jp kimia122 redhana

9
PEMBUATAN PROGRAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF LAJU REAKSI BERBANTUAN KOMPUTER I Made Sudarsana, Ida Bagus Nyoman Sudria, dan I Wayan Redhana Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Undiksha Email: [email protected] Abstrak Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan ini, dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dengan penggunaan alat peraga Wana Bersekar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMAN 1 Banjarangkan semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 44 orang, sedangkan yang menjadi objek adalah aktivitas, motivasi, hasil belajar dan pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus belajar. Tahapan setiap siklus belajarmeliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Data diambil dengan meng gunakan angket aktivitas dan motivasi, tes hasil belajar, dan pedoman wawancara. Data aktivitas dan motivasi, serta hasil belajar dianalisa berdasarkan pedoman konversi Depdikbud, sedangkan data pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dianalisa secara deskriptip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif menggunakan alat perga wana bersekar dalam pembelajaran kimia. Pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong baik. Katakata kunci: model pembelajaran kooperatif,teams games turnaments Abstract This study aimed at producing a program of computerassistedinteractive teaching on reaction rate topic. The study used research and development, including conducting need assessment, designing product, and validating product. The procedure to design the program used the procedure of multimedia development from Luther. Subjects of the study were students, students’ parents, chemistry teachers, national rule of ministry number 22 year 2006 about content standard, and chemistry book used by chemistry teachers and students. On the other hand, objects of the study were description of teaching activity conducted by chemistry teachers, ownership of computers by students, availabilities of computer facilities at school, and conception of reaction rate. The design of product was based on findings of need assessment. The product produced was then validated by experts, teachers, and students. The findings of the study could be described as follows. The characteristics of the interactive program were that it: (1) presented microscopic, macroscopic, and symbolic aspects; (2) presented simulation of practicum; and (3) involved interactive activities. The assessment results of the program by experts and teachers were very good and good categories, respectively. Besides, students could understand the program easily. Keywords: interactive teaching Pendahuluan Pembelajaran laju reaksi di SMA umum nya masih diajarkan dengan metode ceramah dan/atau diskusi, yaitu konsepkonsep laju reaksi lebih banyak diajarkan secara hafalan. Guru sudah merasa berhasil mengajar bila siswa dapat mengingat kembali konsep yang telah diajarkan. Di lain pihak,guru jarang menggunakan media yang mampu menyajikan aspek mikroskopik, baik statik maupun dina

Upload: iwayanredhana

Post on 13-Jan-2015

292 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jp kimia122 redhana

PEMBUATAN PROGRAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF LAJU REAKSI BERBANTUAN KOMPUTER

I Made Sudarsana, Ida Bagus Nyoman Sudria, dan I Wayan Redhana Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Undiksha

Email: [email protected]

Abstrak Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan ini, dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dengan penggunaan alat peraga Wana Bersekar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMAN 1 Banjarangkan semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 44 orang, sedangkan yang menjadi objek adalah aktivitas, motivasi, hasil belajar dan pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus belajar. Tahapan setiap siklus belajarmeliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Data diambil dengan meng­ gunakan angket aktivitas dan motivasi, tes hasil belajar, dan pedoman wawancara. Data aktivitas dan motivasi, serta hasil belajar dianalisa berdasarkan pedoman konversi Depdikbud, sedangkan data pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dianalisa secara deskriptip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif menggunakan alat perga wana bersekar dalam pembelajaran kimia. Pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong baik.

Kata­kata kunci: model pembelajaran kooperatif,teams games turnaments

Abstract This study aimed at producing a program of computer­assisted­interactive teaching on reaction rate topic. The study used research and development, including conducting need assessment, designing product, and validating product. The procedure to design the program used the procedure of multimedia development from Luther. Subjects of the study were students, students’ parents, chemistry teachers, national rule of ministry number 22 year 2006 about content standard, and chemistry book used by chemistry teachers and students. On the other hand, objects of the study were description of teaching activity conducted by chemistry teachers, ownership of computers by students, availabilities of computer facilities at school, and conception of reaction rate. The design of product was based on findings of need assessment. The product produced was then validated by experts, teachers, and students. The findings of the study could be described as follows. The characteristics of the interactive program were that it: (1) presented microscopic, macroscopic, and symbolic aspects; (2) presented simulation of practicum; and (3) involved interactive activities. The assessment results of the program by experts and teachers were very good and good categories, respectively. Besides, students could understand the program easily.

Keywords: interactive teaching

Pendahuluan Pembelajaran laju reaksi di SMA umum­

nya masih diajarkan dengan metode ceramah dan/atau diskusi, yaitu konsep­konsep laju reaksi lebih banyak diajarkan secara hafalan.

Guru sudah merasa berhasil mengajar bila siswa dapat mengingat kembali konsep yang telah diajarkan. Di lain pihak,guru jarang menggunakan media yang mampu menyajikan aspek mikroskopik, baik statik maupun dina­

Page 2: Jp kimia122 redhana

86 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 85­93

mik, dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami konsep­konsep kimia, khu­ susnya pada topik laju reaksi. Agar dapat me­ mahami konsep­konsep laju reaksi, diperlukan kemampuan menghubungkan antara aspek makroskopis, mikroskopis, dan simbolis. Dari hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa guruguru kimia jarang memanfaatkan media yang efektif, seperti komputer, dalam pem­ belajaran laju reaksi karena mereka tidak sempat membuat media tersebut dengan alasan kesibukan dan kekurangan waktu atau memang mereka belum mampu membuat sendiri media berbantuan komputer.

Pembelajaran kimia, khususnya laju reak­ si, melibatkan aspek mikroskopis (partikel­ partikel penyusun zat), makroskopis (sifat yang dapat diamati), dan simbolis (identitas zat). Pembelajaran laju reaksi terutama yang melibatkan aspek mikroskpis akan kurang efektif apabila disajikan dengan ceramah atau diskusi kelas tanpa didukung oleh tayangan proses kimia yang terjadi, misalnya tumbukan efektif dan tidak efektif. Pembelajaran ini melibatkan aspek dinamik gerak partikel yang tidak mungkin dijelaskan dengan gambar di papan tulis karena gambar ini tidak bergerak.

Topik laju reaksi merupakan aspek kajian dalam ilmu kimia fisika atau kinetika kimia. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia karena adanya gerakan partikel materi (mo­ lekul, atom, atau ion) dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu (Muchsin, 2010). Topik laju reaksi meliputi pengertian laju reaksi, faktor­faktor yang mempengaruhi laju reaksi, hukum laju reaksi, teori tumbukan, dan penerapan faktor­faktor yang mempe­ ngaruhi laju reaksi. Keterlibatan partikel ma­ teri dalam kajian kimia, khususnya pada topik laju reaksi, sangat sulit diajarkan dengan me­ tode tradisional.

Aspek makroskopis materi mudah diama­ ti, tetapi sering kurang bisa dipahami dengan baik. Aspek makroskopis seperti perbedaan sifat kimia dan fisika zat dapat dipahami dengan mempelajari aspek mikroskopisnya. Penggunaan simbol­simbol kimia berhubung­ an dengan aspek mikroskopis yang tidak kasat mata. Sebagai contoh, partikel penyusun air berupa molekul yang terdiri dari satu atom O dan dua atom H sehingga air mempunyai rumus kimia H2O.

Pemahaman terhadap aspek dinamik dan statik topik laju reaksi sangat penting. Aspek

dinamik seperti gerakan dan orientasi partikel­ partikel reaktan sangat menentukan ke­ berlangsungan reaksi kimia. Apabila gerakan partikel­partikel reaktan berlangsung cepat dan orientasi tumbukannya tepat, maka reaksi akan berlangsung cepat. Di lain pihak, apabila gerakan partikel­partikel reaktan berlangsung lambat atau orientasi tumbukannya kurang tepat, maka reaksi akan berlangsung lambat. Sementara itu, aspek statik, seperti komposisi dan struktur zat, sangat menentukan sifat kimia zat. Sifat kimia zat mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung.

Aspek dinamik dan statik partikel­partikel sangat sulit dijelaskan dengan ceramah. Ke­ sulitan ini disebabkan oleh aspek dinamik dan statik partikel­partikel memerlukan visualisasi. Apabila aspek dinamik dan statik dijelaskan dengan ceramah, maka aspek tersebut akan sulit dipahami oleh siswa. Walaupun aspek dinamik dan statik dapat disajikan dengan bantuan papan tulis, gambar yang disajikan berupa gambar yang tidak dapat bergerak. Untuk itu, visualisasi aspek dinamik dan statik partikel­partikel dapat disajikan dengan baik melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

TIK dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan aspek makroskopis, mikros­ kopis, dan simbolis yang sulit diajarkan dengan metode tradisional. Menurut Adri dan Nelda (2008), komputer dapat menawarkan bantuan dalam pembelajaran kimia, khususnya laju reaksi, yaitu komputer dapat menyajikan: (1) aspek mikroskopis, makroskopis, dan simbolis; (2) simulasi aspek statik dan dinamik proses kimia; dan (3) interaksi dua arah yang dikemas dalam bentuk interaktif. Selain itu, teknologi komputer juga dapat menyajikan proses kimia yang cukup berbahaya dan/atau sangat mahal apabila dilakukan praktek lang­ sung di laboratorium oleh siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh Hasibuan dan Moe­ diono (1993) yang mengemukakan bahwa pembelajaran interaktif komputer memberikan berbagai keuntungan, yaitu: 1) menyenangkan, yakni siswa tidak cepat bosan belajar kimia, khususnya laju reaksi; 2) interaksi siswa tetap terjaga, yakni komputer dapat langsung mem­ berikan tanggapan atas jawaban siswa sehing­ ga siswa dapat memikirkan jawaban yang benar dengan segera; 3) komputer juga mampu merekam hasil belajar pemakainya (record keeping) sehingga komputer dapat diprogram

Page 3: Jp kimia122 redhana

Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 87

untuk memeriksa dan memberikan skor belajar secara otomatis; dan 4) program komputer dapat diputar berulang­ulang. Keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa yang memiliki kekurangan dalam memahami suatu konsep. Siswa dapat mengulang pem­ belajaran pada program pembelajaran interaktif sampai benar­benar mereka memahami konsep.

Aplikasi teknologi komputer dalam pem­ belajaran umumnya dikenal dengan istilah Computer Assisted Instruction (CAI). Splitt­ gerber dan Stirzaker (dalam Dale Howard, 1987) mendefinisikan CAI sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung yang melibatkan komputer untuk mempre­ sentasikan bahan ajar dalam suatu model pem­ belajaran interaktif untuk memberikan dan mengendalikan lingkungan belajar secara indi­ vidu pada setiap siswa. Definisi ini selaras de­ ngan definisi yang dikemukakan oleh Stinberg (dalam Dale Howard, 1987), yaitu CAI meru­ pakan semua penerapan komputer dalam pem­ belajaran yang memiliki aspek individu, in­ teraktif, dan arahan (bimbingan). CAI lebih menekankan pada pemberian layanan yang da­ pat bertindak sebagai tutor bagi seorang siswa daripada sebagai instruktur untuk suatu kelom­ pok siswa.

Program pembelajaran interaktif berban­ tuan komputer dapat menyajikan keterkaitan antaraspek mikroskopis, makroskopis, dan simbolis. Program pembelajaran interaktif ber­ bantuan komputer dapat membantu guru mengemas pembelajaran dengan menarik (Ha­ sibuan & Moediono, 1993) dan menyampai­ kan konsep laju reaksi secara lebih konkrit (Adri & Nelda, 2008). Program pembelajaran interaktif berbantuan komputer dapat me­ ningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa (Sirodjuddin, 2007; Rahmawati, 2006; Pusparini, 2009).

Menurut Luther (dalam Sutopo, 2003), pengembangan program pembelajaran berbasis komputer dilakukan melalui 6 tahap, yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing, dan distribution. Tahap concept meru­ pakan tahap penentuan tujuan, termasuk iden­ tifikasi audiences, jenis aplikasi seperti pre­ sentasi dan interaksi, dan spesifikasi umum. Tahap design (perancangan) merupakan tahap pembuatan spesifikasi secara rinci mengenai arsitektur program, gaya, dan kebutuhan ma­ terial program. Pada tahap design dibuat struk­

tur navigasi program pembelajaran interaktif dan storyboard. Tahap material collecting me­ rupakan tahap pengumpulan bahan­bahan pe­ nyusun multimedia, seperti gambar, animasi, audio, dan foto. Tahap assembly (pembuatan) merupakan tahap seluruh objek multimedia dirakit. Perakitan aplikasi didasarkan pada storyboard yang dihasilkan pada tahap desain. Tahap testing dilakukan untuk memastikan berjalan tidaknya program atau produk sesuai dengan harapan. Tahap terakhir adalah tahap distribution yang merupakan tahap mentrans­ fer produk yang dihasilkan ke dalam CD.

Pada penelitian ini telah dibuat suatu program pembelajaran interaktif laju reaksi yang dapat menyajikan keterkaitan antaraspek mikroskopis, makroskopis, dan simbolis serta aspek statik dan dinamik partikel. Dengan demikian, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kebutuhan guru dan siswa

terhadap program pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer?

2) Bagaimana karakteristik program pem­ belajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer yang dikembangkan?

3) Bagaimana penilaian dan masukan ahli (isi dan media), dan praktisi (guru), serta tang­ gapan siswa terhadap program pembela­ jaran interaktif laju reaksi berbantuan kom­ puter?

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan

pengembangan yang bertujuan untuk meng­ hasilkan dan memvalidasi produk pendidikan. Prosedur penelitian ini mengikuti prosedur penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (1989). Penelitian ini dilakukan hanya pada tahap analisis kebutuhan, pembuatan produk, dan validasi produk. Prosedur pem­ buatan produk menggunakan prosedur pengembangan multimedia yang dimodifikasi dari Luther (dalam Sutopo, 2003). Produk yang dihasilkan berupa program pembelajaran interaktif berbantuan komputer pada topik laju reaksi.

Untuk membuat program pembelajaran interaktif, studi pustaka dan studi lapangan dilakukan. Subjek pada studi pustaka ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan objeknya adalah konsep­konsep esensial pada

Page 4: Jp kimia122 redhana

88 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 85­93

topik laju reaksi. Studi lapangan yang di­ lakukan meliputi: (1) analisis daya pendukung pembelajaran berbantuan TIK di sekolah; (2) proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru­ guru kimia; dan (3) kepemilikan komputer oleh siswa. Studi lapangan dilakukan di empat SMA yang ada di kabupaten Buleleng. Dari empat SMA tersebut dipilih 10 orang guru kimia (4 orang dari SMA 1 Singajara, 3 orang dari SMA 2 Singaraja, 2 orang dari SMA Bhaktiyasa, dan 1 orang dari SMA Saraswati), 40 orang siswa (tiap­tiap sekolah dipilih 10 orang siswa secara acak), 4 orang guru TIK (tiap­tiap sekolah dipilih seorang guru TIK), dan 20 orang tua siswa (tiap­tiap sekolah dipilih lima orang tua siswa secara acak).

Hasil­hasil studi pustaka dan studi la­ pangan digunakan untuk merancang program pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer. Rancangan program pembelajaran interaktif laju reaksi meliputi pembuatan ren­ cana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan storyboard. RPP perlu dibuat untuk mem­ berikan arah pada kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas, sedangkan storyboard digunakan sebagai acuan dalam pembuatan program secara keseluruhan. Program pem­ belajaran interaktif laju reaksi yang telah di­ buat selanjutnya divalidasi oleh ahli. Ahli yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang ahli isi (dosen Jurusan Pendidikan Ki­ mia) dan satu orang ahli media (dosen Jurusan Pendidikan Kimia). Hasil validasi kemudian diubah ke dalam skala lima. Selain divalidasi oleh ahli, program pembelajaran interaktif laju reaksi juga diuji keterbacaannya kepada 20 orang siswa. Prosedur pembuatan program pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer disajikan pada Gambar 1.

Hasil Penelitian

Hasil Studi Pustaka Hasil­hasil yang diperoleh melalui studi

pustaka dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Analisis terhadap Peraturan Menteri Pen­

didikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi diperoleh bahwa pada topik laju reaksi terdapat konsep­konsep yang esensial, meliputi (1) laju reaksi, (2) persamaan laju reaksi, (3) konstanta laju reaksi, (4) orde reaksi, (5) energi aktivasi, (6) kompleks teraktivasi, (7) tumbukan, (8) tumbukan efektif, (9) tumbukan tidak efek­

tif, (10) konsentrasi mempengaruhi laju, (11) temperatur mempengaruhi laju, (12) luas permukaan bidang sentuh mempe­ ngaruhi laju, dan (13) katalis.

2) Dari analisis konsep pada topik laju reaksi diperoleh lima jenis konsep, yaitu: (1) konsep abstrak (46,16%), (2) konsep ber­ dasarkan prinsip (7,69%), (3) konsep yang menyatakan simbol (7,69%), (4) konsep yang menyatakan proses (30,77%), dan (5) konsep yang menyatakan sifat (7,69%).

Hasil Studi Lapangan Hasil­hasil yang diperoleh melalui studi

lapangan dapat disajikan sebagai berikut. 1) Sumber daya dukung pembelajaran ber­

basis TIK cukup memadai. Dari 4 sekolah diteliti diperoleh data bahwa jumlah kom­ puter sudah memadai untuk melaksanakan pembelajaran berbasis TIK. Dari 4 sekolah didapatkan sarana pendukung TIK yang dimiliki adalah monitor, CPU, dan LCD projector dalam jumlah yang cukup.

2) Hasil penyebaran angket yang dikum­ pulkan dari 10 orang guru kimia SMA (tiap orang dapat memberikan lebih dari satu pilihan) diperoleh data sebagai berikut.

3) Hasil penyebaran angket kepada 40 orang siswa SMA (tiap orang dapat memberikan lebih dari satu pilihan) dihasilkan data sebagai berikut.

Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju Reaksi

Program pembelajaran interaktif dibuat berdasarkan lima tahapan, yakni design, ma­ terial collecting, assembly, testing, dan distri­ bution. Pembuatan program pembelajaran interaktif laju reaksi meliputi pembuatan RPP dan storyboard. RPP yang dihasilkan mengi­ kuti pendekatan induktif. Langkah­langkah pembelajaran yang tertuang dalam RPP meru­ pakan langkah­langkah pengerjaan program pembelajaran interaktif dari meng­install pro­ gram pembelajaran interaktif hingga mengi­ kuti tes. Storyboard yang dihasilkan memuat tampilan program pembelajaran, meliputi link, video, animasi, dan audio yang digunakan.

Program Pembelajaran Interaktif Laju Reaksi Berbantuan Komputer

Program pembelajaran interaktif berban­ tuan komputer pada topik laju reaksi meru­ pakan software yang dibuat menggunakan program Macromedia Flash Player8.0. Soft­

Page 5: Jp kimia122 redhana

Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 89

ware ini mampu berinteraksi dengan siswa melalui pertanyaan­pertanyaan yang diajukan secara bertahap. Agar dapat mempelajari ma­ teri berikutnya, siswa harus menjawab per­ tanyaan­pertanyaan sebelumnya.

Program pembelajaran interaktif berban­ tuan komputer pada topik laju reaksi memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, pro­ gram pembelajaran ini menyajikan aspek mi­ kroskopis, makroskopis, dan simbolis dalam bentuk statik dan dinamik. Aspek mikroskopis yang disajikan adalah gambar partikel­partikel materi. Sementara itu, aspek makroskopis yang disajikan adalah gambar atau foto larutan. Di lain pihak, aspek simbolis yang disajikan beru­ pa rumus kimia. Ketiga aspek tersebut disa­ jikan secara bersamaan. Simulasi yang menya­ jikan aspek mikroskopis, makroskopis, dan simbolis dikontrol dengan button yang ber­ fungsi menjalankan dan menghentikan gerakan simulasi. Kedua, program pembelajaran ini memberikan interaksi dua arah. Fitur ini me­ mungkinkan siswa dapat memasukkan ja­ waban dan program pembelajaran dapat me­ respon jawaban yang dimasukkan oleh siswa dengan seketika sehingga siswa dapat menge­ tahui jawaban benar atau salah dengan segera. Ketiga, program pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer menyajikan simu­ lasi praktikum. Simulasi praktikum memung­ kinkan siswa membayangkan kegiatan prak­ tikum di laboratorium. Pada simulasi prak­ tikum disajikan peralatan dan juga larutan yang digunakan dalam praktikum. Simulasi diatur dengan tombol pilihan. Siswa dapat mengklik salah satu pilihan untuk men­ jalankan simulasi. Keempat, program pem­ belajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer memberikan peluang menjawab per­ tanyaan hingga tiga kali. Fitur ini mengha­ rapkan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar agar dapat melanjutkan pem­ belajaran ke materi berikutnya. Apabila siswa tidak dapat memberikan jawaban yang benar sebanyak tiga kali, maka program pembela­ jaran akan memberi jawaban yang benar.

Program pembelajaran interaktif terdiri dari menu petunjuk, kompetensi, materi po­ kok, pembelajaran, tes, dan pengembang. Menu kompetensi berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pem­ belajaran. Menu petunjuk berisi petunjuk penggunaan program pembelajaran. Menu ma­ teri pokok berisi materi­materi pokok pem­

belajaran. Pembelajaran berisi kegiatan pem­ belajaran yang diikuti siswa. Tes berisi soal­ soal pilihan ganda untuk mengukur pema­ haman siswa terhadap materi laju reaksi. Tera­ khir, menu pengembang berisi identitas pem­ buat program.

Pembelajaran dengan program interaktif kimia laju reaksi ini didesain dengan mem­ berikan pertanyaan­pertanyaan arahan yang menuntun siswa menguasai materi laju reaksi dengan baik. Pertanyaan yang diajukan ada dalam bentuk isian singkat dan pilihan ganda. Siswa diharapkan menjawab pertanyaan yang disajikan hingga benar. Balikan segera dibe­ rikan ketika siswa mengklik tombol enter. Balikan yang diberikan berupa status jawaban (benar/salah), skor, dan nilai total yang di­ dapatkan oleh siswa (Gambar 2). Sebelum menjawab pertanyaan, siswa diharapkan ter­ lebih dahulu menjalankan simulasi (Gambar 3) atau video yang ada dalam program pem­ belajaran. Namun, apabila siswa tidak dapat memberikan jawaban dengan benar hingga tiga kali, maka pada kesempatan yang keempat siswa akan diberikan jawaban yang benar dan siswa dapat melanjutkan ke materi berikutnya. Pada saat mempelajari program, siswa tidak dapat kembali ke materi sebelumnya. Untuk dapat kembali, siswa harus mengulang dari awal pembelajaran.

Hasil Validasi

Tabel 4. Skor rata­rata penilaian validator terhadap program pembelajaran in­ teraktif

Validator Skor Rata­ rata

Kriteria

Ahli isi 4,87 Sangat Baik Ahli Media 4,26 Sangat Baik Guru 3,76 Baik

Ahli isi dan ahli media memberikan penilaian yang sangat baik terhadap program pembelajaran interaktif laju reaksi. Walaupun demikian, terdapat beberapa masukan terhadap komponen isi maupun penampilan dari pro­ gram pembelajaran interaktif laju reaksi. Se­ cara umum, program pembelajaran ini menda­ pat penilaian yang sangat baik dari ahli. Skor rata­rata penilaian oleh ahli isi, ahli media, dan guru disajikan pada Tabel 4. Sementara itu, hasil uji keterbacaan program pembelajaran interaktif menunjukkan bahwa program pem­

Page 6: Jp kimia122 redhana

90 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 85­93

belajaran ini dapat dipahami dengan sangat baik oleh siswa.

Pembahasan Berdasarkan studi literatur, didapatkan

bahwa konsep­konsep yang terdapat pada topik laju reaksi sebagian besar merupakan konsep abstrak (46,16%) dan konsep yang me­ nyatakan proses (30,77%). Mengajar konsep abstrak sangat sulit dilakukan apabila hanya menggunakan metode ceramah. Hal yang sama juga terjadi pada penjelasan konsep yang menyatakan proses. Apabila konsep abstrak dan konsep yang menyatakan proses diajarkan hanya menggunakan metode ceramah, maka pembelajaran akan sangat kurang efektif. Mengajar konsep abstrak akan sangat efektif apabila digunakan bantuan untuk lebih meng­ konkretkan konsep abstrak. Bantuan tersebut harus dapat memisualisasikan konsep abstrak. Hal ini akan menyebabkan pembelajaran ter­ hadap konsep abstrak menjadi lebih mudah. Konsep yang menyatakan proses akan menjadi sulit apabila hanya dijelaskan menggunakan metode ceramah saja. Untuk menanggulangi keadaan ini, harus dibuat suatu simulasi yang dapat menampilkan proses yang akan di­ pelajari. Simulasi akan memudahkan siswa belajar karena simulasi dapat menampilkan efek dinamik dari suatu partikel, misalnya tumbukan antara gas H2 dan O2. Gerakan yang terjadi dalam simulasi dapat diatur cepat atau lambat sehingga siswa dapat mencermati dengan lebih jelas peristiwa tumbukan yang terjadi.

Penyebaran angket kepada empat orang guru TIK di empat SMA diperoleh bahwa keadaan infrastruktur TIK sangat memadai. Keadaan ini sangat mendukung dilakukannya kegiatan belajar dengan memanfaatkan TIK. Pemanfaatan TIK dalam hal ini adalah kom­ puter. Komputer dapat memberikan nilai tam­ bah dalam kegiatan belajar siswa. Komputer dapat menyajikan simulasi yang sifatnya di­ namik maupun statik. Selain itu, komputer juga dapat menampilkan aspek mikroskopis, makroskopis, dan simbolis. Misalnya, peris­ tiwa dekomposisi larutan hidrogen peroksida dengan katalis mangan dioksida. Komputer dapat menyajikan aspek mikroskopisnya, yakni tumbukan yang terjadi antara molekul atau partikel hidrogen peroksida dan mangan dioksida. Komputer dapat menyajikan aspek makroskopisnya berupa gelembung­gelem­

bung yang terbentuk ketika mangan dioksida dimasukkan ke dalam larutan hidrogen per­ oksida, dan simbolisnya berupa rumus kimia dari hidrogen peroksida (H2O2) dan mangan dioksida (MnO2). Pembelajaran dengan TIK sangat diperlukan, apalagi konsep yang di­ pelajari bersifat abstrak dan menyatakan pro­ ses. Apabila pembelajaran interaktif ini dapat dilakukan, maka materi yang terasa sulit menjadi lebih mudah.

Sebagian besar guru mata pelajaran kimia (80%) menyatakan bahwa kegiatan belajar umumnya dilakukan dengan cara diskusi ke­ lompok dan memberikan soal­soal penyele­ saian. Hal ini berarti guru tidak banyak meng­ gunakan bantuan TIK di kelas. Kegiatan bela­ jar ini akan mengakibatkan konsep­konsep abstrak maupun konsep yang menyatakan proses menjadi lebih sulit untuk dipelajari dan bahkan siswa cenderung malas untuk belajar. Apabila siswa malas belajar, maka akan me­ nurunkan hasil dan aktivitas belajar siswa.

Dari aspek pemanfaatan media, guru­guru kimia umumnya menggunakan media papan tulis atau beberapa gambar untuk mengajar di kelas. Papan tulis hanya dapat menyajikan ma­ teri pelajaran secara statis. Penjelasan konsep yang menyatakan proses pasti akan menjadi sulit jika menggunakan papan tulis, misalnya teori tumbukan. Jika teori tumbukan hanya dijelaskan dengan media papan tulis, guru akan cenderung menceramahkan teori tumbukan tersebut. Hal ini tentunya akan menyulitkan siswa belajar. Pernyataan ini didukung oleh pendapat siswa SMA (95%) yang menyatakan bahwa guru­guru kimia lebih banyak mengajar dengan metode ceramah di depan kelas dengan bantuan media papan tulis.

Pembelajaran berbantuan TIK memer­ lukan adanya komputer sebagai alat bantu. Hasil angket yang dikembalikan oleh orang tua siswa menunjukkan bahwa sebanyak 55% siswa sudah memiliki fasilitas komputer. Orang tua siswa yang belum memiliki fasilitas komputer menyatakan akan melengkapi fa­ silitas tersebut. Hal ini mengindikasikan bah­ wa pembelajaran berbantuan TIK dapat digunakan secara mandiri oleh siswa, dan bahkan dalam jangka panjang, pembelajaran berbantuan TIK akan berkembang dengan sangat pesat.

Sebelum materi pembelajaran dituangkan ke dalam program pembelajaran interaktif, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) per­

Page 7: Jp kimia122 redhana

Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 91

lu dibuat. Pembuatan RPP ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang langkah­ langkah pembelajaran yang akan dilakukan di kelas. Selain itu, pembuatan RPP juga di­ maksudkan untuk memberikan gambaran me­ ngenai strategi pembelajaran, terutama pen­ dekatan yang digunakan dalam program pem­ belajaran interaktif. Pendekatan yang digu­ nakan dalam program pembelajaran interaktif ini adalah pendekatan induktif. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada hasil studi lapangan.

Setelah RPP dihasilkan, peneliti memper­ oleh gambaran tentang sosok program pem­ belajaran interaktif yang dibuat. Gambaran ter­ sebut merupakan langkah­langkah pembela­ jaran yang digunakan dalam program pem­ belajaran interaktif. Berdasarkan langkah­ langkah tersebut, dibuat storyboard. Story­ board merupakan rancangan program pem­ belajaran interaktif. Storyboard yang dibuat memberikan arah tentang interface program pembelajaran interaktif, struktur navigasi atau hyperlink, maupun audio yang akan digu­ nakan. Dengan selesainya pembuatan story­ board, gambaran secara lengkap tentang sosok program pembelajaran interaktif telah dipero­ leh.

Program pembelajaran dirancang agar siswa dapat berinteraksi secara langsung de­ ngan program sehingga disebut dengan pro­ gram pembelajaran interaktif. Dalam program pembelajaran interaktif ini, ketika siswa mem­ berikan jawaban, maka program pembelajaran interaktif akan segera memberikan balikan atau respon. Respon yang diberikan berupa per­ nyataan benar atau salah dan skor yang yang diperoleh siswa.

Program pembelajaran interaktif dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash 8.0. Macromedia Flash 8.0 memiliki keunggulan dalam penyajian gambar dan animasi sehingga kualitas penyajian visualisasi dalam program yang dihasilkan sangat baik. Pemisualisasian tersebut akan membantu siswa mengkons­ truksi pengetahuannya dengan tepat sehingga menanggulangi terjadinya miskonsepsi. Pe­ misualisasian juga dapat mengurangi beban memori kerja saat dilakukan pembelajaran sehingga siswa tidak cepat merasa lelah dalam belajar. Keuntungan pemisualisasian adalah siswa lebih lama mengingat materi yang disa­ jikan.

Macromedia Flash 8.0 dapat memfasi­ litasi visualisasi kajian mikroskopis, makros­ kopis, dan simbolik. Selain itu, Macromedia Flash 8.0 juga dapat menyajikan aspek statik dan dinamik partikel. Berdasarkan keung­ gulan ini, Macromedia Flash 8.0 sangat baik digunakan untuk pembuatan program pem­ belajaran interaktif. Macromedia Flash 8.0 juga dapat memfasilitasi adanya interaksi antara pengguna dan program pembelajaran interaktif. Hal ini dapat membuat pengguna (siswa) termotivasi untuk belajar.

Program pembelajaran interaktif yang telah selesai dibuat belum dapat langsung digunakan sebagai media belajar bagi siswa. Program pembelajaran interaktif harus di­ validasi terlebih dahulu oleh ahli. Proses vali­ dasi ini sangat diperlukan untuk memastikan ketepatan isi atau materi pembelajaran dari program pembelajaran interaktif. Tidak hanya ketepatan isi, tetapi juga aspek kelancaran kerja program harus benar­benar dijamin agar tidak menimbulkan gangguan bagi siswa saat belajar.

Ahli isi menyatakan bahwa program pem­ belajaran interaktif layak digunakan sebagai media belajar siswa. Kelayakan ini didasarkan atas hasil validasi isi dengan skor rata­rata 4,87 atau berada dalam kategori sangat baik. Selain itu, ahli media juga menyatakan bahwa program pembelajaran interaktif juga layak digunakan sebagai media belajar siswa. Ke­ layakan ini didasarkan atas skor rata­rata penilaian oleh ahli media sebesar 4,26 atau berada dalam kategori sangat baik. Penilaian yang diberikan oleh ahli media juga meru­ pakan penilaian dari aspek kerja program atau kelancaran kerja program.

Apabila dilihat dari penilaian praktisi (guru), program pembelajaran interaktif juga layak digunakan sebagai media belajar siswa. Penilaian ini didasarkan atas skor rata­rata penilaian oleh guru yaitu sebesar 3,76 atau berada dalam kategori baik. Kategori baik berarti semua aspek yang terdapat dalam kriteria penilaian sudah sesuai. Kesesuaian ini dilihat dari aspek indikator pencapaian kom­ petensi, isi pembelajaran, dan komponen me­ dia. Hal ini berarti bahwa: (1) indikator pen­ capaian kompetensi sudah dirumuskan dengan jelas dan operasional, memperhatikan jenjang kemampuan, dan memotivasi belajar siswa; (2) isi pembelajaran dirumuskan secara jelas dan sistematis, sesuai dengan tujuan, mudah

Page 8: Jp kimia122 redhana

92 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 85­93

dipahami, menarik, dan memotivasi siswa; dan (3) tampilan media pembelajaran menarik dan mudah digunakan.

Selain dilakukan validasi oleh ahli (isi dan media) dan praktisi (guru), program pem­ belajaran interkatif juga diuji keterbacaan kepada siswa. Uji keterbacaan dilakukan oleh siswa SMA kelas X dan kelas XI. Uji ke­ terbacaan ini dimaksudkan untuk mengetahui bahasa yang digunakan dalam program, apa­ kah bahasa yang digunakan mudah dimengerti atau tidak, apakah bahasa yang digunakan ambigu atau tidak. Berdasarkan uji keter­ bacaan, sebagian besar siswa baik siswa kelas X maupun kelas XI menyatakan media sangat mudah untuk dipahami.

Program pembelajaran interaktif memiliki kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan pro­ gram pembelajaran interaktif adalah dapat me­ nanggulangi permasalahan bagi sekolah yang tidak memiliki fasilitas laboratorium karena program pembelajaran interaktif ini menam­ pilkan simulasi praktikum. Dengan adanya simulasi ini, sekolah dapat menghemat biaya praktikum yang harus dikeluarkan. Di samping itu, pencemaran oleh bahan­bahan kimia yang digunakan di laboratorium kimia juga dapat dihindari (praktikum kering). Di sisi lain, ke­ lemahan program pembelajaran ini adalah ke­ terampilan siswa melakukan praktikum tidak dapat dilatihkan karena siswa hanya berin­ teraksi dengan komputer.

Apabila dilihat dari aspek pemanfaatan TIK secara umum, temuan­temuan penelitian ini sejalan dengan temuan­temuan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yakni de­ ngan memanfaatkan segala kelebihan yang di­ miliki oleh komputer. Penelitian dan pengem­ bangan ini juga dapat mengurangi kelemahan penelitian sebelumnya (Rahmawati, 2006; Si­ rodjuddin, 2007). Penelitian Rahmawati ten­ tang tata nama senyawa dan persamaan reaksi dan penelitian Sirodjuddin tentang simulasi praktikum keduanya belum mengoptimalkan simulasi aspek mikroskopis.

Prototype program pembelajaran interak­ tif yang dihasilkan dalam penelitian ini ter­ batas pada topik laju reaksi sehingga untuk memediasi pembelajaran pada pokok bahasan yang lainnya diperlukan pengembangan pro­ gram pembelajaran yang sejenis. Di samping itu, perlu adanya pengujian secara eksperimen untuk mengetahui keunggulan komparatif dari program pembelajaran yang dihasilkan dalam

penelitian ini dengan produk­produk media pembelajaran lain yang sudah digunakan di sekolah.

Penutup Berdasarkan temuan­temuan penelitian

dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1) Program pembelajaran interaktif laju reaksi

berbantuan komputer sangat diperlukan untuk mendukung aspek mikroskopis, ma­ kroskopis, simbolik, serta aspek statik dan dinamik partikel.

2) Karakteristik program pembelajaran kimia interaktif laju reaksi adalah: (1) menyajikan aspek mikroskopis, makroskopis, dan sim­ bolis; (2) menyajikan simulasi statik dan dinamik; (3) memberikan interaksi dua arah; (4) menyajikan simulasi praktikum; dan (5) memberikan peluang untuk men­ jawab pertanyaan hingga tiga kali.

3) Program pembelajaran interaktif ber­ bantuan komputer pada topik laju reaksi mendapat penilaian sangat baik oleh ahli (isi dan media) dan mendapat penilaian baik oleh guru mata pelajaran kimia serta memperoleh tanggapan positif dari siswa dan bahasa yang digunakan mudah di­ mengerti.

Daftar Rujukan Adri, M. & Nelda, A. (2008). Pengembangan

paket multimedia sebagai sarana belajar mandiri mahasiswa. Tersedia pada: http:// www.ilmukomputer.com. Diakses tanggal 20 Desember 2009.

Borg, W. R. & Gall, M. D. (1989). Edu­ cational research. Fifth Edition. New York: Longman.

Hasibuan & Moediono. (1993). Proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Howard, D. (1987). Computer managed lear­ ning: Development of a data base for indi­ vidualized instruction. Tesis tidak diter­ bitkan. Canada: Faculty of Education, Uni­ versity of Lethbridge.

Muchsin. (2010). Kinetika Kimia. Sumatera: USU Press.

Pusparini, L. P. H. (2009). Pengembangan program pembelajaran kimia struktur atom interaktif berbasis komputer. Skripsi tidak diterbitkan. Singaraja: Jurusan Pen­ didikan Kimia UNDIKSHA.

Page 9: Jp kimia122 redhana

Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 93

Rahmawati, Y. (2006). Efektivitas CD in­ teraktif sebagai media pembelajaran kimia pokok bahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi sederhana Kelas X SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Skripsi tidak diterbitkan. Se­ marang: Jurusan Pendidikan Kimia UNNES.

Sirodjuddin, A. (2007). Efektivitas penggu­ naan program interaktif berbantuan kom­ puter untuk meningkatkan kualitas pem­ belajaran kimia SMK Negeri 8 Semarang.

Tersedia pada: http://ardansirodjuddin.blogspot.com/2007 /12/efektivitas­penggunaan­program­ interaktif.html. Diakses tanggal 11 Juli 2010.

Sutopo, A. H. (2003). Multimedia interaktif dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trihastuti, S. (2008).Pembelajaran keteram­ pilan proses, inquiry dan discovery lear­ ning. Teredia pada: http://umifatmawati. blog.uns.ac.id./2009/07/17/8/. Diakses tang­ gal 12 Juli 2010.