isolasi dan identifikasi bakteri pada jaringan lemak … · adalah untuk mengidentifikasi bakteri...

28
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA JARINGAN LEMAK IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) RAHMAD ARSY FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA JARINGAN

    LEMAK IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

    Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

    RAHMAD ARSY

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Identifikasi

    Bakteri pada Jaringan Lemak Imago Betina Ulat Sutera Liar Attacus Atlas

    (Lepidoptera: Saturniidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

    pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

    mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

    maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

    dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Januari 2015

    Rahmad Arsy

    NIM B04100061

  • ABSTRAK

    RAHMAD ARSY. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Jaringan Lemak Imago

    Betina Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Dibimbing oleh

    USAMAH AFIFF dan DAMIANA RITA EKASTUTI.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri yang hidup

    dalam jaringan lemak imago betina Attacus atlas yang dikumpulkan dari

    perkebunan teh PTPN VIII Pangleujar Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat.

    Sampel diambil dari jaringan lemak dari 5 imago betina. Sampel ini dibiakkan

    dalam agar darah dan Mac Conkey Agar. Identifikasi bakteri didasarkan pada

    serangkaian tes yaitu, koloni dan morfologi individu, karakteristik pewarnaan

    Gram, dan tes biokimia standar. Ada 2 genus bakteri diidentifikasi: Aeromonas dan

    Bacillus. Spesies diidentifikasi seperti Aeromonas sp. dan Aeromonas schubertii.

    Aeromonas adalah genus yang paling umum yang ditemukan dalam jaringan lemak

    imago betina.

    Kata kunci: A. atlas, bakteri, jaringan lemak, imago

    ABSTRACT

    RAHMAD ARSY. Isolation and Identification of Bacteria in Female Fat Body

    Imago Wild Silkworm Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Supervised by

    USAMAH AFIFF and DAMIANA RITA EKASTUTI.

    The aim of this study was to identify the bacteria that lived in the fat body

    of female imagoes Attacus atlas which was collected from tea plantation PTPN VIII

    Pangleujar Purwakarta Regency West Java Province. Samples were taken from fat

    body of 5 female imagoes. These samples were cultured in the Blood Agar and Mac

    Conkey Agar. The identification of the bacteria were based on series of tests such

    as, colony and individual morphology, Gram stain characterisic, and standard

    biochemistry tests. There were 2 genus of bacteria were identified such as

    Aeromonas and Bacillus. The species were identified as Aeromonas sp and

    Aeromonas schubertii. Aeromonas is the most common genus which were found in

    the fat body of the female imagoes.

    Keywords: A. atlas, bacteria, fat body, imagoes

  • Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan

    pada

    Fakultas Kedokteran Hewan

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA JARINGAN

    LEMAK IMAGO BETINA ULAT SUTERA LIAR

    Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

    RAHMAD ARSY

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • Judul Skripsi: Isolasi dan ldentifikasi Bakteri pad a J aringan Lemak Imago Betina

    Ulat Sutera Liar Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae) Nama NIM

    : Rahmad Arsy : B04100061

    Disetujui oleh

    Drh Usamah Afiff, MSc Pembimbing I

    Tanggal Lulus: J 4 JAN 2015

    Dr Drh Damiana Rita Ekastuti, MS, AIF Pembimbing II

    oleh

    MS PhD APVet

  • PRAKATA

    Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat, dan

    hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Isolasi

    dan Identifikasi Bakteri pada Jaringan Lemak Imago Betina Ulat Sutera Liar

    Attacus Atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Skripsi ini merupakan prasyarat kelulusan

    jenjang sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

    Dengan segala syukur dan berbahagia, penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada:

    1. Drh Usamah Afiff, MSc dan Dr Drh Damiana Rita Ekastut, MS, AIF selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan penulis dengan penuh

    kesabaran sehingga tulisan ini dapat terselesaikan;

    2. Dr Drh Eko Sugeng Pribadi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa

    di FKH IPB;

    3. Bapak Nursam dan Bapak Ismet yang telah membantu menyediakan bahan penelitian;

    4. Keluarga tercinta, papa R.A Syarkawi, mama Zubaidah, serta kakak dan adik-adikku tersayang yang senantiasa memberikan rasa cinta dan kasih

    sayang serta dukungan secara moril dan materiil selama penulis melalui

    jenjang sarjana;

    5. Teman-teman satu penelitian Muhammad Fajar dan Andra Adi Esnawan yang memberikan masukan dan semangat;

    6. Sahabat-sahabat terlemes Acromion FKH 47 Agvinta Nilam W, Nafisatul Ulfa, Dini Nurwahyuni, Kukuh Syirotol Ichsan, Novan Eko Kurniawan,

    Gamma Prajnia, Tri Apriyadi Hidayat, Intan Pandini RM, Moh. Zenal

    Abidin M, dan teman-teman lain yang selalu memberikan semangat;

    7. Drh Mira Fatmawati, MSi yang senantiasa memberikan motivasi dan masukan.

    Bogor, Januari 2015

    Rahmad Arsy

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR GAMBAR vi

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Tujuan Penelitian 1

    Manfaat Penelitian 1

    TINJAUAN PUSTAKA 2

    METODE 4

    Tempat dan Waktu Penelitian 4

    Alat dan Bahan 4

    Metode Penelitian 5

    Pengambilan dan Pemeliharaan Kokon 5

    Pengambilan Sampel 5

    Isolasi Bakteri 5

    Identifikasi Bakteri 5

    Analisis Data 7

    HASIL DAN PEMBAHASAN 7

    Isolasi Bakteri 7

    Identifikasi Bakteri 9

    KESIMPULAN DAN SARAN 11

    Kesimpulan 11

    Saran 11

    DAFTAR PUSTAKA 12

    RIWAYAT HIDUP 14

  • DAFTAR TABEL

    1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit 4 2 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA 8 3 Hasil pengamatan mikroskopis bakteri yang tumbuh pada media TSA 8 4 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, dan Sitrat Bakteri Gram Negatif 11

    DAFTAR GAMBAR

    1 Distribusi Attacus atlas 2 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Negatif 6 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif 7 4 Koloni bakteri yang terbentuk pada media MCA dan agar darah 8 5 (A) Pewarnaan Gram Negatif dan (B) Positif, perbesaran 100X 9 6 Hasil Uji Indol dan Oksidase 10 7 Hasil Uji Karbohidrat, Urea, dan Sitrat 10

    file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc330897740file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc330897740file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc330897741file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc331485136file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc331485137file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc331485138file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc331485139file:///E:/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc331485140

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

    hayati yang melimpah. Salah satunya adalah serangga penghasil serat sutra yaitu

    Attacus atlas. A.atlas merupakan serangga asli Indonesia yang mengalami

    metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan imago. A.atlas hidup sepanjang

    tahun dan tidak pada musim-musim tertentu saja. Benang sutra yang dihasilkan

    A.atlas memiliki keunggulan seperti warna benang coklat, lebih mengkilat,

    sehingga mempunyai harga jual yang lebih tinggi. Benang sutera ini digunakan

    sebagai bahan utama dalam dunia mode karena memiliki nilai eksklusivitas yang

    tinggi sebagai rancangan adibusana.

    Permintaan benang sutera yang tinggi merupakan masalah yang besar bagi

    Indonesia karena jumlah produksi benang sutera di Indonesia masih terbatas. Hal

    tersebut dikarenakan budidaya ulat sutera masih belum banyak dikembangkan.

    Beberapa daerah telah mencoba untuk membudidayakan ulat sutera A.atlas seperti

    Yogyakarta, Sukabumi, dan Purwakarta. Saat ini benang sutera A.atlas diperoleh

    dari kokon sutera liar yang diambil di alam dalam jumlah yang besar sehingga

    mengancam populasinya.

    Perilaku ulat sutera sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca, terutama oleh

    suhu dan kelembaban. Perubahan tersebut menyebabkan ulat sutera mudah

    terserang oleh agen penyakit. Menurut Solihin et al. (2010), larva A. atlas dapat

    diserang oleh jamur Aspergillus sp. dan bakteri Bacillus thuringiensis. Penyakit

    yang menyerang A. atlas yang dapat menghambat perkembangan ulat sutera ini

    belum banyak dilaporkan. Jaringan lemak digunakan pada penelitian ini karena

    jaringan lemak merupakan cadangan energi dan berfungsi untuk pematangan telur.

    Apabila pada jaringan lemak terdapat bakteri berbahaya, maka memungkinkan telur

    terinfeksi bakteri. Hal tersebut yang melandasi penelitian ini dilakukan.

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada jaringan

    lemak imago ulat sutera liar A. atlas di kawasan kebun teh Purwakarta.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai bakteri

    yang bersifat flora normal atau pun bersifat patogen yang terdapat pada jaringan

    lemak imago ulat sutera liar A. atlas.

  • 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Attacus atlas

    Ulat sutera adalah serangga yang masuk ke dalam Ordo Lepidoptera, yang

    mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Menurut Peigler (1989), klasifikasi A.

    atlas sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Filum : Arthopoda

    Kelas : Insekta

    Ordo : Lepidoptera

    Famili : Saturniidae

    Genus : Attacus (Linnaeus)

    Spesies : Attacus atlas (Linnaeus)

    Distribusi Geografis Attacus atlas

    Ulat sutera dapat digolongkan ke dalam familia Bombycidae, Saturnidae, dan

    Thaumeto pocidae. Ulat sutera Bombyx mori dari familia Bombycidae, dan ulat

    sutera A.atlas dari familia Saturniidae. Penyebaran A.atlas di daerah tropis sangat

    luas, mulai dari daerah Himalaya, China bagian Selatan, Srilanka, Myanmar, Asia

    tenggara, dan Australia bagian Utara. Perbedaan iklim dan letak geografis

    mengakibatkan terbentuknya berbagai macam spesies dan ras Attacus (Peigler

    1989).

    Gambar 1 Distribusi Attacus atlas (Peigler 1989)

    Siklus Hidup Attacus atlas

    Ulat sutera adalah serangga yang mengalami metamorfosa sempurna yang

    berarti bahwa setiap generasi melewati 4 stadium, yaitu telur, larva, pupa, dan

  • 3

    imago. Kisaran waktu daur hidupnya berbeda-beda sesuai tanaman inangnya

    (Solihin et al. 2010). Selama metamorfosa, stadium larva adalah satu-satunya masa

    ulat makan, fase ini merupakan masa yang sangat penting untuk sintesis protein

    sutera dan pembentukan telur. Telur dihasilkan imago betina yang kawin maupun

    tidak kawin. Telur A. atlas di alam diletakkan berkelompok di bawah permukaan

    daun atau cabang-cabang pohon tanaman inang (Kalshoven 1981).

    Telur akan menetas menjadi larva dalam 6–10 hari. Tahap larva A. atlas

    terdiri atas enam tahapan instar. Larva instar I memiliki ciri-ciri panjang tubuh rata-

    rata 0.5 cm, warna kepala cokelat kehitaman dan warna tubuh kuning kecokelatan

    (Zebua et al. 1997). Larva instar II memiliki panjang tubuh 1–1.5 cm (Awan 2007).

    Bagian kepala berwarna cokelat agak terang sedangkan pada bagian belakang

    abdomen terdapat bercak merah. Permukaan tubuh dilindungi serbuk putih (Peigler

    1989). Panjang tubuh larva pada instar III mencapai 2–2.5 cm, kepala berwarna

    cokelat agak terang dan terdapat bercak merah pada bagian belakang tubuh (Awan

    2007). Larva instar IV mempunyai ukuran tubuh 2.5–3 cm, kepala berwarna putih

    kehijauan cerah, dan bercak berwarna cokelat tua yang merata di seluruh tubuh.

    Selain itu, seluruh permukaan tubuh ditutupi serbuk putih yang semakin menebal

    (Awan 2007). Larva yang telah mencapai instar ini lebih aktif dan mengkonsumsi

    pakan lebih banyak.

    Instar V terlihat pertambahan yang sangat terlihat nyata karena pada instar ini

    aktivitas makan semakin meningkat. Panjang tubuh larva dapat mencapai 6.5–8 cm.

    Bagian kepala ikut mengalami perubahan ukuran dan berwarna hijau muda. Tubuh

    ditutupi dengan serbuk putih (Awan 2007). Instar terakhir yaitu pada instar VI.

    Ukuran tubuhnya mencapai 8–10 cm, berwarna hijau tua hingga hijau kehitaman.

    Tubuh larva terlihat sangat besar, gemuk, dan kokoh serta serbuk putih mulai

    menghilang. Larva akan mengeluarkan cairan sutera yang digunakan untuk

    membentuk serat-serat sutera kokon (Awan 2007).

    Pupasi adalah terbentuknya pupa setelah stadium larva. Pupa berwarna

    cokelat kehitaman dan terlindung dalam suatu kokon (Triplehorn dan Johnson

    2005). Kokon A. atlas terbentuk dari serat atau filamen sutera yang berasal dari

    kelenjar sutera (Solihin et al. 2010) atau modifikasi kelenjar-kelenjar air liur yang

    bermuara pada labium (Triplehorn dan Johnson 2005). Perbedaan antara pupa

    jantan dan betina pada ukuran dan penutupan antena. Pada pupa jantan penutupan

    antena 1/2 dari panjang antena, sedangkan betina penutupan antena 1/4–1/3 dari

    panjang antena (Peigler 1989).

    Imago akan keluar dari kokon setelah 24 hari (Mulyani 2008). Perbedaan

    antara imago jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran tubuh, bentang sayap

    dan tipe antena. Tubuh imago jantan lebih kecil dari betina dengan warna lebih

    cokelat kekuningan. Bentangan sayap imago jantan 15–22 cm sedangkan sayap

    imago betina 16.5–24 cm (Awan 2007). Antena jantan lebih besar dibandingkan

    betina dan memiliki warna cokelat kekuningan. Panjang dari antena jantan 25–30

    mm dan lebar 10–13 mm. Sementara pada betina panjang antena berukuran 17–21

    mm dan 3 mm. Fungsi antena pada imago jantan antara lain untuk mendeteksi

    feromon yang dikeluarkan imago betina sebagai isyarat kimia untuk melakukan

    kopulasi. Imago betina akan mengeluarkan feromon dari ujung abdomen untuk

    menarik jantan yang selanjutnya akan melakukan perkawinan. Perkawinan akan

    berlangsung selama sehari penuh (Peigler 1989).

  • 4

    Jaringan Lemak Ulat Sutera

    Selama metamorfosis, jaringan lemak ulat sutera mengalami perubahan.

    Jaringan lemak imago berasal dari beberapa sel lemak larva yang bertahan pada

    masa pupa atau kepompong. Jaringan lemak pada fase pupa berbeda antara betina

    dan jantan. Jaringan lemak lebih banyak ditemukan pada pupa betina dibandingkan

    pupa jantan. Sebagian besar sel lemak pupa betina dimanfaatkan untuk pematangan

    sel telur, sementara sebagian besar sel lemak pupa jantan dimanfaatkan sebagai

    cadangan energi untuk bertahan hidup (Tajima 1978).

    Bakteri pada Ulat Sutera

    Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada ulat sutera

    Bombyx mori telah dilaporkan. Menurut Sakthivel et al. (2012), bakteri yang

    berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari ulat sutera Bombyx mori yang sakit dapat

    dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Identifikasi bakteri pada ulat sutera Bombyx mori yang sakit (Sakthivel et

    al. 2012).

    No Bakteri

    1 Bacillus subtilis

    2 Streptococcus pneumoniae

    3 Staphylococcus aureus

    4 Escherichia coli

    5 Pseudomonas fluorescence

    6 Bacillus cereus

    7 Klebsiella cloacae

    METODE

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014.

    Pemeliharaan imago ulat sutera liar A. atlas dilakukan di Laboratorium

    Metabolisme Divisi Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

    Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Identifikasi bakteri dilakukan

    di Laboratorium Riset Mikrobiologi Divisi Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu

    Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan

    Institut Pertanian Bogor.

    Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan adalah kandang kasa ukuran 50 cm x 50 cm x 50

    cm, cawan petri, lemari pendingin, alat bedah minor berupa gunting, scalpel, dan

  • 5

    pinset, botol 5 ml, ose, needle, gelas objek, tabung reaksi, cawan petri, pipet, rak

    tabung reaksi, pembakar Bunsen, mikroskop cahaya, spidol, label nama, inkubator,

    dan camera digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah jaringan lemak imago

    betina ulat sutera liar A. atlas sebanyak 5 ekor yang diambil di bagian toraks,

    akuades steril, media untuk mengisolasi seperti agar darah, Mac Conkey Agar

    (MCA), dan Trypticasein Soy Agar (TSA), media untuk mengidentifikasi bakteri

    seperti Triple Sugar Iron Agar (TSIA), indol, kaldu gula-gula (glukosa, sukrosa,

    manitol, maltosa, dan laktosa), zat warna Gram (kristal violet, lugol, aseton alkohol,

    safranin), dan alkohol 70%.

    Metode Penelitian

    Pengambilan dan Pemeliharaan Kokon Kokon ulat sutera A. atlas diambil dari perkebunan teh PTPN VIII Pangleujar

    kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat. Kokon disimpan dalam kandang kasa

    berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Pemisahan antara kokon betina dan jantan

    dengan cara kulit kokon digunting untuk melihat bakal imago jantan dan betina ulat

    sutera A. atlas. Pupa yang memiliki antena yang besar akan menjadi imago jantan

    sedangkan pupa yang memiliki antena kecil akan menjadi imago betina.

    Pengambilan Sampel Imago betina dimasukkan ke dalam freezer selama 60 menit sampai imago

    mati. Kemudian imago dinekropsi dengan menggunakan seperangkat alat bedah

    minor steril berupa pinset, scalpel, dan gunting. Bagian yang akan dinekropsi

    disterilkan dahulu dengan alkohol 70 %. Setelah itu, dilakukan pengambilan

    jaringan lemak menggunakan pinset dan dimasukkan ke dalam botol kaca yang

    berisi akuades steril 2 ml. Sampel diambil dari 5 ekor imago ulat sutera liar A. atlas

    di bagian toraks.

    Isolasi Bakteri Sampel diambil dengan menggunakan ose dan dibiakkan ke dalam media

    agar darah dan MCA dengan goresan T dan diinkubasi selama 24 jam dalam

    inkubator dengan suhu 37 oC. Setelah 24 jam, koloni terpisah dari bakteri yang

    tumbuh pada media agar darah dan MCA dicatat ciri koloninya. Setiap koloni yang

    tumbuh berbeda sepanjang goresan dibiakkan ke dalam agar miring TSA dan

    dilakukan pelabelan untuk setiap koloni. Biakan agar miring TSA diinkubasi

    selama 24 jam menggunakan inkubator dengan suhu 37 oC.

    Identifikasi Bakteri

    Koloni yang tumbuh pada media TSA diwarnai dengan pewarnaan Gram

    untuk dilihat morfologi, sifat Gram, dan kemurniannya. Menurut Lay (1994),

    preparat ulas ditetesi dengan larutan kristal violet dan didiamkan kurang lebih 60

    detik. Preparat dibilas dengan akuades. Setelah dicuci, preparat ditetesi larutan

    lugol selama 60 detik dan dibilas dengan akuades hingga bersih. Preparat diberi

    larutan pemucat berupa aseton alkohol kurang lebih 15 detik dan dibilas kembali

    dengan akuades hingga bersih. Preparat ditetesi larutan safranin kurang lebih 15–

    20 detik dan dibilas kembali dengan akuades hingga bersih. Setelah itu, preparat

  • 6

    dikeringkan dengan kertas saring dan diamati di bawah mikroskop dengan

    perbesaran objektif 100x yang sebelumnya ditetesi minyak emersi. Hasil

    pewarnaan Gram, bakteri Gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram

    negatif berwarna merah. Apabila terdapat koloni bakteri yang belum murni, maka

    dilakukan kembali isolasi pada agar darah maupun MCA dengan goresan T.

    Apabila hasil dari pewarnaan Gram kurang meyakinkan, maka dilakukan uji

    KOH 3% untuk menentukan sifat Gram bakteri. Bakteri Gram negatif akan

    memberikan hasil adanya masa gelatin yang membentuk benang-benang halus saat

    diangkat menggunakan ose. Secara ringkas alur identifikasi bakteri Gram Positif

    dan negatif dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Identifikasi akhir mengacu pada

    Jang et al. (1976), Barrow dan Feltham (1993), dan Bergey dan Breed (1994),

    seperti tampak pada Gambar 2 dan 3.

    Gambar 2 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Negatif

    Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994

    Bakteri Gram Negatif

    Batang

    (+)

    Nonenterobacteriaceae

    PseudomonasAeromonas

    Vibrio

    (-)

    Enterobacteriaceae

    MacConkey Agar

    Laktosa Negatif

    TSIAIndolSitrat

    MRVPFermentasi Karbohidrat

    Laktosa Positif

    TSIAIndolSitrat

    MRVPFermentasi Karbohidrat

    kokus

    Neisseria

  • 7

    Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif

    Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994

    Analisis Data

    Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Isolasi Bakteri

    Terdapat tiga koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA

    (Tabel 2). Koloni bakteri yang didapatkan pada media agar darah berukuran sedang,

    berbentuk bulat, permukaan kasar, tidak mengkilat, tepi tidak rata, elevasi

    cembung, berwarna krem ,dan hemolisis β. Satu koloni bakteri yang terbentuk pada

  • 8

    media MCA berukuran sedang, berbentuk bulat, permukaan halus, mengkilat, tepi

    tidak rata, elevasi cembung, dan berwarna merah. Sedangkan satu koloni bakteri

    yang lain berukuran sedang, berbentuk bulat, permukaan halus, mengkilat, tepi

    tidak rata, elevasi cembung, dan berwarna pink. Menurut Lay (1994), warna koloni

    yang yang sama dengan media menunjukkan koloni tersebut tidak

    memfermentasikan laktosa dan biasanya bersifat patogen.

    Tabel 2 Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah dan MCA

    Media Agar darah MCA MCA

    Karakteristik Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3

    Ukuran Sedang Sedang Sedang

    Bentuk Bulat Bulat Bulat

    Permukaan Kasar Halus Halus

    Aspek Tidak Mengkilat Mengkilat Mengkilat

    Tepi Rata Rata Rata

    Elevasi Cembung Cembung Cembung

    Warna Krem Merah Pink

    Hemolisis β

    Gambar 4 Koloni bakteri yang terbentuk pada media MCA dan agar darah

    Koloni bakteri terpisah yang didapatkan dibiakkan ke dalam media TSA.

    Media ini merupakan media pertumbuhan bakteri yang umum digunakan dan

    mengandung nutrisi untuk menjaga bakteri tetap tumbuh. Koloni bakteri yang

    tumbuh pada media TSA diuji dengan pewarnaan Gram untuk melihat sifat Gram

    dan morfologinya. Koloni 2 dan koloni 3 yang diwarnai dengan pewarnaan Gram

    memiliki karakteristik berbentuk batang, susunan tunggal, berwarna merah, dan

    termasuk ke dalam Gram negatif. Koloni 1 yang diwarnai memiliki karakteristik

    berbentuk batang, susunan berantai, berwarna ungu, berspora, dan termasuk ke

    dalam Gram positif. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3 Hasil pengamatan mikroskopis bakteri yang tumbuh pada media TSA

    Karakteristik Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3

    Morfologi Batang Batang Batang

    Susunan Rantai Tunggal Tunggal

    Warna Ungu Merah Merah

    Spora Berspora Tidak berspora Tidak berspora

    Gram Positif Negatif Negatif

  • 9

    A B

    Gambar 5 (A) Pewarnaan Gram Negatif dan (B) Positif, perbesaran 100X

    Identifikasi bakteri

    Berdasarkan hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopik, koloni 1

    merupakan bakteri yang termasuk ke dalam genus Bacillus. Hal tersebut

    ditunjukkan dengan hasil pewarnaan Gram yang memiliki karakteristik berbentuk

    batang, susunan berantai, memiiki spora, berwarna ungu, dan bersifat Gram positif.

    Menurut Lay (1994), genus Bacillus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk

    batang, dan memiliki spora. Terdapatnya spora, letak spora, dan ukuran spora dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi genus Bacillus (Pelzar dan Chan 1986).

    Menurut Sakthivel et al. (2012), bakteri yang berhasil diisolasi dan

    diidentifikasi yang dapat menyebabkan penyakit pada larva ulat sutera Bombyx

    mori adalah Bacillus subtilis, B. cereus, Escherichia coli, Streptococcus

    pneumonia, dan Staphylococcus aureus. Bakteri yang paling banyak menginfeksi

    larva Bombyx mori adalah Streptococcus sp, Bacillus cereus, B. thuringiensis, B.

    bombyseptieus, dan Staphylococcus aureus (Kundu 2014). Hal tersebut

    memungkinkan Bacillus sp yang terdapat pada jaringan lemak imago betina A. atlas

    bisa berasal dari lingkungan yang tercemar oleh Bacillus sp selama fase larva.

    Koloni bakteri Gram negatif diuji dengan menggunakan media oksidase,

    indol, TSIA, urea, dan sitrat. Pengujian koloni bakteri dengan media TSIA untuk

    membedakan genus bakteri dalam famili Enterobacteriaceae dan

    Nonenterobacteriaceae. Pengujian koloni 2 dan koloni 3 didapatkan hasil asam

    pada slant dan butt, menghasilkan gas dan tidak menghasilkan H2S yang berarti

    bakteri tersebut dapat memfermentasikan glukosa dan laktosa. Berdasarkan hasil

    uji TSIA tersebut, koloni bakteri mengarah ke genus Aeromonas, Eschericia,

    Erwinia, Serratia, Klebsiella, dan Proteus (Jang et al. 1976) dan (Lay 1994).

  • 10

    Koloni bakteri tersebut diuji lanjut dengan menggunakan media indol, sitrat,

    urea, dan karbohidrat untuk mengetahui genusnya. Pada koloni 2 uji indol

    menghasilkan hasil positif dan non motil. Pada koloni 3 uji indol didapatkan hasil

    uji negatif dan non motil. Pengujuian dengan menggunakan media sitrat dan

    oksidase didapatkan hasil uji positif untuk koloni 2 sedangkan utuk koloni 3 hasil

    uji oksidase positif dan uji sitrat didapatkan hasil uji negatif. Uji urea dan uji VP

    didapatkan hasil uji negatif untuk koloni 2 dan koloni 3.

    Gambar 6 Hasil Uji Indol dan Oksidase

    Pengujian dengan menggunakan media karbohidrat pada koloni 2 didapatkan

    hasil uji positif untuk glukosa, sukrosa, maltosa, dan manitol, hasil uji negatif untuk

    laktosa. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri tersebut dapat memfermentasikan

    karbohidrat berupa glukosa, sukrosa, maltosa, dan manitol sebagai sumber karbon.

    Akan tetapi bakteri tersebut tidak dapat memfermentasikan laktosa sebagai sumber

    karbon. Pada koloni 3 didapatkan hasil uji positif untuk glukosa, laktosa, sukrosa,

    maltosa, dan manitol.

    Berdasarkan hasil uji diatas, koloni 2 dan koloni 3 termasuk kedalam genus

    Aeromonas. Menurut Abbot et al. (2003), spesies anggota Aeromonas (A.

    hydrophila, A. bestiarum, A. salmonicida, A. caviae, A. media, A. eucrenophila, A.

    sobria, A. veronii, dan A. veronii bv. sobria) semuanya memberikan hasil positif

    untuk uji indol. Aeromonas schubertii memiliki hasil uji indol negatif (Awan et al.

    2005). Selain itu menurut Awan et al. (2005), spesies Aeromonas yang memiliki

    hasil uji sitrat negatif adalah A. schubertii dan A. jandaei. Menurut Jayavignesh et

    al. (2011), Aeromonas hydrophila memiliki kemampuan untuk memfermentasi

    laktosa. Aeromonas hydrophila dan Aeromonas sobria tidak memiliki kemampuan

    untuk memfermentasi laktosa (Erdem et al. 2012). Hasil uji dapat dilihat seperti

    yang tertulis pada Tabel 4.

    Gambar 7 Hasil Uji Karbohidrat, Urea, dan Sitrat

  • 11

    Tabel 4 Hasil uji Indol, TSIA, Oksidase, Urea, dan Sitrat bakteri gram negatif

    Karakteristik Koloni 2 Koloni 3

    Indol + -

    Motilitas - -

    TSIA

    Slant Asam Asam

    Butt Asam Asam

    Gas + +

    H2S - -

    Oksidase + +

    Urea - -

    Sitrat + -

    VP - -

    Karbohidrat

    Glukosa + +

    Laktosa - +

    Sukrosa + +

    Maltosa + +

    Manitol + +

    Hasil Identifikasi Aeromonas sp Aeromonas schubertii

    Menurut Anand et al.(2010), Aeromonas sp merupakan bakteri flora normal

    yang hidup pada saluran pencernaan larva ulat sutera Bombyx mori yang memakan

    daun murbei. Bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk mendegradasi

    polisakarida yang terdapat pada daun murbei. Aeromonas sp yang ditemukan pada

    jaringan lemak imago betina A. atlas diduga berasal dari fase larva yang bertahan

    sampai fase imago.

    Aeromonas hydrophila dan A. schubertii dapat ditemukan di berbagai

    lingkungan perairan seperti air tanah, air permukaan, air payau, air laut, dan air

    limbah (EPA 2006) termasuk di air kolam ikan (Wulandari 2012). Menurut BKIPM

    (2011), Aeromonas sp banyak ditemukan pada sumber air yang berada di

    Purwakarta. Bakteri ini biasanya patogenik pada hewan seperti ikan, reptil, dan

    jarang pada mamalia (Quinn et al. 2002).

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Bakteri yang berhasil diidentifikasi pada jaringan lemak imago betina Attacus

    atlas adalah genus Aeromonas yang terdiri dari dua spesies yaitu Aeromonas sp dan

    Aeromonas schubertii. Kedua spesies tersebut merupakan bakteri Gram Negatif.

    Bakteri Gram Positif yang berhasil diidentifikasi merupakan bakteri genus Bacillus.

    Saran

    Perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk mengidentifikasi bakteri sampai tingkat

    spesies dengan memperbanyak jenis uji biokimiawi dan atau menggunakan

    polymerase chain reaction (PCR). Selain itu perlu penelitian lain untuk

  • 12

    mengidentifikasi mikroorganisme selain bakteri yang hidup pada jaringan lemak

    imago betina ulat sutera Attacus atlas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abbot SL, Sharon W, Cheung KW, Janda JM. 2003. The genus aeromonas:

    biochemical characteristics, atypical reaction, and phenotypic

    identification schemes. J Clin Microbiol. 41(6): 2348.

    Anand AAP, Vennison SJ, Sankar SG, Prabhu DIG, Vasan PT, Raghuraman T,

    Geoffrey CJ, Vendan SE. 2010. Isolation and characterization of bacteria

    from the gut of Bombyx mori that degrade cellulose, xylan, pectin, and

    starch and their impact on digestion. Journal of Insect Science 10:107.

    Awan A. 2007. Domestikasi ulat sutera liar A. atlas (Lepidoptera: Saturniidae)

    dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional [Disertasi]. Bogor (ID):

    Institut Pertanian Bogor.

    Awan BM, Ahmed MM, Barii A, Saad AM. 2005. Biochemical characterization

    of the aeromonas species isolated from food and environtment. Pak J

    Physiol: 1(1–2).

    Barrow GI, Feltham RKA, editor. 1993. Cowan and Steel’s Manual for the

    Identification of Medical Bacteria. Ed ke-3. UK [kota tidak diketahui]:

    Cambridge Univ Pr.

    Bergey DH, Breed RS. 1994. Identification flow charts Bergey’s manual of

    determinative bacteriology [Internet]. Diunduh pada [2014 1 Sep].

    Tersedia pada:

    http://www.uiweb.uidaho.edu/micro_biology/250/IDFlowcharts.pdf.

    [BKIPM] Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanaan Hasil

    Perikanan. 2011. Stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan

    hasil perikanan kelas II Cirebon. [Internet]. Diunduh pada [2014 11 Nov].

    Tersedia pada:

    http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil/upt/37.0/Stasiun%20Karantina

    %20Ikan%20Kelas%20II%20Cirebon.html.

    [EPA] Environmental Protection Agency. 2006. Aeromonas: Human Health

    Criteria Document. Health and Ecological Criteria Division Office of

    Science and Technology Office of Water. Wahington (USA):

    Environmental Protection Agency.

    Erdem B, Kariptas E, Cil E, Isik I. 2011. Biochemical identifications and

    numerical taxonomy of Aeromonas sp. isolated from food sample in

    Turkey. Turk J Biol 35. 463–472.

    Jang SS, Biberstein EL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical

    Bacteriology and Micology. Davis (US): Univ California.

    Jayavignesh V, Kannan KK, Bath AD. 2011. Biochemial Characterization and

    Citotoxicity of the Aeromonas hydrophila Isolated from Catfish. CODEN

    (USA) AASRC9ISSN 0975–508x.

    Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Jakarta (ID): PT Ichtiar

    Baru- Van Hoeve.

  • 13

    Kundu S. 2014. Silk Biomaterials for Tissue Engineering and Regenerative

    Medicine. India (IND): Woodhead Publishing.

    Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo

    Persada.

    Mulyani N. 2008. Biologi A. atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) dengan pakan

    daun kaliki (Ricinus communis L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.)

    [Tesis]. Bogor (ID): IPB.

    Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus. California

    (USA): The Lepidoptera Research Fondation, Inc.

    Pelzar MJ, ECS Chan. 1986. Microbiology. New York (USA): MC Graw Hill

    Book Company.

    Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary

    Microbiology and Microbial Disease. London (GB): Blackwell Science.

    Sakthivel S, Angaleswari C, Mahalingam PU. 2012. Isolation and identification

    of bacteria responsible for flacherie in silkworms. Adv Appl Sci Res

    3:4066–4068.

    Solihin DD, Fuah AM, Ekastuti DR, Siregar HCH, Wiyawan KG, Setyono DD,

    Mansjoer SS, Nenni BN. 2010. Budidaya Ulat Sutera Alam A. atlas.

    Bogor (ID): Penebar Swadya.

    Tajima Y. 1978. The silkworm, an important Laboratory Tool. Tokyo (JPN):

    Koddansha.

    Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the

    study of Insect. 7thEdition, Melbourne.

    Wulandari R. 2012. Deteksi Gen Virulen dan Uji Patogenitas Bakteri Aeromonas

    hydrophila Isolat Air Sukabumi pada Ikan Gurami (Osphronemus

    gourami). [Skripsi]. Bandung (ID): Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA.

    Universitas Pendidikan Indonesia.

    Zebua TU, Situmorang J, Nugroho W. 1997. Daur hidup (Attacus atlas L.)

    dengan pemberian pakan daun dadap (Erythrina lithosperma Miq.) di

    Laboratorium. Biota 2: 67–72.

  • 14

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 Mei 1993, anak dari

    pasangan Bapak R.A Syarkawi dan Ibu Zubaidah. Pendidikan formal penulis

    sampai dengan tingkat SMA diselesaikan di Pagaralam, yaitu SDN 5 Pagaralam,

    SMPN 1 Pagaralam, dan SMAN 1 Pagaralam. Penulis lulus dari SMA dan pada

    tahun yang sama diterima di jurusan kedokteran hewan melalui jalur USMI.

    Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis bergabung dalam organisasi

    mahasiswa. Adapun organisasi yang diikuti yaitu himpunan Minat dan Profesi

    Satwa Liar sebagai anggota (2011–2014) dan beberapa kepanitiaan kegiatan

    kampus FKH IPB.

    cover printpendahuluan print