i1.13.sesi 11. panen dan pengelolaan pascapanen kedelai.pdf

Upload: fauzia-rahmawati

Post on 08-Mar-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI

    BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN

    BABINSA

    PANEN DAN PENGELOLAAN

    PASCAPANEN KEDELAI

    BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN

    SDM PERTANIAN

    PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

  • 2015

    Sesi : PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI

    Tujuan Berlatih :

    Setelah selesai berlatih peserta dapat :

    1, Menjelaskan ciri ciri tanaman kedelai siap di panen

    2. Melaksanakan panen

    3. Menjelaskan tahapan pasca panen

    4. Melaksanakan pascapanen

    Waktu : 4 jam pelajaran @ 45 menit ( teori 1 JP, Praktek 3 JP)

    Mutu dan produksi kedelai sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan

    pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak

    memenuhi syarat mengakibatkan mutu yang rendah dan kehilangan hasil,

    sehingga produksi berkurang. Panen adalah suatu proses akhir dari tindakan

    manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya

    akan terjadi perubahan secara fisiologis (contoh rasa, kandungan bahan kimia)

    dan morphologis (contoh warna, ukuran, bentuk).

    Penanganan Pascapanen adalah tahapan/rangkaian kegiatan yang dilakukan

    pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan

    oleh konsumen dan atau diolalh lebih lanjut oleh industri

    Kegiatan 1. Panen dan Pascapanen kedelai

    Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan praktek panen (menentukan waktu

    panen dan cara panen) dan pascapanen (tahapan pascapanen meliputi

    penjemuran brangkasan, perontokan, pembersihan dan sortasi, penjermuran

    biji, pengepakan, penyimpanan).

    Kegiatan ini berkaitan dengan produksi dan mutu hasil.

    Sebelum melaksanakan kegiatan terlebih dahulu dibentuk kelompok, sejumlah

    3 (tiga) kelompok dengan anggota 10 orang dan setiap kelompok memilih

    ketua kelompok..

  • Langkah kegiatan

    Langkah kegiatan

    Uraian Alat bantu

    1. Panen

    Langkah 1

    1. Ambil lokasi sesuai nomer kelompok (contoh kelompok 2)

    2. Amati lahan pertanaman kedelai

    3. Catat ciri-ciri tanaman kedelai siap panen 1.1. Daun (90-95%) su

    dah menguning ke coklatan lalu gugur

    1.2. Batang sudah kering, warna kuning agak coklat dan gundul.

    1.3. Buah kuning ke coklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua,

    4. Diskusikan hasil pe ngamatan ciri-ciri tanam an kedelai siap dipanen

    Gambar 1 : Ciri- ciri tanaman

    kedelai siap panen

    Langkah 2 1. Tentukan 50 tanaman kedelai/kelompok

    2. Catat jenis dan kondisi alat panen yang diguna kan (arit, alas plastik)

    3. Tentukan 5 tanaman kedelai/orang

    4. Potong dekat pangkal batang tanaman kedelai menggunakan arit dan letakkan pada alas plastik

    Gambar 2. Cara panen

    2. Pascapanen

    Langkah 1 1. Jemur hasil panen (brangkasan) dengan ketinggian 25 cm dan balik agar penjemuran merata.

    2. Catat alas jemur dan kondisi lingkungan (sinar matahari)

    Gambar 3. Pascapanen Tahap 1

    2

  • Penjemuran

    Langkah 2 1. Ikuti kegiatan demon trasi cara tentang : me rontok kedelai dengan power thresher

    2. Perhatikan dan catat biji yang diluar alas, tertinggal di brangkasan.

    Gambar 4. Pascapanen Tahap 2 Perontokan

    Langkah 3 1. Bersihkan biji kedelai dari kotoran

    2. Pilih (sortasi) Keseragaman biji (ukur an, warna, biji pecah)

    Gambar 5.dan 6 Pascapanen Tahap 3 Pembersihan dan sortasi

    Langkah 4 1. Pasang alas jemur biji kedelai

    2. Jemur biji kedelai 3. Catat : alas jemuran,

    sinar matahari, tinggi lapisan biji Penjemuran untuk kon sumsi sampai kadar air (KA) 12 -13 %

    Sedangkan untuk benih KA 9 %

    Gambar 7 Pascapanen Tahap 4 Penjemuran

    Langkah 5 1. Masukkan biji kedelai pada tempat yang telah ditentukan (karung goni, plastik dll)

    2. Catat pada karung Nama pemilik, varietas, tanggal panen pada karung

    Gambar 8 Pascapanen Tahap 5 Pengemasan

  • Langkah 6 1. Siapkan tempat penyim panan dengan memberi alas dari kayu

    2. Simpan karung dengan cara disusun diatas alas yang telah disiapkan

    Gambar 8 Pascapanen Tahap 6 Penyimpanan

  • Kegiatan 2. Refleksi Kegiatan Praktek

    Sasaran kegiatan ini peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek, sehingga

    memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai berikut.

    1. Dskusikan hasil praktek dalam kelompok berkaitan dengan produksi dan

    mutu. Tuangkan pada tabel 1.

    2. Presentasikan hasil diskusi kelompok

    3. Simpulkan hasil presentasi

    Tabel 1. Pengaruh panen dan pascapanen terhadap produksi dan mutu hasil

    No Kegiatan Pengaruh terhadap produksi

    Pengaruh terhadap

    mutu

    Kesimpulan

    I. Panen

    1. Penentuan waktu panen

    2. Melaksanakan panen

    II Pascapanen

    1. Penjemuran brangkasan

    2. Perontokan

    3. Pembersihan dan sortasi

    4. Pengeringan

    5. Pengemasan

    6. Penyimpanan

    Kesimpulan panen dan pasca panen

  • Kegiatan 3. Rencana Aksi

    Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan

    panen dan pascapanen di wilayah masing-masing

    Langkah kegiatan

    Langkah kegiatan

    Uraian Alat bantu

    Langkah ke 1 Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator tentang panen dan psca panen

    Langkah ke 2 Setiap peserta menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen di wilayah masing-masing)

    Tabel 2

    Tabel 2

    Rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen di wilayah masing-masing

    No Kegiatan yang

    akan diperbaiki

    Waktu Tempat Pelaksana Keterangan

    I Panen :

    1. Penentuan

    saat panen

    2. Panen

    II Pascapanen

    1. Penjemuran

    brangkasan

    2

    3.

  • 4

    5

    6

    .........................: 2015

    Penyusun

    ................................................................

  • Lembar Informasi

    Catatan : Apabila saudara memerlukan informasi silahkan baca pada

    1. lembar informasi ini.

    2. Video

    I. PENDAHULUAN

    Untuk mendukung peningkatan produksi kedelai selain dibutuhkan perbaikan

    teknologi prapanen seperti penggunaan benih bermutu dari benih varietas

    unggul, pemeliharaan tanaman dan pengendalian organisme penggangu

    tanaman secara optimal, juga perlu diupayakan penanganan panen dan

    pascapanen yang dapat menekan kehilangan hasil.

    Terdapat berbagai bentuk kehilangan hasil pascapanen. Kehilangan yang

    paling nyata adalah kuantitas, seperti penurunan bobot dan hilangnya produk,

    baik sebagian ataupun seluruhnya, yang disebabkan oleh kerusakan atau

    hilang. Bentuk kehilangan hasil yang sedikit terlihat adalah menurunnya

    kualitas, seperti kerusakan fisik, kehilangan daya tumbuh, dan penurunan nilai

    jual yang disebabkan oleh turunnya harga.

    Kehilangan dapat terjadi di lapangan atau di kebun, di tempat pengeringan,

    tempat perontokan, tempat pengemasan, tempat penyimpanan, dan selama

    pengangkutan. Kehilangan yang lebih besar dapat terjadi karena fasilitas yang

    kurang memadai, pengetahuan yang terbatas, manajemen yang tidak baik,

    atau penanganan oleh petani yang kurang hati-hati.

    Telah banyak ditemukan cara-cara atau teknologi yang dapat diterapkan pada

    berbagai kegiatan panen dan penanganan pascapanen kedelai, mulai dari

    pemanenan hingga diperoleh biji yang siap disimpan, yang dapat memperkecil

    tingkat kehilangan dan menjaga mutu biji. Walaupun demikian, tidak semua

    cara-cara yang dapat menjamin mutu hasil dan rendahnya kehilangan hasil

    tersebut serta merta diterapkan oleh para pelaku utama dan pelaku usaha

    yang bergerak di bisnis kedelai.

    Kedelai tidak hanya memiliki manfaat sebagai pangan fungsional yang bergizi

    tinggi, tetapi juga meningkatkan pendapatan bagi petani di beberapa daerah

    sentra produksi kedelai. Kedelai merupakan produk yang tergolong tidak

    mudah rusak, jika dibandingkan dengan produk hortikultura, akan tetapi

    pemanenan dan penanganan pascapanen tetap harus dilakukan dengan

    sebaik mungkin. Dengan demikian, efisiensi produksi dapat dicapai dengan

  • tetap terjaganya mutu dan rendahnya kehilangan hasil yang pada akhirnya

    akan meningkatkan pendapatan petani kedelai.

    Secara umum bahan ajar ini berisi tentang informasi tentang pemanenan dan

    penanganan pascapanen, yang disusun berdasarkan laporan hasil-hasil

    penelitian yang sudah direkomendasikan sebagai teknologi yang lebih

    menguntungkan.

    II. PANEN KEDELAI

    Pemanenan merupakan kegiatan yang sangat menentukan baik atau

    buruknya hasil serta berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya hasil,

    sehingga akan mempengaruhi pendapatan usahatani secara ekonomi. Hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah umur panen, waktu panen,

    dan cara pemanenan.

    1. Umur Panen

    Kematangan kedelai hingga siap dipanen sangat bergantung pada varietas

    dan ketinggian tempat. Akan tetapi saat pemanenan juga bergantung

    kepada tujuan penggunaan.

    Berdasarkan varietasnya terdapat varietas umur pendek atau genjah yaitu

    kedelai yang sudah dapat mencapai umur panen kurang dari 80 hari,

    kedelai umur sedang yaitu dapat mencapai umur panen pada 80-85 hari,

    dan kedelai umur dalam yang mencapai umur panen lebih dari 86 hari.

    Ketinggian tempat mempengaruhi kematangan fisiologis. Pada daerah

    yang semakin tinggi dari permukaan laut pada umumnya kematangan

    fisiologis tertunda, sedangkan semakin rendah daerahnya akan semakin

    cepat mencapai kematangan fisiologis. Perbedaan umur panen antara

    daerah dataran tinggi dengan daerah dataran rendah sekitar 10-20 hari.

    Tujuan penanaman kedelai menentukan umur panen. Kedelai yang akan

    digunakan untuk bahan konsumsi dipanen pada umur 75-100 hari,

    sedangkan untuk dijadikan benih dipanen pada umur 100 110 hari.

    Dengan adanya berbagai varietas dan tujuan penanaman maka untuk

    mengetahui kedelai siap panen dapat dilihat dari ciri-ciri tanaman, agar

    panen dapat dilakukan pada saat yang tepat.

    Adapun kedelai yang sudah matang secara fisiologis, cirinya adalah

    sebagian besar daun (90-95%) sudah menguning kecoklatan lalu gugur,

  • tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit. Batang-batangnya

    sudah kering, demikian juga buah mulai berubah warna dari hijau menjadi

    kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang

    berwarna kuning agak coklat dan gundul.

    Gambar : Kedelai yang sudah siap dipanen

    Pemanenan kedelai yang terlalu awal yakni stadium belum cukup umurnya

    atau polongnya masih hijau dapat mengakibatkan kuantitas dan kualitas

    produksi menurun. Selain itu, pemanenan yang terlalu awal dapat

    menyebabkan polong mudah busuk, bercendawan, dan berkeriput

    sehingga mutu bijinya kurang baik.

    Jika biji dipergunakan untuk benih akan rendah daya kecambahnya.

    Kehilangan hasil dapat terjadi di kebun dan selama pengangkutan dari

    kebun ke tempat pengumpulan brangkasan. Disamping itu, kehilangan

    hasil dapat terjadi karena tangkai buah lepas dari cabangnya. Sedangkan

    penundaan panen, jika musim hujan, akan menyebabkan banyak biji yang

    membusuk ditumbuhi cendawan.

    2. Cara dan Waktu Panen

    Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi atau sabit

    biasa. Penggunaan sabit bergerigi lebih efisien. Untuk seluas 100 m,

    Pemanenan yang tertunda, pada

    musim kemarau, menyebabkan

    polongnya akan semakin tua, kering,

    pecah, dan biji keluar jatuh sebelum

    panen dan selama panen sehingga

    banyak kehilangan hasil dan

    menurunkan produktivitasnya.

    Biji kedelai berhamburan

  • dengan sabit bergerigi membutuhkan waktu 40 menit, sedangkan sabit

    biasa 60 menit.

    Hasil pemotongan dalam bentuk brangkasan harus segera dikumpulkan

    pada suatu tempat dan dipisahkan menurut tingkat kematangan polong.

    Dari tempat pengumpulan ini, selanjutnya hasil panen diangkut ke tempat

    penjemuran dengan alat bantu karung atau bakul.

    Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan pada pagi hari pada saat cuaca

    cerah, dan kedelai masih agak segar sehingga tidak mudah pecah.

    Pemanenan yang dilakukan pada saat hujan menyebabkan biji dapat rusak

    setelah dilakukan pengumpulan dan penumpukan.

    Sebelum pemanenan unuk memperkirakan hasil panen dilaksanakan

    kegiatan taksasi Hasil (menaksir hasil).

    Menaksir hasil dilakukan dengan teknik ubinan atau sampel. Kegunaan

    ubinan adalah untuk menentukan rata-rata hasil hektar.

    Petak ubinan dibuat dengan cara sebagai berikut:

    2.1. Buat garis diagonal di lahan.

    2.2. Tentukan 3 tempat di tengah-tengah diagonal.

    2.3. Buat tata letak bujursangkar di tempat tadi dengan ukuran 2,5 x 2,5 m.

    2.4. Gunakan tali, ajir, dan meteran untuk menetapkan tanda lokasi ubinan.

    Dari petak ubinan seluas 6,25 m tersebut, misalnya diperoleh hasil biji

    kedelai 1,2 kg. Maka, ditaksir produksinya adalah 1,92 ton per hektar.

    III. PASCAPANEN KEDELAI

    Kegiatan pascapanen kedelai dimulai dari pemanenan, penanganan lanjutan

    (menjemur, merontok dan seterusnya sampai penyimpanan). Penanganan

    Pangkal batang dan akar tanaman

    kedelai tetap ditinggalkan dalam

    tanah karena mengandung rhizobium

    sebagai sumber nitrogen dan

    penyubur tanah. Pemotongan harus

    dilakukan dengan hari-hati karena

    kedelai yang sudah tua mudah

    rontok.

  • pascapanen juga merupakan kegiatan yang sangat penting karena

    penanganan pascapanen yang tidak benar dapat menyebabkan: terjadinya

    susut jumlah hasil, menurunkan mutu hasil panen secara cepat, dan

    menurunkan harga jual dan pendapatan petani.

    Tahapan pascapanen adalah sebagai berikut :

    1. Pengeringan Brangkasan

    Tujuan pengeringan adalah untuk mengeluarkan sebagian air dari biji

    sampai batas aman untuk disimpan atau memudahkan penanganan

    selanjutnya. Penjemuran dilakukan sesegera mungkin. Brangkasan tidak

    boleh ditumpuk sebab dapat menimbulkan panas yang akan berakibat

    kepada menurunnya kualitas biji, terutama biji untuk keperluan benih.

    Tata laksana pengeringan dapat dilakukan sebagai berikut:

    1.1. Penjemuran

    Penjemuran dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    Brangkasan kedelai dihamparkan di atas alas setebal 25 cm,

    atau sedapat mungkin didirikan. Dengan didirikan pengeringan

    dapat lebih merata.

    Lakukan pembalikan brangkasan, terutama jika brangkasan

    dihamparkan.

    Lakukan penjemuran sampai kadar air biji 17% yang ditandai

    dengan polong sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari.

    Penjemuran pada cuaca baik memerlukan waktu sekitar 1-2 jam

    Pengeringan brangkasan kedelai jangan sampai terlambat atau

    tertunda karena dapat menimbulkan kerusakan hasil. Lama

    penundaan pengeringan 2 hari dapat menyebabkan kerusakan

    kedelai hingga 32%, sedangkan penundaan 3, 4, dan 5 hari,

    Penjemuran dilakukan di bawah terik

    matahari dengan cara dihamparkan di

    atas lantai semen atau menggunakan

    alas dari anyaman bambu, tikar atau

    plastik.

  • masing-masing dapat menyebabkan kerusakan hasil kedelai

    sebesar 35%, 48%, dan 48,6%

    1.2. Pengeringan Buatan

    Pengeringan buatan dilakukan pada saat panenan bertepatan

    dengan musim hujan. Hal ini perlu dilakukan karena brangkasan

    yang dipanen harus segera dilakukan agar tidak mengalami

    penurunan kualitas.

    Pengeringan buatan dilakukan dengan mesin pengering dengan

    suhu maksimun 60 C

    Brangkasan diikat ditempatkan secara teratur 14amboo14k

    pengeringan yang terbuat dari 14amboo dengan posisi terbalik.

    Panas yang dihasilkan dari tungku sekam akan mengalir melalui

    pipa udara yang berada di bawak rak karena adanya hembusan dari

    kipas (blower) sehingga menghasilkan udara panas yang langsung

    masuk ke rak-rak 14amboo.

    2. Perontokan Biji

    Perontokkan biji kedelai yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan

    hasil yang tinggi. Perontokan yang dilakukan pada tingkat kadar air masih

    tinggi menyebabkan banyaknya biji yang rusak atau pecah. Sedangkan

    keterlambatan perontokan dapat menyebabkan polong menjadi basah

    kembali sehingga menyulitkan pembijian atau pengupasan.

    Perontokan biji kedelai dari polongnya dapat dilakukan secara tradisional,

    dengan pedal theser, dan dengan mesin.

  • 2.1. Perontokan secara tradisional

    Kadar air biji kedelai untuk dirontokkan secara tradisional

    adalah 12 13 %

    Selanjutnya batang dan kulit polong dipisahkan dari biji- biji dengan

    cara ditampi menggunakan nyiru atau tampah. Biji yang busuk,

    cacat, kerikil dan tanah harus dibuang.

    Kelemahan perontokan secara tradisional adalah, antara lain,

    kehilangan hasil tinggi, mutu fisik biji menjadi rendah, banyak biji

    yang patah dan rusak, tenaga kerja yang digunakan banyak,

    memerlukan waktu yang lama dan biaya tinggi.

    Besarnya kehilangan hasil dengan cara perontokkan tradisional

    dapat mencapai 8 %. Tingkat produktivitas tenaga kerja sekitar 10

    kg biji bersih per jam per orang. Dengan demikian, pada tingkat

    hasil kedelai 1 ton per hektar dibutuhkan tenaga kerja perontok

    sebanyak 20 orang. Dengan cara tradisional, biji utuh yang

    diperoleh dari hasil perontokkan adalah 69,99%.

    2.2. Perontokan dengan Pedal

    Perontok kedelai dengan pedal dapat dilakukan dengan pedal injak

    atau dengan pedal kontinyu. Dengan pedal memberikan hasil lebih

    baik jika dibandingkan secara tradisional, baik ditinjau dari kapasitas

    kerja maupun mutu fisik biji. Kapasitas kerja perontok pedal injak

    adalah 11,6 kg per jam per orang dan perontok pedal kontinyu

    adalah 11 kg per jam per orang. Dengan menggunakan perontok

    pedal injak kehilangan hasil mencapai 16,32% dan biji utuh 80,9

    %. Sedangkan menggunakan pedal kontinyu kehilangan hasil men

    capai 17,14 % dan biji utuh 81,9 %.

    Perontokkan dengan cara tradisional

    dilakukan dengan cara memukul-

    mukul tumpukan brangkasan, dengan

    menggunakan gebuk yang terbuat dari

    kayu atau pelepah kelapa sampai

    batang kedelai dan kulit polong

    hancur.

  • 2.3. Perontokan dengan mesin Power Thresser

    Perontokan dengan mesin dapat mempertahankan mutu kedelai,

    kehilangan hasil lebih rendah, tenaga kerja yang diperlukan sedikit,

    menghemat waktu, hemat biaya, dan dapat meningkatkan

    produktivitas.

    Kapasitas mesin perontok kedelai bervariasi dari yang rendah

    (17,42 kg/jam) sampai dengan yang tinggi (80,40 kg/jam). Dengan

    menggunakan mesin perontokan 80,40 kg/jam/orang akan

    menghasilkan biji utuh 98 % atau biji rusak 2 %, dan persentase

    kotoran 6,5 %.

    Cara penggunaannya adalah sebagai berikut:

    Siram dengan air terlebih dulu brangkasan kedelai yang sudah

    dikeringkan. Tujuannya untuk mencegah biji-biji pada saat

    dirintok tidak pecah.

    Siapkan ember penampung biji kedelai dan letakkan di bawah

    saluran pengeluaran.

    Masukkan brangkasan kedelai dalam corong penampungan.

    Hidupkan mesin, maka kedelai akan terkupan dan biji kedelai

    akan keluar melalui saluran pengeluaran.

    Biji yang diperoleh selanjutnya dibersihkan dengan ditampi atau

    menggunakan kipas (blower). Pembersihan ini dimaksudkan untuk

    memisahkan kotoran yang berupa sisa-sisa kulit polong, batang,

    daun, dan kotoran-kotoran lain yang ringan. Untuk kotoran berupa

    tanah kerikil yang tidak terpisah dari biji harus dibuang.

    3. Pembersihan dan sortasi

    Pembersihan dapat dilakukan dengan manual atau dengan mesin.

    Secara manual dengan ditampi dan pemilihan.

    Perontokan kedelai dengan Power

    Threser dilakukan pada kadar air biji

    14-15% dan dengan kecepatan putar

    silider 600-700 rpm

  • Biji yang terpilih adalah bebas dari kotoran, biji seragam ukuran maupun

    warna biji.

    4. Pengeringan biji

    Pengeringan biji dilaksanakan setelah perontokan dengan menggunakan

    alas seperti plastik

    Pengeringan dilakukan di bawah terik matahari dengan cara sebagai

    berikut:

    4.1. Hamparkan biji kedelai di atas tikar atau plastik

    Atur jarak untuk menghindari percampuran fisik antar jenis biji,

    terutama jika untuk keperluan benih.

    4.2. Lakukan pembalikan secara periodik agar kering merata, dan jika

    suhu melebihi 40 C tutup atau angkat ke gudang untuk

    menghindari kerusakan akibat terlalu panas.

    4.3. Keringkan biji hingga kadar air 10% dan biji dari kotoran lain dan

    terus dikeringkan hingga mencapai kadar 9% untuk mendapatkan

    biji yang baik untuk disimpan.

    5. Pengemasan

    Biji kedelai yang telah kering dengan kadar air dibawah 10 % dapat

    dikemas. Pengemasan dilakukan dengan karung koni, kantong plastik,

    kaleng, karung plastik. Pengemasan biji dapat dilakukan secara sendiri

    dalam satu macam kantong, misalnya hanya menggunakan karung goni

    atau kantong plastik saja. Berdasarkan penelitian, biji kedelai yang

    disimpan pada kadar air 9% lebih baik dibandingkan dengan kadar air

    lebih dari 10%. Pengemasan dengan menggunakan karung goni yang di

    dalamnya dilapisi plastik ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan

    karung goni atau kantong plastik saja. Pengemasan dengan karung goni

    berlapis plastik dapat menekan kerusakan dan mempertahankan kadar air

    awal selama enam bulan penyimpanan dalam suhu kamar.

    Pengeringan dilakukan hingga

    mencapai kadar air 9% jika untuk

    keperluan benih.

    Sedangkan untuk konsumsi 12 - 13 %

  • Pengemasan kedelai dengan karung goni, karung plastik atau kantong

    plastik saja pada umumnya dilakukan jika kedelai segera akan dijual.

    Cara mengemas biji dengan satu kantong atau adalah sebagai berikut:

    biji kedelai dimasukkan ke dalam kantong sebanyak 20-50 kg kemudian

    kantong ditutup dengan sistim rapat udara, dijahit atau diikat kuat.

    Apabila menggunakan kantong rangkap goni dan plastik, caranya adalah:

    biji dimasukkan kantong plastik Polyetilen terlebih dahulu sebanyak 50

    kg, kemudian ditutup dengan sitim rapat udara. Selanjutnya kantong

    plastik yang sudah diisi dimasukkan ke dalam karung goni kemudian

    dijahit rapat.

    6. Penyimpanan

    Dalam penyimpanan biji kedelai beberapa hal yang perlu diperhatikan

    adalah: tempat penyimpanan, suhu, kelembaban, keadaan biji ( kadar air

    dan kebersihan biji ), dan tata cara penyusunan.

    Tempat penyimpanan dapat dilakukan dalam ruangan yang berlantai

    semen. Biji kedelai yang sudah dikemas disimpan di ruangan tersebut

    dengan beralaskan kayu. Hindarkan kemasan biji bersentuhan langsung

    dengan lantai atau dinding untuk mengindari agar tidak mempengaruhi

    kelembaban biji.

    Suhu ruangan yang baik untuk penyimpanan biji kedelai adalah suhu 18-

    20 C dan kelembaban sekitar 55 %. Kondisi suhu dan kelembaban ini

    dapat mempertahankan daya simpan biji kedelai dapat mencapai satu

    tahun lebih dengan daya kecambah di atas 85 %.

    Biji kedelai yang disimpan harus berkadar air di bawah 10 %. Dengan

    kadar air seperti ini biji dapat terhindar dari cendawan dan hama gudang.

    Biji kedelai yang disimpan lama kadar airnya dapat meningkat melebihi

    kadar air awal. Jika kadar air mencapai 14 % biji mudah terserang hama

    bubuk kedelai (Bluchus sp). Hama tersebut berupa kumbang kecil

    Penyimpanan merupakan kegiatan yang

    penting terutama dalam upaya

    mengawetkan dan menjaga mutu hasil.

  • berwarna hitam yang memakan biji kedelai. Oleh karena itu, untuk

    menjaga kadar air dilakukan penjemuran secara periodik tiga bulan sekali,

    sedangkan untuk mengendalikan hama gudang dapat digunakan

    fungisida, pembersihan gudang, dan biji yang rusak segera di gudang.

    IV. PENUTUP

    Dalam melakukan panen kedelai, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

    waktu dan cara panen yang dapat menekan kehilangan hasil di kebun

    maupun selama pengangkutan. Perlu juga diperhatikan penanganan

    pascapanen dengan menerapkan teknologi yang lebih efisien dan lebih

    menjamin mutu hasil dan menekan kehilangan hasil. Dengan demikian,

    panen dan penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat

    memberikan andil dalam peningkatan produksi dan mutu kedelai.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonymous, 2000, Rakitan Teknologi Budidaya Padi, Jagung dan Kedelai, Balai

    Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso.

    Anonimous, 2008. Panduan SL PTT Departemen Pertanian

    Anonimous. 2007. Panduan Umum PTT kedelai Kementerian Pertanian, Badan

    Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Kacang

    kacangan dan umbi umbian

    Anonimous, 2008. Penelitian Padi dan Palawija. Teknologi untuk Petani. Badan

    Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

    Bambang Cahyono. 2007. Kedelai, Tehnik Budidaya dan Analisis Usahatani.

    Semarang: CV Aneka Ilmu.

    Rachman Hidayat, dkk, 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai. Pusat

    Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan

    Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

  • SELAMAT MENIKMATI VIDEO

    PANEN DAN PENGELOLAAN

    PASCAPANEN KEDELAI