itp uns semester 2 laporan kimtik acara 2 kompleksometri
TRANSCRIPT
ACARA IIKOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kompleksometri adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan titrasi dengan cara kompleksometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung besar dan tingkat kesadahan air dari
suatu sampel air dengan larutan Na2EDTA dan indikator EBT.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Alat dan Bahan
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan dan merupakan
substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur
273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna,
tawar dan tidak berbau. Melalui penyediaan air bersih dan sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat melakukan suatu usaha
dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan membuat sumur
artesis atau sumur dalam. Air sumur artetis adalah disebut air sumur
(bor) yang letaknya kurang lebih 100 – 300 meter di dalam tanah saat
ini digunakan sebagai alternatif air untuk memenuhi keperluan air
sehari – hari. Air artetis sendiri terdapat setelah rapat air yang pertama.
Dalam proses pengambilan airnya tidak semudah seperti air sumur
biasa ataupun air pemukaan. Dalam proses pengambilannya harus
digunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya, sehingga dalam
suatu kedalaman (biasanya 100 – 300 meter) akan didapatkan suatu
lapis air (Mifbakhuddin, 2010).
Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca) dan
Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat,
klorida, dan hidrogenkarbonat. Kesadahan air alam biasanya
disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan
merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang
berkesadahan tinggi tidak akan berbentuk busa. Air sadah digolongkan
menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+
atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap
(Mifbakhuddin, 2010).
Senyawa EDTA merupakan senyawa pengkhelat logam, sehingga
dapat digunakan sebagai zat pengompleks. Dalam pembentukan
kompleks, EDTA berperan sebagai asam Lewis atau ligan dan logam
berperan sebagai basa Lewis atau ion pusat. Senyawa EDTA
merupakan amina polikarboksilat dan termasuk jenis ligan multidentat,
sehingga dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam pada kedua gugus
nitrogen dan keempat gugus karboksilnya. Senyawa EDTA yang
biasanya digunakan dalam bentuk garam yaitu Na2EDTA
(Rejeki et.al., 2010).
EBT adalah indikator metallochromic yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri. Adalah jenis elektroaktif dengan
kelompok azo (-N = N-) dalam struktur molekul yang ditunjukkan.
Kelompok azo mudah direduksi pada elektroda pasta karbon dengan
voltametri siklik. Voltamogram siklik dari 2x10-3 M EBT tercatat di
80X10-3. Berbagai siklus diterapkan, yang menghasilkan penurunan
puncak sangat reduktif saat ini dengan peningkatan pemindaian siklus.
Ini adalah karakteristik adsorpsi yang kuat perilaku EBT pada elektroda
pasta karbon (Chandra, et.al., 2008).
2. Tinjauan Teori
Kompleksometri atau pengelatan merupakan proses pengikatan
logam dalam suatu cairan oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari
satu pasang elektron bebas. Pengikatan ion logam tersebut menyerupai
penjepitan (pengkelatan), senyawa yang menjepit disebut senyawa
pengelat (chelating agent) dan ion logam dinamakn ion pusat, karena
berada di titik pusat. Mekanisme pengelatan ini terjadi karena adanya
penggunaan electron bersama (sharing electron) antara ion logam dan
ion bahan pengkelat, metode tersebut dinamakan metode
kompleksometri. Karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam
dengan bahan pengelat (Septiana A, et.al., 2013).
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari reaksi
antara asam Lewis (yang dapat berupa atom logam atau non logam)
dengan basa Lewis (yang merupakan ligan netral atau ligan negatif).
Dalam senyawa kompleks atom logam atau ion logam berfungsi
sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan-ligan yang ada. Ikatan
antara atom pusat dengan ligan-ligan merupakan ikatan kovalen
koordinasi dengan semua elektron yang digunakan untuk membentuk
ikatan berasal dari ligan-ligan (Efendy, 2006).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang
dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada
tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan
basa Lewis dan ion logam adalah asam Lewis. Jika ligan ini hanya
dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom
N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion
monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion
poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3, atau molekul
kompleks seperti piridin C H N (Petrucci, 2002).
Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina tetra
asetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa komplek yang
terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga
titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir
titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks
antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan
kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas
mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah
kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga xilenol.
Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk senyawa kompleks
pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang lambat
membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali
(Triwahyuni, 2008).
Beberapa pereaksi pembentuk khelat yang mengandung oksigen
maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil
dengan berbagai logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilen diamin
tetra asetat, kadang-kadang dinyatakan asam (etilen dinitrilo) tetra
asetat, dan sering disingkat EDTA. Istilah chelon (diucapkan “key-
loan”) telah disarankan sebagai nama umum untuk seluruh golongan
pereaksi, termasuk poliamin seperti trien, asam poliamino karboksilat
seperti EDTA, dan senyawa sejenis yang membentuk kompleks 1 : 1
dengan ion logam., larut dalam air dan karenanya dapat dipergunakan
sebagai titran logam. Kompleksnya suatu golongan khelat yang
istimewa, disebut kilonat logam dan titrasinya disebut titrasi
khelometrik. EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi yang
dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua
nitrogen dan empat gugus karboksil (Underwood, 1980).
Pelunakan air adalah proses pengambilan atau pengurangan
kandungan mineral penyebab kesadahan. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, bahwa mineral-mineral adalah penyebab kesadahan air
terutama garam-garam kalsium atau magnesium bikarbonat, kalsium
atau magnesium sulfat, serta kalsium atau magnesium klorida. Berbagai
cara pelunakan air dapat dilakukan seperti proses kapur soda abu (lime
soda ash softening), proses zeolit, dan proses resin organic. Bikarbonat
yang larut dan garam sulfat dapat dipisahkan dengan mngubahnya
menjadi bentuk yang tidak larut dengan cara proses kapur soda abu.
Pada proses zeolit ion kalsium dan magnesium diganti dengan ion
natrium sehingga terbentuk garam yang tidak dapat menyebabkan
kesadahan air. Dan dengan proses resin organik, garam-garam terlarut
praktis seluruhnya dapat dihilangkan (Winarno, 1986).
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan secara
kuantitatif gugus karboksilat yang ada dalam protein Guna resin (GPR).
Metode ini cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan kecil dalam
jumlah kelompok fungsional protein. Berbagai konsentrasi sampel yang
digunakan menunjukkan bahwa mereka mengandung mayoritas tetra
fungsional konten karboksilat. Variasi hasil berasal dari peningkatan
konsentrasi sampel dalam penyelidikan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan dengan jelas bahwa titrasi kompleksometri adalah alat
yang sangat baik untuk penentuan kadar karboksilat sampel protein.
Perubahan kecil dalam isi karboksilat juga terdeteksi (Hamidu, 2012).
C. Metode
a. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Beker glass
b) Pipet tetes
c) Erlenmeyer
d) Statif
e) Corong
f) Pipet volume
2. Bahan
a) Sampel air sumur
b) Larutan buffer pH 10
c) Indikator EBT
d) Larutan Na2EDTA
b. Cara Kerja
Sampel Air 25 ml
Dimasukkan dalam beker glass
Ditambahkan 2,5 ml larutan buffer dengan pH 10
Ditambahkan 3-4 tetes EBTwarna biru
Dititrasi dengan Na2EDTA hingga warnanya berubah menjadi biru muda
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Kesadahan Air pada Beberapa Sampel Air
KelJenis
SampelVol.
Sampel
MNa2
EDTA
Vol.Na2
EDTA
Kesadahan Air
(DH)
Perubahan Warna
Tingkat Kesadahan
1,2 Gajahan 25 ml 0,1 N 1 ml 11,2Ungu jadi biru
mudaAgak Keras
3,4Makam
Haji25 ml 0,1 N 1,2 ml 13,44
Ungu jadi biru muda
Agak Keras
5PucangSawit
25 ml 0,1 N 1,8 ml 20,16 Ungu jadi biru Keras
6,7 Air Lab 25 ml 0,1 N 0,9 ml 10,08Ungu jadi biru muda
Agak Keras
8,9 Bendosari 25 ml 0,1 N 0,4 ml 4,48Ungu jadi biru tua
Lunak
10 Ngoresan 25 ml 0,1 N 0,4 ml 4,48Ungu jadi biru muda
Lunak
11 Sampel X 25 ml 0,1 N 0,1 ml 1,12Ungu jadi
biruSangat Lunak
12 Boyolali 25 ml 0,1 N 0,25 ml 2,8Merah anggur
jadi biruSangat Lunak
13 Solo Baru 25 ml 0,1 N 0,7 ml 7,84Merah anggur
jadi biruAgak Keras
14,15 Jebres 25 ml 0,1 N 1,9 ml 21,28 Ungu jadi biru Keras
16 Kabut 25 ml 0,1 N 1 ml 11,2Merah anggur jadi biru
Agak Keras
17 Nguter25 ml
0,1 N 1 ml 11,2Merah anggur jadi biru
Agak Keras
18,19 Kartosuro 25 ml 0,1 N 0,5 ml 5,6Merah anggur jadi biru
Lunak
20,21 Air Lab 25 ml 0,1 N 1 ml 11,2 Ungu jadi biruSangat Lunak
22 Sampel X 25 ml 0,1 N 50 ml -Tidak terjadi perubahan
-
23 Sampel X 25 ml 0,1 N 1,55 ml 17,36 Merah anggur
jadi biru Agak
keras
24 Boyolali 25 ml 0,1 N 0,25 ml 2,8 Merah anggur
jadi biru Sangat
lunak
25 Air Lab 25 ml 0,1 N 0,7 ml 7,84 Merah anggur
menjadi biru Lunak
26 Makam haji 25 ml 0,1 N 1 ml 11,2 Merah anggur
menjadi biru Agak
keras
27 Matesih 25 ml 0,1 N 0,6 ml 6,72 Merah anggur
menjadi biru Lunak
28 Jebres 25 ml 0,1 N 1 ml 11,2 Merah anggur
menjadi biru Agak
kerasSumber : Laporan Sementara
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah
tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang
lebih dikenal dengan EDTA merupakan salah satu jenis asam amina
polikarboksilat.
Menurut Mifbakhuddin (2010) air sadah adalah air yang mengandung
ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam
bentuk sulfat, klorida, dan hidrogenkarbonat. Kesadahan air alam biasanya
disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan merupakan
petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun, sedangkan air yang berkesadahan tinggi tidak akan
berbentuk busa.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang
diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah
tetap.
a. Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2).
Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air
sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+.
Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada
dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
b. Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti
senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara
kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu.
Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3(aq) atau
K2CO3(aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk
mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut
telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut
telah terbebas dari kesadahan.
Khelasi merupakan suatu proses reversible pembentukan ikatan dari
suatu ligan, yang disebut khelator atau agen khelasi, dengan suatu ion logam
membentuk suatu komplek metal yang disebut khelat. Tipe ikatan yan
terbentuk dapat berupa ikatan kovalen atau ikatan kovalen koordinasi. Contoh
agen chelating yang digunakan dalam industri makanan adalah asam
ethylenediaminetetraacetic (EDTA), biasanya sebagai campuran kalsium dan
garam natrium, natrium polifosfat. Digunakan sebagai aditif makanan untuk
ion kompleks logam, terutama kalsium dan magnesium yang dapat
menimbulkan cacat.
Pada praktikum kali ini penentuan kesadahan air dilakukan pada
beberapa sampel air sumur dari berbagai daerah di Solo. Masing-masing
sampel dimasukkan ke dalam beker glass sebanyak 25 ml kemudian
ditambahkan 2,5 ml larutan buffer pada pH 10 ml. Setelah itu ditambahkan
lagi 3-4 tetes indikator EBT. Kemudian dititrasi dengan Na2EDTA 0,1 N
sampai warnanya berubah menjadi biru. Fungsi dari penambahan ini adalah
untuk mempertajam warna.
Beberapa sampel air sumur tersebut antara lain berasal dari daerah
Gajahan, Makam Haji, Pucang Sawit, Air Laboratorium, Bendosari,
Ngoresan, Boyolali, Solo Baru, Jebres, Kabut, Nguter, Kartosuro, Matesih.
Masing-masing sampel memiliki kesadahan air sebesar 11,2 DH ; 12,32 DH :
20,16 DH ; 9,71 DH ; 4,48 DH ; 4,48 DH ; 2,8 DH ; 7,84 DH ; 16,24 ; 11,2
DH ; 11,2 DH ; 5,6 DH ; 6,72 DH dengan tingkat kesadahan berturut-turut
agak keras, agak keras, keras, agak keras, lunak, lunak, sangat lunak, agak
keras, agak keras, agak keras, agak keras, lunak, dan lunak. Untuk sampel X
pada shift 1 kelompok 22 tidak memiliki kesadahan air, sedangkan pada shift
2 kelompok 11 memiliki kesadahan air sebesar 1,12 DH dengan tingkat
kesadahan sangat lunak. Pada shift 3 kelompok 23 sampel X memiliki
kesadahan air sebesar 17,36 DH dengan tingkat kesadahan agak keras.
Sampel X merupakan sampel yang (disiapkan oleh co ass) memiliki
banyak logam Ca dan Mg (mineral) di dalamnya. Pada shift 1 titrasi
Na2EDTA dibutuhkan lebih 50 ml. Hal ini disebabkan sampel X didiamkan di
laboratorium selama satu hari sehingga logamnya mengalami pengendapan
dan air yang dipipet tidak mengandung kapur lagi. Sedangkan pada shift 2,
sampel X sudah dikocok sehingga terdapat logam di dalam air. Meskipun
masih ada endapan di bawah, namun air di atas sudah mengikat beberapa
logam sehingga menjadi sadah meski hanya tingkat sangat lunak. Sedangkan
kemungkinan yang kedua adalah karena terlalu banyaknya Ca2+ dan Mg2+
yang ditambahkan dalam sampel X yang membuat tingkat kesadahannya
terlalu tinggi sehingga penambahan Na2EDTA hingga volume 50 ml tidak
menyebabkan perubahan. Begitupun yang terjadi pada shift 3, sampel X
sudah dikocok berkali-kali sehingga terdapat logam di dalam air yang
mengakibatkan air tersebut menjadi sadah dengan tingkat kesadahan agak
keras.
Titrasi Na2EDTA menggunakan indikator EBT dan penyangga dengan
pH 10. Hal ini bertujuan untuk memelihara agar pH tetap ketika ion hidrogen
lepas pada proses titrasi yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH
dalam titrasi kompleksometri. Kedua mencegah terbentuknya endapan logam
hidroksida sehingga penyangga itu dapat bertindak sebagai zat pembentuk
kompleks tambahan. Jika penggunaan larutan buffer adalah dengan pH 8,
maka indikator dalam titrasi tidak akan berjalan dengan efisien.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang
merupakan bagian dari titrasi pengompleksian contohnya proses determinasi
kesadahan air. Di dalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna
biru. Lalu berubah menjadi merah ketika membentuk kompleks dengan
kalsium, magnesium atau ion logam lain. EBT memiliki range pH 8,3 - 10.
Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome Black T atau EBT.
Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila
disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka
waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Indikator EBT berwarna biru
langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca –
EBT)2+ (aq) dan (Mg – EBT)2+ (aq), reaksinya sebagai berikut :
Ca2+ (aq) + EBT (aq) –> (Ca – EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg – EBT)2+ (aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi
pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+ seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-
(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
(Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan beberapa
dampak sebagai berikut :
1. Terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular desease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal).
2. Menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak
sehingga penggunaan energi menjadi boros.
3. Penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaO3
4. Pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan
sedikit.
Karena kesadahan air menimbulkan banyak dampak negatif, maka
upaya penanggulangan kesadahan perlu dilakukan. Upaya penanggulangan
tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan untuk mengatasi kesadahan yang bersifat sementara
(kesadahan bikarbonat).
b. Proses pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+
Ion Ca2+ dan Mg2+ akan mengendap sebagai CaCO3 dan Mg(OH)2, Ion
CO32- berasal dari karbon dioksida (CO2) dan bikarbonat (HCO3).
Reaksinya sebagai berikut :
CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + OH- CO3
2- + H2O
Ca2+ + CO32- CaCO3
Mg2+ + 2OH- Mg(OH)
Sifat proses pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+ yaitu reaksi cepat (1-1
jam), dapat bersamaan dengan flokulasi (penggumpalan), cara sederhana
dan mudah, efesiensi cukup tinggi dan harga relatif murah.
c. Proses pertukaran Ion Ca2+, Mg2+ dengan ion Na+, K+ atau H+
Proses ini sangat cepat (20-30 menit), tidak dapat berlangsung dengan
reaksi lain dan air baku tidak boleh keruh, instalasi dan operasi rumit,
efisiensi tinggi, harga relatif cukup mahal (cocok untuk industri). Proses
ini dapat digunakan untuk pengolahan kesadahan tetap dan sementara
dengan cara pemisahan ion-ion yang tidak dikehendaki yang terdapat
didalam air sadah. Bahan yang digunakan dalam proses ini berupa karbon
aktif dan atau resin sintentik yang dimasukkan ke dalam kolom dimana air
sudah dapat dialirkan melalui senyawa-senyawa tersebut.
d. Proses kontak air dengan pasir, batu, atau kapur.
Sifat proses ini adalah reaksi lambat (lebih dari 1 jam), tidak bisa
bersamaan dengan proses lain, cara sederhana, efisiensi dan harga tidak
terlalu mahal.
e. Pertukaran ion (ion exchange)
Pertukara ion dapat digunakan untuk pengolahan kesaahan tetap dan
sementara dengan cara pemisahan ion-ion yang tidak dikehendaki yang
terdapat di dalam air sadah. Bahan yang digunakan terdiri dari karbon aktif
dan atau resin sentetik yang dimasukkan kedalam suatu kolom dimana
air sadah dapat dialirkan melalui senyawa-senyawa tersebut.
Sedangkan, untuk mengurangi kesadahan pada air artetis atau air sumur
dapat digunakan suatu cara/metode pengolahannya yaitu dengan filtrasi
(penyaringan). Filtrasi adalah suatu cara memisahkan padatan dari air, adapun
media yang digunakan dalam filtrasi antara lain pasir, kerikil, ijuk, dan
arang aktif. Dalam pelaksanaan penelitian ini media yang digunakan
adalah arang aktif/ karbon aktif. Karbon aktif dipilih karena memiliki
sejumlah sifat kimia maupun fisika yang menarik, di antaranya mampu
menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar
kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah sejenis
adsorbent (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granule, bulat, pellet
ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini sering digunakan
dalam proses penyerap rasa dan bau dari air, dan juga penghilang senyawa-
senyawa organik dalam air (Mifbakhuddin, 2010).
E. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
b. Sampel air sumur yang memiliki tingkat kesadahan paling tinggi adalah
sampel dari daerah Pucang Sawit pada kelompok 5 dengan kesadahan
sebesar 20,16 DH dengan tingkat kesadahan keras.
c. Sampel air yang memiliki tingkat kesadahan paling rendah adalah sampel
X pada kelompok 11 dengan tingkat kesadahan sebesar 1,12 DH dengan
tingkat kesadahan sangat lunak.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Umesh, et.al. 2008. Electrochemical Studies of Eriochrome Black T at Carbon Paste Electrode and Immobilized by SDS Surfactant: A Cyclic Voltammetric Study. International Journal of Electhrochemical Science. Vol.3, No. 5, August 2008 : 1044-1054.
Effendy. 2006. Teori VSEPR Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang.
Hamidu, Abu Bakar Ahmed, B.A. Aliyu. 2012. Quantitative Determination of the Carboxylic Groups in Guna Protein (Citrillus Vulgaris) Using Complexometric Titration Method. IJPBS. Vol.2, No.2, April-June 2012 : 280-283.
Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Eksplanasi. Vol.5, No.2, Oktober 2010 : 1-5.
Petrucci, Ralph H. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
Rejeki, Desi Sri, Mukhammad Asy’ari, Wuryanti. 2010. Pengaruh Ion Zn2+ Terhadap Aktivitas Protease Ekstraseluler Bakteri Halofilik Isolat Bittern Tambak Garam Madura. Lab. Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro Semarang.
Septiana A., Arkle, Frans Arlenata H., Andri Cahyono Kumoro. 2013. Potensi Jus Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Sebagai Bahan Pengkelat dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam (Patchouli Oil) dengan Metode Kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol.2, No.2, Juni 2013 : 257-261.
Triwahyuni M., Endang, Yusrin. 2008. Penggunaan Metode Kompleksometri pada Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C. Jurnal Unimus. Vol.3, No.2, Agustus 2008 : 1-3.
Underwood, Day R.A. 1980. Analisa Kimia Analitik Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Winarno, F.G. 1986. Air Untuk Industri Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan kesadahan air
Shift 1
1) Kelompok 12 (Boyolali)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,25 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 2,8 DH
2) Kelompok 13
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 7,84 DH
3) Kelompok 14 dan 15 (Jebres)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1,9 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 21,28 DH
4) Kelompok 16 (Kabut)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH
5) Kelompok 17 (Nguter)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH
6) Kelompok 18 dan 19 (Kartosuro)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,5 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 5,6 DH
7) Kelompok 20 dan 21 (Air Laboratorium)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
Kesadahan Air = 1000
ml yangdipipet x (ml x M) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH
Shift 2
1) Kelompok 1 dan 2 (Gajahan)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH
2) Kelompok 3 dan 4 (Makam Haji)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1,2 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 13,44 DH
3) Kelompok 5 (Pucang Sawit)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1,8 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 20,16 DH
4) Kelompok 6 dan 7 (Air Laboratorium)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,9 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 10,08 DH
5) Kelompok 8 dan 9 (Bendosari)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,4 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 4,48 DH
6) Kelompok 10 (Ngoresan)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,4 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 4,48 DH
7) Kelompok 11 (Sampel X)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 1,12 DH
Shift 3
1) Kelompok 23 (Sampel X)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1,55 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 17,36 DH
2) Kelompok 24 (Boyolali)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,25 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 2,8 DH
3) Kelompok 25 (Air Laboratorium)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,7 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 7,84 DH
4) Kelompok 26 (Makam Haji)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH
5) Kelompok 27 (Matesih)
Kesadahan Air = 1000
25 x (0,6 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 6,72 DH
6) Kelompok 28 (Jebres)
Kesadahan Air = 1000
25 x (1 x 0,1) Na2EDTA X 2,8 DH
= 11,2 DH