isi.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam
berespon terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan dan dapat
mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang
akan menghasilkan prilaku adaptif. Hasil dari prilaku adaptif ini dapat berupa
semua respon dengan berusaha mempertahankan keseimbangan dari suatu
keadaan.
Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman ini memberikan perasaan yang bercampur baur,
antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami
kegelisahan dan kecemasan. Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan,
dan merupakan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan.
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses yang fisiologis belaka,
akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika
seandainya proses kelahiran itu hanya terjadi perubahan fisiologis saja sifatnya,
maka pasti proses persalinan akan sama saja pada setiap wanita, sedangkan pada
kenyataannya, proses persalinan tiap wanita berbeda dimana perbedaan ini
dipengaruhi oleh factor psikologis ibu.
Sehingga sangat penting untuk diperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
pada wanita khususnya perubahan psikologis baik pada masa pra-kehamilan,
kehamilan, bersalin, nifas, menyusui, masa lansia dini dan masa lansia lanjut.
1
B. TUJUAN
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami masa kehamilan menurut teori
Reva Rubin.
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami masa kehamilan menurut teori
Ramona T Mercer.
3. Diharapkan mahasiswa mampu memahami mengenai adat kebiasaan
melahirkan.
4. Diharapkan mahasiswa mampu memahami perubahan emosi pada saat
kehamilan dan proses persalinan.
5. Diharapkan mahasiswa mampu memahami faktor somatic dan psikis yang
mempengaruhi persalinan.
6. Diharapkan mahasiswa mampu memahami reaksi wanita hipermaskulin
dalam menghadapi proses persalinan.
7. Diharapkan mahasiswa mampu memahami reaksi wanita total pasif dalam
menghadapi proses persalinan.
8.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Masa Kehamilan Menurut Teori Reva Rubin
Teori ini menjelaskan mengenai peran dan penampilan peran. Diman
menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada wanita saat kehamilan adalah :
1. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga
dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan
janinnya.
2. Ibu memerlukan sosialisasi.
Dimana untuk mencapai perannya, seorang ibu harus melewani tahap-tahap
psikososial seperti anticipatory stage, honeymoon stage, plateau stage dan
disengagement. Selain itu rubin juga mengidentifikasikan 3 aspek identitas diri
peran ibu yaitu :
1. Image ideal terdiri dari semua ide yang dimiliki wanita itu sendiri
mengenai sikap dan aktifitas para wanita sebagai seorang ibu.
2. Image diri terdiri dari sikap wanita itu melihat dirinya, yang dimiliki dari
pengalamannya.
3. Body image yaitu perubahan tubuh selama kehamilan dan perubahan
nyata dari arti proses kehamilan itu ( Mufdillah, 2012 ).
B. Masa Kehamilan Menurut Teori Ramona T Mercer
Teori Mercer sangat dipengaruhi oleh Reva Rubin, dimana pokok
pembahasannya menurut Mufdillah (2012) adalah :
1. Efek stress ante-partum
Stress ante-partum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan atau
kondisi berisiko tinggi dan peristiwa atau pengalaman hidup. Stress ante-
partum dapat ditekan atau diminimalkan oleh karakteristik individual
3
dalam keluarga dan support social yang ada. Stress dari peristiwa
kehidupan yang negative dan risiko kehamilan yang dapat diprediksi
mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan, dimana
penguasaan berefek langsung terhadap kecemasan yang pada akhirnya
mempunyai efek negative terhadap fungsi tubuh.
2. Pencapaian peran ibu.
Pencapaian peran ibu adalah suatu proses interaksi dan perkembangan
yang terjadi dalam waktu tertentu, dimana selama periode itu ibu menjadi
lebih dekat dengan bayinya, mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai
seorang ibu dan mengekspresikan kepuasan dalam peran. Pencapaian
peran seorang ibu juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya dan
pandangan diri sendiri.
C. Adat Kebiasaan Melahirkan
Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan
bayi, dengan memperbandingkan prosesnya dengan berbagai suku bangsa yang
mempunyai bermacam-macam budaya ( Irianti, 2010 ).
Penduduk pemeluk norma-norma tradisional secara ketat, contohnya wanita-
wanita primitif memiliki toleransi lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit
ketika melahirkan bayinya. Dengan demikian proses melahirkan pada wanita-
wanita primitif itu lebih mudah dan lebih cepat. Dan proses-proses reproduksi
pada mereka lebih simple dan sederhana, jika dibandingkan dengan proses
reproduksi pada wanita-wanita modern yang mengalami “proses degeneratif”
diakibatkan oleh kebudayaan yang memberikan banyak kemudahan dan
kemanjaan, yang menyebabkan tubuh dan mentalnya kurang tertempa/terlatih
untuk fungsi reproduksi atau melahirkan ( Irianti, 2010 ).
Banyak peneliti menyatakan, bahwa otot-otot panggul wanita-wanita
primitive lebih efisien dari pada otot panggul wanita modern yang serba “manja”
4
sebab wanita-wanita dengan kebudayaan primitif hidupnya lebih aktif dan
kerjanya jauh lebih berat guna menghadapi tantangan alam, jika dibandingkan
dengan wanita modern yang hidup dalam kebudayaan tinggi dengan macam-
macam kemudahan dan fasilitas ( Irianti, 2010 ).
Kerja berat dan kehidupan aktif jelas memperkuat otot-otot panggul,
sehingga memudahkan proses kelahirannya. Sedang kebudayaan modern yang
tinggi sekarang ini menyebabkan timbulnya pengaruh yang sangat melemahkan
dan inhibitif terhadap otot-otot panggul juga terhadap aktifitas melahirkan anak
(Irianti, 2010 ).
D. Emosi Pada Saat Hamil Dan Proses Melahirkan
Dengan hadirnya janin dalam kandungan, terjadi berbagai peristiwa pada diri
ibu, yaitu perkembangan fungsi gelanduler, perubahan sirkulasi darah, serta
reorganisasi semua pertumbuhan somatic janin dan ibunya. Semua peristiwa itu
akan menimbulkan ketegangan fisik yang dapat memengaruhi kindisi/kehidupan
psikis wanita sehingga dapat muncul berbagai reaksi psikis yang wanita sehingga
dapat muncul berbagai reaksi psikis yang relatif bervariasi, yang disebabkan oleh
proses somatic kehamilan ( Mansur, 2011 ).
Reaksi psikologis dan emosional yang muncul pada wanita yang baru
pertama kali hamil, antara lain kecemasan,kegusaran, ketakutan, dan kepanikan.
Reaksi tersebut di picu oleh persepsi ibu bahwa kehamilan ancaman yang
menakutkan. Ia takut mengalami keguguran atau takut terjadi kelainan pada
kehamilan. Beberapa ibu membayangkan kehamilan dengan pikirannya sendiri.
Jika kehamilan merupakan peristiwa yang pertama kali, calon ibu akan
mengembangkan mekanisme kepuasan dan kebanggaan karenaia mampu
menjalani tugas, dan kewajibannya, sebagai wanita normal untuk meneruskan
generasi ( Mansur, 2011 ).
5
1. Emosi Pada Saat Hamil
Menurut Mansur (2011) perubahan psikologis pada wanita yaitu :
a. Trimester I
Seringkali terlihat fluktuasi lebar pada aspek emosional ibu sehingga
beresiko tinggi menimbulkan pertengkaran atau perasaan tidak nyaman.
Ada dua tipe stress, yaitu yang negative dan positif. Kedua stress ini
dapat mempengaruhi reaksi individu. Adapula yang bersifat intrinsic dan
ekstrinsik. Stres instrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari
individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sesempurna
mungkin tujuan hidupnya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
kehidupan social secara professional. Stress ekstrinsik timbul karena
faktor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian, dan masa
refroduksi.
b. Trimester II
Fluktuasi emosional suadah mulai mereda dan perhatian ibu lebih
terfokus pada perubahan tubuh selama kehamilan, kehidupan seksual
keluarga, dan kebutuhan batiniah dengan bayi yang dikandungnya. Pada
tahap ini terdapat dua fase yang terjadi, yaitu :
1. Fase prequickening
Selama akhir trimester 1 dan masa prequickening pada trimester
kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek
didalamnya dengan orang tuanya (ibunya) yang telah terjadi selama
ini. Ibu menganalisis dan mengevaluasi kembali segalahubungan
interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia
mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia
akan menerima segala nilai yang telah diberikan ibunya dengan rasa
hormat, namun bilaiamenemukan segala sikap yang negative, maka ia
akan menolaknya.
6
2. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan akan
muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan
menghadapi peran sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa
menyebabkan kesedihan bagi ibu karena telah meninggalkan peran
lamanya sebelum masa kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami
hamil pertama kali dan ibu yang menjadi wanita karier. Ibu harus
diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran
yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida,
peran baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan
anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti iaharus meninggalkan
rumahnya untuk sementara ketika proses persalinan.
c. Trimester III
Ibu seringkali membayangkan resiko kehamilan dan proses persalinan
yang menyebabkan sangat emosional dalam mempersiapkan atau
mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapinya. Trimester 3
seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu
ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester 3 adalah
waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan peran sebagai orang
tuaseperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Orang tua dan
keluarga mulai mengira-ngira bagaimana rupa anaknya (wajahnya akan
menyerupai siapa) dan apa jenis kelaminnya.
2. Emosi Pada Saat Persalinan
Di akhir periode kehamilan, dapat timbul interdependensi antara faktor
somatis (jasmaniah) dan faktor psikis. Perkembangan psikis dan pengalaman
emosional ibu di masa lalu dapat berpengaruh terhadap proses kelahiran.
Kontraksi yang terjadi selama persalinan ikut mengganggu harmoni antara ibu
7
dan janin yang dikandungnya. Akibatnya, hubungan ibu dengan bayi menjadi
terpecah sehingga munculperspektif aku dan kamu. Aku sebagai pribadi dan
kamu sebagai bayi. Timbul dualism perasaan berupa konflik antara harapan
dan cinta kasih serta impuls permusuhan dan kebencian ( Mansur, 2011 ).
Selanjutnya, kondisi tersebut disebabkan pula oleh konflik antara
fantasi ibu tentang bayi sebagai objek kasih sayang dan pengaruh beban fisik
yang beratyang menyebabkan munculnya keinginan untuk segera
mengeluarkan bayi dari dalam kandungan. Jika konflik antara kedua tendensi
tersebut menjadi ekstrim dan patologis, kecendrungan untuk mengeluarkan
bayi menjadi lebih dominan dan ibu berkemungkinan mengalami persalinan
prematur. Sebaliknya, jika ibu merasa cemas akan keselamatan bayinya jika
sudah berada diluar rahim atau ibu merasabelum mampu memikul tanggung
jawab baru sebagai seorang ibu, akan muncul kecendrungan yang sangat kuat
untuk memperpanjang atau memperkuat kehamilannya ( Mansur, 2011 ).
Selain itu juga terjadi Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran
1. Perasaan takut mati
2. Trauma kelahiran
3. Perasaan bersalah dan berdosa terhadap ibunya
4. Ketakutan riil yang diperkuat oleh :
a. Perasaan takut jika bayi lahir dengan cacat bawaan atau kondisi
yang patologis
b. Takut jika bayi akan bernasib buruk akibat dosa-dosa ibu di masa
lalu
c. Takut akan beban hidup yang makin berat yang akan berdampak
pada kondisi ekonomi keluarga
d. Takut kehilangan bayinya yang selama ini menyatu dengan dirinya
selama dalam kandungan ( Mansur, 2011 ).
8
E. Factor Somatic Dan Psikis Yang Mempengaruhi Kelahiran
Banyak faktor yang mempengaruhi proses kelahiran seorang wanita,
diantaranya menurut Bahiyatun (2010) yaitu :
1. Status kesehatan. Status kesehatan sangat mempengaruhi perubahan
psikologi wanita dalam masa kehamilannya. Pemeriksaan kesehatan
lengkap salah satu pertimbangan sebelum kehamilan untuk mengetahui
kesehatan ibu agar pada saat hamil psikologi ibu yang mengalami
perubahan kearah negatif (terlalu cemas akan kehamilannya) akan
berkurang.
2. Status gizi. Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan. Bila
status gizi seorang ibu baik,status kesehatannya baik pula.
3. Gaya hidup. Gaya hidup berpengaruh terhadap perubahan psikologi.
Seorang wanita yang pada masa sebelum hamil merokok,merasa cemas
karena memikirkan apa yang akan terjadi pada janinnya nanti akibat dari ia
merokok. Ia cemas akan perkembangan janinnya sehingga ia akan terus
memikirkan apa yang terjadi pada janinnya nanti akibat ia merokok.
4. Stresor internal dan eksternal. Stresor ini biasanya dilihat dari kesiapan
seorang wanita akan kehamilannya ibu hamil sering tidak menyadari
adanya perubahan psikologi,adanya kekecewaan,putus asa,membutuhkan
perhatian,atau perubahan citra tubuh. Hal ini sangat besar pengaruhnya
terhadap perubahan psikologi wanita tersebut.
5. Dukungan keluarga. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
perubahan psikologi ibu hamil. Dukungan yang cukup dari
keluarga,terutama suami akan sangat membantu mengurangi rasa
cemas,takut,dan bingung ibu akan kehamilannya.
6. Penyalahgunaan obat.
7. Kehamilan yang diinginkan atau yang tidak diinginkan.
8. Adat dan tradisi setempat.
9. Sosial/budaya.
9
10. Kepercayaan yang dianut.
11. Tingkat pendidikan.
12. Tingkat ekonomi.
F. Reaksi Wanita Hipermaskulin Menghadapi Persalinan
Wanita hipermaskulin memiliki sifat yang aktif dan kejantanan. Pada wanita
ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk melahirkan
tetapi ingin memiliki anak. Wanita seperti ini menganggap anak dapat
menghambat pekerjaan dan kariernya. Kehidupan emosional pada wanita
hipermaskulin selalu diikuti perasaan bahwa dia sangat berharap dan
mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga tidak suka
mendapatkan keturunan sehingga dapat timbul ketidakpercayaan diri pada wanita
tersebut, bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala hebat pada
satu sisi saja atau migraine (Bahiyatun 2010 ).
Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil, pertama kali akan
timbul konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi. Emosi-emosi negative akan
mengikuti wanita ini. Akibatnya timbul rasa khawatir dan kecemasan yang
berlebihan. Kecemasan-kecemasan yang dirasakan diantaranya adalah :
1 Bayi yang lahir nanti dapat menghalangi kebhagiaannya.
2 Bayi itu akan menghambat karier dan mengurangi eksistensinya dalam
pekerjaan.
3 Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi.
4 Bakat dan kemampuan ibu dapat mati setelah bayi lahir.
5 Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran
bayinya.
6 Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga.
Kecemasan-kecemasan tersebut sebenarnya bersumber dari dirinya sendiri
yang mengalami konflik batin antara dorongan feminitas dan maskulinitasnya.
10
Disatu sisi dorongan feminitas mendambakan keturunan sendiri dan secara
naluri ingin menjadi ibu tetapi disisi lain ada dorongan maskulinitas yang lebih
mengutamakan karier, jabatan, prestasi dan eksistensi diri ( Bahiyatun, 2010 ).
Pada proses persalinan, wanita hipermaskulin akan berrjuang mengatasi
kecemasan dan ketakutannya tersebut. Kesakitan fisik yang dialami saat proses
persalinan misalnya saat timbulnya kontraksi, akan diatasi oleh wanita
hipermaskulin dengan usahanya sendiri. Dia akan menganggap bahwa kelahiran
bayinya adalah prestasi bagi dirinya sendiri. Tapi kadang jika usaha tersebut
muncul secara ekstrim dan cenderung bersifat masculine-agresif, pada proses
persalinan normal hal ini malah berakibat menghambat jalannya persalinan dan
dapat mempersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan
bersifat hiper-pasive, cenderung kurang peduli dan akhiranya membiarkan dokter
untuk melakukan operasi untuk melahirkan bayinya ( Bahiyatun, 2010 ).
G. Reaksi Wanita Total Pasif Menghadapi Persalinan
Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli
dan mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini
bahkan tidak menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab
pada keadaan dirinya dan apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa
bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu kebetulan saja ( Bahiyatun, 2010 ).
Wanita seperti ini menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas
semua ini karena yang harus bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti
adalah para dokter atau tenaga kesehatan yang menolongnya. Pada wanita total
pasif, dia merasa tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak tahu harus
bagaimana dan harus bersikap seperti apa. Semua hal tentang kehamilannya
dianggap tidak ada gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus semua ini
karena batinnya dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya. Reaksi
yang terjadi adalah dia akan mengikuti semua nasehat orang lain. Semua hal
11
yang disarankan orang lain akan selau dilakukan. Fokus wanita total pasif adalah
pada usaha mengenyahkan segala kekuatannya dan dia tidak tau mau ada
kesaitan di jasmaniah pada dirinya. Reaksi wanita total pasif menghadap
kehamilan dan persalinannya antara lain :
1. Sikapnya pasif
2. Selalu tergantung pada ibunya
3. Tingkah lakunya seperti anak kecil dan cenderung kekanak-kanakan
4. Kehamilan ini dianggap seperti permainan sehingga walau perutnya
membesar dia tetap lincah dan gembira seperti anak kecil yang punya
mainan baru dan menganggap sesuatu yang menakjubkan
5. Sering menyuruh-nyuruh suaminya untuk melakukan tugas-tugasnya
6. Seiring membesarnya perut dan kehamian makin tua dia makin tidak
sabaran dan makin pasif
7. Merasa tidak punya tanggung jawab pada kehamilannya dan cenderung
menyerahkan pada ibunya
8. Selalu mengharapkan ibunya akan terus mendampinginya saat kehamilan
maupun persalinan ( Bahiyatun, 2010 ).
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPILAN
Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman ini memberikan perasaan yang bercampur baur,
antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan.
Dimana banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas
melahirkan bayi, dengan memperbandingkan prosesnya dengan berbagai suku
bangsa yang mempunyai bermacam-macam budaya dan Peristiwa kelahiran itu
bukan hanya merupakan proses yang fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula
diwarnai komponen-komponen psikologis. Dimana setiap wanita mengalami
perubahan psikologis yang berbeda-beda sehingga sangat penting bagi seorang
bidan untuk memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita
khususnya perubahan psikologis baik pada masa pra-kehamilan, kehamilan,
bersalin, nifas, menyusui, masa lansia dini dan masa lansia lanjut.
B. SARAN
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami bagaiman proses kehamilan
menurut teori Reva Rubin dan Ramona T Mercer sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami adat kebiasaan saat persalinan
dan perubahan emosi ibu saat proses persalinan sehingga dapat memberikan
asuhan yang sesuai kebutuhan.
13
3. Diharapkan mahasiswa mampu memahami perbedaan kebutuhan wanita
hiper-maskulin dan wanita total pasif dalam prose persalinan sehingga dapat
memberikan asuhan yang sesuai dengan sifat dan kebutuhan wanita tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. (2010) Buku Ajar Bidan : Psikologi Ibu & Anak. Jakarta : EGC.
Irianti, I. (2010) Buku Ajar : Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.
Mansur, H. (2011) Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Mufdillah, dkk. (2012) Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Muha Medika.
15