jurnal 1
TRANSCRIPT
Bahan :
1.telur Itik Kerinci umur 3 – 5 hari
2.batu bata,
3.abu gosok,
4.garam dapur halus,
5.sodium nitrit dan
6.air.
Alat :
1. ember plastik,
2. egg tray,
3. alat teropong telur (candler),
4. pH-meter,
5. Compact Salt Meter merk Horiba,
6. gelas ukur,
7. timbangan ohaus,
8. oven dan
9. sabut.
12
Cara pembuatan telurasin
Penelitian menggunakan RAL pola faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan. Faktor I adalah
metode pengasinan, yaitu Metode basah (Air : Garam = 3 : 1) dan Metode kering (Batu bata :
Abu : Garam = 2 : 1 : 1) Faktor II adalah konsentrasi natrium nitrit 100 ppm,150 ppm dan
200 ppm
Peubah yang diamati meliputi penurunan bobot telur (%), berat jenis (BJ) telur, nilai
pH putih dan kuning telur, konsentrasi NaCl putih dan kuning telur dan sifat organoleptik
yang meliputi warna, bau, rasa dan kekenyalan. Pengujian sifat organoleptik dilakukan oleh 25
orang panelis semi terlatih (Soekarto, 1985). Pengujian dilakukan secara Multiple Comparison
Test, Panelis akan memberi penilaian pada skala hedonik yang telah disediakan. Nilai skala
hedonik terlihat pada Tabel 1.
T a b e l 1 . N il a i S k a la H e d onik d a n S k ala Numerik S ka l a H e d onik S ka l a N u m e r i k Sangat suka 6Suka 5Agak suka 4Agak tidak suka 3Tidak suka 2Sangat tidak suka 1
13
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah kualitas (penurunan bobot,
berat jenis (BJ), nilai pH, konsentrasi garam dan kadar air) dan sifat organoleptik (warna,
bau, rasa dan kekenyalan) dilakukan uji sidik ragam. Bila terdapat pengaruh terhadap
peubah, maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
Tabel 2. Rataan peningkatan bobot dan berat jenis (BJ) telur perlakuan dan
I nt e r ak s in y a Perlakua
n Peu b a hPeningkatan Bobot (%) BJ Telur
Metoda Pengasinan- Metoda Basah 3.2
71.06
- Metoda Kering 3.16
1.07Konsentrasi Natrium Nitrit :
- 100 ppm (N – 100) 2.73
1.06- 150 ppm (N – 150) 3.6
31.07
- 200 ppm (N – 200) 3.28
1.08Taraf Perbedaan
- Metoda Pengasianan TN TN- Konsentrasi Natrium Nitrit TN TN- Interaksi TN TN
Keterangan : N = Antar perlakuan berbeda nyata ( P > 0.05 )TN = Antar perlakuan berbeda tidak nyata ( P < 0.05 )
14
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, peubah peningkatan bobot dan berat
jenis (BJ) telur perlakuan dan interaksinya terlihat pada Tabel 2.
Peningkatan Bobot Telur
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan metoda
pengasinan, konsentrasi natrium nitrit serta interaksi keduanya memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P < 0.05) terhadap peningkatan bobot telur.
Terjadinya peningkatan bobot telur sebagai akibat masuknya garam NaCl dan natrium
nitrit kedalam telur melalui pori-pori kulit telur (kerabang), selaput putih telur, putih telur
(albumin) dan kuning telur (yolk) melalui vitteline membrane. Tidak adanya interaksi antara
metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit menunjukkan bahwa keduanya tidak
memberi kontribusi secara sinergis terhadap pertambahan bobot telur selama pembuatan telur
asin.
Pada pengasinan secara kering ataupun secara basah, proses penetrasi garam kedalam
berlangsung relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa media cair (metode basah) ataupun
media pasta/adonan (metode kering) mempunyai kemampuan menyerap garam ataupun
perombakan garam-garam bicarbonat yang relatif sama.
Berat Jenis (BJ) Telur
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan metoda
pengasinan, konsentrasi natrium nitrit serta interaksi keduanya memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P <0.05) terhadap berat jenis (BJ) telur (Tabel 2).
Terjadinya perubahan berat jenis sebagai akibat terurainya garam-garam bicarbonate
menjadi CO2 dan H2O. Kondisi ini dapat ditandai dengan semakin besarnya rongga udara (air
cell) dan semakin encernya putih telur (albumin) (Idris, 1984). Sedangkan nilai BJ telur segar,
yaitu 1.08 – 1.09 (Romanoff dan Romanoff, 1963). Sedangkan rataan nilai BJ telur perlakuan,
baik metode pengasinan maupun konsentrasi natrium nitrit berkisar 1.06 – 1.08. Hal ini
menandahkan bahwa didalam telur belum dan tidak banyak mengalami perubahan dan
perombakan garam-garam bicarbonat (H2CO3). Nilai BJ yang diperoleh ini sedikit lebih rendah
dari telur segar, karena secara alamiah perombakan atau perubahan bagian internal tidak dapat
dihentikan akan tetapi hanya dikurangi kecepatannya. Oleh karena itu selama 10 (sepuluh) hari
pengasinan proses perubahan dan perombakan terjadi sangat lambat.
Nilai pH Yolk dan Albumen
15
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode pengasinan memberi
pengaruh (P < 0.05) terhadap nilai pH albumin, sedangkan konsentrasi natrium nitrit dan
interaksi metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit tidak memberi pengaruh (P > 0.05)
terhadap nilai pH albumin.
Pengasinan secara kering diperoleh nilai pH yang lebih tinggi dibanding cara basah.
Hal ini berkaitan dengan proses penguapan CO2 dan H2O yang berjalan lebih cepat, sehingga
akan mempengaruhi kecepatan perubahan nilai pH.
Nilai pH yang diperoleh ini lebih tinggi dari nilai pH awal telur, yakni 5.84. Selama
pengasinan terjadi peningkatan nilai pH, hal ini dikarenakan selama pengasinan perombakan
dan perubahan bagian internal telur masih berjalan walau relative lambat.
Tabel 3. Rataan Nilai Ph Yolk dan Albumin Telur Perlakuan serta Interaksinya
Perlakuan Peubah
Nilai pH Yolk Nilai pH AlbumenMetoda Pengasinan
- Metoda Basah 5.53
6.65 a- Metoda
KeringKonsentrasi Natrium
5.63
6.84 b
- 100 ppm (N – 100) 5.59
6.59- 150 ppm (N – 150) 5.5
96.82- 200 ppm (N – 200) 5.5
56.83Taraf Perbedaan
- Metoda Pengasianan- Konsentrasi Natrium Nitrit
TN TN
N TN
- Interaksi TN TNKeterangan : N = Antar perlakuan berbeda nyata ( P > 0.05 )
TN = Antar perlakuan berbeda tidak nyata (P< 0.05)
Tidak diperoleh interaksi metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit
menunjukkan, bahwa keduanya tidak saling mendukung terhadap nilai pH albumin.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode pengasinan,
konsentrasi natrium nitrit dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh (P > 0.05)
terhadap nilai pH kuning telur (yolk) (Tabel 3). Tidak diperoleh interaksi antara metode
pengasinan dan konsentrasi Perubahan nilai pH yolk baik pada metode basah ataupun kering
relatif lebih lambat dan tidak menunjukkan perbedaan. Lukman, dkk (2006) mendapatkan nilai
pH yolk yang relatif lebih rendah dibandingkan nilai pH albumin. Hal ini berkaitan dengan
16
proses perombakan dan pelepasan CO2 yang berjalan lambat. Selain terbatasnya konsentrasi
garam bicarbonat, adanya bagian albumin yang membatasi penguapan CO2.
Kadar Garam Yolk dan Albumen
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan, perlakuan konsentrasi natrium nitrit dan
interaksi metode pengeringan dan konsentrasi atrium nitrit tidak memberi pengaruh interaksi
( P > 0.05) terhadap kadar garam albumin. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya tidak saling
menunjang terhadap kadar garam albumin.
Tabel 4. Rataan Kandungan Garam Yolk dan Albumin Telur Perlakuan serta
I nter ak sinya
Perlakuan Peu bahGaram Yolk Garam Albumen
Metoda Pengasinan- Metoda Basah 0.3
61.69
a- Metoda Kering 0.42
2.39 bKonsentrasi Natrium Nitrit :
- 100 ppm
(N – 100) 0.37
1.92- 150
ppm(N – 150) 0.3
32.12- 200
ppmTaraf
(N – 200) 0.53
2.08
- Metoda Pengasianan- Konsentrasi Natrium Nitrit- Interaksi
TNTNTN
NTNTN
Keterangan : N = Antar perlakuan berbeda nyata ( P > 0.05 )TN = Antar perlakuan berbeda tidak nyata ( P < 0.05 )
Metode kering diperoleh kadar garam albumin yang lebih tinggi dibanding metode
basah. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi garam yang ada dalam metode kering yang cukup
tinggi. Dengan adonan yang menyerupai pasta yang membungkus seluruh bagian kerabang
telur, maka penetrasi garam kedalam telur juga akan semakin cepat. Sehingga diperoleh kadar
garam pada metode kering yang lebih tinggi. Sebaliknya konsentrasi natrium nitrit tidak
memberi pengaruh (P > 0.05) terhadap kadar garam albumin telur. Hal ini menunjukkan bahwa
natrium nitrit sebagai suatu garam komplek tidak mempunyai efek sinergis atau mendukung
dalam penyerapan garam oleh telur.
Sebaliknya hasil analisis sidik ragam pada kadar garam yolk, menunjukkan bahwa
perlakuan metode pengasinan, konsentrasi natrium nitrit dan interaksi keduanya tidak memberi
pengaruh interaksi (P < 0.05) terhadap kadar garam yolk. Hal ini menunjukkan bahwa
keduanya tidak saling menunjang terhadap kadar garam yolk.
17
Kadar garam yolk diperoleh hasil yang tidak berbeda dan lebih rendah dibanding
dengan kadar garam albumin. Hal ini berkaitan dengan penetrasi garam kedalam telur yang
didahului putih telur (albumen) dan selanjutnya masuk kedalam yolk yang terbungkus
membrane vitteline. Adanya bagian albumen yang kental (thick albumin) dan membrane
vitteline akan menghalangi dan mengurangi kemampuan penetrasi dan difusi garam kedalam
yolk. Akibatnya garam yang sampai pada York menjadi relatif terbatas.
Sifat Organoleptik
Berdasarkan perhitungan, rataan nilai uji kesukaan terhadap warna, tekstur,
kekenyalan dan rasa telur perlakuan dan interaksinya terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Hasil sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan metode pengasinan, konsentrasi
natrium nitrit dan interaksi antara metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit tidak
memberi pengaruh (P > 0.05) terhadap nilai kesukaan panelis terhadap warna, tekstur,
kekenyalan dan rasa kuning telur (yolk).
18
Tabel 5. Rataan Nilai Uji Kesukaan terhadap Warna, Tekstur, Kekenyalan dan
Ra s a Kuning T e l u r (Yolk) Telur PenelitianPerlakua
n Peu bah
Warna Tekstur Kekenyalan
RasaMetoda Pengasinan
- Metoda Basah 4.47 3.67 4.11
4.03- Metoda Kering 4.85 3.60 4.1
34.29Konsentrasi Natrium Nitrit :
- 100 ppm
(N – 100) 3.30 3.38 4.22
4.34- 150
ppm(N – 150) 3.74 3.78 4.1
64.08- 200
ppmTaraf
(N – 200) 3.44 3.74 3.98
4.06
- Metoda Pengasinan TN TN TN TN- Konsentrasi Nat. Nitrit- Interaksi
TNTN
TNTN
TNTN
TNTN
Tidak diperolehnya interaksi antara metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh sinergis keduanya terhadap kesukaan panelis pada
yolk.
Demikian pula terhadap metode pengasinan, menunjukkan bahwa baik dengan
menggunakan cara kering (metode kering) ataupun cara basah (metode basah) diperoleh nilai
kesukaan yang sama terhadap warna, tekstur, kekenyalan dan rasa yolk telur asin. Rataan nilai
kesukaan terhadap warna berkisar 4.00 – 5.00, yaitu antara agak suka sampai suka ; tekstur
berkisar 3.00– 4.00, yaitu agak tidak suka sampai agak suka ; kekenyalan berkisar 4.00 – 5.00,
yaitu agak suka sampai suka dan rasa berkisar 4.00 – 5.00, yaitu berkisar agsk suka sampai
suka. Tidak diperoleh perbedaan terhadap kesukaan panelis ini berkaitan dengan peubah lain
(peningkatan bobot, berat jenis (BJ), nilai pH dan konsentrasi garam yolk), yang juga tidak
menunjukkan adanya perbedaan.
Konsentrasi natrium nitrit (100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm) juga tidak menunjukkan
adanya perbedaan kesukaan panelis terhadap warna, tekstur, kekenyalan dan rasa kuning telur
(yolk). Rataan nilai kesukaan terhadap warna berkisar 3.00 – 4.00, yaitu antara agak tidak suka
sampai agak suka ; tekstur berkisar 3.00 – 4.00, yaitu agak tidak suka sampai agak suka ;
kekenyalan berkisar 4.00 – 5.00, yaitu agak suka sampai suka dan rasa berkisar 4.00 – 5.00,
yaitu berkisar agsk suka sampai suka. Sebagaimana halnya dengan metode pengasinan tidak
adanya perbedaan yang diperoleh berkaitan dengan nilai peubah lain (peningkatan bobot,
berat jenis (BJ), nilai pH dan konsentrasi garam yolk), yang juga tidak menunjukkan adanya
perbedaan.
Tabel 6. Rataan Nilai Uji Kesukaan terhadap Warna, Tekstur, Kekenyalan dan Rasa
albumin telur penelitian
Perlakuan PeubahWarna Tekstur Kekenyalan Rasa
Metoda Pengasinan- Metoda Basah 3.71 a 3.95 a 4.29 3.9
5- Metoda Kering 4.12 b 4.32 b 4.41 4.11Konsentrasi Natrium Nitrit :
- 100 ppm
(N – 100) 3.76
3.94 a 4.26 4.04- 150
ppm(N – 150) 3.7
84.18 b 4.36 4.1
0- 200 ppm
(N – 200) 4.20
4.28 b 4.44 3.94Taraf
Perbedaan
- Metoda Pengasianan N N TN TN- Konsentrasi Nat. Nitrit TN N TN TN- Interaksi TN N TN TN
Keterangan : NTN
= Antar perlakuan berbeda nyata ( P > 0.05 )= Antar perlakuan berbeda tidak nyata ( P
Hasil analisis sidik ragam, menunjukkan bahwa perlakuan metode pengasinan,
konsentrasi natrium nitrit dan interaksi antara metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit
tidak memberi pengaruh ( P > 0.05) terhadap nilai kesukaan panelis terhadap kekenyalan dan
rasa putih telur (albumin). Akan tetapi memberi pengaruh (P < 0.05) terhadap tekstur putih
telur, baik pada perlakuan metode pengasinan, konsentrasi natrium nitrit ataupun interaksi
keduanya. Serta hanya memberi pengaruh terhadap warna putih telur dari perlakuan metode
pengasinan.
Nilai kekenyalan dan rasa putih telur (albumin) yang tidak menunjukkan adanya
perbedaan terhadap semua perlakuan dan interaksi menunjukkan bahwa metode kering dan
basah ataupun konsentrasi natrium nitrit yang digunakan dalam pembuatan telur asin sama-
sama disukai oleh panelis. Rataan nilai kesukaan terhadap kekenyalan berkisar 4.00 – 5.00,
yaitu antara agak suka sampai suka. Sedangkan rataan nilai kesukaan terhadap rasa berada pada
sekitar 4.00 (3.94 – 4.11), yaitu agak suka.
Warna albumin dengan menggunakan metode kering lebih disukai oleh panelis,
dibanding metode basah, yakni dengan nilai 4.12 dan 3.71. Hal ini berkaitan dengan warna
yang nampak lebih putih dan lebih halus/lembut dibandingkan dengan cara basah. Demikian
pula dengan tekstur albumin, metode kering memperoleh penilaian yang lebih tinggi dibanding
cara basah, yakni 4.32 dan 3.95.
Tidak adanya perbedaan kesukaan panelis pada konsentrasi natrium nitrit terhadap
warna albumin berkaitan dengan peran natrium nitrit itu sendiri yang relatif sedikit dan
merupakan bubuk yang tidak berwarna. Rataan nilai kesukaan terhadap warna pada perlakuan
konsentrasi natrium nitrit berkisar 3.76 – 4.20. Sebaliknya konsentrasi natrium nitrit
berpengaruh terhadap kesukaan panelis terhadap tekstur albumin. Semakin meningkat
konsentrasi natrium nitrit, diperoleh kesukaan panelis yang semakin meningkat, yaitu 3,94 ;
4,18 dan 4,28.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, didapat hasil :
Metode pengasinan dan konsentrasi natrium nitrit tidak memberikan pengaruh interaktif
terhadap peningkatan bobot, berat jenis, pH yolk dan albumin, kadar garam York dan albumin
serta sifat organoleptik telur, kecuali tekstur albumin.
Metode pengasinan hanya berpengaruh terhadap nilai pH, kadar garam, warna dan tekstur
albumin
Konsentrasi natrium nitrit hanya berpengaruh terhadap tekstur albumin.
Pengasinan dengan metode kering dengan konsentrasi natrium nitrit 200 ppm diperoleh
kualitas yang paling optimal.
( Haris L. 2008. Pengaruh Metode Pengasinan dan Konsentrasi Sodium Nitrit
Terhadap Karakteristik Telur Itik Asin. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Universitas
Jambi : Jambi, Vol. XI. No. 1. )