2011-2-00920-aksi bab2001

89
14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2005,p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang terartur. Menurut Romney dan Steinbart (2006,p4), “System is a set of two or more interrelated components that interact to achieve a goal . Systems are almost always composed of smaller subsystem, each performing a specific function important to and supportive of the larger system of which its is part”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem ini terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing-masing melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih lancar”. Dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan elemen-elemen yang berhubungan yang menghasilkan sesuatu.

Upload: putuandr3

Post on 06-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Aksi

TRANSCRIPT

Page 1: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem

Menurut O’Brien (2005,p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling

berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input

serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang terartur.

Menurut Romney dan Steinbart (2006,p4), “System is a set of two or more

interrelated components that interact to achieve a goal. Systems are almost always

composed of smaller subsystem, each performing a specific function important to and

supportive of the larger system of which its is part”. Yang diterjemahkan sebagai berikut

: “Sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk

mencapai tujuan. Sistem ini terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing-masing

melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih lancar”.

Dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan elemen-elemen yang berhubungan

yang menghasilkan sesuatu.

2.2 Pengertian Informasi

Menurut O’Brien (2005,p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi

konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu.

Menurut Romney dan Steinbart (2006,p5), “Information is data that have been

organized and processed to provide meaning to a user. Users typically need information

to make decisions or to improve the decisions making process. As a general rule, users

can make better decisions as the quantity and quality of information increase”. Yang

Page 2: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

15

diterjemahkan sebagai berikut : Informasi adalah data yang telah diorganisir dan

diproses untuk memberikan arti kepada pengguna. Pengguna biasanya memerlukan

informasi untuk membuat keputusan atau untuk meningkatkan proses pengambilan

keputusan. Sebagai aturan umum, pengguna dapat membuat keputusan yang lebih baik

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi.

Dapat disimpulkan dari kedua pengertian diatas, informasi adalah hasil

pengolahan data yang berguna untuk pembacanya. Pengguna biasanya memerlukan

informasi untuk membuat keputusan atau untuk meningkatkan proses pengambilan

keputusan.

Karakteristik menurut James A. Hall (2008,p.4) adalah sebagai berikut :

a) Relevance (Relevan)

Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian

laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi.

b) Timelines (Tepat waktu)

Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan

kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang

didukungnya.

c) Accuracy (Akurat)

Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Namun demikian,

materialitas merupakan suatu konsep yang sulit dikualifikasi karena materialitas

tidak memiliki nilai absolut dan merupakan konsep masalah spesifik (problem-

specific concept). Ini berarti bahwa dalam beberapa kasus, informasi harus akurat

sempurna.

Page 3: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

16

d) Completeness (Lengkap)

Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau

pelaksanaan tugas yang hilang.

Jadi informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai. Manajer

tingkat lebih rendah cenderung memerlukan informasi yang sangat rinci. Semakin arus

kas informasi mengalir keatas melalui organisasi ke manajemen atas, informasi semakin

dirangkum.

2.3 Pengertian Sistem informasi

Menurut O’Brien (2005,p5), “Information system is an information can be any

organized combination of people, hardware, software, communications network, and

data resources that collect, transform and disseminates information in an

organization”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem informasi dapat berupa

kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan

sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam

sebuah organisasi”.

Menurut Turban (2006, p36), sistem informasi adalah sistem yang berfungsi

mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi

untuk tujuan tertentu.

Dengan demikian dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

adalah kombinasi dari fungsi-fungsi dan sumber daya yang saling berhubungan, yang

dirancang sedemikian rupa untuk mentransformasikan data menjadi informasi dan

mendistribusikannya kepada pemakai menjadi informasi yang berguna untuk mencapai

sasaran organisasi.

Page 4: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

17

2.4 Pengertian Akuntansi

Akuntansi menurut Warren, et al. (2005, p8), “Sebuah sistem informasi yang

menyediakan pelaporan-pelaporan kepada pihak yang berkepentingan tentang aktivitas-

aktivitas ekonomi dan kondisi suatu bisnis.”

Menurut Weygandt, et al. (2005, p4) akuntansi adalah “Suatu sistem informasi

yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu

organisasi kepada pihak yang berkepentingan.” Jadi akuntansi sendiri sudah merupakan

sistem informasi, yang mana informasi yang terkandung di dalamnya adalah keadaan-

keadaan ekonomi suatu organisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu ilmu yang

terdiri dari sistem informasi dan pengukuran yang mengindentifikasi, mencatat, dan

mengkomunikasikan informasi berupa laporan, atatupun informasi-informasi kuantitatif

(khususnya berkaitan dengan keuangan) yang terjadi dalam organisasi dan

diperuntukkan kepada pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.

2.5 Sistem Informasi Akuntansi

2.5.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Gelinas, Dull, Richard B. (2010), an information system incorporated a

separate accounting information system, which is a specialized subsystem of the

information system. the purpose of this separate AIS was to collect, process, and report

information related to the financial aspects of business events. For example, the input

to your AIS might be a sale, such as the shoe salein the earlier example.You process the

sale by recording the sales data in the sales journal, classifying the data using a chart

of accounts, and posting the data to the general ledger. Periodically, the AIS will output

Page 5: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

18

trial balances and financial statements. However, given the intregrated nature of

information system today, seldom is an AIS distinguished separately from the IS. Yang

diterjemahkan sebagai berikut : sistem informasi akuntansi merupakan subsistem

khusus dari sistem informasi. Tujuan system informasi akuntansi adalah untuk

mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek

keuangan dari kegiatan bisnis. Sebagai contoh, input ke system informasi akuntansi

yakni mengelompokkan data menggunakan bagan rekening, dan mengirim data ke buku

besar.. Namun, mengingat sifat intregrated sistem informasi, jarang system informasi

akuntansi dibedakan secara terpisah dari system informasi.

Menurut Rama dan Jones (2006,p5), “Accounting Information System is a

subsystem of a management information system that provides Accounting and financial

information as well as other information obtained in the routine processing of

accounting transactions”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem Informasi

Akuntansi adalah bagian dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan

mengenai akuntansi dan keuangan, seperti informasi-informasi lainnya yang didapatkan

dari proses transaksi akuntansi rutin”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan data

yang diubah menjadi informasi yang dibutuhkan user, khususnya kebutuhan informasi

yang terkait dengan kegiatan akuntansi dan keuangan.

Page 6: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

19

2.5.2 Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem

Menurut Romney dan Steinbart (2006,p.31), siklus pemrosesan transaksi pada

sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan

bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa.

Siklus transaksi pada perusahaan dibagi menjadi 5 subsistem yaitu :

1. Revenue Cycle (siklus pendapatan), yang terjadi dari transaksi penjualan dan

penerimaan kas.

2. Expenditure Cycle (siklus pengeluaran), yang terjadi dari peristiwa pembelian

dan pengeluaran kas.

3. Human Resources / Payroll Cycle (siklus sumber daya manusia), yang terdiri

dari peristiwa yang berhubungan perekrutan dan pembayaran atas tenaga

kerja.

4. Production Cycle (siklus produksi), yang terdiri dari peristiwa pengubahan

bahan mentah menjadi produk / jasa yang siap dipasarkan.

5. Financing Cycle (siklus keuangan perusahaan), yang terdiri dari peristiwa yang

berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.

2.5.3 Tahapan Siklus Penerimaan Kas

Siklus penerimaan kas (Revenue Cylce) menurut Jones dan Rama (2006,p443) adalah se-

bagai berikut:

1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan;

Informasi untuk pelanggan dimaksudkan agar pelanggan dapat memahami atas

produk perusahaan sehingga pelanggan dapat memilih produk yang disediakan.

Page 7: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

20

2. Mengembangkan kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan barang atau

jasa di masa mendatang;

Yang dimaksud kesepakatan di sini adalah pemesanan pelanggan atas barang

atau jasa dan kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk dapat menyedi-

akan produk atau jasa di masa datang.

3. Menyediakan layanan atau mengirim barang kepada pelanggan;

Pada perusahaan jasa, karyawan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan, sedan-

gkan pada perusahaan dagang, petugas warehouse dan pengirim barang

memainkan peran penting dalam proses pengiriman barang kepada pelanggan.

4. Menagih pelanggan atas barang atau jasa yang disediakan;

Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan melakukan klaim kepada pelang-

gan dengan mencatat piutang dan menagih kepada pelanggan.

5. Mengumpulkan pembayaran;

Selama siklus penjualan, kas dari pembayaran pelanggan dikumpulkan.

6. Menyetor uang ke bank;

Kas yang diterima selama siklus penjualan, disetor ke bank.

7. Menyiapkan laporan.

Ada berbagai macam laporan yang harus dipersiapkan untuk pembuatan laporan

penjualan termasuk di dalamnya daftar pesanan, daftar pengantaran dan daftar pi-

utang.

Page 8: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

21

2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) menurut Jones dan Rama

(2006, p6-7), antara lain:

1. Producing External Reports (Menghasilkan laporan-laporan eksternal)

Businesses use accounting information systems to produce special reports to

satisfy the information needs of investors, creditors, tax collectors,

regulatory agencies, and others. Yang diterjemahkan sebagai berikut :

Perusahaan menggunakan system informasi akuntansi untuk menghasilkan

laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor,

petugas pajak, agen pengatur, dan lain-lain.

2. Supporting Routine Activities (Mendukung aktivitas rutin)

Managers need an accounting information system for handling routine

activities during the firm’s operating cycle. Yang diterjemahkan sebagai

berikut : Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani

aktivitas operasi rutin dalam siklus operasi perusahaan.

3. Decision Support (Mendukung pengambilan keputusan)

Information is also need for nonroutine decision support at all levels of an

organization. Examples include knowing which products are selling well and

which customers are doing most buying. Yang diterjemahkan sebagai

berikut: Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan

keputusan non-rutin pada seluruh tingkat organisasi, seperti mengetahui

produk mana yang terjual dengan baik dan mana yang paling banyak dibeli

oleh konsumen. Informasi ini penting bagi perencanaan produk baru,

Page 9: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

22

memutuskan produk mana yang harus selalu tersedia, dan memasarkan

produk pada konsumen.

4. Planning and Control (Perencanaan dan pengendalian)

An information system is required for planning and control activities as well.

Information concerning budgets and standard costs is stored by the

information system, and reports are designed to compare budget figures to

actual amounts. Yang diterjemahkan sebagai berikut : Sistem informasi

dibutuhkan pula bagi aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi

mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh system informasi, dan

laporan-laporan dirancang untuk menbandingkan anggaran dengan yang

jumlah yang sesungguhnya.

5. Implementing Internal Control (Mengimplementasikan pengendalian

internal)

Internal controls includes the policies, procedures, and information system

used to protect a company’s assets from loss or emblezzment and to maintain

accurate financial data. It is possible to build controls to a computerized

accounting information system to help reach these goals. Yang

diterjemahkan sebagai berikut : Pengendalian internal termasuk kebijakan,

prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta

perusahaan dari kerugian atau pencurian untuk memelihara akurasi data

keuangan. Membangun pengendalian ke dalam sebuah sistem informasi

akuntansi yang terkomputerisasi membantu untuk mencapai tujuan tersebut.

Page 10: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

23

2.6 Sistem Akuntansi Jasa Rumah Sakit

2.6.1 Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien

2.6.1.1 Definisi Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p150), penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi se-

lama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus masuk / penambahan ak-

tiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aktiva

bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p150), pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari manfaat

ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas rumah sakit selama su-

atu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan aktiva bersih,

yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien adalah pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan yang

diberikan kepada pasien.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p151), pendapatan operasional pelayanan pasien bruto adalah pen-

dapatan yang timbul dari aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien.

Page 11: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

24

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien bersih adalah pen-

dapatan operasional pelayanan pasien bruto setelah dikurangi dengan

pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien.

2.6.1.2 Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Rawat Jalan

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p152), Pendapatan rawat jalan berdasarkan sifatnya dapat

dibedakan, antara lain menjadi :

1. Sewa Ruangan (misalnya: unit gawat darurat dalam struktur rawat

jalan)

2. Sewa Alat;

3. Alat Habis Pakai;

4. Obat;

5. Jasa Sarana (termasuk pendapatan dari bagi hasil visitasi dan tin-

dakan medis);

6. Administrasi;

7. Karcis

8. Kartu pasien

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

Page 12: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

25

(2004,p152), Pendapatan penunjang medis berdasarkan sifatnya dapat

dibedakan, antara lain menjadi :

1. Radiologi;

2. Laboratorium;

3. Fisioterapi;

4. Farmasi;

5. Rehabiltasi medik;

6. Hemodialisa;

7. Diagnostik (medical checkup dan obat);

8. Bank darah; dan

9. Patologi anatomi.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p152), pendapatan pelayanan pasien lainnya berdasarkan sifatnya

dapat dibedakan, antara lain menjadi :

1. Ambulance;

2. Kamar jenazah; dan

3. Sewa (misalnya : sewa tempat tidur untuk penunggu).

2.6.1.3 Perlakuan Akuntansi Pendapatan Operasional Pelayanan

Pasien

Page 13: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

26

1. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p153), pengakuan dan pengukuran

pendapatan operasional pelayanan pasien, yaitu :

a. Penghasilan diakui pada saat aktivitas pelayanan jasa

telah diberikan kepada pengguna jasa.

b. Penghasilan diukur sebesar nilai wajar imbalan yang di-

terima atau yang dapat diterima. Besarnya imbalan per

pelayanan atau per paket pelayanan didasarkan pada tarif

yang berlaku.

c. Syarat pengakuan piutang dan pendapatan, adalah :

- Adanya manfaat ekonomi masa datang (future eco-

nomic benefit) yang pasti dan disepakati oleh pihak

yang bertransaksi; dan

- Manfaat ekonomi masa datang tersebut dapat diukur

dengan andal

d. Persyaratan kepastian pada poin (c), akan terpenuhi jika

terdapat komitmen dan kemampuan merealisasi komite-

men tersebut. jika salah satu persyarat pada poin (c)

tersebut tidak terpenuhi, maka rumah sakit tidak dapat

mengakui piutang tersebut sebagai aktiva, tetapi hanya

mengungkapkannya sebagai aktiva kontijensi dalam

catatan atas laporan keuangan.

Page 14: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

27

e. Pos “pengurang pendapatan operasional pelayanan

pasien” diakui pada saat ditetapkannya pengurang-pen-

gurang pendapatan tersbeut dengan mengurangi piutang

pelayanan.

2. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p154), penyajian pendapatan opera-

sional pelayanan pasien, yaitu :

a. Pendapatan operasional pelayanan pasien disajikan se-

bagai kelompok pos dalam laporan laba rugi.

b. Pendapatan operasional pelayanan pasien dirinci dan dis-

ajikan terpisah untuk setiap pos berdasarkan strukturnya.

c. Pendapatan operasional pelayanan pasien disajikan se-

cara bruto.

d. Pos “pengurangan pendapatan operasional pelayanan

pasien” disajikan sebagai pos tersendiri setelah pos-pos

pendapatan operasional pelayan pasien.

3. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p154), pengakuan pendapatan opera-

sional pelayanan pasien, hal-hal yang diungkapkan antara

lain adalah sebagai berikut :

a. Rincian berdasarkan sifat dan jumlah untuk setiap pos

pendapatan pelayanan pasien.

Page 15: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

28

b. Rincian berdasarkan jenis dan jumlah untuk pos “pengu-

rang pendapatan operasional pelayanan pasien”.

2.6.1.4 Jurnal Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p154), jurnal pendapatan operasional pelayanan pasien,

antara lain :

1. Jurnal Pengakuan Penghasilan :

Db. Kas dan Setara Kas

Db. Piutang Pelayanan

Kr. Pendapatan Operasional Rawat Inap

2. Jurnal Pemberian Keringanan/ditetapkannya Pengurang Pen-

dapatan Operasional :

Db. Pengurangan Pendapatn Operasional Pelayanan

Pasien

Kr. Piutang Pelayanan

3. Jurnal Pengembalian Pembayaran yang telah Diterima oleh

Pasien :

Db. Pengurangan Pendapatan Operasional Pelayanan

Pasien – Restitusi

Kr. Kas

2.6.2 Piutang

Page 16: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

29

2.6.2.1 Definisi Piutang

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerin-

tah (2004,p28), Piutang menurut sumber terjadinya dikelompokan

menjadi dua jenis, yaitu :

1. Piutang Pelayanan. Piutang yang timbul karena penyerahan

pelayanan jasa dalam rangka kegiatan entitas rumah sakit, seperti piu-

tang kepada pasien rawat inap, rawat jalan dan penunjang medis.

2. Piutang Lain-lain. Piutang yang timbul diluar kegiatan pelayanan

medis, seperti piutang karyawan dan piutang sewa.

2.6.2.2 Dasar Pengaturan Piutang

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerin-

tah (2004,p28), dasar pengaturan piutang pada jasa rumah sakit,

yaitu :

1. Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan pelayanan jasa

atau penyerahan uang, berdasarkan keputusan atau kesepakatn antara

entitas rumah sakit dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain terse-

but untuk melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya atau

ditanggungnya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai

dengan kesepakatan.

Page 17: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

30

2. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan medis telah diberikan

tetapi belum menerima pembayaran dari pengguna jasa yang

bersangkutan atau dari penanggung jasa.

2.6.2.3 Piutang Jasa Rumah Sakit

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerin-

tah (2004,p28), penjelasan mengenai piutang jasa rumah sakit yaitu :

1. Transaksi piutang pelayanan antara lain memiliki karakteristik, seba-

gai berikut :

a. Adanya pemberian pelayanan;

b. Persetujuan atau kesepakatan berutang;

c. Jangka waktu tertentu; dan

d. Jaminan.

2. Jenis piutang pada entitas rumah sakit dikelompokan menjadi :

a. Piutang pelayanan, antara lain :

- Piutang jaminan sosial;

- Piutang jaminan perusahaan;

- Piutang asuransi;

- Piutang jaminan perorangan; dan

- Piutang pelayanan pasien dalam perawatan

b. Piutang lain-lain, antara lain :

- Piutang pegawai/karyawan dan direksi;

- Allowance karyawan kunci;

Page 18: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

31

- Piutang sewa (ruang/tempat dan fasilitas/utilities)

3. Jenis piutang pelayanan (piutang jaminan sosial sampai dengan piu-

tang jaminan perorangan) merupakan piutang yang muncul karena

telah selesainya pemberian pelayanan sedangkan untuk piutang

pelayanan pasien dalam perawatan adalah piutang yang muncul

karena adanya pemberian pelayanan rumah sakit sampai dengan tang-

gal posisi keuangan dan pasien masih dalam perawatan.

2.6.2.4 Perlakuan Akuntansi Piutang

A. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p29), pengakuan dan pengukuran pi-

utang jasa rumah sakit, yaitu :

1. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan (jasa)

medis telah diberikan kepada pasien.

2. Piutang lain-lain diakui pada saat jasa sewa telah

diberikan kepada penyewa atau uang pinjaman telah

diberikan kepada karyawan atau direksi.

3. Penyisihan kerugian piutang dapat dibentuk dengan

menggunakan salah satu dari dua metode berikut ini :

a. Sebesar niai piutang yang diperkirakan tidak dapat

ditagih berdasarkan daftar umur piutang (jenis pen-

gelompokan dan persentase besarnya penyisihan dis-

Page 19: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

32

esuaikan dengan karakter resiko kolektibilitas entitas

rumah sakit), atau;

b. Sebesar estimasi dari persentase tertentu dari piutang

pelayanan yang terjadi pada periode berjalan.

4. Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau

dihapuskan.

5. Piutang yang tidak tertagih dihapusbukukan berdasarkan

ketentuan di setiap entitas rumah sakit.

6. Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari peny-

isihan kerugian piutang yang disisihkan maka selisihnya

diakui sebagai beban penyisihan kerugian pada periode

yang bersangkutang dan sebaliknya.

7. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapus-

bukukan maka diakui sebagai pendapatan lain-lain atau

menyesuaikan penyisihan kerugian piutang.

B. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p29), penyajian piutang jasa rumah

sakit yaitu :

1. Piutang pelayanan dan piutang lain-lain disajikan dalam

pos yang terpisah.

2. Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah

seluruh tagihan dikurangi dengan penyisihan kerugian

putang.

Page 20: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

33

C. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

(PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Non-Pemerintah (2004,p29-30), hal-hal yang harus di-

ungkapkan dalam piutang jasa rumah sakit, antara lain, seba-

gai berikut :

1. Rincian jenis dan jumlah piutang;

2. Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki

hubungan istimewa;

3. Metode pembentukan dan jumlah penyisihan kerugian

piutang yang dibentuk;

4. Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank.

2.6.2.5 Jurnal Piutang

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah

(2004,p30), jurnal yang digunakan dalam pencatatan piutang

jasa rumah sakit, antara lain, sebagai berikut :

1. Jurnal pada saat jasa diberikan :

Db. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan

Kr. Pendapatan pelayanan

2. Jurnal pada saat perawatan pasien selesai (pulang) :

Db. Piutang Pelayanan

Kr. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan

3. Jurnal pada saat penerimaan pembayaran :

Page 21: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

34

a. Jika pasien pulang langsung membayar :

Db. Kas dan Setara Kas

Kr. Piutang Pelayanan Pasien dalam per-

awatan

b. Jika pasien pulang belum membayar dan pelunasan piu-

tang dilakukan kemudian :

Db. Kas dan Setara Kas

Kr. Piutang Pelayanan

4. Jurnal pada saat penyisihan kerugian piutang :

Db. Beban penyisihan kerugian piutang pelayanan

Kr. Penyisihan kerugian piutang pelayanan

5. Jurnal pada saat penghapusan piutang :

Db. Penyisihan kerugian piutang pelayanan

Kr. Piutang pelayanan

6. Jurnal pada saat pelunasan piutang pelayanan yang telah di-

hapus bukukan :

Db. Kas dan Setara Kas

Kr. Pendapatan lain-lain/penyisihan kerugian piu-

tang pelayanan

2.7 Beberapa Konsep Dasar Tentang Rumah Sakit

2.7.1 Pengertian Rumah Sakit

Page 22: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

35

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit, pada pasal 1 ayat (1) dalam buku Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit Yang Terintegrasi (2010,p90), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Sedangkan menurut PERSI (2004,pV), rumah sakit merupakan suatu

bentuk sarana pelayanan kesehatan dan merupakan institusi yang mengemban

fungsi sosial kepada masyarakat dengan selalu mengutamakan kemanusiaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah tempat pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran demi kebutuhan

pasien.

2.7.2 Fungsi Rumah Sakit

Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,

pada pasal 5 disebutkan bahwa rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Page 23: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

36

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka penigkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.7.3 Mutu Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Ery (2010,p15), mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat

kesempurnaan rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan

dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan

wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai

dengan norma, etika, hukum dan sosio-budaya dengan memperhatikan

keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.

Pasal 2 ayat (4) butir b Peraturan Pemerintah nomer 25 tahun 2000 yang

kemudian diperbaruhi dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 memberikan

kewenangan kepada pemerintah pusat untuk menetapkan pedoman standar

pelayanan minimal wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota

termasuk di bidang kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah melalui

keputusan mentri kesehatan No. 1457/2003 menetapkan standar pelayanan

minimal bidang kesehatan di kabupaten/kotamadya dimana di dalamnya terdapat

54 indikator dengan jenis pelayanan dan indikator kinerja beserta target yang

harus dipenuhi oleh kabupaten/kotamadya pada tahun 2010. kepmenkes ini juga

diperjelas dengan menerbitkan petunjuk teknik melalui kepmenkes no.1091/2004.

Pedoman penyusunan standar pelayanan juga dutetapkan pada kepmenkes no.

228/2003, Pedoman penyusunan standar pelayanan minimal RS yaitu standar

Page 24: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

37

penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan

penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang

minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Pengalaman dalam penyusunan

Standar Pelayanan Minimal RS sebagai bagian dari persyaratan Badan layanan

Umum, (hanum, faricha, djasri, kuntjoro) Tjahjono Buletin IHQN Volume

II/Nomer 03/2006, hal 1.

Faktor - faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit yaitu :

1. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan

kemampuan untuk dipercaya.

2. Daya tangkap, yaitu sikap tanggap para karyawan untuk melayani saat

dibutuhkan pasien.

3. Kemampuan, yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu.

4. Mudah untuk dihubungi dan ditemui.

5. Sikap sopan santun, respek dan keramahan para pegawai.

6. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa

yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan

pelanggan.

7. Dapat dipercaya dan jujur.

8. Jaminan keamanan.

9. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan.

10. Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik,

peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa.

Page 25: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

38

Dalam perkembangan selanjutnya, Ery mengemukakan bahwa 10 faktor yang

mempengaruhi mutu yang ada, dapat dirangkum menjadi 5 faktor pokok yaitu :

1. Tangibles

Bukti langsung, meliputi bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik,

peralatan yang digunakan, sarana dan penampilan para pegawai.

2. Realibility

Kemampuan memberikan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera,

akurat dan memuaskan.

3. Responsiveness

Sikap tanggap para karyawan dalam memberikan pelayanan pada saat

pasien membutuhkan.

4. Assurance;

Jaminan keamanan, yaiu bebas dari bahaya, resiko kecelakaan,

kebakaran, kematian dan lain-lain.

5. Empathy.

Kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,

perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan.

2.7.4 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Menurut Ery (2010,p26), sistem informasi rumah sakit adalah suatu

kegiatan rangkaian yang mencakup semua pelayanan kesehatan dalam rumah

Page 26: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

39

sakit di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada

pengelola untuk proses manajemen (berhubungan dengan pengumpulan data,

pengolahan data, penyajian informasi dan analisa) pelayanan kesehatan di rumah

sakit.

Peran sistem informasi di dalam kegiatan manajemen rumah sakit

sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif dalam proses

pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem informasi, seorang pimpinan

rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat

berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2.7.5 Billing System

Menurut Ery (2010,p39), system informasi manajemen rumah sakit

terdiri dari beberapa bagian yang ada di rumah sakit diantaranya adalah bagian

Billing System. Billing System terdiri dari 2 (dua) kata bahasa inggris yaitu Bill

yang bermakna bon, rekening atau tagihan dan System yang bermakna sistim,

jaringan atau susunan merupakan salah satu aplikasi system pembayaran rumah

sakit untuk pelayanan pasien pada Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat,

Instalasi Rawat Inap, Serta Instalasi Sarana Penunjang (Laboratorium, Radiologi

dll), jadi dapat disimpulkan billing system adalah bagian aplikasi dari SIM-RS.

Billing System ini meliputi :

1. Sistem Informasi Registrasi

2. Sistem Informasi Poliklinik

3. Sistem Informasi Gawat Darurat

4. Sistem Informasi Laboratorium

Page 27: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

40

5. Sistem Informasi Radiologi

6. Sistem Informasi Kamar Operasi

7. Sistem Informasi Rawat Inap

8. Sistem Informasi Rekap Medik

2.7.5.1 Sistem Informasi Registrasi

Menurut Ery (2010,p39), system informasi registrasi digunakan untuk

mendata pasien baru dan lama baik rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat,

selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kunjungan, sehingga

dengan mudah kita dapat membuat laporan serta penyajian data rawat jalan

khususnya berapa jumlah kunjungan perpoliklinik yang ada dirumah sakit baik

pasien baru dan lama, rawat inap perbangsal, berapa jumlah kunjungan

pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll).

2.7.5.2 Sistem Informasi Poliklinik

Menurut Ery (2010,p41), system informasi poliklinik yaitu system

pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di poliklinik dari input

data sampai dengan output data (laporan-laporan yang dihasilkan di poliklinik

rawat jalan). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam system

informasi poliklinik antara lain:

1. Input anamnesa pasien

2. Input pemeriksaan dan tindakan kepasien (termasuk nota tagihan pasien)

3. Input rujukan pemeriksaan ke laboratorium, radiologi, kamar operasi

rawat inap

Page 28: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

41

4. Input resep dokter (untuk penjualan diapotik)

5. Buku Register rawat jalan

6. Laporan pemeriksaan pasien per-dokter

7. Laporan-laporan

2.7.5.3 Sistem Informasi Gawat Darurat

Menurut Ery (2010,p42), system informasi gawat darurat adalah system

pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di unit gawat darurat

dari input data, proses data sampai dengan output data (termasuk laporan-laporan

yang dihasilkan di gawat darurat). Secara garis besar variable-variabel yang

harus ada didalam system informasi gawat darurat antara lain:

1. Pendaftaran kunjungan pasien ke UGD

2. Input anamnesis

3. Input pemeriksaan dan tindakan ke pasien (termasuk nota pagihan pasien)

4. Input resep dokter (untuk penjualan di apotik)

5. Buku Register gawat darurat

6. Laporan pasien UGD berdasrkan jenis kasus (bedah, non bedah,

Kebidanan)

7. Laporan-laporan.

2.7.5.4 Sistem Informasi Radiologi

Menurut Ery (2010,p43), system informasi radiologi adalah system

pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di radiologi dari input

data sampai dengan output data(laporan-laporan yang dihasilkan di bagian

Page 29: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

42

radiologi). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam system

informasi radiologi antara lain:

1. Input pemeriksaan pasien

2. Input hasil pemeriksaan radiologi

3. Cetak hasil pemeriksaan radiologi

4. Laporan rekap pemeriksaan pasien

5. Buku register radiologi

6. Laporan

2.7.5.5 Sistem Informasi Laboratorium

Menurut Ery (2010,p45), system informasi laboratorium adalah system

pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di laboratorium dari

input data, proses data sampai dengan output data (laporan-laporan yang

dihasilkan di unit laboratorium). Secara garis besar variable-variabel yang harus

ada didalam informasi laboratorium antara lain:

1. Input pemeriksaan pasien

2. Input hasil pemeriksaan laboratorium

3. Cetak hasil pemeriksaan laboratorium

4. Laporan rekap pemeriksaan pasien

5. Input master standar hasil pemeriksaan laboratorium

6. Buku register laboratorium

7. Laporan-laporan.

Page 30: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

43

2.7.6 Evaluasi Dalam Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit

2.7.6.1 Pengembangan SIM RS

Menurut Ery (2010,p84), didalam pengembangan system informasi manajemen

rumah sakit ada 5 (lima) tahapan untuk meningkatkan kinerja system informasi

manajemen rumah sakit natara lain sebagai berikut :

1. Analisis system

2. Rancangan system

3. Implementasi system

4. Pemeliharaan system

5. Peningkatan system

2.7.6.2 Faktor Penghambat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Menurut Ery (2010,p88), Faktor penghambat didalam pengembangan system

informasi manajemen di rumah sakit antara lain:

1. Faktor Teknis

Faktor penghambat dari factor teknis terdiri dari aspek hardware dan software

dimana bukan pada spesifikasi teknis kemampuan komputernya, melainkan pada

koneksi jaringannya. Pada beberapa computer banyak ditemui karena

instalasinya tidak sempurna. Sedang dari aspek database dimana database tidak

bisa terintegrasi dengan bagaian yang lain.

2. Faktor Non Teknis

Faktor penghambat dari aspek non teknis adalah tidak memiliki tim dan tenaga

teknis, rendahnya motivasi dan kualitas SDM pengguna. Pihak pengembang

Page 31: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

44

SIM, belum memiliki prosedur kerja, struktur organisasi, manajemen proyek

yang kurang baik.

2.7.6.3 Kendala Implementasi

Menurut Ery (2010,p88), kendala-kendala yang dihadapi beberapa rumah sakit di

Indonesia dalam mengimplementasikan SIM RS antar lain:

1. Ketidak siapan rumah sakit dalam menerapkan system informasi yang

terintegrasi dan berbasis computer.

2. Penyajian data yang belum semua menjadi data elektronik yang akan

memudahkan pada proses migrasi data.

3. Komitmen yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyeluruh tidak

disosialisasikan sehingga menimbulkan kekacauan pada data transaksi.

4. Koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing-masing

dan berubah-ubahnya kebijakan.

5. Mengubah pola kerja yang sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi.

6. Pemahaman yang belum merata antara SDM terkait.

2.8 Sistem Pengendalian Internal

2.8.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney, Steinbart, Paul (2006,p192), pengendalian internal adalah

internal control is the process implemented by the board of directors, management, and

those under their direction to provide reasonable assurance that the following control

objectives are achieved:, Yang diterjemahkan sebagai berikut: pengendalian internal

Page 32: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

45

adalah proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi dan manajemen untuk memberikan

keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian berikut dapat dicapai dengan:

- Safeguarding assets, including preventing or detecting, on timely basis, the

unauthorized acquisition, use, or disposition nof material company assets.

Yang diterjemahkan sebagai berikut Mengamankan aset, termasuk

mencegah atau mendeteksi, secara tepat waktu, akuisisi yang tidak sah,

menggunakan, atau aset perusahaan disposisi materi nof

- Maintaining records is sufficient detail or accurately and fairly reflect

company assets. Yang diterjemahkan sebagai berikut Catatan

Mempertahankan adalah cukup rinci atau secara akurat dan cukup

mencerminkan aset perusahaan.

- Providing accurate and reliable information. Yang diterjemahkan sebagai

berikut Akurat dan handal menyediakan informasi.

- Providing reasonable assurance that financial reporting is prepared in

acoordance with GAAP. Yang diterjemahkan sebagai berikut memberikan

keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan GAAP

- Promoting and improving operational efficiency, including making sure

company receipt and expenditures are made in accordance with

management and director’s authorizations. Yang diterjemahkan sebagai

berikut Mempromosikan dan meningkatkan efisiensi operasional, termasuk

membuat keyakinan penerimaan perusahaan dan pengeluaran yang dibuat

sesuai dengan kewenangan manajemen dan direktur.

Page 33: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

46

- Encouraging adherence to prescribed managerial policies. Yang

diterjemahkan sebagai berikut Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan

manajerial yang ditentukan.

- Complying with applicable laws and regulations. Yang diterjemahkan

sebagai berikut Mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2.8.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO, “Tujuan

sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliability of

financial reporting)

2. Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness and

efficiency of operations)

3. Memenuhi hukum dan peraturan yang ditetapkan (compliance with

applicable laws and regulations).

2.8.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2006,p.196), berdasarkan COSO, “Terdapat

lima komponen yang saling berhubungan dalam sistem pengendalian intern antara lain

sebagai berikut:

1. Control environment

Inti dari semua bisnis orangnya – sifat masing-masing individu, termasuk

integritas nilai etika, dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka

Page 34: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

47

beroperasi. Mereka adalah alat yang mengendalikan organisasi dan

merupakan dasar dari segala sesuatu.

2. Control Activities

Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan

untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak

manajemen untuk menanggulangi risiko dan untuk mencapai tujuan

terlihat efektif.

3. Risk Assesment

Perusahaan harus berhati-hati terhadap risisko yang dihadapi. Perusahaan

harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan,

produksi, pemasaran, keuangan, dan aktivitas lainnya sehingga

perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga harus

menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan

mengatur risiko-risiko yang berhubungan dengan masing-masing bagian.

4. Information and Communication

Yang mengelilingi aktivitas pengendalian adalah sistem informasi dan

komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dari perusahaan

menerima dan saling bertukar informasi yang dibutuhkan untuk

memimpin, mengatur, dan mengontrol operasi yang ada.

5. Monitoring

Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila

diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi dengan lebih dinamis,

berubah sesuai dengan kondisi yang ada.

Page 35: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

48

2.9 Object Oriented Concepts

2.9.1 Objects

Pengertian Objects menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60)

adalah sesuatu hal di dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan.

Dimana setiap objek tersebut memiliki suatu state dan behavior. Dimana state

dalam setiap objek tersebut menggambarkan keadaan objek tersebut saat itu.

Sedangkan behavior dalam setiap objek merupakan tindakan atau respon yang

dilakukan oleh objek tersebut.

2.9.2 Attributes, Methods, and User Interface Object

2.9.2.1 Pengertian Attributes

Menurut Satzinger (2005,p62), attributes adalah karakteristik

objek yang mempunyai nilai-nilai, seperti ukuran, bentuk, warna, tempat,

dan teks suatu tombol, label atau nama, alamat, dan nomor telepon

seorang pelanggan.

2.9.2.2 Pengertian Methods

Menurut Satzinger (2005,p62), methods adalah perilaku atau suatu

operasi yang menggambarkan apa yang sebuah objek mampu lakukan.

2.9.2.3 Pengertian User Interface Object

Menurut Satzinger (2005,p62), User Interface Object adalah

sebuah objek yang berinteraksi dengan user saat menggunakan sistem,

seperti tombol, item menu, kotak teks atau label.

Page 36: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

49

2.9.3 Classes, Identity, Superclass, and Subclass

2.9.3.1 Pengertian Classes

Clasess menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p63) adalah

suatu jenis atau penggolongan terhadap objek yang memiliki kesamaan.

Class menetapkan rincian dari attribute dan perilaku dari setiap objek

tersebut. class merupakan suatu abstraksi dari suatu entitas dalam dunia

nyata dan object merupakan contoh dari sebuah class

2.9.3.2 Pengertian Identity

Identity menurut Satzinger (2005,p66) adalah referensi unik untuk

objek yang memungkinkan objek lain untuk menemukan dan

mengirimkannya sebuah pesan.

2.9.3.3 Pengertian Superclass

Superclass menurut Satzinger (2005,p67) adalah kelas umum

dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang dapat diperluas oleh suatu

subclass.

2.9.3.4 Pengertian Subclass

Subclass menurut Satzinger (2005,p67) adalah kelas spesialisasi

dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang berisi atribut dan metode

tambahan yang membedakannya dari kelas yang lebih umum.

Page 37: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

50

2.9.4 Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance

2.9.4.1 Pengertian Polymorphism

Menurut Satzinger (2005,p67), Polymorphism adalah karakteristik dari

objek, yang memungkinkan mereka untuk merespon dengan cara yang berbeda

terhadap pesan yang sama.

2.9.4.2 Pengertian Encapsulation

Menurut Satzinger (2005,p66), Encapsulation adalah penggabungan

atribut dan metode ke dalam satu unit dan menyembunyikan struktur internal

objeknya.

2.9.4.3 Pengertian Inheritance

Menurut Satzinger (2005,p66), Inheritance adalah konsep dimana satu

kelas objek berbagi beberapa karakteristik ke kelas lain.

2.9.5 Unified Modelling Language (UML)

Menurut Satzinger (2005,p48), yang dimaksud dengan UML adalah

bentuk standar dari perancangan dan notasinya yang mengembangkan

perkembanggan orientasi objek secara spesifik.

2.9.6 Unified Modelling Language with Unfied Process ( UML UP )

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p48), yang dimaksud dengan

UML adalah model standar dari perancangan dan notasinya yang melakukan

pengembangan orientasi objek secara spesifik. Model-model dalam metodologi

Page 38: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

51

pengembangan sistem mencakup beberapa hal seperti inputs, outputs, proses,

data, objek serta interaksi antar objek. Model-model tersebut ditunjukan dalam

bentuk diagram-diagram, dimana dalam diagram tersebut notasinya sesuai

dengan yang didefinisikan oleh Unfied Modelling Language.

Model-model komponen sistem yang berbasiskan Unfied Modelling

Language, terdiri dalam tujuh diagram, yaitu :

1. Use Case Diagram;

2. Class Diagram;

3. Activiity Diagram;

4. Sequence Diagram;

5. Communication Diagram;

6. Package Diagram;

7. Deployment Diagram.

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p50), yang dimaksud dengan

Unified Process adalah suatu metodologi pengembangan sistem berorientasi

objek yang dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar

Jacobson.

2.10 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

2.10.1 Pengertian Analisis Sistem

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), analisis sistem

adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci apa yang harus

dicapai oleh sistem informasi.

Page 39: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

52

2.10.2 Pengertian Perancangan Sistem

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), perancangan

sistem adalah proses menetapkan secara rinci bagaimana beberapa

komponen dari sistem informasi harus diterapkan secara langsung.

2.10.3 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)

2.10.3.1 Pengertian Object-Oriented Analysis (OOA)

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOA

merupakan penjelasan semua jenis objek yang melakukan

pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

2.10.3.2 Pengertian Object-Oriented Design (OOD)

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOD

merupakan penjelasan semua jenis objek yang diperlukan untuk

berkomunikasi dengan orang-orang dan alat di dalam sistem,

menunjukkan bagaimana objek tersebut saling berhubungan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengolah definisi

dari setiap jenis objek, dengan begitu objek tersebut dapat

diterapkan dengan suatu lingkungan atau bahasa yang spesifik.

2.10.3.3 Pengertian Object-Oriented Programming (OOP)

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p61), OOP

merupakan penulisan pernyataan di dalam bahasa program

Page 40: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

53

untuk menggambarkan setiap jenis yang dilakukan oleh objek,

termasuk pesan yang dikirimkan objek kepada satu sama lain.

2.10.4 Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

2.10.4.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p144),

pengertian activity diagram adalah sebuah diagram alur kerja

yang menjelaskan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh

seorang user (atau sistem), user yang melakukan setiap aktivitas

atau kegiatan tersebut dan alur yang berurutan dari aktivitas-

aktivitas tersebut.

Notasi-notasi yang digunakan didalam activity diagram antara

lain :

1. Swimlane

Merupakan sebuah area berbentuk persegi panjang dalam

activity diagram yang memaparkan aktivitas apa saja yang

dilakukan oleh seorang user.

2. Starting Activity (Pseudo)

Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki

fungsi sebagai penanda dimulai nya suatu aktivitas.

3. Transition Arrow

Merupakan notasi idalam activity diagram yang memliki

fungsi menghubungkan satu aktivitas dengan aktivitas

berikutnya yang dilakukan oleh seorang user.

Page 41: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

54

4. Activty

Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki

fungsimenjelaskan aktivias yang dilakukan oleh seorang

user.

5. Synchronization Bar

Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki

fungsi mengatur atau mengendalikan pemisahan dan

penyatuan dari beberapa aktivitas yang berurutan,

6. Decision Activity

Merupakan notasi dalam activity diagram yang digunakan

pada saat user akan melakukan pengambilan keputusan.

7. Ending Activity

Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki

fungsi sebagai penanda diakhirinya nya suatu aktivitas.

Contoh notasi-notasi dalam activity diagram :

Gambar 2.1 notasi-notasi dalam activity diagram

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented

analysis & Design with the Unfied Process

Page 42: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

55

Contoh Activity Diagram :

Gambar 2.2 Contoh activity diagram

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented

analysis & Design with the Unfied Process

2.10.4.2 Event Table

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p174),

pengertian event table adalah sebuah katalog dari use case yang

terdiri dari event-event dalam baris dan merupakan bagian

penting dari informasi event-event tersebut yang terdapat

didalam kolom.

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p175),

event table terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

Page 43: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

56

1. Event

Event merupakan suatu kejadian yang terjadi pada waktu

dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan serta perlu diingat.

2. Trigger

Trigger merupakan suatu tanda yang memberitahukan

sistem bahwa event telah terjadi, meskipun data yang masuk

membutuhkan proses atau waktu.

3. Source

Source merupakan agen eksternal yang memasukan data

kedalam sistem

4. Response

Response merupakan hasil atau output dari suatu proses

yang dilakukan oleh sistem.

5. Destination

Destination merupakan agen eksternal yang menerima

output atau hasil dari proses yang dilakukan oleh sistem.

Contoh komponen dalam event table :

Page 44: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

57

Gambar 2.3 komponen-komponen dalam event table

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p1755),Object-oriented

analysis & Design with the Unfied Process

2.10.4.3 Use Case

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p52),

definisi use case adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

sistem, pada umumnya sebagai jawaban atas suatu permintaan

oleh user.

Didalam use case diagram, terdapat beberapa notasi,

symbol atau lambang yang digunakan untuk merepresentasikan

setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan oleh sistem untuk

merespon permintaan user tersebut.

Page 45: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

58

Gambar 2.4 notasi use case diagram

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p215),Object-oriented

analysis & Design with the Unfied Process

Gambar 2.5 use case diagram

Page 46: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

59

2.10.4.4 Use Case Description

Menurut Satzinger et al (2005,p220), use case

description merupakan sebuah rincian penjelasan dari sebuah

proses yang telah digambarkan dalam use case diagram.

Gambar 2.6 use case description

Page 47: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

60

2.10.4.5 Class Diagram

2.10.4.5.1 Domain Class Diagram

Class diagram ada sebuah model diagram yang

mendefinisikan class-class problem domain. Maka dari itu, class

diagram juga dapat disebut dengan domain class diagram.

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p284), domain

class diagram adalah sebuah model diagram UML yang

menjelaskan dan menggambarkan segala hal yang penting

dalam hal yang dikerjakan oleh user.

Class diagram digambarkan dengan bentuk persegi

yang memiliki tiga bagian, yaitu bagian pertama diisi dengan

nama class diagram tersebut, bagian kedua diisin dengan

atribut-atribut dari class diagram tersebut dan yang terakhir akan

diisi dengan method dari class diagram tersebut.

Class

Penghubung antar class

Gambar 2.7 contoh class

Hubungan antar class yang dihubungkan dengan garis

penghubung disebut dengan multiplicity of association.

Page 48: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

61

Multiplicity ini dibedakan menjadi enam jenis yang akan

dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Hubungan Simbol

Zero to one 0..1

One and only one 1

One and only one alternate 1..1

Zero or more 0..*

Zero or more alternate *

One or more 1..*

Tabel 2.1 Multiplicity antar class

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p186)

Page 49: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

62

Contoh domain class diagram :

Gambar 2.8 Domain Class Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p310)

2.10.4.5.2 First-Cut Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2006,p311),

first-cut class diagram adalah domain class diagram yang telah

diperluas dan dikembangakan dengan dua cara, yaitu mengurai

atribut beserta tipe dan nilai awal serta menambahkan

navigation visibility arrows.

Page 50: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

63

Gambar 2.9 First-Cut Class Diagram

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p311)

Page 51: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

64

2.10.4.5.3 Updated Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p337),

updated design class diagram merupakan pengembangan dari

setiap layer. Dalam view dan data access layer di sequence

diagram, harus ditambahkan beberapa class baru sebagai use

case controller. Pada updated design class diagram, method

dapat ditambahkan untuk setiap class.

Gambar 2.10 Updated Design Class Diagram

Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p340)

Page 52: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

65

2.10.4.6 Sequence Diagram

2.10.4.6.1 System Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p213),

system sequence diagram merupakan diagram yang menunjukan

dan menjelaskan rincian urutan pesan antara aktor eksternal

dengan sistem. System sequence diagram merupakan bagan dari

interaction diagram. Dimana interaction diagram adalah

diagram komunikasi atau sequence diagram yang menampilkan

hubungan antara objek.

Gambar 2.11 Notasi System Sequence Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p229)

Page 53: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

66

2.10.4.6.2 Completed Three Layer Design Sequence Di-

agram

Completed three layer sequence diagram atau yang

biasa disebut data access sequence diagram merupakan se-

quence diagram yang telah dikembangkan dan dilengkapi

hingga menampilkan hubungan sampai database.

Gambar 2.12 Completed Three Layer Design Sequence Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p487)

2.10.4.7 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2004, p339),

package diagram merupakan diagram high level yang

Page 54: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

67

menampilkan hubungan semua class yang terkait. Notasi

package diagram digambarkan sebagai persegi panjang. Nama

dari package ditampilkan dalam akan ditampilkan didalam

persegi panjang tersebut. Dalam gambar 2.12 dibawah ini akan

ditampilkan contoh dari package diagram

Gambar 2.13 Package Diagram

Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p341)

2.10.4.8 Persistent Object

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p66), per-

sistent object adalah kumpulan objek yang tersedia dan dapat di-

gunakan oleh sistem secara terus menerus.

Page 55: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

68

2.10.4.9 User Interface

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p442), user

interface adalah suatu bagian dari sistem, dimana

bagian tersebut memerlukan interaksi dari user kepada

sistem untuk membuat input dan manghasilkan output.

2.11 Rancangan Database

2.11.1 Pengertian Rancangan Database

Menurut Connolly & Begg (2010, p320), Database Design adalah proses

untuk menciptakan sebuah rancangan yang akan mendukung misi dan tujuan pe-

rusahaan untuk sistem database yang diperlukan.

2.11.2 Tahapan Rancangan Database

Menurut Connolly & Begg (2010, p322), Database Design terdiri dari

tiga tahap utama, yaitu :

Conceptual database design

Proses pembuatan sebuah model dari data yang digunakan dalam

perusahaan, bebas dari segala pertimbangan fisik.

Logical database design

Proses pembuatan sebuah model dari data yang digunakan dalam

perusahaan berdasarkan model data spesifik, tetapi terbebas dari

perincian DBMS dan pertimbangan fisik lainnya.

Physical databse design

Proses yang menghasilkan implementasi database dan penyim-

panan sekunder, dimana mendeskripsikan hubungan dasar file or-

Page 56: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

69

ganisasi dan indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi

data, dan aosiasi integritas yang membatasi dan ukuran keamanan.

2.11.3 Pengertian SQL

Menurut Connolly & Begg (2010,p184), SQL (Structured Query

Langueage) adalah contoh dari transform-oriented language atau bahasa

yang didesain dengan menggunakan relasi untuk mengubah input men-

jadi output yang diinginkan.

Sebuah database language dapat memungkinkan user untuk :

Membuat hubungan struktur dan database.

Melakukan operasi penyisipan (insertion), perubahan (modifica-

tion), dan penghapusan (deletion) data dari relasi.

Menampilkan query yang sedarhan dan kompleks.

2.12 Fase Proses Pengembangan Sistem

Menurut Whitten et al. (2007,p30), proses pengembangan sistem adalah

satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, deliverables dan peralatan yang telah

terotomatisasi yang digunakan oleh para stakeholders untuk mengembangkan

dan memperbaiki sistem informasi besera dengan perangkat lunaknya. Ke-

banyakan organisasi memiliki standar pengembangan sistem yang formal yang

terdiri dari satu set proses atau langkah yang mereka harapkan dapay diikuti

oleh project pengembangan sistem lainnya dan kebanyakan dalam organisasi,

proses pengembangan sistem yang dijalankan mengikuti pendeketan pemecahan

masalah (problem-solving approach).

Page 57: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

70

Dimana pendekatan pemecahan masalah tersebut memiliki empat tahap

atau fase yang harus dilengkapi terlebih dahulu, empat tahap tersebut yaitu, fase

inisiasi sistem (system initiation), fase analisis sistem (system analysis), fase

perancangan sistem (system design), fase penerapan sistem (system implementa-

tion).

2.12.1 Fase Inisiasi Sistem (System Initiation)

Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase inisiasi sistem (System

Initiation) merupakan sebuah rencana awal bagi sebuah proyek untuk

mendefinisikan ruang lingkup project, tujuan akhir, jadwal dan anggaran

yang dibutuhkan. Setiap stakeholder diharuskan menerima kenyataan

bahwa setiap perubahan yang terjadi di masa depan dalam ruang lingkup

project atau tujuan akhir akan memberikan pengaruh terhadap jadwal dan

anggaran.

2.12.2 Fase Analisis Sistem (System Analysis)

Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase analysis sistem (System

Analysis) merupakan studi penelitian terhadap domain masalah bisnis un-

tuk merekomendasikan perbaikan dan spesifikasi terhadap kebutuhan bis-

nis dan terhadapap prioritas dari solusi yang dihasilkan.

2.12.3 Fase Perancangan Sistem (System Design)

Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase perancangan sistem (Sys-

tem Design) merupakan spesifikasi atau teknik pembangunan/konstruksi,

solusi berbasis komputer bagi identifikasi kebutuhan bisnis didalam fase

Page 58: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

71

analisis sistem. Sekali alternative teknik tersebut telah dipilih dan disetu-

jui, fase perancangan sistem akan mengembangankan blueprint dan spe-

sifikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi solusi akhir.

2.12.4 Fase Penerapan Sistem (System Implementation)

Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase penerapan sistem (System

Implementation) merupakan pembangunan/konstruksi, pemasangan/insta-

lasi, pengujian/testing dan pengiriman sistem tersebut hingga proses pro-

duksi. Komponen sistem yang telah dibangun atau dipasang, harus segera

diuji untuk dapat memastikan bahwa komponen sistem tersebut telah bek-

erja dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan user. Setelah

komponen sistem tersebut selesai diuji, kemudian akan segera digunakan

dalam operasi bisnis dan data-data dari sistem lama akan dipindahkan

kedalam database sistem baru tersebut dan user yang akan menggunakan

sistem tersebut, harus diberikan pelatihan agar dapat menggunakan sistem

tersebut dengan baik.

2.13 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam perancangan sistem informasi administrasi rawat

jalan RS Tugu Ibu.

KERANGKA PIKIR SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI RAWAT JALAN RS TUGU IBU

Fase Inisisasi

Ruang Lingkup Penulisan

1.Pendaftaran Pasien2.Ruang Rawat Jalan3.Penunjang Medis4.Kasir5.Bagian Penagihan6.Bagian Keuangan

Tujuan PenulisanMembuat Perancangan Sistem

Administrasi Rawat Jalan RS Tugu IBU

Fase Analisis Sistem

Analsis Sistem yang sedang berjalan 1.Proses Bisnis pada Bagian Pendaftaran2.Proses Binsis pada Bagian Ruang Rawat Jalan3.Proses Bisnis pada Bagian Penunjang Medis4.Proses Bisnis pada Bagian Kasir5.Proses Bisnis pada Bagian Penagihan6.Proses Binis pada Bagian Keuangan

Model Alur Proses BisnisOverview Activity Diagram

Pemaparan Masalah

Alternatif Solusi

Membuat Activity Diagram

Membuat Event table

Membuat Class Diagram Parsial

Membuat Use Case

Membuat Use Case Description

Membuat Domain Class Diagram

Membuat First-cut Class Diagram

Membuat Sistem Sequence Diagram (SSD)

Membuat Sequence Diagram

Membuat Updated Design Class Diagram

Membuat Database Design

Membuat User Interface & Report Design

Fase Perancangan Sistem

Membuat Deployment and Sofware Architecture

Fase Implementasi Sistem

Melakukan Uji Coba Sistem

Membuat Jadwal Implementasi

Melakukan Konversi Sistem

Gambar 2.14 Kerangka Pikir

Page 59: 2011-2-00920-AKSI Bab2001

72