laporan kiman - kompleksometri

30
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KOMPLEKSOMETRI Oleh: Nama : Astri Diani P NRP : 093020068 Kelompok : IV (Empat) No. Meja : 1 (Satu) Tgl. Percobaan : 29 Oktober 2010 Assisten : Annisa Khaira W LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

Upload: astri-diani

Post on 30-Jun-2015

1.000 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kiman - Kompleksometri

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANALITIK

KOMPLEKSOMETRI

Oleh:

Nama : Astri Diani PNRP : 093020068Kelompok : IV (Empat)No. Meja : 1 (Satu)Tgl. Percobaan : 29 Oktober 2010Assisten : Annisa Khaira W

LABORATORIUM KIMIA ANALITIKJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2010

Page 2: Laporan Kiman - Kompleksometri

I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang

Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan,

(4) Reaksi Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan

Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan

ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang

terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya

kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari

kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA.

Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida

juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 2008).

EDTA dikenal juga dengan nama Versen,

Complexon 111, Sequesterene, Nullapon, Trilon B, Idranat III dan

sebagainya. Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut

mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun

donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat

bercincin sampai dengan enam secara serempak. Penentuan Ca

dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk

titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrom black T (EBT). Pada

pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA

dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide

(Khopkar, 2008).

Page 3: Laporan Kiman - Kompleksometri

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan Kompleksometri adalah untuk

menentukan konsentrasi magnesium dan kalsium dengan cara

titrasi kompleksometri langsung. Indikator yang digunakan adalah

Eriochrom Black T (EBT), dan pentiternya adalah NaEDTA.

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan Kompleksometri berdasarkan pada reaksi

pembentukan ion-ion kompleks ataupun

senyawa-senyawa kompleks antara ion-ion logam dan zat

pembentuk kompleks (ligan).

1.4. Reaksi Percobaan

Reaksi pembentukan ion kompleks dengan ion logam

adalah:

H3In → HIn2- + 2H+

Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2H+

MgIn- + H2Y → MgY2- + Hin2- (biru)

Page 4: Laporan Kiman - Kompleksometri

II BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan yang Digunakan,

(2) Alat yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan

Kompleksometri adalah MgSO4, dapar salmiak, EBT,

Na-EDTA, sampel Q, dan aquadest.

2.2. Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan Kompleksometri

adalah gelas ukur, botol semprot, gelas kimia, pipet tetes, neraca

digital, labu erlenmeyer, buret, corong, pipet gondok, labu takar,

statif, kertas timbang, statip dan klem.

Page 5: Laporan Kiman - Kompleksometri

2.3. Metode Percobaan

1.3.1. Metode Percobaan Pembuatan Larutan Baku Primer dan Pengenceran

Gambar 16. Metode Percobaan Pembuatan Larutan Baku Primer dan Pengenceran

2.3.2. Metode Percobaan Pembakuan Na-EDTA

Gambar 17. Metode Percobaan Pembakuan Na-EDTA

Page 6: Laporan Kiman - Kompleksometri

2.3.3. Metode Percobaan Penetepan N Sampel

Gambar 18. Metode Percobaan Penetepan N Sampel

Page 7: Laporan Kiman - Kompleksometri

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan

(2) Pembahasan.

3.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan atas percobaan yang telah dilakukan, didapat

hasil pengamatan sebagai berikut:

3.1.1. Pembuatan Larutan Baku Primer MgSO4 0,05 M

gram MgSO4 = 1,2324 gr

3.1.2. Pengenceran Larutan Baku Srandar Na-EDTA 0,1 M

menjadi 0,05 M

V1 = 125 ml

(125 ml Na-EDTA 0,3 M + 125 ml Aquadest)

3.1.3. Pembakuan Na-EDTA 0,05 N

M Na-EDTA = 0,0495 M

3.1.4. Penetapan N sampel (Q)

M Sampel (Q) = 0,0153 M

M Sampel (N) seharusnya = 0,005 M

Faktor Kesalahan ≥ 11%

Tabel 17. Titrasi MgSO4

Titrasi Ke- I IIVolume Awal 0 8,34mlVolume Akhir 8,34ml 16,74ml

Volume Rata-rata 8,37ml(Sumber: Astri, Meja 1, 2010)

Page 8: Laporan Kiman - Kompleksometri

Tabel 18. Titrasi Sampel ETitrasi Ke- I II

Volume Awal 17,2 ml 40,76 mlVolume Akhir 22.4 ml 46 ml

Volume Rata-rata 18,38ml(Sumber: Astri, Meja 1, 2010)

3.2. Pembahasan

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu

jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat

akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa

ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling

mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari

dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran

serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui

titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan

tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati

(Harjadi, 1986).

Salah satu dari jenis reaksi kimia yang dapat digunakan

sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatakan pembentukan

suatau kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit

terdisosiasi. Salah satu contoh reakasinya adalah reaksi dari ion

perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks

Ag(CN)2- yang sangat stabil:

Ag+ + 2CN Ag(CN)2-

Terdapat empat jenis komplekson, sedangkan dalam

sumber yang lain disebutkan ada tiga macam komplekson, yaitu

diantaranya :

1. Asam etilen-diamin-tetra-asetat, pada umumnya disebut

Page 9: Laporan Kiman - Kompleksometri

“EDTA” (Ethylene Diaminatetra Acetic Acid). Nama lain untuk

EDTA adalah:

* Complexon II. (Siegfried)

* Titriplex II. (Merck)

* Versena acid (Dow)

* Sesquestic acid (Hopkins & Williams)

EDTA merupakan asam lemah yang mempunya nilai pK1 = 2,0,

pK2 = 2,67 pK3 = 6,16, pK4 =10,26. Harga tersebut menunjukkan

bahwa kedua proton yang pertama, lebih mudah lepas

dibandingkan dengan 2 proton lainnya. Asam bebas ini sukar

larut dalam air, karena itu jarang sekali dipakai dalam larutan

standard.

Garam dinatriumnya (Na2H2Y) biasanya dipakai dalam kimia

nalisis dengan nama:

* Komplekson III,

* Titriplex III,

* Sesquesterne,

* Trilon B

* Versene

* Chelaton 3

2. Asam nitroloasetat

Nama lainnya adalah:

* Complexon I

* NITA atau NTA

Asam ini mempunyai nilai pk1 = 1,9, pk2 = 2,5, pk3 = 9,7. Asam

nitroloasetat bebas sukar larut dalam air, jadi seperti halnya

EDTA yang biasa dipakai dalam garam dinatriumnya.

Page 10: Laporan Kiman - Kompleksometri

3. Asam 1,2 – diaminosiklo heksana – N N N1 N1 – tetraasetat

Nama lainnya:

* Complexon VI

* DCYT atau DCTA

Zat ini akan membentuk senyawa kompleks lebih lambat jika

dibandingkan dengan EDTA sehingga mengakibatkan

kesukaran pada penetapan titik akhir.

(Firdaus,2009)

Dalam percobaan kali ini, komplekson yang di gunakan

sebagai Peniter adalah Na.EDTA (Natrium Etilen Diamin Tetra

Asetat). EDTA dikenal juga dengan nama Versen, Complexon

111, Sequesterene, Nullapon, Trilon B, Idranat III dan

sebagainya. Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut

mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun

donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat

bercincin sampai dengan enam secara serempak. Zat

pengompleks lain adalah asam nitniliotriasetat

(Khopkar, 2003). EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri.

Dengan menggunakan EDTA, syarat-syarat untuk titrasi

terpenuhi dengan baik. Faktor-faktor yang membuat EDTA

ampuh sebagi pereaksi titrimetri antara lain:

1) Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion

logam,

2) Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan

sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam

alkali),

3) Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam,

Page 11: Laporan Kiman - Kompleksometri

4) Telah dikembangkan indikatornya secara khusus,

5) Mudah diperoleh bahan baku primernya, dan

6) Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun

sebagai bahan untuk standardisasi (Pierce, 1967).

Keberhasilan suatu titrasi EDTA bergantung pada

penetapan titik akhir secara cermat. Prosedur – prosedur yang

paling umum mempergunakan indikator ion logam. Persyaratan

bagi sebuah indikator ion logam untuk digunakan pada

pendeteksian visual dari titik – titik akhir meliputi :

a) Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir,

bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan

EDTA, larutan akan berwarna kuat.

b) Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya

selektif.

c) Kompleks indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang

cukup, jika tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh

perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks indikator

logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam

EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA

memindahkan ion – ion logam dari kompleks indikator logam

itu. Perubahan dalam kesetimbanagan dari kompleks indicator

logan ke kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat.

d) Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks indikator

logam harus sedemikian sehingga mudah diamati.

e) Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,

terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit

mungkin dengan titik ekuivalen (Ikhsan, 2009)

Page 12: Laporan Kiman - Kompleksometri

Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan

indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu

saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda

dengan pengompleksnya sendiri. lndikator demikian disebut

indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah

Eniochrome black T, pyrocatechol violet, xylenol orange, calmagit

l-(2-piridil-azonaftol) PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan

calcein blue. Sebagian besar indikator adalah IDA- iminodiasetat

atau sulfoftalein, SP, dari tipe purin atau azo. Keefektifan

indikator tergantung pada kestabilannya. Pada harga pM di

sekitar titik pembelokan kurva maka separuh dan indikator akan

terkomplekskan, separuh lagi pada keadaan bebas. Pada

keadaan ini berlaku pH = log K’M adalah tetapan kestabilan nyata

dari kompleks logam indikator (Underwood, 1990)

Karena semua indikator ini asam lemah harga K’Zn

tergantung pada tetapan ionisasi asam dari reagennya dan pada

pH. Jika log K’Zn setara dengan pM pada titik ekivalen, dan jika

jumlah indikatonnya sedikit, maka kurva antara perubahan warna

terhadap jumlah titran yang setara akan simetris. Indikator dalam

jumlah yang banyak akan menyebabkan kesalahan titrasi.

Misalkan saja untuk eriochrom black T dengan harga pK2 = 6,9

dan pK3 = 11,,5, maka perubahan warnanya dari ungu menjadi

biru, kemudian menjadi jingga (Underwood, 1990).

Kompleks logam adalah merah lembayung tetapi indikator

ini tidak efisien pada pH < 8,0. Di atas pH 6,0 xylenol orange

tidak efektif sebagai indikator. Murexida mempunyai daerah pH

luas, di mana pK1 = 0, pK2 = 9,2 dan pK3 = 10,5. Calcein biru

Page 13: Laporan Kiman - Kompleksometri

adalah indikator pendar-fluor yang efektif pada pH netral.

Kadangkala kompleks yang terlalu kuat atau terlalu lemah

terbentuk dengan EBT dalam titrasi langsung. Kompleks yang

kuat dapat mengurangi fungsinya sebagai indikator seperti Cu,

Co, Ni membentuk kompleks logam-EBT yang stabil dan kita

menggunakan KCN untuk menyembunyikan (masking) logam ini.

Reaksi demikian terjadi dalain analisis air di mana sampel

terkontaminasi oleh tembaga. Sebaliknya bila kompleks logarn

indikator adalah lemah, maka EDTA dapat ditambahkan berlebih

kemudian dititrasi balik dengan larutan standar

(Underwood, 1990).

Titrasi substitusi kompleks juga dapat dilakukan, misal:

penambahan kompleks Mg terhadap garam Ca2+ akan diperoleh

Ca(EDTA)2 dan Mg2+ bebas, yang kemudian dapat membentuk

kompleks berwarna dengan EBT yang dititrasi dengan titran

EDTA. Pemberian titik tajam Hg dapat dititrasi dengan

menggunakan kompleks Mg atau Zn EDTA. Mg2+ bebas ini dapat

dititrasi kembali dengan EDTA (Underwood, 1990).

Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan

dengan.titrasi EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator

eriochrom black T. Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan

mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+

dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari

pipa-pipa saluran air dapat di- masking dengan H2S. EBT yang

dihaluskan bersama NaCI padat kadangkala juga digunakan

sebagai indikator untuk penentuan Ca atau pun hidroksinaftol.

Seharusnya Ca tidak ikut terkopresipitasi dengan Mg, oleh karena

Page 14: Laporan Kiman - Kompleksometri

itu EDTA direkomendasikan. Bagaimana juga indikator Patton-

Reeder terbaik untuk penentuan kalsium dalam air sudah

dibandingkan dengan indikator lain (Khopkar, 2008).

Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai

kemampuan air untuk mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/

daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama sekali.

Sabun adalah zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan

tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat berbusa. Air

sabun akan membentuk emulsi atau sistem koloid dengan zat

pengotor yang melekat dalam benda yang hendak dibersihkan.

Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion

kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) didalam air. Keberadaannya

didalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai

garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk

emulsi secara efektif. Kationkation polivalen lainnya juga dapat

mengendapkan sabun, tetapi karena kation polivalen umumnya

berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil dengan zat

organik yang ada, maka peran kesadahannya dapat diabaikan.

Oleh karena itu penetapan kesadahan hanya diarahkan pada

penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total didefinisikan

sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter

sampel air.

Secara sederhana, penentuan tingkat kesadahan air untuk

masing masing ion dapat dilakukan dengan tehnik titrimetri-

kompleksometri. Kation-kation tersebut dititrasi dengan larutan

baku ligan pengompleks Na2EDTA (Natrium Etilen Diamin Tetra-

Asetat) pada pH tertentu. Dalam melakukan titrasi, kedalam

Page 15: Laporan Kiman - Kompleksometri

larutan yang mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ ditambahkan

indikator (warna 1) membentuk kompleks dalam larutan buffer

pada pH tertentu. Penambahan EDTA akan memecah kompleks

kation-indikator tersebut membentuk kation-EDTA (Warna II)

yang lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka

titik akhir titrasi kompleksometri dapat diamati dan ditentukan.

Pada dasarnya indikator melatakromat adalah senyawa

organik berwama yang juga membentuk khelat dengan ion

logam. Lazimnya larutan ion logam yang akan dititrasi dengan

EDTA, dibufferkan dahulu sehingga pH akan tetap konstan

meskipun H3O dibebaskan dengan terbentuknya kompleks itu.

Yang berperan sebagai pencipta suasana basa dalam percobaan

kali ini adalah dlarutan dapar salmiak yang mempunyai pH 10.

Pada pH tinggi (basa), banyak ion logam cenderung terhidrolisis

dan bahkan mengendap sebagai hidroksida. Jadi biasanya ada

dasar yang terpastikan untuk memperkirakan Keff dan dengan

tersedianya nilai ini mudah untuk menghitung kurva titrasi,

darimana dapat ditarik pertimbangan kelayakan

(Underwood, 1990).

Titrasi kompleksometri lain, yaitu titrasi substitusi tidak

dilakukan karena waktu terbatas. Titrasi substitusi kompleks

dapat dilakukan, misal: penambahan kompleks Mg terhadap

garam Ca2+ akan diperoleh Ca(EDTA)2 dan Mg2+ bebas, yang

kemudian dapat membentuk kompleks berwarna dengan EBT

yang dititrasi dengan titran EDTA. Pemberian titik tajam Hg dapat

dititrasi dengan menggunakan kompleks Mg atau Zn EDTA. Mg2+

Page 16: Laporan Kiman - Kompleksometri

bebas ini dapat dititrasi kembali dengan EDTA

(Underwood, 1990).

Kompleks yang stabil biasanya terbentuk pada pH rendah

seperti Fe (pH = 2,0), Al3+, Zr3+, B3+, semua dititrasi pada pH

rendah untuk menghindari hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb dititrasi pada

pH = 5,0. Pada titrasi Ca, untuk menghindarkan interferensi dari

Zn, dan Cd, ion-ion ini dimasking dengan KCN. Misalkan saja Ca,

Mg dapat ditirasi pada pH = 10,0 dengan penambahan nitril

glikolat, yang akan membebaskan Zn, Cd dari kompleks dengan

EDTA. BAL, atau 2,3 dimerkaptropropanol dapat digunakan

sebagai masking agent untuk Zn, Bi, Pb, Hg. Thiourea, asam

thioglikolat, thiosemicarbazid dapat digunakan sebagai elemen

masking melalui pembentukan sulfida yang tidak larut. EDTA

dapat di gunakan untuk mentitrasi Ca dalam campuran Mg

dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn,

dapat dititrasi dengan EDTA, dengan menggunakan buffer NH3-

NH4Cl karena Cd(NH kurang stabil dibandingkan Zn(NH sehingga

EDTA hanya mentitrasi Cd (Khopkar, 2008).

Page 17: Laporan Kiman - Kompleksometri

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan

(2) Saran.

4.1. Kesimpulan

Hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa berat MgSO4 adalah 0.36 gr dengan konsentrasi sebesar

0.014 M, pada pengenceran dari 0,1 M ke 0,05 M volume

Na-EDTA adalah 50 ml dan volume aquadest adalah 50 ml,

konsentrasi Na-EDTA adalah 0,041 M, konsentrasi sampel A

adalah 0,008 M. Seharusnya berdasarkan data yang ada di

laboratorium konsentrasi sampel A adalah 0,02 M. Berarti faktor

kesalahannya adalah 60%.

4.2. Saran

Terjadinya kesalahan-kesalahan. dapat dikarenakan

beberapa faktor, misalnya ketelitian menghitung volume titrasi,

kesalahan pada saat menimbang MgSO4, kesalahan pada saat

perhitungan konsentrasi zat dengan menggunakan rumus yang

ada, atau bahkan karena alat-alat yang digunakan tidak bersih,

sehingga masih terdapat zat-zat sisa yang menempel pada alat

yang dipakai dan mempengaruhi hasil pengamatan, sehingga

hasilnya salah. Oleh karena itu diperlukan ketelitian yang cukup

tinggi dan kebersihan yang baik dalam pelaksanaan percobaan

ini. Selain itu, karena percobaan ini harus dilakukan dua kali

(duplo) untuk setiap praktikan, sedangkan waktunya terbatas

karena jadwal masuknya terlambat dan keterbatasan alat yang

ada, sehingga praktikan terburu-buru.

Page 18: Laporan Kiman - Kompleksometri

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2010). Kompleksometri.

(http://id.wikipedia.org/kompleksotri) akses:

1 November 2010.

Firdaus, Ikhsan. (2009). Kompleksometri. (http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia industri/teknologi-

proses/kompleksometri). akses: 1 November 2010.

Harjadi W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama

Khopkar, S.M., (2008), Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta:

Universitas Indonesia.

Pierce WC, Sawyer DT, Haenisch EL. (1967). Quantitative

Analysis. New York : John Wiley and Sons, Inc.

Underwood, A. L. (1990). Analisis Kimia Kiantitatif Edisi

ke Enam. Jakarta: Erlangga.

Page 19: Laporan Kiman - Kompleksometri

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan Baku Primer MgSO4 0,0014 M

Diketahui : M MgSO4 = 0,014 M

Mr MgSO4 = 247

V labu = 100 ml

Ditanyakan : g MgSO4 ?

M MgSO4 =

gMr

×1000Vlb

0,05 =

g247

×1000100

g MgSO4 = 0.36 M

2. Pengenceran Na-EDTA 0,1 M menjadi 0,05 M

Diketahui: M1 = 0,1 M

M2 = 0,05 M

V2 =100 ml

Ditanyakan: V1?

V1 M1 = V2 M2

V1 =

V 2⋅M 2

M 1

=

50×0 ,050,1

V1 = 50 ml

(50 ml Na-EDTA 0,1 M + 50 ml Aquadest)

Page 20: Laporan Kiman - Kompleksometri

3. Pembakuan Na-EDTA 0,05 N

Diketahui: V1 = 8.34 ml

V2 = 8.4 ml

Vrata-rata Na-EDTA = 8.37 ml

V MgSO4 = 25 ml

M MgSO4 = 0,05 M

Ditanyakan: N Na-EDTA ?

M Na−EDTA=(V⋅N )MgSO4V Na−EDTA

M Na-EDTA

=25×0 ,014N8.37ml

M Na-EDTA = 0,041 M

4. Penetapan M sampel (A)

Diketahui: V1 = 5.2 ml

V2 = 5.24ml

Vrata-rata Sampel A = 5.23 ml

M Sampel (A )=(V .M )Na−EDTAV Sampel (Q)

=5 ,23×0 ,041M25ml

M Sampel (A)= 0,008 M

M Sampel (A) seharusnya = 0,02 N

Faktor Kesalahan ≥ 60%

Page 21: Laporan Kiman - Kompleksometri