jiwa- rsj

28
PRESENTASI KASUS SEORANG WANITA USIA 41 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA RESIDUAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : Mutiara Rizky Ananda G99141070 Pembimbing : dr. Setyowati, Sp. KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

Upload: mutiara-rizky-ananda

Post on 13-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

preskes

TRANSCRIPT

STATUS UJIAN

PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA USIA 41 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA RESIDUAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Disusun Oleh :Mutiara Rizky AnandaG99141070

Pembimbing :dr. Setyowati, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS JIWA DAERAH SURAKARTASURAKARTA 2015STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. PUsia: 41 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamSuku: JawaAlamat: NgawiStatus Pernikahan: Sudah Menikah Pendidikan Terakhir: SLTAPekerjaan: Penjual jamu dan guru TPATanggal Masuk RS: 9 Mei 2015Tanggal Pemeriksaan: 11 Mei 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRIRiwayat penyakit pasien didapatkan dari anamnesis terhadap pasien (autoanamnesis) maupun dari keluarga (alloanamnesis).1. Autoanamnesis dilakukan di bangsal Larasati RS Jiwa Daerah Surakarta pada tanggal 11 Mei 2015.2. Alloanamnesis dilakukan terhadap anak pasien tanggal 11 Mei 2015 melalui telepon.A. Keluhan Utama: MengamukB. Riwayat Penyakit Sekarang:1. AutoanamnesisPasien diperiksa pada tanggal 11 Mei 2015 di bangsal Larasati RSJD Surakarta. Pasien mengenakan baju seragam berwarna merah muda, cukup rapi. Penampilan pasien sesuai dengan umur, perawatan diri baik. Saat di tanya pasien mengenalkan diri bernama Ny. P yang berusia 41 tahun. Selama wawancara pasien dapat menjawab dengan spontan, volume cukup, artikulasi jelas dan intonasi jelas. Pasien mengaku di bawa ke RSJD pada tanggal 9 Mei 2015 karena marah marah dan mengamuk. Menurut pasien, sebenarnya pasien tidak marah marah, hanya saja terbiasa berbicara dengan nada tinggi. Pasien juga mengatakan tidak sampai mengacak acak rumah ataupun barang barang yang ada di sekitarnya. Saat ini pasien mengaku perasaan nya sudah agak lega dibanding pertama masuk RSJ. Pasien mengaku selalu berdoa kepada Tuhan supaya cepat sembuh.Sebelum di rawat di rumah sakit, pasien mengaku bekerja sebagai tukang jamu. Pasien berkata dia selalu bersemangat dalam melakukan pekerjaannya sebab ingin mengumpulkan banyak uang untuk biaya pernikahan anaknya. Pasien mengatakan senang sekali anak tunggalnya ada yang melamar. Selain sebagai tukang jamu, pasien juga memanfaatkan waktunya sebagai pengajar TPA. Pasien merasa senang sekali sebab awalnya pasien tidak bisa baca Al-Quran namun pasien terus mempelajarinya hingga akhirnya bisa mengajar TPA. Pasien juga merasa bangga karena bisa berguna bagi orang lain.Lima tahun yang lalu pasien bercerai dengan suaminya, karena suaminya selingkuh. Pasien mengaku sebelumnya sering mendengar kalau suaminya berselingkuh, lalu pasien sempat mengikuti kemana suaminya pergi dan akhirnya pasien melihat sendiri bahwa suaminya selingkuh. Menurut pasien, saat itu pasien sedih, namun pasien tidak marah dan pasrah dengan Tuhan. Setelah itu pasien menuntut perceraian. Namun, sebelum persidangan, pasien disuruh oleh suaminya untuk tidak boleh berkata ataupun menuntut apa apa. Saat itu pasien mengaku menurut dengan perintah suaminya dan pasrah saja.Namun belakangan pasien sering memimpikan mantan pacarnya sejak SLTA yang bernama Tn. A. Pasien mengaku sebelum menikah, pasien berpacaran dengan Tn. A, namun harus pisah karena Tn. A melanjutkan pendidikan nya sebagai polisi di Madiun, sedangkan saat itu pasien tinggal di Bandung. Pasien mengaku saat itu pasien masih mencintai mantan pacarnya itu. Suatu hari pasien pernah hampir diperkosa seorang mahasiswa di Bandung, lalu ia ditolong oleh seorang pria dan akhirnya pasien menikah dengan orang itu sebagai bentuk terimakasihnya. Namun, setelah menikah, Tn. A mendatanginya lagi, tetapi pasien mengaku menolaknya karena baru saja sah menikah dengan suaminya itu. Setelah bercerai dengan suaminya, pasien mengaku sering mimpi berhubungan suami istri dengan Tn. A. Pasien juga mengaku beberapa kali sering merasa melihat Tn. A namun tidak pernah berbicara. Menurut pasien, Tn. A suka menemani hari hari dia, tetapi tidak setiap saat, dan pasien tidak tahu kapan Tn. A mulai muncul. Pasien merasa Tn. A masih mencintainya dan pasien ingin segera ke Madiun untuk mencari Tn. A. Pasien mengatakan jika Tn. A belum menikah, pasien ingin sekali menikah dengan nya, namun jika sudah menikah pasien mengaku ikhlas. Pasien beberapa kali menanyakan kepada perawat dan beberapa dokter muda lain apakah ada yang dari Madiun atau tidak, pasien mengatakan jika ada yang dari Madiun pasien ingin tahu apakah benar akademi kepolisian ada di Madiun atau tidak. Pasien juga ingin segera keluar dari RSJ agar bisa ketemu adiknya untuk disuruh mencari tahu tentang keberadaan Tn. A.Selain itu, pasien mengatakan ia ingin sekali bisa menyekolahkan ayahnya kembali supaya bisa menjadi guru TPA agar bermanfaat untuk banyak orang. Namun ketika ditanya, ternyata ayah pasien sudah meninggal, tetapi pasien sering mimpi tentang ayahnya dan masih sering melihat ayahnya. Pasien juga sering berbicara dengan ayahnya, pasien mengatakan masih sering curhat dengan ayahnya. Pasien mengatakan dulu pasien sering mendengar bisikan bisikan suara seperti suara ayahnnya yang mengatakan kalau pasien boleh menikah lagi dengan Tn. A, namun sekarang bisikan itu sudah jarang terdengar. Pasien mengaku hanya mendengar suara ayahnya jika ia mulai bertemu ayahnya lagi.Pasien mengatakan dirinya pernah merasa semua orang tahu apa yang dia rasakan dan dia pikirkan sehingga terkadang pasien merasa malu dan terkadang kesal sebab merasa hal pribadinya disebarkan. Namun saat ini pasien mengaku sudah tidak merasa pikiran nya bisa dibaca orang lagi. Pasien mengatakan saat ini perasaan nya biasa saja, dan sedikit tenang karena orang orang sudah tidak bisa membaca pikirannya lagi.

2. AlloanamnesisPemeriksaan alloanamnesa dilakukan pada tanggal 11 Mei 2015 kepada anak pasien melalui telephone.Menurut anak pasien, pasien dibawa ke RSJ Surakarta pada tanggal 9 Mei 2015 karena sebelumnya marah marah dan mengamuk selama di rumah. Berawal ketika pasien hendak berangkat berjualan jamu, pasien disuruh oleh ibunya untuk bawa ikan ke pasar. Pasien menurut tapi saat itu pasien sudah kesal karena mengganggu jadwal berjualannya. Setelah mengantar ikan tersebut pasien marah marah karena jualan nya jadi kesiangan. Menurut anak pasien, pasien marah marah hingga berteriak teriak namun tidak jelas apa yang dibicarakan. Pasien juga tampak sering berbicara sendiri, namun jika ditanya berbicara dengan siapa, pasien menjawab tidak sesuai pertanyaan dan marah marah lagi. Menurut anak pasien, pasien tidak sampai mengamuk dan merusak barang barang. Semenjak saat itu, pasien jadi jarang bekerja.Menurut anak pasien, pasien memang suka seperti ini jika pasien mulai banyak pikiran. Hal ini sudah berlangsung hampir 3 tahun, namun sebelumnya pasien masih mudah untuk di tenangkan. Menurut anak pasien, saat ini hal yang sering dipikirkan ibu nya adalah mengenai pernikahannya. Menurut anaknya, pasien merasa terbebani pikiran karena saat ini pasien juga dalam keadaan sakit, sebab beberapa bulan yang lalu anak pasien kecelakaan motor dan sering mengeluh kepalanya sakit. Saat ini anak pasien sudah bekerja di Madiun, dan tinggal terpisah dengan ibunya, pasien selalu menolak jika diberi uang oleh anak pasien dengan alasan uang nya dipakai saja untuk biaya berobat. Pasien juga pernah berkata kalau ia ingin bisa cepat dapat uang yang banyak sebab ingin cepat menikahkan anak nya dan ingin juga membiayai pengobatan anaknya. Menurut anaknya, orangtuanya sudah bercerai sejak 5 tahun yang lalu, dan ayah pasien sudah tidak ada kabar sejak bercerai saat itu. Setelah perceraian itu, pasien sering berbicara mengenai Tn. A, mantan pacarnya saat SLTA dahulu. Bahkan beberapa kali pasien menganggap suaminya itu adalah Tn. A, sehingga anak nya disuruh memanggil Tn. A dengan sebutan papa. Pasien juga sering tampak berbicara sendiri, seperti berbicara dengan Tn. A karena beberapa kali memanggil nama Tn. A. Anak pasien dan adik pasien juga sering disuruh mencari tahu keberadaan Tn. A karena pasien ingin mengetahui kabarnya dan ingin menikah dengan nya. Beberapa kali ketika pasien pergi dan ditanya dari mana, pasien sering menjawab kalau dirinya habis dari rumah Tn. A, padahal menurut anaknya, Tn. A sekarang berada di Lampung dan tidak pernah ada komunikasi dengan pasien.Selain itu, pasien juga sering bercerita didatangi oleh ayahnya melalui mimpi. Menurut anak pasien, ayah pasien sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit jantung. Pasien sebelumnya sangat dekat dengan ayahnya, dan merasa sangat terpukul dengan kepergiannya. Menurut anak pasien, pasien sering bercerita juga kalau sering melihat ayahnya dan sering berbicara dengan ayahnya. Jika ditanya berbicara apa, pasien menjawab kalau pasien hanya cerita tentang kegiatan sehari harinya.Pasien sempat bilang kepada anaknya kalau merasa semua orang bisa membaca pikiran nya, sehingga terkadang pasien takut dan malu untuk bertemu orang lain. Pasien juga terkadang marah marah sendiri karena merasa semua orang tahu yang dia pikirkan. Menurut anak pasien, pasien berfikir seperti itu karena terkadang saudaranya datang dan berusaha menghibur kesedihan pasien atas kehilangan suami dan ayahnya tanpa pasien cerita sebelumnya. Karena menurut anak pasien, pasien tampak sangat labil setelah ayah pasien meninggal.Pasien adalah anak pertama dari lima bersaudara. Sejak kecil pasien dirawat oleh kedua orang tua pasien. Pasien dikenal sebagai seorang yang penurut, memiliki banyak teman, berperilaku baik, dan taat beragama. Tidak pernah ada keluhan yang berhubungan dengan tingkah laku pasien. Namun pasien jarang bercerita tentang masalah yang dihadapinya kepada keluarga ataupun anaknya.Dari keterangan keluarga, pasien tidak memiliki masalah baik dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja pasien.

C. Riwayat Penyakit dahulu1. Riwayat PsikiatriGangguan jiwa sebelumnya: disangkal2. Riwayat Gangguan Medis Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat diabetes mellitus: disangkal Riwayat trauma kepala: disangkal Riwayat kejang: disangkal Riwayat pingsan : disangkal 3. Riwayat Penyalahgunaan obat/zat a. Riwayat konsumsi alkohol: disangkalb. Riwayat merokok: disangkalc. Riwayat konsumsi obat psikotropik: disangkalD. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien anak pertama dari lima bersaudara. Pasien lahir normal ditolong oleh bidan. Ibu pasien tidak pernah mengalami sakit saat mengandung pasien. 2. Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun)Pasien diasuh hanya oleh ibu pasien. Tidak ada keluhan yang berhubungan dengan tingkah laku maupun penyakit pada masa ini. Perkembangan dan pertumbuhan pasien normal seperti anak lainnya.3. Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun)Saat pasien bersekolah di SD, pasien dikenal sebagai anak yang prestasinya baik. Pasien merupakan anak yang penurut, banyak memiliki teman, namun jarang bercerita jika memiliki masalah. 4. Riwayat Masa Anak Akhir (pubertas sampai remaja)Pasien menempuh pendidikan hingga lulus SLTA. Selama masa sekolah, pasien tergolong siswa yang biasa saja dan tidak pernah terlibat masalah. 5. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PekerjaanPasien bekerja sebagai tukang jamu dan guru TPA.b. Riwayat PerkawinanSudah pernah menikah dan bercerai 5 tahun yang lalu.c. Riwayat PendidikanPasien tamat SLTAd. Riwayat AgamaPasien beragama Islam, rajin beribadah.e. Riwayat PsikoseksualPasien menyukai lawan jenis f. Riwayat Kemiliteran dan hukumPasien tidak pernah terlibat dalam kegiatan kemiliteran dan masalah hukumg. Situasi Hidup SekarangSebelum tinggal di rumah sakit jiwa, pasien tinggal di rumah bersama orang tua pasien.

E. Riwayat Keluarga

Ny P, 41 th

Ket.: : laki-laki: perempuan: laki-laki sudah meninggal: pasien dengan gangguan jiwa

Tidak ditemukan riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang sama atau gangguan jiwa.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALA. Gambaran Umum1. PenampilanPasien adalah seorang perempuan, 41 tahun. Pasien tampak berpenampilan sesuai umur, perawatan diri dibantu, menggunakan seragam RS Jiwa Daerah Surakarta berwarna merah muda.2. PsikomotorPasien tampak hipoaktif.3. Sikap terhadap pemeriksaSikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif. Saat ditanya, pasien bersedia untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, Kontak mata kurang adekuat, pasien beberapa kali melihat kearah lain selain ke pemeriksa.B. Kesadaran1. Kuantitatif: compos mentis, E4V5M62. Kualitatif: berubahC. PembicaraanPasien menjawab dengan volume dan intonasi cukup, dan artikulasi yang cukup jelas. Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. D. Alam Perasaan1. Mood: eutimik2. Afek : tumpul3. Kesesuaian : tidak serasiE. Gangguan Persepsi1. Halusinasi : (+) visual, auditorik Halusinasi visual: Keberadaan ayahnya dan mantan pacarnya. Halusinasi auditorik: Pasien merasa sering berbicara dengan ayahnya, pasien sering merasa mendengar suara bisikan ayahnya yang mengizinkan dirinya untuk menikah dengan Tn. A2. Ilusi : (-)3. Depersonalisasi : (-)4. Derealisasi : (-)F. Proses Pikir1. Bentuk pikir : non realistik2. Isi pikir : thought of broadcasting3. Arus pikir : koherenG. Sensorium dan Kognisi1. Orientasi Orang : baik, pasien dapat mengenali dokter, perawat, dan teman di bangsalnya Tempat : baik, pasien mengetahui sedang berada di rumah sakit jiwa Waktu :baik, pasien mengetahui waktu saat dilakukan pemeriksaan yaitu pada siang hari2. Daya ingat Remote memory : baik, pasien dapat menyebutkan anggota keluarganya dengan benar. Recent past memory : baik, pasien dapat menyebutkan kejadian yang sebelumnya terjadi, riwayat pekerjaannya. Recent memory : baik, pasien mampu menyebutkan apa yang dimakan saat sarapan. Immediate retention and recall memory : baik, pasien mampu menyebutkan 6 angka yang pemeriksa sebutkan kepada pasien berturut-turut.3. Daya konsentrasi dan perhatiana. Konsentrasi : baikb. Perhatian: baik

4. Kapasitas membaca dan menulis: baik.5. Kemampuan visuospasial : baik, dapat menggambar jam.6. Pikiran abstrak: baik, dapat menyebutkan persamaan dari bola dan jeruk.7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat makan, minum, mandi, dan bisa tidur sendiri.

H. TilikanDerajat tilikan: derajat IV (sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahuinya).

I. Reliabilitas : informasi yang diutarakan pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUTA. Status Interna1. Kesadaran : compos mentis2. Vital Sign :a. Tekanan darah : 120/80 mmHgb. Nadi : 92 kali/menitc. Suhu : 36,6 oCd. Respirasi : 18 kali/menitKesan : Pemeriksaan vital sign dalam batas normalB. Status Neurologis1. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M62. Fungsi luhur : baik3. Fungsi kognitif : baik4. Fungsi sensorik : baik N N N N5. Fungsi motorik : baikKontraksi otot Tonus otot +5 +5 N N +5 +5 N NReflek fisiologis Reflek patologis +2 +2 -- +2 +2 - - 6. Nervus cranialis : N III, VII, XII dalam batas normal.Kesan : Pemeriksaan status neurologi dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNADua hari yang lalu, pasien Ny. P, 41 tahun dibawa ke RS Jiwa Daerah Surakarta dengan keluhan marah - marah, mengamuk dan berbicara sendiri.Dari keterangan pasien, pasien saat ini sedang memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapat banyak uang untuk membiayai pernikahan anak tunggalnya. Selain itu, pasien juga sering merasa melihat Tn. A, mantan pacarnya dan sering merasa ditemani oleh Tn. A, yang menurut anak pasien Tn. A berada di Lampung dan tidak pernah bertemu ibunya. Pasien juga sering menganggap Tn. A suaminya, sehingga menyuruh anaknya untuk memanggil Tn. A dengan sebutan papa. Selain Tn. A, pasien juga sering melihat ayah pasien yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Pasien merasa sering melihat ayahnya dan sering bercerita kepada ayahnya. Dulu pasien juga sering mendengar bisikan suara ayahnya yang mengizinkan dirinya untuk menikah lagi dengan Tn. A. Pasien pernah merasa pikiran nya bisa dibaca orang lain, namun saat ini pasien merasa pikiran nya sudah tidak bisa dibaca orang lain lagi.Dari riwayat kehamilan dan kelahiran pasien tidak didapatkan adanya kelainan. Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal, sama dengan teman-teman seusianya. Pasien tidak pernah mengalami penyakit serius sejak kecil. Tidak ada keluhan tentang tingkah laku pasien dari semenjak kecil hingga dewasa. Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya.Riwayat pendidikan, pasien adalah seorang lulusan SLTA. Menurut keluarga, pasien merupakan siswa yang biasa saja di sekolahnya dan tidak pernah terlibat masalah. Pasien tidak pernah tidak naik kelas.Dari keterangan keluarga, sejak kecil pasien dikenal sebagai seorang yang penurut. Pasien patuh dan dekat dengan ibu dan ayahnya. Namun, jika mempunyai masalah, pasien jarang sekali bercerita terhadap keluarga tentang masalahnya.Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, penampilan pasien wanita sesuai umurnya, perawatan diri baik, pembicaraan baik, volume cukup, intonasi baik, dan artikulasi jelas. Psikomotor pasien hipoaktif. Tingkat kesadaran pasien secara kualitatif berubah, secara kuantitatif pasien compos mentis. Alam perasaan pasien, mood eutimik, afek tumpul, tidak serasi, empati tidak dapat diraba dan dirasa. Fungsi intelektual, konsentrasi baik, orientasi orang, waktu, tempat baik. Bentuk pikir non realistik, isi pikir thought of broadcasting, arus koheren. Pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual. Tilikan diri pasien derajat IV, pasien mengetahui kalau dirinya sakit tapi tidak tahu sakitnya disebabkan oleh apa.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIKPada pasien ini ditemukan perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) pada fungsi pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa. A. Diagnosis Aksis IPada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada saat ini. Berdasarkan data ini, kemungkinan organik sebagai penyebab kelainan yang menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini bisa disingkirkan, sehingga diagnosis gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.Dari anamnesis tidak didapatkan/disangkal riwayat penggunan zat-zat adiktif sebelumnya sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.Dari pemeriksaan status mental didapatkan pasien tampak hipoaktif, kooperatif ketika diajak berbicara, kontak mata kurang adekuat. Kesadaran kuantitatif compos mentis, GCS E4V5M6, kualitatif berubah. Pasien menjawab dengan volume dan intonasi cukup, dan artikulasi jelas. Didapatkan mood eutimik, afek tumpul, dan keserasian afek dan mood tidak serasi. Halusinasi visual, pasien melihat mantan pacarnya yang berada jauh darinya, dan ayahnya yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu; halusinasi auditorik, yaitu pasien sering mendengar bisikan suara ayahnya yang mengizinkan nya untuk menikah lagi dengan Tn. A. Bentuk pikir: non realistik; isi pikir : thought of broadcasting; arus pikir: koheren. Berdasarkan data-data di atas, maka sesuai kriteria PPDGJ III, untuk aksis I, pada pasien memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia residual (F20.5). Pasien memenuhi kriteria umum skizofrenia yaitu terdapatnya halusinasi visual dan auditorik. Gejala tersebut terjadi lebih dari satu bulan. Kemudian terdapat kriteria skizofrenia residual yaitu adanya gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria skizofrenia, setidaknya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti wahan dan halusinasi telah sangat minimal dan timbul gejala negative dari skizofrenia, dan tidak didapatkan adanya dementia atau penyakit otak organic lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut. Pada pasien ini, sudah hampir 4 tahun mengalami halusinasi auditorik dan visual berupa hadirnya Tn. A, dan hadirnya ayah pasien yang sudah meninggal. Selain itu, pasien merasa sering mendapat bisikan seperti suara ayah pasien yang mengizinkan dirinya untuk menikah lagi. Selain itu, pasien juga merasa pikiran nya dapat dibaca orang lain (thought of insertion) menunjukan tanda pasti dari skizofrenia. Dengan pernyataan pasien yang menyatakan bahwa sekarang sudah tidak merasa pikiran nya bisa di baca menujukan adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang menunjukan kriteria skizofrenia. Gejala lain pada pasien ini yaitu adanya gejala negative dari skizofrenia yaitu didapati adanya psikomotor yang hipoaktif, afek menumpul, komunikasi non-verbal yang buruk yang ditandai dengan kontak mata yang kurang adekuat. Jadi, berdasarkan ulasan di atas dengan berpedoman pada PPDGJ III maka pasien memenuhi kriteria diagnosis Aksis I berupa skizofrenia residual (F20.5).B. Diagnosis Aksis IITidak ada diagnosis C. Diagnosis Aksis III Tidak ada diagnosis.D. Diagnosis Aksis IVDari anamnesis didapatkan kemungkinan penyebab dari penyakit pasien adalah masalah primary support group.E. Diagnosis Aksis V Skala GAF saat pemeriksaan : 70 61 (beberapa kesulitan fungsi tetapi umumnya berfungsi baik, punya beberapa hubungan berarti.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIALAxis I : F20.5 Skizofrenia residualAxis II : Tidak ada diagnosisAxis III : Tidak ada diagnosisAxis IV : Masalah primary support groupAxis V : GAF 70 61

Diagnosis Banding:F20.6 Skizofrenia simpleks

VIII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik : Tidak adaB. Psikologik :1. Gangguan perilaku2. Gangguan alam perasaan (mood dan afek)3. Gangguan persepsi (halusinasi)4. Gangguan proses pikir (thought of insertion)

IX. RENCANA PENGOBATAN LENGKAPA. Medikamentosa1. Risperidone2x2 mg2. Trihexyphenidyl 2x2 mgB. Non Medikamentosa1. Terhadap pasien jika kondisi sudah membaik.a. Penjelasan tentang penyakitnya, cara, manfaat, dan efek samping dari pengobatan yang diterima pasien dan memotivasi pasien supaya minum obat secara teratur serta rajin kontrol.b. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap dan membantu pasien untuk bisa menerima kenyataan dengan ikhlas, dan yakin bisa menghadapinya.c. Mengembangkan potensi diri yang dimiliki pasien.2. Terhadap keluarga :a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang gangguan jiwa yang dialami pasien.b. Menyarankan kepada keluarga pasien supaya berpartisipasi dalam pengobatan pasien dan memberikan suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol.

X. PROGNOSISGood PrognosisNo.KeteranganCheck List

1.Onset lambatX

2.Faktor pencetus jelas

3.Onset akut

4.Riwayat sosial dan, pekerjaan premorbid yang baik

5.Gangguan moodX

6.Mempunyai pasanganX

7.Riwayat keluarga gangguan moodX

8.Sistem pendukung yang baik

9.Gejala positif

Poor PrognosisNo.KeteranganCheck List

1.Onset mudaX

2.Faktor pencetus tidak jelasX

3.Onset tidak jelasX

4.Riwayat sosial, seksual, pekerjaan premorbid jelekX

5.Perilaku menarik diriX

6.Tidak menikah, cerai/janda/duda

7.Riwayat keluarga skizofreniaX

8.Sistem pendukung yang burukX

9.Gejala negative

10.Tanda dan gejala neurologisX

11.Tidak ada remisi dalam 3 tahunX

12.Banyak relapsX

13.Riwayat trauma perinatalX

14.Riwayat penyeranganX

Kesimpulan Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam

19