2011-2-01159-jp bab2001

28
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan mengulas tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data yang terdapat di dalam bab 3. Karena di dalam penelitian ini penulis akan menguraikan tentang teori semantik yang memiliki makna denotatif dan konotatif, teori semiotik serta konsep kanji yang terdapat teori pembentukkan kanji atau rikusho 六 「」, teori bushu dan konsep bushu ko-gai (六) 2.1 Teori Semantik Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantiqueadalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004, hal.42). 10

Upload: phiierha-nugroho

Post on 29-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Bab 2

Landasan Teori

Dalam bab ini akan mengulas tentang teori-teori yang digunakan untuk

menganalisis data yang terdapat di dalam bab 3. Karena di dalam penelitian ini

penulis akan menguraikan tentang teori semantik yang memiliki makna denotatif dan

konotatif, teori semiotik serta konsep kanji yang terdapat teori pembentukkan kanji

atau rikusho「六書」, teori bushu dan konsep bushu ko-gai (貝)

2.1 Teori Semantik

Menurut (Chaer, 2009, hal.2) kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema,

yang berarti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah

tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang

mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik sebagai pelafalan dari istilah

“la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera,

2004, hal.42).

Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik (Ikegami,

1991, hal.19) juga mengatakan,

言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象になる。意味論は、特に区別されるときは「言語学的な意味論」(linguistic semantics) 、「哲学的な意味論」 (philosophical semantics) 、 「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。

10

Terjemahan :

Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilmu linguistik. Semantik yang secara khusus dibedakan sesuai dengan sebutannya menjadi semantik linguistik semantik filosifis, semantik umum, tetapi sering digunakan nama semantik dalam berbagai macam kesempatan dengan nama sebutannya.

Menurut (Harley, 1995, hal.204), semantik adalah ilmu tentang makna, dan terkait

erat dengan ilmu tentang konsep dan kategorisasi. Terdapat perbedaan antara aspek

makna kata yang sebenarnya dan aspek perluasan makna dari kata. Pertama, arti

sebuah kata dapat ditemukan dengan cara di mana kata tersebut telah melakat sampai

mewakili jaringan makna dari segala sesuatu yang kita ketahui. Kedua, arti sebuah

kata terurai menjadi serangkaian makna semantik.

Makna kata dalam linguistik terbagi dua, yang pertama adalah kata yang tidak

mengandung makna tambahan atau perasaan tambahan disebut makna kata denotatif,

denotasi atau makna kata yang sebenarnya, sedangkan yang kedua adalah makna

kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu

disamping makna dasar yang umum disebut makna konotatif, konotasi atau makna

kiasan. (Keraf, 2007, hal.27-28).

2.1.1 Makna Denotatif

Imbuhan -de dalam kata denotatif memiliki arti tetap dan wajar sebagaimana

adanya. Jadi denotatif adalah makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama,

yang diketahui pada mulanya, makna sebagai adanya, dan makna sesuai

kenyataannya (Parera, 2004, hal.97 - 98).

Menurut (Harley, 1995, hal.178), makna denotatif dari sebuah kata merupakan

intinya, makna yang paling mendasar, semua orang mengerti dan setuju dengan

11

makna kata secara denotatif. Contohnya, makna denotatif dari kata “anjing”

merupakan makna inti dari kata anjing sebagai hewan, itu adalah hubungan antara

kata dan kelas objek tersebut menunjuk.

Pengertian makna denotatif menurut (Keraf, 2007, hal.28),

“Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referansial, atau makna proposisional. Disebut makna denotasional, referansial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referan, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal - hal yang dapat dicerap pancaindria (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini juga disebut makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi - informasi atau pernyataan - pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam - macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.”

2.1.2 Makna Konotatif

Imbuhan -ko dalam kata konotatif memiliki arti bersama yang lain, ada tambahan

yang lain terhadap notasi yang bersangkutan. Jadi konotatif adalah makna dari kata

yang asli atau makna denotatif yang telah memperoleh tambahan perasaan tertentu,

emosi tertentu, nilai tertentu, dan rangsangan tertentu yang bervariasi dan juga tak

terduga (Parera, 2004, hal.97-98).

Menurut (Harley, 1995, hal.178), makna konotatif dari sebuah kata merupakan

makna implikasi sekunder, atau makna emotif atau makna evaluatif asosiasi, setiap

orang memiliki pendapat yang berbeda - beda akan makna konotatif. Contohnya,

makna konotatif dari kata ”anjing”, kemungkinan memiliki arti “menyenangkan”,

“menakutkan”, atau “berbau (busuk)”.

12

(Keraf, 2007, hal.29) menjelaskan pengertian dari makna konotatif,

“Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makan konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai - nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju –– tidak setuju, senang –– tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.”

2.1.3 Teori Analisis Medan Makna

Dalam buku (Parera, 2004, hal.137) menurut pandangan F. De Sausssure pada

awal analisis struktural, paralinguis sangat dipengaruhi oleh psikologi asosionistik

dalam pendekatan mereka terhadap makna. Paralinguis dengan intuisi mereka sendiri

menyinpulkan hubungan diantara seperangkat kata. Misalnya, dengan data “baik,

kebaikan, memperbaiki, pembaikan, perbaikan” atau “satu, satuan, penyatu,

persatuan, penyatuan, bersatu, pemersatu” mereka memberikan simpulan bahwa

kata-kata itu mempunyai asosiasi antar sesamanya. Demikianlah pada awalnya

konsep asosiasi makna yang dipelopori oleh Ferdinand De Saussure.

Menurut (Lyons, 1963, hal.268), medan makna adalah seperangkat kosa kata yang

dapat berhubungan secara sintakmatis atau paradigmatik. Dan menurut Harimurti

dalam (Chaer, 2009, hal.110), menyatakan bahwa medan makna (semantic field,

semantic domain) adalah bagaian dari sistem semantik bahasa yang mengambarkan

bagian dari bidang kebudayaan atau realitas daam alam semesta tertentu dan

direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan.

13

Gambar 2.1 Diagram Medan Makna oleh Bally

Sumber: (Parera, 2004, hal.138)

2.2 Teori Semiotik

Pengertian semiotik atau semiotika berhubungan dengan perngertian semantik

karena dua pengertian itu meliput makna dan kemaknaan dalam komunikasi antar

manusia. Charles morris mengatakan bahwa bahasa sebagai satu sistem sign

dibedakan atas signal dan symbol. Akan tetapi, semiotik bukan hanya berhubungan

dengan isyarat bahasa, melainkan juga berhubungan dengan isyarat-isyarat non

bahasa dalam komunikasi antar manusia. Kita dapat mengatakan bahwa semiotika

adalah ilmu isyarat komunikasi yang bermakna.

Menurut Victor Kraft (demikian kamus linguistik Mario pei dan Prank Gainor)

semiotik atau semiotika terdiri dari analisis bahasa dalam tiga dimensi : yang

14

berhubungan dengan pemakaian bahasa, yakni dari segi pragmatik; lalu yang

berhubungan dengan makna sign linguistik, yakni dari segi semantik; dan yang

berhubungan dengan hubungan antara sign-sign bahasa tanpa merujuk kepada

maknanya, yakni dari segi sintaksis. Pandangan Victor Kraft ini tidak berbeda

dengan apa yang dikemukakan oleh Charles Morris.

2.3 Teori / Konsep Kanji

Huruf kanji 「漢字」 adalah huruf yang di buat di China lebih dari 3000

tahun yang lalu. Huruf kanji disampaikan ke Jepang kira-kira pada abad 4 pada

waktu negeri China merupakan zaman Kan. Oleh sebab itulah maka huruf tersebut

dinamakan kanji yang berarti huruf negri Kan. (Iwabuchi, 1989, hal.63). Huruf kanji

mula-mula dari bentuk suatu benda kemudian dipresentasikan ke dalam bentuk

tulisan sehingga bisa di baca. Seperti beberapa contoh karakter huruf Kanji yang ada

di bawah ini, huruf berangsur-angsur berubah ke bentuk yang lebih sederhana dan

mudah di tulis. Sehingga menjadi huruf Kanji yang kita gunakan sampai sekarang.

Pengertian kanji menurut (Takebe, 1993, hal.4) adalah :

漢字は意味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の元は、くちの絵でした

Terjemahan :

Kanji mengekspresikan arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan gambar dari bentuk mulut.

15

Gambar 2.2

Sumber : http://belajar-kanji.blogspot.com/2009/02/pengertian-kanji.html

Huruf kanji merupakan salah satu aspek yang sulit bagi para siswa yang

sedang mempelajari bahasa Jepang. Hal ini dirasakan terutama oleh siswa yang tidak

memiliki latar belakang “Budaya Kanji”. Bahkan diantara para siswa yang memiliki

latar belakang budaya kanji pun (seperti orang China, orang Korea, orang Taiwan,

dan sebagainya) kadang-kadang merasa sulit bila berhadapan dengan huruf kanji

Jepang.

Dengan melihat bentuknya, biasanya mereka tahu apa arti kanji itu,

bagaimana cara penulisannya, dan sebagainya. Namun kadang-kadang mereka

terbentur pada cara membacanya. Sebab, walaupun bentuk kanji yang dipakai dalam

bahasa Jepang, bahasa China, atau bahasa Korea sama, tetapi cara membacanya tidak

sama. Itulah salah satu kesulitan mempelajari huruf kanji yang sering dialami oleh

siswa yang memiliki latar belakang budaya kanji.

16

Salah satu alasan sulitnya mempelajari huruf kanji dikarenakan jumlahnya

yang begitu banyak. Seperti telah dijelaskan di bagian muka bahwa kanji merupakan

表意文字 (hyoui moji). Sebuah kanji bisa menyatakan arti tertentu. Hal seperti ini

dapat memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada didunia ini (terutama

kata-kata yang termasuk (和語) wago dan (漢語) kango). Dapat ditulis dengan huruf

kanji. Sehingga dapat dibayangkan kesulitannya, jumlah huruf kanji hamper sama

dengan benda yang ada didunia. Didalam Daikanwa jiten yang merupakan kamus

(kanwa jiten) terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 huruf kanji

(Ishida, 1991, hal.76). Kalau melihat dari jumlah itu, siapa pun akan merasa

kesulitan, terutama pembelajar bahasa Jepang yang sebelumnya sudah terbiasa cukup

mempelajari dan menguasai hanya 26 huruf latin.

2.3.1 Teori pembentukkan kanji / rikusho

Tjandra (2011) dan Koizumi (1999) sama – sama mengemukakan bahwa cara

pembuatan dan cara pemakaian kanji disebut rikusho. Menurut (Tjandra, 2011,

hal.10-15) dalam bukunya yang berjudul ‘Morfologi Jepang’ menyatakan, huruf

kanji dibuat berdasarkan empat cara baku dan selain itu masih ada lagi dua tambahan

pemakaian huruf kanji yang juga baku sehingga seluruhnya menjadi enam cara

konstruksi huruf kanji yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Rikusho

「六書」bermakna “enam penulisan”, yaitu:

1. Piktograf / Shookei Moji

Cara pertama adalah pembuatan huruf kanji berdasarkan gambar konkrit

sebagai acuannya. Cara ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan

17

istilah piktograf bermakna “tulisan gambar”. Dalam bahasa Jepang, kanji

piktograf disebut dengan Shookei Moji yang bermakna “huruf bentuk gajah”.

Contoh:

Kanji bermakna “hari/tanggal” berasal dari gambar acuan matahari;

Kanji bermakna “bulan” berasal dari gambar acuan bulan sabit;

Kanji bermakna “mulut” berasal dari gambar acuan mulut orang;

Kanji bermakna “sungai” berasal dari gambar acuan aliran air;

Kanji bermakna “pohon” berasal dari gambar acuan pohon;

Kanji bermakna “mata” berasal dari gambar acuan mata orang;

Kanji bermakna “sawah” berasal dari gambar acuan petak sawah;

Kanji bermakna “kuda” berasal dari gambar acuan kuda yang menoleh ke

belakang;

Kanji bermakna “ikan” berasal dari gambar acuan ikan;

Contoh evolusi dari gambar menjadi huruf adalah sebagai berikut:

18

Gambar 2.3 Perubahan Huruf Kanji (Shookei Moji)

2. Ideograf / Shiji Moji

Cara kedua adalah pembuatan huruf kanji berdasarkan ide manusia yang

divisualisasikan. Cara kedua ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan

istilah ideograf bermakna “tulisan ide”. Dalam bahasa Jepang huruf kanji

19

ideograf disebut dengan istilah Shiji Moji yang bermakna “huruf pengacu suatu

hal”.

Contoh:

•Kanji bermakna “atas” berasal dari ide ada barang di atas alas horizontal;

•Kanji bermakna “bawah” berasal dari ide ada barang di bawah alas

horizontal;

•Kanji bermakna “tengah/dalam” berasal dari ide ada barang di belah di

tengah-tengahnya lalu kelihatan dalamnya;

•Kanji bermakna “satu” berasal dari ide satu garis;

•Kanji bermakna “dua” berasal dari ide dua garis;

•Kanji bermakna “tiga” berasal dari ide tiga garis;

•Kanji bermakna “timur” berasal dari ide matahari masuk ke celah-celah

pohon dari arah timur waktu pagi hari;

Contoh transformasi dari sebuah ide menjadi huruf sebagai berikut:

20

Gambar 2.4 Shiji Moji

3. Penggabungan Piktograf / Ideograf / Kaii Moji

Cara ketiga adalah pembuatan huruf kanji dengan menggabungkan huruf-

huruf dasar yang sudah dibikin terlebih dahulu dengan cara kesatu dan kedua.

Dalam bahasa Jepang cara ketiga ini disebut dengan istilah Kaii Moji yang

bermakna “huruf saling bertemu arti”.

Contoh:

Kanji “hari” dan “bulan” digabung membentuk kanji “terang”;

Kanji “perempuan” dan “anak” digabung membentuk kanji “baik/bagus”;

Kanji dua batang “pohon” digabung membentuk kanji “hutan”;

Kanji tiga batang “pohon” digabung membentuk kanji “rimba”;

Kanji “hari” dan “pohon” digabung membentuk kanji “timur”;

21

Kanji “gunung” “atas” “bawah” digabung membentuk kanji “lembah ngarai”;

Kanji “pohon” dan “dewa” digabung membentuk kanji “kayu sakral untuk

Shinto”;

Contoh penggabungan yang membentuk kanji baru sebagai berikut:

日 + 月 明{akarui}

“matahari” “bulan” “terang”

女 + 子 好 {yoi}

“perempuan”    “anak”     “baik”

木 + 木 林 {hayashi}

 “pohon”    “pohon”     “hutan”

木  + 木  +  木 森 {mori}

“rimba”

日 + 木 東 {higashi}

“matahari” “pohon” “timur”

山  +  上  + 下 峠 {tooge}

“gunung” “atas” “bawah” “lembah ngarai”

木 + 神 榊{sakaki}

“pohon” “dewa” “kayu sakral Shinto”

22

Gambar 2.5 Kaii moji

Sumber : www.mementoslangues.fr/Japonais/Kanji/Intro-to-Kanji.pdf

4. Fono – Ideograf / Keisei Moji

Cara keempat ialah pembuatan huruf kanji dengan cara pertandaan, satu

bagian melambangkan arti (secara kasar) dan satu bagian lagi melambangkan

ucapan (bunyi). Cara keempat ini menghasilkan huruf kanji yang disebut dengan

istilah Fono-Ideograf bermakna “tulisan berucapan dan beride”. Dalam bahasa

Jepang kanji Fono-ideograf disebut dengan istilah Keisei Moji bermakna “huruf

bentuk bunyi”. Kanji Fono-ideograf berjumlah paling banyak. Semua huruf

memiliki bagian yang melambangkan arti secara simbolis. Lambang arti ini

disebut bushu dalam bahasa Jepangnya. Bushu huruf kanji ada berlokasi di

sebelah kiri, ada juga yang berlokasi di sebelah kanan, atas, bawah dan secara

keseluruhan.

Contoh:

Kanji「河」{ka} berbushu Sanzui dengan makna “tiga titik air” di sebelah

kiri sehingga kanji ini berlambang makna “air”, bagian sebelah kanan

berucap /ka/; maka huruf ini bermakana/beracuan “kali besar” dengan

ucapan /ka/.

Kanji「郊」{koo} berbushu oozatozukuri dengan makna “pedesaan besar”

di sebelah kanan sehingga kanji ini berlambang makna “pedesaan”,

23

bagian sebelah kiri berucapan /koo/; maka huruf ini bermakna “daerah

pinggiran kota” dengan ucapan /koo/.

Kanji「花」{ka} berbushu kusakanmuri dengan makna “ lambang rumput”

di sebelah atas sehingga kanji ini berlambang makna “rumput-

rumputan”, bagian di sebelah bawah berucapan /ka/; maka huruf ini

bermakna “bunga” dengan ucapan /ka/.

Kanji 「 烈 」 {recu} berbushu shitabi/rekka dengan makna “api bawah”di

sebelah bawah sehingga kanji ini berlambang makna “api”,bagian

sebelah atas berucapan /recu/; maka huruf ini bermakna “menggelora”

dengan ucapan /recu/.

Cara keempat melahirkan kanji yang serumpun di bawah lambang bushu

yang sama seperti berikut ini sebagai contoh.

Contoh kanji berlambang sanzui {“tiga titik air”} pada dasarnya masing-

masing bermakna sesuatu yang ada hubungannya dengan air atau turunannya

seperti berikut:

Kanji 「河」bermakna “kali besar” berucapan /ka/;

Kanji 「海」bermakna “laut” berucapan /kai/;

Kanji 「湖」bermakna “danau” berucapan /ko/;

Kanji 「洋」bermakna “samudra” berucapan /yoo/;

Kanji 「沼」bermakna “rawa-rawa” berucapan / syoo/;

Kanji 「江」bermakna “sungai besar” berucapan /koo/;

Kanji 「泳」bermakna “berenang” berucapan /ei/

24

Gambar 2.6 Keisei moji

Sumber : www.mementoslangues.fr/Japonais/Kanji/Intro-to-Kanji.pdf

Pendek kata, makna dari huruf kanji cara keempat banyak sedikit akan ada

hubungannya dengan makna lambang kanji baik secara langsung maupun tidak

langsung.

5. Kanji Pergeseran Makna / Tenchuu moji

Cara kelima bukan merupakan cara pembuatan huruf kanji baru, melainkan

cara pemakaian kanji yang sudah ada berdasarkan modifikasi makna lama

menjadi kanji yang bermakna baru. Cara pemakaian kanji ini dalam bahasa

Jepang disebut dengan istilah tenchuu bermakna “berubah dan bergeser”.

Contoh :

Kanji 「楽」pada mulanya berucapan {gaku} bermakna “musik”, kemudian

karena musik menyenangkan, lalu dipakai untuk makna “senang/enak”

dengan ucapan {raku}

25

Kanji 「悪」 pada mulanya berucapan {aku} bermakna “jahat”, kemudian

karena jahat adalah menjengkelkan, lalu dipakai untuk makna “menyebalkan”

dengan ucapan {oku} dari /keNoku/ (「嫌悪」).

6. Kanji Fonetis / Kasha Moji

Kanji fonestis adalah kanji pelambang bunyi. Huruf kanji menurut kodratnya

adalah pelambang makna sehingga kanji disebut sebagai huruf morfemis, tetapi

pada cara keenam , kanji dipakai semata-mata sebagai huruf pelambang ucapan,

makna yang dikandungnya sama sekali tidak dipakai. Dalam bahasa Jepang cara

keenam disebut dengan istilah kasha bermakna “meminjam”.

Kanji Fonetis secara resmi mulai dipakai untuk bahasa Jepang sejak abad

delapan melalui penerbitan antologi puisi klasik berjudul manyooshuu. Pada

zaman sekarang kanji Fonetis masih dipakai untuk nama orang dan nama

tempat.

Contoh:

Makanan gorengan bernama TEMPURA berbahan baku udang, ikan,

sayuran yang digoreng dengan adonan tepung terigu di Tokyo ada yang

menulisnya dengan kanji Fonetis menjadi 「天婦羅」 . Ketiga huruf kanji

itu masing-masing bermakna:「天」”langit”,「婦」”wanita”,「羅」”kain

kasa”; ketiga makna sama sekali tidak ada hubungannya dengan makanan

tempura. Jadi, yang difungsikan hanyalah ucapan ketiga huruf kanji tersebut.

2.3.2 Teori bushu kanji

26

Huruf kanji terbentuk dari beberapa garis atau coretan. Garis-garis atau

coretan-coretan tersebut membentuk bagian-bagian kanji, lalu bagian-bagian tersebut

pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Dengan adanya bagian-

bagian pada sebuah kanji ini maka timbul istilah yang disebut dengan bushu. Dengan

kata lain bushu adalah sebuah istilah berkenaan dengan bagian-bagian yang pada

pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian

huruf kanji.

Gambar 2.7 letak Bushu

Sumber : Mitamura dan Mitamura (1997:12)

Menurut Habien (2000:20) bushu dibagi menjadi tujuh, yaitu:

1. Hen : Bushu yang berada di bagian kiri huruf kanji. Contohnya : Bushu 木、火、

禾、 糸、言、貝、金.

2. Tsukuri : Bushu yang berada di bagian kanan huruf kanji. Contohnya : Bushu 刂、

力、彡、阝、攵、欠、殳、頁.

3. Kanmuri : Bushu yang berada di bagian atas huruf kanji.

Contohnya : Bushu 宀、穴、竹、雨.

4. Ashi : Bushu yang berada di bawah huruf kanji. Contohnya : Bushu 儿、夂、巾、

心、灬、皿、示.

27

5. Tare : Bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas ke bagian bawah

huruf kanji. Contohnya : Bushu 口、門、尸、广.

6. Nyoo : Bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian kiri ke bagian bawah

kanan huruf kanji.

7. Kamae : Bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian kanji lainnya.

2.3.3 Konsep bushu Ko-gai (貝)

Ko-gai merupakan salah satu jenis bushu seperti yang tercantum dalam salah

satu contoh dari berbagai jenis bushu berdasarkan letaknya oleh Sudjianto dan

(Dahidi, 2004, hal.59). Misalnya pada kanji 「買う」‘ka-u’yang artinya membeli ini

merupakan kanji yang memiliki bushu kai yang terletak dibawah kanji, sesuai

dengan teori bushu sebelumnya yaitu kelompok ashi.

Bushu kai 「 貝 」 sendiri dikatakan bahwa sebenarnya terbentuk dari gambar

kerang yang berbentuk tiga spiral atau siput (keong) tiga lengkungan. hal ini

dikemukakan (Takebe, 1993, hal.36) yaitu:

「貝」には、「二枚がい」と「巻きがい」があります。漢字の「貝」は、「巻きがい」です。絵を「○」は漢字の「□」になります。漢字の「貝」の元の絵は、長くてまるいです。巻きは三つですけれども、三つは多いことです。下の「ハ」は、「かい」の足です。

Terjemahan :

Kerang memiliki dua jenis yaitu kerang yang mempunyai dua pasang bibir atau kerang yang mempunyai dua kelopak dan ada pula kerang yang cangkangnya berupa

28

spiral atau melengkung. Kerang yang berbentuk spiral ini sering disebut keong dalam Bahasa Indonesia. Maka kanji kai 「貝」sebenarnya diambil dari keong atau dalam Bahasa Jepang 「 巻 き が い 」 . Didalam kanjinya Bentuk gambar ○ berubah menjadi gambar □. Sebenarnya bentuk asli gambar dari bushu ko-gai adalah panjang dan bundar (lonjong). Terdapat tiga bentuk spiral, tetapi dari ketiga tersebut memiliki banyak tanda. Terdapat karakter 「ハ」yang tepat berada dibawah badan kerang「目」adalah bentuk kakinya.

Berikut ini adalah salah satu kanji yang terbentuk dari bushu ko-gai, hal ini

dikemukakan oleh (Takebe, 1993, hal.134) yaitu:

サインは「かい」で、「たからもの」です。ステムは「かわる」です。たからものを預かって、お金を「かします」。お金は、たからものの「かわり」です。だから、「貸」の意味は「かす」です。

Terjemahan :

Dalam daftar bushu (kerang) adalah harta yang dilihat dari mutiara. Sistem (sebagai karakter) pada bushu kerang adalah 代わる「 」kawaru dalam arti mengganti. Lalu harta sebagai perwakilannya, seperti (meminjamkan) uang, yang kemudian posisi harta digantikan oleh uang. Oleh karena itu, makna kanji 貸 す「 」 adalah meminjamkan.

29