gangguan pada anak gastro

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. Hal ini terjadi karena secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Anak-anak rentan terkena diare karena anak-anak biasa daya tahan tubuhnya masih rendah sehingga sangat mudah terinfeksi virus. Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna. Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini lebih sering terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi anorektal letak tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari penderita mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Manajemen dari malfomasi anorektal pada periode neonatal sangatlah krusial karena akan menentukan masa depan dari sang anak. Dari pernyataan diatas, kami tertarik untuk membahas materi tentang asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare dan Malformasi anorektal).

Upload: rismayanti

Post on 10-Apr-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Pada Anak Gastro

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula

bercampur lendir dan darah. Hal ini terjadi karena secara fisiologis sistem pencernaan pada

balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga rentan sekali terkena

penyakit saluran pencernaan. Anak-anak rentan terkena diare karena anak-anak biasa daya

tahan tubuhnya masih rendah sehingga sangat mudah terinfeksi virus.

Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus

tidak sempurna. Malformasi anorektal terjadi setiap 1 dari 5.000 kelahiran. Malformasi ini

lebih sering terjadi pada pria dan pria dua kali lebih banyak mengalami malformasi

anorektal letak tinggi atau intermediet. Empat puluh sampai tujuh puluh persen dari

penderita mengalami satu atau lebih defek tambahan dari sistem organ lainnya. Manajemen

dari malfomasi anorektal pada periode neonatal sangatlah krusial karena akan menentukan

masa depan dari sang anak.

Dari pernyataan diatas, kami tertarik untuk membahas materi tentang asuhan

keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare dan Malformasi anorektal).

B. Rumusan masalah

a. Jelaskan konsep medis dari gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare dan

Malformasi anorektal)!

b. Jelaskan Askep dari gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare dan Malformasi

anorektal)!

C. Tujuan

a. Dapat mendeskripsikan konsep medis dari gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare

dan Malformasi anorektal)

b. Dapat mendeskripsikan Askep dari gangguan sistem pencernaan pada anak (Diare dan

Malformasi anorektal)

Page 2: Gangguan Pada Anak Gastro

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS DIARE

A. DefinisiDiare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare mungkin dalam

volume besar atau sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah.Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga

kali sehari.Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih

dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah

B. Klasifikasi DiareKlasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten dan diare kronis. (Asnil et al, 2003).a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah

b. Diare PersistenDiare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

c. Diare kronisDiare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.

C. Etiologi Faktor infeksi

Infeksi enteral: Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

Faktor Makanan:Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

Page 3: Gangguan Pada Anak Gastro

Faktor Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

D. PatofisiologiDiare sekresi biasanya diare dengan volume banyak disebabkan oleh peningkatan

produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorbsi, sehinggga reabsorbsi air menjadi lambat. Diare campuran disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltis dari usus (biasanya karena penyakit usus inflamasi ) dan kombinasi penigkatan sekresi atau penurunan absorbsi dalam usus.

E. Manifestasi Klinik Frekuensi defekasi meningkat Perut kram Distensi Gemuruh usus (borborigimus) anoreksia Haus

F. PenatalaksanaanPenatalakasanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan

penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (mis. Prednison) dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.

Untuk diare ringan, cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien. Untuk diare sedang akibat sumber non-infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomotil) dan loperamid (Imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas. Preparat antimikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau bila diare sangat berat.

Terapi cairan intravena mungkin diperlukan untuk hidrasi cepat, khusunya untuk anak kecil atau lansia.

G. KomplikasiKomplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya

cairan dan elektrolit secra bermakna (khususnya kehilangan kalium). Haluaran urin berkurang dari 30 ml/jam selama 2 sampai 3 jam berturut-turut, kelemahan otot, dan preentase kalium di bawah 3,0 mEq/L (SI: 3 mmol/L) harus dilaporkan. Penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (takikardi atrium dan ventrikel,fibrilasi ventrikel, dan kontraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian.

Page 4: Gangguan Pada Anak Gastro

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

A. Pengkajian data fokus1) Hidrasi

- Turgor kulit- Membran mukosa- Asupan haluaran

2) Abdomen- Nyeri- Kekakuan- Bising usu- Muntah-jumlah frekuensi dan karakteristik- Feses-jumlah,frekuensi, dan karakteristik- Kram- Tenesmus

B. Diagnosa keperawatan1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah

dan intake inadekuat.3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap

patogen.6. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.7. Defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan

kurang paparan sumber informasi.

Page 5: Gangguan Pada Anak Gastro

C. Rencana Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

kekurangan volume cairan akan teratasi dan keseimbangan elektrolit dan

asam basa dapat tercapai.

Kriteria hasil :

- hidraasi dan status nutrisi adekuat

- TTV normal

- Elektrolit serum normal

- Serum dan Ph urine normal

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan Larutan Rehidrasi Oral (LRO) sedikit tapi sering khususnya bila anak muntah

LRO untuk rehidrasi dan

penggantian kehilangan cairan

melalui feses.

2. Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan.

Mengobati patogen khusus yang

menyebabkan kehilangan cairan

yang berlebihan

3. Berikan diet reguler pada anak sesuai toleransi

Pemberian diet normal secara dini

bersifat menguntungkan untuk

menurunkan jumlah defekasi dan

penurunan berat badan serta

pemendekan durasi penyakit.

4. Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti ASI, formula bebas laktosa, atau formula yang mengandung setengah laktosa.

Mempertahankan terapi cairam

5. Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)

Mengevaluasi keefektififan

intervensi

6. Pantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi.

Mengkaji hidrasi

7. Timbang berat badan anak, kaji tanda-tanda vital, turgor kulit,

Mengkaji hidrasi

Page 6: Gangguan Pada Anak Gastro

membran mukosa dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi.

8. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat dan gelatin

Cairan ini biasanya tinggi

karbohidrat, rendah elektrolit, dan

mempunyai osmolalitas tinggi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan intake inadekuat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil :

- asupan makanan dan cairan adekuat

- zat gizi terpenuhi

- asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik

- mencapai berat badan yang ideal

INTERVENSI RASIONAL

1. Instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI.

Hal ini penting untuk mengurangi

kehebatan dan durasi penyakit

2. Hindari pemberian diet dengan pisang, beras , apel, dan roti panggang atau teh.

Diet ini rendah energi dan protein,

terlalu tinggi dalam karbohidrat dan

rendah elektrolit

3. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan.

Mengkaji toleransi pemberian

makanan

4. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat.

Meningkatkan kepatuhan terhadap

program terapeutik

5. Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.

Gastrik tidak tertekan sehingga

mengurangi perasaan mual dan

muntah.

6. Timbang berat badan setiap hari Mengetahui perkembangan nutrisi

setiap hari.

Page 7: Gangguan Pada Anak Gastro

3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

masalah hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil :

- Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan

- suhu tubuh normal

- TTV normal

-tidak ada perubahan warna kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertai

Suhu 38-41oC menunjukan proses

infeksius akut sehingga dapat

membantu dalam diagnosis

sehingga dapat ditentukan

intervensi yang tepat.

2. Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipat paha.

Kompres hangat dapat mengurangi

demam

3. Monitor tanda-tanda vital setiap 1 jam.

Sebagai indikator perkembangan

keadaan klien.

4. Anjurkan untuk minum cukup Intake cairan yang adekuat

membantu penurunan suhu tubuh

serta mengganti jumlah cairan yang

hilang melalui evaporasi

5. Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

Mempercepat proses evaporasi.

Jumlah selimut perlu dibatasi untuk

mempertahankan suhu mendekati

normal.

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik.

Mengurangi demam dengan aksi

sentralnya di hipotalamus

Page 8: Gangguan Pada Anak Gastro

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

integritas kulit tidak terjadi kerusakan

Kriteria hasil :

- Suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna dalam rentang yang

diharapkan.

- Terbebas dari adanya lesi jaringan

- Keutuhan kulit terjaga

INTERVENSI RASIONAL

1. Ganti popok jika basah atau kotor

Menjaga agar kulit tetap bersih dan

kering

2. Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non-alkalin, dan air atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut.

Karena feses diare sangat

mengiritasi kulit.

3. Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin.

Meningkatkan penyembuhan

4. Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang teriritasi.

Karena dapat menyebabkan rasa

menyengat.

5. Observasi bokong dan perinium akan adanya infeksi.

Mengetahui secara dini adanya

tanda-tanda infeksi dan untuk

memberikan terapi yang sesuai.

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat berupa salep pelindung pada kulit.

Untuk mempercepat penyembuhan.

Page 9: Gangguan Pada Anak Gastro

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

paisen tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

- Status imunitas baik

- Nutrisi adekuat

- Nadi dan Suhu normal

INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan cuci tangan yang benar

Mengurangi resiko penyebaran

infeksi

2. Pakaikan popok dengan tepat. Mengurangi kemungkinan

penyebaran feses

3. Gunakan popok sekali pakai Superabsorbent untuk menampung

feses dan menurunkan

kemungkinan terjadinya dermatitis

popok

4. Ajarkan anak, bila mungkin tindakan perlindungan diri misal dengan cuci tangan setelah menggunakan toilet.

Mencegah penyebaran infeksi

5. Anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci tangan

Mencegah penyebaran infeksi.

Page 10: Gangguan Pada Anak Gastro

6. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

ansietas berkurang atau teratasi.

Kriteria hasil :

- Klien tidak cemeas atau gelisah

- Klien dapat beristirahat atau tidur dengan nyenyak

- Klien dapat merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang

membuat stress

- Mampu mempertahankan penampilan peran.

-Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori

- Tidak ada kecemasan

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan Respon individu dapat beravariasi

tergantung pada pola kultural yang

dipelajari.

2. Pertahankan kontak sering dengan orang tua, selalu bersedia mendengarkan dan bicara bila dibutuhkan

Persepsi yang menyimpang dari

situasi mungkin dapat memperbesar

perasaan

3. Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan Jika dibutuhkan.

Memantapkan hubungan dan

membantu orang tua untuk melihat

realisasi dari penyakit atau

pengobatan yang diberikan

4. Berikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan jika diminta oleh pasien atau orang terdekat

Memberikan jaminan bahwa

perawat bersedia untuk mendukung

dan membantu

5. Beri stimulus sensori dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya. Misalnya dengan terapi bermain

Meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal

7. Defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya

Page 11: Gangguan Pada Anak Gastro

berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

keluarga pasien termotivasi untuk merawat anaknya dengan baik dan benar

Kriteria hasil :

- Keluarga pasien mengerti pengertian, penyebab, tanda dan gejal a, cara

pencegahan penyakit serta mampu mendemonstrasikan cara membuat

oralit dan LGG dengan baik dan benar.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan cara perawatan anaknya.

Menentukan intervensi secara tepat

dengan masalah yang ada

2. Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

Menurunkan rasa takut dan cemas

terhadap kondisi anaknya

3. Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan.

Berbagai tingkat bantuan mungkin

di perlukan berdasarkan kebutuhan

4. Berikan penjelasan kepada orang tua tentang perawatan anak dengan gastroentritis (diare) dirumah seperti oembuatan larutan gula garam

Pembuatan larutan gula garam

dilakukan sebagai penangan

pertama untuk mengganti cairan

tubuh yang hilang.

Page 12: Gangguan Pada Anak Gastro

KONSEP MEDIS MALFORMASI ANOREKTAL

A. Definisi

Malformasi anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak

lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara

abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Malformasi

anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh ganggan pertumbuhan dan

pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

Dari pengertian diatas bisa dapat disimpulkan bahwa marformasi anorektal adalah

suatu kelainan congenital dan tidak lengkapnya perkembangan embrionik dimana rectum

tidak mempunyai lubang keluar yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan

pembentukan anus.

B. Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui. Tidak ada faktor resiko jelas yang mempengaruhi

seorang anak dengan anus imperforata. Tetapi, hubungan genetik terkadang ada. Paling

banyak kasus anus imperforata jarang tanpa adanya riwayat keluarga, tetapi beberapa

keluarga memiliki anak dengan malformasi.

C. Klasifikasi

Klasifikasi Wingspread (1984), berdasarkan consensus internasional menghasilkan

modifikasi sebagai berikut:

Penggolongan anatomis untuk terapi dan prognosis:

Laki-laki:

Golongan I Tindakan

1. Fistel urine

2. Atresia rekti

3. Perineum datar

4. Tanpa fistel. Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram

Kolostomi neonatus

Operasi definitif

Usia 4 – 6 bulan

Invertogram adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak puntung distal rectum

terhadap marka anus dikulit peritoneum.

Page 13: Gangguan Pada Anak Gastro

Golongan II Tindakan

1. Fistel perineum

2. Membrane anal meconium tract

3. Stenosis ani

4. Bucket handle

5. Tanpa fistel. Udara <>

Operasi definitif pada

neonatus

Tanpa kolostomi

Perempuan:

Golongan I Tindakan

1. Kloaka

2. Fistel vagina

3. vistel vestibulum ano atau retro vestibuler

4. Atresia rekti

5. Tanpa fistel

Kolostomi neonatus

Usia 4-6 bulan

Golongan II Tindakan

1. Fistel perineum

2. Stenosis

3. Tanpa fistel. Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram.

Operasi definitif pada

neonatus

D. Manifestasi Klinis

Malformasi anorektal mempunyai manifestasi klinis sebagai berikut:

1) Perut kembung

2) Cairan muntah mula-mula hijau kemudian bercampur tinja.

3) Kejang usus.

4) Bising usus meningkat.

5) Distensi abdomen.

6) Keluar mekonium baik dari vagina atau bersama urine (tergantung letak fistel).

7) Mekonium keluar pada anus seperti pasta gigi.

E. Patofisiologi

Page 14: Gangguan Pada Anak Gastro

Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan

pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Begitu juga pada malformasi rektum berawal

dari gangguan pemisahan kloaka jadi rektum dan sinus urogenital dan perkembangan septum

unorektal yang memisahkannya. Kedua malforamsi membentuk fistel-fistel yang

menghambat pengeluaran mekonium kolon sehingga terjadi obstruksi usus yang nampak

gambaran perut kembung, distensi abdomen, muntah dengan cairan mula-mula berwarna

hijau kemudian bercampur tinja. Distensi abdomen yang terjadi menyebabkan penekanan

intra abdomen ke torakal sehingga klien mengalami gangguan pola nafas.

Kegagalan pengeluaran mekonium menimbulkan refluks kolon sehingga muntah-

muntah didukung ketidaknormalan anus serta rektum. Hal ini mengganggu pola eliminasi

feses. Malformasi harus segera ditangani yang pertama untuk tindakan sementara dengan

kolostomi baru kemudian dilakukan pembedahan definitif sesuai dengan letak defeknya.

Pasca pembedahan pasien tirah baring lama-kelamaan akan menyebabkan intoleransi

aktivitas. Adanya perlukaan pada jaringan akan menimbulkan nyeri serta resiko tinggi infeksi

karena luka merupakan part entry kuman.

Selain itu juga menimbulkan kerusakan integritas kulit. Anestesi yang diberikan juga

mempengaruhi penurunan fungsi organ, misal penurunan sistem pernafasan, penurunan

fungsi jantung dan penurunan peristaltik usus.

6. Komplikasi.

1)        Asidosis hiperkloremia

2)        Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan

3)        Kerusakan uretra ( akibat prosedur bedah )

4)        Komplikasi jangka panjang :

a)      Eversi mukosa anal

b)      Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)

c)      Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasinya sigmoid)

d)     Masalah atau keterlambatan yg berhubungan dg toilet training

e)      Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)

f)       Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)

g)      Fistula kambuhan (karena tegangan diarea pembedahan dan infeksi )

Page 15: Gangguan Pada Anak Gastro

7. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan colok dubur, pada atresia rektum jari tidak masuk lebih 1–2 cm.

2) Protosigmoidoskopi, anoskopi, radiografi lateral terbalik.

3) Urogram intravena; sistourethrogram: dilakukan pada waktu miksi harus dilakukan karena

seringnya malformasi traktuf urinarius menyertai anomali ini. 

4) Rontgenologis kolumna vertebralis: untuk mengetahui kelainan yang menyertai yaitu

anomali vertebra

5) Pemeriksaan inspeksi dan palpasi daerah perineum secara dini.

6) Ultrasound: dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rektal.

7) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rektal dengan cara menusukkan jarum tersebut

sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5

cm, defek itu disebut defek tingkat tinggi

8. Penatalaksanaan

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan defek.

Semakin tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk anomaly tinggi, dilakukan

kolostomi beberapa hari setelah lahir. Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur

penarikan perineum abdominal), umumnya ditunda 3-12 bulan.

Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan

pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah

berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya. Lesi rendah diatasi dengan menarik

kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit ananl. Fistula, bila ada harus ditutup.

Defek membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal. Membran

tersebut dilubangi dengan hemostat atau scalpel.

Pada kebanyakan kasus, pengobatan malformasi anorektal memerlukan dua tahap

tindakan pembedahan. Untuk defek ringan sampai sedang, prognosisnya baik. Defeknya dapat

diperbaiki, peristalsis dan kontinensia normal juga dapat diperolah. Defek yang lebih berat

umumnya disertai anomaly lain, dan hal tersebut akan menambah masalah pada hasil tindakan

pembedahan. Anus imperforata biasanya memerlukan operasi sedang untuk membuka pasase

feses.

Page 16: Gangguan Pada Anak Gastro

Tergantung pada beratnya imperforate, salah satu tindakan adalah anoplasti perineal

atau colostomy : prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas colon dengan

dinding anterior abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang abdomen disebut stoma.

Lubang ini dibentuk dari ujung usus besar melalui insisi dan sutura ke kulit.

Setelah colostomy, feses dibuang dari tubuh pasien melalui stoma, dan terkumpul

dalam kantong yang melekat pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan pada anus

malformasi anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP (Posterio Sagital

Anorectoplasy). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.

Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).

Teknik lama ini mempunyai resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding abdomen.

Kolostomi

Kolostomi pada kolon desendens merupakan prosedur yang ideal untuk

penatalaksanaan awal malformasi anorektal. Tindakan kolostomi merupakan upaya

dekomprasi, diversi, dan sebagai proteksi terhadap kemungkinan terjadinya obstruksi

usus. Kolostomi pada kolon desendens mempunyai beberapa keuntungan disbanding

dengan kolostomi pada kolon asendens atau transversum. Bagian distal dari kolostomi

akan mengalami disfungsi dan akan terjadi atropi karena tidak digunakan. Dengan

kolostomi pada kolon desendens maka segmen yang akan mengalami disfungsi menjadi

lebih pendek. Atropi dari segmen distal akan berakibat tejadinya diare cair sampai

dilakukan peneutupan stoma dan hal ini dapat diminimalkan dengan melakukan

kolostomi pada kolon desendens. Pembersihan mekanik kolon distal lebih mudah

dilakukan jika kolostomi terletak di bagian kolon desendens.

Pada kasus dengan fistel anorektal, urin sering keluar melalui kolon, untuk kolostomi

distal akan keluar memalui stoma bagian distal tanpa danya absorbs. Bila stoma terletak

di kolon proksimal, urin akan keluar ke kolon dan akan diabsorbsi, hal ini akan

meningkatkan resiko terjadinya asidosis metabolic. Loop kolostomi akan menyebabkan

aliran urin dari stoma proksimal ke distal usus dan terjadi infeksi saluran kencing serta

pelebaran distal rectum. Distensi rectum yang lama akan menyebabkan kerusakan

dinding usus yang irreversible disertai dengan kelainan hipomotilitas dinding usus yang

menetap, hal ini akan menyebabkan konstipasi di kemudian hari. Double barrel

Page 17: Gangguan Pada Anak Gastro

transversocolostomy dextra dengan tujuan dekomprasi dan diversi memiliki keuntungan

antara lain :

8) Meninggalkan seluruh kolon kiri bebeas pada saat tindakan definitf tidak

menimbulkan kesulitan.

9) Tidak terlalu sulit dikerjakan

10) Stoma distal dapat berlaku sebagaimana muara pelepasan secret kolon distal

11) Feses kolon kanan relatif tidak berbau dibanding kolon kiri oleh karena

pembusukan feses.

12) Dimungkinkan irigasi dan pengosongan dari kantong rectum yang buntu

Posterosagital anorectoplasty (PSARP)

Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. Prosedur ini

memebrikan beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam operasi fistel rektourinaria

maupun rektovaginal dengan cara membelah otot pelvis, sing, dan sfingter. PSARP

dibagi menjadi tiga yaitu minimal, limited, dan full PSARP.

Posisi penderita adalah prone dengan elevasi pada pelvis. Dengan bantuan

stimulator dilakukan identifikasi anal dimple. Insisi dimulai dari tengah sacrum ke bawah

melewati pusat sfingter eksterna ampai kedepan kurang lebih 2 cm. Insisi diperdalam

dengan membuka subkutis, lemak, parasagital fibre dan muscle complex. Tulang

coccygeus dibelah sehingga tampak dinding belakang rectum. Rektum dibebaskan dari

dinding belakang dan jika ada fistel dibebaskan juga, rectum dipisahkan dengan vagina

yang dibatasi oleh common wall. Dengan jahitan, rectum ditarik melewati otot

levator,muscle complex, dan parasagital fibre kemudian dilakukan anoplasty dan dijaga

agar tidak tegang.

Untuk minimal PSARP tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical

fibre, yang penting adalah memisahkan common wall untuk memisahkan rectum dengan

vagina dan dibelah hanya otot sfingter eksternus. Untuk limited PSARP yang dibelah

adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre, muscle complex, serta tidak memberlah

tulang coccygeus. Penting melakukan diseksi rectum agar tidak merusak vagina. Masing-

masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal PSARP dilakukan

pada fistel perianal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle, dan atresia ani tanpa

Page 18: Gangguan Pada Anak Gastro

fistel yang akhiran rectum kurang dari 1 cm dari kuit. Limited PSARP dilakukan pada

atresia ani dengan fistel rektovestibular. Full PSARP dilakukan pada atresia ani letak

tinggi, dengan gambaran invertogram akhir rectum lebih dari 1 cm dari kulit, pada

fistelrektovaginalis, fistel rekto uretralis, atresia rectum, dan stenosis rectum.

ASUHAN KEPERAWATAN MALFORMASI ANOREKTAL

1. Pengkajian

A. Pengumpulan Data

1) Identitas

a) Identitas anak

Nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam keluarga, tanggal

masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medic,

alamat.

b) Identitas Orang tua

Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus (anus tidak

normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan terjadi muntah pada 24-

48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan

mekonium pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital

ditemukan mekonium pada vagina.

b) Riwayat Kesehatan dahulu

o Riwayat Parental

Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir (HPHT),

imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu

sewaktu hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin,

seperti : kebiasaan merokok, minum kopi, minum minuman keras,

mengkonsumsi narkoba dan obat obatan secara sembarang.

Page 19: Gangguan Pada Anak Gastro

o Riwayat intranatal

Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan persalinan,

berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal timbulnya pernafasan,

tangisan pertama dan tindakan khusus.

o Riwayat neonatal

Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang berlebihan

paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital, kesulitan menghisap,

kesulitan pemberian makan atau ASI.

o Riwayat kesehatan Keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami gangguan

seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan

langsung dengan gangguan system gastrointestinal.

B. Pemeriksaan Fisik

1) Daerah perineum

Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk mencari hubungan fistula

ke kulit. Untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari vagina atau keluar

bersama urine untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak fistel.

2) Abdomen

Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung). Amati adanya distensi

abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengarkan bising usus ( 4 kuadran). Perkusi

abdomen. Palpasi abdomen (mungkin kejang usus)

3) Kaji hidrasi dan status nutrisi

Timbang berat badan tiap harridan amati muntah proyektif (karakteristik muntah)

4) TTV

Ukur suhu badan (umumnya terjadi peningkatan)

Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau dispnea)

Ukur nadi (terjadinya takikardia)

5) Observasi manifestasi malformasi anorektal

6) Pemeriksaan colok dubur pada anus yang tampak normal, tapi bila tidak dapat masuk

lebih 1 – 2 cm berarti terjadi atresia rektum.

Page 20: Gangguan Pada Anak Gastro

2. Dioagosa Keperawatan

A. Pra Operatif

1) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder

terhadap distensi abdomen.

3) Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan.

B. Post operatif

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder

terhadap pemberian anestesi.

2) Nyeri berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah sekunder terhadap

pembedahan

3) Resiko tinggi infeksi

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penumpukan asam laktat sekunder terhadap

tirah baring

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan

3. Rencana Keperawatan

Pra Operatif

Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Ketidakseimbangan

volume cairan

berhubungan

dengan muntah.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan pasien tidak

mengalami

kekurangan  volume cairan

Kriteria hasil :

1. Mempertahankan urine

output sesuai dengan

usia dan BB,

2. Elastisitas turgor kulit

baik, membran mukosa

lembab, tidak ada rasa

haus yang berlebihan.

1.   Ukur jumlah

Input–Output

cairan.

2.   Inspeksi turgor

kulit.

3.   Ukur tanda-

tanda vital.

4.    Inspeksi adanya

distensi abdomen.

5.    Kolaborasi

berikan cairan

IV.

1.     Mengidentifikasi

adanya

ketidakseimbangan.

2.     Pada keadaan

dehidrasi turgor kulit

tidak elastis.

3.     Keadaan dehidrasi

diidentifikasi dg

adanya perubahan

TTV :takikardi,hipot

ensi,peningkatan

suhu.

4.      Peningkatan tekanan

Page 21: Gangguan Pada Anak Gastro

3. Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam batas

normal

4. Distensi abdomen

meurun

5. Tidak ada tanda- tanda

dehidrasi,

abdomen ditandai

dengan adanya perut

kembung

5. Mengganti cairan dan

elektrolit yang

hilang.

Ketidakefektifan

pola nafas

berhubungan

dengan penekanan

torakal sekunder

terhadap distensi

abdomen.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan pasien

menunjukkan pola nafas

efektif dengan frekuensi dan

kedalaman rentang normal.

Kriteria hasil :

1. Pasien tidak merasa

sesak

2. Frekuensi

pernafasan pasien

nolmal (16-20 kali/

menit)

3. Pasien tidak tampak

memakai alat bantu

pernafasan

4. Tidak terdapat

tanda-tanda sianosis

1.     Posisikan anak

pada posisi yang

nyaman dengan

penggunaan

bantal 30°

2.      Catat TTV dan

irama jantung

3.     Berikan O2

sesuai dengan

kebutuhan

4.     Auskultasi bunyi

nafas catat

adanya bunyi

nafas adventisius

seperti :

krekel,mengi

5.      Inspeksi adanya

sianosis

1.Untuk efisiensi ventilasi

maksimum

2 t 2. Takikardi, disritmia dan

perubahan tekanan dapat

menunjukkan efek

hipoksia sistemik pada

fungsi jantung.

3.    3. Dapat memperbaiki

dan mencegah hipoksia

4.     4. Biasanya bunyi nafas

menurun.

5.   5.Mengindikasikan

adanya kekurangan

oksigen ke jaringan.

Ansietas pada

orang tua

berhubungan

dengan tindakan /

prosedur

pembedahan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan ansietas

orang tua pasien berkurang

Kriteria hasil :

1. Tingkat ansietas hanya

1.Identifikasi

ketidaktahuan.

2.     Peningkatan

support terhadap

keluarga

“tindakan atau

1.   Dengan memberikan

kejelasan dari

keluarga agar sedikit

tenang.

2. Dengan support akan

menurunkan cemas

Page 22: Gangguan Pada Anak Gastro

ringan sampai sedang

2. Memahami prosedur

tindakan yang akan

dijalani oleh anaknya

prosedur tsb

tindakan tepat”.

3.     Menjelaskan

tentang prosedur

tepat waktu.

3. Meningkatkan rasa

optimis dengan

pembedahan

Post operatif

Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Ketidakefektifan

pola nafas

berhubungan

dengan penurunan

kapasitas paru

sekunder terhadap

pemberian

anestesi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan pasien

menunjukkan pola nafas

efektif dengan frekuensi dan

kedalaman rentang normal.

Kriteria hasil :

1. Frekuensi pernafasan

pasien normal (16-20

kali/ menit)

2. Pasien tidak merasa

sesak

3. Pasien tidak tampak

memakai alat bantu

pernafasan

1.     Catat kecepatan/

kedalaman

pernafasan,

auskultasi bunyi

nafas, amati

adanya pucat,

sianosis.

2.    Posisikan klien

dengan

meninggikan

kepala 30°.

3.    Ubah posisi

secara periodik

4.     Berikan O2

sesuai kebutuhan

1.   Pernafasan mengorok/

pengaruh anestesi

menurunkan ventilasi

dan dapat

mengakibatkan

hipoksia

2.   Dapat mendorong

ekspansi paru optimal

dan meminimalkan

tekanan isi ke

abdomen pada rongga

thorak

3.   Meningkatkan

pengisian udara

seluruh segmen paru.

4.Memaksimalkan

sediaan O2 untuk

pertukaran gas dan

penurunan kerja

pernafasan

Nyeri

berhubungan

dengan

vasodilatasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan nyeri pada

anak berkurang atau hilang

1.       Kaji dan catat

adanya

peningkatan

nyeri

1.    Digunakan untuk

mengetahui keadaan

nyeri klien untuk

menentukan tindakan

Page 23: Gangguan Pada Anak Gastro

pembuluh darah

sekunder terhadap

pembedahan

Kriteria hasil :

1. Nyeri berkurang atau

hilang

2. Ekspresi wajah rileks

3. Tanda-tanda vital normal

4. Skala nyeri 1-0.

2.       Hindari palpasi

area pembedahan

kecuali jika

diperlukan

3.       Berikan

lingkungan yang

nyaman dan

tenang

4.   Kolaborasi

pemberian

analgesik sesuai

ketentuan dan

pantau

keefektifannya.

pengurangan nyeri

2.   Agar terhindar dari

peningkatan rasa

nyeri pasca operasi.

3.   Berkurangnya

stimulus nyeri.

4.    Digunakan untuk

farmakoterapi untuk

nyeri

Risiko tinggi

infeksi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x24

jam status kekebalan pasien

meningkat

Kriteria hasil :

1. Suhu tubuh sesuai yang

diharapkan

2. Tidak didapatkan infeksi

berulang

1.      Ukur suhu tubuh

setiap 4 jam

2.     Gunakan teknik

septik dan

aseptik medik

3.     Lakukan

perawatan luka

dengan hati-hati

agar luka tetap

bersih

4.     Ganti balutan

luka setelah 3

hari post operasi

dengan cara; luka

dialas betadin

dan tutup dengan

kasa kering.

1.     Peningkatan suhu

tubuh menunjukkan

terjadinya infeksi

sistemik.

2.     Mencegah terjadinya

infeksi dan sepsis.

3.     Untuk meminimalkan

resiko infeksi.

4.     Dengan balutan dapat

meningkatkan

kelembaban dan

mempercepat

penyembuhan luka

5.     Digunakan untuk

pencegahan infeksi

secara sistemik

Page 24: Gangguan Pada Anak Gastro

5.     Kolaborasi

pemberian

antimikrobial/

antibiotik sesuai

kebutuhan.

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

penumpukan asam

laktat sekunder

terhadap tirah

baring

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan anak toleran

terhadap aktivitas

Kriteria hasil :

1. Tidak ada keluhan

2. Tidak ada takikardia dan

takipnea bila melakukan

aktivitas

3. Kebutuhan aktivitas klien

terpenuhi

1.     Periksa tingkat

toleransi fisik

anak

2.     Beri periode

istirahat dan tidur

yang sesuai

dengan

kondisinya

3.     Berikan

lingkungan yang

tenang dan

nyaman

1.     Dapat digunakan

untuk mengetahui

tingkat kelelahan

anak.

2.     Istirahat digunakan

untuk menghemat

energi dan kelelahan

dapat berkurang

3.     Lingkungan yang

tenang dapat

meningkatkan

rentang istirahat

klien untuk

penghematan energi.

Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan adanya

perlukaan jaringan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …x 24

jam diharapkan fungsi

fisiologis kulit normal

Kriteria hasil :

1. Memiliki warna kulit

normal

2. Mendemonstrasikan

aktivitas perawatan kulit

rutin yang efektif

3. Tidak terdapat infeksi

1.     Inspeksi warna

ukuran luka.

2.     Bersihkan

permukaan kulit

dg menggunakan

air dengan sabun

lunak/petrolatum

3.      Gunakan balutan

teknik aseptik

1. Kemerahan bengkak

mengidentifikasi

adanya kerusakan

integritas kulit

2.Petrolatum

membersihkan feses

yang menempel

3. Menurunkan iritasi

kulit.

Page 25: Gangguan Pada Anak Gastro

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanDiare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare mungkin dalam

volume besar atau sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah. Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare yang terdiri dari diare akut, diare persisten dan diare kronis. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga malabsorpsi.

Malformasi anorektal adalah suatu kelainan malformasi congenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Penyakit ini belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Diare dan malformasi anorektal merupakan gangguan sistem pencernaan yang biasa menyerang pada anak-anak. Untuk itu perlu manajemen yang tepat untuk mendapatkan prognosis yang baik, dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Page 26: Gangguan Pada Anak Gastro

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. M. (1999). Ilmu kesehatan anak Nelson (15 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). Buku saku keperawatan pediatri (5 ed.). Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis porses-proses penyakit (6 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC (9 ed.). Jakarta: EGC.

Page 27: Gangguan Pada Anak Gastro

MAKALAH

ASKEP GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA ANAK

“DIARE DAN MALFORMASI ANOREKTAL”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

MUTIA MUSYAFIRAH C12112004

NURUL ATIKA C12112007

RISMAYANTI C12112011

RAHMAWATI C12112018

HERMEI PASALLI MARJO N C12112025

ELI TRI LESTARI C12112032

INDRAHAYU AKUB C12112108

AYU NENGSI TARRA C12112252

LULUIL MAKNUN C12112256

FENTY APRILIANAH.H C12112260

Page 28: Gangguan Pada Anak Gastro