jurnal tugas anak gastro
DESCRIPTION
daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkTRANSCRIPT
LACTOBACILLUS REUTERI SEBAGAI AGEN TERAPETIK DALAM
PENGOBATAN DIARE AKUT ANAK
Latar Belakang : jenis tertentu dari laktobasilus dapat dijadikan terapi pemulihan
dari diare akut. Lactobacillus reuteri sendiri berasal dari manusia dan merupakan
bakteri patogen alami saluran pencernaan. Dalam percobaan ini, diberikan L.
reuteri eksogen dan dipelajari sebagai agen terapi diare akut.
Metode : Empat puluh pasien usia antara 6 dan 36 bulan usia yang dirawat
dengan diare akut (75% rotavirus) dijadikan objek. Setelah izin orang tua, pasien
secara acak diambil salah satu dari dua kelompok pengobatan untuk menerima
1010
-1011
unit koloni L. reuteri atau plasebo setiap hari selama rawat inap atau
sampai 5 hari. Kemudian hasil klinis diare dan kolonisasi L. reuteri dievaluasi.
Hasil : Rerata (SD) durasi diare berair setelah perawatan adalah 1,7 (1.6) hari pada
kelompok L. reuteri dan 2,9 (2.3) hari pada kelompok plasebo (p = 0,07). Pada
hari kedua pengobatan hanya 26% dari pasien yang menerima L. reuteri
mengalami diare berair, dibandingkan dengan 81% dari mereka yang menerima
plasebo (p = 0,0005). kultur laktobasilus dari sampel tinja menunjukkan bahwa
pemberian L. reuteri mengakibatkan kolonisasi pada saluran pencernaan.
Lactobacillus reuteri menyumbang> 75% dari jumlah lactobacilli yang ditemukan
pada anak-anak yang diberi produk ini.
kesimpulan: Lactobacillus reuteri efektif sebagai agen terapi pada diare rotavirus
akut pada anak. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan
ini dan untuk mengeksplorasi potensi terapi utuh L. reuteri diare virus akut.
Kata kunci : diare, mikroflora saluran cerna, Lactobacillus reuteri; Rotavirus.
Mikroflora normal penting dalam perlindungan terhadap penyakit pada saluran
pencernaan (1,2). Selama periode diare akut, mikroflora saluran cerna normal
berubah secara radikal, termasuk penurunan Lactobacillus,Bacteroides, dan
spesies Bifidobacterium (2-5). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
pemberian agen probiotik dapat memodulasi keseimbangan mikroba dari
penderita dan mengurangi episode akut diare (6-8). Jenis Lactobacillus GG (LGG)
telah menunjukkan terapi yang baik pada pemulihan klinis dari rotavirus
gastroenteritis anak dan meningkatkan respon kekebalan usus (9-11). Lainnya
tersedia secara komersial olahan dari bakteri asam laktat, seperti L. casei subsp
rhamnosus. (Lactophilus), L. delbrueckii subsp. bulgaricus, dan lainnya juga
digunakan untuk pengobatan diare akut, meskipun keberhasilan mereka belum
secara resmi diakui (11)
Lactobacillus reuteri dapat ditemukan dalam air susu ibu, dan Lactobacillus
spesies paling sering ditemukan di saluran pencernaan manusia dan hewan (12).
Seperti laktobasilus lain, L. reuteri menghasilkan metabolisme asam, produk
akhirnya berupa asam laktat dan asetat, yang memiliki aktivitas antimikroba yang
cukup besar (13). L. reuteri diketahui berada dalam usus manusia setelah kita
mengonsumsi berbagai produk susu, produk sejenis tersebut sebenarnya sedang
dipasarkan di Swedia. Oleh karena itu, L. reuteri dapat diproduksi dalam bentuk
yang mudah dikonsumsi untuk digunakan dalam pengelolaan diare, jika terbukti
berkhasiat.
L. reuteri telah terbukti aman pada pemberian eksogen untuk manusia dewasa
sehat (14) dan anak-anak yang dirawat di rumah sakit (A. Shornikova dkk., Tidak
diterbitkan) dan telah menunjukkan potensi terapi pada model tikus kolitis (15).
Dalam studi ini kami telah mengevaluasi L. reuteri sebagai agen terapi pada diare
akut anak, sebagian besar terkait dengan rotavirus, dan meneliti tingkat
laktobasilus total dan L. reuteri kolonisasi pada saluran pencernaan dengan dan
tanpa L. reuteri eksogen. Selain itu, kami telah menyelidiki efek dari L. reuteri
pada respon imunitas terhadap rotavirus setelah diare yang berhubungan dengan
rotavirus.
BAHAN DAN METODE
Pasien dan Desain Studi
Penelitian ini dilakukan antara 29 Januari dan 3 Juli 1995, sesuai dengan musim
epidemi rotavirus. Penelitian ini secara acak, secara double-blind . Subyek
penelitian termasuk 41 pasien bergizi baik (61% laki-laki) usia antara 6 dan 36
bulan, dirawat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Tampere University Hospital
untuk diare akut durasi <7 hari yang telah mengalami satu atau lebih tinja berair
selama 24 jam.
Anak-anak yang terdaftar dalam atau dikeluarkan dari penelitian atas dasar
pencantuman berikut dan kriteria eksklusi. Pasien yang memenuhi syarat untuk
penelitian jika mereka 6-36 bulan, dirawat karena diare akut, memiliki kebiasaan
mengkonsumsi produk susu sapi (susu, yogurt, susu formula, dll) sebagai bagian
dari diet normal mereka, dan memiliki orangtua atau wali yang menandatangani
informed consent.
Pasien dikeluarkan dari penelitian jika mereka memakai terapi imunosupresif atau
yang menderita defisiensi imun, memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi,
memiliki penyakit yang mendasari serius, telah mengambil produk dalam
penelitian selama bulan sebelumnya, atau memiliki orang tua atau wali hukum
yang menolak untuk menandatangani informed consent.
Jadwal pengacakan telah disiapkan dengan menetapkan ~ 50% dari pasien yang
terdaftar untuk setiap kelompok perlakuan (dan plasebo). Randomisasi nomor
yang berurutan diberikan pada pasien yang terdaftar dalam studi. Pada saat
pendaftaran, anak-anak ditimbang dan diperiksa secara klinis, dan tingkat
keparahan dehidrasi diperkirakan.
Penurunan berat badan akut dihitung sebagai perbedaan antara berat badan yang
diharapkan (sesuai dengan grafik pertumbuhan individu) dan berat diamati. Cairan
defisit (persen dehidrasi) kemudian ditegakan dari tanda-tanda klinis penurunan
berat badan dehidrasi dan akut dengan penurunan 0,5 sampai 1% per hari jika
diare telah berlangsung selama minimal 3 hari untuk mencerminkan hilangnya
berat badan karena asupan kalori rendah. Serum natrium dan kalium serta
keseimbangan asam basa dalam darah ditentukan dari spesimen darah yang
dikumpulkan pada saat pertama kali masuk.
Setelah masuk ke rumah sakit, pasien dikelola sesuai dengan praktek pengobatan
standar, pertama dengan rehidrasi oral diikuti dengan diet makan penuh (16),
namun tanpa obat antidiare. Rehidrasi oral dicapai dalam 6 jam dengan larutan
yang mengandung Na + 60 mmol / L dan glukosa 84 mmol / L (ORS Light),
diberikan pada dua kali defisit cairan, dengan minimal 30 ml / kg (17). Setelah
rehidrasi awal, oralit diberikan untuk mengganti kerugian yang sedang
berlangsung pada saat diare atau muntah.
Pasien sama-sama diacak dan dibagi menjadi salah satu dari dua kelompok.
Kelompok 1 (n = 19) menerima 1010
-1011
CFU L. reuteri SD 2112 sekali sehari.
Kelompok 2 (n = 21) menerima plasebo sekali sehari. Plasebo ini terdiri dari susu
bubuk tanpa lemak kering. dan formulasi plasebo disusun, kualitas terkontrol, dan
kualitas terjamin oleh Bio-Gaia Biologis, Inc (Raleigh, NC, USA) sebelum
pengiriman. Setiap dosis 1-g mengandung L. reuteri 1010
-1011
CFU per gram
yang dikemas dalam bentuk beku-kering di steril botol plastik tertutup
menggunakan susu bubuk tanpa lemak kering sebagai kariernya.
Selama penelitian berlangsung, semua persiapan ini disimpan pada suhu -20 ° C.
Satu gram beku-kering olahan dari L. reuteri atau plasebo dilarutkan dalam 50-
100 ml cairan pilihan. Makanan biasanya dipanaskan sebelum dicampurkan
dengan formulanya.
Makanan formulasi ini segera diberikanvsetelah informed consent diperoleh.
Para pasien menerima L. reuteri atau plasebo selama 5 hari atau selama rawat
inap, jika durasi rawat inap lebih pendek. Para pasien ditimbang setelah rehidrasi
dan setelah itu dilakukan penimbangan setiap hari dibangsal. Jumlah dan kualitas
feses dan jumlah episode muntah dicatat oleh perawat. Tinja dicatat sebagai
berair, longgar, atau padat.
Durasi diare dihitung hingga bentukan terakhir dari kotoran berair dan dinilai
sebagai hari desimal. Para pasien dipulangkan sesuai dengan penilaian klinis dari
para dokter. Mereka diminta untuk menghubungi para peneliti jika diare terulang
dan memfollow up selama jangka waktu 1 bulan, pada saat dimana mereka
kembali lagi untuk pengumpulan spesimen darah.
Metode laboratorium
Konsentrasi natrium serum, potasium, dan analisis asam-basa darah ditentukan di
laboratorium rumah sakit yang menggunakan prosedur standar. Antigen rotavirus
itu diujicobakan menggunakan enzim immunoassay komersial (Dakopatts AS,
Denmark) di Departemen Virologi, Medical School, Universitas Tampere . Darah
spesimen untuk rotavirus serologi dikumpulkan pada hari yang sama atau satu hari
setelah masuk dan empat minggu kemudian. Kelas rotavirus IgA antibodi
ditentukan dengan menggunakan metode ELISA (18). Kotoran dikumpulkan dari
setiap sampel untuk analisis laktobasilus total dan L. reuteri. Sampel tinja
dikumpulkan pada saat awal untuk mempelajari produk, 48 jam setelah pemberian
produk, dan di RS. Tidak kurang dari 2 gram tinja dikumpulkan untuk sampel
andalysis mikroba. Sampel itu kemudian dihomogenkan dan diencerkan dalam air
pepton 0,1% untuk rasio akhir 1:5. Lima Aliquot sebesar 1,6 ml dari setiap
campuran disiapkan dengan cepat dan disimpan beku pada -70 ° C. Sampel tinja
dilusian dikirim ke BioGaia Biologis, Inc, Raleigh, NC, Amerika Serikat untuk
penentuan laktobasilus tinja total dan L. reuteri. Aktivitas urease dalam tinja
ditentukan di laboratorium Departemen Clinical Nutrition, University of Kuopio,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya (19,20).
Metode statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan StatView Program IV. tes t two-
tailed, analisis varians, dan chi-square digunakan dalam penentuan perbedaan
statistik antara kelompok studi. Sebuah tes berpasangan digunakan untuk
membandingkan hasil pengukuran ulang. Karena distribusi yang tidak lurus dri
aktivitas urease tinja, maka data yang disajikan adalah rata-rata pengukuran dalam
kisaran interkuartil (IQR) dari tanggal 25 ke persentil ke-75. Nonparametrik
Wilcoxon test digunakan dalam analisis ini.
Pertimbangan etis
Protokol penelitian telah disetujui oleh Komite Penelaah Etis Universitas Rumah
sakit Tampere.
HASIL
Sebanyak 41 pasien pada awalnya terdaftar dalam penelitian ini. Satu anak pada
kelompok plasebo telah dihapus dari analisis karena L. reuteri ditemukan dalam sampel
tinja. Saudara perempuannya, juga termasuk dalam percobaan, yang dimasukan kedalam
kelompok L. reuteri. Jelas bahwa kontaminasi silang yang terjadi antara anak-anak, dari
40 anak yang tersisa, 19 dan 21 pasien dimasukan dalam L.reuteri. dan pengobatan
plasebo, masing-masing. Tiga puluh (75%) pasien mempunyai antigen rotavirus pada
spesimen tinja dengan enzyme immunoassay. Rotavirus ditemukan pada kelompok L.
reuteri dari 12 (63%) dan pada kelompok plasebo dari 18 (86%) pasien.
Pada kelompok studi total (n = 40) mean (SD) durasi diare sampai pengobatan adalah 3,0
(1,7) hari. Pada awal masuk kebanyakan pasien dehidrasi ringan, rata-rata 3,4 (1,4)%.
Serum sodium antara 130 dan 144 mmol / L, dengan rata-rata dari 138 mmol / L.
Pada pasien rotavirus-positif (n = 30) telah mengalami diare selama 2,6 (1,5) hari di
rumah, dibandingkan dengan 3,1 (1,9) hari dalam 10 rotavirus-negatif (perbedaan tidak
signifikan).
Derajat dehidrasi pada rotavirus-positif tidak signifikan lebih parah daripada di rotavirus-
negatif pasien, tetapi mereka lebih asidosis metabolik (defisit basa 7.8 (4.3) mmol / L)
dibandingkan non-rotavirus pasien pada saat masuk (rata-rata defisit basa 4.8 (3.8) mmol
/ L), (p = 0,07). Karakteristik pasien yang menerima L. reuteri atau plasebo disajikan
pada Tabel 1. Pada saat masuk, kelompok-kelompok adalah sebanding kecuali bahwa
pasien pada kelompok L. reuteri lebih dehidrasi dibandingkan dengan kelompok plasebo
TABLE 1- Karakteristik klinis saat masuk pasien yang menerima reuteri
Lactobacillus atau plasebo
TABEL 2. hasil klinis pasien yang menerima reuteri Lactobacillus atau plasebo
Durasi rata-rata diare lebih pendek pada kelompok L. reuteri (p = 0,07). Hari 0, 1,
2, 3, 4, 5, dan 6 dihitung sebagai 24-jam periode sebelum atau setelah mulai atau
pengobatan plasebo.
Pengaruh L. reuteri pada diare persisten berair selanjutnya disajikan dalam
Tabel3. Dan gambar 1.
TABEL 3. Jumlah dan persentase (%) dari pasien dengan diare cair
Pada hari kedua pengobatan, diare berair masih ada pada 26% penerima L. reuteri
sedangkan 81% pada penerima plasebo. Pada hari 2 frekuensi rata-rata diare cair
adalah 1,0 (SD 2,3) pada kelompok L. reuteri dan 2,5 (SD 2,3) pada kelompok
plasebo (p = 0,05) (Gbr. 1), dan pada hari ke 3 frekuensi rata-rata adalah 0,5 (SD
1,9) dan 1,7 (SD 2,6) pada L. reuteri dan kelompok plasebo (p = 0,12).
Gambar 1. Frekuensi diare per 24-jam pada pasien yang menerima reuteri
Lactobacillus dan plasebo.
Lebih sedikit yang muntah pada pasien yang menerima L. reuteri dibandingkan
dengan mereka yang menerima plasebo, mulai dari hari kedua perlakuan (Tabel
4). Muntah berhenti setelah hari pertama terapi di kelompok L. reuteri, sedangkan
pada kelompok plasebo berlanjut di beberapa pasien sampai hari 6.
TABEL4. Angka dan persentasi pada pasien dengan muntah
Pemberian L. reuteri mengakibatkan kolonisasi baik pada saluran pencernaan.
Sebuah kenaikan bersih dari 5 log dari dalam kotoran diamati setelah 48 jam L.
Reuteri diberikan. Laktobasilus total juga menunjukkan peningkatan 2 log setelah
48 jam (Tabel 5). L. reuteri menyumbang lebih dari 75% dari jumlah laktobasilus
terdeteksi pada sampel tinja. Jumlah laktobasilus rendah di dalam kotoran plasebo
yang diobati anak-anak, dan tidak terdeteksi dalam salah satu sampel tinja.
Sepanjang laktobasilus studi total fecal dari plasebo yang diobati anak-anak di
kisaran 101 -103 CFU / g.
Tabel 5. jumlah Laktobasilus feces pada pasien yang diobati dengan
Lactobacillus reuteri atau plasebo
Aktivitas urease dalam kotoran sangat rendah selama puncak diare rotavirus.
Tingkat urease median meningkat pada pasien yang menerima plasebo (n = 9) dari
1,23 (IQR 0-23,66) nmol / menit / mg pada masuk menjadi 4,25 (IQR 0-7,72)
pada hari 2, tapi tidak ada peningkatan seperti pada mereka menerima L. reuteri.
Dalam kelompok L. reuteri (n = 12), aktivitas urease median pada masuk adalah 0
(IQR 0-2,09) nmol / menit / mg, dan pada hari ke 2 itu adalah 0,96 (IQR 0-6,05)
nmol / menit / mg .
Antibodi rotavirus IgA mirip pada kedua kelompok penelitian. Pada awalnya rata-
rata antibodi rotavirus IgA dalam kelompok adalah 22,5 (SD 39,8) immunounits
enzim (EIU), dan pada kelompok plasebo 7,99 (SD 21,8) EIUs (p = 0,16). Empat
minggu kemudian rotavirus rata-rata kadar antibodi IgA adalah 74,2 (SD 33,9)
dan 66,3 (SD 31,9) (p = 0,47) dalam dan kelompok plasebo, masing-masing.
DISKUSI
Hasil klinis, dibuktikan dengan analisis tinja, menunjukkan bahwa
kolonisasi L. reuteri di saluran pencernaan mengakibatkan pengurangan dan
perbaikan diare akut, terutama yang disebabkan oleh rotavirus. Manfaat dari L.
reuteri terapi diamati dalam 24 jam sejak dimulainya pengobatan, setelah
penurunan diare cair terlihat pada kebanyakan pasien. Hasil pengamatan bahwa
74% dari pasien yang diobati dan hanya 19% pasien plasebo bebas dari diare pada
hari kedua terapi ini jelas signifikansi secara klinis. Penelitian kali ini dilakukan
pada ukuran yang terbatas dan membutuhkan konfirmasi. Hasil sebenarnya dapat
diperbaiki lebih lanjut dalam percobaan yang dirancang untuk administrasi
sebelumnya dari L. reuteri. Dalam penelitian ini, terapi L. reuteri dimulai pada
tahap diare yang relatif terlambat ketika pasien harus dirawat inap, dan bahkan
setelah selesainya rehidrasi dan meminta izin orang tua.
Hasil klinis yang dikuatkan oleh temuan bakteriologis, yang menunjukkan
jumlah total yang rendah laktobasilus dan hampir tidak ada L. reuteri pada
penerima plasebo, dan laktobasilus jumlah tinggi dan kolonisasi L. dalam
kelompok perlakuan. Data kolonisasi menunjukkan bahwa keberadaan di saluran
gastrointestnal dapat memperbaiki ekologi usus dengan memfasilitasi
pertumbuhan mikroba bermanfaat lain (1). Secara keseluruhan, dapat dianggap
sebagai penjajah yang efektif, sejalan dengan Lactobacillus GG (21), dan dapat
bertahan hidup lebih baik dari sebagian besar bakteri asam laktat lain di saluran
pencernaan (21,22)
Aktivitas enzim dalam kotoran dapat berhubungan dengan perubahan
mikroflora usus selama diare (19). Hasil penelitian kami mengkonfirmasi temuan
sebelumnya (19,20) bahwa infeksi rotavirus diikuti oleh pertumbuhan berlebih
dari bakteri penghasil urease, yang dapat berkontribusi untuk perpanjangan diare.
Bukti tak langsung dari penekanan pertumbuhan bakteri tersebut diperoleh dengan
demonstrasi tingkat urease tinja yang rendah pada pasien yang diobati. L. reuteri
diketahui menghasilkan antimikroba spektrum luas, yang disebut reuterin (7),
yang mungkin bertanggung jawab untuk menghambat mikroorganisme patogen
dalam saluran pencernaan.
Selain itu, efek klinis yang bermanfaat dari L. reuteri dapat dihasilkan dari
mekanisme lain, seperti stabilisasi mukosa barrier dengan menurunnya
permeabilitas usus (23,24) dan stimulasi respon imun usus (12,25,26). Penelitian
ini gagal menemukan bukti efek imunostimulan dari L. reuteri sebagai stadium
penyembuhan, respon antibodi serum IgA spesifik rotavirus adalah serupa pada L.
dan penerima plasebo. Namun demikian, pengamatan ini tidak menyingkirkan
kemungkinan mekanisme stimulasi kekebalan tubuh dengan L. reuteri karena
modalitas lain dari respon kekebalan tubuh host yang tidak diinvestigasi.
Kesimpulannya, L. reuteri muncul sebagai agen terapi yang menjanjikan untuk
pengobatan gastroenteritis akut, penyakit khususnya yang berhubungan rotavirus,
pada anak muda. Potensi terapi harus dieksplorasi lebih lanjut untuk
memungkinkan aplikasi klinis praktis. Selain itu, L. reuteri mungkin memiliki
efek kesehatan lainnya menguntungkan, termasuk pencegahan penyakit diare.
Investigasi yang kedua saat ini sedang berlangsung.
REFERENSI
1. Fuller R. Probiotics in human medicine. 1991;32:439-42. Gut
2. Salminen S, Deighton M. Lactic acid bacteria in the gut in normal and
disordered states. 1992;10:227-38. Dig Dis
3. Tazume S, Ozawa A, Yamamoto T, et al. Ecological study on the
intestinal bacterial flora of patients with diarrhea. 1993;16(2 suppl):77-
82S. Clin Infect Dis
4. Mitsuoka T. The human gastrointestinal tract. In: Wood BJB, ed. Volume.
London: Elsevier, 1992;1:69-114. The lactic acid bacteria, The lactic acid
bacteria in health and disease
5. Salminen S, Isolauri E, Onnela T. Gut flora in normal and disordered
states. 1995;41(suppl):5-15. Chemotherapy
6. Pearce JL, Hamilton JR. Controlled trial of orally administered lactobacilli
in acute infantile diarrhea. 1974;84:261-2. J Pediatr
7. Brunser O, Araya M, Espinoza J, Guesry PR, Secretin MC, Pacheco I.
Effect of an acidified milk on diarrhea and the carrier state in infants of
low socio-economic stratum. 1989;78:259-64. Acta Paediatr Scand
8. Boudraa G, Touhami M, Pochart P, Soltana R, Mary J-Y, Desjeux J-F.
Effect of feeding yogurt versus milk in children with persistent diarrhea.
1990;11:509-12. J. Pediatr Gastroenterol Nutr
9. Isolauri E, Juntunen M, Rautanen T, Sillanaukee P, Koivula T. A human
lactobacillus strain ( sp strain GG) promotes recovery from acute diarrhea
in children. 1991;88:90-7. Lactabacillus casei Pediatrics
10. Kaila M, Isolauri E, Soppi E, Virtanen E, Laine S, Arvilommi H.
Enhancement of the circulating antibody secreting cell response in human
diarrhea by a human lactobacillus strain. 1992;32:141-4. Pediatr Res
11. Majamaa H, Isolauri E, Saxelin M, Vesikari T. Lactic acid bacteria in the
treatment of acute rotavirus gastroenteritis. 1995;20:333-8. J Pediatr
Gastroenterol Nutr
12. Kandler O, Stetter J, Kohl R. sp. Nov., a new species of
heterofermentative lactobacilli. 1980;C1:264-9.
13. Lactobacillus reuteri Zbl Bakt Abt Orig
14. Axelson LT, Chung TC, Dobrogosz WJ, Lindgren SE. Production of a
broad spectrum antimicrobial substance by 1989;2:131-6. Lactobacillus
reuteri. Microb Ecology Health Dis
15. Wolf BW, Garleb KA, Ataya DG, Casas IA. Safety and tolerance of in
healthy adult male subjects.
16. 1995;8:41-50. Lactobacillus reuteri Microb Ecology Health Dis
17. Fabia R, Ar'Rajab A, Johansson M-L, et al. The effect of exogenous
administration of lactobacillus reuteri R2LC and oat fiber on acetic acid-
induced colitis in the rat. 1993;28:155-62. Scand J Gastroenterol
18. Isolauri E, Vesikari T. Oral rehydration, rapid feeding, and cholestyramine
for treatment of acute diarrhea.
19. 1985;4:366-74. J Pediatr Gastroenterol Nutr
20. Rautanen T, El-Radhi S, Vesikari T. Clinical experience with a hypotonic
oral rehydration solution in acute diarrhea. 1993;82:52-4. Acta Paediatr
21. Isolauri E, Joensuu J, Suomalainen H, Luomala M, Vesikari T. Improved
immunogenicity of oral DxRR reassortant rotavirus vaccine by GG.
1995;13:310-2. Lactobacillus casei Vaccine
22. Isolauri E, Kaila M, MykkÃ?nen H, Ling WH, Salminen S. Oral
bacteriotherapy for viral gastroenteritis. 1994;39:2595-600. Dig Dis Sci
23. Ling WH, HÃ?nninen O, MykkÃnen H, Heikura M, Salminen S, von
Wright A. Colonization and fecal enzyme activities after oral
Lactobacillus GG administration in elderly nursing home residents.
1992;36:162-6. Ann Nutr Metab
24. Goldin BR, Gorbach SL, Saxelin M, Bakarat S, Gualtieri L, Salminen S.
Survival of lactobacillus species (strain GG) in human gastrointestinal
tract. 1992;37:121-8. Dig Dis Sci Journal of Pediatric Gastroenterology &
Nutrition Volume 24(4) April 1997 pp 399-404 8
25. Lidbeck A, Gustafsson J-Ã…, Nord CE. Impact of lactobacillus
acidophilus supplements on the human oropharyngeal and intestinal
microflora. 1987;19:531-7. Scand J Infect Dis
26. Isolauri E, Majamaa H, Arvola T, Rantala I, Virtanen E, Arvilommi H.
strain GG reverses increased intestinal permeability induced by cow milk
in suckling rats. 1993;105:1643-50. Lactobacillus casei Gastroenterology
27. Isolauri E, Kaila M, Arvola T, et al. Diet during rotavirus enteritis affects
jejunal permeability to macromolecules in suckling rats. 1993;33:548-53.
Pediatr Res
28. Perdigon G, Alvarex S, Nader De Macias M, Roux M, Pesce de Ruiz
Holgado A. The oral administration of lactic acid bacteria increases the
mucosal intestinal immunity in response to enteropathogens. 1990;53:404-
10. J Food Protec
29. Perdigon G, Medici M, Bibas Bonet de Jorrat ME, Valverde de Budeguer
M, Pesce de Ruiz Holgado A. Immunomodulating effects of lactic acid
bacteria on mucosal and humoral immunity. 1993;9:29-52. Int J
Immunother