isi.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau
produksi urin.1
Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai
akibat dari hyperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum
meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau ekskresi asam urat
yang kurang dari ginjal.2
Penyakit ginjal dan gout adalah penyakit saling berkaitan dan keduanya
mulai dengan masalah hyperurisemia atau tinggi kadar asam urat dalam
darah. Sangat jarang itu adalah warisan genetik, sebagian besar berakar dari
diet selama bertahun-tahun.2
Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar
32% pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat
umumnya rendah dan meningkat setelah usia menopause. Prevalensi arthritis
gout di Bandungan, Jawa Tengah, prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun
sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%.
1
Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan
pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah
menderita gout 65 tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah.(3)
Organisasi kesehatan (WHO) menyatakan bahwa beberapa juta orang telah
menderita karena penyakit sendi dan tulang, dan angka tersebut akan
meningkat tajam karena banyaknya orang yang berumur lebih dari 50 tahun
pada tahun 2020. WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia
mencapai 81% dari total populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut
hanya 29% yang berobat ke dokter, sedangkan 71% langsung mengonsumsi
obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas.(4,5,6)
Artikel hasil penelitian Faktor Risiko Arthritis Gout pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, oleh Buraerah,
Hakim, Abdullah, dan Maupe Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Penelitian tersebut mendeteksi beberapa
faktor risiko yang dapat dikendalikan yang dapat digunakan untuk upaya
promosi dan pencegahan penyakit. Faktor risiko tersebut meliputi obesitas,
hipertensi, dan kebiasaan makan daging. Kebiasaan makan daging merupakan
faktor risiko yang paling kuat. Selain itu, ditemukan faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan yang berguna untuk menentukan prioritas sasaran
program pencegahan, meliputi jenis kelamin laki-laki dan riwayat gout dalam
keluarga.3
Menyadari fenomena peningkatan arthritis gout di berbagai provinsi
dan daerah. Perlu penelitian bagaimana hubungan gagal ginjal dan arthritis
2
gout di rumah sakit di kota Makassar. Fenomena ini melatarbelakangi penulis
untuk melakukan penelitian mengenai “Tingkat Kejadian Penyakit Gagal
Ginjal pada Pasien Arthritis Gout di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan
rumah sakit Labuang Baji Periode Januari-Desember 2011.”
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana tingkat kejadian penyakit Gagal Ginjal pada pasien Arthritis
Gout di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Labuang Baji
periode Januari-Desember 2011?”
I.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat kejadian penyakit Gagal Ginjal pada pasien
Arthritis Gout di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit
Labuang Baji periode Januari-Desember 2011.
I.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kejadian Arthritis Gout di rumah sakit
Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Labuang Baji kota Makassar
periode Januari – Desember 2011.
b. Untuk mengetahui tingkat kejadian penyakit Gagal Ginjal di rumah
sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Labuang Baji kota
Makassar periode Januari – Desember 2011.
3
c. Untuk mengetahui tingkat kejadian penyakit Gagal Ginjal yang
disebabkan oleh Arthritis Gout di rumah sakit Wahidin
Sudirohusodo dan rumah sakit Labuang Baji kota Makassar periode
Januari – Desember 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat bagi masyarakat
Membuka wawasan masyarakat tingkat kejadian gagal ginjal pada pasien
Arthritis Gout sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini terjadinya
gagal ginjal.
2. Manfaat dalam dunia kedokteran
Sebagai sumbangsih dalam turut serta membangun sumber daya manusia
yang berkualitas.
3. Manfaat ilmiah
Sebagai bahan referensi yang sangat berharga dalam menambah khasanah
literature studi tentang tingkat kejadian gagal ginjal terhadap pasien
Arthritis Gout.
4. Manfaat individu
Sebagai ilmu dan penambahan wawasan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan meneliti dalam rangka menunjang proses
pembelajaran seumur hidup bagi mahasiswa kedokteran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arthritis Gout
2.1.1 Definisi
Arthritis Gout (pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan,
merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akbiat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolisme berupa
hiperurisemia.(8)
Gout adalah suatu jenis arthritis yang dipicu oleh kristal yang dapat
menimbulkan nyeri mendadak dan parah, bengkak, dan kemerahan di satu
sendi atau lebih. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria daripada
wanita, dan jika terjadi pada wanita, biasanya setelah menopause.
Dihubungkan dengan masalah metabolisme, penyebab pasti belum
ditemukan, tapi terkadang diturunkan dalam keluarga, yaitu kelebihan asam
urat terakumulasi dalam tubuh. Biasanya asam urat berbentuk cairan yang
larut dan dibawa oleh darah, dan diekskresikan dalam urin. Dalam gout, asam
urat keluar dari larutan dalam cairan synovial sendi, membentuk Kristal
menyerupai jarum. Sendi yang terkena menjadi merah, panas, bengkak, dan
sangat nyeri. Gout dapat terjadi begitu saja atau dihubungkan dengan
konsumsi alkohol, beberapa jenis tindakan bedah, atau beberapa obat seperti
diuretic atau kemoterapi. Perawatan obat dapat mengurangi serangan nyeri
dan membantu mencegah serangan terjadi kembali.(7)
5
Gambar 1. Penumpukan Kristal Asam Urat pada Sendi Ibu Jari Kaki.(8)
2.1.2 Epidemiologi
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum
remaja (adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause.
Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi di
antara pria African American lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
pria Caucasian.(9)
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemilogi tentang Arthritis
gout. Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van der
Horst telah melaporkan 15 pasien Arthritis Gout dengan kecacatan
(lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penelitian lain
mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat, rata-rata sudah mengidap
penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan banyak
pasien gout yang mengobati diri sendiri (self medication).(9)
6
Di Indonesia prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% (variasi pada
berbagai populasi). Sedangkan gout juga bervariasi antara 1-15,3% :
Pada suatu studi didapatkan insidensi gout :
- 0,1% pada kadar <7 mg/dL
- 0,5% pada kadar 7-8,9 mg/dL
- 4,9% pada kadar asam urat darah >9 mg/dL à Insidensi kumulatif gout
mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dL
Pada umumnya menyerang laki-laki (90%) usia dewasa muda sekitar
40 tahun, sedangkan pada wanita penyakit ini lebih banyak menyerang
mereka yang telah mengalami menopause.(10)
2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang bisa
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi penyebab primer pada
sebagian besar kasus, peyebab sekunder, dan idiopatik. Pada 99% kasus gout
dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan kelainan molekuler
yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya mekanisme
undersecretion pada 80-90% kasus dan overproduction pada 10-20% kasus.
Sedangkan kelompok hiperurisemia dan penyebab sekunder, bisa melalui
mekanisme overproduction, seperti gangguan metabolisme purin. Pada
mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada penyakit ginjal kronik,
diabetes insipidius, dehidrasi, dan peminum alkohol.(11)
7
2.1.4 Manifestasi Klinik
Ada empat tahap penyakit gout, yaitu: (12)
Tahap 1: Hiperurikemia Asimtomatik
Kadar asam urat di tubuh Anda tinggi, tetapi tidak menimbulkan gejala.
Sebagian besar orang dalam tahap ini menyadari kondisi mereka setelah
melakukan tes darah yang mengukur jumlah asam urat yang terkandung
dalam sistem peredaran darah. Perawatan biasanya tidak diperlukan pada
tahap ini. Kebanyakan pasien memiliki kadar asam urat tinggi selama
bertahun-tahun sebelum serangan pertama mereka. Risiko serangan
meningkat dengan meningkatnya kadar asam urat.
Tahap 2: Serangan gout akut
Hiperurikemia berkelanjutan menyebabkan penumpukan kristal natrium urat
di persendian. Kristal ini kemudian merangsang pelepasan berbagai mediator
inflamasi yang menimbulkan serangan akut. Pasien biasanya terbangun di
malam hari karena rasa sakit dan pembengkakan sendi. Gejala gout tahap ini
meliputi nyeri dan peradangan, sendi yang terkena menjadi panas dan lembek
bila disentuh, terlihat kemerahan atau memar, terasa gatal dan mengelupas
setelah sakitnya mereda. Tingkat keparahan rasa sakit bervariasi dari kedutan
ringan sampai nyeri hebat sehingga sendi tidak bisa disentuh. Gejala sistemik
seperti demam, menggigil, dan malaise, mungkin juga terjadi dan merupakan
hasil dari beberapa mediator inflamasi yang bocor ke sirkulasi vena. Rasa
sakit akan menghilang dalam 3-10 hari, bahkan bila tanpa pengobatan.
8
Tahap 3: Interval kritis
Ini adalah tahap setelah episode gout yang bebas gejala. Pada kebanyakan
orang, tahap ini berlangsung dari enam bulan sampai dua tahun setelah
serangan pertama gout. Pada yang lainnya, kondisi tanpa gejala ini dapat
berlangsung 5 – 10 tahun. (Sekitar 66% pasien akan mengalami serangan
kedua dalam satu tahun). Ini adalah waktu ideal untuk mencegah serangan di
masa depan. Gout secara klinis tidak aktif tetapi masih ada dan penyakit itu
terus berkembang jika asam urat tidak dikendalikan. Semakin besar kadar
asam urat, semakin pendek interval untuk serangan berikutnya.
Tahap 4: Gout tingkat lanjut
Pada tahap akhir gout ini, gejala dan efeknya menetap. Sejumlah besar asam
urat telah mengkristal menjadi deposit di tulang rawan serta tendon dan
jaringan lunak, dan bahkan pada selaput antar tulang. Pasien sering
mengalami berbagai gejala, seperti kekakuan sendi, keterbatasan gerakan
sendi, nyeri sendi terus-menerus, luka dengan nanah putih di daerah yang
terkena, nyeri sendi simultan pada berbagai bagian tubuh, dan fungsi ginjal
memburuk. Pasien gout memiliki kecenderungan untuk mendapatkan batu
ginjal lebih sering daripada yang lain.
Tahap ini juga disebut tahap tofus. Tofus (jamak: tofi) adalah massa
kristal urat yang disimpan dalam jaringan lunak, yang dapat menghancurkan
jaringan lunak dan persendian.Tofus paling sering berkembang di siku, lutut,
jari kaki, tendon Achilles, dan, lebih jarang, di daun telinga.
9
2.1.5 Kriteria diagnostik
Gambar 2. (a) Arthritis Gout pada sendi jari tangan, (b) Arthritis Gout.
pada sendi jari kaki.
Bengkak, kemerahan, panas, dan rasa nyeri yang hebat pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki (podagra) adalah tanda khas gout. Terdapat
nyeri hebat yang akut, sering kali mengenai ibu jari kaki sehingga mengalami
kesulitan berjalan. Sering kali terdapat riwayat serangan sebelumnya.
Serangan dapat dicetuskan oleh trauma minor atau pembedahan. Pada
pemeriksaan, sendi mengalami nyeri tekan yang intens dan kulit di atas sendi
terlihat tegang, terasa panas, tampak mengkilap, dan merah. Keadaannya
dapat amat menyerupai arthritis sepsis, tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi
sistemik. Kadar asam urat dalam serum dapat meningkat. Kadang-kadang
sendi pergelangan kaki, atau salah satu jari kaki, dapat terkena terutama
setelah terjadi suatu cedera kecil.(13,14)
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi
Pada awal penyakit, kelainan radiologis tidak bermakna, hanya
pembengkakan jaringan lunak. Gambaran radiologis pada gout, berupa
erosi tulang, berbeda dengan AR. Erosi tidak pada pinggiran sendi. Celah
10
(a) (b)
sendi tidak terganggu, kecuali pada penyakit lanjut. Pada umumnya hanya
mengenai “satu joint” metacarpha-langeal joint (tetapi sendi lain tangan &
kaki bisa kena). Deposit Na. urat tidak radioopak (tidak terlihat, hanya
terlihat periartikuler & joint swelling.(13)
Gambar 3. Radiologi Arthritis Gout (14,15)
b) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan dua metode yaitu Enzimatik
dan Teknik Biasa. Kadar asam urat normal menurut tes Enzimatik maksimum 7
mg/dl. Sedangkan pada Teknik Biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila
hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal itu,
penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat normal pada
pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7
mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut
hiperurisemia.4
c) Pemeriksaan patologi anatomi
11
Pada pemeriksaan patologi anatomi terdapat granuloma dikelilingi oleh
butir Kristal monosodium urat (MSU). Reaksi inflamasi di sekeliling
Kristal terutama terdiri dari sel mononuclear dan sel giant. Erosi kartilago
dan korteks tulang terjadi di sekitar tofus. Kapsul fibrosa biasanya
prominen di sekeliling tofi. Kristal dalam tofi berbentuk jarum (needle
shape) dan sering membentuk kelompok kecil secara radier.(11)
Gambar 4. Gambaran Patologi Anatomi Arthritis Gout
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Pengobatan (17)
Pengobatan gout bergantung pada tahap penyakitnya. Hiperurisemia
asimtomatik biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
a. Serangan akut arthritis gout diobati dengan obat-obatan antiinflamasi
nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis tinggi
atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian
dosis ini diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari.
b. Pengobatan alopurinol untuk menghambat pembentukan asam urat dari
prekursornya (xantin dan hipoxantin) dengan dosis sekali sehari.
12
c. Obat-obatan urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan
menghambat reabsorpsi tubulus ginjal. Probenesid dan sulfinpirazon
adalah dua jenis agen urikosurik yang banyak dipakai.
2) Diet
Diet makanan rendah purin dan menghindari alkohol. Syarat-syarat diet
rendah purin yaitu mengandung purin 120-150 mg/dl saja,; cukup kalori,
protein, vitamin, dan mineral; hidrat arang tinggi; lemak sedang; dan
banyak cairan. (17)
3) Penyedotan Sendi
Dalam tindakan ini, cairan berlebihan dikeluarkan dari sendi yang bengkak
dengan cara disedot dengan jarum dan alat suntik, dalam keadaan dibius
setempat. Tindakan ini dilakukan untuk diagnosis, terapi, atau keduanya.
Misalnya, cairan dapat diperiksa kadar zat seperti Kristal asam urat gout,
sedangkan pengeluaran cairan dapat mengurangi bengkak dan nyeri sendi.
Tindakan serupa digunakan untuk menyuntikkan obat langsung ke dalam
sendi. (7)
2.2 Penyakit Gagal Ginjal
2.2.1 Definisi
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ
ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja
sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urine. (18)
13
Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal
mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan
kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga me-ngeluarkan
sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia
asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah
satunya adalah gagal ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung
(akut) atau dalam jangka waktu yang lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi
akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang terjadi secara
mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan produk
sisa nitrogen dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit. Gagal ginjal
akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang dapat
merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya
pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat
rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal
akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang menyebabkan
kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein atau bahan lainnya
dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi penyumbatan
yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya
batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan
kelenjar prostat. (19)
Penurunan mendadak faal ginjal dalam 48 jam yaitu berupa
kenaikan kadar kreatini serum > 0,3 mg/dl, presentasi kenaikan kreatinin
14
serum >50%, atau pengurangan produksi urin (oligouri yang tercatat <0,5
ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6 jam).(19)
2.2.2 Etiologi (18)
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang
diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :
- Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
- Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
- Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
- Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
- Menderita penyakit kanker (cancer)
- Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
- Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gangguan ginjal akut (GGA) dibagi menjadi 3 bagian
besar, antara lain: (19)
GGA pre-renal. Penyebab GGA pre-renal adalah hipoperfusi ginjal.
Hipoperfusi dapat disebabkan oleh hipovolemia atau menurunnya volume
sirkulasi yang efektif. Pada GGA pre-renal integritas jaringan ginjal masih
15
terpelihara sehingga prognosis dapat lebih baik apabila faktor penyebab
dapat dikoreksi. GGA pre-renal disebabkan oleh hipovolemia, penurunan
volume efektif intravascular seperti pada sepsis dan gagal jantung serta
disebabkan oleh gangguan hemodinamik intra-renal seperti pada pemakaian
anti inflamasi non steroid, obat yang menghambat angiotensin dan pada
tekanan darah, yang akan mengaktivasi sistem saraf simpatis, sistem renin-
angiotensin serta merangsang pelepasan vasopressin dan endothelin-1 (ET-
1), yang merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan tekanan
darah dan curah jantung serta perfusi serebral.
GGA renal. GGA renal yang disebabkan oleh kelainan vaskuler seperti
vaskulitis, hipertensi maligna, glomerulus nefritis akut, dan nefritis
interstitial akut. Nekrosis tubular akut dapat disebabkan oleh berbagai sebab
seperti penyakit tropic, gigitan ular, trauma (crushing injury/bencana alam,
peperangan), toksin lingkungan, dan zat-zat nefrotoksik.
GGA post-renal. GGA post-renal disebabkan oleh obstruksi intra-renal
dan ekstra-renal. Obstruksi intra-renal terjadi karena deposisi kristal (urat,
oxalate, sulfonamid) dan protein (mioglobin, hemoglobin). Obstruksi ekstra-
renal dapat terjadi pada pelvis ureter oleh obstruksi instrinsik (tumor, batu,
nekrosis papilla) dan ekstrinsik (keganasan pada pelvis dan retoperitonial,
fibrosis) serta pada kandung kemih (batu, tumor, hipertrofi/keganasan
prostat) dan urethra (striktura). GGA post-renal terjadi bila obstruksi akut
terjadi pada urethra, buli-buli, dan ureter bilateral atau obstruksi pada ureter
unilateral dimana ginjal satunya tidak berfungsi.
16
2.2.4 Penegakan diagnosa
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis yang baik, serta pemeriksaan fisik yang teliti ditujukan untuk
mencari sebab gangguan ginjal akut seperti misalnya operasi
kardiovaskular, angiografi, riwayat infeksi (infeksi kulit, infeksi
tenggorokan, infeksi saluran kemih), riwayat bengkak, dan riwayat
kencing batu. Juga untuk membedakan gangguan ginjal akut dengan
gangguan ginjal kronik misalnya anemia dan ukuran ginjal yang kecil
menunjukkan gagal ginjal kronis. (19)
2. Pemeriksaan laboratorium (19)
- Mikroskopik urin: Petanda inflamasi glomerulus atau tubulus. Infeksi
saluran kemih atau uropati Kristal.
- Pemeriksaan biokimia darah: Mengukur pengurangan laju filtrasi
glomerulus dan gangguan metabolik yang diakibatkan.
- Pemeriksaan biokimia urin: Membedakan gagal ginjal pra-renal dan
renal.
- Darah perifer lengkap: Menentukan ada tidaknya anemia, leukositosis,
dan kekurangan trombosit akibat pemakaian.
3. Pemeriksaan radiologi (19)
- USG Ginjal: Menentukan ukuran ginjal, ada tidaknya obstruksi tekstur,
parenkim ginjal yang abnormal.
17
- CT-Scan abdomen: Mengetahui struktur abnormal dari ginjal dan
traktus urinarius.
- Pemindaian radionuklir: mengetahui perfusi ginjal yang abnormal.
- Pielogram: Evaluasi perbaikan dari obstruksi traktus urinarius.
- Biopsy ginjal: Menentukan berdasarkan pemeriksaan patologi penyakit
ginjal.
2.2.5 Penatalaksanaan
1. Prioritas tatalaksana pasien dengan gagal ginjal akut (20)
- Cari dan perbaiki faktor pre-renal dan pasca-renal.
- Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan.
- Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal.
- Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urun.
- Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan tiap
hari.
- Cari dan obati komplikasi akut (hiperkalemia, hipernatremia, asidosis.
Hiperfosfatemia, edema paru)
- Asupan nutrisi adekuat sejak dini.
- Cari focus infeksi dan dan atasi infeksi secara agresif.
- Perawatan menyeluruh yang baik (kateter, kulit, psikologis)
- Segera memulai terapi dialysis sebelum timbul komplikasi.
- Berikan obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas bersihan ginjal.
2. Kriteria untuk memulai terapi pengganti ginjal pada pasien kritis dengan
gangguan gagal ginjal akut (19)
18
- Oligouri: produksi urin < 2000 ml dalam 12 jam
- Anuria: produksi urin < 50 ml dalam 12 jam
- Hiperkalemia: kadar potassium > 6,5 mmol/l
- Asidemia (keracunan asam) yang berat: pH < 7.0
- Azotemia: kadar urea > 30 mmol/l
- Enselopati uremikum
- Neuropati/miopati uremikum
- Perikarditis uremikum
- Natrium abnormalitas plasma: konsentrasi > 155 mmol/l atau < 120
mmol/l
- Hipertermia
- Keracunan obat
2.3 Arthritis Gout dan Gagal Ginjal
Penyakit ginjal dan gout adalah penyakit saling berkaitan dan
keduanya mulai dengan masalah hyperurisemia atau tinggi kadar asam urat
dalam darah. Sangat jarang itu adalah warisan genetik, sebagian besar waktu
itu berakar dari diet selama bertahun-tahun. Konsumsi jangka panjang kalori
tinggi dan makanan yang tinggi protein daging dapat menyebabkan asam
urat membangun dalam tubuh yang akhirnya mengarah ke hyperuricemia.
ginjal
Sekitar 90% penyakit gout disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal
membuang asam urat secara tuntas dari tubuh melalui air seni. Sebagian
kecil lainnya karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan.
19
Penyakit gout kebanyakan diderita oleh pria di atas 40 tahun dan wanita
yang telah menopause. Penderita gout biasanya juga memiliki keluhan lain
seperti tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, diabetes dan aterosklerosis.
Separuh dari penderita gout adalah orang yang kegemukan. Bila dibiarkan,
penimbunan asam urat berlebihan bisa berkembang menjadi batu ginjal dan
mengakibatkan gagal ginjal.
BAB III
KERANGKA KONSEP
20
Arthritis Gout
Deposisi Kristal
Obstruksi Instrinsik
Gagal Ginjal
HipertensiDiabetes MellitusBatu ginjal/TumorKelainan Autoimun
KankerPolycystic Kidney
DiseaseFaktor Genetik
= Variabel yang diteliti, variabel independen
= Variabel yang tidak diteliti
= Variabel dependen
3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan diteliti yaitu untuk mengetahui
tingkat kejadian penyakit Gagal Ginjal pada pasien Arthritis Gout di rumah
sakit Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Labuang Baji periode Januari-
Desember 2011.
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen
Gambar 5. Skema variabel yang diteliti
Keterangan:
3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
3.3.1 Gagal ginjal
21
Gagal ginjal yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya dengan seharusnya yang diukur dari
jumlah urin per hari, kadar asam urat dalam darah.
Kriteria Objektif:
- Gejala dan tanda (dari data rekam medik)
- Penurunan fungsi ginjal yang berasal dari pemeriksaan laboratorium
berupa Tes Fungsi Ginjal dimana terjadi peningkatan kadar kreatinin
dan ureum (dari data rekam medik)
- Gambaran USG ginjal berukuran normal sampai mengecil dengan
densitas korteks hyperechoid (dari data rekam medik).
Sampel dinyatakan menderita penyakit Gagal Ginjal berdasarkan
diagnosa dari dokter yang tertera pada rekam medik.
3.3.2 Arthritis Gout
Arthritis gout merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akbiat
deposisi kristal monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan
metabolisme berupa hiperurisemia. Diagnosis Arthritis Gout didasarkan
pada kriteria American Rheumatism Association (ARA), yaitu :
- Terdapat kristal urat dalam cairan sendi atau tofus dan atau
- Bila ditemukan 6 dari 12 kriteria tersebut dibawah ini :
1. Inflamasi maksimum pada hari pertama
2. Serangan artritis akut lebih dari satu kali
3. artritis nonartikuler
4. Sendi yang terkena berwarna kemerahan
22
5. Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsofalangeal
6. Serangan pada sendi metatarsofalangeal unilateral
7. Serangan pada sendi tarsal unilateral
8. Adanya tofus
9. Hiperurisemia
10. Pada pemeriksaan radiologi, pada foto polos tampak
pembengkakan sendi asimetri
11. Pada pemeriksaan radiologi tampak kista subkortikal tanpa erosi
12. kultur bakteri cairan sendi negatif
Kriteria Objektif:
Sampel dinyatakan menderita Arthritis Gout berdasarkan diagnosa dari
dokter yang tertera pada rekam medik.
3.3.3 Menilai tingkat kejadian gagal ginjal pada pasien Arthritis Gout
Tinggi : 51% - 100% dari total sampel
Rendah : 10% - 50% dari total sampel
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
23
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian analitik yang
bersifat observasional. Rancangan penelitiannya yaitu cross-sectional yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian gagal ginjal pada pasien
Arthritis Gout di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Labuang Baji.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Labuang Baji
Waktu :
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang dianggap sebagai subjek penelitian ini adalah semua
pasien penderita Arthritis Gout dan Gagal Ginjal di RS Wahidin
Sudirohusodo dan RS Labuang Baji Makassar pada periode Januari-
Desember 2010.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari bagian rekam medik RS Wahidin Sudirohusodo dan RS
Labuang Baji.
4.5 Metode Pengumpulan Data
24
Data yang terkumpul diolah secara manual dengan menggunakan bantuan
Microsoft Excel dan prigram SPSS 18 disajikan dalam bentuk table dan
diagram.
25