jurnal alpina (1)

Upload: faza-asysyirban

Post on 07-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Analisis Kegiatan MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur

Alpina [email protected], Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanDosen Pembimbing: 1. Muarif SAM., M.Pd. 2. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd.

Abstrak: Tujuan penulisan ini untuk mengetahui serta mendeskripsikan manajement, kegiatan, dan strategi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan pada SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MGMP Kewirausahaan masih belum optimal dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan. Hal ini karena, kegiatan yang dilakukan masih sebatas kegiatan rutin pada program inti, bahkan itupun belum semuanya dilaksanakan. Selain itu, MGMP Kewirausahaan terdapat beberapa masalah yang dihadapi, meliputi kurangnya koordinasi Ketua MGMP dengan pengurus dan anggota MGMP Kewirausahaan, ada beberapa guru yang masih sulit untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan MGMP Kewirausahaan, dan dana yang dimiliki oleh MGMP Kewirausahaan tidak mencukupi dalam melaksanakan kegiatan.

Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik Guru Kewirausahaan, MGMP Kewirausahaan Abstract : This research as aims to know and describe the management, activity, and strategy ofMGMP (deliberation of subject teachers) in fostering pedagogic competence of entrepreneurship teacher in Vocational High School East Jakarta district. The results of this research showed that the MGMP Entrepreneurship is still not optimal in fostering pedagogic competence of Entrepreneurial teacher. This is because, the activities performed are still limited to regular activity on the core program, even then not all of them are implemented. In addition, there are several Entrepreneurial MGMP problems that encountered. Those are lack of coordination between the Chairman of MGMP with the Board and members of the MGMP entrepreneurship, there are a few teachers who are still difficult to attend and follow the MGMP activities in entrepreneurship, and the funds which are owned by the MGMP Entrepreneurship insufficient in carrying out activities.

Key words : Pedagogic Competence Of Entrepreneurship Teacher, Entrepreneurial MGMP

Pendahuluan

Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan mengikuti kemajuan teknologi dan budaya yang terus berkembang dalam masyarakat, karena pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan komponen masyarakat sekolah, salah satunya yaitu guru. Guru memiliki peran strategis dalam bidang pendidikan karena menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Peran guru dalam pendidikan tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai pendidik, pembina, dan pelatih. Guru juga memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, yakni dalam bentuk pengabdian. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Terkait peran dan tugas guru tersebut, maka guru perlu memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas profesinya. Tanpa adanya kualifikasi yang memadai akan memungkinkan guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelaksana kegiatan pendidikan.Dari empat kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional bahwa kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang menjadi perhatian dan fokus utama dalam peningkatan kualitas guru. Hal ini karena kompetensi pedagogik adalah kompetensi dasar dan menjadi landasan bagi guru untuk mampu melakukan tugas utamanya, yakni mengajar.Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran di sekolah. Berbagai upaya tersebut antara lain dalam bentuk: 1) penataran; 2) kualifikasi pendidikan guru; 3) pembaharuan kurikulum; 4) implementasi model atau metode pembelajaran baru; dan 5) penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti penelitian tindakan kelas. Selain itu, menurut sumber lain dikatakan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: pendidikan lanjutan dalam jabatan, inservice training, pembentukan wadah-wadah peningkatan kualitas guru seperti penyeliaan, Pemantapan Kerja Guru (PKG), dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pelaksanaan berbagai upaya tersebut bertujuan agar para guru diharapkan mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan dalam mengajar. Wadah peningkatan kualitas guru, khususnya MGMP merupakan wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran yang sama dalam tingkatan atau jenjang pendidikan menengah (SMP, SMA/SMK) dan digunakan oleh guru untuk memecahkan segala permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. MGMP ini berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Namun, kenyataannya MGMP Kewirausahaan mengalami beberapa masalah, yaitu pertama, kesulitan dalam menentukan waktu kegiatan MGMP Kewirausahaan karena terdapat adanya perbedaan jam mengajar antara guru di sekolah yang satu dengan guru di sekolah lain. Kedua, minimnya dana yang dimiliki.Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan tentang: 1) Manajemen MGMP Kewirausahaan; 2) Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan MGMP Kewirausahaan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan; 3) Mengetahui manfaat apa saja yang dapat diterima oleh guru Kewirausahaan dalam mengikuti MGMP Kewirausahaan.

Kajian LiteraturKompetensi PedagogikGuru diharuskan memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Dalam Bab I Pasal 1 ayat 10 pada Undang-Undang yang sama dinyatakan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 pada UU yang sama meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesiGuru tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan pentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai pendidik dan pembimbing peserta didik dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam bidang akademik maupun non akademik. Melalui peran dan tugas tersebut, guru harus mampu untuk menjadi orang yang dapat membuat peserta didik mau dan berkeinginan untuk belajar. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi utama dan menjadi kompetensi paling dasar yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh guru.Buchory menyatakan kompetensi pedagogik meliputi: (a) memahami peserta didik; (b) merancang dan melaksanakan pembelajaran; (c) mengevaluasi hasil belajar; dan (d) mengembangkan diri secara profesional. Selain itu, menurut ahli lain Jamil Suprihatiningrum menyatakan bahwa Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogisKompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh individu yang berprofesi sebagai guru. Kompetensi pedagogik tidak hanya mengacu pada kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi kemampuan guru dalam mengelola peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Fachrudddin Ali menyatakan bahwa Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan dengan kegiatan sebagai berikut: (1) mempelajari konsep, landasan, dan asas kependidikan; (2) mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial; (3) mengenali kemampuan dan karakteristik fisik dan psikologis peserta didik. Fachruddin dan Ali juga menegaskan bahwa selain memahami akan landasan kependidikan, guru juga perlu untuk memahami dan mengenal tentang visi dan misi serta tujuan dari sebuah institusi atau lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga sosial. Dan yang lebih penting lagi bahwa guru harus memahami dan mengenal terhadap karakteristik dan psikologis peserta didik. Hal ini bertujuan agar guru lebih mudah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.Menurut Fachruddin dan Ali, Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Lebih lanjut Fachruddin dan Ali berpandangan bahwa memiliki ketepatan dalam memahami peserta didik terdapat kesinambungan terhadap pembuatan rancangan pembelajaran dengan disesuaikan pada pemahaman kemampuan peserta didik. Lukmanul Hakim menyatakan bahwa guru harus mampu dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, meliputi: (1) memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum; (2) menentukan tujuan pembelajaran yang diampu; (3) menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan; (4) memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran; (5) menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik siswa; (6) mengembangkan indikator dan instrument penilaian. Lebih lanjut Lukmanul Hakim berpandangan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus secara rinci dan tepat memiliki keterkaitan terhadap aspek pemahaman akan kemampuan dan perkembangan peserta didik, bahan dan metode yang akan digunakan, tujuan yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari dan dibahas, pengalaman belajar peserta didik, serta penilaian yang akan digunakan.Fachruddin dan Ali menyatakan mengenai perancangan pembelajaran bahwa kemampuan mengelola program pembelajaran mencakup kemampuan merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran, kemampuan menggunakan metode/model mengajar, kemampuan menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kemampuan melakukan evaluasi, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial. Lebih lanjut, Fachruddin dan Ali berpandangan bahwa kemampuan guru dalam merancang pembelajaran memiliki beberapa aspek penting yang lebih kompleks, yakni salah satunya adalah kemampun guru dalam melaksanakan evaluasi atau penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Kegiatan ini penting dilakukan oleh guru, agar guru mampu melakukan perbaikan jika memang masih terdapat kekurangan, serta dapat melakukan penguatan kembali jika memang hasil penilaian sudah cukup baik.Marselus menyatakan bahwa Pembelajaran mendidik adalah pembelajaran yang memotivasi siswa untuk belajar, tidak hanya pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Karena itu guru dalam pembelajaran yang mendidik hendaknya memposisikan diri sebagai motivator dan pemberi semangat (inspirator) bagi siswa. Kegiatan pembelajaran yang mendidik adalah kemampuan guru untuk dapat memposisikan dirinya sebagai penyemangat, pemberi kekuatan positif, serta pemberi contoh dan teladan yang baik bagi peserta didik. Sehingga peserta didik tidak hanya mampu memiliki pengetahuan yang memadai, tetapi juga sikap dan mental yang kuat.Fachruddin dan Ali mendefinisikan evaluasi bahwa Kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik adalah kemampuan mengukur perubahan tingkah laku peserta didik dan juga kemampuan dalam mengukur kemahiran dirinya dalam mengajar dan dalam membuat program. Fachruddin dan Ali menekankan bahwasanya guru tidak hanya mampu dalam mengukur, menilai, dan menafsirkan hasil belajar peserta didik, tetapi juga guru harus mampu dalam menilai dan mengukur kegiatan pembelajaran dan kemampuan mengajar guru. Kegiatan seperti ini diperlukan untuk mengetahui apakah guru telah melakukan pembelajaran dengan tepat atau belum, selain itu sebagai alat pengukur pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Menurut Marselus Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Secara lebih lanjut, Marselus memiliki pandangan bahwa seorang guru harus mampu untuk mengembangkan dan mengekpresikan berbagai potensi, bakat, dan minat peserta didik. Pada dasarnya, setiap individu merupakan mahkluk yang unik, yakni memiliki berbagai perbedaan satu sama lain.

Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui MGMPJamil Suprihatinigrum memberikan pernyataan bahwa Pengembangan adalah suatu proses untuk membantu organisasi atau individu dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Guru harus diberikan stimulus agar dapat meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam mendidik dan melakukan pembelajaran di kelas. Stimulus yang diberikan tersebut dapat berupa pengembangan yang bertujuan membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, serta dapat memberikan guru berbagai informasi dan solusi yang memang dibutuhkan oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok.Abd. Kadim Masaong mengemukakan bahwa teknik yang dapat digunakan dalam supervisi atau pengembangan guru, yaitu kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru/ staf, kunjungan antar sekolah, kunjungan antar kelas, pertemuan dalam kelompok kerja guru MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), penerbitan bulletin profesional, simposium, dan seminar. MGMP merupakan teknik pengembangan secara berkelompok yang dapat bermanfaat bagi guru dalam bidang studi yang sama untuk saling belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya secara bersama-sama. Kegiatan MGMP bertujuan bagi guru untuk memudahkan dalam melakukan sharing mengenai materi pelajaran, metode pembelajaran yang tepat, perkembangan peserta didik, sampai kepada informasi yang aktual.

MGMP sebagai Wadah Pengembangan Kompetensi GuruPada dasarnya MGMP memiliki berbagai program yang akan dilaksanakan sebagai bagian utama dalam pengembangan MGMP. Program tersebut harus selalu merujuk pada usaha peningkatan kompetensi guru.Program yang terdapat dalam MGMP terbagi menjadi tiga bagian, yaitu program umum, program inti, dan program penunjang.a. Program Umum merupakan program yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan wawasan kepada guru mengenai kebijakan pendidikan yang berada di tingkat daerah sampai pusat, seperti halnya kebijakan terkait pengembangan profesionalisme guru.b. Program Inti merupakan program utama yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompetensi dan profesionalisme guru. Dalam program inti ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu program rutin dan pengembangan. 1.) Program rutin adalah program yang sering diadakan dan dilaksanakan setiap semester. Biasanya kegiatan dalam program rutin ini bersifat pengulangan dan penguatan agar guru semakin baik dan terus terasah kemampuannya dalam melaksanakan profesinya. Kegiatan yang biasanya dilaksanakan pada program rutin, seperti berikut: (a) Diskusi permasalahan pembelajaran; (b) Penyusunan dan pengembangan silabus, program semester, dan rencana program pembelajaran; Analisis kurikulum; (c) Penyusunan laporan hasil belajar siswa; (d) Pendalaman materi; (e) Pelatihan terkait dengan penguasaan materi yang mendukung tugas mengajar; (f) Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.2.) Program Pengembangan merupakan program yang dilaksanakan setelah program rutin berjalan dengan lancar. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi guru secara lebih lanjut agar guru semakin berkualitas serta termotivasi untuk mengembangkan dirinya. Dalam program pengembangan dapat dilaksanakan kegiatan, seperti berikut: (a) Penelitian, di antaranya Penelitian Tindakan Kelas/Studi Kasus; (b) Penulisan Karya Ilmiah; (c) Seminar, lokakarya, kolokium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel; (d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang (diklat berjenjang); (e) Penerbitan jurnal dan bulletin MGMP; (f) Penyusunan dan pengembangan website MGMP; (g) Kompetensi kinerja guru; (h) Pendampingan pelaksanaan tugas guru oleh pembimbing /tutor/instruktur/fasilitator di MGMP; (i) Lesson Study (studi pengkajian praktik pembelajaran yang memiliki tiga komponen, yaitu plan, do, see yang dalam pelaksanaannya harus terjadi kolaborasi antara pakar, guru pelaksana, dan guru mitra); (j) Professional Learning Community (komunitas belajar profesional); (k) TIPD (Teachers International Professional Development); (l) Global Gateaway; (m) Program lain yang sesuai dengan kebutuhan setempat. Dari beberapa kegiatan dalam program pengembangan yang telah dijelaskan, maka program tersebut dapat dipilih sekurang-kurangnya lima kegiatan untuk dilaksanakan.c. Program Penunjang merupakan program yang dilaksanakn dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bagi guru-guru sebagai peserta MGMP dengan materi yang bersifat penunjang. Kegiatan yang dapat dilakukan, seperti: (a) bahasa asing; (b) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); dan lain-lain.

Metode PenelitianPendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini membutuhkan data-data yang didapat dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data yang telah didapat selanjutnya diolah dan dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dengan menghubungkan antara data secara lisan maupun tulisan.

Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMK Negeri Wilayah Jakarta Timur. Sekolah dan wilayah tersebut dijadikan tempat penelitian karena guru di SMK Negeri khususnya guru Kewirausahaan lebih terlibat aktif dalam kegiatan MGMP dibandingkan dengan sekolah swasta.

Data, Sumber Data, dan NarasumberData yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu data utama dan data pendukung. Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan secara langsung. Data tersebut diperoleh dari informan, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai subjek penelitian. Data pendukung bersumber dari dokumen yang ada dalam MGMP Kewirausahaan.

Teknik Pengumpulan DataWawancaraPelaksanaan wawancara bertujuan untuk memperoleh data secara lebih luas dan mendalam. Interviewe yang diwawancara adalah Pengurus MGMP dan Anggota MGMP Kewirausahaan.

ObservasiObservasi dilakukan dengan cara melihat secara langsung mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan oleh MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan.

DokumentasiDokumentasi yang diperlukan adalah SK (Surat Keputusan) MGMP, data guru Kewirausahaan, data kegiatan MGMP Kewirausahaan.

Temuan PenelitianBerdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, maka dapat dikemukakan beberapa temuan hasil penelitian.

Latar Belakang Terbentuknya MGMP KewirausahaanMateri Kewirausahaan tergolong masih baru, maka guru yang mengajar juga terbilang baru dan kebanyakan bukan dari bidang Kewirausahaan. Banyak permasalahan yang timbul akibat hal tersebut, yakni guru kurang memahami materi dari mata pelajaran Kewirausahaan, sulit dalam mengembangkan silabus dan menyusun RPP, serta sulit untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai. Untuk itu, Drs. MPA. Saputra sebagai guru Kewirausahaan di SMK Negeri 51 pada tahun 2008 mencoba mengusulkan diadakannya pembentukan dan kegiatan MGMP Kewirausahaan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman bagi guru Kewirausahaan agar mampu dalam memahami dan mengajarkan materi tersebut.Pada tahun 2008, barulah dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Kotamadya Jakarta Timur dengan Nomor: 165/ 2008 tentang Pengesahan Pengurus MGMP Kewirausahaan Kotamadya Jakarta Timur Periode 2008/ 2012. Surat Keputusan tersebut membantu sebagai bukti adanya landasan formal dalam melaksanakan

Manajemen MGMP KewirausahaanProses Pembentukan Pengurus dan Anggota MGMP KewirausahaanPemilihan pengurus MGMP Kewirausahaan yakni semua anggota berkumpul dan bebas untuk memilih siapa saja yang dianggap memiliki kemampuan, selanjutnya barulah dipilih melalui voting, yaitu ditentukan dari suara terbanyak anggota yang hadir pada acara tersebut. Jadi, sebenarnya pemilihan pengurus MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur ini lebih fleksibel, karena anggota MGMP Kewirausahaan dapat mengajukan diri sebagai pengurus jika memang yakin memiliki kemampuan manajerial dan dapat bertanggung jawab terhadap organisasi yang dipimpinnya. Namun, memang tidak semua anggota MGMP dapat berkecimpung untuk menjadi pengurus karena ada beberapa penekanan, yaitu anggota MGMP memang benar-benar guru Kewirausahaan, serta sudah menjadi guru PNS. Berdasarkan studi dokumentasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya data mengenai kepengurusan terbaru dan hanya tersedia data kepengurusan pada periode 2008/ 2012. Hal ini karena untuk kepengurusan terbaru belum dibentuk dan juga disahkan oleh Suku Dinas. Padahal untuk pemilihan Ketua MGMP terbaru telah dilaksanakan dan diputuskan kepada Adju Sasmita untuk menjadi Ketua MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur periode 2012/ 2015, namun karena kurang koordinasi dengan para pengurus dan anggotanya, maka sampai saat ini belum ada data mengenai susunan kepengurusan terbaru, yaitu periode 2012/ 2015. Oleh sebab itu, keterangan dari interviewe dan data yang tersedia hanya diperoleh dari periode lama, yaitu 2008/ 2012.Dari informasi yang didapat diketahui bahwa Ketua MGMP periode 2012/ 2015 yang telah terpilih, yaitu Adju Sasmita telah pensiun atau masa jabatannya telah berakhir tahun 2014 sebagai guru Kewirausahaan, begitu juga berakhir pula sebagai Ketua MGMP Kewirausahaan Jakarta Timur. Namun, sampai saat ini belum dilaksanakannya pemilihan ulang untuk Ketua MGMP Kewirausahaan yang terbaru. Tidak hanya mengenai data atau dokumen terkait susunan pengurus, melainkan untuk data mengenai kegiatan MGMP periode 2012/2015 saja tidaklah tersedia. Ketidaktersedianya dokumen tersebut dikarenakan tidak adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP Kewirausahaan yang mengakibatkan organisasi MGMP Kewirausahaan ini belum berjalan dengan efektif karena tidak adanya berbagai kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan kompetensi guru Kewirausahaan. Padahal MGMP Kewirausahaan dibentuk untuk melakukan berbagai kegiatan demi terwujudnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Kewirausahaan.

Pengembangan Diri Guru Kewirausahaan Melalui Kegiatan MGMPPengembangan kompetensi pedagogik guru Kewirausahaan melalui kegiatan MGMP dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak. Biasanya pihak yang dilibatkan untuk mengembangkan kompetensi pedagogik guru tergantung dari kegiatan yang dilakukan. Hal ini karena disesuaikan dengan narasumber yang memiliki keahlian dalam memberikan materi dari kegiatan tersebut. Pihak yang terlibat selain dari pengurus dan anggota MGMP Kewirausahaan terdapat pula pihak dari Suku Dinas setempat wilayah Jakarta Timur atau dari LPMP.Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa MGMP Kewirausahaan hanya melaksanakan program lebih kepada program inti saja karena MGMP Kewirausahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai terlebih dahulu, yaitu guru dapat memahami materi Kewirausahaan yang akan diajarkan kepada peserta didik, serta guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran Kewirausahaan yang sesuai dengan materi dan kondisi peserta didik. Hal ini karena materi Kewirausahaan terbilang masih baru dan guru yang mengajar pun bukanlah ahli dalam bidang Kewirausahaan, maka dari itu melalui MGMP Kewirausahaan dapat meningkarkan pemahaman dan kegiatan pembelajaran bagi guru Kewirausahaan. Berdasarkan data wawancara dapat diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan dalam MGMP Kewirausahaan lebih terkait pada pembahasan kurikulum, penyusunan RPP, dan juga pembahasan mengenai materi dan konsep pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini termasuk ke dalam program rutin dari program inti yang ditetapkan. Ada juga kegiatan seperti pelaksanaan seminar dan juga pelatihan guru, serta kegiatan tersebut termasuk ke dalam program pengembangan dari program inti, akan tetapi lebih sering dilaksanakan oleh tingkat Provinsi.Berdasarkan data mengenai kegiatan yang dilakukan tahun 2012, dapat diketahui bahwa kegiatan tersebut lebih banyak dilaksanakan dalam mencapai program pengembangan yang termasuk ke dalam program inti. Program kegiatan di tahun 2012 direncanakan untuk dilakukan secara lebih menarik dan bervariasi, dalam artian tidak hanya untuk mengembangkan program rutin dari program inti saja, tetapi juga kepada program pengembangan dan juga penunjang. Sebab, untuk tahun 2009 MGMP Kewirausahaan yang mendapatkan dana dari Block Grant program yang dilaksanakan hanya pada program rutin dari program inti saja. Hal tersebut dapat diketahui karena kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pada pembahasan silabus, penyusunan RPP, penyusunan kisi-kisi soal dan soal, dan pembuatan modul (bahan ajar). Begitupun sama halnya dengan program kegiatan yang dilakukan tahun 2010. Walaupun memang untuk kegiatan tahun 2012 belum berjalan secara optimal, namun rencana program yang akan dilakukan dibuat lebih bervariasi untuk pengembangan kompetensi guru secara lebih lanjut.Kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi guru Kewirausahaan dalam melakukan pembelajaran. Berikut penjelasan pelaksanaan kegiatan yang telah berlangsung, yaitu:1. Penyusunan bahan ajar (membedah silabus, menyusun RPP, dan menyusun materi bahan ajar)Penyusunan bahan ajar dilaksanakan dengan cara melakukan pertemuan bersama guru Kewirausahaan untuk membahas silabus, menyusun RPP dan materi yang bisa membantu guru dalam memudahkan pelaksanaan pembelajaran. Biasanya pihak yang mengisi atau menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut, yaitu pengurus MGMP itu sendiri, namun jika memang MGMP memiliki dana atau sedang mengadakan kerjasama, maka ada pihak luar yang bertugas sebagai narasumber.2. Pembuatan media pembelajaran berbasis IT.MGMP melakukan pertemuan dengan guru Kewirausahaan dalam rangka memberikan pelatihan bagi guru dalam membuat power point. Biasanya pelaksanaan kegiatan ini diisi oleh narasumber, yaitu pengurus MGMP atau guru yang sudah ahli dalam IT. Namun, jika MGMP memiliki dana bisa memanggil narasumber dari luar, seperti dari STI Komputer. Pelaksanaan kegiatan tersebut biasanya guru diperkenalkan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan komputer dan internet, seperti cara melakukan pencarian materi atau bahan ajar melalui internet maupun cara membuat materi dengan power point. Setelah dilakukan pembahasan, maka selanjutnya guru yang hadir diajak untuk membuat materi yang diberikan dengan menggunakan power point secara berkelompok untuk kemudian dipresentasikan. Setelah guru melakukan kegiatan ini, maka guru bisa mendapatkan ilmu dalam membuat pembelajaran secara menarik dengan menggunakan power point, selain itu guru juga bisa mendapatkan contoh materi power point dari kelompok yang lainnya.3. Penyusunan kisi-kisi dan soal semester Untuk selanjutnya, guru yang hadir dibentuk secara berkelompok untuk menyusun kisi-kisi dan soal yang sesuai dengan materi yang telah dibahas. Setelah penyusunan kisi-kisi dan soal selesai, maka MGMP mengajukan soal tersebut kepada Sudin. Tujuannya agar soal yang keluar pada saat ujian tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dibahas oleh guru kepada peserta didik. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dalam menyusun kisi-kisi beserta soal. Biasanya pihak yang membina kegiatan tersebut adalah pengurus MGMP itu sendiri.4. Pelatihan pembuatan PTKUntuk pelaksanaannya, kegiatan tersebut dibina oleh pihak yang memang memiliki keahlian, seperti LPMP. Walaupun sudah dilakukan pelatihan dalam pembuatan PTK bagi guru Kewirausahaan, namun belum adanya PTK yang dilakukan.

Kendala yang dihadapi MGMP dalam Mengembangkan Kompeteni GuruDari kegiatan yang jarang dilakukan tersebut biasanya ada berbagai kendala yang dimiliki oleh MGMP Kewirausahaan sehingga tidak bisa melakukan berbagai kegiatan tersebut. Hal ini kemungkinan karena guru Kewirausahaan masih kurang terlibat untuk aktif dalam menghadiri dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP. Selain itu, karena dana yang dimiliki belum mencukupi, sebab dana MGMP Kewirausahaan itu sendiri lebih banyak ditunjang dari kas para guru dan anggota MGMP Kewirausahaan yang disetorkan kepada MGMP pada saat pertemuan dilaksanakannya kegiatanSimpulan dan SaranSimpulanPertama, pembinaan MGMP Kewirausahaan belum berjalan dengan optimal. Hal ini karena terdapat beberapa kendala, yaitu jadwal mengajar guru yang bentrok dengan kegiatan yang dilakukan oleh MGMP sehingga menyebabkan beberapa guru tidak hadir. Kedua, dana yang dimiliki oleh MGMP minim sebab ada beberapa guru yang tidak hadir sehingga tidak bertambahnya pemasukan dari anggota. Ketiga, Ketua MGMP yang baru dipilih kurang memiliki koordinasi dengan pengurus dan anggota lainnya sehingga menyebabkan tidak adanya kegiatan yang dilakukan oleh MGMP Kewirausahaan. Keempat, kegiatan yang dilaksanakn hanya berfokus pada program rutin saja, tidak ada variasi program yang dilakukan.

SaranPertama, perlu dilaksanakan pemilihan ulang untuk Ketua MGMP yang baru. Kedua, pengurus MGMP sebaiknya memberikan pemahaman bagi guru untuk wajib mengikuti kegiatan MGMP. Ketiga, Kepala Sekolah sebaiknya mengatur ulang jadwal mengajar dengan kegiatan MGMP Kewirausahaan sehingga guru Kewirausahaan dapat mengikuti kegiatan MGMP tanpa harus meninggalkan jam mengajar. Keempat, kegiatan MGMP harus lebih bervariasi lagi tidak hanya melaksanakan kegiatan inti saja, serta melakukan kerjasama dengan lembaga atau instansi lain.

Daftar PustakaArifin, Mohammad dan Barnawi.Etika dan Profesi Kependidikan.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. I, 2012.Buchory.Guru: Kunci Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Leutikaprio. Cet. I, 2012.Danim, Yunan dan Danim, Sudarman. Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas: Strategi Membangun Disiplin Kelas dan Suasana Edukatif di Sekolah. Bandung: CV Pustaka Setia. Cet. I, 2011.Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru: Tilikan Indonesia dan Mancanegara. Bandung: Alfabeta. 2013.Hakim, Lukmanul.Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Cet. I, 2009.Idrus, Ali dan Saudagar Fachruddin. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Persada, 2011.Jihad, Asep dan Suyanto. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga, 2013.M. Idris, dan Mano. Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektifdan Edukatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. VI, 2010.Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta, 2013.Payong, R. Marselus. Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: Indeks. Cet. I, 2011.Peraturan Pemerintah Tahun 2013 Nomor 32 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Tahun 2005 Nomor 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan.Pidarta, Made. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2004.Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Cet. 6, 2012.

Sahertian, A. Piet. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. I, 2000.Sardiman.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Rajawali Pers. Cet. 19, 2011.Sudjana. Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah. Cet. III, 2004. Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. Cet. I. 2010Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. XI, 2009.Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. I, 2013.Tedjawati, J.M. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study: Kasus di KabupatenBantul. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.Tim Penyusun. Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru danDosenUno, B. Hamzah. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.Uzer, Moh. Usman. Menjadi Guru Proesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. 22, 2008.