herpes dan impetigo

25
I. ANAMNESIS Identitas Nama : Bp. Suhardi Umur : 62 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Afandi No. 19 Mrican Yogyakarta Pekerjaan : Pensiunan TNI Keluhan Utama Plenting-plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak tiga hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri. Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri. Lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakan nyeri di daerah munculnya plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan demam ringan (panas nglempeng). Belum pernah berobat untuk keluhan ini. Anamnesis Sistem Saraf : Demam(+) ringan, Kejang (-) Respirasi : Batuk (-), Pilek (-) Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 1

Upload: syaiful-rf

Post on 27-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

herpes dan impetigo

TRANSCRIPT

Page 1: Herpes Dan Impetigo

I. ANAMNESIS

Identitas

Nama : Bp. Suhardi

Umur : 62 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Afandi No. 19 Mrican Yogyakarta

Pekerjaan : Pensiunan TNI

Keluhan Utama

Plenting-plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak tiga hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri.

Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri. Lalu bertambah banyak sampai ke

kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakan

nyeri di daerah munculnya plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan

demam ringan (panas nglempeng). Belum pernah berobat untuk keluhan ini.

Anamnesis Sistem

Saraf : Demam(+) ringan, Kejang (-)

Respirasi : Batuk (-), Pilek (-)

Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan

Digestiva : Tidak ada keluhan

Urogenital : Tidak ada keluhan

Muskuloskeletal : Nyeri di daerah munculnya plenting

Integumentum : Plenting di daerah dahi dan kelopak mata kiri

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 1

Page 2: Herpes Dan Impetigo

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat cacar air sewaktu kecil tidak diketahui. Riwayat DM kontrol teratur sejak 5

tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.

Kebiasaan/ Lingkungan

Penderita mempunyai kebiasaan jalan santai satu jamm setiap hari. Penderita

membatasi makan nasi karena penyakit kencing manisnya dan tidak merok atau minum

alcohol.

II. PEMEERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Baik

- Vital Sign : Dalam batas normal

- Status dermatologi : Pada regio frontalis dan palpebra sinistra terdapat vesikel

dan bula multiple perkelompok, beberapa pecah menjadi erosi dan krusta kekuningan.

III.DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding :

a. Herpes zoster oftalmika.

b. Impetigo Kontagiosa.

2. Diagnosis Kerja :

a. Herpes zoster oftalmika

IV. Rencana Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

Darah lengkap: Hb, leukosit, trombosit, LED, Ig M, Ig G HSV,

Pengecatan T-zank

V. Rencana tindakan terapi

Farmakoterapi :

1. Kortikosteroid

2. Pregabalin

3. Acyclovir

4. Tetes mata metilselulosa

5. Pemberian vitamin C

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 2

Page 3: Herpes Dan Impetigo

VI. Masalah

a. Masalah aktif :

Herpes zoster oftalmika (keluhan pasien sekarang) dengan gambaran

klinis :

1. Adanya vesikel dan bula multipel berkelompok pada regio frontalis

dan palpebra bagian kanan.

2. Kelopak mata nyeri ketika digerakkan

Diabetes milletus (sudah terkontrol)

b. Masalah passif :

Demam ringan dan tidak tidak enak badan sehari sebelumnya.

VII. Saran kepada pasien /Edukasi & Penatalaksanaan Non Farmakologis :

a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang

diderita.

b. Memotivasi pasien dan keluarga, yang berjuan seluruh keluarga pasien

memberikan dukungan dalam mencapai keberhasilan terapi yang diberikan

dokter.

c. Sebagai nutrisi tambahan Og disarankan mengkonsonsumsi makanan yang

mengandung lysyn (NH2-C-C-C-CH(NH2)-COOH, contoh makanan “ daging

ayam, daging sapi, daging kambing, susu, keju, tauge.

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 3

Page 4: Herpes Dan Impetigo

PEMBAHASAN

I. Definisi, Etiopatogenesis, Gejala/Tanda klinis, Cara diagnosis

Diagnosis Banding :

a. Herpes zoster oftalmika

Definisi

Secara umum herpes zoster adalah radang kulit yang berupa vesikel dan

ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral serta lesi vesikuler tersebut

terbatas sesaui dengan sesuai dengan persarafan dermatom-nya. Secara anatomi

herpes zoster oftalmika menunjukkan daerah anatomi bagian kulit yang mengalami

peradangan (timbul vesikel) akibat reaktifasi varisela zoster. Infeksi tersebut berasal

dari infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh

varisela (Hartadi & Sumaryo, 2000).

Etiopatogenesis

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus (VZV). VZV

mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan terbentuk simetri

ikosehedral dengan diameter 100nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200nm

dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius (Jawetz, Melnick, &

Adelberg, 1996).

Pada infeksi varisela primer dapat terjadi penggabungan antara virus dengan

DNA penderita. Varisela akan mengalami multiplikasi atau replikasi sehingga

menimbulkan reaksi inflamasi berupa tanda kelainan pada permukaan kulit

(vesikel). Varisela zoster virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke

ganglion saraf dan bersifat laten (Handoko, 2008).

Reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi

primer secara pathogenesis belum diketahui dengan pasti tetapi dinyatakan bahwa

factor pemicu reaktivasi virus tersebut adalah menurunnya sistem kekebalan tubuh

Erupsi dimulai dengan makulopapular eritematous. Dua belas hingga 24 jam

kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-3.

Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini

dapat menetap selama 2-3 minggu (Handoko, 2008; Baratawijaya, 2004).

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 4

Page 5: Herpes Dan Impetigo

Tanda/Gejala Klinis

Gejala prodormal herpes zoster biasanya parestesi pada dermatom yang

terkena. Gejala tersebut dapat dirasakan beberapa hari menjelang keluarnya erupsi.

Gejala konstitusional seperti malaise, sakit kepala dan demam terjadi 5 % penderita

terutama anak-anak dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi (Hartadi & Sumaryo,

2000).

Gambaran khas pada herpes zoster adalah erupsi terlokalisata yang selalu

unilateral, jarang melewati garis mediana anatomi tubuh. Reaksi peradangan berupa

vesikel hanya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion

saraf sensorik (Hartadi & Sumaryo, 2000).

Menurut letak peradangan (lesi) berupa vesikel sesuai persarafan dermatom

anatomi tubuh (Hartadi & Sumaryo, 2000);

1. Herpes zoster oftalmika: menyerang dahi dan sekitar mata.

2. Herpes zoster servikalis: menyerang pundak dan lengan.

3. Herpes zoster torakalis: menyerang dada dan perut.

4. Herpes zoster lumbalis: menyerang bokong dan paha.

5. Herpes otikum: menyerang telinga.

b. Impetigo Kontagiosa.

Definisi

Impetigo kontagiosa adalah infeksi piogenik superfissialis (terbatas pada

epidesmis) dan mudah menular (Sjahrial, 2000; Djuanda, 2008).

Etiopatogenesis

Penyebab impetigo kontagiosa adalah streptokok grup A. Impetigo

merupakan infeksi bakteri dengan proses peradangan pada bagian epidermis

(vesiko-pustula). Pada vesikel biasanya terdapat bakteri, lekosit, dan sisa-sisa sel

epitel. Vesikel pada Impetigo cepat berubah menjadi pustule. Vesikula dan pustule

pada impetigo tersebut sangat mudah untuk pecah sehingga dapat membentuk

krusta berwana kuning, lunak, dan tebal (Sjahrial, 2000; Djuanda, 2008).

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 5

Page 6: Herpes Dan Impetigo

Tanda/Gejala Klinis

Pada umumnya pendertai Impetigo adalah individu atau kelompok yang

kurang menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Infeksi tersebut dapat

menyerang wajah, lengan dan tungkai dan dapat terjadi setelah infeksi saluran

pernapasan atas (John & Gazewood, 2007).

Sebagian besar penderita impetigo mengeluh gatal, rasa terbakar tetapi

penderita tersebut tidak merasakan nyeri (John & Gazewood, 2007; Sjahrial, 2000;

Djuanda, 2008).

Cara Penegakan Diagnosis Banding.

II. RESUME ANAMNESIS

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 6

Page 7: Herpes Dan Impetigo

Keluhan Utama

Plenting-plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak tiga hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri.

Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri. Lalu bertambah banyak sampai ke

kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakan

nyeri di daerah munculnya plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan

demam ringan (panas nglempeng). Belum pernah berobat untuk keluhan ini.

Anamnesis Sistem

Saraf : Demam(+)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat cacar air sewaktu kecil tidak diketahui. Riwayat DM kontrol teratur sejak 5

tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.

Kebiasaan/ Lingkungan

Penderita mempunyai kebiasaan jalan santai satu jamm setiap hari. Penderita

membatasi makan nasi karena penyakit kencing manisnya dan tidak merok atau minum

alcohol.

Analisis Keluhan Utama

Plenting-plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri.

Bedasarkan keluhan utama dapat diambil kesimpulkan bahwa ujut kelainan kulit

pada dahi dan kelopak mata adalah proses reaksi inflamasi yang merupakan langkah awal

untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme yang dianggap sebagai patogen.

Vesikel (plenting) adalah tanda klinis dari perjanan penyakit bapak S yang dapat dijadikan

acuan untuk menegakkan diagnosis.

Secara teori dengan adanya mikroorganisme pathogen maka complement system

(C3a, C4a, C5a(anafilaktosin)) akan teraktivasi. Pada aktifitas C3 dan C5 akan

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 7

Page 8: Herpes Dan Impetigo

menghasilkan fragmen-fragmen kecil berupa C3a dan C5b yang dapat memacu degranulasi

sel mast untuk melepas histamine. Histamine yang dilepas oleh sel mast mempunyai efek

terhadap peningkatan permieabilitas kapiler dan kontraksi otot polos yang bertujuan untuk

memudahkan migrasi sistem kekebalan tubuh spesifik dan keluarnya protein plasma yang

menggandung banyak antibodi. Proses-proses tersebut akan menimbulkan gejala klinis

seperti rubor (merah), dolor (sakit), kalor (panas), tumor (bengkak), dan fungtio laesa

(berkurangnya fungsi) (Sudiono, 2003; karnen, 2004).

Analisis Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak tiga hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri.

Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri. Lalu bertambah banyak sampai ke

kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga

merasakan nyeri di daerah munculnya plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh

tidak enak badan dan demam ringan (panas nglempeng). Belum pernah berobat untuk

keluhan ini.

Berdasarkan analisis Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) terdapat beberapa gejala

klinis yang dapat dijadikan acuan diagnosis :

Sejak tiga hari yang lalu muncul plenting-plenting di dahi kiri dan kelopak mata kiri.

Merah pada kulit yang ditumbuhi plenting.

Keluhan nyeri pada kulit yang ditumbuhi plenting sehingga bapak S tidak sanggup

mengangkat dan menggerakkan kelopak mata.

Sehari sebelumnya mengeluh tidak enak badan dan demam ringan (panas nglemeng).

Analisis Anamnesis Sistem

Saraf : Demam(+)

Bapak S merasakan deman, kemungkinan demam tersebut diakibatkan

oleh mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme asing.

Mekanisme demam secara umum dimulai dengan timbulnya reaksi

tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri, virus atau pecahan

jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit

pembunuh bergranula besar, selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan

melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat

pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika sampai di

hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature

tubuh. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 8

Page 9: Herpes Dan Impetigo

prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya bekerja

di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam (Pirce & Wilson, 2006).

Analisis Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat cacar air sewaktu kecil tidak diketahui. Riwayat DM kontrol teratur sejak 5

tahun yang lalu.

Riwayat penyakit dahulu dapat dijadikan salah satu acuan dalam penegakan

diagnosis, dalam hal ini riwayat cacar air adalah salah satu indikasi penyakit varisela yang

aktif kembali menjadi herpes zoster virus, namun pada Bapak S tidak diketahui. DM

(diabetes militus) ditanyakan untuk memperoleh diagnosis banding, serta bertujuan untuk

memberikan terapi yang tidak memiliki kontra indikasi terhadap penyakit yang dikeluhkan

sekarang.

Analisi Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa.

Salah satu faktor resiko penyakit infeksi adalah kontak langsung atau tidak

langsung dengan penderita lain (tetangga, keluarga serumah).

Analisis Kebiasaan/ Lingkungan

Penderita mempunyai kebiasaan jalan santai satu jam setiap hari. Penderita

membatasi makan nasi karena penyakit kencing manisnya dan tidak merokok atau minum

alcohol.

Kebiasaan merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya infeksi primer. Namun

Informasi kebiasaan yang diperoleh dari Bapak S sangat kurang. Hal yang dibutuhkan

dalam menggali kebiasaan mengenai kasus infeksi antara lain; kebesihan rumah dan

lingkungan, sumber air minum (sumur atau PAM (dimasak atau langsung diminum), air

mineral yang diproduksi oleh pabrik), pemakaian handuk yang bersamaan.

Analisis Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : Baik

- Vital Sign : Dalam batas normal

- Status dermatologi : Pada regio frontalis dan palpebra sinistra terdapat vesikel

dan bula multiple perkelompok, beberapa pecah menjadi erosi dan krusta kekuningan.

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 9

Page 10: Herpes Dan Impetigo

Tanda penting yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menegakkan diagnosis

adalah status dermatologi. Vesikel dan bula pada regio frontal dan palpebra sinistra

merupakan indikasi adanya reaksi inflamasi. Vesikel dan bula pecah menjadi erosi dan

krusta kekuningan. Secara teori isi vesikel pada herpes zoster bening, warna kuning pada

krusta kemungkinan terdapat infeksi sekunder. Selain herpes zoster vesikel dan bula yang

berwarna kuning adalah infeksi bakteri (staphylococcus aureus) yang dikenal dengan

impetigo kontagiosa (Hartadi & Sumaryo, 2000; Sjahrial, 2000; Handoko, 2008; Djuanda,

2008).

Cara penegakan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.

Diagnosis pada bapak S 67 tahun ditegakkan berdasarkan

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 10

Page 11: Herpes Dan Impetigo

1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Anamnesis Sistem

4. Riwayat Penyakit Dahulu

5. Riwayat Penyakit Keluarga

6. Kebiasaan/Lingkungan

7. Pemerisaan Fisik

a. Status Dermatologi

Berdasarkan informasi yang di peroleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

tersebut telah dicocokkan dengan Texts Book yang dijadikan refensi.

III. Pembahasan Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang tersebut meliputi

1. Pemeriksaan Darah Rutin.

Secara umum rencana pemeriksaan laboratorium tersebut berfungsi untuk :

o Sebagai pedoman diagnosis

o Sebagai monitoring perjalanan penyakit

o Sebagai monitoring keberhasilan pengobatan

Pada kasus Bapak S secara khusus bertujuan untuk mengtahui jumlah komponen sel

darah merah dan sel putih. Hal yang mungkin diperoleh dari pemeriksaan tersebut :

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 11

Page 12: Herpes Dan Impetigo

Angka limfosit meningkat karena infeksi virus, jika terdapat infeksi sekunder angka

netrofil akan meningkat juga (netrofil batang untuk infeksi akut) perkiraan infeksi

sekunder diperoleh dari “status dermatologi dengan indikasi sebagian vesikel/bula

pecah menjadi erosi dan krusta berwarna kekuningan”.

2. Pemriksaan Tzanck

Pemeriksaan tzanck merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui

adanya sel datia (raksasa) berinti banyak yang terdapat dipinggir vesikel (Hartadi &

Sumaryo, 2000).

Pemeriksaan penunjang lain pada virus DNA dapat menggunakan pemeriksaan

imunoflurensensi, serologi, dan lain-lain. Namun pemeriksaan imunoflurensensi dan

serologi cukup mahal, maka pemeriksaan yang dianjurkan adalah Tzanck (Hartadi &

Sumaryo, 2000).

IV. Pembahasan Terapi

a. Farmako Terapi :

o Asiklovir

Derivat guanosin yang spesifik terhadat virus herpes tanpa menggangu fisiologi sel

tubuh yang terinfeksi. Asiklovir akan aktif setelah difosforilasi oleh enzim tymidinkinase

dalam sel yang terinfeksi virus, makan akan terbentuk asiklovirtrifosfat. Asiklovirtrifosfat

akan digunakan oleh virus untuk proses replikasi DNA virus. Dengan demikian,

pembentukan DNA virus akan terhenti (Tjay & Rahardja, 2007; Gilman & Goodman,

2007).

Reabsorsi di usus kurang sempurna dengan batas ambang 12-20%, maka takaran

perlu diperhatikan. t-1/2 tiga jam. Ekresi lewat urin 75% (Tjay & Rahardja, 2007).

Indikasi herpes zoster, herpes simplek dan encephalitis herpetica, karena cukup

lipofilik untuk melintasi CCS (Tjay & Rahardja, 2007).

Kontra indikasi hipersensitif terhadap asiklovir atau propilenglikol.

Efek samping berupa gangguan lambung-usus, ruam kulit, dan pusing, jarang

anoreksia, susah tidur, dan nyeri sendi (Tjay & Rahardja, 2007).

Penggunaan lokal dapa menimbulkan nyeri sementara, rasa terbakar, gatal-gatal,

dan erithm (Tjay & Rahardja, 2007).

Dosis salep 5% dan salep mata 3% 5 dd setiap 4 jam selama 5 hari (Tjay &

Rahardja, 2007).

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 12

Page 13: Herpes Dan Impetigo

o Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid (Methylprednisolone dengan dosis 40 -60 mg/hari

per oral atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan selama 7

hari kemudian), Indikasi pemberian kortikosteroid adalah untuk mengatasi sindrom

Ramsay hunt dengan tujuan untuk mencegah adanya paralisis (Tjay & Rahardja,

2007).

Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid sintetik dan diabsorpsi

secara cepat melalui saluran pencernaan.Methylprednisolone bekerja dengan

menduduki reseptor spesifik dalam sitoplasma sel yang responsif. Ikatan steroid-

reseptor ini lalu berikatan dengan DNA yang kemudian mempengaruhi sintesis

berbagai protein. Beberapa efek penting yang timbul akibat ini yaitu berkurangnya

produksi prostaglandin dan leukotrien, berkurangnya degranulasi mast cell,

berkurangnya sintesis kolagen dan lain-lain (Yildiz et al., 2009; Tjay & Rahardja,

2007).

o Melindungi mata pada saat tidur dan pemberian tetes mata metilselulosa,

Khusus pada herpes zoster oftalmikus pemberian tetes mata menjaga agar

mata tidak kering.

o Pemberian vitamin C

Vitamin C (asam askorbat) dilaporkan dalam beberapa penelitian efek

vitamin C diperkirakan salah satunya memiliki daya imunostimulasi dengan cara

meningkatkan mobilitas dan produksi leukosit serta makrofag (Tjay & Rahardja,

2007).

o Pregabalin

Pregabalin merupakan penemuan baru, sejenis obat yang bekerja pada

presinaptik serabut saraf. Mekanisme kerja dari obat ini berdasarkan pada tingginya

ambang rangsang (hyperexcited) yang menyebabkan meningkatnya produksi

neurotransmitter. Fungsi pregabalin adalah menekan produksi dari neurotransmitter

dengan cara modulasi Ca channel dari neuron saraf presinaptik.

Pregabalin, salah satu first drug yang telah diakui FDA untuk nyeri

neuropatik perifer diabetikum dan neuralgia pasca herpetic. Obat tersebut lebih

baik jika dibandingkan dengan gabapentin yang merupakan analog gaba (Hartadi &

Sumaryo, 2000; Handoko, 2008; Yildiz, 2009).

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 13

Page 14: Herpes Dan Impetigo

Dosis 2x75 mg sehari, obat dapat dinaikkan menjadi 2x150 sehari.

Dosis maksimal 600mg sehari.

Efek samping ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan

menghilang sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan.

b. Edukasi & Penatalaksanaan Non Farmakologis :

Bapak S disarankan untuk melakukan fisio terapi untuk melatih otot yang mengalami

kekakuan. Bapak S diminta untuk menjaga kesehatan yaitu “mengurangi, jika bisa berhenti

merokok, pola makan teratur, istirahat yang cukup”. Beberapa informasi penting yang harus

disampaikan adalah :

I.

a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang

diderita.

b. Memotivasi pasien dan keluarga, yang berjuan seluruh keluarga pasien

memberikan dukungan dalam mencapai keberhasilan terapi yang diberikan

dokter.

c. Sebagai nutrisi tambahan Og disarankan mengkonsonsumsi makanan yang

mengandung lysyn (NH2-C-C-C-CH(NH2)-COOH, contoh makanan “ daging

ayam, daging sapi, daging kambing, susu, keju, tauge.

Sebagai nutrisi tambahan Og disarankan mengkonsonsumsi makanan yang

mengandung lysine (NH2-C-C-C-CH(NH2)-COOH, contoh makanan “ daging ayam, daging sapi,

daging kambing, susu, keju, tauge. Daya anti-herpes diperkirakan berdasarkan penyerapan lysine

oleh virus sebagai penganti arginin (asam amino esensial yang menstimulasi hormone

pertumbuhan (GH)) yang rumus kimianya hamper mirip (Tjay & Rahardja, 2007; Gilman &

Goodman, 2007).

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 14

Page 15: Herpes Dan Impetigo

Penulisa Resep

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 15

Page 16: Herpes Dan Impetigo

V. Pembahasan Komplikasi dan Pronosis

1. Post Herpetic Neuralgia

Merupakan rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan dapat berlangsung

berbulan-bulan sampai beberapa tahun, cenderung terjadi pada usia >40 tahun dengan

gradasi nyeri yang berbeda. PHN merupakan komplikasi serius dari herpes zoster,

menyebabkan morbiditas dengan manifestasi insomnia, kelelahan, depresi, dan gangguan

aktivitas sehari-hari. Pada pasien ini menunjukkan fungsi yang abnormal dari serat tidak

bermielin nosiseptor, kehilangan sensori, sistem deteksi nyeri dan suhu menjadi lebih

sensitif, peningkatan respon nyeri (allodinia) (Oxman et al., 2005; Manaf, 2005; Yildiz et

al., 2009).

2. Keratokonjunctivitis pada herpes zoster opthalmicus

3. Syndroma Ramsay Hunt pada herpes yang mengenai ganglion genikulatum

4. Herpes zoster generalisata, zoster yang disertai dengan varisela

5. Pada sistem saraf dapat terjadi ensefalitis, aseptic meningitis, myelitis, fasial palsy.

Secara umum komplikasi bergantung pada perwatan secara dini.

Prognosis :

Baik jika pengobatan dijalani sesuai edukasi dokter

Pada dasarnya ajuran dokter merupakan salah satu langkah

penatalaksanaan untuk mengurangi gejala, mengurangi komplikasi,

dan menghilangkan penyebab penyakit berdasarkan keluhan utama,

penyebab utama, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, untuk memperoleh keberhasilan pengobatan, maka

kesediaan pasien dalam mengikuti dan mematuhi edukasi sangat

diperlukan.

Buruk jika edukasi tidak dipatuhi, diikuti, dan dilaksanakan

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 16

Page 17: Herpes Dan Impetigo

Daftar Pustaka

- COLE CHARLES M.D., and GAZEWOOD JOHN, M.D., M.S.P.H. 2007. Diagnosis and

Treatment of Impetigo. Jurnal diakses dari http://www.aafp.org/afp/2007/0315/p859.html

- Djuanda Hadi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed5st. FK UI; Jakarta (57-63)

- Gilman & Goodman. 2007. Dasar Farmakologi dan Terapi. ed.10st. vol.2 EGC: Jakarta.

Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Ed 6. UGM: Yogyakarta.

- Handoko P. Ronny. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed5st. FK UI; Jakarta (110-118)

- Hartadi, sumaryo sugastiasri. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates; Jakarta (88-103)

- Jawezt, Menick & Adelberg. 1996. Ed20st. Mikrobiologi Kedokteran. EGC; Jakarta

- Karnen Garna Baratawijaya. 2004. Imunologi Dasar. Ed4st. FK UI; Jakarta

- M.N. Oxman, M.D., M.J. Levin, M.D., G.R. Johnson, M.S., K.E. Schmader, M.D., S.E. Straus,

M.D., L.D. Gelb, M.D., R.D. Arbeit, M.D., M.S. Simberkoff, M.D., A.A. Gershon, M.D., L.E.

Davis, M.D., A. Weinberg, M.D., K.D. Boardman, R.Ph., H.M. Williams, R.N., M.S.N., J.

Hongyuan Zhang, Ph.D., P.N. Peduzzi, Ph.D., C.E. Beisel, Ph.D., V.A. Morrison, M.D., J.C.

Guatelli, M.D., P.A. Brooks, M.D., C.A. Kauffman, M.D., C.T. Pachucki, M.D., K.M. Neuzil,

M.D., M.P.H., R.F. Betts, M.D., P.F. Wright, M.D., M.R. Griffin, M.D., M.P.H., P. Brunell,

M.D., N.E. Soto, M.D., A.R. Marques, M.D., S.K. Keay, M.D., Ph.D., R.P. Goodman, M.D.,

D.J. Cotton, M.D., M.P.H., J.W. Gnann, Jr., M.D., J. Loutit, M.D., M. Holodniy, M.D., W.A.

Keitel, M.D., G.E. Crawford, M.D., S.-S. Yeh, M.D., Ph.D., Z. Lobo, M.D., J.F. Toney, M.D.,

R.N. Greenberg, M.D., P.M. Keller, Ph.D., R. Harbecke, Ph.D., A.R. Hayward, M.D., Ph.D.,

M.R. Irwin, M.D., T.C. Kyriakides, Ph.D., C.Y. Chan, M.D., I.S.F. Chan, Ph.D., W.W.B.

Wang, Ph.D., P.W. Annunziato, M.D., and J.L. Silber, M.D. 2005. A Vaccine to Prevent

Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia in Older Adults, for the Shingles Prevention Study

Group. Jurnal diakses dari http://clinexpinvest.org/dergiler/1/2010_0001_0002/0103/16.pdf

- Manaf Asman. 2005. NEUROPATHIC PAIN IN DIABETES MELLITUS. Artikel diakses

dari http: // repository.unand.ac.id/93/1/NEUROPATHIC_PAIN_IN_DIABeTES_

MELLITUS .pdf

- Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Ed.6. EGC: Jakarta.

- Sjahrial. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates; Jakarta (46-60)

- Sudiono Janti, Kurniadi Budi, dkk. 2003. Ilmu patologi. EGC; Jakarta

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 17

Page 18: Herpes Dan Impetigo

- Tjay Hoan Tan & Raharja Kirana. 2007. Obat-obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya. Ed6st. PT. Elex Media komputindo; Jakarta

- Yildiz Kayim Ozlem, Segmen Hatice, Bolayir Ertugrul, Topaktas Suat Ahmet. 2009. A Case

of Herpes Zoster Ophthalmicus With Oculomotor Nerve Palsy, Journal of Neurological

Sciences, 26: 21, 500-504. Jurnal diakses dari http://www.jns.dergisi.org/text.php3?id=326

Laporan PPK FK-UII. “Organ Indra”~ tutorial 5 18