identifikasi kualitatif kandungan simplisia

29
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II PERCOBAAN I IDENTIFIKASI KUALITATIF KANDUNGAN SIMPLISIA DISUSUN OLEH : Siti Qomariyah Siti Riska P I Sri Mulyati Suci Rahmi Manik Vanie Saffarina Anjani Vida Apriliani Yunita Noor Utami Niniek Nurfitrianah

Upload: 01tamie

Post on 09-Nov-2015

311 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

farmakognosi

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II

PERCOBAAN I

IDENTIFIKASI KUALITATIF KANDUNGAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH :

Siti Qomariyah

Siti Riska P I

Sri Mulyati

Suci Rahmi Manik

Vanie Saffarina Anjani

Vida Apriliani

Yunita Noor Utami

Niniek Nurfitrianah

AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

2013-2014

PERCOBAAN I

IDENTIFIKASI KUALITATIF KANDUNGAN SIMPLISIA

1. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mengetahui bahwa didalam simplisia banyak terkandung zat-zat kimia yang mungkin berguna dalam pengobatan, serta mengetahui bagaimana cara mengambil (mengekstraksi) zat-zat tersebut, serta cara mengidentifikasi zat-zat tersebut.

2. DASAR TEORI

Simplisia adalah bahan alamiyang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya.

b. Simplisia Hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / oleum iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum).

c. Simplisia Mineral atau Pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng dan serbuk tembaga).

Penggunaan tanaman atau ekstrak tanaman untuk tujuan pengobatan telah berlangsung selama beribu-ribu tahun, dan herbalisme serta obat rakyat, baik yamg kuno maupun modern, merupakan sumber terapi yang banyak gunanya.Beberapa hasil tanaman yang sekarang dipakai, baik sebagai bentuk asli maupun turunannya,mulanya sering dipakai untuk tujuan lain, seperti racun anak panah,sebagai bagian dalam upacara keagamaan atau lainnya,atau bahkan sebagai kosmetik. Contoh bahan demikian misalnya opium, belladona, kulit kina, ergot, kurare, pala, biji kalabar, digitalis dan squila.

Zat-zat tersebut dalam tanaman terikat atau bercampur dengan zat-zat lainnya, untuk memperoleh zat tersebut yang lebih murni maka harus dilakukan ekstraksi. Tergantung sifat kimia atau sifat fisik zat tersebut ( misal kelarutannya ) maka cara mengekstraksi zat tersebut dilakukan dengan zat pelarut yang berbeda pula.

Idealnya untuk analisis digunakan jaringan tumbuhan segar. Beberapa menit setelah dikumpulkan, bahan tumbuhan itu harus dimasukkan ke dalam alkohol mendidih. Kadang-kadang bahan tumbuhan yang akan diteliti tidak tersedia dan hanya ada ditempat yang jauh. Jika terjadi demikian maka jaringan yang diambil segar harus di simpan kering dalam sebuah kantung plastic dan biasanya akan tetap dalam keadaan baik setelah beberapa hari.

Cara lain, tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila hal itu dilakukan maka pengeringan tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi, untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik.Setelah betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama sebelum digunakan untuk analisis. Dan memang demikianlah, analisis flavonoid, alkaloid, kuinon, dan terpenoid telah dilakukan dengan berhasil pada herbarium yang telah disimpan bertahun-tahun.2.1. Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.

Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.

Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya. Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.1. Fungsi Alkaloid

a. Sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).b. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.c. Sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.

d. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan2. Klasifikasi Alkaloidb. Non Heterosiklik AlkaloidIni juga kadang-kadang disebut proto-alkaloid atau amina biologis.Ini jarang ditemukan di alam.Molekul-molekul ini memiliki atom nitrogen yang bukan merupakan bagian dari sistem cincin.

NamaStrukturKegunaan

EphedrineAdrenergik,asma dan demam

ColchicineMeredakan encok

EritromisinAntibiotika

Taxol (paclitaxel)Digunakan dalam pengobatan kanker ovarium, kanker payudara dan non-kecil sel kanker paru-paru

c. Heterosiklik Alkaloid atau Alkaloid Khas

Struktural ini memiliki nitrogen sebagai bagian dari sistem cincin siklik.Ini lebih umum ditemukan di alam. Alkaloid heterosiklik kemudian dibagi lagi menjadi 14 kelompok berdasarkan struktur cincin yang mengandung nitrogen.

HETEROSIKLIKCONTOH

Pyrrolizidine

Tropane (piperidin / N-metil- pyrrolidine)

Quinoline

Isoquinoline

Aporphine (dikurangi isoquinoline / naftalena)

Quinolizidine

Indole atau Benzopyrole

Indolizidine

Imidazole atau glyoxaline

Purin (pirimidin / imidazol)

Steroid (beberapa digabungkan sebagai glikosida) *

Terpenoid *

3. Tanaman Penghasil Alkaloid

Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Contoh tanamannya :

d. Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. e. Kecubung, seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin.f. Buah pare, bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. 2.2 Terpenoid

Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya. Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan terpenoid.

1. Sifat Umum

Sifat Fisika :

g. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap

h. Mempunyai bau yang khas

i. Indeks bias tinggi

j. Kebanyakan optik aktif

k. Kerapatan lebih kecil dari air

l. Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol

2. Sifat Kimiam. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)

n. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.

3. Klasifikasi Terpenoid

o. Monoterpenoid

p. Seskuiterpenoid

q. Diterpenoid

r. Triterpenoid

s. Tetraterpenoid

t. Politerpenoid

2.3 Steroid

Steroidadalahsenyawa organiklemak steroltidak terhidrolisisyang dapat dihasil reaksi penurunan dariterpenaatauskualena. Steroid merupakan kelompoksenyawayang penting dengan struktur dasarsteranajenuh (bahasa Inggris:saturated tetracyclic hydrocarbon: 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atomkarbondan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnyakolesterol,ergosterol,progesteron, danestrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagaihormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atomkarbonyang membentuk tiga cincinsikloheksanadan satu cincinsiklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak padagugus fungsionalyang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahapoksidasitiap-tiap cincin.

Beberapa steroid bersifatanabolik, antara laintestosteron,metandienon,nandrolon dekanoat,4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasiolipoproteindensitas tinggi, yang berguna bagijantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasitumor prostat, kelainankoagulasidan gangguanhati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawatdan timbulnyapayudarapadapria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadiagresif.

Struktur Steroid

1. Sifat Steroid

a. Substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam.

b. Subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok esterogen.

2. Manfaat Steroid

u. Dapat digunakan sebagai obat

v. Secara rinci beberapa manfaat steroid pada tumbuhan adalah sebagai berikut:

* menghambat penuaan daun (senescence) * mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan * menghambat proses gugurnya daun * menghambat pertumbuhan akar tumbuhan * meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan * menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan * merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan * merangsang diferensiasi xylem tumbuhan * menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.

3. ALAT DAN BAHAN

1. Alat alat yang digunakan

a. Mortar dan stamper

b. Tabung reaksi dengan raknya

c. Penjepit tabung reaksi

d. Lempeng tetes / plat tetes

e. Gelas kimia 250ml

f. Lampu spiritus

g. Kaki tiga dan kasa

h. Cawan penguap

i. Neraca

2. Bahan-bahan yang digunakan

w. Daun segar

b. Tapak dara

c. Jambu Biji

d. Aquadest

e. Chloroform

f. Eter

g. Asam asetat anhidrit

h. H2SO4 pekat

i. H2SO4 2 M

j. HCl pekat

k. Larutan FeCl3 l. Pereaksi Mayer

m. Amonia

n. Pasir netral

o. Chloroform-amoniak 0,05 M

p. Metanol

q. Etanol

r. Logam Mg

A. Klasifikasi psidii folium

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Superdivison: Spermatophyta

Divison: Magnoliophyta

Class

: Magnololiopsida

Subclass: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Psidium L

Species: Psidium Guajava L

Nama lain

Sumatera : Glima breueh (Aceh), galiman (Batak), Masiambu (Nias)

Jawa

: Jambu klutuk (sunda), Jambu bigi (Madura)

Nusa Tenggara: Sotong (Bali)

Maluku

: Kayawase, Lutu hatu, Jambu rutung

Inggris

: Guava

Kandungan kimia

Hasil skrining fitokimia, daun jambu biji mengandung metabolit sekunder, terdiri dari tanin, polifenolat, flavonoid, monoterpenoid, siskulterpena alkaloid, kuinon dan saponin (Kurniawati, 2006). Komponen utama dari daun jambu biji adalah tanin yang besarnya mencapai 9-12% (Depkes, 1989).

Khasiat

Antibakteri

Efek samping

Flatulen/kembung, konstipasi, mual, muntah, mulut kering

Morfologi

Daun tunggal bertangkai pendek panjang tangkai daun 0,5-1 cm,helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu, kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik yang tembus cahaya ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang (berpenulang) menyirip warna putih kehijauan.

ETANOL

Pemerian :

Caira tak berwarna , jernih, mudah penguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan :

Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.

Titik didih:

74,8oPenyimpanan :

Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

B. Klasifikasi tanaman tapak dara, yaitu (Plantamor, 2008):

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don

Morfologi Tapak Dara (C. roseus)

Tapak Dara (C. roseus) banyak dipelihara sebagai tanaman hias, tanaman ini sering dibedakan menurut jenis bunganya, yaitu putih dan merah. Tanaman ini merupakan tanaman semak tegak yang daoat mencapai ketinggian batang sampai 100 cm yang biasa tumbuh subur di padang atay di pedesaan beriklim tropis. Ciri-ciri tanaman ini yaitu memiliki batang yang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Bunganya menyerupai terompet dengan permukaan berbulu halus. Tanaman ini juga memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang. Penyebaran tanaman ini melalui biji (Ahira, 2011).

Kandungan Zat dalam Tapak Dara

Berikut merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman tapak dara (Dalimartha, 2007):

x. Vinblasine, ternyata bisa dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit leukemia.

y. Vincristine, disamping dipakai dalam pengobatan leukemia, juga kanker payudara, dan tumor ganas lainnya.

z. Vindesine, dipakai dalam pengobatan leukemia pada anak-anak, dan penderita tumor pigmen.

aa. Vinorelbine, seringkali digunakan sebagai bahan pengobatan untuk mencegah pembelahan kelenjar.

4. CARA KERJA

ab. Uji Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald)

Ambil kira-kira 4 gram sampel segar digerus dengan bantuan pasir netral, kemudian dibasahkan dengan 10 ml chloroform, lalu ditambahkan 10 ml chloroform-amoniak 0,05 M, gerus dan saring kedalam tabung reaksi. Tambahkan 10 ml H2SO4 2 M, kocok perlahan dan biarkan sampai terjadi pemisahan. Lapisan H2SO4 diambil dan dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambah pereaksi Mayer. Timbulnya warna putih seperti kabut menunjukkan adanya alkaloid.

ac. Uji flavonoid (uji sianidin)

Ambil kira-kira 4 gram sampel segar dididihkan denan methanol air (9 :1), disaring dalam keadaan panas, lalu filtratnya dipekatkan sampai volume tinggal sepertiganya, selanjutnya ditambahkan HCl pekat dan logam Mg. Timbulnya warna metal jingga menunjukkan adanya flavonoid.

ad. Uji Steroid, triterpenoid, saponin dan senyawa fenolik

Dengan memakai metode Simes

Ambil kira kira 4 gram sampel segar didihkan dengan 25 ml etanol selama 25 menit, disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas penangas air sampai kering. Sisa penguapan di titrasi dengan eter, bagian yang tidak larut dalam eter dikocok dengan air. Lapisan air ditambahkan beberapa tetes FeCl3 untuk menunjukkan adanya senyawa fenolik. Jika terjadi warna biru hitam atau hijau coklat menunjukkan adanya senyawa fenolik.

Lapisan air dikocok kuat. Jika timbul busa menunjukkan adanya saponin.

Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard.

Zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 tetes H2SO4 pekat. Jika timbul busa menunjukan adanya saponin.

Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 ml CHCl3, tambahkan 10 tetes asam anhidrida asam asetat dan 2 sampai 3 tetes H2SO4 pekat. Jika timbul warna biru sampai hijau menunjukan adanya steroida. Reaksi Liebermann-Burchard spesifik untuk senyawa sterol yang tidak jenuh pada C5-C6.

5. HASIL PENGAMATAN

Daun/UjiAlkaloidFlavonoidSteroidSaponinSenyawa Fenolik

Jambu Biji-+-++

Tapak Dara+---+

6. PEMBAHASAN

Percobaan yang telah dilakukan yaitu kualitatif kandungan pada daun segar yaitu daun jambu biji dan tapak dara. Percobaan dilakukan untuk mengetahui bagai mana cara mengambil (mengekstraksi) zat-zat tersebut, serta cara mengidentifikasi zat-zat tersebut.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Uji Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald) dilakukan dengan cara mengambil kira-kira 4 gram sampel segar digerus dengan bantuan pasir netral, kemudian dibasahkan dengan 10 ml chloroform, lalu ditambahkan 10 ml chloroform-amoniak 0,05 M, gerus dan saring kedalam tabung reaksi. Tambahkan 10 ml H2SO4 2 M, kocok perlahan dan biarkan sampai terjadi pemisahan. Lapisan H2SO4 diambil dan dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu ditambah pereaksi Mayer. Timbulnya warna putih seperti kabut menunjukkan adanya alkaloid. Dari pengujian tersebut timbul warna putih seperti kabut pada daun tapak dara sehingga menunjukan adanya alkaloid. Sedangkan, pada daun jambu biji tidak timbul warna putih sehingga tidak menunjukan alkaloid, karena daun dipetik pada pagi hari sehingga memungkinkan kadar alkaloid terdeteksi.

Uji flavonoid (uji sianidin) dilakukan dengan cara mengambil kira-kira 4 gram sampel segar dididihkan denan methanol air (9 :1), disaring dalam keadaan panas, lalu filtratnya dipekatkan sampai volume tinggal sepertiganya, selanjutnya ditambahkan HCl pekat dan logam Mg. Timbulnya warna metal jingga menunjukkan adanya flavonoid. Dari pengujian tersebut timbul warna metal jingga pada daun jambu biji sehingga menunjukan adanya flavonoid. Sedangkan, pada daun dara tapak tidak timbul warna metal jingga sehingga tidak menunjukan flavonoid.

Uji Steroid, triterpenoid, saponin dan senyawa fenolik Dengan memakai metode Simes dilakukan dengan cara mengambil kira kira 4 gram sampel segar didihkan dengan 25 ml etanol selama 25 menit, disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas penangas air sampai kering. Sisa penguapan di titrasi dengan eter, bagian yang tidak larut dalam eter dikocok dengan air. Lapisan air ditambahkan beberapa tetes FeCl3 untuk menunjukkan adanya senyawa fenolik. Jika terjadi warna biru hitam atau hijau coklat menunjukkan adanya senyawa fenolik.Lapisan air dikocok kuat. Jika timbul busa menunjukkan adanya saponin. Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard. Zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 tetes H2SO4 pekat. Jika timbul busa menunjukan adanya saponin. Fraksi eter dikeringkan dalam plat tetes lalu dilakukan reaksi Liebermann-Burchard zat dilarutkan dalam 2 sampai 3 ml CHCl3, tambahkan 10 tetes asam anhidrida asam asetat dan 2 sampai 3 tetes H2SO4 pekat. Jika timbul warna biru sampai hijau menunjukan adanya steroida. Reaksi Liebermann-Burchard spesifik untuk senyawa sterol yang tidak jenuh pada C5-C6. Dari pengujian tersebut timbul warna biru hitam sampai hijau coklat pada daun jambu biji sehingga menunjukan adanya senyawa fenolik. Sedangkan, pada daun tapak dara tidak timbul warna biru hitam sampai hijau coklat sehingga tidak menunjukan senyawa fenolik.

Pada daun jambu biji timbul busa atau membuih sehingga menujukan adanya saponin, sedangkan pada tapak dara tidak menunjukan adanya saponin. Dari pengujian tersebut timbul warna biru sampai hijau pada daun jambu biji dan daun tapak dara sehingga menunjukan adanya steroida.

7. KESIMPULANBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Didapat hasil sebagai berikut :

1.Uji alkaloid

a. Jambu biji (-) artinya tidak menunjukkan adanya alkaloid

b. Tapak dara (+) artinya menunjukkan adanya alkaloid

2.Uji flavonoid

a. Jambu biji (+) artinya menunjukkan adanya flavonoid

b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya flavonoid

3.Uji steroid

a. Jambu biji (-) artinya tidak menunjukkan adanya steroid

b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya steroid

4.Uji senyawa fenolik

a. Jambu biji (+) artinya menunjukkan adanya senyawa fenolik

b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya senyawa fenolik

5.Uji saponin

a. Jambu biji (+) artinya menunjukkan adanya saponin

b. Tapak dara (-) artinya tidak menunjukkan adanya saponin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Petunjuk praktikum farmakognosi II Akafar Muhammadiyah Cirebon 2013-2014.Cirebon

http://triwidyaedelwis.blogspot.com/2012/03/metabolit-sekunder-terpenoid.html(diakses pada tanggal 9 oktober 2013 di kfc kartini)

http://cttadriyani.blogspot.com/2012/12/alkaloid.htmlhttp://jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=733(diakses pada tanggal 9 oktober 2013 jam 11.56)

http://cttadriyani.blogspot.com/2012/12/alkaloid.html