isi kti asli

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan luas areal mencapai sekitar 3,79 juta hektar atau 31,2 persen dari total areal dunia sekitar 12,17 juta hektar. Dengan total produksi nasional sekitar 3,1 juta ton. Ini menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar di dunia. Sebagian besar sekitar 98% dari total luas perkebunan kelapa di Indonesia tersebut merupakan perkebunan rakyat, dan sisanya berupa perkebunan negara dan perkebunan swasta. Dengan sekitar 7 juta petani yang terlibat dalam perkebunan kelapa tersebut. Sentra produksi kelapa terdapat di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, pantai timur Sumatera, Riau, Jawa Tengah, serta Jawa Timur. Sebaran kebun kelapa hampir merata di seluruh Indonesia, di Sumatera mencapai 34,5%, Jawa 23,2%, Sulawesi 19,6%, Bali, NTB dan NTT 8,0%, Kalimantan 7,2%, Maluku dan Papua 7,5%. Menurut proVinsi, kebun kelapa terluas berada di proVinsi Riau (15,28%), disusul Jawa Tengah (7,68%), Jawa Timur (7,67%), Sulawesi Utara (7,27%), Sulawesi Tengah (4,78%), dan Jawa Barat (4,60%), serta beberapa daerah lainnya (Julianto, 2014). 1

Upload: rivaldy-mardjala

Post on 23-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KTI KKN UNTAD ANGKATAN 71

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Kti Asli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan

luas areal mencapai sekitar 3,79 juta hektar atau 31,2 persen dari total areal

dunia sekitar 12,17 juta hektar. Dengan total produksi nasional sekitar 3,1 juta

ton. Ini menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar di dunia.

Sebagian besar sekitar 98% dari total luas perkebunan kelapa di

Indonesia tersebut merupakan perkebunan rakyat, dan sisanya berupa

perkebunan negara dan perkebunan swasta. Dengan sekitar 7 juta petani yang

terlibat dalam perkebunan kelapa tersebut. Sentra produksi kelapa terdapat di

Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, pantai timur Sumatera, Riau, Jawa Tengah,

serta Jawa Timur. Sebaran kebun kelapa hampir merata di seluruh Indonesia,

di Sumatera mencapai 34,5%, Jawa 23,2%, Sulawesi 19,6%, Bali, NTB dan

NTT 8,0%, Kalimantan 7,2%, Maluku dan Papua 7,5%. Menurut proVinsi, kebun

kelapa terluas berada di proVinsi Riau (15,28%), disusul Jawa Tengah (7,68%),

Jawa Timur (7,67%), Sulawesi Utara (7,27%), Sulawesi Tengah (4,78%), dan

Jawa Barat (4,60%), serta beberapa daerah lainnya (Julianto, 2014).

Buah kelapa dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati

yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Di samping sebagai penghasil

minyak nabati, buah kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein,

vitamin, mineral dan karbohidrat. Daging buah kelapa dapat diolah dan

dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan yang bermanfaat bagi

masyarakat. Salah satu produk olahan sekunder dari buah kelapa adalah kopra

(Amin, 2009).

Kopra merupakan putih lembaga dari buah kelapa segar yang dapat

dikeringkan dengan metode konvensional menggunakan sinar matahari (sun

drying), pengasapan atau mengeringkan di atas api terbuka (smoke drying or

drying over an open fire), pengeringan dengan pemanasan secara tidak

langsung (indirect drying) dan pengeringan dengan udara vakum (vacuum

1

Page 2: Isi Kti Asli

drying). Pengolahan kopra meliputi proses penguapan air dari daging buah

kelapa, dimana kadar air awal daging buah kelapa segar yang mencapai 50%

diturunkan hingga kadar air 5-7% melalui proses pengeringan (Amin, 2009).

Standar mutu kopra di Indonesia adalah kadar air maksimum 5 %, kadar

minyak minimum 65 %, asam lemak bebas maksimum 5 %, serat maksimum 8

% dan tidak mengandung jamur. Proses pengolahan kopra rakyat memang

cukup sederhana. Pengolahan kopra rakyat banyak dilakukan oleh pabrik

pengolahan kopra, dengan bahan baku yang berasal dari kelapa rakyat. Dalam

kehidupan sehari-hari, beberapa cara pengeringan dikombinasikan

sebagaimana yang dilakukan oleh petani kelapa pada umumnya. Namun, pada

tingkat petani kadar air kopra yang dihasilkan tidak seragam sehingga tidak

memenuhi standar yang ditetapkan untuk ekspor kopra (Warisno, 2003).

Salah satu daerah penghasil kelapa di Indonesia adalah Desa

Pombalowo, Kec. Parigi Kota di mana produksi kelapa pada tahun 2015

mencapai 60 ton Desa Pombalowo, Kec. Parigi Kota memiliki luas areal

tanaman kelapa sebesar 12 ha dengan jumlah produksi sebesar 1 ton untuk

setiap ha. Oleh karena itu, perlunya dilakukan layout survey pembuatan kopra

petani di Desa Pombalowo, Kec. Parigi Kota untuk mengetahui efisiensi yang

dihasilkan para petani di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penemuan masalah

sebagaimana dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah bagaimana metode

layout dalam pembuatan kopra di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi

Kabupaten Parigi Moutong.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

2

Page 3: Isi Kti Asli

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah metode layout dalam pembuatan kopra di

Desa Pombalowo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah potensi metode layout dalam pembuatan

kopra di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan sebelumnya maka manfaat

yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam hal ini masalah

metode layout pembuatan kopra di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi

Kabupaten Parigi Moutong.

2. Hasil penelitian ini juga membuka wawasan bagi warga tentang metode

layout dalam pembuatan kopra di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi

Kabupaten Parigi Moutong.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelapa

Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).

Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Ada kalanya pohon

3

Page 4: Isi Kti Asli

kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal,

misalnya akibat serangan hama tanaman (Warisno, 2003).

Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berbuah dengan

baik di daerah dataran tinggi. Pohon ini dapat tumbuh dan berubah dengan baik

di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-450 m dari permukaan laut.

Pada ketinggian 450-1000 m dari permukaan laut, walaupun pohon ini dapat

tumbuh, waktu berbuahnya lebih lambat, produksinya lebih sedikit dan kadar

minyaknya rendah (Amin, 2009).

Tanaman kelapa merupakan jenis tanaman palem yang paling dikenal,

banyak tersebar di daerah tropis. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga

dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan

hibrida. Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam,

genjah dan hibrida (Amin, 2009).

2.2 Pengertian Kopra

Kopra merupakan salah satu hasil olahan daging buah kelapa yang

banyak diusahakan oleh masyarakat karena prosesnya sangat sederhana.

Biaya produksinya relative rendah jika dibanding pengolahan daging kelapa

menjadi produk santan kering atau minyak goreng (Amin, 2009).

Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan dengan cara

dijemur atau menggunakan alat pengering buatan dengan cara pengasapan

atau pemanasan secara tidak langsung. Pengasapan langsung akan

menghasilkan kopra dengan mutu yang kalah baik jika dibanding kopra hasil

pemanasan tidak langsung karena asap panas tidak bersinggungan langsung

dengan komoditas. Salah satu persyaratan yang diminta dalam perdagangan

kopra adalah kadar asam lemak bebas (FFA) maksimum 4% (Amin, 2009).

Setiap kilogram kopra membutuhkan bahan baku antara 6-8 butir

kelapa, tergantung besar dan tebal daging buah kelapanya. Harga kopra dari

4

Page 5: Isi Kti Asli

setiap daerah penghasil sangat bervariasi (Amin, 2009). Selama penyimpanan,

kopra dapat mengalami kerusakan. Sebab-sebab kerusakan kopra selama

penyimpanan antara lain : kurang sempurnanya pengeringan, penyimpanan

yang kurang baik, praktek-praktek dalam perdagangan, yaitu mencampur kopra

baik dengan kopra jelek. Kopra yang kurang kering dapat berakibat pada

terjadinya kenaikan kandungan asam lemak bebas selama penyimpanan.

Mikrobia yang potensial tumbuh pada daging buah kelapa dengan

berbagai kadar air antara lain adalah sebagai berikut: Aspergillus flavus

(kuning-hijau), A. niger (hitam), Rhizopus nigricans (putih yang akhirnya kelabu-

hitam) pada kadar air 20 – 50%, A. flavus, A. niger, R. nigricans pada kadar air

12 – 20 %, A. Tamarii, A. glaucus sp. pada kadar air 8 – 12 %, serta Penicillium

(hijau) dan A.glaucus (putih-hijau) pada kadar air < 8 % (Anonim, 2009).

Kelemahan metode penjemuran adalah kandungan air yang dapat

dicapainya hanya sekitar 15-20 %, sedangkan persyaratan agar dapat diproses

menjadi minyak adalah 5-6%. Karena panas yang diperoleh sangat tergantung

cuaca, berapa lama waktu pengeringan pun tidak dapat dipastikan. Pada

pengeringan secara tidak langsung, asap panas hasil pembakaran tidak

bersinggungan langsung dengan komoditas yang dikeringkan. Pengeringan

secara tidak langsung menghasilkan mutu produk yang lebih baik karena bau

asap pembakaran tidak menempel pada kopra (Amin, 2009).

2.3 Pengeringan

Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam

jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan enersi panas. Hasil

dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara

dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan

nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan

kimiawi. Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang

sudah lama dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar.

5

Page 6: Isi Kti Asli

air bahan sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume

bahan sehingga memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan,

pengemasan dan penyimpanan (Obin, 2001) Secara garis besar pengeringan

dapat dibedakan atas pengeringan alami (natural drying atau disebut juga sun

drying) dan pengeringan buatan (artificial drying). Pengeringan secara alami

dapat dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari (penjemuran),

sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat

pengering mekanis (Obin, 2001).

2.3.1 Pengeringan dengan Metode Penjemuran

Penjemuran merupakan proses pengeringan yang sederhana dan

murah karena sinar matahari tersedia sepanjang tahun dan tidak memerlukan

peralatan khusus. Sarana utama yang dibutuhkan untuk penjemuran adalah

lantai penjemur atau lamporan berupa lantai semen atau lantai plesteran batu

bata. Lamporan dapat dilengkapi dengan camber (bagian lantai yang berlekuk).

Selain pada lamporan, penjemuran juga dapat dilakukan pada rak-rak

penjemur, tampah bambu, anyaman bambu dan tikar (Obin, 2001).

Penjemuran dilakukan dengan menyebarkan bahan secara merata pada

lamporan, dan secara periodik dilakukan pembalikan bahan agar pengeringan

merata dan bahan tidak mengalami keretakan (sun cracking). Proses

penjemuran yang dilakukan di daerah bersuhu tinggi akan memerlukan luas

bidang penjemuran yang lebih kecil daripada di daerah bersuhu rendah.

Demikian pula pada daerah yang mempunyai RH rendah akan memerlukan

bidang penjemuran yang lebih kecil daripada daerah yang mempunyai RH

tinggi (Obin, 2001).

Kopra yang dijemur harus dijaga agar tidak terkena air hujan ataupun

embun. Sehingga, pada saat turun hujan atau pada waktu malam hari,

hamparan kopra harus ditutup rapat-rapat dengan menggunakan plastic atau

terpal. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari memberikan hasil

kopra yang memiliki kandungan air masih lebih tinggi dari 10%, bahkan dapat

6

Page 7: Isi Kti Asli

mencapai 30%, dan belum mantap (masih dapat berubah-ubah antara 10%-

30%) (Warisno, 2003).

Keuntungan pengeringan dengan menggunakan sinar matahari antara

lain: peralatan yang diperlukan cukup sederhana; ongkos pengeringan murah;

dan warna kopra yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan kopra

yang dikeringkan dengan menggunakan panas buatan (perapian). Pengeringan

dengan sinar matahari memiliki kelemahan yaitu, pengaturan panas tergantung

pada keadaan alam dan iklim setempat, tempat penjemuran harus luas, dan

waktu pengeringan lebih lama (Warisno, 2003).

2.3.2 Pengeringan dengan Metode Pengasapan

Pengasapan adalah salah satu teknik pengolahan kombinasi antara

perlakuan panas, komponen asap dan aliran gas. Proses tersebut biasanya

dapat mempengaruhi nilai gizi pangan melalui reaksi antara senyawa dalam

asap dengan zat gizi pangan. Senyawa dalam asap dapat menyebabkan reaksi

oksidatif lemak pangan, mengganggu nilai hayati protein, dan merusak

beberapa vitamin. Bagian penting pengasapan yaitu perlakuan pemanasan dan

pengeringan. Panas menyebabkan denaturasi protein daging yang dimulai pada

suhu 400C, dan optimal pada suhu 65-680C. (Tejasari, 2005).

Menurut Amin (2009), kelemahan cara pengasapan pada kopra antara

lain adalah:

1. Warna kopra menjadi coklat kehitaman dan berbau asap karena terjadi

kontak langsung antara daging buah dengan asap hasil pembakaran.

2. Suhu pengasapan sulit dikendalikan.

3. Penggunaan energi tidak efisien.

2.4 Layout (Tataletak)

Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang,

dan informasi di dalam dan antar wilayah. Beberapa pendekatan dalam tata

letak adalah sebagai berikut:

7

Page 8: Isi Kti Asli

1. Tata letak dengan posisi tetap, guna memenuhi persyaratan tata letak untuk

proyek yang besar dan memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal

laut dan gedung.

2. Tata letak yang berorientasi pada proses, berhubungan dengan produksi

dengan volume rendah, dan bervariasi tinggi.

3. Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan, dan ruangan guna

melancarkan aliran informasi.

4. Tata letak ritel, menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas

perilaku pelanggan.

5. Tata letak gudang, melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan

sistem penanganan bahan.

6. Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilisasi karyawan dan

mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.

Tata letak yang baik perlu menetapkan beberapa hal berikut:

1. Peralatan penanganan bahan.  Manajer harus memutuskan peralatan yang

akan digunakan

2. Kapasitas dan persyaratan luas ruang 

3. Lingkungan hidup dan estetika 

4. Aliran informasi 

5. Biaya perpindahan antar wilayah kerja yang berbeda.

Penentuan tipe layout dilakukan setelah menganalisa jumlah mesin dan

peralatan serta area kerja yang dibutuhkan dalam proses operasi. Terdapat

empat macam tipe layout secara garis besar, yaitu (1) tata letak fasilitas pabrik

berdasarkan proses (process layout), (2) tata letak fasilitas pabrik berdasarkan

aliran produk (product layout), (3) tata letak fasilitas pabrik berdasarkan posisi

tetap (fixed layout), dan (4) tata letak fasilitas pabrik berdasarkan kelompok

(group layout). Pada prakteknya keempat tipe tersebut tidak murni diterapkan,

akan tetapi berdasarkan kombinasi yang menguntungkan.

2.4.1 Macam Tipe Layout

Macam tipe layout adalah sebagai berikut:

1. Layout proses, sering juga disebut functional layout

8

Page 9: Isi Kti Asli

Mesin dan peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama

ditempatkan dalam satu departemen. Misalnya mesin bubut, mesin drill, dan

mesin las. Layout proses dapat digunakan sebagai suatu tipe yang

menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar pesanan, desain

produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout proses adalah

karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terputus-putus. Tata

letak ini berkaitan dengan proses produksi dengan volume rendah dan variasi

tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan bersama. 

Tata letak yang berorientasi pada proses sangat baik untuk menangani

produksi komponen dalam  batch kecil, atau disebut job-lot, dan untuk

memproduksi beragam komponen dalam bentuk dan ukuran yang berbeda.

Kelemahan tata letak ini aada pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan

umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam

sistem karena penjadualan sangat sulit, penyetelan mesin beruba, dan

penanganan bahan yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum

membutuhkan tenaga kerja terampil, dan persediaan barang setengah jadi

menjadi lebih tinggi karena adanya ketidakseimbangan proses produksi.

Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkat, dan jumlah barang

setengah jadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan modal

meningkat.

2. Layout produk, sering juga disebut line layout

Pengaturan tata letak fasilitas produksi berdasar aliran produk. Tipe ini

sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk

secara massal (mass production), dengan tipe produk relatif kecil dan standar

untuk jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi

dari satu bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama

layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan dan memudahkan

pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi.

Layout produk adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing

yang terus menerus.

9

Page 10: Isi Kti Asli

3. Layout kelompok, sering juga disebut group layout

Pengaturan tata letak fasilitas produksi ke dalam departemen tertentu

atau kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan proses operasi

yang sama. Setiap produk diselesaikan pada daerah tersendiri dengan seluruh

urutan pengerjaan dilakukan pada departemen tersebut.

4. Layout posisi tetap, sering disebut fixed position layout

Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya,

sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja

yaag bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut.  Misalnya pabrik

perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, dan pembuatan gedung. Layout ini

mengatasi kebutuha tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang

menyita tempat yang luas.

5. Layout U

Pada layout berbentuk U, pintu masuk dan keluar material dan produk

jadi pada posisi yang sama. Layout ini merupakan variasi bentuk menyerupai

huruf u atau setengah melingkar. Tujuannya adalah agar lebih fleksibel dalam

menambah atau mengurangi jumlah pekerja apabila terjadi perubahan jumlah

permintaan produk.

6. Layout garis dan fungsi

Layout garis dan fungsi adalah pengaturan tata letak dengan

mengkombinasikan kedua tipe, yaitu layout proses dan layout produk. Caranya

adalah dengan menempatkan mesin-mesin ke dalam departemen-departemen

menurut tipe mesin yang sama, sedangkan pengaturan masing-masing

departemen didasarkan urutan operasi produk.   Tujuannya adalah

mengeliminir kelemahan dan layout proses dan layout produk.

7. Layout garis dan U   

Pengaturan tata letak fasilitas produksi dengan cara penggabungan

seperti ini, alokasi operasi diantara pekerja sebagai respon terhadap variasi

jumlah produksi dapat dicapai. Penggunaan layout ini cocok untuk operasi yang

10

Page 11: Isi Kti Asli

bersifat rakitan seperti pabrik kendaraan bermotor, elektronik, karena lebih

efisien dan fleksibel dalam menghadapi perubahan permintaan.

Perlu diingat, bahwa prinsip yang selalu dipegang dalan memilih layout

adalah yang baik apapun tipenya, variasi ataupun tingkatannya tidak

menjadikan masalah pada prakteknya tujuan kita dapat terpenuhi dan

terpuaskan. Apabila  digambarkan,  tipe  layout  tersebut  di atas pada

dasarnya  merupakan tipe fungsional, tipe garis, dan tipe U sebagai berikut:

Gambar 2.1: Layout Garis

Gambar 2.2: Layout Fungsional

Gambar 2.3: Layout U

11

Page 12: Isi Kti Asli

Gambar 2.4: Layout Kelompok

12

Page 13: Isi Kti Asli

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Desa

Pada mulanya Desa Pombalowo dikenal dengan sebutan Pombaovo

yang diartikan tempat perkumpulan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam

arti lain Pombalowo adalah kampung penampungan karena dahulu di huni oleh

berbagai macam suku seperti: Suku Manado, Suku Kaili, Suku Bugis, Suku

Bada, Suku Jawa dan Suku Bali. Desa Pombalowo pernah di huni oleh bangsa

Belanda, dengan pembuktian sampai sekarang masih ada bekas-bekas kantor

dan bangunan Belanda.

Tahun berdirinya Desa Pombalowo, pada masa pemerintahan raja yang

ditinggalkan pada tahun 1929, maka salah seorang tokoh menghadap kepada

raja yang berkuasa pada waktu itu. Tokoh itu mengusulkan agar supaya Desa

Pombalowo berpisah dengan kampong Masigi 2. Setelah selesai pelaksanaan

pembangunan sekolah dan masjid, maka secara resmi Desa Pombalowo sah

menjadi desa yang berdiri sendiri sejak tahun 1965 sampai sekarang.

Pada saat pemerintahan Raja Tagunu, Pombalowo ditinggalkan oleh

penjajah Belanda pada tahun 1929. Sehingga untuk memajukan/melanjutkan

Desa Pombalowo ini para tokoh pejuang untuk Desa Pombalowo dapat berdiri

sendiri. Tokoh-tokoh pendiri desa antara lain, yaitu :

1. Raja Tagunu

2. Bapak H. Soeringan

3. Ambo Ralle

4. Jamludin K

13

Page 14: Isi Kti Asli

Tabel 3.1

Kronologis Kepemimpinan Pemerintahan Desa Pombalowo

:

No Nama Kepala Desa Tahun Periode Keterangan

1. Andi Pakke Tagunu - Defenitif

2. Kauli Kinsal - Defenitif

3. N. Basatu - Defenitif

4. I Ketut Sukragiyah - PJS

5. Ambo Relle - Defenitif

6. Galen Musiagi - Defenitif

7. Jamaluddin 1981-1982 PJS

8. Jamaluddin 1982-1990 Defenitf

9. Abd. Wakil 1990-1995 PTH

10. Aminuddin K. Rantung 1995-1999 Defenitif

11. Sariman Mandalele 1999-2001 PJS

12. Jasrun H. Soeringan 2001-2006 Defenitif

13. Jasrun H. Soeringan 2006-2012 Defenitif

14. H. Joni TagunuJuli-September

2012PJS

15. Kahar. DJ 2012-sekarang Defenitif

(Sumber: Data Primer Desa Pombalowo, 2015)

3.2 Kondisi Geografis

Desa Pombalowo termasuk dalam wilayah Kecamatan Parigi Kabupaten

Parigi Moutong, terletak di bagian Selatan Kecamatan Parigi yang jaraknya

sekitar kurang lebih 2 km dari Kota Kecamatan.

3.2.1 Luas Batas Wilayah Desa

Luas wilayah Desa pombalowo : 201 ha. Desanga rincian sebagai berikut:

Jalan : 7 km

Persawahan : 103,30 ha

Perkebunan : 50 ha

14

Page 15: Isi Kti Asli

Empang : 5 ha

3.2.2 Batas Wilayah Desa

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Mertasari

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kayuboko

Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Tomini

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Olaya

3.2.3 Jarak Dari Pusat Pemerintahan

Kecamatan : ± 2 km

Kabupaten : ± 3 km

Provinsi : ± 86 km

3.3 Kondisi Demografis

3.3.1 Jumlah Penduduk

Saat ini pendduk Desa Pombalowo berjumlah 1049 jiwa yang tersebar

dalam 3 dusun, yang terdiri atas 601 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 448 jiwa

berjenis kelamin perempuan. Jumlah rumah tangga adalah 387 KK. Adapun

rincian jumlah penduduk perdusun berdasarkan data profil desa tersebut,

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Rincian Jumlah peduduk Per Dusun Desa Pombalowo

DUSUN I DUSUN II DUSUN III

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

253 jiwa 204 jiwa 241 jiwa 161 jiwa 107 jiwa 83 jiwa

(Sumber : Data Primer Desa Pombalowo, 2015)

Adapun penduduk di Desa Pombalowo, Kecamatan Parigi, Kabupaten

Parigi Moutong keseluruhan adalah warga Negara Republik Indonesia (RI) dan

tidak seorang pun yang berasal dari warga asing.

3.4 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

3.4.1 Agama

15

Page 16: Isi Kti Asli

Agama merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam

pembentukan watak dan moral bagi setiap individu maupun kelompok

masyarakat secara keseluruhan. Oleh karenanya secara terpadu dan

berkesinambungan dalam pembinaannya memerlukan perhatian khusus dari

unsur pemerintah, dan para pemuka agama sehingga dapat menciptakan

kerukunan hidup masyarakat. Jumlah masyarakat Desa Pombalowo menurut

agama (kepercayaan) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 825

2. Kristen 98

3. Katolik -

4. Hindu 126

5. Budha -

(Sumber : Data Primer Desa Pombalowo, 2015)

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa penduduk di Desa Pombalowo terdiri

dari agama Islam, Kristen dan Hindu.

3.4.2 Budaya

Pada dasarnya adat istiadat berasal dari kepercayaan yang dilakukan

secara terulang, sehingga menjadi suatu tradisi. Hal tersebut yang melahirkan

kebudayaan sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya adalah refleksi dari

perilaku yang tercermin dari pola tingkah laku masyarakat. Suku Kaili juga

mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya di dalam kehidupan

sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi,

serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat.

Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta

perkawinan (no-Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i), pada upacara

16

Page 17: Isi Kti Asli

kematian (no-Vaino, menuturkan kebaikan orang yang meninggal), pada

upacara panen (no-Vunja, penyerahan sesaji kepada Dewa Kesuburan), dan

upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh untuk mengobati

orang yang sakit). (Sumber: Data Desa Pombalowo, 2014).

3.4.3 Pemerintahan

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang

ditindak lanjuti dengan PP Nomor 72 Tahun 2005, pemerintahan desa terdiri

dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

3.4.3.1 Pembagian Administratif

Desa Pombalowo di bagi kedalam 3 (tiga) wilayah Dusun, yakni Dusun I,

II dan III

3.4.3.2 Pemerintahan Desa Pombalowo

Desa Pombalowo memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa

terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa)

dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

a) Perangkat Desa

- Kepala Desa : Kahar DJ

- Sekertaris Desa : Zaenal S. Ali

- Kaur Pemerintahan : Irhan, S.Pd

- Kaur Pembangunan : Arifin

- Kaur Kesra : Djumaddin P. Ama

- Kaur Keuangan : Mirba Tobai

- Kaur Umum : Harfan, SE

- Kepala Dusun I : Djabalun

- Kepala Dusun II : Maksum

- Kepala Dusun III : Handoko, BSc

b) Struktur Desa Pombalowo

Struktur Desa Pombalowo Tersaji Dalam Gambar 3.1 Berikut Ini:

17

Page 18: Isi Kti Asli

(Sumber : Data Desa Pombalowo, 2015)

3.4.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat penddikan Masyarakat Desa Pombalowo, dilihat berdasarkan

pendidikan yang ditamatkan dapat dirinci sagai berikut:

Tabel 3.4

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Pombalowo

No PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN JUMLAH

1 TIDAK TAMAT SD 276 orang

2 SD/MI 377 orang

3 SLTP/MTs 231 orang

4 SLTA/MA 140 orang

5 SARJANA 25 orang

6 PASCA SARJANA 0 orang

JUMLAH 1049 Orang

(Sumber : Data Desa Pombalowo, 2015)

3.4.5 Tingkat Perekonomian Penduduk Menurut Mata Pencaharian

18

BPD KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KAUR UMUM KAUR KEUANGAN

KAUR KESRA KAUR PEMBANGUNAN

KAUR PEMERINTAHAN

DUSUN IIDUSUN I DUSUN IIi

Page 19: Isi Kti Asli

Rincian Mata pencaharian Penduduk desa Pombalowo dapat

digambarkan sebagai tabel berikut :

Tabel 3.5

Mata Pencaharian Penduduk Desa Pombalowo

(Sumber: Data Primer Desa Pombalowo, 2015)

3.4.6 Sarana dan Prasarana

Tabel 3.6

Sarana dan prasarana Desa Pombalowo

No Sarana/Prasarana Jumlah

1. Kantor Desa 1 buah

2. Masjid 5 buah

3. Gereja 0 buah

4. Pura 1 buah

5 Sekolah Dasar 1 buah

6 Taman Kanak-kanak 1 buah

7. Jembatan 1 buah

(Sumber : Data Primer Desa Pombalowo, 2015)

19

No MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 PETANI 555

2 PEDAGANG 35

3 PNS/TNI/POLRI/PENSIUNAN 13

4 TUKANG 15

5 NELAYAN 24

6 LAINNYA 87

JUMLAH 729

Page 20: Isi Kti Asli

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metodelogi merupakan konsep teoritik yang membahas mengenai berbagai

metode atau ilmu metode-metode, yang dipakai dalam penelitian. Sedangkan

metode merupakan bagian dari Metodelogi, yang diinterpretasikan sebagai

teknik dan cara dalam penelitian, misalnya teknik observasi, metode

pengumpulan sumber (heuristik), teknik wawancara, analisis isi, dan lain

sebagainya. Berbagai hal yang berkaitan dengan metodelogi penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pombalowo Kecamatan Parigi

Kabupaten Parigi Moutong, dan difokuskan pada layout komoditi kelapa dalam

jangka waktu Juli hingga Agustus 2015.

4.2 Strategi Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih

mengutamakan pada masalah proses dan makna/ persepsi, maka jenis

penelitian dengan strateginya yang cocok dan relevan adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai

informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang

juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah.

Pada tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan,

serta tampilan perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus

genetik (Muhadjir, 1996: 243).

20

Page 21: Isi Kti Asli

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case

study). Karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam

observasi ke lapangan.

4.3 Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat

khas. Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian

ini adalah data kualitatif. Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu

makna) seperti dalam pendekatan kuantitatif atau positivisme. Untuk itu, data-

data kualitatif perlu ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan

(Waluyo, 2000:20). Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Informan atau narasumber yang terdiri dari Petani Kelapa Desa

Pombalowo.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Wawancara Mendalam (in-depth interviewing) dan survey langsung.

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi

dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman

informasi. Dalam hal ini, peneliti dapat bertanya kepada responden kunci

tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai

peristiwa yang ada. Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta

responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa

tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian

selanjutnya (Yin,1996: 109).

Kelebihan mencari data dengan cara wawancara, dapat diperoleh

keterangan yang tidak dapat diperoleh dengan metode yang tidak

menggunakan hubungan yang bersifat personal. Semakin bagus pengertian

pewawancara dan semakin halus perasaan dalam pengamatannya itu, semakin

21

Page 22: Isi Kti Asli

besar pulalah kemampuannya untuk memberikan dorongan kepada subjeknya.

Lagi pula, semakin besar kemampuan orang yang diwawancarai untuk

menyatakan responsnya, semakin besar proses intersimulasi itu. Tiap-tiap

respons atau tanggapan yang verbal dan reaksinya dinyatakan dengan kata-

kata dapat memberikan banyak pikiran-pikiran yang baru.

Suatu jawaban bukanlah jawaban atas suatu pertanyaan saja, melainkan

merupakan pendorong timbulnya keterangan lain yang penting mengenai

peristiwa atau objek penelitian. Semakin besar bantuan responden dalam

wawancara, maka semakin besar peranannya sebagai informan.

22

Page 23: Isi Kti Asli

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Merancang Sistem Pemindahan Kopra ke Dalam Metode Layout (Tataletak)

Tata letak atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada

merupakan landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata letak

pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan dalam

beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan

kerja suatu industri. Dalam membangun suatu perusahaaan harus sesuai

dengan perencanaan dan perancangan yang sesuai dengan syarat pendirian

suatu perusahaan.

Dengan adanya perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas ini,

diharapkan agar aliran proses serta pemindahan bahan yang ada di dalam

suatu perusahaan berjalan dengan lancar. Kelancaran proses produksi dapat

meminimumkan biaya dan mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain

itu, perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas ini juga berguna untuk

mengoptimalkan hubungan antar aktivitas. 

Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut

menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga

kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Peralatan dan

suatu desain produk yang bagus akan tidak ada artinya akibat perencanaan

tata letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri

secara normalnya harus berlangsung lama dengan tata letak yang tidak selalu

berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat didalam perencanaan tata

letak ini akan menyebabkan kerugian-kerugian yang tidak kecil.

Tujuan utama di dalam desain tata letak pada dasarnya adalah untuk

meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen biaya

seperti biaya untuk kontruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun

23

Page 24: Isi Kti Asli

fasilitas produksi lainnya. Selain itu biaya pemindahan bahan, biaya produksi,

perbaikan, keamanan, biaya penyimpanan produk setengah jadi dan

pengaturan tata letak yang optimal akan dapat pula memberikan kemudahan di

dalam proses supervisi serta menghadapi rencana perluasan pabrik kelak

dikemudian hari.

5.1.1 Proses pengelolahan Kopra di Desa Pombalowo

Terdapat beberapa teknik atau cara pembuatan kopra, namun sebagian

besar masih menggunakan cara yang tradisional. Cara ini memiliki

kekurangan, terutama pada hasilnya, yaitu kualitas kopra yang kurang baik

untuk diolah menjadi minyak goreng. Maka dari itu, untuk meningkatkan

kualitas kopra ada cara yang lebih efisien, yaitu dengan pengovenan kopra.

Teknik pengovenan kopra memiliki banyak keuntungan. Selain pada

hasilnya, penggunaan oven dalam pengolahan kopra merupakan solusi ketika

datangnya musim penghujan. Dengan minimnya sinar matahari akan

membuat pengeringan kopra menjadi semakin lama. Akibatnya kopra akan

mudah terkena jamur. Oven inilah salah satu solusi pengeringan kopra.

Sehingga proses pengeringan kopra tidak bergantung pada cuaca. Meskipun

hujan proses produksi kopra tetap berjalan.

Proses pengovenan kopra adalah cara yang sederhana. Pada

pengolahannya, masukkan buah kelapa yang telah dibelah, ditiriskan dari air

buahnya, serta dicungkil dari tempurungnya. Bisa juga dioven masih dengan

tempurungnya. Atur suhu antara 60 hingga 800 C. Dengan kadar air pada

buah kelapa yang tinggi, pada pengovenan umumnya rendemen kopra

menjadi 50-55 %. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu kopra lebih

cepat dibanding menggunakan cara pengasapan dan penjemuran. Dalam

waktu 16-19 jam kopra akan kering dalam oven. Kualitas yang dihasilkan

pun lebih baik, kopra lebih bersih dan tidak berjamur. Kopra inilah yang

disebut dengan kopra putih. Selain itu, kualitas kekeringan pun sama dengan

teknik pengasapan dan penjemuran.

24

Page 25: Isi Kti Asli

Dengan kualitas kopra yang lebih baik membuat harganya lebih tinggi.

Hal ini tentunya sangat menguntungkan para petani kopra. Keuntungan

lainnya dari hasil pengovenan ini akan memperoleh arang batok yang dapat

digunakan untuk keperluan lain. Sedangkan oven kopra juga tersedia

dengan beberapa ukuran, mulai dari 0,5 hingga 4 ton. Semakin besar ukuran

oven kopra yang digunakan, akan mempercepat pengolahan kelapa menjadi

kopra.

Efisiensi merupakan perbandingan antara output fisik dan input fisik,

semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat

efisiensi yang dicapai. Efisiensi juga dijelaskan oleh Yotopoulos dan Nugent

dalam A Marhasan (2005) yaitu efisiensi sebagai pencapaian output

maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang

dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang digunakan maka

semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.

Petani di Desa Pombalowo secara teknis dikatakan lebih efisien

dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih

tinggi secara fisik dengan menggunakan faktor produksi yang sama.

Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai oleh seorang petani bila ia

mampu memaksimalkan keuntungan (mampu menyamakan nilai marginal

produk setiap faktor produksi variabel dengan harganya). Efisiensi

ekonomi dapat dicapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi

harga juga mencapai efisien.

Pengalaman petani membudidayakan kelapa berkisar antara 6 tahun

sampai 35 tahun. kebanyakan petani berpengalaman selama 16-20 tahun

mencapai 23%, kemudian 6,67% petani mempunyai pengalaman 6-10 tahun,

dan 12 petani atau 13,33% petani memiliki pengalaman 31-35 tahun. Dari

hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama membudidayakan

kelapa. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi petani dalam

membudidayakan kelapa, karena dengan pengalaman tersebut petani dapat

menghadapi berbagai hambatan dalam budidaya kelapa. Selain itu

petani dapat mengambil keputusan sesuai

25

Page 26: Isi Kti Asli

Dari hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama

membudidayakan kelapa. Pengalaman tersebut merupakan modal awal

bagi petani dalam membudidayakan kelapa, karena dengan pengalaman

tersebut petani dapat menghadapi berbagai hambatan dalam budidaya

kelapa. Selain itu petani dapat mengambil keputusan sesuai dengan

keadaan yang mereka hadapi.

Dilihat dari hasil efisiensi teknis usaha tani kelapa di Kecamatan Parigi

Kota Kabupaten Parigi Moutong, baik sebelum maupun sesudah adanya

program pengolahan kelapa terpadu di atas, menunjukan di Kecamatan

Parigi Kota Kabupaten Parigi Moutong dalam penggunaan faktor- faktor

produksi masih belum efisien secara teknis. Jadi penggunaan faktor-faktor

produksinya masih belum dapat dikombinasikan secara baik sehingga

menimbulkan inefisiensi. Secara teknis petani masih belum mampu

mengkombinasikan input yang benar-benar digunakan untuk menghasilkan

output yang maksimal secara efisien.

Hal itu dikarenakan Petani kelapa di Kecamatan Parigi Kota Kabupaten

Parigi Moutong masih belum tepat mengunakan faktor-faktor produksi

dalam berusaha tani kelapa, hal ini terlihat dari penggunaan

penggunaan luas lahan, penggunaan bibit yang berasal buah kelapa

yang tumbuh tunas yang tidak secara khusus di buat untuk bibit unggul,

kurangnya perawatan pada kelapa maupun komposisi dalam

penggunaan pupuk pada saat penanaman dan banyak petani menganggap

tanaman kelapa sebagai tanaman sampingan yang dapat tumbuh tanpa

pemeliharaan khusus, padahal kelapa juga memerlukan perhatian khusus

agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang maksimal.

Petani kelapa di Kecamatan Parigi Kota Kabupaten Parigi Moutong harus

mampu mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang

digunakan yakni luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja secara

proposional dan efektif agar tercapai efisiensi. Penggunaan faktor-faktor

produksi pada usaha tani kelapa dinilai kurang mendapat perhatian khusus

dari para petani, karena dianggap tanaman kelapa sebagai tanaman

26

Page 27: Isi Kti Asli

sampingan yang ditanam dengan tumpang sari, dan dianggap petani kelapa

adalah tanaman yang mudah hidup dan tidak rentan terhadap hama, hal itu

menjadikan tanaman kelapa tidak mendapatkan perlakuan khusus dari

petani.

5.2 Membangun Tataletak pada Komoditi Kopra

Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi

sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak

strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam

kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja,

kontak pelangga, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu

organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya

rendah, atau respon cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun

tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.

Dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana

untuk dapat mencapai:

1. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.

2. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.

3. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih

aman.

4. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.

5. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak

tersebut akan perlu diubah).

Semakin lama, desain tata letak perlu dipandang sebagai sesuatu yang

dinamis. Hal ini berarti mempertimbangakan peralatan yang kecil, mudah

dipindahkan, dan fleksibel. Rak pajangan di toko harus dapat dipindahkan, meja

kantor dan partisi yang modular, dan rak di gudang dibuat di pabrik (tinggal

pasang). Agar dapat mengatasi perubahan model produk secara cepat dan

mudah, dan masih dalam tingkat produksi yang memadai, manajer operasi

harus memberikan fleksibilitas dalam desain tata letak. Untuk mendapatkan

fleksibilitas dalam tata letak, para manajer melatih pekerja mereka saling

bersilang, merawat peralatan, menjaga investasi tetap rendah, menempatkan

27

Page 28: Isi Kti Asli

sel kerja secara berdekatan, dan menggunakan peralatan yang kecil dan

mudah dipindahkan.

Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Rancanagan Tata Letak (Layout) Yaitu:

Integrasi secara menyeluruh atas semua fakator yang mempengaruhi faktor

produksi

1. Jarak pindah barang diupayakan seminimal mungkin

2. Aliran kerja berlangsung secara normal

3. Semua area dimanafaatkan secara efektif & Efesien

4. Kepuasan kerja dan rasa aman pekerja dijaga sebaik-baiknya.

5. Pengaturan tata letak harus fleksibel.

5.2.1 Pentingnya TataLetak Dan Pemindahan Bahan

Keuntungan-keuntungan yang didapat berupa kenaikan jumlah produksi,

mengurangi waktu tunggu, mengurangi waktu proses pemindahan bahan,

penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang, dan pelayanan,

kemudian pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga

kerja, dan fasilitas produksi. Selain itu, proses manufakturing yang lebih singkat,

mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator,

memperbaiki moral dan kepuasan kerja, mempermudah aktivitas supervisi,

mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran, dan mengurangi faktor yang bisa

merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi.

5.3 Mengevaluasi dan mewujudkan Tataletak komoditi Kopra

Setelah tata letak selesai, perancangan dan yang mempunyai

kepentingan harus melakukan evaluasi untuk kemudian mendapatkan

persetujuan dan akhirnya dibangun atau diwujudkan. Parwa ini berhubungan

dengan tiga langkah terakhir dalam proses perencanaan dan perancangan tadi.

Karena tidak ada satu cara pun yang menjamin bahwa suatu rancangan adalah

yang terbaik, atau telah mencangkup seluruh tujuan, criteria dan seluruh

gagasan, tata letak yang baru saja diselasaikan harus dievaluasi oleh

28

Page 29: Isi Kti Asli

seseorang atau beberapa orang dengan pendekatan-pendekatan yang akan

diuraikan secara garis besar berikut ini:

Mengevaluasi Tata Letak

Ada dua kemungkinan yang menimbulkan perlunya penilaian tataletak :

1. Evaluasi tataletak yang ada dengan tujuan mencari peluang perbaikan

2. Evaluasi terhadap tataletak alternative untuk suatu masalah atau proyek

tunggal.

Tetapi sebelumnya setiap evaluasi dilakukan, diperlukan dasar-dasar untuk

melakukannya, yang mencangkup:

1. Criteria yang dikembangkan pada awal proses tataletak

2. Criteria tataletak atau ukuran yang menentukan tataletak yang baik

3. Perbandingan biaya dengan alternative lain

4. Penghasilan atas modal (ROI) dari fasilitas baru

5. Factor-faktor yang tak dapat ditentukan atau tak terduga, yang merupakan

hal yang secara normal tidak diperhitungkan karena kesulitan

pengukurannya

6. Factor-faktor nirujud, yang tidak memiliki dasar pengalihan ke dalam nilai-

nilai angkawi untuk tujuan pembandingan yang harus dinilai dengan

pembenaran

Semua itu akan diperhitungkan dengan suatu teknik atau prosedur yang

kana dibicarakan berikut ini, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Yaitu, baik

dibandingkan atau ditimbang antara kelebihan dan kekurangannya, atau

dengan cara perhitungan tataletak secara kuantitif. Jika tataletaknya nisbi

sederhana atau tidak memiliki pilihan lain, maka penilaian hanya saja

memerlukan suatu lembar periksa. Makin rumit suatu proyek atau karena harus

membanfingkan beberapa piihan, penilaian akan lebih terstruktur dan lebih

rumit.

5.4 Prosedur Penilaian Tataletak Kopra di Desa Pombalowo

29

Page 30: Isi Kti Asli

Umumnya, penilaian dapat dilakukan oleh orang yang telah

mengenbangkan tataletak, atau para penyelianya. Orang lain yang dapat

dilibatkan adalah :

1. pegawai penyelia

2. pimpinan kepegawain

3. pengaturan keselamatan

4. penyelia pengendalian produksi

5. penyelia pemindahan barang

6. rekayasa pabrik

7. pejabat kepolisian

8. ahli keselamatan

9. konsultan

Salah satu sisi penting dari proses penilaian adalah perencanaan

komentar, saran, dan kritik yang mereka buat. Hanya dengan cara ini analis

merasa yakin untuk mempertimbangkan semuanya, setelah proses penilaian

disimpulkan.

30

Page 31: Isi Kti Asli

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pelaksanaan tataletak yang baik menuntut tataletak induk yang bukan

saja tetap mutakhir, tetapi juga dapat disimpan dengan mudah atau dipajang

untuk kemudahan acuan atau pemakaian. Kedua model dan model bermatra

dua sering kali menjadi acuan oleh pembangunan, arsitek dan pimpinan dan

karenya harus dipasang, baik untuk penjagaan dan untuk kemudahan

pengujian atau pembaharuan,

Salah satu perusahaan yang menyimpan tataletak yang menggambarkan

dua lantai pada papan yang terpisah, dipasang pada bingkai, dan menyangga

bingkai ini dengan bemper pengangkat yang dipasang pada bingkai, untuk

tujuan pengerjaan, lantai atas diangkat sehingga memberi tempat yang cukup

untuk mengerjakan papan yang bawah.

Meskipun proyek tataletak dapat dianggap lengkap, dengan cetakan atau

pemanjangan model, hal ini tidak seluruhnya benar. Seperti halnya hamper

setiap hal dalam usaha, tataletak harus dijaga tetap mutakhir dan secara terus

menerus dikaji untuk kesempatan perbaikan. Tak perlu dikatakan lagi, bahwa

tataletak yang telah diperbaiki, bahkan tata letak akhir, bersifat sempurna.

Pegkajian yang berkesinambungan terhadap operasi tataletak akan

memberikan gambaran perlunya perubahan berkala.

6.2 Saran Tindak

Adapun saran tindak yang penulis tawarkan adalah:

1. Pemerintah memanfaatkan komoditi kopra yang ada dengan memfokuskan

pada pengembangan agar menjadi potensi daerah yang memiliki nilai yang

tinggi.

31

Page 32: Isi Kti Asli

2. Memberikan fasilitas berupa teknologi dengan tataletak (layout) dalam

memproses buah kelapa menjadi kopra sehingga hasil yang dihasilkan

menjadi efisien dan dapat menghemat waktu pembuatan kopra.

2. Pemerintah harus lebih gencar lagi melakukan promosi dan ekstensifikasi

terhadap urgensi pemasaran hasil daerah terkhusus komoditi kopra,

terkhusus kepada masyarakat di Desa Pombalowo yang memiliki luas

tanaman kelapa yang cukup luas.

3. Pemerintah melakukan survei dan sensus data kelapangan untuk menilai

langsung kualitas kopra hasil dari daerah setempat.

DAFTAR PUSTAKA

32

Page 33: Isi Kti Asli

Amin, Sarmidi. 2009. Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Lily

Publisher. Yogyakarta.

Julianto. 2014. http://tabloidsinartani.com/content/read/mengembalikan-kejayaan-

kelapa/ Diakses tanggal 28 Agustus 2015

Muhadjir, (1996) dalam Aman. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif.

Obin, Rachmawan. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas

Pertanian. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Tejasari, 2005. Nilai Gizi Pangan Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah

Waluyo, dalam Puji Lestari, M. Hum., Aman, M.Pd., Taat Wulandari, S. Pd. 2013

Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Keluara

Berencana.

Warisno, 2003. Budi Daya Kelapa Genjah. Kanisius. Yogyakarta.

Yin, dalam Puji Lestari, M. Hum., Aman, M.Pd., Taat Wulandari, S. Pd. Persepsi

Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Keluara Berencana. 2013

http://frestiaannurjanah.blogspot.com/2013/01/tata-letak-proses-produk.html

Diakses tanggal 28 Agustus 2015

http://kwdutami09.blogspot.com/2012/09/perancangan-tata-letak-fasilitas.html

Diakses tanggal 28 Agustus 2015

http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/macam-tipe-layout-pabrik.html Diakses

tanggal 28 Agustus 2015

http://tabloidsinartani.com/content/read/mengembalikan-kejayaan-kelapa/

Diakses tanggal 28 Agustus 2015

33