auditor bentuk baku.

Keadaan tersebut meliputi :

a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor

independen lain (Paragraf 12 & 13).

Page 14: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

b. Laporan Keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip

akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI (Paragraf 14 & 15).

c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan

auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan

hidup entitas (going concern), namun setelah mempertimbangkan

rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana

menajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan

pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

d. Diantara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam

penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya

(ketidakkonsistensian) (Paragraf 16 & 18).

e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas

laporan keuangan komparatif (Paragraf 68, 69 & 72 s/d 74).

f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Bapepam,

namun tidak disajikan atau tidak direview.

g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI - Dewan SAK telah

dihilangkan, yang penyajiannya penyimpang jauh dari panduan

yang dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat

melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi

tersebut.

h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan

auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Page 15: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified).

Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified) dinyatakan bila,

menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan menyajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,

dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang

berhubungan dengan yang dikecualikan.

Pendapat ini dinyatakan bilamana:

a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan

bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa

pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak

memberikan pendapat (paragraf 22 s.d. 34).

b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk

tidak menyatakan pendapat tidak wajar (paragraf 35 s.d. 57).

Page 16: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse).

Pendapat tidak wajar (Adverse) dinyatakan bila, menurut

pertimbangan auditor, laporan keuangan tidak menyajikan secara

wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer).

Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer) menyatakan

bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak

dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang

kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat,

laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang

mendukung pernyataannya tersebut. Dalam keadaan auditor

menghadapi keraguan signifikan tentang kelangsungan hidup entitas

(going concern issues) auditor dapat tidak memberikan pendapat.

Page 17: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

1. Opini Audit Going Cocern

Opini audit going cocern ini adalah opini audit yang berada pada

lingkup pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa

penjelasan, dimana auditor dapat meyakini rencana manajemen, auditor

berkesimpulan bahwa rencana menajemen tersebut dapat secara efektif

dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang

mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Adalah tanggung

jawab utama director untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan

keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor

untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh

perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan

keuangan (Setiawan, 2006). Menurut Altman dan McGough (1974)

masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi

kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang,

kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian

operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan,

kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.

Audit report dengan modifikasi atau bahasa penjelasan mengenai going

concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko

perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus

mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang

mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan

Page 18: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang dari penelitian yang

dilakukan Praptitorini (2007) dari 348 perusahaan manufaktur sampel

penelitian dari periode 1997 sampai dengan 2002.

PSA No.30 memberikan pedoman kepada auditor mengenai dampak

kemampuan satuan usaha dalam mepertahankan kelangsungan hidupnya

terhadap opini auditor sebagai berikut :

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam jangka waktu pantas, ia harus:

a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang

ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa

tersebut, dan

b. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat

secara efektif dilaksanakan.

Dijelaskan dalam SA Seksi 341 ; Paragraf 06 mengenai

pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor dapat

mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa

tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan,

menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka

waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa

tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya

Page 19: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama

dengan kondisi atau peristiwa yang lain.

Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut:

1) Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang

berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif

dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.

2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai

contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau

perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan

oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit

biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber

atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar

aktiva.

3) Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan

hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas

sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak

bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan

memperbaiki operasi.

4) Masalah luar yang telah terjadi - sebagai contoh, pengaduan

gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-

masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan

entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten

penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian

Page 20: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan,

yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan

pertanggungan yang tidak memadai.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak

dari kondisi atau peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan

untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer).

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang

harus dilakukan auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan

pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut.

Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut

dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana manajemen

tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak

negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu yang

pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen

dapat meliputi (Sukrisno, Agoes : 2004) :

a. Rencana untuk menjual aktiva

b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang

c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran

d. Rencana untuk menaikkan modal pemilik

Page 21: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi rencana

manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan

informasi tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya

dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor

harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang:

a. Material bagi informasi keuangan prospektif.

b. Rentan atau mudah sekali berubah.

c. Tidak konsisten dengan trend masa lalu.

C. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan

perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc Keown dkk (1991)

menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going

concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Dalam

penelitian yang dilakukan Setyarno (2006) menunjukkan bahwa semakin

buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas

perusahaan menerima opini going concern. Fanny dan Saputra (2005), dalam

penelitiannya digunakan empat model prediksi kebangkrutan untuk mengukur

kondisi keuangan perusahaan yaitu The Zmijeski Model, The Altman Model,

Revised Altman Model dan Springate Model.

Page 22: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

1. The Zmijeski Model (1984)

Zmijeski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kondisi

keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage dan likuiditas

untuk model prediksinya. Model yang dikembangkannya adalah sebagai

berikut:

X = -4.3-4.5X1 + 5.7X2-0.004X3

X1 = ROA (return on asset)

X2 = Leverage (debt ratio)

X3 = Likuiditas (current ratio)

2. The Altman Model (1968)

Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas

serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan.

Altman mengembangkan model kebangrutan dengan menggunakan 22

rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu

likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Model

Altman sebagai berikut:

Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

Page 23: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

3. Revised Altman Model (1993)

Model yang dikembangkan sebelumnya mengalami revisi yang

tujuannya adalah agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada

perusahaan manufaktur tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaan selain

manufaktur. Model Revisi Altman adalah sebagai berikut:

Z’ = 0.717Z + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = book value of equity/book value of debt

Z5 = sales/total asset

4. The Springate Model (1978)

Springate menggunakan analisis multidiskriminan untuk memprediksi

40 perusahaan sampelnya. Model prediksinya:

S = 1.03A + 3.07B + 0.66C +0.4D

A = working capital/total asset

B = net profit before interest and taxes/total asset

C = net profit before taxes/ current liabilities

D = sales/total asset

Page 24: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Mengacu pada penelitian Stephen, John Grice, Sr (1998), maka peneliatian

ini dilakukan dengan menggunakan salah satu rasio yaitu, analisis Z Score.

Analisis Z Score dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan dan

penilaian kinerja keuangan perusahaan, analisis ini pertama kali dikemukakan

oleh Edward I. Altman pada pertengahan tahun 1960 di New York City.

Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan ditemukan 5 rasio yang

dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak

bangkrut. Kemudian Altman melakukan perbaikan dengan membuatnya

dalam versi lima variabel, yaitu :

Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

Hasil perhitungan Z Score dapat dibandingkan dengan standar yang

ditetapkan atau dapat pula dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun.

Apabila dari tahun ke tahun Z Score mengalami penurunan nilai, hal ini dapat

mengidentifikasikan terjadinya gejala kesulitan keuangan yang pada akhirnya

dapat menyebabkan kebangkrutan.

Dari keempat variabel yang digunakan dari model analisis ini oleh

perusahaan, semuanya berasal dari kelompok-kelompok rasio keuangan yang

dapat dilihat keterkaitannya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Page 25: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Variabel Z1 memperlihatkan likuiditas perusahaan, variabel Z2

memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif,

variabel Z3 mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

setiap tahunnya dengan penggunaan aktiva yang dimiliki dan variabel Z4

memperlihatkan solvabilitas perusahaan.

Kebaikan analisis Z Score adalah dapat mengkombinasikan berbagai

rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan

untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, perusahaan pribadi,

perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran.

Sedangkan kelemahan dari model ini adalah tidak adanya rentang waktu yang

pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z Score diketahui lebih

rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak

digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda. Meski demikian

kita dapat tetap menggunakannya untuk memberikan peringatan yang

berharga sehingga kesulitan keuangan perusahaan dapat diatasi segera.

D. Pertumbuhan Perusahaan

Pengukuran pertumbuhan suatu perusahaan dapat diukur dari beberapa

aspek, seperti tren laba bersih yang selalu meninggat setiap tahunnya, tingkat

pertumbuhan penjualan yang meningkat dari tahun sebelumnya, ukuran suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya asset bila dibandingkan perusahaan

sejenis, indeks harga saham yang terus menerus menguat, laporan arus kas

perusahaan dan sebagainya. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan

Page 26: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

arus kas yang tinggi (Weston dan Bringham, 1993). Perusahaan yang

mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan

keuangan yang memiliki prospek baik dan perusahaan dapat diartikan tumbuh

(growth), sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik (opini non-

going concern) akan lebih besar.

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio

pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Penjualan merupakan kegiatan operasi

utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang

positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi

ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going

concern).

Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi

peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio

pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor

untuk menerbitkan opini audit going concern.

E. Debt Default

Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor

dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi

kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan

debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada

Page 27: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

waktu jatuh tempo. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti

oleh Chen dan Church (1992) dalam Praptitorini (2007) yang menemukan

hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak

auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini

going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini

seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini

going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali.

Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan

auditor mengeluarkan laporan going concern.

Praptitorini (2007) menunjukkan bahwa variabel debt default, kondisi

keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap

penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) yang

menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default dengan

masalah going concern ini.

F. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang

menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada

tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada

tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi

publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang

telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant

Page 28: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

analisis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai

akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding

model yang lain.

Penelitian oleh Ramadhany (2004) serta Setyarno (2006) memperkuat

bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya

dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang

signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini

audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor

telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar

kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern

pada tahun berikutnya.

Page 29: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

H. Kerangka Dasar Penelitian

H 1 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan

pemberian opini going concern oleh auditor.

H 2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian

opini going concern oleh auditor.

H 3 : Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan pemberian opini going

concern oleh auditor.

H 4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan

pemberian opini going concern oleh auditor.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Opini Tahun Sebelumnya

Kondisi Keuangan Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan

Debt Default

Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Page 30: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Opini Audit Going Concern

No Peneliti Sampel Variabel Alat

Analisis Hasil Penelitian

1 Mutchler

(1985)

119

Perusahaan

Manufaktur

6 Rasio

Keuangan

Diskriminan

Berganda

LTDA, NWTL & TLTA

berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan opini

audit going concern

2 Chen and

Cruch

(1992)

127

Perusahaan

6 Rasio

Keuangan

dan Status

Default

Hutang

Regresi

Logistik

Variabel keuangan

merupakan indikator yang

penting untuk

memprediksi penerimaan

opini audit going concern

3 Chen and Cruch

(1992)

106 Perusahaan

Return saham dan 3

variabel

pasar

Regresi Berganda

Auditee yang menerima opini going concern akan

mengalami return negatif

di sekitar publikasi

laporan audit

4 Manao dan

Nursetyo

(2002)

55

Perusahaan

6 Rasio

Keuangan

Paired

sample t test

Rasio keuangan auditee

yang diaudit oleh auditor

Big 5 lebih baik daripada

yang diaudit non Big 5.

5 Hani dkk

(2003)

24

Perusahaan

Perbankan

6 Rasio

Keuangan

Regresi

Logistik

Quick Ratio, Return on

Asset dan Interest Margin

of Loans berpengaruh

signifikan

6 Petronela

(2004)

141

Perusahaan

2 Rasio

Keuangan

Analisis

Diskriminan

Berganda

Return on Assets

berpengaruh signifikan

7 Ramadhany (2004)

86 Perusahaan

Manufaktur

1 Variabel kondisi

keuangan

dan 5 non

keuangan

Regresi Logistik

Status default hutang, kondisi keuangan dan

opini tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan

8 Setyarno

(2006)

59

Perusahaan

Manufaktur

5 Rasio

keuangan

dan 3

Variabel non

keuangan

Regresi

Logistik

Rasio Likuiditas dan opini

audit tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan

9 Praptitorini

(2007)

348

Perusahaan

Manufaktur

2 Rasio

Keuangan

dan 5 non

keuangan

Regresi

Logistik

Status Debt Default

berpengaruh signifikan

10 Arga Fajar (2007)

310 Perusahaan

Manufaktur

3 Rasio Keuangan

dan 2 non

keuangan

Regresi Logistik

Kondisi keuangan dengan model The Altman Model

dan Springate Model,

Opini audit tahun

sebelumnya berpengaruh

signifikan

Page 31: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan atau emiten yang memperoleh

opini going concern dan opini non going concern dengan time series penelitian

selama 5 tahun yaitu periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2008 pada

perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat (Dependent

Variable) dan variabel bebas (Independent Variable). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk auditee

yang menerima opini audit going concern dan kategori 0 untuk auditee yang

menerima opini audit non going concern. Variabel independen terdiri atas

kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit pada tahun

sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan dan debt default. Definisi

operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel Dependen

1) Opini audit going concern

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang

dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau

ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam

menjalankan operasinya (SPAP, 2001)

Page 32: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going

concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer opinion.

Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non

going concern diberi kode 0.

b. Variabel Independen

1) Kondisi Keuangan Perusahaan

The Altman Model (1968)

Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

2) Pertumbuhan Perusahaan

Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur

kemampuan auditee dalam pertumbuhan perusahaan dari tingkat

penjualan.

3) Debt Default

Pertumbuhan Penjualan =

Penjualan Bersih t – Penjualan Bersih t-1

Penjualan Bersih t-1

Page 33: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan

sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar

hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan

Church, 1992). Variabel dummy digunakan (1 = status debt default,

0 = tidak debt default) untuk menunjukkan apakah perusahaan

dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit.

4) Opini Audit tahun sebelumnya

Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee

pada tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan, Opini audit

going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non

going concern (NGCAO) diberi kode 0.

B. Metode Pengumpulan Data

Populasi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 26

perusahaan dari total 98 perusahaan dimana terdapat 130 data laporan

keuangan yang di analisis. Pengambilan populasi sampel dilakukan dengan

metode Purpossive Sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Auditee sudah terdaftar di BEI 1 Januari 2004-2008.

2. Auditee tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (2004–

2008).

3. Auditee konsisten terhadap pengaruh kondisi ekonomi makro di Indonesia

maupun Internasional.

C. Jenis Data

Page 34: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

tersebut diperoleh pada auditee manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dari tahun 2004 -2008 yang telah dipublikasikan dalam

websitenya dan tersedia di database perpustakaan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan tujuan untuk mengetahui trend perkembangan penerimaan opini going

concern semasa krisis finansial global dan tahun-tahun sesudahnya.

D. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif dalam penelitan ini pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah

dipahami dan diinterpretasikan. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi

antara lain : maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi.

2. Pengujian Statistik

Pengujian ke lima hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat

dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel

bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal)

untuk menguji pengaruh kualitas audit, opini audit sebelumnya, kondisi

keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap

penerimaan opini audit going concern. Uji regresi logistik digunakan

karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang menggunakan

dummy dan memiliki variabel independen yang diukur dengan skala rasio

(Windarty, 2002). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas

Page 35: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2006 : 211).

Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan

heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan

homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya.

SPSS versi 17 menyediakan prosedur regresi logistik yaitu :

a. Regresi Logistik Biner (Binary Logistic Regression), adalah regresi

logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau

variabel biner. Contoh : variabel dikotomi atau variabel biner adalah

sukses - gagal, ya - tidak, benar - salah, hadir - bolos, pria -

perempuan dan seterusnya.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

Page 36: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

= Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk

auditee dengan opini audit going cocern (GCAO)

dan 0 untuk auditee dengan opini audit non going

concern (NGCAO)).

α = Konstanta

Z Score (1968) = Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan

dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan.

SALGR = Rasio Pertumbuhan Penjualan Auditee.

DEBT = Debt Default sebagai variabel dummy, (1 jika

perusahaan dalam keadaan default, dan 0 jika tidak)

PRIOP = Opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya

(kategori 1 bila opini audit going concern (GCAO),

0 bila bukan (NGCAO))

ε = Kesalahan Residual

1. Menilai Kelayakan Model Regresi

LN GC

1 - GC

LN GC

1 - GC = α + β 1 (Z score 1968) + β 2 SALGR + β 3 DEBT +

β 4 PRIOP + ε

Page 37: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and

Lemeshow Goodness of fit lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol

tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai

dengan data observasinya (Ghozali, 2006).

2. Menilai Model Fit

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function)

dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model

yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada

regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada

model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model

regresi semakin baik.

3. Estimasi parameter dan interpretasinya

Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi

dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan

antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi

(α).

Page 38: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pasar modal di Indonesia sudah dimulai sejak adanya zaman

pemerintahan Belanda. Sedangkan perdagangan efek di Indonesia dimulai

sejak tanggal 14 Desember 1912. Tujuan awalnya adalah untuk

menghimpun dana guna kepentingan pengembangan sektor perkebunan di

Indonesia. Investor yang berperan saat itu adlah orang-orang Hindia

Belanda dan orang-orang Eropa linnya, sedangkan efek-efek yang

diperjualbelikan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda

yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia

Belanda.

Perkembangan pasar modal ini cukup pesat, sehingga dibuka juga

Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek di

Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Terjadinya gejolak politik di

Eropa pada awal tahun 1939 ikut mempengaruhi perdagangan efek yang

ada di Indonesia. Akibatnya, pemerintah Belanda menutup Bursa Efek di

Surabaya dan Semarang, sehingga yang tersisa hanya Bursa Efek Jakarta.

Namun, dengan terjadinya Perang Dunia kedua, Bursa Efek Jakarta pun

Page 39: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

ikut ditutup. Hal ini sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal

di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka dan mendapat pengakuan kedaulatan

oleh dunia, khususnya pemerintah Belanda, pemerintah Republik

Indonesia Serikat kembali mengawali kebangkitan pasar modal dengan

penerbitan obligasi Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini ditegaskan lagi

dengan adanya Undang-Undang Darurat tentang Bursa No.13 tanggal 1

September 1951, yang kemudian diterapkan sebagai Undang-Undang No.

15 tahun 1952, sedangkan penyelenggaraan bursa saat itu diserahkan

kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), dan

sebagai penasehatnya adalah Bank Indonesia. Namun, inflasi dan resesi

ekonomi pada tahun 1958 menghentikan kegiatan bursa efek.

Bursa Efek semakin tidak aktif pada tahun 1956 ketika pemerintah

meluncurkan program nasionalisasi perusahaan Belanda. Kebangkitan

kembali pasar modal di Indonesia dimulai pada tahun 1977. Pada tanggal

10 Agustus 1977 bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

Bursa Efek Jakarta dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana

Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.

Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT.

Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

Pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan Pasar Modal

dengan mengeluarkan paket deregulasi yang memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing untuk

Page 40: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

menanamkan modal mereka di Indonesia. Paket deregulasi pada tahun

tersebut ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PKDES 87).

Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkanya pajak

penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar

15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan, ternyata

berdampak sangat positif bagi pasar modal. Kebijakan perpajakkan

tersebut membuat pendapatan masyarakat pemodal atas tabungan menjadi

berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam

menginvestasikan uangnya. Kegiatan perdagangan ada kapitalisasi pasar

modalpun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar keuangan

dan sektor swasta.

Pada bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan paket

Desember 88 (PAKDES) yang memberikan kemudahan erusahaan untuk

go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar

modal. Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya pada

tanggal 16 Juni 1989.

Pada tanggal 13 Juli 1992 diberlakukannya swastanisasi bursa

efek sebagai tanggapan atas dikeluarkannya Paket deregulasi Desember

1987 dan Desember 1988. Bursa Efek Jakarta berubah menjadi perusahaan

swata PT. BURSA Efek Jakarta. Pemilik saham perusahaan efek yang

menjadi anggota bursa. Pada saat itu pula Bapepam yang mulanya sebagai

Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar

Page 41: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Modal Tahun 1993 berdiri lembaga penunjang pasar modal, yaitu lembaga

kliring dan penyelesaian, yaitu PT.Kustodian Depositori Efek Indonesia

(KDEI) dan pada tahun 1994 berdiri PT.Pemeringkat Efek Indonesia

(pefindo).

Seiring dengan perkembangan kegiatan pasar modal, kegiatan di

bursa juga semakin ramai dan kompleks. Data yang ada di Bursa Efek

Jakarta diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat semakin pesat, dari 24

saham ditahun 1988 menjadi lebih dari 200 saham. Dengan kenyataan

tersebut, sistem perdagangan manual yang dilakukan sejak tahun 1877

oleh Bursa Efek Jakarta tidak lagi efisien. Akhirnya pada tahun 1995,

tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkan sistem otomatis yang dapat

memantau dengan segera pergerakan naik turunnya harga saham, serta

informasi-informasi lain secara akurat dan cepat.

Sistem ini dikenal dengan JATS (Jakarta Automated Trading

System) atau sistem perdagangan efek. Sistem ini dapat memonitoring

pialang dan investor dalam hal aktivitas perdagangan yang terjadi di

Bursa. Di samping itu pelaksanaan order jual beli dapat berjalan lebih

transparan dan adil. Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta telah menerapkan

perdagangan jarak jauh (remote trading) sebagai upaya menigkatkan akses

pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Pada tanggal 3 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya resmi bergabung dan mengusung satu nama, yaitu Bursa Efek

Indonesia. Persetujuan perubahan nama ini sudah di dapat dari Depkum

Page 42: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

HAM sejak 27 November 2007. Walaupun sudah resmi menjadi Bursa

Efek Indonesia, namun saham-saham yang single listing di Bursa Efek

Surabaya belum akan dimaksukkan ke dalam perhitungan IHSG (Indeks

Harga Saham Gabungan) sampai kondisi normal, hal ini dilakukan agar

tidak mengganggu kinerja Indeks di Bursa. Kondisi ini kemungkinan akan

berlangsung maksimal selama 2 tahun, terhitung sejak tanggal

dibentuknya Bursa Efek Indonesia, yaitu 3 Desember 2007. Diharapkan

dengan adanya penggabungan ini, maka akan membawa spirit baru dan

integritas baru bagi pasar modal Indonesia, sehingga prospek ke depan

menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan penggabungan yang dilakukan

pada waktu yang tepat, yaitu di tengah membaiknya kinerja pasar modal

Indonesia, sehingga diharapkan reputasinya akan lebih baik.

Dalam rangka mengantisipasi perkembangan Pasar Modal

Indonesia kedepannya dan untuk memberikan kemudahan dan efisiensi

perdagangan di Bursa Efek, maka PT. Bursa Efek Indonesia telah

mengembangkan satu sistem baru dengan nama JATS-NextG (Generation)

yang akan mampu menangani semua produk financial (saham, obligasi

dan derivative) dalam satu platform. Dengan sistem baru tersebut

penyebaran informasi perdagangan dan pengawasan terhadap semua

produk yang diperdagangkan di Bursa dapat dilakukan secara terpadu.

Kapasitas JATS-NextG dirancang mampu menampung 1.000.000 order

dan 500.000 transaksi per hari, dibandingkan dengan sistem saat ini yang

menampung 360.000 order dan 200.000 transaksi per hari.

Page 43: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Penetapan ‘live’ JATS-NextG semula adalah tanggal 1 Desember

2008, namun karena BEI memandang perlu untuk melakukan pengujian

yang lebih intens baik dari sisi BEI, Anggota bursa, maupun para

pelanggan data feed, maka tanggal ‘live’ diubah menjadi tanggal 2 Maret

2009. Untuk kesiapan live JATS-NexG, BEI telah melakukan 14 kali

mock trading, dari bulan September 2008 sampai dengan Februari 2009,

guna melakukan pengujian sistem secara terintegrasi bersama Anggota

Bursa dan data vendor. Beberapa perubahan kebijakan terkait

pengimplementasian sistem JATS-NextG diantaranya adalah 1 (satu)

fasilitas booth di lantai perdagangan bagi tiap AB, dan fasilitas untuk

implementasi Single ID. Pengimplementasian sistem JATS-NextG

merupakan salah satu faktor pendukung Bursa Efek Indonesia dalam

mencapai visinya untuk menjadi Bursa kompetitif dengan kredibilitas

tingkat dunia.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2008.

Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak

26 perusahaan dengan total data yang dianalisis sebanyak 130 laporan

keuangan perusahaan. Perolehan data yang digunakan melalui website:

http://www.idx.co.id. Sementara penyesuaian harga saham penutupan

(adjusted closing price) diambil dari website: http://finance.yahoo.com

Page 44: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

karena memang terdapat unsur pemantauan investor baik dalam maupun

luar negeri.

B. Statistik Deskriptif

Sampel yang digunakan di penelitian ini depilih secara purposive

sampling, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

representasi dari populasi sampel yang ada serta sesuai dengan tujuan

penelitian. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

dan ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Tabel Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

Total Perusahaan Manufaktur yang terdaftar 1

di BEI antara tahun 2000-2004 98

2 Delisting selama periode penelitian 2004-2008 (4)

3 Auditee inkonsisten terhadap pengaruh kondisi ekonomi

makro di Indonesia maupun Internasional. (68)

4 Data tersedia 0 26

Jumlah Sampel Total Selama 5 tahun Periode Penelitian 130

Berikut adalah nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini :

Tabel 4.2 Tabel Nama Perusahaan Hasil Observasi

Page 45: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Going Concern & Non Going Concern Opinion No

Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008

1 Aneka Tambang √ √ √ √ √ 2 Arwana Citra Mulia √ √ √ √ √

3 Asiaplast Industry √ √ √ √ √GC 4 Barito Pasific Timber √GC √GC √GC √GC √GC

5 Bintang Mitra Semesta Raya

√GC √GC √ √ √

6 Citra Dubindo √ √ √ √ √

7 Davomas Abadi √ √GC √ √ √

8 Delta Dunia Petrindo √ √ √ √ √ 9 Dynaplast √ √ √ √ √

10 Ekadarma √ √ √ √ √ 11 Eterindo √GC √ √ √ √

12 Fajar Surya Wisesa √ √GC √ √ √

13 Indah Kiat Pulp √GC √GC √GC √GC √GC 14 Indal Alumunium √GC √GC √ √ √

15 Modernland √GC √GC √GC √GC √GC

16 Multi Prima Sejahtera √GC √GC √GC √GC √GC

17 Mustika Ratu √GC √GC √ √ √ 18 New Century √GC √GC √GC √GC √GC

19 Paradisha √GC √GC √GC √GC √GC

20 Roda √GC √ √ √ √ 21 Roda Vivatex √GC √GC √GC √GC √GC

22 Siwani Makmur √ √ √ √GC √GC

23 Sumalindo Lestari √GC √GC √GC √GC √GC

24 Sunson Textile Manufacturing

√GC √GC √GC √GC √GC

25 Surabaya Agung Industry √GC √GC √GC √GC √GC

26 Twiji Kimia √GC √GC √GC √GC √GC

Total 130 Laporan Keuangan 26 26 26 26 26

Catatan :

√GC : mendapatkan opini going concern (GCAO)

√ : tidak mendapatkan opini going concern (NGCAO)

Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh

sebanyak 26 auditee sektor manufaktur yang digunakan sebagai sampel dan

dikelompokkan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis

opini audit yang diterimanya, yaitu : kelompok auditee dengan opini audit

Page 46: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

going concern (GCAO) dan auditee dengan opini audit non going concern

(NGCAO). Distribusi auditee sektor manufaktur berdasarkan opini audit

yang diterima, ditampilkan dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Observasi Berdasarkan Opini Audit

2004 2005 2006 2007 2008 Total

OPINI Auditee % Auditee % Auditee % Auditee % Auditee % Auditee %

GCAO

(dummy=1) 16 62 16 62 11 42 12 46 13 50 68 52

Non

GCAO

(dummy=0)

10 38 10 38 15 58 14 54 13 50 62 48

Total 26 100 26 100 26 100 26 100 26 100 130 100

Variabel GCAO (Going Concern Auditor Opinion) merupakan variabel

dependen penelitian. Dalam tabel 4.2 diatas, menyajikan mengenai frekuensi

data perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak

menerima opini going concern selama tahun penelitian, mulai dari 2004

sampai dengan tahun 2008. Secara rata-rata dapat dikatakan bahwa 51%

perusahaan menerima opini audit going concern atau sebanyak 68 laporan

keuangan perusahaan. Hal ini

dapat terjadi dimana pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan tersebut

pernah mengalami diantaranya kerugian operasi yang berulangkali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan

penting yang jelek, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya,

penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap

pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang,

kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau

Page 47: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

penjualan sebagian besar aktiva, pengaduan gugatan pengadilan dan dapat

pula keadaan keberlangsungan hidup perusahaan sangat terpengaruh oleh

kondisi ekonomi Indonesia sejak tahun-tahun sebelumnya yang dijelaskan

dalam CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan). Sedangkan 62 laporan

keuangan perusahaan atau 48% dari total sampel tidak menerima opini going

concern pada persusahaan yang sama. Jadi dapat dikatakan secara

keseluruhan, terdapat kemungkinan yang besar kepada perusahaan yang

sebelumnya pernah terkena imbas dari kondisi-kondisi tersebut diatas untuk

dapat kembali menerima opini audit going concern.

1. Analisis Kondisi Keuangan Perusahaan Manufaktur yang go public

Pada variabel kondisi keuangan digunakan analisis rasio keuangan

dengan menggunakan metode analisis Altman Z-Score model tahun 1968

dengan persamaan Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5 dimana,

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

Penilaian analisis Z-Score ini dengan membandingkan antara nilai pada

laporan keuangan perusahaan hasil perhitungan Z-Score dengan nilai 1,23

dimana jika nilai Z-Score lebih kecil dari 1,23 (<1,23) maka perusahaan

mengalami kesulitan keuangan sebaliknya jika nilai Z-Score lebih besar dari

1,23 perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi yang baik.

Page 48: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Penjelasan mengenai rasio keuangan dengan metode Altman Z-Score

adalah sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas : Working Capital to Total Asset

Merupakan rasio untuk mengukur perbandingan Working Capital

(Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar) dengan Total Aktiva. Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Yang termasuk dalam aktiva lancar dalam perusahaan

manufaktur adalah kas dan setara kas, piutang usaha, persediaan, pajak

dibayar dimuka, biaya dibayar dimuka dan aktiva lancar lain-lain.

Sedangkan yang termasuk kewajiban lancar adalah hutang usaha, hutang

lain-lain, biaya masih harus dibayar, hutang pajak, hutang jangka panjang

yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, uang muka pelanggan

yang akan jatuh tempo dalam satu tahun, bagian pinjaman investasi jangka

panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dan sebagainya.

b. Rasio Profitabilitas : Retained Earnings to Total Asset dan Earnings before

Interest and Tax to Total Asset

1) Rasio Retained Earnings / Total Asset mengukur kemampuan laba

kumulatif dari perusahaan. Rasio ini juga mencerminkan umur

perusahaan, karena semakin lama perusahaan beroperasi

memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.

Page 49: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

2) Rasio Earnings before Interest and Tax / Total Asset mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan.

c. Rasio Aktivitas : Market Capitalization to Book Value of Debt dan Sales to

Total Asset

1) Rasio Market Capitalization to Book Value of Debt menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari

nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal sendiri

diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa dibagi market

capital. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban

lancar dengan kewajiban jangka panjang.

2) Rasio Sales / Total Asset menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh

harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Penjualan

pada perusahaan manufaktur terdiri dari penjualan ekspor, lokal

maupun kepada pihak ketiga.

Tabel 4.4

Tabel Hasil Analisis Z-Score antara Perusahaan yang mendapatkan

Opini Going Concern dan Non Going Concern

Going Concern & Non Going Concern Opinion No

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008

1 Aneka Tambang

Opini NGC NGC NGC NGC NGC

Z-Score 3,554 3,748 4,918 6,293 7,953

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Baik Baik

2 Arwana Citra Mulia Opini NGC NGC NGC NGC NGC

Page 50: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Z-Score 3,009 2,840 2,098 2,081 2,130

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Baik Baik

3 Asiaplast Industry Opini NGC NGC NGC NGC GC

Z-Score 1,129 1,072 0,840 0,943 1,562

Kondisi Keuangan Baik Baik Tidak Baik

Tidak Baik

Baik

4 Barito Pasific Timber

Opini GC GC GC GC GC Z-Score 0,4686 0,836 0,2876 0,859 1,487

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Baik

5 Bintang Mitra Semesta Raya

Opini GC GC NGC NGC NGC

Z-Score 0,5932 0,762 1,020 2,107 0,203

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Baik Tidak Baik

6 Citra Dubindo

Opini NGC NGC NGC NGC NGC

Z-Score 1,5365 2,087 2,6221 2,824 2,705

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Baik Baik

7 Davomas Abadi

Opini NGC GC NGC NGC NGC

Z-Score 1,558 1,493 0,966 1,757 1,754

Kondisi Keuangan Baik Baik Tidak Baik

Baik Baik

Going Concern & Non Going Concern Opinion No

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008

8 Delta Dunia Petrindo

Opini NGC NGC NGC NGC NGC Z-Score 1,100 1,099 1,117 1,329 0,767

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Baik Tidak Baik

9 Dynaplast

Opini NGC NGC NGC NGC NGC

Z-Score 2,176 2,703 2,262 2,522 2,468

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Baik Baik

10 Ekadarma

Opini NGC NGC NGC NGC NGC Z-Score 3,364 3,1147 3,362 3,512 2,759

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Baik Baik

11 Eterindo

Page 51: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Opini GC NGC NGC NGC NGC

Z-Score 0,825 1,477 1,395 1,736 1,872

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Baik Baik Baik Baik

12 Fajar Surya Wisesa

Opini NGC GC NGC NGC NGC Z-Score 1,501 0,777 1,896 2,008 2,216

Kondisi Keuangan Baik Tidak Baik

Baik Baik Baik

13 Indah Kiat Pulp Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,295 0,245 0,202 0,134 -

0,267

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

14 Indal Alumunium

Opini GC GC NGC NGC NGC Z-Score -0,255 0,609 1,146 1,566 1,408

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Baik Baik Baik

Going Concern & Non Going Concern Opinion No

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008

15 Modernland Opini GC GC GC GC GC

Z-Score -0,215 0,812 0,445 0,593 0,710

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

16 Multi Prima Sejahtera

Opini GC GC GC GC GC Z-Score 0,7187 0,7288 0,7187 1,4428 0,978

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Baik Tidak Baik

17 Mustika Ratu

Opini GC GC NGC NGC NGC

Z-Score 0,807 1,881 2,040 2,020 2,108

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Baik Baik Baik Baik

18 New Century

Page 52: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,255 0,170 0,179 -0,140 0,444

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

19 Paradisha

Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,297 0,179 0,674 0,916 0,672

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

20 Roda

Opini GC NGC NGC NGC NGC

Z-Score 0,424 1,281 1,537 1,407 1,487

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Baik Baik Baik Baik

21 Roda Vivatex

Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,859 0,790 0,495 0,439 0,737

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Going Concern & Non Going Concern Opinion No

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008

22 Siwani Makmur

Opini NGC NGC NGC GC GC

Z-Score 2,098 2,028 1,930 -0,223 0,446

Kondisi Keuangan Baik Baik Baik Tidak Baik

Tidak Baik

23 Sumalindo Lestari Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,431 0,790 0,325 0,765 0,222

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

24 Sunson Textile Manufacturing Opini GC GC GC GC GC

Z-Score

-0,361 -0,137 0,013 0,168 -

0,210

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

25 Surabaya Agung Industry

Opini GC GC GC GC GC

Z-Score -3,319 -3,995 -3,797 -1,319 -

Page 53: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

1,319

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

26 Twiji Kimia Opini GC GC GC GC GC

Z-Score 0,813 0,796 0,697 0,593 0,468

Kondisi Keuangan Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Catatan :

GC = Laporan keuangan yang mendapatkan opini going concern.

NGC = Laporan keuangan yang tidak mendapatkan opini going concern.

Kriteria = Perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak baik

dengan nilai Z-Score <1,23 dan tidak mengalami kesulitan keuangan

atau baik dengan nilai Z-Score >1,23)

Berikut adalah ringkasan dari tabel 4.4 diatas :

Tabel 4.5 Tabel Matriks Kondisi Keuangan Perusahaan

Non Going

Concern (NGC)

Going Concern

(GC) Total

Baik 53

(91,3%) 5

(8,7%) 58

(100%)

Tidak baik 8

(11,1%) 64

(88,9%) 72

(100%)

Dari hasil tabel 4.4, perbandingan hasil dengan kriteria pada analisis Z-

Score akan menghasilkan dua kategori yaitu perusahaan yang sedang mengalami

kondisi tidak baik dengan nilai kriteria Z-Score kurang dari 1,23 (<1,23) dan

perusahaan dalam kondisi baik atau yang tidak mengalami kesulitan keuangan

dengan nilai kriteria Z-Score lebih dari 1,23 (<1,23).

Kondisi Keuangan

Opini

Page 54: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Dari tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa probabilitas bagi perusahaan yang

mengalami kondisi keuangan baik dan tidak mendapatkan opini going concern

(NGC) sebesar 53 atau 91,3%. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang

mengalami kondisi keuangan yang relatif baik tidak akan mendapatkan opini

going concern oleh auditor. Sedangkan, probabilitas bagi perusahaan yang

mengalami kondisi keuangan tidak baik dan mendapatkan opini going concern

(GC) sebesar 64 atau 88,9%. Hal ini pula dapat disimpulkan bahwa perusahaan

yang mendapatkan opini going concern oleh auditor akan diberikan kepada

perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan atau kondisi keuangannya

tidak baik.

Kondisi keuangan perusahaan dikatakan bermasalah jika perusahaan

memiliki beberapa indikator seperti total modal negatif, arus kas negatif,

pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian tahun berjalan, dan

defisit saldo laba tahun berjalan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

pula bahwa mayoritas perusahaan yang menerima opini going concern memiliki

modal kerja, saldo pendapatan setelah pajak, dan saldo laba ditahan pada tahun

berjalan negatif. Hal ini disebabkan karena pada beberapa perusahaan manufaktur

memiliki kewajiban atau hutang yang besar yang terjadi akibat transaksi pada

masa lalu dan ditambah lagi perusahaan dituntut untuk segera melunasinya pada

jangka waktu yang pendek sehingga menyebabkan kemampuan perusahaan dalam

menyediakan modal kerja sedikit bahkan cencerung negatif. Modal kerja adalah

selisih dari aset lancar dengan kewajiban lancar. Jika modal kerja yang digunakan

oleh perusahaan sebagai modal untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan

Page 55: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

tidak mencukupi (negatif), perusahaan akan mengalami kesulitan dalam

menjalankan kegiatan operasinya secara normal, yang pada akhirnya berkibat

pada kesulitan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan setelah pajak

(earnings after tax) bahkan menyediakan laba ditahan (retained earning) untuk

periode akuntansi tahun berikutnya.

Pada variabel pertumbuhan perusahaan yang di proksikan dengan

pertumbuhan penjualan (sales growth), baik pada perusahaan yang mengalami

going concern maupun yang non going concern sama-sama mangalami

pertumbuhan laba yang positf dari tahun ketahunnya dengan total 94 laporan

keuangan (94%) dari total penjualan. Data tersebut sesuai pada tabel 4.6 berikut

ini.

Tabel 4.6 Tabel Frekuensi Pertumbuhan Laba

Keterangan Going

Concern

Non Going

Concern Total

Pertumbuhan Penjualan (Positif) 40 54 94 72,3%

Pertumbuhan Penjualan (Negatif) 28 10 38 27,7%

100 100%

Peningkatan laba yang terlihat pada tabel diatas mengartikan bahwa faktor

penjualan pada perusahaan, tidak mempengaruhi pemberian opini going concern

dan non going concern pada perusahaan oleh auditor. Pada industri manufaktur

Page 56: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

penjualan adalah faktor yang dipengaruhi faktor siklus, dianalogikan pada

penjualan jas hujan atau payung yang meningkat pada saat musim hujan maka

sebaliknya akan menurun pada musim kemarau dan peningkatan penjualan sirup

akan terjadi pada saat-saat menjelang hari raya dan cenderung flat pada saat bukan

hari raya. Penyebab inilah yang tidak bisa dikatakan bahwa perusahaan yang

sedang mengalami penurunan penjualan adalah perusahaan yang sedang

mengalami keadaan kesulitan keuangan atau dalam keadaan yang sehat dengan

catatan bahwa perusahaan tidak dapat menghasilkan cash flow positif yang

digunakan untuk membiayai kegiatan operasinya ke depan.

Kaitan dengan opini yang diberikan oleh auditor mengenai going concern

ini, maka peningkatan penjualan tidak bisa menjadi indikator bahwa perusahaan

sehat akan tetapi peningkatan penjualan ini dapat menjadi indikator awal bahwa

perusahaan tersebut mampu untuk mempertahankan hidupnya dengan berusaha

meningkatkan kinerjanya.

Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Debt Default

Non Going

Concern (NGC)

Going Concern

(GC) Total

Default 4

(7,1%) 53

(92,9%) 57

(100%)

Non Default 58

(79,4%) 15

(20,4%) 73

(100%)

Variabel berikutnya, debt default yaitu kegagalan suatu perusahaan dalam

membayarkan kewajiban hutangnya pada saat jatuh tempo baik pokok hutangnya

maupun bunganya. Dari tabel 4.7 menunjukkan perusahaan yang mengalami debt

default lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan opini going concern

DEBT

Opini

Page 57: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

terlihat sebanyak 53 laporan keuangan (92,9%) yang mengalami debt default

mendapatkan opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan tidak

mengalami debt default hanya 15 laporan keuangan saja atau sekitar (20,4%) yang

mendapatkan opini going concern. Hal ini juga terjadi pada laporan keuangan

yang tidak mengalami going concern (Non Going Concern / NGC) hanya

mayoritas perusahaan yang tidak mengalami debt default-lah yang tidak

mendapatkan opini going concern yaitu 58 laporan keuangan atau 79,8%. Jadi,

dapat diambil kesimpulan bahwa faktor debt default ini adalah faktor determinan

atau penentu bagi pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern.

Dari 130 laporan keuangan yang di observasi dalam penelitian ini, terdapat

banyak perusahaan yang mengalami debt default yang diungkapkan (disclose)

dalam paragraf penjelasan pada opini auditor maupun yang dijelaskan dalam

catatan atas laporan keuangan. Terdapat beberapa alternatif pilihan yang dapat

dilakukan oleh para auditee dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

antara lain menjadwalkan kembali jatuh tempo pembayarannya, melakukan

langkah penjualan aktiva-aktivanya atau mengkonversi kewajiban dengan aset-

aset yang dimiliki atau konversi dengan saham-sahamnya, dan dapat pula

meminta kepada para kreditur (Bank, Lembaga keuangan lainnya atau pihak

ketiga lainnya) untuk menghapus bunga dari pokok hutangnya. Dari beberapa

alternatif pilihan diatas, mayoritas dari 26 auditee yang mendapatkan opini going

concern dalam penelitian ini, cenderung memilih alternatif pilihan untuk

melakukan restrukturisasi hutang-hutannya yaitu dengan penjadwalan kembali

Page 58: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

(reschedule) jatuh tempo pembayaran untuk jumlah cicilan pokok dan bunga

hutangnya.

Tabel 4.8 Tabel Frekuensi Opini tahun sebelumnya

Non Going

Concern (NGC)

Going Concern

(GC) Total

Non Going

Concern (NGC)

52 (83,8%)

10 (16,2%)

62 (100%)

Going Concern

(GC)

10 (14,7%)

58

(85,3%) 68

(100%)

Opini tahun sebelumnya yang digunakan menjadi salah satu variabel

dalam penelitian ini, berkaitan dengan variabel debt default yang terjadi pada

perusahaan hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan atau ketidakmampuan

perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajibannya yang telah jatuh tempo di

tambah lagi dalam jumlah yang sangat material membuat perusahaan mengambil

langkah untuk segera merestrukturisasi kewajibannya dengan menjadwalkan

kembali jatuh temponya dan menyesuaikan kembali jumlah dari cicilan-cicilan

hutang pokok maupun bunga yang akan terakumulasi pada tahun-tahun berikutnya

sampai seluruh kewajibannya lunas atau cicilannya selesai.

Pada laporan keuangan terdapat salah satu rasio keuangan yaitu modal

kerja yang diperoleh dari selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar,

dimana kejadian debt default ini terjadi (jumlah kewajibannya akan semakin

besar) akan menyebabkan modal kerja yang negatif. Modal kerja yang negatif

akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam melaksanakan

kegiatan operasional pada tahun berjalan. Hal tersebut akan terus berdampak pada

laporan keuangan pada tahun berikutnya apabila perusahaan mengalami terus

kesulitan dalam melakukan pencicilan hutangnya sampai lunas. Lain halnya

Opini tahun sebelumnya

Opini

Page 59: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

ketika perusahaan tersebut mampu meningkatkan penjualan sekaligus

mengefisienkan biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk sehingga pada

akhirnya mampu untuk meningkatkan laba bersih yang dihasilkan guna

membayarkan hutang-hutangnya. Pemberian opini going concern pada tahun

sebelumnya memiliki kecenderungan yang besar akan diberikan opini yang sama

pada tahun berikutnya, apabila kesulitan keuangan terjadi. Tabel 4.8 menunjukan

bagaimana opini yang terbit pada tahun sebelumnya berpengaruh besar pada

pemberian opini yang sama pada tahun berikutnya dengan catatan bahwa

mengalami kejadian yang berdampak pada tahun berikutnya yaitu sebanyak 58

laporan keuangan (85,3%) dibandingkan perusahaan yang sebelumnya tidak

mendapatkan opini going concern sebesar 10 laporan keuangan (14,7%).

C. Analisis dan Pembahasan

1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan model regresi logistik. Regresi

logistik digunakan untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan

(Z-Score 1968), rasio pertumbuhan penjualan perusahaan (SALGR), debt

default (DEBT), dan opini audit tahun sebelumnya (PRIOP). Pengujian

dilakukan pada tingkat signifikansi (α) 5 persen (5%).

2. Menguji Kelayakan Model Regresi

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model

regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi

Page 60: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur

dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow.

Tabel 4.9 Tabel Uji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 4.997 8 .758

Tabel 4.9 menunjukkan hasil pengujian Homser and Lemeshow.

Dengan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 0,758, nilai

signifikansi yang diperoleh lebih besar daripada 0,05, maka H0 tidak dapat

ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan

dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara

klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

3. Menguji Keseluruhan model (overall model fit)

Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall

model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2

Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log

Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan

atau selisih antara -2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL

pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang

dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006).

Tabel 4.10 Tabel Uji Keseluruhan Model dengan Data

-2LL awal (Block Number = 0) 179,491

-2LL akhir (Block Number = 1) 37,193

Page 61: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Tabel 4.10 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL awal

dengan -2LL akhir. Perhatikan angka -2LL, pada -2LL awal (Block

Number = 0) dengan nilai 179,491 sedangkan pada -2LL akhir (Block

Number = 1) yang mengalami penurunan menjadi 37,193. Penurunan -2

Log Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau

dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

4. Koefisien Determinasi

Tabel 4.11

Tabel Variabilitas Variabel Dependen dengan Varibel Independen

Nagelkerke R Square

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 37.193 .666 .889

Tabel 4.11 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Nilai

Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada

regresi berganda (Ghozali, 2006). Dilihat dari hasil output pengolahan data

nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,889 yang berarti variabilitas

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah

sebesar 88,9% persen, sisanya 11,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

di luar model penelitian seperti kualitas audit yang dilakukan oleh

Setyarno (2006), opinion shopping yang dilakukan oleh Praptitorini

(2007), dan ukuran perusahaan (size firm) yang dilakukan oleh Arga Fajar

(2007).

5. Menguji Multikolinearitas

Page 62: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala

korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas

menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya

korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar

variabel independen di dalam penelitian ini Z-Score 1968, SALGR,

DEBT, PRIOP. Tabel 4.12 menunjukkan korelasi antar variabel

independen di dalam penelitian ini. Matrik korelasi di atas menunjukkan

tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius antar variabel bebas

masih jauh di bawah 0,8.

Tabel 4.12 Tabel Matrik Korelasi

Constant Z-Score SALGR DEBT PRIOP

Constant 1.000 -.836 .061 -.431 -.611

Z-Score -.836 1.000 -.104 .258 .248

SALGR .061 -.104 1.000 .162 -.139

DEBT -.431 .258 .162 1.000 .233

Step 1

PRIOP -.611 .248 -.139 .233 1.000

6. Matriks Klasifikasi

Matrik klasifikasikan akan menunjukkan kekuatan prediksi dari

model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit

going concern pada auditee.

Tabel 4.13 Tabel Matrik Klasifikasi

Prediksi

Opini

Observasi NGCAO GCAO Persentase

NGCAO 58 4 93.5 Step 1 Opini

GCAO 3 65 95.6

a. The cut value is ,500 94.6

Page 63: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Prediksi

Opini

Observasi NGCAO GCAO Persentase

NGCAO 58 4 93.5 Step 1 Opini

GCAO 3 65 95.6

a. The cut value is ,500 94.6

Tabel 4.13 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern

pada laporan keuangan auditee adalah sebesar 95,6 persen. Hal ini berarti

bahwa dengan menggunakan model regresi yang diajukan ada 65 laporan

keuangan auditee (95,6%) yang diprediksi akan menerima opini audit

going concern (GCAO) dari total 68 laporan keuangan auditee yang

menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi model untuk

penerima opini audit non going concern adalah sebesar 93,5 persen, yang

berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 58 laporan

keuangan auditee (93,5%) yang diprediksi akan menerima opini audit non

going concern (NGCAO) dari total 64 laporan keuangan auditee yang

menerima laporan audit non going concern.

7. Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.14 Tabel Uji Koefisien Regresi

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Z-Score -1.803 .823 4.796 1 .029 .165

SALGR .257 .527 .238 1 .625 1.293

DEBT 3.734 1.316 8.044 1 .005 41.828

PRIOP 2.889 .947 9.300 1 .002 17.983

Step 1a

Constant -.481 1.366 .124 1 .725 .618

Page 64: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

a. Variable(s) entered on step 1: ZScore, SALGR, DEBT, PRIOP.

Signifikansi pada level 5% atau 0.05

Tabel 4.14 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada

tingkat signifikansi 5 persen (5%). Dari pengujian persamaan regresi

logistik diatas maka dapat diperoleh model regresi logistik sebagai berikut

:

a. H 1 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap

kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.

Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z-

Score Altman model tahun 1968 dengan menilai tingkat rasio likuiditas,

profitabilitas, dan aktivitas didalamnya yang memprediksi kebangkrutan

menunjukkan nilai koefisien (β) sebesar -1,803 pada tingkat signifikansi

dibawah 5% yaitu 0,029 (2,9%). Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa dari model prediksi Z-Score Altman 1968 yang

dinotasikan dengan Z-Score menunjukkan hasil yang signifikan (nilai

signifikansi 0,029 lebih kecil dari 0,05) bahwa model ini yang digunakan

sebagai proksi dari kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif

terhadap kemungkinan pemberian opini audit wajar dengan bahasa

penjelasan mengenai keberlangsungan usaha (going concern) oleh auditor.

= -0,481 - 1,803 ZScore + 0,257 SALGR +

3,734 DEBT + 2,889 PRIOP

OPINI

Page 65: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesa 1 (H1)

berhasil didukung. Hasil ini mendukung penelitian Setyarno (2006) dan

Arga Fajar (2007) yang menyatakan bahwa semakin baik kondisi

keuangan perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi auditor

untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan

memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau mengalami

kesulitan dalam melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.

b. H 2 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap

kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.

Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan

pertumbuhan penjualan (Sales Growth Ratio) menunjukkan nilai koefisien

positif sebesar 0,257 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,625 (62,5%)

lebih besar dari 0,05 (5%). Kesimpulan yang dapat diambil adalah hipotesa

2 (H2) tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa rasio

pertumbuhan penjualan perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.

Hasil penelitian empiris ini sejalan dengan penelitian Setyarno

(2006) yang menemukan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan

penjualan yang positif tidak dapat menjamin auditee untuk tidak menerima

opini audit going concern. Dari 130 sampel penelitian yang diamati rata-

rata dari rasio pertumbuhan penjualan kelompok auditee dengan opini

going concern maupun tidak going concern mengalami pertumbuhan

pejualan yang positif sebanyak 107 sampel dari 130 sampel yang diamati

Page 66: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

dan sisanya 23 sampel dari 130 sampel mengalami pertumbuhan yang

negatif. Hal ini berarti auditee yang menjadi sampel dalam penelitian ini

baik auditee yang menerima opini going concern maupun tidak mengalami

peningkatan dalam penjualannya, tetapi peningkatan penjualan ini tidak di

ikuti dengan dengan kemampuan auditee untuk menghasilkan laba serta

meningkatkan saldo labanya yang bisa disebabkan oleh peningkatan harga

pokok produksi ataupun beban-beban yang terjadi pada kegiatan operasi

perusahaan. Dengan kata lain hal ini, bahwa auditee untuk dapat terus

berlangsung hidup selain dengan cara peningkatan penjualan dari tahun ke

tahun yang harus digenjot, juga melakukan berbagai tindakan efisiensi

pada setiap lini produksinya sehingga beban-beban yang terjadi sesuai

dengan semestinya.

c. H 3 : Debt default berpengaruh positif terhadap kemungkinan

pemberian opini going concern oleh auditor.

Variabel debt default menunjukkan nilai koefisien positif sebesar

3,734 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 (5%).

Dapat disimpulkan bahwa hipotesa 3 (H3) berhasil didukung, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa debt default berpengaruh positif

terhadap kemungkinan pemberian opini wajar dengan bahasa penjelasan

mengenai keberlangsungan usaha (going concern) oleh auditor. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini (2007) yang

menunjukkan bahwa gagal bayar hutang (Debt Default) berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Kegagalan

Page 67: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator

going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai

kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pada masa krisis moneter yang

melanda Indonesia dimulai tahun 1997, nilai tukar mata uang rupiah

Indonesia dengan dollar Amerika Serikat mengalami fluktuasi yang

melemahkan nilai rupiah pada level 1 dollarnya mencapai diatas Rp

13.000,- yang disebabkan kurangnya jumlah mata uang dollar yang

beredar. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan yang

menggunakan dollar pada waktu itu, meningkat secara signifikan yang

membuat perusahaan sulit untuk membayar pada saat jatuh tempo

dikarenakan harga dollar yang tinggi. Selain itu pula banyak perusahaan

yang mengalami rugi operasi dan realisasi penjualan yang menurun.

Akhirnya keadaan ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga hutang serta terjadi rugi

selisih kurs.

Pada saat ini pun, pengaruh kondisi ekonomi tersebut masih

mempengaruhi perusahaan-perusahaan pada masa sekarang. Karena

rentannya kondisi ekonomi regional maupun internasional akibat krisis

finansial global pada tahun 2007 dan 2008 kemarin yang mempengaruhi

industri manufaktur terutama dalam hal permodalan, perolehan bahan baku

yang diperoleh secara kredit dan penjualan produk-produknya di pasar

dalam negeri maupun luar negeri.

Page 68: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

d. H 4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap

kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.

Variabel opini audit tahun sebelumnya menunjukkan nilai koefisien

positif sebesar 2,889 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil

dari 0,05 (5%). Dapat disimpulkan bahwa hipotesa 4 (H4) berhasil

didukung, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa opini audit tahun

sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan pemberian opini

wajar dengan bahasa penjelasan mengenai keberlangsungan usaha (going

concern) oleh auditor. Hasil ini konsisten dengan penelitian Setyarno

(2006), Praptitorini (2007), dan Arga Fajar (2007) yang menyatakan bukti

empiris bahwa opini audit going concern yang diterima pada tahun

sebelumnya menjadi pertimbangan sebagai keputusan auditor untuk

memberikan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya.

Dari hasil penelitian ini pula memberikan bukti empiris bahwa

auditor dalam proses pemberian opini auditnya juga mempertimbangkan

opini audit pada tahun sebelumnya, terutama masalah yang berkaitan

dengan keberlangsungan hidup (going concern) auditee. Kaitan

pertimbangan ini disebabkan oleh salah satu dari beberapa kemungkinan

yang dapat mempengaruhi perusahaan yaitu terjadinya gagal bayar hutang

(debt default) yang terjadi pada perusahaan yang sedang mengalami

kesulitan atau pun tidak mengalami kesulitan keuangan yang sangat

mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Karena dampak dari

kejadian tersebut akan terakumulasi di tahun-tahun berikutnya.

Page 69: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan

Altman Z-Score 1968 model berpengaruh signifikan terhadap

kemungkinan pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan

mengenai kelangsungan usaha (going concern) oleh auditor dengan

hubungan semakin rendah nilai Z-Score akan semakin besar bagi

auditee untuk mendapatkan opini going concern. Kesimpulan ini

sejalan dengan penelitian Setyarno (2006) dan Arga Fajar (2007).

2. Variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan

pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai

kelangsungan usaha (going concern) oleh auditor. Kesimpulan ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini (2007).

Page 70: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

3. Variabel opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap

kemungkinan pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan

mengenai kelangsungan usaha (going concern) oleh auditor dan

kesimpulan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Setyarno (2006), Praptitorini (2007), dan Arga Fajar (2007).

4. Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio

pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun tidak menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini

audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai kelangsungan usaha

(going concern) oleh auditor dengan catatan bahwa perusahaan tidak

dapat menghasilkan cash flow positif yang digunakan untuk

membiayai kegiatan operasinya ke depan dan kesimpulan ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno (2006).

B. Implikasi

1. Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan

penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan

hidup (going concern) perusahaan di masa yang akan datang agar

mempertimbangkan faktor dari kondisi keuangan auditee yang

diproksikan dengan Altman Z-Score model 1968, debt default, dan

opini tahun sebelumnya.

2. Bagi investor yang akan menanamkan investasinya di Bursa Efek

Indonesia (BEI) terutama pada sektor industri manufaktur dapat

menggunakan perhitungan Altman Z-Score 1968, kondisi debt default,

Page 71: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

dan opini pada tahun sebelumnya dalam mengambil keputusan untuk

berinvestasi dan tidak menggunakan rasio pertumbuhan penjualan

perusahaan dalam menilai baik buruknya kondisi perusahaan pada

sektor manufaktur.

C. Saran

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu 3 variabel

keuangan (kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan penjualan dan

debt default) serta 1 variabel non keuangan (opini audit tahun

sebelumnya).

2. Periode pengamatan hanya 5 (lima) tahun sehingga kurang

merefleksikan tren pemberian opini going concern dalam jangka

panjang dan kondisi terbaru.

Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka untuk peneliti yang akan

datang disarankan untuk :

1. Menambahkan variabel baru seperti integritas manajemen dan rasio

keuangan lain sehingga hasil penelitian akan lebih dapat memprediksi

penerbitan opini audit going concern yang lebih tepat.

2. Jumlah tahun maupun banyaknya sampel lebih diperbanyak sehingga

dapat merefleksikan tren pemberian opini going concern dari tahun ke

tahun.

Page 72: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.” Edisi ketiga. Jilid I. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.

Altman, E dan McGough, T. Evaluation of a Company as A Going Concern.

Journal of Accountancy. December. 50-57. 1974.

Ardiyos. Kamus Standar Akuntansi. Jakarta : Citra Harta Prima. 2006.

Gray, Iain dan Stuart Manson. The Audit Process, Principles, Practice and Cases.

Second Edition. Thomson Learning. 2000.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba

Empat. 2009.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta :

Salemba Empat. 2009.

Imam Ghozali . Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang

: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006.

McKeown, J. Mutchler, J dan Hopwood W. “Towards an Explanation of Auditor

Failure to Modify the Audit Opinion of Bankrupt Companies”. Auditing : A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13. 1991.

Mutchler, J. “Auditors Perception of the Going Concern Opinion Decision”. Auditing : Journal Practice & Theory. 1984.

Mutchler, J. “A Multivariate Analysis of the Auditors Going Concern Opinion

Decision”. Journal of Accounting Research. Autumn. 1985.

Setiawan, Santy. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan

Perusahaan.” Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No 1. Mei. Hal 59-67. 2006.

Setyarno, Eko Budi dan Indira Januarti, Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuangan Perusahaan, Opini Audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan

Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.” Simposium Nasional

Akuntansi ke IX. 12. 2006.

Page 73: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

Stephen, John Grice, Sr. ”Bankruptcy Prediction Models and Going Concern

Audit Opinions Before and After SAS No. 59”. Journal of Accounting

Research. Autumn. 1988

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi

Keuangan Perusahaan, Opini Audit tahun sebelumnya, Pertumbuhan

Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern : Suatu Studi Kasus

Perusahaan Manufaktur yang terlisting di BEI.” Simposium Nasional

Akuntansi ke X. 3-4. 2007.

Petronela, Thio. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian

Opini Audit.” Jurnal Balance. 47 - 55. 2004.

Ramadhany, Alexander. “Analisis Faktor-faktor Mempengaruhi Penerimaan

Opini Going concern pada Perusahaan Manufaktur yang mengalami

Financial Distress di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Maksi Volume 4. 2004.

Ruiz, barbadillo Emiliano, Nivez Gomez-Aguilar, Christina De Fuentes-Barbera

dan Maria Antonia Garcia-Benau. “Audit Quality and The Going Concern

Decision Making Process.” European Accounting Review, Vol 13 No 4. pp

597-620. 2004.

Weston, J. Fred & Eugene F. Bringham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi ke-9. Erlangga : Jakarta. 1993.

Windarty. “Analisis Rasio Keuangan Perusahaan yang Melakukan Merger dan

Akuisisi.” Yogyakarta : Tesis UGM. 2002.

Page 74: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
Page 75: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21064/1/Brian... · berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini