tugas mata kuliah legislasi jp

23
LEGISLASI PRODUK PANGAN EVALUASI PEWARNA MAKANAN YANG DI GUNAKAN PADA CAMILAN ANAK YANG DIJUAL SWALAYAN OLEH: IKA NOVITA NUR HAFISHAH (13031029) GALIH JATI PANGROSO (13031030) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Upload: etifitriani

Post on 15-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

LEGISLASI PRODUK PANGAN

EVALUASI PEWARNA MAKANAN YANG DI GUNAKAN PADA CAMILAN ANAK

YANG DIJUAL SWALAYAN

OLEH:

IKA NOVITA NUR HAFISHAH (13031029)

GALIH JATI PANGROSO (13031030)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan ringan, cemilan, atau snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, makan siang atau makan malam). Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu, memberi sedikit pasokan tenaga ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya

Jajan merupakan suatu kebiasaan yang telah lama tertanam dalam diri setiap

orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) jajanan merupakan makanan

dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan

tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa

pengolahan dan persiapan semestinya. Bila kebiasaan ini telah tertanam sejak kecil dapat

terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau mengkonsumsi makanan

ringan membuka peluang usaha bagi produsen dan semakin tingginya tingkat kegemaran

akan jajan ditunjukkan dengan maraknya makanan jajanan yang dijual dan semakin

beragam jenis makanan yang dijual.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting dan

juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan

manusia. Tetapi betapapun menariknya penampilan, lezat rasanya dan tinggi nilai

gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut tidak ada nilainya sama

sekali (Winarno dan Rahayu, 1994).

B. Tinjauan Pustaka

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. (Saparinto dan

Hidayati, 2006).

Sistem pangan yang ada saat ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan

dengan pengaturan, pembinaan, atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi

makanan dan peredarannya sampai siap dikonsumsi manusia. Salah satu aspek yang

1

Page 3: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

harus dipehatikan dalam hal ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan terhadap bahan

pangan, yang kemudian dikenal dengan bahan tambahan makanan (Syah, 2005).

Bahan Tambahan Makanan

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi

pangan pada bab I menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan

adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau

bentuk pangan atau produk makanan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa

yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan

terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini

berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan teksur, serta memperpanjang

masa simpan, dan bukan merupakan bahan ingredient utama. Codex mengatakan

bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai

makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan makanan. Bahan

ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto, 2006).

Zat Pewarna

Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau

memberi warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksud untuk

memperbaiki warna makanan yang berubah atau memucat selama proses pengolahan

atau memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik

(Noviana, 2005).

Beberapa alasan utama penambahan zat pewarna pada makanan, yaitu (Syah, 2005) :

1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang

ekstrim akibat poses pengolahan dan penyimpanan.

2. Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang ”salah warna” akan di

asosiasikan denagn kualitas rendah. Jeruk yang matang di pohon misalnya, sering

disemprot pewarna Citrus Red No 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau atau

oranye kecoklatan. Tujuan penambahan warna untuk menutupi kualitas yang buruk

sebetulnya tidak bisa diterima apalagi menggunakan pewarna yang berbahaya.

3. Membuat identitas produk pangan. Seperti : identitas es krim strawberi adalah merah.

4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan.

2

Page 4: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama

produk di simpan.

Bahan Pewarna Makanan

Secara sistematis, bahan pewarna makanan dapat digolongkan dalam tiga kelompok :

bahan kondensat batubara (coal-tar), bahan tumbuhan dan bahan mineral.

a. Bahan Kondensat Batubara

Bahan pewarna ini didapat dari hasil kondensasi proses distalasi batubara. hasil

kondensat batubara ini umumnya terdiri dari bahan hidrokarbon, fenol, bahan dasar lain

(piridin) dan karbon bebas. bahan pewarna yang diperoleh dari bahan batubara ini dapat

termasuk yang larut dalam air (bersifat asam atau basa) atau dapat larut dalam minyak.

contoh warna kondensat batubara yang larut dalam air.

1. Merah : Ponceau 4R, Carmoisine, Fast Red E, Amarant, Erythrosine BS

2. Kuning : Sunset Yellow FCF, Tatrazine

3. Biru : Indigo Carmine

b. Bahan Pewarna Tumbuhan

Bahan pewarna yang didapat dari akar, buah atau batang tanaman, termasuk annato

(warna kuning coklat yang diambil dari biji tanaman Bixa orrelana), caramel (coklat),

khlorofil (hijau), cochineal, saffaron, turmeric dan masih banyak lagi yang lain.

Macam – Macam Zat Pewarna

Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk

dalam golongan bahan tambahan pangan yaitu :

1. Pewarna Alami

Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan alami, baik nabati,

hewani ataupun mineral. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak

daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada

kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan.

Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil

bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan

sesering zat pewarna sintetis.

Beberapa pewarna alami yang telah banyak dikenal masyarakat misalnya adalah daun

suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk warna kuning, daun jati untuk warna merah,

dan gula merah untuk warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan daripada zat

3

Page 5: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

pewarna sintetis. Pewarna alami yang sering digunakan sebagai pewarna makanan adalah

sebagai berikut :

a. Antosianin, pewarna ini memberikan pengaruh warna oranye, merah dan biru. Warna

ini secara alami tedapat pada buah anggur, strawberry, apel, dan bunga. Betasianin

dan Betaxantin, termasuk pewarna nabati yang diperoleh dari marga tanaman

centrospermae, diantaranya bit dan bougenvil yang memberikan tampilan warna

kuning dan merah.

b. Karotenoid, dapat memberi warna kuning, merah dan oranye.

c. Klorofil, zat warna hijau yang terdapat dalam daun, permukaan batang tanaman, dan

kulit buah-buahan.

d. Karamel, adalah cairan atau serbuk berwarna coklat gelap yang diperoleh dari

pemanasan karbohidrat secara terkontrol yaitu dektrosa, laktosa, sirup malt.

e. Kurkumin, merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit.

Tabel 1. Cotoh bahan pewarna alami

Kelompok Warna SumberKaramel Coklat Gula dipanaskanAnthosianin Jingga Tanaman  Merah    Biru  Flavonoid Tampak kuning TanamanLeucoantho sianin Tidak berwarna TanamanTannin Tidak berwarna TanamanBatalin Kuning, merah TanamanQuinon Kuning – hitam TanamanXanthon Kuning TanamanKarotenoid Tanpa kuning – merah Tanaman / hewanKlorofil Hijau, coklat TanamanHeme Merah, coklat Hewan

Sumber : Tranggono dkk, 1989

2. Pewarna Buatan (Sintetis)

Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia. Karakteristik dari zat

pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna

yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Disamping itu

penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit

dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.

4

Page 6: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

Pewarna sintetis merupakan sumber utama pewarna komersial untuk hampir

seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat

kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan yang

mengandung air. Jika kelarutannya dalam air kurang sempurna, tentu saja warna yang

diinginkan tidak akan tercapai dengan baik dan menarik. Secara lebih khusus lagi,

pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu Dyes dan Lakes. Perbedaan

keduanya berdasarkan bilangan-bilangan rumus kimianya, yaitu kelompok azo,

triarilmetana, quinolin dan lain–lain.

Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya menjadi berwarna

dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Biasanya diperjual-belikan dalam bentuk

granula (butiran), cairan, campuran warna dan pasta. Dyes umumnya digunakan untuk

mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, dan kue-kue produk susu,

pembungkus sosis dan lain-lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan

dalam bahan pangan. Dalam bentuk kering tidak memperlihatkan adanya kerusakan.

Sedangkan Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari

penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya terlalu

rendah untuk dapat melarutkan dye biasanya menggunakan lakes, misalnya untuk

pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat. Dibandingkan dengan dyes, maka

lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehinga harga

lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes.

Zat pewarna yang diizinkan penggunaanya dalam makanan dikenal sebagai

permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus menjalani

tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi

pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut

(Yuliarti, 2007).

Menurut Joint (FAO/WHO) Expert Committee on Food Additives (JECFA), zat

pewarna sintetis dapat digolongkan dalam beberapa kelas berdasarkan rumus kimianya,

yaitu azo, triarilmetana, quinolin, xanten, dan indigoid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

5

Page 7: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

Tabel 2. Kelas – Kelas Zat Pewarna Sintetis Menurut JECFA

No Nama Warna1 Azo:    1. tatrazine kuning  2. Sunset yellow FCF Oranye  3. Allura red AC Merah (kekuningan)  4. Ponceau 4R Merah  5. Red 2G Merah  6. Azorubine Merah  7. Fast Red E Merah  8. Amaranth Merah (kebiruan)  9. Brilliant Balck BN Ungu  10. Brown FK Kuning cokelat  11. Brown HT Cokelat     2 Triarilmetana :    1. Brilliant Blue FCF Biru  2. Patent Blue V Biru  3. Green S Biru kehijauan  4. Fast Green FCF Hijau     3 Quinolin :    1. Quinoline Yellow Kuning kehijauan     4 Xanten :    1. Erythrosine Merah     5 Indigoid :    1. Indigotine Biru kemerahan

Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

6

Page 8: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia

Pewarna Nomor Indeks warna (C.I.No)

Batas Maksimum Penggunaan

Amaran Amaranth: CI Food 16185 Secukupnya   Red 9    Biru berlian Brilliant Blue FCF : 42090 Secukupnya   CI    Erritrosin Food red 2 45430 Secukupnya   Erthrosin : CI    Hijau FCF Food red 14 Fast 42053 Secukupnya   green FCF : CI    Hijau S. Food green 3 44090 Secukupnya   Green S : CI. Food    Indigotin Green 4 73015 Secukupnya   Indigotin : CI. Food    Ponceau 4R Blue I 16255 Secukupnya   Ponceau 4R: CI    Kuning Food Red 7 74005 Secukupnya Kuinelin Quineline yellow      CI. Food yellow 13   Secukupnya Kuning FCF Sunset yellow FCF 15980    CI. Food yellow 3   Secukupnya Ribiflavina Riboflavina    Tatrazine Tatrazine 19140 Secukupnya

Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Tabel 4. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia

Pewarna Nomor Indeks warna (C.I.No)Citrus red No. 2 (Red G) 12156Ponceau 3 R (Food Red No. 1) 16155Ponceau SX (Food Red No. 5) 14700Rhodamine B (Acid Green No. 3) 45170Guinea Green B (Basic Violet No. 14) 42085Magenta (Basic Orange no. 2) 42510Chrysoidine (Solveent Yellow No. 2) 11270Butter Yellow (Food yellow No.2) 11020Sudan I (food Yellow No. 14) 12055Methanil Yellow (Ext. D & C yellow No.1) 13065Auramine (Basic Yellow No. 2) 41000Oil Oranges SS (Solveent Oranges No. 7) 12100Oil Oranges XO (Solveent Oranges No. 5) 12140Oil Yellow AB (Solveent Oranges No. 6) 11380Oil Yellow OB 11390

Sumber : Peraturan Menkes RI, No. 722/Menkes/Per/IX/88

7

Page 9: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

C. Tujuan Survei

Tujuan dilakukan survei pewarna makanan pada camilan anak yang di jual di

swalayan adalah untuk mengetahui jenis pewarna yang digunakan pada camilan anak

tersebut.

D. Metode survei

1. Tempat Survei

Survei dilakukan pada 3 swalayan yang representatif di Kota yogyakarta yaitu

Purnama, Giant, dan Mirota Godean.

2. Subyek Survei

Subyek survei yang kami analisa berupa berbagai produk camilan anak yang ada di

swalayan daerah Yogyakarta.

3. Metode Survei

Metode mengamblan data yang dgunakan dalam survai ini yaitu menggunakan

metode tsamplng randem test.

8

Page 10: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil survei

Tabel 5. Jenis pewarna pada camilan anak

No Nama Produk Pewarna yang digunakanAlami Sintetis

1 Kue mochi    Pewarna makanan hijau dan merah2 wajik merah dan hijau    Pewarna makanan merah dan hijau3 wajik coklat gula merah  4 kue mendhut    Pewarna makanan merah dan hijau5 kue lumpur  Pewarna makanan kuning6 kue bengawan solo    Pewarna makanan merah, kuning, hijau7 Bolumprit    Pewarna makanan merah8 cup cake    Pewarna makanan merah9 wajik bandung   pewarna makanan kuning, hijau, dan merah

10 tahu bakso    Pewarna makanan kuning11 Kue talam    Pewarna makanan hijau12 Hunkue    Pewarna makanan merah

13 kue thailand   Pewarna makanan merah, kuning, hijau, ungu

14 cup cake ubi ungu ubi ungu  15 bika ambon kuning telur  16 kue lapis    Pewarna makanan hijau dan merah17 tape ketan hijau    Pewarna makanan hijau18 moto kebo    Pewarna makanan merah19 Klepon    Pewarna makanan hijau20 kue putu    Pewarna makanan hijau

21 okky jelyponceau 4R Cl16256 dan pewarna makanan kuning FCF Cl 15965

22 Arumanis   erytrosin Cl 4543023 gethuk lindri    Pewarna makanan merah dan hijau24 jenang dodol gula merah  25  Cenil    Pewarna makanan hijau dan merah26  Kue dadar gulung    Pewarna makanan hijau27  Kue serabi     Pewarna makanan hijau28  Brownis kukus  Bubuk cokelat  29  Yangko    Pewarna makanan30 Lupis Daun suji

9

Page 11: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

Dari hasil survei dapat diketahui bahwa sebagian besar camilan anak yang diperjual

belikan pada ketiga swalayan di yogyakarta memakai pewarna makanan buatan/sintetis yaitu

sejumlah 24 jajanan pasar. Dan yang memakai pewarna alami hanya berjumlah 6 jajanan

pasar yang meliputi wajik coklat, cup cake ubi ungu, bika ambon, jenang dodol, brownis

kukus dan lupis. Pewarna makanan sintetis yang paling banyak digunakan adalah pewarna

sintetis yang berwarna merah, hijau, dan kuning. Sedangkan pewarna alami yang digunakan

pada enam jajanan pasar adalah gula merah, kuning telur, bubuk coklat, dan daun suji.

Penambahan gula merah akan memberikan warna coklat pada makanan, penambahan kuning

telur dalam jumlah tertentu akan memberikan warna kuning pada makanan, penambahan

bubuk coklat akan memberikan warna cokelat pada makanan, dan penambahan ekstrak daun

suji akan memberikan warna hijau pada makanan.

Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 Pewarna makanan

sintetis yang berwarna kuning biasanya mengandung zat pewarna Tatrazine, pewarna

makanan sintetis yang berwarna merah biasanya mengandung zat peawarna Erythrosine, dan

untuk pewarna makanan sintetis yang berwarna hijau biasanya mengandung zat pewarna Fast

Green FCF.

Pada produk okky jelly dan arumanis, pada kemasannya telah tercantum pewarna

makanan sintetis yang digunakan yaitu pewarna makanan merah ponceau 4R ( 16256) dan

pewarna makanan kuning FCF (CI 15965) pada produk okky jelly merah dan orange,

sedangkan pada arumanis pewarnanya adalah erytrosin Cl 45430 yang memberikan warna

merah agak kecoklatan pada produk arumanis. Kedua produk ini telah dicantumkan pewarna

makanan yang digunakan karena kedua produk ini diproduksi oleh sebuah industri yang mana

produknya telah didaftarkan pada dinas kesehatan.

Penambahan pewarna makanan pada pengolahan produk pangan terutama camilan

anak ini dimaksudkan untuk memberikan warna yang menarik pada produk yang dihasilkan.

Karena warna makanan sendiri memegang peranan utama dalam penampilan makanan,

karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya tidak menarik waktu

disajikan, akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang

(Moehyi,1992). Hal ini didukung oleh Sanjur (1982) bahwa penampakan dari makanan dan

minuman merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi preferensi dan kesukaan

konsumen.

Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif.

Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya adalah

mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses

10

Page 12: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam pada

produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian konsumen.

Akan tetapi penggunaan pewarna yang berlebihan akan memberikan dampak negatif pada

kesehatan manusia. Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut terjadi bila:

(1) pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang, (2) bahan pewarna

sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama, (3) kelompok masyarakat luas dengan

daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu

makanan sehari-hari dan keadaan fisik, (4) berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan

bahan pewarna sintetis secara berlebihan, (5) penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh

pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan (Noviana, 2005).

Sebaikknya penggunaan bahan pewarna sintetis adalah secukupnya atau dengan kata

lain tidak melebihi batas yang dianjurkan. Berdasarkan Peraturan Menkes RI Nomor

722/Menkes/Per/IX/1988, batas menggunaan "secukupnya" adalah penggunaan yang sesuai

dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan

tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan

tambahan makanan tersebut.

Penambahan pewarna makanan yang berlebihan akan menyebabkan warna makanan

menjadi sangat mencolok. Dari hasil survei yang dilakukan pada camilan anak yang memiliki

warna yang sangat mencolok adalah pada kue lumpur, kue thailand, tape ketan hijau, dan kue

moto kebo. Kemungkinan besar jajanan pasar ini penambahan pewarna makanannya

berlebihan. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat akan dosis penggunaan pewarna

makanan yang berlebihan dapat menyebabkan efek toksik. Oleh karena itu penambahan

pewarna alami seperti daun suji, wortel, gula merah, dan sebagainya. sangat dianjurkan pada

pengolahan makanan.

Makanan atau camilan anak yang ditambah dengan pewarna makanan buatan/sintetis

dan dengan penambahan pewarna makanan alami akan memberikan kenampakan yang

berbeda. Adapun perbedaan camilan anak dengan penambahan pewarna makanan sintetis

adalah warna yang dihasilkan lebih cerah dan lebih homogen, stabil, warnanya bervariasi.

Sedangkan jajanan anak yang menggunakan pewarna alami kenampakannya adalah warna

yang dihasilkan lebih pudar dan biasanya kurang homogen, warna kurang stabil, dan variasi

warnanya sedikit.

11

Page 13: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

Tabel 6. Contoh pewarna makanan yang ada di pasaran

Merk Warna bentuk komposisi

Rajawali kuning telur cairsorbitol, tartrazin(CI 19140), Ponceau 4R(CI 16255)

  kuning tua cairsorbitol, tartrazin(CI 19140), Ponceau 4R(CI 16255)

  hijau tua cairsorbitol, tartrazin(CI 19140),Biru berlian (CI 42090)

       Hakiki merah muda cair sorbitol, Eritrosin CI 45430

  merah tua cairsorbitol, ponceau 4R Cl 16255, karmoisin CI 14720, tartrazin cl 19140

  cokelat cairsorbitol, tartrazin(CI 19140), ponceau 4R CI 16255, Biru berlian (CI 42090)

  hijau muda cairsorbitol, tartrazin(CI 19140), Biru berlian (CI 42090)

  kuning muda cair sorbitol, tartrazin(CI 19140)       

Intihijau (apple green) bubuk

tartrazin(CI 19140), Biru berlian (CI 42090), light green CI 44090

 kuning (egg yellow)   tartrazin(CI 19140), sodium sulphate anhydrous

  cokelat  bubuk

tartrazin(CI 19140), Biru berlian (CI 42090), carmoisin CI 14720, brown ht CI 20285, sodium sulphate anhydrous

  Orange  bubuktartrazin(CI 19140), sunset yellow CI 15985, sodium sulphate anhydrous

 merah jambu (rose pink)  

eritrosin cl 45430, biru berlian cl 42090, karmoisin CI 14720, natrium sulfat anhidrat

 merah (cherry red)  

carmosine CI 14720, ponceau 4R CI 16255, indigo carmine CI 73015, sodium sulphate anhydrous

Beberapa contoh pewarna makanan sintetis yang dijual di pasaran dapat dilihat pada

tabel di atas. Pewarna makanan yang dijual di pasaran terdapat dalam berbagai macam merek

seperti merek Rajawali , Hakiki, dan Inti. Pewarna makanan dengan merek Rajawali dan

hakiki pewarnanya berbentuk cair, sedangkan untuk merek Inti pewarnanya berbentuk bubuk.

Jika dilihat dari komposisinya perbedaan pewarna makanan cair dan pewarna makanan yang

berbentuk bubuk adalah pada pewarna cair ditambahkan sorbitol, sedangkan pada pewarna

bubuk ditambahkan sodium sulphate anhydrous. Adapun Variasi warna dari pewarna

makanan sintetis yang ada di pasaran adalah kuning telur, kuning muda, kuning tua, merah

muda, merah tua, orange, hijau muda, hijau tua, cokelat, dan masih banyak lagi.

12

Page 14: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jajanan pasar yang dijual di pasar

tradisional yogyakarta dari 30 sampel yang di survei, 24 jajanan pasar menggunakan pewarna

makanan buatan/sintetik, dan untuk 6 jajanan pasar yang lain menggunakan pewarna alami,

enam jajanan pasar tersebut adalah wajik coklat, cup cake ubi ungu, bika ambon, jenang

dodol, brownis kukus dan lupis. Pewarna sintetik yang paling banyak digunakan adalah

pewarna makan merah, hijau, dan kuning. Sedangkan pewarna alami yang digunakan adalah

gula merah, kuning telur, bubuk coklat, dan daun suji.

Tujuan penambahan pewarna makanan pada pengolahan produk pangan terutama

jajanan pasar adalah untuk memberikan warna yang menarik pada produk yang dihasilkan.

Karena warna makanan sendiri memegang peranan utama dalam penampilan makanan, dan

penampakan dari makanan dan minuman merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi

preferensi dan kesukaan konsumen. Akan tetapi penambahan pewarna makanan sintetis yang

berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi manusia yaitu dapat menyebabkan toksik

sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Jadi sebaikknya penggunaan bahan pewarna

makanan jangan melebihi batas yang dianjurkan.

13

Page 15: Tugas Mata Kuliah Legislasi Jp

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan. 20September

1988. Jakarta.

Furia, E. T. 1980. Handbook of Food Additives Volume 1-2. CRC Press: BocaRaton

Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta. Bharata

Noviana. 2005. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus Tomat

Dan Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar Tahun

2005. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perspectives in Nutrition. New Jersey: Engelwood

cliffs, Prentice Hall Inc

Saparinto, C dan Hidayati, D. 2006. Bahan tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.

Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan

Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tranggono, dkk. 1989. Bahan Tambahan Makanan. Yogyakarta : Pusat Antar Universitas-

Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.

Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F.G., dan T.S. Rahayu , 1991. Bahan Tambahan dan Kontaminasi. Pustaka Sinar

Harapan : Jakarta.

Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta : Andi.

14