askep impetigo yusuf

33
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat menyebabkan impetigo. Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas, terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus aureus atau bakteri grup A stafilokokus B 1

Upload: dyan-ajja

Post on 01-Jan-2016

575 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep IMPETIGO Yusuf

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi

pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri,

bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.

Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan

penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan

berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Manifestasi morfologik penyakit-

penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri

piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat

menyebabkan impetigo. Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit

bagian atas, terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus

aureus atau bakteri grup A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya

lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustule).

Impetigo paling sering menyerang anak-anak, terutama yang kebersihan

badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh manapun, tetapi paling sering

ditemukan di wajah, lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa terjadi setelah

penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran

pernapasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya). Impetigo menyebar melalui

kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian

impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada

anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa. Pasien dapat lebih

jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi.

1

Page 2: Askep IMPETIGO Yusuf

Gejala impetigo timbul bintik-bintik merah yang kecil menjadi lepuh yang

berisi nanah dan berkeropeng biasanya pada muka, tangan atau kepala. Impetigo

berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh,

mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.

Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal

dari lepuhannya. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong

sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi carian kekuningan disertai

rasa gatal. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang

terinfeksi.

Pencegahan impetigo dengan mencuci tangan dengan teliti. Infeksi bisa

dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan. Goresan ringan atau

luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat

anti-bakteri. Untuk mencegah penularan: hindari kontak dengan cairan yang berasal

dari lepuhan di kulit, hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian

dengan penderita, selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana anatomi dan fisiologi kulit?

b. Apa definisi dari Impetigo?

c. Apa penyebab dari Impetigo?

d. Apa tanda dan gejala pasien dengan Impetigo?

e. Bagaimana klasifikasi dari Impetigo?

f. Bagaimana patofisiologi dari Impetigo?

g. Apa saja komplikasi dari Impetigo?

h. Apa saja pemeriksaan penujang pada pasien dengan Impetigo?

i. Bagaimana prognosis pada klien dengan Impetigo?

j. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan Impetigo?

2

Page 3: Askep IMPETIGO Yusuf

k. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Impetigo?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami dan mengerti tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan Impetigo.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kulit?

b. Menjelaskan definisi dari Impetigo?

c. Menyebutkan penyebab dari Impetigo?

d. Menjelaskan tanda dan gejala pasien dengan Impetigo?

e. Menjelaskan klasifikasi dari Impetigo?

f. Menjelaskan patofisiologi dari Impetigo?

g. Menjelaskan komplikasi dari Impetigo?

h. Menjelaskan pemeriksaan penujang pada pasien dengan Impetigo?

i. Menjelaskan prognosis pada klien dengan Impetigo?

j. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan Impetigo?

k. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Impetigo?

3

Page 4: Askep IMPETIGO Yusuf

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasainya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15%

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

kesehatan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada

keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan

hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam

kecoklatan pada genetalia orang dewasa.

Demikian pada kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang

elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan

4

Page 5: Askep IMPETIGO Yusuf

tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada

muka, yang lembut pada leher dan badan, dan berambut kasar terdapat pada kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :

1. Lapisan epidermis atau kutikel.

2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin).

3. Lapisan subkutis (hipodermis).

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis

ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

1. Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan

terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan

lapisan yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak

lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

5

Page 6: Askep IMPETIGO Yusuf

Stratum granulosum (lapisan kerato hialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel

gepeng dengan sitoplasma berbutir-butir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-

butir kasar ini terdiri atas kerato hialin, mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan

ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer

(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang

besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena

banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin

dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum

terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas

protoplasma dan tonofibril atau kreatin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini

membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel

spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel-sel Stratum spinosum mengandung

banyak glikogen.

Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang

tersususn vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperi pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini

mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel

yaitu:

a) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong

dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jaringan antar sel.

b) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel

berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan

mengandung butir pigmen (melanosomes).

2. Lapisan ermiselaumm adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal

daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua

bagian yakni:

a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembulu darh.

b) Pars retikulare, yaitu bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini

6

Page 7: Askep IMPETIGO Yusuf

terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondrotin sulfat, di bagian ini

terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,

membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksipolin dan

hidroksisislin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur

menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Serabut estalin biasanya

bergelombang, berbentuk amorf dan mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti

terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.

Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh

trabukela yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi

sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembulu

darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada

lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3cm, di daerah kelopak mata

dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.

Vaskularisasi di kulit juga di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak

di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak disubkutis (pleksus

profunda). Pleksus yang di dermis dan bagian atas mengadakan anatomis di bagian

dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikulare juga mengadakan anastomisis, di

bagian ini pembulu darah mengalami pembesaran. Bergandengan dengan pembulu

darah terdapat saluran getah bening.

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.

A. Kelenjar Kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :

1. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak

dangkal di dermis dengan sekret encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar,

terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.

Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu masa kehamilan dan

baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral

dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit

dan terbanyak di telapak kaki, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa

faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinegik, faktor panas, dan stres emosional.

7

Page 8: Askep IMPETIGO Yusuf

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola

mamae, pubis, labia minor dan saluran telinga luar. Fungsi apkrin pada manusia

belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada waktu pubertas mulai besar dan

mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan

glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.

2. Kelenjar Minyak (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit

manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar minyak disebut juga

kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari

dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar minyak biasanya terdapat di samping akar

rambut dan muaranya terdapat pada lumen dan akar rambut (folikel rambut).

Sebelum mengandung trigleserida, asam lemak bebas,skualen, wax ester, dan

kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-anak jumlah

kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar da banyak sera mulai

berfungsi aktif.

B. Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.

Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian

yang terbuka diatas dasar kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian

kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatn tumbuh kira-

kira 1mm per minggu.

Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (naik groove). Kulit tipis yang

menutupi kuku dibagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupi

bagian kuku bebas disebut hiponikium.

C. Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian

yang berada diluar kulit (akar rambut). Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang

merupakan rambut halus, tidak mengandun pigmen dan terdapat pada bayi, dan

rambut terminal yaitu rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak

pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa.

8

Page 9: Askep IMPETIGO Yusuf

2.2. Pengertian Impetigo

Impetigo adalah penyakit infeksi piogenik pada kulit yang bersifat superfisial,

bersifat mudah menular yang disebabkan oleh staphilococcus dan/ atau

streptococcus.

Impetigo merupakan pioderma superfisialis terbatas pada

epidermis yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau group

A bête hemolytic Streptococcus (GABHS).

Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas, terbatas

pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus aureus atau bakteri grup

A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil

berisi nanah / pustula (Prof.Adhi Djuanda, 2005).

2.3. Etiologi

Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan grup A Streptococcus B

hemolitikus, contohnya S. pyogenes. Keduanya bisa secara bersamaan ditemukan di

tempat terjadinya lesi. Infeksi primer S. pyogenes dapat menginduksi infeksi oleh S.

aureus. Infeksi sekunder dapat terjadi bila sebelumnya ada penyakit kulit ataupun

perlukaan kulit.

2.4. Tanda dan Gejala

Pada impetigo krustosa khas ditemukan adanya krustosa berwarna kuning,

lembut tetapi tebal dan disebut honey colored. Kulit di sekitar dan di bawah krusta

9

Page 10: Askep IMPETIGO Yusuf

berwarna kemerahan dan basah, biasanya disertai lesi satelit. Walaupun tidak jarang

terlihat, lesi paling dini ditandai vesikel dengan halo eritematus.

Pada impetigo bolusa, ditandai vesikel dini membesar menjadi bula yang

mengempes dan tidak ada terlihat eritem periferal. Blister yang pecah membentuk

krusta tipis berwarna coklat seperti lacquer. Lesi impetigo bulosa agak berbatas tegas

dan kebanyakan kulit terlihat normal. Perjalanan penyakit berjalan cepat mengalami

deskuamasi, kulit berwarna merah terang dan keluhan sistemik jarang ditemukan.

2.5. Klasifikasi

Impetigo terbagi dalam dua bentuk yaitu impetigo bolusa dan impetigo

nonbolusa. memiliki dua bentuk, yaitu impetigo krustosa dan impetigo

bulosa. Impetigo krustosa umumnya disebabkan oleh

Staphylococcus aureus dan jarang disebabkan oleh group A

streptococcus tapi untuk negara berkembang, impetigo krustosa

umumnya disebabkan oleh Streptococcus, sedangkan Impetigo

bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.(Craft N et al,

1695).

2.6. Patofisiologi

Impetigo merupakan penyakit menular dan dapat menyebar ke bagian kulit

pasien yang lain atau ke anggota keluarga yang menyentuh pasien atau memakai

handuk atau sifat yang tercemar oleh eksudat lesi. Meskipun impetigo dijumpai pada

segala usia, namun penyakit ini terutama ditemukan di antara anak-anak yang hidup

dalam kondisi higiene yang buruk. Sering kali impetigo terjadi sekunder akibat

pediculosis capitis (kutu kepala), skabies (penyakit kudis), herpes simpleks, gigitan

serangaga, getah tanaman yang beracun (poison ivy), atau ekzema. Kesehatan yang

buruk, higiene yang buruk, dan malnutrisi dapat menjadi predisposisi terjadinya

impetigo pada orang dewasa. Daerah-daerah tubuh, wajah, tangan, leher dan

ektremitas yang terbuka merupakan bagian yang paling sering tekena.

Impetigo bolusa. Bentuk dari impetigo bolusa merupakan kondisi yang lebih

jarang terjadi dibandingkan dengan nonbolusa. Agen penyebab impetigo bolusa

10

Page 11: Askep IMPETIGO Yusuf

adalah staphylococcus aureus yang menghasilkan eksotosin eksfoliatif ekstraseluler

disebut exfoliatins A dan B. Eksotoksin ini menyebabkan adhesi sel epidermis,

dimana pada giliranya menyebabkan timbulnya suatu bula dan pengelupasan dari

epidermis.

Gambar 4.1 Patofisiologi Impetigo ke masalah keperawatan.

Impetigo non bulosa. Impetigo nonbulosa adalah bentuk yang paling sering

terjadi dari impetigo dan terjadi sekitar 70% pada anak usia dibawah 15 tahun. Agen

penyebab impetigo bulosa adalah staphylococcus aureus untuk 50-60% dari kasus.

Selain itu sekitar 20-45% kasus disebabkan kombinasi staphylococcus aureus dan

staphylococcus pyogenes. Pada negara-negara berkembang, penyebab utama adalah

staphlococcus aureus yang menghasilkan bakteriotoksin. Bakteriotoksin mengisolasi S.

Aureus pada lesi yang menyebabakan akumulasi pus. Jika seseorang melakukan kontak

dengan orang lain (misalnya: rumah tangga angota, teman sekelas, rekan) yang memiliki

infeksi kulit atau pembawa organisme, kulit normal individu akan mengalami invasi

bakteri. Setelah kulit yang sehat terinvasi oleh bakteri piogenik, apabila terjadi suatu

11

Predisiposisi adanya kontak dengan penderita impetigo,

kesehatan yang buruk, higiene yang buruk, dan malnutrisi.

Invasi bakteri piogenik

Makula yang ruptur menjadi krusta

Respon inflamasi lokal Respon inflamasi sistemik

Respon psikologis

Kerusakan saraf perifer

Kerusakan lateragi jaringan

Peningkatan suhu tubuh

Kondisi kerusakan jaringan kulit

Nyeri Hipertermi Gangguan gambaran diri

Page 12: Askep IMPETIGO Yusuf

kondisi trauma ringan, seperti lecet atau gigitan serangga, maka dapat mengakibatkan

pengembangan lesi impetigo dalam waktu 1-2 minggu.

2.7. Komplikasi

1. Post Streptococcus Glomerulonefritis (pada semua umur)

2. Meningitis atau sepsis (pada bayi)

3. Ektima

4. Erysipelas

5. Sellulitis

6. Bakteriemia

7. Osteomyelitis

8. Arthritis septik

9. Pneumonia

10. Limfadenitis.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada

suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang

berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai

berikut:

1. Pewarnaan gram.

Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan kuman

coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.

2. Kultur cairan.

Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus

aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus

beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.

12

Page 13: Askep IMPETIGO Yusuf

3. Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.

b. Pemeriksaan Lain:

1. Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif

lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.

2. Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini

jarang dilakukan.

2.9. Prognosis

a. Umumnya baik.

b. Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan baik,

akan memiliki kesempatan untuyk sembuh tanpa bekas luka atau komplikasi.

c. Insidens infeksi umum dan meningitis lebih tinggi pada neonates.

d. Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 – 10 hari.

e. Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan glomerulonefritis.

f. Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 – 10 hari setelah diterapi, perlu

dilakukan kultur.

2.10. Penatalaksanaan

A. Nonmedikamentosa

a. Membersihkan luka yang lecet atau mengalami pengausan secara perlahan-

lahan. Tidak boleh melakukan gosokan-gosokan pada luka terlalau dalam.

b. Pemberian mupirocin secara topical merupakan perawatan yang cukup

adekuat untuk lesi yang tunggal atau daerah-daerah kecil.

c. Pemberian antibiotik sistemik diindikasikan untuk lesi yang luas atau untuk

impetigo bulosa.

13

Page 14: Askep IMPETIGO Yusuf

d. Pencucian dengan air panas seperti pada Staphylococcal Scalded Skin

Syndrome diindikasikan apabila lesi menunjukkan keterlibatan daerah yang

luas.

e. Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya sikatrik

dan mencegah penyebaran lesi.

f. Kebutuhan akan konsultasi ditentukan dari luasnya daerah yang

terserang/terlibat dan usia pasien. Neonatus dengan impetigo bulosa

memerlukan konsultasi dengan ahli neonatologi.

B. Medikamentosa

Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang dipilih harus

bersifat melindungi dan melawan koagulasi-positif Streptococcus aureus dan

Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS). Kategori obat: antbiotik-

antibiotik jenis topikal kurang potensial dibandingkan dengan antibiotik sistemik,

tetapi pemakaiannya sebagai cadangan untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi yang

kecil atau yang berjumlah sedikit. Kategori obat topikal:

1. Mupirocin salep (Bactroban)-DOC untuk lesi kecil dengan jumlah yang sedikit

tanpa adanya lymphadenopaty. Dosis Dewasa Dioleskan 5 kali sehari pada lesi,

sebelumnya lesi harus dibersihkan. Dosis Pediatri Sama seperti dosis dewasa.

Kontraindikasi Hipersensitivitas. Interaksi Tidak ada laporan. Kehamilan

Biasanya aman tetapi harus lebih dipertimbangkan antara manfaat dengan

risikonya. Peringatan Penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan resistensi. Kategori obat sistemik: terapi harus dapat mencakup

semua jenis kuman patogen sesuai dengan gejala klinisnya.

2. Cephalexin (Keflex) – Sefalosporin generasi pertama yang berkerja menghambat

pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri,

pembunuh bakteri dan efektif melawan pesatnya pertumbuhan organisme yang

membentuk dinding sel. Paling aktif melawan flora kulit; khususnya digunakan

untuk melindungi struktur kulit dan sebagai pencegahan pada penatalaksanaan

minor. DOC untuk kasus-kasus yang melibatkan lesi dalam jumlah besar,

keterlibatan daerah-daerah yang luas atau regio lymphadenopathy. Dosis Dewasa

250 – 500 mg peroral terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 25 – 50 mg/KgBB.

Kontraindikasi Hipersensitif. Interaksi Aminoglikosida meningkatkan potensi 14

Page 15: Askep IMPETIGO Yusuf

nefrotoksik. Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan antara

manfaat dengan risiko. Peringatan Dapat merusak ginjal.

3. Erythromycin (EES, Erythrocin, Ery-Tab) – DOC diberikan untuk pasien yang

alergi terhadap penicillin atau sefalosporin. Mekanisme kerjanya menghambat

sintesis protein dengan cara menstimulasi pemisahan peptidyl t-RNA dari

ribosom, yang menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis Dewasa 250 – 500 mg

per oral terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 30 – 50 mg/KgBB per oral terbagi

dalam 7 dosis. Kontraindikasi Hipersensitif, kelainan hati. Interaksi Dapat

meningkatkan toksisitas dari teopylin, digoksin, karbamazepin dan siklosforin

dapat mempotensi efek anti koagulan dari warfarin, simfastatin meningkatkan

resiko rhabdomyolisis. Kehamilan Biasanya aman, tetapi harus dipertimbangkan

antara manfaat dan risiko. Peringatan Resistensi dapat timbul (kira-kira 30 %

kasus). Hati-hati pada penyakit hati, estolate dapat menyebabkan cholestatik

jaundice, efek yang kurang baik untuk traktus gastrointestinal termasuk mual,

muntah yang biasa terjadi (bila diminum sesudah makan). Hentikan penggunaan

jika terjadi mual, muntah, malaise, kolik abdomen dan demam.

4. Dicloxacillin (Dycill, Dynapen) – merupakan antibiotik pembunuh bakteri yang

bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Digunakan untuk infeksi

yang disebabkan oleh Staphylococcus yang memproduksi penicillinase, dapat

digunakan untuk terapi pada saat diduga adanya infeksi. Sangat efektif, tetapi

toleransi tubuh kurang baik jika dibandingkan dengan cephalexin.

Dosis Dewasa 250 mg terbagi dalam 7 dosis. Dosis Pediatri 20 – 50 mg/KgBB

terbagi dalam 7 dosis. Kontraindikasi Hipersensitif. Interaksi Menurunkan

efektifitas kontrasepsi oral, meningkatkan efek anti koagulan; Probenecid dan

Disulfiram dapat meningkatkan efek obat ini. Kehamilan Biasanya aman, tetapi

harus dipertimbangkan antara manfaat dan risiko. Peringatan Monitor pada

pasien yang menggunakan obat-obat anti-koagulan, toksisitas dapat

meningkatkan kerusakan ginjal.

2.11. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Impetigo

A. Pengkajian

Pada anamnesis biasnya didapatkan keluhan, meliputi hal-hal berikut:

15

Page 16: Askep IMPETIGO Yusuf

1. Pada impetigo nonbulosa, keluhan dimulai dengan adanya pembentukan suatu

makula eritematosa tunggal yang cepat berkembang menjadi vesikel dan pecah,

meninggalkan eksudat kuning dengan adnya erosi diatasnya. Awitan impetigo

bulosa biasanya lebih cepat membesar dan bula yang pecah. Lesi biasanya tanpa

gejala. Terkadang, pasien melaporkan rasa sakit atau gatal. Pasien dengan

impetigo biasnya didapatkan adanya riwayat kontak penderita impetigo lainnya.

2. Pada kedua jenis impetigo didapatkan adanya riwayat kondisi lingkungan hidup

yang penuh sesak, kebersihan yang rendah, atau lingkungan kerja tidak higienis

mendorong kontaminasi patogen yang dapat menyebabkan impetigo.

3. Lesi impetigo biasanya sembuh tanpa jaringan parut. Jika tidak diobati, lesi

impetigo menghilo bolusa sering terjadi secara sepontan setelah beberapa

minggu.

Pada pemeriksaan fisik impetigo bulosa, biasanya didapatkan hal berikut:

1. Impetigo bulosa sering terjadi pada neonatus, tetapi juga terjadi pada anak-anak

yang lebih tua dan orang dewasa.

2. Karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang menjadi sebuah bula kurang

dari 1 cm pada kulit normal, dengan sedikit atau tidak ada kemerahan di daerah

sekitarnya. Awalnya, vesikel berisis cairan bening yang menjadi keruh. (Gambar

4.2).

3. Hampir semua bula pecah. Apabila bula pecah, sering meninggalkan jaringan

parut di pinggiran.

4. Lesi dapat lokal atau tersebar luas. Lesi sering ditemukan di daerah

intertrigianosis seperti lipatan leher, ketiak dan lipatan paha, tetapi dapat juga

ditemukan di wajah atau dimanapun pada tubuh.

5. Pada bayi, lesi yang luas dapat berhubungan dengan gejala sistemik seperti

demam , malaise, kelemahan umum, dan diare.

6. Impetigo bulosa dianggap kurang menular dari impetigo nonbulosa.

16

Page 17: Askep IMPETIGO Yusuf

Gambar Bulosa

Pada pemeriksaan fisik impetigo nonbulosa, biasnya didapatkan hal berikut ini:

1. Kelainan terlihat pertama adalah makula kemerahan atau papul, dengan diameter

2-5 mm.

2. Karakteristik luka adalah vesikel yang mudah pecah dan menjadi papula atau plak

lebih kecil dari 2 cm dengan sedikit atau tidak ada kemerahan sekitarnya.

3. Lesi berkembang di kulit normal atau pada kulit yang telah mengalami suatu

trauma atau pada kulit setelah mengalami penyakit kulit sebelumnya (misalnya:

varisela, dermatitis atopik) dan dapat menyebar dengan cepat.

4. Lesi terletak di sekitar mulut, hidung, dan terkena bagian tubuh (misalnya:

tangan, kaki), telapak tangan dan telapak kaki.

5. Limfadenopati lokal biasanya didapatkan.

6. Jika tidak diobati, lesi menyebar dan secara spontan sembuh setelah beberapa

minggu tanpa jaringan parut.

17

Page 18: Askep IMPETIGO Yusuf

Gambar impetigo nonbulosa

B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1. Nyeri akut b/d respon inflamasi lokal sekunder dari kerusakan saraf perifer

kulit.

2. Hipertermi b/d respon inflamasi sistemik sekunder dari proses supurasi lokal.

3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur kulit, perubahan peran

keluarga.

4. Defisiensi pengetahuan b/d tidak adekuatnya sumber informasi.

Ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.

C. Perencanaan Keperawatan

Tujuan dilakukan intervensi keperawatan adalah menurunkan stimulus nyeri,

penurunan suhu tubuh, peningkatan citra diri, dan pemenuhan informasi. Untuk

intervensi penurunan suhu tubuh dan peningkatan citra diri, intervensi dapat

disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien varisela.

18

Page 19: Askep IMPETIGO Yusuf

Dx : Nyeri b/d respon inflamasi lokal saraf perifer kulit.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang/

hilang.

Kriteria evaluasi:

Secara subjectif px melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala

nyeri 0-1 (0-4).

Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Pasien tidak gelisah.

INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan

pereda nyeri nonfarmakologi dan

noninvasif.

2. Lakukan menejemen nyeri dengan

melakukan perawatan:

Istirahatkan pasien.

Ajarkan teknik relaksasi pernapasan

dalam pada saat nueri muncul.

3. Ajarkan teknik distraksi pada saat

nyeri.

4. Kolaborasi dengan dokter tentang

pemberian analgetik.

1. Pendekatan dengan menggunakan

relaksasi dan nofarmakologi

lainya telah menunjukan

keefektifan dalam mengurangi

nyeri.

2. Isirahat secara fisiologis akan

menurunkan kebutuhan oksigen

yang diperlukan unutuk

memenuhi kebutuhan

metabolisme basal. Meningkatkan

asupan 02 sehingga akan

menurunkan nyeri sekunder dari

iskemia spina.

3. Distraksi (pengalihan perhatian)

dapat menurunkan stimulasi

internal.

4. Analgetik memblok lintasan nyeri

sehingga nyeri akan berkurang.

19

Page 20: Askep IMPETIGO Yusuf

Dx : Defisiensi pengetahuan b/d tidak adekuatnya sumber informasi,

ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.

Tujuan: Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.

Kriteria evaluasi:

Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan

dengan kemungkinan komplikasi.

Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya

komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL

Beritahukan pasien/ orang terdekat

mengenai dosis, aturan, dan efek

pengobatan.

Informasi dibutuhkan untuk

meningkatkan perawatan diri, untuk

menambah kejelasan efektivitas

pengobatan dan pencegahan komplikasi.

Jelaskan tentang pentingnya pengobatan

antibakteri.

Pemberian antibakteri di rumah

dibutuhkan untuk mengurangi invasi

bakteri pada kulit.

Jelaskan cara perawatan kebersihan diri. Menurunkan respon penularan infeksi.

Pasien dan keluarga harus diberitahukan

untuk mandi sekali sehari dengan sabun

bakterisidal. Kebersihan dan praktik

higiene yang baik membantu mencegah

penyebaran lesi dari daerah kulit yang

satu ke daerah lainya dan dari orang satu

ke orang lainya. Setiap orang harus

memiliki handuk dan lap muka sendiri.

Penyakit impetigo merupakan penyakit

menular, oleh karena itu, anak yang

20

Page 21: Askep IMPETIGO Yusuf

terinfeksi penyakit ini harus dijauhkan

dari anak lain sampai lesinya benar-

benar sembuh.

Ajarkan cara menggunakan obat salep. Pemberian salep atau krim yang

dioleskan secara tipis dibagian atas lesi,

beberapa obat yang biasanya diapakai

meliputi:

Gentamisin salep atau krim telah

digunakan di banyak negara

untuk beberapa infeksi gram

positif oleh staphylococcus,

termasuk impetigo dan pioderma

Hidrogen peroksida 1% krim,

telah menunjukan aktivitas

bakterisida. Hal ini dioleskan 2-

3 kali sehari pada daerah yang

terkaena untuk maksimal 3

minggu.

Tetrasiklin salep telah digunakan

untuk impetigo lokal, meskipun

tidak banyak diresepkan karena

potensi risiko reaksi

fotosensitivitas kulit.

21

Page 22: Askep IMPETIGO Yusuf

BAB 3

PENUTUP

3.1. Simpulan

Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi

pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri,

bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit kulit.

Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma. Pioderma merupakan

penyakit yang sering dijumpai, isidensnya menduduki tempat ketiga, dan

berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Manifestasi morfologik penyakit-

penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri

piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Bakteri yang menyerang epidermis dapat

menyebabkan impetigo. Impetigo merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit

bagian atas, terbatas pada epidermis) yang disebabkan oleh bakteri streptokokus

aureus atau bakteri grup A stafilokokus B hemolitikus,menyebabkan terbentuknya

lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).

Impetigo terbagi dalam dua bentuk yaitu impetigo bolusa dan impetigo

nonbolusa. memiliki dua bentuk, yaitu impetigo krustosa dan impetigo

bulosa. Impetigo krustosa umumnya disebabkan oleh

Staphylococcus aureus dan jarang disebabkan oleh group A

streptococcus tapi untuk negara berkembang, impetigo krustosa

umumnya disebabkan oleh Streptococcus, sedangkan Impetigo

bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.(Craft N et al,

1695).

22