makalah pengelolaan pascapanen

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar. Keanekaragaman buah cukup tersedia sepanjang tahun, namun tergantung pada musimnya, misalnya buah mangga tersedia bulan Oktober sampai Desember, buah rambutan dan durian antara Februari sampai April, sehingga apabila ingin mengkonsumsi buah – buahan tertentu harus pada bulan tertentu pula, tidak akan dijumpai di luar musimnya. Kondisi tersebut di atas menyebabkan periode pemanfaatan buah segar sangat dibatasi oleh musimnya. Langkanya ketersediaan buah di luar musimnya disebabkan karena sering terjadi kerusakan pada penanganan pascapanen terutama selama proses pengangkutan dan penyimpanannya. Untuk mengatasi keadaan tersebut beberapa ahli atau peneliti hortikultura telah melakukan penelitian dengan cara merangsang pembuahan di luar musim (Off-season). Untuk beberapa jenis buah cara ini dapat memperpanjang ketersediaan buah selama dua bulan di luar musim, tetapi tetap belum dapat memenuhi permintaan pasar. Kerusakan yang terjadi pada buah yang telah dipanen, disebabkan karena buah yang dianen tersebut

Upload: coza-gurnge

Post on 27-Jan-2016

322 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kfdjkh

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar.

Keanekaragaman buah cukup tersedia sepanjang tahun, namun tergantung

pada musimnya, misalnya buah mangga tersedia bulan Oktober sampai

Desember, buah rambutan dan durian antara Februari sampai April, sehingga

apabila ingin mengkonsumsi buah – buahan tertentu harus pada bulan tertentu

pula, tidak akan dijumpai di luar musimnya. Kondisi tersebut di atas

menyebabkan periode pemanfaatan buah segar sangat dibatasi oleh musimnya.

Langkanya ketersediaan buah di luar musimnya disebabkan karena

sering terjadi kerusakan pada penanganan pascapanen terutama selama proses

pengangkutan dan penyimpanannya. Untuk mengatasi keadaan tersebut

beberapa ahli atau peneliti hortikultura telah melakukan penelitian dengan cara

merangsang pembuahan di luar musim (Off-season). Untuk beberapa jenis

buah cara ini dapat memperpanjang ketersediaan buah selama dua bulan di

luar musim, tetapi tetap belum dapat memenuhi permintaan pasar.

Kerusakan yang terjadi pada buah yang telah dipanen, disebabkan

karena buah yang dianen tersebut masih melakukan proses metabolisme

dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah.

Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena buah

sudah terpisah dari pohonnya, sehingga mempercepat proses hilangnya nilai

gizi buah dan mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan buah

dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar buah yang terjadi melalui

lentisel yang tersebar di permukaaan buah. Perlambatan proses tersebut

tentunya secara teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat

laju perusakan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya penanganan pascapanen pada komoditi buah?

2. Persiapan apa saja yang harus dilakukan setelah pemanenan?

Page 2: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

3. Tahapan apa saja yang dilakukan dalam penanganan pascapanen komodi

buah?

4. Bagaimana teknik dan kondisi penyimpanan beberapa jenis buah yang

baik?

5. Bagaimana teknik pemasakan beberapa buah?

6. Apa saja aspek yang terkait pengepakan pada buah?

C. Tujuan

1. Menjelaskan perlunya penanganan pascapanen pada komoditi panenan

buah.

2. Menjelaskan beberapa kegiatan penanganan pascapanen di lapang yang

baik.

3. Menjelaskan beberapa tahapan dalam penanganan pascapanen buah.

4. Menjelaskan teknik dan kondisi penyimpanan beberapa jenis buah.

5. Menjelaskan teknik pemasakan beberapa buah .

6. Menjelaskan beberapa aspek terkait pengepakan pada buah.

Page 3: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penanganan pascapanen di lapang

Perlindungan terhadap buah segar sejak pemanenan atau di lapang

produksi dan kemudian diteruskan hingga buah siap dikonsumsi dilakukan

supaya buah memiliki kualitas baik. Deteriorasi atau perusakan buah dapat

terjadi karena perlakuan pemangkasan, penjarangan buah, pemupukan,

pengendalian hama-penyakit dan lain sebagainya. Untuk menghindari

penyebab atau menunda permulaan deteriorasi perlu memperhatikan beberapa

tindakan atau kegiatan budidaya tersebut.

1. Panen

Kebanyakan buah-buah segar dipanen secara manual kemudian

dimasukkan ke dalam keranjang penampung sementara, dan kemudian

ditempatkan atau dikumpulkan di suatu tempat dekat lapang penanaman.

Pemanenan dilakukan terhadap buah-buah yang telah menunjukkan

kriteria yang ditetapkan. Penetapan ini sangat terkait dengan tujuan dan

jarak pemasaran. Namun demikian, pemanenan pada kondisi matang

optimal merupakan kondisi terbaik bagi buah-buah agar diperoleh kualitas

buah masak yang maksimal.

2. Wadah panenan dan transportasi

Penempatan komoditi panenan pada wadah sesungguhnya

merupakan tindakan menghindari buah dari kerusakan fisik dan mekanik

maupun menghindari kotoran. Oleh karena itu, pemilihan jenis bahan

wadah sebaiknya didasarkan pada sifat permukaan komoditi bersangkutan.

Permukaan wadah seharusnya bersih dan rata untuk menghindari luka

lecet atau gesekan.

Pengumpulan komoditi panenan sudah pasti terjadi dan sering

menyebabkan kemungkinan kerusakan yang cukup besar. Terlebih-lebih

bilamana panenan dilakukan sekaligus terhadap buah yang ada di lapang

produksi. Penempatan pada wadah selama pengumpulan hasil panen

lainnya merupakan teknik yang baik digunakan untuk mengurangi

Page 4: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

kerusakan. Oleh karena itu, maka penyediaan wadah yang cukup banyak

sangat diperlukan. Persentase kerusakan yang lebih tinggi terjadi pada

komoditi panenan yang dikumpulkan secara menumpuk di pinggir lapang

produksi, dibandingkan dengan bilamana komoditi panenan ditempatkan

dalam wadah tanpa membongkar-muat kembali.

Transportasi sudah pasti diperlukan atau dilakukan terutama bagi

lokasi lapang produksi yang jauh dengan tempat penanganan pertama.

Pengawasan sangat diperlukan pada setiap tahapan penanganan

transportasi di lapangan. Bila hal ini terlaksana dengan baik, akan dapat

meminumkan terjadinya luka-luka fisik pada buah. Berikut adalah

beberapa hal yang dapat dan perlu dilakukan untuk menghindari kerugian

yang lebih besar pada aspek pengangkutan (transportasi),

a. Hingdari menggunakan alat pengangkut yang terlalu jauh antara

tempat panenan ke tempat pengangkutan

b. Pengawasan terhadap alat angkut terhadap penanganan yang kasar

pada saat menaikkan dan menurunkan wadah komoditi panenan

c. Memilih fasilitas jalan yang baik untuk menghindari goncangan keras

d. Mengurangi kecepatan alat pengangkut untuk menghindari besarnya

goncangan

e. Menggunakan teknik yang memberikan kemungkinan terjadinya

goncangan pada wadah yang disusun dalam alat pengangkutan

f. Menjaga kebersihan permukaan wadah.

3. Pengendalian suhu

Pengendalian suhu di lapang meliputi penaungan komoditi dari

terpaan sinar matahari langsung maupun pra-pendinginan. Buah-buah

yang dibiarkan terkena sinar matahari langsung dapat menjadi panas

hingga beberapa derajat di atas suhu yang aman bagi komoditi

bersangkutan. Kenaikan suhu tersebut bergantung pada warna permukaan

buah.

Membiarkan buah-buah terkena sinar matahari langsung akan

berdampak jelek terhadap kualitas buah bahkan akan menyebabkan

Page 5: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

kehilangan hasil yang semakin tinggi. Buah-buah yang telah berada dalam

wadah sebaiknya juga tidak terkena langsung sinar matahari, karena akan

menyebabkan fenomena panas yang jelek di dalam wadah tersebut.

Sebaiknya panas dalam wadah yang telah berisi buah diupayakan konstan

atau stabil.

B. Penanganan Pascapanen

Penanganan buah dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi

dan kemudian pemasaran. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan

buah setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemilihan berdasarkan

mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian, untuk beberapa

komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti

degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating), dan

pendinginan awal (pre-cooling).

1. Sorting

Pemilihan yang efisien sangat tergantung pada penanganan yang

serius dan pengawasan serta pemeliharaan peralatan yang terlibat

digunakan dalam proses pemilihan. Fasilitas lainnya adalah berupa cukup

luasnya ruangan yang digunakan dalam proses pemilihan agar buah-buah

tidak ditumpuk satu sama lainnya. Pemilihan terhadap buah dilakukan

untuk memisahkan buah-buah yang berbeda tingkat kematangan, berbeda

bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun tanda-tanda

lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi

penyakit maupun luka akibat hama. Berikut beberapa persyaratan dalam

pelaksanakan pemilihan buah :

a. Ruangan yang cukup luas

b. Kemampuan mengatur aliran buah

c. Tanggung jawab

d. Kemampuan melihat produk

e. Menghindari luka pada produk (buah)

f. Pengawasan

Page 6: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

2. Grading

Pada tahapan ini, buah-buah dipilah-pilah berdasarkan tingkatan

kualitas pasar (grade). Tingkatan kualitas dimaksud adalah kualitas yang

telah ditetapkan sebagai patokan penilaian ataupun ditetapkan sendiri oleh

produsen. Beberapa factor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu

sebelum produk degrading, meliputi:

• Stadia kematangan saat pemanenan

• Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading

• Metode panen dan

• Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading.

Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari

petani, pedagang besar dan pengecer karena;

• Ukurannya seragam untuk dijual

Kematangan seragam

• Didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak rusak

• Tercapai keuntungan lebih baik karena keseragaman produk, dan

• Menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-

bahan rusak di sisihkan.

3. Packing

Pengepakan buah untuk konsumen sering dilakukan dengan

membungkus buah dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian

dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan

pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun kertas. Buah-buah

dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang diinginkan. Dalam satu

wadah dapat terdiri hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Buah-

buah tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan

berbenturan satu sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang

dapat digunakan dapat berupa kertas karton (dalam berbagai tipe dan

jenis), peti kayu, ataupun plastik.

Page 7: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

4. Degreening

Upaya menghilangkan warna hijau melalui dekomposisi pigmen

dikenal sebagai degreening. Penghilangan warna hijau dengan maksud

membentuk warna tertentu yang dikehendaki karena permintaan

(kesukaan) konsumen. Buah-buah yang biasa diatur warnanya adalah

pisang, mangga, dan jeruk.

Proses degreening dilakukan dalam ruangan khusus yang suhu dan

kelembabannya dikendalikan. Suhu yang diperlukan umumnya 80OC

dengan kelembaban udara berkisar 85% – 92%.Gas etilen (C2H4) pada

konsentrasi rendah di alirkan ke dalam ruangan itu. Waktu yang

diperlukan untuk mengatur warna sangat bergantung pada tingkat

kematangan bahan dan tingkat kandungan klorofil bahan.

5. Coating

Pelapisan dimaksudkan untuk melapisi permukaan buah dengan

bahan yang dapat menekan laju respirasi maupun menekan laju transpirasi

buah selama penyimpanan atau pemasaran. Pelapisan juga bertujuan untuk

menambah perlindungan bagi buah terhadap pengaruh luar. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa

simpan dan menjaga produk segar dari kerusakan seperti pada apel, leci,

mangga, dan tomat.

Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada buah

untuk menambah lapisan lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian,

dan juga untuk menambah kilap buah. Keuntungan lain pelilinan adalah

menutup luka yang ada pada permukaan buah. Pelilinan digunakan untuk

memperpanjang masa segar buah atau memperpanjang daya tahan simpan

buah bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin) tidak tersedia.

Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi buah memiliki respon

yang baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan buah adalah tingkat

ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di

permukaan buah membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan

terlalu tebal akan menyebabkan kebusukan buah,

Page 8: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

Beberapa macam lilin yang digunakan dalam upaya

memperpanjang masa simpan dan kesegaran buah adalah lilin tebu

(sugarcane wax) lilin karnauba (carnauba wax), resin, terpen resin

termoplastik, shellac, lilin lebah madu (bees wax) dan sebagainya. Saat

sekarang lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para

produsen buah adalah lilin dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax.

Salah satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan selain pelapis

lilin adalah khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit

udang-udangan (Crustaceae), kepiting dan rajungan (Crab). Khitosan

mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis buah-buahan

misalnya pada tomat dan leci. Sifat lain khitosan adalah dapat

menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang

dapat mendegradasi khitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi,

sehingga ada kemungkinan dapat digunakan sebagai fungisida. Teknik

aplikasi atau penggunaan lilin pada buah dapat dengan menggunakan

teknik pencelupan buah dalam larutan lilin (dipping), pembusaan

(foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan

(brushing). Tentunya masing-masing teknik cocok untuk masing-masing

jenis buah yang berbeda, artinya jenis buah yang berbeda memerlukan

teknik pelilinan yang berbeda.

6. Pre-cooling

Pre-cooling diartikan sebagai pendinginan awal, yaitu upaya

menghilangkan panas lapang pada buah akibat pemanenan di siang hari.

Seperti diketahui suhu yang tinggi pada buah akan merusak buah selama

penyimpanan sehingga menurunkan kualitas. Makin cepat membuat panas

di lapang, makin baik kemungkinan menjaga kualitas komoditi selama

disimpan. Pre-cooling dimaksudkan untuk memperlambat respirasi,

menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi jumlah air

yang hilang melalui transpirasi, dan memudahkan pemindahan ke dalam

ruang penyimpanan dingin bila sistim ini digunakan. Pra-pendinginan

yang merupakan arti pre-cooling dapat dilakukan dengan berbagai cara,

Page 9: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

namun umumnya dengan prinsip yang sama, yaitu memindahkan dengan

cepat panas dari komoditi ke suatu media pendingin, seperti udara, air atau

es. Waktu yang diperlukan sangat bervariasi, 30 menit atau kurang, tetapi

mungkin pula lebih dari 24 jam.

Perbedaan suhu antara media pendingin (coolant) dengan komoditi

buah harus segera dikurangi agar proses pre-cooling efektif. Penurunan

atau pre cooling dapat dilakukan dengan menggunakan udara dingin pada

teknik Air Cooling, air yang diberikan es batu pada teknik Water/Hydro

Cooling, atau sistim vakum pada teknik Vacuum Cooling.

C. Penyimpanan dan Kondisi Penyimpanan

Didasarkan pada proses metabolisme yang tetap berlangsung pada

buah selama penanganan pascapanen, maka selama penyimpanan

dilakukan pemilihan teknik yang dapat menekan laju metabolisme

tersebut. Sedangkan pada sisi lain, yang dikehendaki oleh konsumen,

adalah bahwa komoditi buah yang dipasarkan harus masih dalam kondisi

segar, sehingga teknik penyimpanan merupakan suatu faktor yang kritis

untuk dipertimbangkan.

Penyimpanan buah yang telah dipak dalam berbagai macam wadah

tentunya menunggu beberapa saat untuk dipasarkan. Bagi buah-buah yang

dipasarkan secara local, mungkin saja tidak diperlukan sistim

penyimpanan yang berfasilitas pendingin namun bagi pemasaran yang

berjarak jauh, maka penyimpanan yang memiliki fasilitas pendingin sangat

diperlukan. Fasilitas pendingin tersebut diperlukan untuk menjamin agar

suhu dalam ruang simpan tetap stabil.

Terdapat anggapan bahwa penyimpanan dingin akan mempercepat

kerusakan setelah buah-buah dikeluarkan dari yempat penyimpanan

bersangkutan. Hal ini tidak benar kecuali tempat atau ruang simpan dingin

kondisinya lewat batas (suhu terlalu rendah, kelembaban terlalu tinggi)

terutama bagi komoditi yang sangat peka terhadap suhu dingin. Di udara

terbuka proses pemasakan dan sekaligus penuaan berjalan cepat dan

Page 10: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

kerusakan segera berlangsung. Pada suhu dingin proses tersebut dihambat

sehingga umur buah lebih panjang.

Bilamana dipilih metode penyimpanan dingin, maka beberapa

teknik penyimpanan dingin untuk buah yang dapat digunakan meliputi 1)

pendinginan ruang (cooling room), 2) pendinginan tekanan udara (forced-

air cooling), 3) pendinginan menggunakan air (hydro cooling), 4)

pendinginan vacuum (vacuum cooling), dan 5) pendinginan menggunakan

es batu (package icing). Umur simpan yang lebih panjang dan aman dari

infeksi penyakit pada buah akan diperoleh bilamana penyimpanan dingin

disertai dengan pengaturan komposisi udara simpan. Proses respirasi yang

mengendalikan pematangan dan penuaan buah dapat lebih dihambat

dengan penyimpanan dingin yang disertai penurunan kadar oksigen

dan/atau peningkatan kadar karbondioksida dalam ruang penyimpanan.

Namun demikian, kondisi penyimpanan seperti kadar oksigen,

karbondioksida dan suhu untuk masing-masing jenis buah berbeda satu

dengan lainnya.

1. Pisang

Kondisi suhu bagi penyimpanan pisang matang (hijau) adalah

15OC. Suhu lebih rendah akan menyebabkan kerusakan dingin. Pisang,

baik yang masih matang (hijau) maupun telah masak sangat peka

terhadap suhu dingin. Oleh karena itu, bilamana sistim penyimpanan

dingin dan dikombinasikan dengan pengaturan komposisi udara ruang

simpan, efek merugikan penyimpanan dingin dapat ditekan. Kondisi

penyimpanan tersebut adalah bersuhu 14OC, kadar CO2 : 2,5% dan

kadar O2 : 5%.

2. Mangga

Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 – 3

minggu bila disimpan pada kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 –

90 persen. Namun demikian beberapa varietas masih dapat bertahan

pada suhu yang lebih rendah yaitu 10OC Di bawah suhu tersebut

merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga.

Page 11: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendali

nampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam

perpanjangan masa simpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali

untuk buah mangga yang aman adalah bersuhu 13OC dengan kadar

CO2 : 5% dan kadar O2 : 5%.

3. Pepaya

Pada kondisi tingkat kematangan 75% yang merupakan

kondisi pemetikan untuk tujuan pasar yang jauh akan baik disimpan

pada suhu terendah 7OC. Buah-buah pepaya pada kondisi

penyimpanan ini dapat bertahan 7 – 21 hari. Untuk mencegah

serangan penyakit, sebaiknya buah pepaya direndam pada air bersuhu

47OC selama 20 menit atau telah dapat menghangatkan daging buah

terdalam. Pada kondisi suhu 13OC, kadar CO2 : 5% dan kadar O2 : 1%,

buah pepaya dapat disimpan hingga 3 minggu.

4. Nanas

Walaupun nanas tidak tahan terhadap suhu dingin, nanas

masih dapat disimpan hingga 2 – 4 minggu. Buah nanas yang setengah

masak (matang maksimal) dapat disimpan hingga 2 minggu pada suhu

7 – 13OC. Sedangkan buah yang dipanen masak sebaiknya disimpan

pada suhu sekitar 7OC dan akan mengalami kerusakan serius bila

disimpan pada suhu di bawah 7OC. Kadar oksigen yang optimum

untuk penyimpanan udara terkendali buah nenas berkisar 2%,

sedangkan kadar CO2 tidak perlu diturunkan maupun dinaikkan dari

kondisi udara normal.

5. Jambu Biji

Umur segar jambu biji dapat mencapai hingga 2 – 3 minggu

bila kondisinya penyimpanan bersuhu 10 – 12OC dan kelembaban

90%. Kondisi paling ekstrim yang masih memberikan pengaruh baik

dari penyimpanan jambu biji ini adalah suhu 7,5OC dengan

kelembaban 85% – 90%.

Page 12: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

6. Apel

Umur simpan apel sangat bervariasi dari yang tersingkat 3

bulan hingga yang terpanjang 8 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh

faktor varietas, daerah produksi, cara budidaya, iklim, tingkat

kematangan, dan cara-cara penanganan serta penyimpanan sangat

mempengaruhi umur simpan. Suhu penyimpanan yang disarankan

untuk tiap varietas adalah keadaan yang paling efektif untuk

menghambat proses pemasakan dan mencegah pertumbuhan mikroba

pembusuk serta menghindari penyimpangan-penyimpangan

penyimpanan dingin. Umumnya berbagai varietas apel mempunyai

suhu optimum penyimpanan sekitar 0OC dengan kelembaban nisbi

90%. Titik beku tertinggi untuk apel adalah minus 2OC, sehingga buah

apel dapat disimpan pada suhu sekitar minus 1 – 0OC atau lebih.

Sebagian besar apel akan mempunyai umur simpan 25 persen lebih

lama jika disimpan pada 30OF (suhu buah). Namun terdapat beberapa

varietas yang peka suhu dingin disarankan disimpan pada suhu 32OF

atau lebih. Bila penyimpanan menggunakan sistim atmosfir terkendali,

disarankan ruang penyimpanan diatur sehingga konsentrasi oksigen

sekitar 2 – 3 persen, karbondioksida 1 – 8 persen dan selebihnya gas

hydrogen. Sedangkan suhunya berkisar 2,2 – 3,3OC.

D. Pemasakan

Proses pemasakan untuk beberapa jenis buah sangat diperlukan

selama penanganan pasca panennya. Tujuan utama perlakuan pemasakan

pada buah adalah agar supaya tingkat kemasakan buah seragam demikian

pula halnya dengan penampilan yang berupa warna dan tekstur buah. Etilen

merangsang proses pemasakan buah. Pengaruh gas etilen ini akan tidak

nampak bilamana buah-buah disimpan pada suhu 0OC, namun bila suhu di

atas 0OC akan memberikan percepatan pemasakan.

Pisang-pisang yang akan dirangsang pemasakannya agar supaya

diperoleh keseragaman dalam tingkat kemasakan saat dipasarkan sebaiknya

disimpan pada kondisi suhu 18 – 23OC dan kelembaban 90 – 95%. Kecepatan

Page 13: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

pemasakan dapat diatur dengan mengatur jumlah etilen yang digunakan

maupun menaikkan suhu. Biasanya, untuk menghindari pembusukan

mikroba, bilamana buah-buah pisang telah mengalami perubahan warna

(warna kuning telah terbentuk), maka kelembaban udara ruang simpan segera

diturunkan. Pemasakan buah mangga memerlukan kondisi suhu sekitar 21 –

24OC dengan penambahan etilen dalam ruang simpan. Pengaturan jumlah

etilen akan memberikan pewarnaan buah mangga yang sangat menarik.

Untuk merangsang proses pemasakan buah pepaya, buah-buah sebaiknya

disimpan pada ruang yang memiliki suhu 21 – 27OC.

E. Pengepakan (Packing)

Tujuan dari pengepakan adalah

1. Melindungi produk dari bantingan, tekanan dan goncangan selama

penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran

2. Memudahkan penanganan, distribusi dan pemasaran produk

3. Memberikan informasi kepada konsumen tentang produk yang ada dalam

kemasan (labeling).

Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kemasan :

1) Sifat produk

Bentuk, ukuran, kepekaan produk terhadap kerusakan mekanis dan

umur simpan produk.

2) Operasi penanganan

a. Jika bentuk penanganan adalah curah, kemasan yang kuat harus

digunakan.

b. Jika produk harus di pra pendinginkan dan disimpan dalam RH tinggi,

maka kemasan yang digunakan adalah kemasan yang tidak menyerap

uap air.

c. Kemasan juga harus menyediakan ventilasi yang cukup untuk

membuang panas yang dihasilkan produk selama pengangkutan dan

penyimpanan, khususnya pada kondisi bukan penyimpanan dingin.

Page 14: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

3) Ketersediaan kemasan

4) Biaya/harga kemasan

5) Harga produk

6) Permintaan pasar.

Jenis kemasan dibedakan menjadi 2 yaitu kemasan fleksibel dan

kemasan nonfleksibel. Kemasan fleksibel biasa digunakan untuk kemasan

dalam dan berfungsi untuk membungkus produk dan tidak melindungi produk

dari tekanan dan tumpukan. Contohnya adalah karung goni, karung plastik,

kantong dari polipropilen, kantong plastik, dan plastik film (LDPE, HDPE,

PVC, strecth film, polipropilen). Kemasan nonfleksibel merupakan kemasan

atau kontainer kaku, biasa digunakan sebagai kemasan luar, dan dapat

melindungi produk dari benturan, tekanan, tumpukan dan penanganan yang

kasar. Contohnya adalah keranjang bamboo, kotak kayu, karton, kotak plastik.

Jenis-jenis kemasan ada beberapa antara lain keranjang bamboo, kotak atau

peti kayu, kotak karton, kotak plastic, dan kotak Styrofoam. Ciri-ciri jenis

kemasan tersebut adalah

1. Keranjang Bambu

a. Ringan

b. Kurang kuat dalam mengatasi tumpukan

c. Permukaan tajam, dapat melukai produk

d. Murah dan banyak tersedia di pasaran

2. Kotak atau peti kayu

a. Lebih kuat tetapi lebih berat dibandingkan dengan keranjang bamboo.

b. Memiliki permukaan yang kasar sehingga dapat melukai dan merusak

produk.

c. Murah dan bayak tersedia di pasaran

3. Kotak Karton

a. Terbuat dari fiberboard

b. Ringan

c. Mempunyai permukaan yang halus, bersih tidak melukai produk

d. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.

Page 15: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

e. umumnya tidak dapat digunakan kembali

f. Tidak dapat ditumpuk terlalu tinggi seperti kotak kayu

g. Relatif Mahal.

4. Kotak Platik

a. Mempunyai permukaan yang halus, bersih, tidak melukai produk

b. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.

c. Dapat digunakan berkali-kali dan mudah dibersihkan

d. Kuat sehingga dapat ditumpuk

e. Relatif Mahal.

5. Kotak Styrofoam

a. Ringan

b. Mempunyai permukaan yang halus, bersih, tidak melukai produk

c. Mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan ukuran.

d. Dapat digunakan berkali-kali dan mudah dibersihkan

e. Cukup Kuat sehingga dapat ditumpuk

f. Agak Mahal

g. Cocok untuk produk sayuran dan pendinginan dg es

Pada buah yang ditujukan untuk para konsumen, pengepakan sering

dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik ataupun bahan lain yang

kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan

pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp, polyethilen maupun kertas.

Kemudian dimasukkan dalam suatu wadah. Dalam satu wadah dapat terdiri

hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Bahan wadah yang digunakan

dapat berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun

plastik. Di antara buah, bila pengepakan dalam satu dos terdiri atas banyak

buah, maka individu buah biasanya dibungkus stirofoam ataupun potongan –

potongan kertas. Tujuannya untuk menghindari gesekan atau tumbukan antar

individu buah.

Faktor penting dalam pengepakan yang perlu diperhatikan adalah

bahwa bahan pembungkus setidaknya memiliki permeabilitas terhadap keluar

Page 16: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

masuknya oksigen dan karbondioksida. Seringkali atmosfir dalam ruang pak

yang menggunakan plastic tercapai kestabilan udara yang cukup terkendali.

Pada kondisi tersebut biasanya kandungan oksigen rendah sedangkan

karbondioksidanya lebih tinggi baik terhadap oksigen maupun udara di luar

pak. Tekanan uap air relatif stabil sehingga menguntungkan untuk

mempertahankan kualitas buah dalam simpanan. Bahan pak (dos) luar yang

akan menampung beberapa dos berukuran kecil sering disebut sebagai Master

Container atau dos luar. Bahan dos tersebut dapat berupa karton maupun

kayu, yang penting memiliki sifat tahan terhadap kerusakan akibat air,

gesekan, tumpukan dan tidak goyah, serta tidak berat.

Page 17: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penanganan buah dilakukan sejak pemanenan di lapang

2. Penempatan komoditi panenan pada wadah merupakan tindakan

menghindari buah dari kerusakan fisik dan mekanik maupun

menghindarkan buah dari kotoran.

3. Suhu tinggi dapat memepengaruhi warna buah

4. Langkah pengelolaan pasca panen meliputi pemilihan (sorting), pemilihan

berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian,

untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan

penanganan seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia,

pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling).

5. Pengepakan sering dilakukan dengan membungkus buah dengan plastik.

Page 18: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Data Produksi Hortikultura. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 27 November 2012

Antarlina, SS., H.Dj.Noor, S. Umar dan I. Noor. 2005. Karakteristik buah pisang lahan rawa lebak Kalimantan Selatan serta upaya perbaikan mutu tepungnya. Jurnal Horti 15(2):140-150.

Baldwin, EA., Burns JK, Kazokas W, Brecht JK, Hagenmaier RD, Bender RJ, Pesis. 1999. Effect of two edible coatings with different permeability characteristics on mango (Mangifera indica L) ripening during storage. Postharvest Biol. Technol. 17 : 215-226.

Baldwin, EA., Nisperos-Carriedo M, Shaw PE, Burns JK. 1995. Effect of coating and prolong storage condition on fresh orange flavor volatiles, degree brix, and ascorbic acid levels. J. Agric. Food. Chem : 43 : 1321-1331.

Kader, A A. 1985. Modified atmospheres and Low-pressure Syestems during Transport and Storage p 58-64. In : A. A. Kader (ed.). Postharvest technology of horticultural crops. Univ. Calif., Oakland, Calif.

Wisnu Broto, Setyadjit, S.Prabawati, dan D.A. Setyabudi. 1993. Studi Rangkaian Penanganan Pascapanen Buah Mangga dalam Rantai Dingin. Jurnal Hortikultura 3(3):26-35.

Page 19: MAKALAH PENGELOLAAN PASCAPANEN

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

HORTIKULTURA

PENGELOLAAN PASCA PANEN

BUAH-BUAHAN

Disusun Oleh :

1. Yhana Awang Nila (h0711112)

2. Yoga Anung Aninidita (h0711113)

AGROTEKNOLOGI D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012