impetigo
DESCRIPTION
MEDICALTRANSCRIPT
IMPETIGO
Annisa Permatasari, S.Ked
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mochammad Hoesin
Palembang
PENDAHULUAN
Impetigo merupakan infeksi bakteri superfisial pada kulit, yang menular,
paling sering ditemukan pada anak-anak. Organisme penyebab hampir selalu
Staphylococcus Aureus atau Streptococcus, atau kombinasi keduanya. Faktor
predisposisi adalah kolonisasi pada hidung dan perineal, faktor higienitas yang
rendah, trauma ringan pada kulit, penyakit kulit yang sudah ada dengan
terganggunya fungsi pertahanan kulit, seperti eczema. 1
Terdapat dua bentuk klinis impetigo yang dikenal saat ini yakni impetigo
bulosa dan non-bulosa. Impetigo bulosa dapat terjadi pada semua usia. Impetigo
non-bulosa juga dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun pada bayi baru
lahir hal ini dapat menjadi suatu ancaman khusus, dimana dapat berpotensi
terhadap peningkatan risiko sepsis dan infeksi lain yang mengancam jiwa seperti
pneumonia. 1,2,3
Di Inggris, angka kejadian impetigo setiap tahunnya adalah sekitar
80/100.000 pada anak usia 0 sampai 4 tahun, kemudian menurun menjadi sekitar
50/100.000 pada anak usia 5 sampai 14 tahun. Angka kejadian ini selanjutnya
lebih berkurang pada kelompok usia yang lebih tua. Di Amerika Serikat, sekitar
10% anak yang datang dengan keluhan kulit didiagnosis impetigo. Di Amerika
Serikat dan Eropa, Staphylococcus Aureus adalah agen penyebab yang paling
banyak ditemukan. Sedangkan di daerah panas dan lembab di dunia,
Streptococcus lebih mendominasi dan seringkali menjadi endemik. Insiden
impetigo lebih tinggi pada musim panas karena faktor lingkungan seperti
kelembapan meningkat. Impetigo biasanya ditemukan dalam kondisi penduduk
yang padat, kelompok gizi buruk, faktor kebersihan yang kurang dan pada kondisi
pertahanan kulit yang kurang (seperti gigitan serangga atau skabies).3
1
Tujuan utama pengobatan impetigo meliputi mengobati rasa sakit akibat
lesi, dan mengganggu penampilan (terutama bagian wajah) dan mencegah
kekambuhan serta penularan kepada orang lain. Penatalaksanaan yang ideal harus
efektif, murah, dan mudah diaplikasikan. Selain itu juga harus bebas efek
samping, dan tidak menyebabkan terjadinya resistensi bakteri. Pilihan
penatalaksanaan untuk impetigo dapat berupa tanpa terapi, menunggu resolusi
alami serta mengukur higientitas; desinfektan topikal; antibiotika topikal; ataupun
antibiotika sistemik.4
Pada referat ini akan dibahas mengenai klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan, diagnosis serta penatalaksanaan impetigo. Dengan demikian
diharapkan referat ini dapat membantu para dokter dan mahasiswa kedokteran
mendapatkan informasi mengenai Impetigo.
DEFINISI
Impetigo merupakan infeksi bakteri superfisial pada kulit yang menular,
diawali dengan adanya vesikel atau bula, dan selanjutnya krusta. Paling sering
ditemukan pada anak-anak yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau
Strptococcus β hemolyticus group A. 1,.5
Gambar 1. Impetigo: Staphylococcus aureus. (A) Eritema dan krusta pada hidung. (B)
yang dapat menyebar ke seluruh regio centrofacial.2
ETIOLOGI
2
Terdapat dua bentuk klinis impetigo yang dikenal saat ini yakni impetigo
bulosa dan non-bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus Aureus.
Sampai saat ini, penyebab impetigo non-bulosa di negara industri adalah
Staphylococcus Aureus dan sedikit yang disebabkan oleh Streptococcus group A.
Streptococcus group A merupakan penyebab terbanyak impetigo non-bulosa di
negara berkembang.2
Impetigo non-bulosa terdapat pada lebih dari 70% kasus pioderma, dan
dapat terjadi disemua kelompok usia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Kulit
yang utuh biasanya tahan terhadap kolonisasi atau impetigenisasi. Bacteriocin
yang dihasilkan oleh Staphylococcus Aureus tertentu (phage group 71) dan
bakterisidal tinggi terhadap Streptococcus group A, mungkin menyebabkan isolasi
hanya terhadap Staphylococcus Aureus dari beberapa lesi yang sebelumnya
disebabkan Streptococcus.2
Pada impetigo bulosa terdapat tiga tipe erupsi kulit yang disebabkan oleh
phage group II Staphylococcus Aureus terutama strains 77 dan 55, yaitu impetigo
bulosa, penyakit eksfoliatif (SSSS), dan erupsi non-streptococcal scarlatiniform
(staphylococcal scarlet fever). Ketiga bentuk tersebut menunjukkan berbagai
respon kulit terhadap toksin eksfoliatif ekstraselular (exfoliatin) tipe S dan B yang
dihasilkan oleh Staphylococcus ini. Toksin eksfoliatif A bekerja sebagai serine
protease dari desmoglein 1, suatu cadherin demosomal yang juga merupakan
target autoantibodi pada pemfigus foliaseus.2
KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIK
Daerah utama yang sering terlibat adalah wajah (terutama sekitar hidung
dan mulut) dan tungkai. Lesi biasanya tidak nyeri dan pasien seringkali tidak
terlihat sakit. Demam biasanya berhubungan dengan penyakit atau komplikasi
lain. Lesi pada impetigo diawali lepuh berwarna keruh yang selanjutnya akan
membentuk krusta, sering berwarna kuning keemasan, dengan eritema didaerah
sekitar. Pada impetigo bulosa, terdapat lepuh yang besar tanpa disertai adanya
eritema. Lesi cenderung sembuh dibagian tengah, namun menyebar ke daerah
pinggir. Umumnya terdapat limfadenopati regional. Pada infeksi Staphylococcus,
3
lesi berkembang cepat mulai dari makulo-papul menjadi vesiko-pustul atau bula
lalu menjadi eksudatifa dan berwarna seperti madu, lalu membentuk krusta. 6
Impetigo bulosa lebih sering terdapat pada bayi baru lahir dan bayi yang
lebih besar, dan ditandai dengan perkembangan yang cepat mulai dari vesikel
menjadi bula kendur (gambar 2a). Umumnya bula terdapat pada daerah kulit yang
normal. Tanda Nikolsky biasanya negatif. Bula awalnya berisi cairan kuning
jernih, kemudian berubah menjadi kuning gelap dan keruh (gambar 2b), berbatas
tegas tanpa halo eritem. Bula biasanya superfisial dan dalam satu sampai 2 hari
akan pecah, membentuk krusta tipis berwarna cokelat terang sampai kuning
keemasan.2
Gambar 2. Staphylococcus Aureus: Impetigo bulosa. (A) Vesikel multipel yang berisi
cairan jernih dan keruh. (B) Perubahan yang cepat membentuk bula yang kendur (B)2
Impetigo non-bulosa merupakan bentuk yang umum terjadi. Lesi awal
ditandai dengan vesikel berdinding tipis pada daerah kulit normal yang mudah
pecah dengan cepat, lalu meninggalkan erosi yang ditutupi krusta berwarna
kuning kecokelatan atau berwarna seperti madu (gambar 3). Krusta biasanya
kering , dan kemudian lepas meninggalkan bercak kemerahan tanpa jaringan
parut. Daerah yang paling banyak terkena adalah daerah wajah. Lesi terkadang
4
terasa nyeri. Biasanya tidak disertai dengan gejala sistemik seperti demam atau
anoreksia. Umumnya terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada daerah yang
terinfeksi.4,9
Gambar 3. Impetigo non-bulosa di wajah dan paha7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pulasan Gram dengan bahan eksudat dari impetigo bulosa ditemukan
kokus Gram (+) bergerombol. Staphylococcus Aureus pada phage group II dapat
dibiakkan melalui isi bula yang utuh. Secara histologis, lesi impetigo bulosa
menunjukkan pembentukan vesikel didalam sub-korneal atau regio granular,
kadang terdapat sel akantolitik di dalam bula, spongiosis, edema papila dermis
dan infiltrat campuran terdiri atas limfosit dan neutrofil sekitar pembuluh darah
pada pleksus superfisial.2
DIAGNOSIS BANDING
Impetigo non-bulosa dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit
berikut ini:7
- Dermatitis atopik
Berupa lesi gatal yang kronis dan kulit kering abnormal; likenifikasi
fleksura banyak terjadi pada usia dewasa; pada anak-anak, umumnya terdapat
pada muka dan daerah ekstensor
- Kandidiasis
5
Berupa papul atau plak eritematosa; biasanya terdapar pada membran
mukosa atau daerah intertriginosa
- Dermatitis kontak
Terdapat daerah yang gatal pada kulit yang tersensitasi akibat kontak
dengan hapten tertentu.
- Infeksi dermatofitosis epidermis
Berupa lesi bersisik dan kemerahan dengan bagian tepi lebih aktif; atau
dapat vesikular, terutama pada tungkai
- Discoid lupus erytemathosus
Berupa plak bersisik yang penetrasi kedalam folikel rambut; sisik yang
terlepas memiliki gambaran ”carpet tack”
- Echytema
Krusta yang menutupi ulkus; yang dapat menetap beberapa minggu dan
sembuh dengan meninggalkan jaringan parut akibat infeksi yang meluas ke
dermis
- Herpes Simplex Virus
Vesikel dengan dasar eritem yang pecah menjadi krusta yang menutupi
erosi; biasanya pada bibir dan kulit
- Gigitan serangga
Berupa papul yang terdapat ditempat gigitan, yang mungkin nyeri; dapat
menyebabkan urtikaria
- Pemphigus foliaceus
Terdapat serum dan krusta serta beberapa vesikel, dimulai pada wajah
dengan distribusi menyerupai kupu-kupu, atau pada kulit kepala, dada, dan
punggung atas
- Skabies
Lesi skabies terdiri dari terowongan dan kecil, berupa vesikel yang diskret;
disertai pruritus nokturnal
- Varicella
Vesikel berdinding tipis dengan dasar eritem yang timbul pertama kali di
daerah trunkus yang menyebar ke wajah dan ekstremitas; vesikel lalu pecah
meninggalkan krusta
6
Impetigo bulosa dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit
berikut ini:7
- Bullous eryhtema multiforme
Vesikel atau bula yang timbul sebagian dari plak kemerahan, dengan
diameter 1-5 cm, terletak di permukaan ekstensor pada ekstremitas
- Bullous lupus erythematosus
Erupsi vesukulo-bulosa yang menyebar; dapat menyebabkan gatal;
cenderung terdapat pada bagian atas trunkus dan bagian proksimal ekstremitas
atas
- Pemfigoid bulosa
Bula dan vesikel dengan pruritus yang menyebar cepat; terdapat plak
urtikaria
- Herpes simplex virus
Vesikel dengan dasar eritem yang pecah menjadi krusta yang menutupi
erosi; biasanya pada bibir dan kulit; dapat memiliki gejala prodormal
- Gigitan serangga (bulosa)
Berupa papul yang gatal pada daerah gigitan
- Pemfigus vulgaris
Bula nonpruritus, dengan ukuran yang bervariasi mulai dari 1 cm, muncul
secara bertahap dan menjadi generalisata; erosi berlangsung beberapa minggu
sebelum penyembuhan dengan hiperpigmentasi; tidak terdapat jaringan parut
- Sindrom Stevens-Johnson
Vesikulobulosa pada kulit, mulut, mata dan genital; Gejala khas lainnya
adalah stomatitis ulseratif dengan krusta hemoragik
- Luka bakar
Terdapat riwayat luka bakar; lesi serupa dengan lesi luka bakar tingkat 2
- Toxic epidermal necrolysis
Menyerupai Sindrom Stevens-Johnson dengan keterlibatan mukosa;
diikuti dengan lepasnya epidermis secara general
- Varicella
7
Vesikel berdinding tipis dengan dasar eritem yang timbul pertama kali di
daerah trunkus yang menyebar ke wajah dan ekstremitas; vesikel lalu pecah
meninggalkan krusta
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan impetigo meliputi mengobati rasa sakit akibat
lesi, dan mengganggu penampilan (terutama bagian wajah) dan mencegah
kekambuhan serta penularan kepada orang lain. Pilihan penatalaksanaan untuk
impetigo dapat berupa:4
- Tidak ada penatalaksanaan khusus, menunggu resolusi alami disertai
pengukuran higienitas.
- Desinfektan topikal, seperti hexachlorophene, povidone-iodine, dan
chlorhexidine
- Antibiotika topikal seperti neomycin, bacitracin, polymyxin B, gentamycin,
asam fusidat, mupirocin atau steroid topikal/ kombinasi antibiotika
- Abtibiotika sistemik seperti penicillin, amoxicillin/asam klavulanat,
eritromisin, cephalexin.
Pada kasus ringan sampai sedang, dengan higiene yang baik,
membersihkan krusta dan memberi obat topikal salep mupirosin sudah cukup.
Untuk kasus yang ekstensif diperlukan antibiotika sistemik. Pilihan obat yang
dapat digunakan antara lain:2
- Dikloksasilin (penisilin semi-sintetik yang tahan terhadap encim penisilinase),
250-500 mg, 4 kali sehari selama 5-7 hari atau 10 hari jika ditemukan
Streptococcus (+).
- Azitromisin, pada dewasa 500 mg di hari pertama, diteruskan 250 mg perhari
selama 4 hari berikutnya, telah dibuktikan sama efektifnya dengan
diklosaksilin untuk infeksi kulit pada anak-anak dan dewasa
- Untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus
Aureus, yang sering terjadi pada anak-anak, dapat diberikan amoksisilin dan
asam klavulanat, dengan dosis 25mg/kg/hari, diberikan 3 kali sehari
- Obat lainnya yang dapat diberikan yaitu: sefaleksin (40 mg/kg/hari), sefaklor
(20 mg/kg/hari), sefprozil (20 mg/kg/hari), atau klindamisin (15 mg/kg/hari)
8
yang diberikan selama 10 hari, semuanya dapat menjadi terapi alternatif yang
efektif.
PROGNOSIS
Belum ada data penelitian yang valid mengenai prognosis impetigo yang
tersedia. Berdasarkan dua data studi nonsistematik baru-baru ini, impetigo
biasanya dapat sembuh tanpa gejala sisa dalam waktu dua minggu tanpa
penatalaksanaan khusus. Pada lima uji acak placebo-controlled yang dilakukan,
menunjukkan bahwa angka kesembuhan impetigo dalam waktu tujuh hari berkisar
antara 0 hingga 42%, dimana orang dewasa mempunyai risiko lebih tinggi
mengalami komplikasi.7
KOMPLIKASI
Glomerulonefitis akut poststreptococcal merupakan suatu komplikasi
serius yang terjadi pada 1-5% pasien dengan impetigo non-bulosa.
Penatalaksanaan dengan antibiotik belum terbukti dapat mengurangi risiko
terjadinya gromerulonefritis poststreptococcal. Demam rematik tidak merupakan
komplikasi impetigo yang potensial. Impetigo dapat memperburuk kondisi pasien
dengan gagal ginjal kronik, terutama dengan dialisis dan transplantasi. Beberapa
komplikasi potensial yang jarang terjadi yaitu sepsis, osteomyelitis, arthritis,
endokarditis, pneumonias, selulitis, limfangitis atau limfadenitis, psoariasis gutata,
toxic shock syndrome dan staphylococcal scalded skin syndrome.7,8,10
KESIMPULAN
Impetigo merupakan infeksi bakteri superfisial pada kulit yang menular,
diawali dengan adanya vesikel atau bula, dan selanjutnya krusta. Disebabkan oleh
Staphylococcus aureus atau Strptococcus β hemolyticus group A.
Terdapat dua bentuk klinis impetigo yang dikenal saat ini yakni impetigo
bulosa dan non-bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus Aureus.
Sampai saat ini, penyebab impetigo non-bulosa di negara industri adalah
Staphylococcus Aureus dan sedikit yang disebabkan oleh Streptococcus group A.
9
Streptococcus group A merupakan penyebab terbanyak impetigo non-bulosa di
negara berkembang.
Impetigo bulosa lebih sering terdapat pada bayi baru lahir dan bayi yang
lebih besar, dan ditandai dengan perkembangan yang cepat mulai dari vesikel
menjadi bula kendur. Umumnya bula terdapat pada daerah kulit yang normal.
Tanda Nikolsky biasanya negatif. Bula awalnya berisi cairan kuning jernih,
kemudian berubah menjadi kuning gelap dan keruh. berbatas tegas tanpa halo
eritem. Bula biasanya superfisial dan dalam satu sampai 2 hari akan pecah,
membentuk krusta tipis berwarna cokelat terang sampai kuning keemasan.
Impetigo non-bulosa merupakan bentuk yang umum terjadi. Lesi awal
ditandai dengan vesikel berdinding tipis pada daerah kulit normal yang mudah
pecah dengan cepat, lalu meninggalkan erosi yang ditutupi krusta berwarna
kuning kecokelatan atau berwarna seperti madu. Krusta biasanya kering , terpisah
dan hilang lalu meninggalkan bercak kemerahan tanpa jaringan parut.
Tujuan utama pengobatan impetigo meliputi mengobati rasa sakit akibat
lesi, dan mengganggu penampilan (terutama bagian wajah) dan mencegah
kekambuhan serta penularan kepada orang lain. Pilihan penatalaksanaan untuk
impetigo dapat berupa tanpa terapi, menunggu resolusi alami serta mengukur
higientitas; desinfektan topikal; antibiotika topikal; ataupun antibiotika sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. MH Mostwaledi. Impetigo in Children: A Clinical Guide and Treatment
Options. S Afr Fam Pract.2011; 53(1): 44-46
2. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA.
Superficial Cutaneous Infections and Pyodermas. Dalam: Fitzpatrick TB,
Eizen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Auten KF. Dermatology in General
Medicine, 4th Ed, New York: McGraw Hill. 1993; 1695-98
10
3. BMJ Evidence Centre. Impetigo. British Medical Journal. 2011.Available
fromhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/476/basics/
epidemiology.html
4. Koning S, Verhagen AP, Van Suijlekom LWA, Morris AD, Butler C, Van der
Wouden JC. Interventions for Impetigo. Rotterdam, Netherlands: The
Cochrane Collaboration. 2009:3-7.
5. Aly R, Maibach, Lyell A, Felman YM. Infections and Infestations. Dalam:
Orkin M, Maibach HI, Dahl MV. A Lange Medical Book Dermatology, 1st Ed,
California: Appleton & Lange. 1991: 79-81
6. Behesi M, Ghotbi SH. Impetigo, a Brief Review. Shiraz E-Medical Journal.
2007; 8(3): 138-141
7. Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American
Academy of Family Physicians. 2007; 75: 859-64
8. Brown J, Shriner DL, Schwartz RA, Janniger CK. Impetigo: an Update.
International Journal of Dermatology. 2003; 42: 251-5
9. Mancini AJ. Bacterial Skin Infections in Chlidren: the Common and the not so
Common. Pediatric Annals Journal. 2000; 29: 26-35
10. George A, Rubin G. A Systematic Review and Metanalysis of Treatments for
Impetigo. The British Journal of General Practice. 2003; 53: 480-7
DISKUSI
1. Apakah desinfektan topikal efektif dalam pengobatan impetigo?
Desinfektan topikal dapat berupa hexachlorophene, povidone-iodine,
chlorhexidine, asam salisilat, dan kalium permanganat. Dahulu desinfektan
topikal dianjurkan sebagai salah satu alternatif pengobatan antibiotik, tetapi
sekarang beberapa penelitian menunjukkan bahwa desinfektan topikal tidak lebih
efektif dari plasebo. Belum ada data-data yang valid mengenai angka keberhasilan
11
pengobatan impetigo dengan menggunkan desinfektan topikal. Beberapa pedoman
penatalaksanaan impetigo tidak mencantumkan desinfektan topikal sebagai terapi
utama impetigo karena tujuan utama diberikan desinfektan topikal adalah untuk
mencegah terjadinya penularan infeksi ke anak-anak lain.
Sumber: Koning S, Verhagen AP, Van Suijlekom LWA, Morris AD, Butler C,
Van der Wouden JC. Interventions for Impetigo. Rotterdam, Netherlands: The
Cochrane Collaboration. 2009:3-7.
12