skripsi pengelolaan prapanen, panen dan pascapanen …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGELOLAAN PRAPANEN, PANEN DAN PASCAPANEN
TANAMAN HORENSO (Spinacia Oleraceae Linnaeaus)
DI CHUOH ENGEI Co., L.td, HOKKAIDO, JEPANG
Nur Faizah
11160920000095
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/ 1442 H
PENGELOLAAN PRAPANEN, PANEN DAN PASCAPANEN
TANAMAN HORENSO (Spinacia Oleraceae Linnaeaus)
DI CHUOH ENGEI Co., L.td, HOKKAIDO, JEPANG
Nur Faizah
11160920000095
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/ 1442 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Prapanen, Panen dan Pascapanen Tanaman
Horenso (Spinacia Oleraceae Linnaeaus) di Chuoh Engei Co., L.td, Hokkaido,
Jepang’’ yang ditulis oleh Nur Faizah NIM 11160920000095, telah diuji dan
dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 17 Februari 2021. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I
Junaidi, M.Si
NIP. 196605082014111004
Penguji II
Titik Inayah, M.Si
Pembimbing I
Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si.
NIP. 19620308 198903 2 001
Pembimbing II
Rizki Adi Puspita Sari, MM.
NIP. 19780329 200701 2 015
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud.
NIP. 19690404 200501 2 005
Ketua
Program Studi Agribisnis
Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si.
NIP. 19620308 198903 2 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Februari 2021
Nur Faizah
11160920000095
RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Nur Faizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tinggal : Jakarta, 14 Oktober 1998
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Komplek Atsiri Permai,
Jl. Kenanga VIII Blok G No. 9
RT 15/RW 12, Citayam, Desa
Ragajaya, Kec. Bojonggede, Kab.
Bogor 16922
No. Telp : 085792900381
Email : [email protected]
Riyawat Pendidikan
2004-2005 : SDS Pelita Jati Padang
2005-2010 : SDS Pelita Atsiri Permai
2010-2013 : SMPN 2 Bojonggede
2013-2016 : MAN 1 Bogor
2016-2020 : S1 Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi
2012-2015 : Anggota Pramuka MAN 1 Bogor, Div Kegiatan
Operasional (Giat Op)
2012-2015 : Anggota OSIS MAN 1 Bogor
2016-2020 : Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis
Pengalaman Kerja
Februari-Juli 2019 : Asisten Laboratorium Ilmu Tanaman
Mei-September 2019 : Tutor Bimbingan Belajar Practical Education
Center divisi Depok
September-Oktober 2019 : Praktik Kerja Lapang di PT. Pemalang Agro
Wangi, Cibubur, Jakarta Timur
Maret-Oktober 2020 : Internship di Chuoh Engei, Hokkaido, Jepang
RINGKASAN
Nur Faizah, Pengelolaan Prapanen, Panen dan Pascapanen Tanaman Horenso
(Spinacia Oleraceae Linnaeaus) di Chuoh Engei Co., L.td, Hokkaido, Jepang.
Dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Rizki Adi Puspita Sari.
Kegiatan Magang dilaksanakan di perusahaan salah satunya sebagai
penghasil produk Hortikultura dengan nama Chuoh Engei sejak 3 Maret sampai
dengan 31 Oktober 2020. Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan
pengalaman dan kemampuan dari segi teknis serta kemampuan Manajerial dalam
budidaya pertanian di Jepang serta pengelolaan perusahaan pertanian Jepang yang
dikenal dengan etos kerja yang tinggi secara umum. Secara khusus kegiatan
penelitian ini untuk mempelajari proses pengelolaan prapanen, panen dan pascapanen
dari komoditas Bayam Jepang atau Horenso. Metode yang digunakan adalah metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan secara langsung di lapang dan mengikuti semua lini proses teknis
budidaya tanaman horenso mulai dari penanaman hingga pascapanen. Metode tidak
langsung diperoleh dari data sekunder berupa arsip perusahaan, laporan perusahaan,
dan studi pustaka. Budidaya serta pengelolaan panen dan pascapanen tanaman
horenso di perusahaan Chuoh Engei sudah dilakukan dengan baik. Hal tersebut
ditunjukkan dengan hasil produksi yang optimum dan telah memenuhi standar
perusahaan pada beberapa parameter yang diamati yaitu kondisi lingkungan tumbuh,
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, umur panen, kegiatan produksi panen,
serta standar mutu panen. Distribusi pemasaran tanaman horenso di perusahaan
Chuoh Engei dilakukan melalui organisasi asosiasi petani Jepang yang di arahkan
untuk di distribusikan di pasar kanona dan pasar besar yang memang dijadikan
tempat pengiriman produk dengan wilayah lebih luas dibandingkan pasar kanona.
Kata Kunci : horenso, prapanen, panen, pascapanen, kriteria panen.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena atas
berkat rahmat dan ridho-Nya, Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Prapanen, Panen
dan Pascapanen Bayam Jepang (Spinacia Oleraceae Linnaeaus) di Chuoh Engei,
Co., L.td Hokkaido, Jepang” ini dapat di selesaikan di waktu yang tepat. Shalawat
dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad
Shallallah’Alayhi wa Sallam, semoga kita semua memperoleh syafa’at dari beliau.
Penulis menyadari banyak proses yang harus dilalui dalam perkuliahan
hingga pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu
persyaratan akademis dalam menyelesaikan program studi Strata-1 Agribisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada pembuatannya, penulis
memperoleh banyak bantuan dan doa dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu
pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si. dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM. selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah
memberikan fasilitas dalam setiap pelaksanaan tahapan penyelesaian skripsi
ini serta merangkap sebagai dosen pembimbing I dan II yang telah
membimbing, memberikan arahan, dan saran guna mendukung untuk kemajuan
skripsi saya.
2. Bapak Junaidi, M.Si dan Ibu Titik Inayah, M.Si selaku dosen penguji I dan II
yang telah bersedia memberikan waktunya dalam sidang munaqosah dan
viii
memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam perbaikan penulisan
skripsi ini.
3. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Muhyadi, S.Sos, MM dan Ibu Nur
Fuadaqiah, S.Ag berkat doa, bimbingan, motivasi, dan kasih sayang yang
diberikan sehingga tugas akhir program studi Strata-1 penulis dapat selesai.
4. Kakak-kakak dan Adik-adik tersayang Nurwahidah Choirunnisa, Syuaib
Abdul Halim, BS, M.Phil, Nur Fatimah Zahra, dan Nur Shofwatul Widad
Adzkia yang telah memberikan dukungan moral maupun materil.
5. Mr. Masato Kuwayama selaku pimpinan perusahaan Chuoh Engei serta Mrs.
Reiko Kuwayama, Kotaro Kuwayama, Takuma Kuwayama, Fujikawa
Yoshisada, Nami Kuwayama dan Hiroto Watanabe selaku staf perusahaan
yang senantiasa memberikan dukungan, arahan dan informasi-informasi terkait
kegiatan magang berlangsung.
6. Phan Minh Tu, Fin, Yamashita, Sasaki, Kawazaki, Takasu, Haruka, Satou,
Kirihatta, Noumura, Nita, Chida, Machida, Toyota, Nishioka dan seluruh
rekan kerja di Chuoh Engei yang senantiasa mendukung penulisan laporan,
memberikan warna dan semangat baru, serta mengajarkan arti keluarga baru
yang penuh dengan toleransi.
7. PT. Kibo yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan pada penulis
untuk melakukan magang di Jepang serta selalu memberikan arahan,
dukungan serta informasi terkait kegiatan magang.
ix
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu,
pelajaran serta pengalaman selama penulis menjalani perkuliahan.
9. Ratdin, Iyum, Fia, Alifa, Wulan, Laras, Anggun, Utari, Sisilia, ka Novyatun,
ka Attia, Lifia, Putri, Avifa, Winda, Latifah dan Fitri untuk indahnya
persahabatan dan persaudaraan yang terjalin, serta dukungan motivasi
sebagai tempat bertukar pikiran dari awal perencanaan penelitian hingga
selesai.
10. Teman-teman, kakak-kakak senior Agribisnis UIN Jakarta, khususnya
angkatan 2016 yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan skripsi ini,
Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat serta dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca.
Jakarta, Februari 2021
Penulis
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….… vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Horenso (Spinacia Oleraceae Linnaeaus) ......................................... 4
2.2 Budidaya Horenso ...............................................................................7
2.3 Panen dan Pascapanen Horenso.......................................................... 9
2.4 Rumah Kaca ............................... ....................................................... 10
BAB III METODE ................................................................................................ 12
3.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................... 12
3.2 Metode Pelaksanaan ........................................................................... 12
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data .................................................. 14
3.4 Metode Pengolahan Data ....................................................................16
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................ 17
4.1 Sejarah Perusahaan Chuoh Engei ....................................................... 17
4.2 Letak Geografis dan Wilayah Administratif ...................................... 19
4.3 Keadaan Iklim dan Tanah ...................................................................20
4.4 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ....................................................... 23
xi
4.5 Keadaan Tanaman Produksi .............................................................. 25
4.6 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30
5.1 Pengelolaan Prapanen Tanaman Horenso di Chuoh Engei ................. 30
5.2 Pengelolaan Panen Tanaman Horenso di Chuoh Engei....................... 43
5.3 Pengelolaan Pascapanen Tanaman Horenso di Chuoh Engei............ 46
5.4 Aspek Manajerial................................................................................. 51
BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 55
6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 55
6.2 Saran .................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57
LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 61
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan Nutrisi Tanaman Horenso …….…………………...……… 6
2. Rata-rata Kondisi Lingkungan Rumah Kaca Periode Pertumbuhan Mei-
Oktober 2019………..………………………………………………...… 41
3. Pertumbuhan Fase Vegetatif Horenso Periode Pertumbuhan Mei Hingga
Oktober 2020……………………………………………………………. 42
4. Kriteria Sortasi Horenso Perusahaan Chuoh Engei…………………….. 47
5. Penjualan Horenso Pada Bulan Juni Hingga Oktober di Chuoh Engei
Tahun 2020 ……………………………………………………………… 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tanaman Horenso Setelah Panen.……………………………………… 4
2. Kantor Utama Chuoh Engei Tampak Depan…………………………… 17
3. Peta Lokasi Perusahaan Chuoh Engei, Hokkaido, Jepang …………….. 19
4. Rata-rata Suhu Bulanan Tahun 2019-2020 Kota Eniwa………….…….. 21
5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2019-2020 Kota Eniwa………... 22
6. Tata Letak Areal dan Guna Lahan Perusahaan………………………….. 23
7. Tampak Atas Rumah Kaca Kecil (A) dan Rumah Kaca Besar (B) …….. 24
8. Struktur Staf Perusahaan Chuoh Engei …………………………………. 26
9. Mesin Tractor Rotary Untuk Pengolahan Tanah ……………………….. 31
10. Pestisida (a) dan Benih Horenso (b)……………………………………. 32
11. a. Alat Penanaman Manual Horenso
b. Tampak Lahan yang Sudah ditanami Benih Horenso………………... 34
12. Alat Proses Penyiraman Tanaman (a. Mesin pompa air tanah untuk
mengalirkan air pada setiap pipa; b. Alat sprinkler sebagai irigasi curah;
c. Alat pengatur waktu pada air yang terhubung; d. Pipa dan selang
pembuangan air yang tersisa dari penyiraman……………………….….. 36
13. Tanaman Horenso Terdapat Hama (a) dan Horenso yang Sehat (b) ……. 39
14. Kegiatan Pemanenan Horenso di Rumah Kaca………………………….. 45
15. Kegiatan Penimbangan dan Pengemasan………………………………… 49
16. Kegiatan Pembersihan Lahan Rumah Kaca ……………………………... 50
17. Tampak Depan Pasar Kanona dan Kegiatan didalam Pasar …………...… 54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tampak Depan Papan Nama Perusahaan Chuoh Engei……………….. 61
2. Data Iklim Kota Eniwa, Jepang (1981-2010)…………………………… 62
3. Pembagian Lahan Terbuka dan Lahan Pada Rumah Kaca …………….. 63
4. Jadwal Penanaman, Pemeliharaan dan Panen Horenso ………………… 64
5. Sarana dan Prasarana di Perusahaan Chuoh Engei ……………………... 65
6. Data Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif Horenso Sebelum diolah……. 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Horenso (Spinacia Oleraceae Linnaeaus) merupakan salah satu komoditas
hortikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi. Jepang merupakan negara dengan
sistem pertanian yang maju dengan segala teknologi yang mumpuni sehingga
memudahkan petani untuk terus menghasilkan produk yang dibutuhkan. Sistem
penanaman horenso di Jepang, sebagian besar dibudidayakan dalam rumah kaca.
Budidaya di rumah kaca dapat menjaga produksi dan kualitas produk secara konsisten
dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain itu, budidaya rumah kaca memiliki
teknologi yang memungkinkan petani untuk mengatur kondisi iklim seperti suhu,
kelembapan, cahaya dan angin sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga tanaman
dapat berproduksi secara optimum (Lin dan Saltveit, 2012:57-68).
Tanaman horenso di Jepang menjadi salah satu komoditas yang dinilai
sangat prospektif karena harganya yang tinggi dengan usia panen yang singkat dan
teknik budidaya yang relatif mudah. Horenso diminati oleh konsumen selain rasanya
enak, lunak dan dapat melancarkan pencernaan juga diperkuat dengan gaya hidup
masyarakat Jepang yang menjaga asupan makanan dengan mengedepankan kesehatan
untuk mendapatkan gizi yang lengkap. Menurut data dari Organization for Economic
and Development tahun 2009 hanya 3,3% masyarakat Jepang tergolong mengalami
obesitas dan jika dibandingkan dengan negara lain angka obesitas dapat mencapai
30%. Salah satu manfaat tanaman berdaun hijau ini untuk kesehatan tubuh manusia
2
karena mengandung banyak mineral dan vitamin yang tinggi seperti
askorbat, β-karoten, luiten, flavonoid, magnesium, folat, zat besi, kalium dan asam
lemak tak jenuh yang berguna untuk menyediakan antioksidan untuk daya tahan
tubuh (Mehta dan Belemkar, 2014:83-93). Sebuah penelitian juga menunjukkan
bahwa sayuran berdaun hijau, seperti bayam menurunkan bahaya diabetes di
kalangan perempuan (Bazzano et al, 2008: 1311-1317). Banyaknya manfaat serta
kaya akan zat gizi yang terkandung, membuat horenso diminati oleh konsumen
sehingga perlu diseimbangi dengan hasil produktivitas dari kegiatan prapanen,
pengelolaan panen dan pascapanen yang baik.
Presentase kehilangan hasil pada proses panen dan pascapanen sayuran produk
segar mencapai 40%-50% (Ditjen, 2013). Hal ini menjadi penting karena dapat
mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Kehilangan hasil ini pada umumnya
disebabkan oleh jaringan tanaman yang mengalami kematangan sehingga dapat
menurunkan kadar air, kerusakan mekanis, penguapan, berkembangnya mikroba dan
sesitivitas terhadap etilen (BBPP, 2015). Kehilangan hasil pada proses budidaya
tanaman dapat diatasi salah satunya dengan perencanaan panen dan pengelolaan
pascapanen yang dilakukan berupa teknik pengemasan yang sesuai. Kemasan yang
sesuai berguna untuk menjaga produk tetap dalam kualitas yang baik selama
transportasi hingga sampai ke tangan konsumen. Kemasan juga dapat meningkatkan
nilai tambah produk serta menjadi pembeda dengan produk saingan dari perusahaan
lain.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan prapanen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh Engei?
2. Bagaimana pengelolaan panen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh Engei?
3. Bagaimana pengelolaan pascapanen Tanaman horenso pada perusahaan Chuoh
Engei?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tahapan prapanen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh Engei.
2. Mengetahui pengelolaan panen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh Engei.
3. Mengetahui pengelolaan pascapanen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh
Engei.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Horenso (Spinacia Oleraceae Linnaeaus)
Horenso atau bayam jepang (Spinacia Oleraceae Linnaeaus) adalah sayuran
yang dimakan daunya dari jenis genus Spinacia dan termasuk dalam jenis sayuran
dataran tinggi dengan umur panen yang singkat, yaitu 30-35 hari setelah tanam.
Klasifikasi tanaman Horenso yaitu berasal dari dunia Plantae, Divisi Magnoliophyta,
Class Magnoliopsida, Ordo Caryophyttales, Family Amaranthaceae, Genus Spinacia
serta Species C.oleracea L (Wikipedia, 2007). Spinasi di kelompokkan sebagai
tanaman berumah dua yang tidak sepenuhnya benar, karena terdapat variasi tipe
kelamin. Tipe tanaman terdiri atas jantan, betina, atau sekaligus jantan betina, tingkat
keberumah-satuan (monociousness) dipengaruhi secara genetik dan lingkungan.
Bunga hermaprodit atau berkelamin ganda terkadang juga terlihat (Decoteu, 2000).
Perkecambahan benih horenso optimum berlangsung lebih baik pada suhu rendah
dari pada suhu tinggi, pertumbuhan benih yang dikehendaki adalah pada suhu 20oC
(Leafforlife, 2005).
Gambar 1. Tanaman Horenso Setelah Panen
5
Sistem perakaran spinasi terdiri atas banyak akar serabut lateral dangkal,
berkembang menjadi akar tunggang gemuk yang memiliki beberapa akar lateral
besar. Kemudian setelah fase kecambah, tanaman mencapai pola pertumbuhan roset
dengan banyak daun berdaging yang melekat pada batang pendek. Bentuk lembar
daun berkisar dari bulat telur atau mendekati segitiga panjang dan bentuk kepala
panah sempit dan berbentuk primitif. Sembir daun rata atau bergelombang dan
permukaan daun rata, agak keriput, hingga sangat keriput. Tangkai daun biasanya
sama panjang dengan lebar daun, dan sering menjadi berongga ketika daun telah
berkembang penuh. Pola pertumbuhan daun beragam dimulai dari merayap hingga
tegak, sebagian dipengaruhi oleh jarak tanam, kemiringan dan kerapatan pada
penanaman. (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya
horenso yang sudah tinggi karena dapat merobohkan tanaman. Tanaman horenso
cocok ditanam di dataran tinggi sebagai syarat pertumbuhannya dengan curah hujan
bisa mencapai lebih dari 1.500 mm/tahun. Tanaman horenso reaktif dengan
ketersediaan air di dalam tanah sehingga membutuhkan air yang cukup untuk
pertumbuhannnya. Tanaman horenso yang kekurangan air akan terlihat layu dan
terganggu pertumbuhannya serta karena perakaranya dangkal, tanaman ini dapat
dengan mudah tercekam akibat kelembapan yang tidak mencukupi. Tanah yang
tergenang air juga membawa pengaruh buruk pada tanaman (Decoteu, 2000) karena
jika kadar air terlalu banyak akan mengakibatkan tumbuhnya jamur dan hama
meningkat. Penanaman horenso di Jepang mempunyai produktivitas yang tinggi yaitu
6
pada musim gugur bulan September-November karena suhu yang sejuk dan cocok
untuk pertumbuhan horenso. Kandungan gizi per 100 gram bayam jepang dan bayam
lokal secara rinci terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi Bayam Jepang dan Bayam Lokal per 100 gram
Kandungan Gizi Jumlah
Bayam Jepang (Horenso) Bayam Lokal
Kalori (kcal) 23,00 36,00
Lemak Jenuh (g) 0,10 1,50
Lemak tak jenuh ganda (g) 0,20 2,80
Lemak tak jenuh tunggal (g) 0,00 1,70
Kolesterol (mg) 0,00 0,00
Natrium (mg) 79,00 4,00
Kalium (mg) 558,00 508,00
Karbohidrat (g) 3,60 65,00
Serat pangan (g) 2,20 7,00
Gula (g) 0,40 1,70
Protein (g) 2,90 14,00
Vitamin A (IU) 9377,00 6090,00
Kalsium (mg) 99,00 159,00
Vitamin D (IU) 0,00 0,00
Vitamin B12 (µg) 0,00 0,00
Vitamin C (mg) 28,10 4,20
Zat besi (mg) 2,70 7,60
Vitamin B6 (mg) 0,20 0,60
Magnesium (mg) 79,00 248,00
Sumber: Fatimah (2009) dan Suwardi (2011)
Tabel 1 menjelaskan bahwa kedua jenis bayam sama-sama mengandung gizi yang
cukup tinggi. Namun bayam jepang mengandung kalori, jumlah lemak, dan gula yang
dimiliki jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayam lokal. Hal ini sangat baik
untuk mengurangi resiko terkena diabetes bahkan bagi penderita diabetes sebagai
salah satu sayuran yang dapat di konsumsi. Selain itu, kandungan gizi tertinggi yang
7
juga terdapat pada bayam jepang yaitu natrium (79 mg), kalium (558 mg), vitamin A
(6715 UI), dan vitamin C (28,1 mg). Menurut Eka Febrianty (2016) kandungan gizi
dalam horenso yang tinggi sangat baik bagi tubuh terutama bagi balita dan anak-anak
dalam masa pertumbuhan.
2.2 Budidaya Horenso
Budidaya Horenso (Spinachia Oleracea L) dapat dilakukan didalam ladang
terbuka dan rumah kaca. Menurut (Decoteu, 2000) Wilayah dataran tinggi merupakan
wilayah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman horenso dengan ketinggian tempat
yang baik yaitu ± 2000 mdpl. Teknik budidaya horenso menurut Susila (2006)
mempunyai beberapa tahap, kegiatan pertama yang dilakukan sebelum penanaman
adalah pengolahan tanah dan pemberian pupuk dasar. Pengolahan tanah untuk semua
jenis bayam hampir sama yaitu mengolah tanah dengan kedalaman efektif 25 cm.
Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Penanaman
benih ada yang langsung ditabur di lahan tanam dan ada juga yang disemaikan
terlebih dahulu selama tujuh hari untuk siap ditanam dilahan, penyemaian tanaman
horenso dirasa penting karena ukuran biji bayam yang kecil dan rentan jika ditanam
langsung di lahan. Penggunaan bibit horenso, petani komersial telah bereksperimen
dengan pembibitan untuk jarak tanam 5cm- 1-1,5 cm. 2 sampai 5 horenso ditanam di
lahan bedeng yang memiliki lebar 50-100 cm dapat membuat tanaman lebih sehat dan
mendapatkan pertumbuhan yang optimal (Respondek dan Zvalo, 2008). Tanaman
horenso termasuk peka terhadap pH tanah, jika pH tanah diatas 7 biasanya
8
pertumbuhan daun-daun muda pucuk akan memucat putih kekuning-kuningan
mengalami klorosis. Sebaliknya pada pH dibawah 6 asam, pertumbuhan horenso akan
merana akibat kekurangan beberapa unsur sehingga pH tanah yang cocok adalah
antara 6-7.
Pemeliharaan tanaman horenso dilakukan pada bedengan dengan pencahayaan
sinar matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesis dan pembentukan
daun. Aspek penting dalam pemeliharaan tanaman yaitu penyiangan, penggemburan,
dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dan pengemburan dilakukan 2 MST
dan selanjutnya dua minggu sekali, menurut Setiawan (2000) mengatakan bahwa
dosis pupuk kandang dalam tanaman semusim seperti palawija, sayuran, buah-buahan
sebagai pupuk dasar untuk budidaya organik sekitar 10 ton ha-1. Pemupukan dengan
nitrogen umumnya meningkatkan produksi spinasi yang ditanam selama musim
dingin karena rendahnya nitrifikasi pada suhu tanah yang rendah. Spinasi biasanya
dipupuk dengan baik untuk meningkatkan kerimbunanya, dan untuk mmenuhi
kebutuhan pertumbuhan yang sangat cepat, yang terjadi dalam waktu yang singkat
sebelum panen. Sekitar dua pertiga biomassa dihasilkan selama sepertiga terakhir
periode pertumbuhanya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, penjadwalan pemupukan
yang tepat sangat diperlukan (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
Pemanenan dilakukan ketika tanaman telah mencapai ukuran yang layak
dipasarkan. Pemanenan dapat dilakukan paling cepat 35-50 HST. Sebagian besar
tanaman yang layak panen yaitu tanaman yang sudah memiliki 5-8 daun yang telah
tumbuh sempurna. Tanaman yang dijual segar umumnya dicabut dengan tangan atau
9
dipotong dibawah pangkal batang. Beberapa tanaman utuh dibersihkan dari daun tua
dan diikat menjadi satu ikatan dan dikemas, namun tidak semua horenso yang
dipanen dijual dalam bentuk ikatan. Untuk meminimalkan kerusakan daun horenso
saat panen, sebaiknya pada sore hari supaya kesegaran tanaman tidak berkurang saat
dijual (Rubatzky dan Yamaguchi,1998).
2.3 Panen dan Pascapanen Horenso
Horenso merupakan komoditas hortikultura yang mudah rusak dan harus
dipasarkan dalam keadaan segar, oleh karena itu diperlukan penanganan panen yang
tepat. Pemanenan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memetik hasil pada tingkat
kematangan yang tepat dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang sedikit serta
dilakukan secepat mungkin (Syadah, 2012). Waktu pemetikan atau pemanenan yang
tepat adalah pagi hari sebelum matahari bersinar atau sore hari setelah matahari
terbenam (Reid dan Jiang, 2012). Dalam pelaksanaan penanganan panen yang baik
dapat menekan kerusakan yang dapat terjadi, sehingga kriteria panen perlu
diperhatikan, kriteria panen menurut Mutiarawati (2007) menentukan waktu panen
yang tepat, waktu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai
dapat dilakukan berbagai cara yaitu secara visual yaitu melihat dari warna, ukuran
dan bentuk, kemudian cara fisik dan cara komputasi dengan menghitung umur
tanaman sejak tanam serta yang terakhir cara kimia yaitu melakukan pengukuran
kandungan zat atau sneyawa yang ada dalam komoditas seperti kadar gula yang
terkandung.
10
Pemanenan Horenso ini dilakukan dengan memotong pangkal batang hingga
ujung daun telah mencapai 26-28 cm. Ketika tanaman sudah dipotong dari akar,
kegiatan sortasi dan pengemasan harus dilakukan dengan segera agar meminimalisir
daun yang layu, terlebih kegiatan dilakukan dalam rumah kaca yang sedikit
memberikan suhu panas. Ketepatan manajemen panen seperti kriteria panen dan tata
cara panen dapat berbeda untuk setiap kebijakan perusahaan. Penggunaan alat-alat
untuk kegiatan panen dan pascapanen dapat meningkatkan efisiensi produksi seperti
penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit apabila menggunakan teknologi yang
baik. Tujuan dari penanganan pascapanen menurut Nyanjage et. al, (2005) adalah
untuk menyalurkan produk kepada konsumen dengan kualitas yang terjaga. Produsen
diharapkan dapat menjaga kualitas produk seperti warna daun, kesegaran, dan bentuk
sesuai kriteria perusahaan sebagai komponen kualitas dalam penanganan dan
pengemasan produk agar mencegah susut bobot, memperlambat perubahan kimiawi
yang tidak diinginkan, mencegah kontaminasi bahan asing dan mencegah kerusakan
fisik.
2.4 Rumah Kaca
Rumah kaca (Greenhouse) merupakan bangunan dengan struktur tertutup
untuk melindungi tanaman dari lingkungan yang kurang menguntungkan untuk
berproduksi. Rumah kaca mengumpulkan energi radiasi matahari yang akan
meningkatkan suhu dibagian interior. Pemilihan tipe rumah kaca disesuaikan dengan
sistem penanaman dan kondisi iklim seperti intensitas dan durasi cahaya, suhu, angin
11
dan cuaca extreme (Jones, 2007). Kegiatan budidaya dalam rumah kaca
meminimalkan resiko tanaman terserang penyakit karena lingkungan dalam rumah
kaca terlindung dari lingkungan luar. Budidaya menggunakan rumah kaca sangat
cocok digunakan karena Jepang memiliki empat musim salah satunya dengan kondisi
iklim yang dingin dan kondisi angin yang dapat menyebabkan rusaknya tanaman,
sehingga petani di Jepang mayoritas menggunakan rumah kaca dalam membudidaya
tanaman umumnya dan khususnya produk hortikultura.
Terdapat lima faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yaitu cahaya, suhu, udara, air dan nutrisi. Struktur rumah kaca dapat
mengendalikan kebutuhan cahaya, suhu dan pergerakan udara sementara itu sistem
produksi mengendalikan kebutuhan air dan nutrisi. Rumah kaca modern memiliki
teknologi pengendalian lingkungan secara otomatis (Lin dan Saltveit, 2012).
Penggunaan rumah kaca sebagai rumah tanaman akan berpengaruh terhadap iklim
mikro yang berbeda dengan lingkungan luar. Hal ini disebabkan terbatasnya
pertukaran udara dengan lingkungan luar dibandingkan dengan udara tanpa penutup,
sehingga mempengaruhi keseimbangan massa dan energi di dalam rumah kaca dan
terjadinya perubahan radiasi gelombang pendek menjadi radiasi gelombang panjang
oleh penutup rumah kaca yang menyebabkan kenaikan suhu udara di dalam rumah
kaca. Bentuk rumah kaca yang ideal untuk memaksimumkan transmisivitas radiasi
matahari adalah rounded, tetapi bentuk ini memiliki kekurangan dalam ukuran dan
penanaman yang menjadi terbatas karena relatif lebih pendek dibandingkan rumah
kaca pada tipe lain.
BAB III
METODE
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian dan magang dilaksanakan di Perusahaan Chuoh Engei Co,
Ltd yang berlokasi di 164 Chuoh, Eniwa-shi, Hokkaido, Jepang. Pelaksanaan
kegiatan magang dilaksanakan dalam kurun waktu delapan bulan, terhitung sejak
tanggal 6 Maret hingga 31 Oktober 2020. Kegiatan dilakukan dengan sistem enam
hari kerja, setiap harinya sembilan jam kerja yang dimulai pukul 08:00 hingga 17:00.
Waktu jam istirahat pagi 15 menit, siang 60 menit, dan sore 15 menit, dan dapat
berubah disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan kegiatan yang sedang
berlangsung.
3.2 Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan meliputi serangkaian kegiatan teknis produksi budidaya
horenso hingga penanganan hasil panen yang dilakukan sesuai dengan waktu dan
jadwal yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan. Penulis melakukan kegiatan
penelitian di perusahaan juga merangkap status sebagai karyawan perusahaan,
sehingga kegiatan yang dilakukan mengikuti jadwal kegiatan yang ada. Kegiatan
terdiri dari aspek teknis yang mencakup pengolahan media tanam, penanaman
menggunakan mesin tanam manual, pemeliharaan tanaman, pengendalain gulma,
pengendalian hama dan penyakit, serta pemanenan dan perlakuan pascapanen hingga
13
produk siap dikirim. Kegiatan lain yang dilakukan yakni diskusi dengan presiden
direktur, para staf perusahaan, dan para karyawan perusahaan untuk memperoleh
informasi tentang pengelolaan produksi hingga pemasaran produk. Beberapa tahapan
kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1. Kegiatan Orientasi Lapangan
Kegiatan orientasi lapang yang dilakukan yaitu mengetahui mengenai semua
aktivitas yang dilakukan selama kegiatan magang berlangsung dan untuk mengetahui
fenomena yang ada di perusahaan guna keberlangsungan pembuatan laporan
penelitian penulis dengan mengetahui keadaan umum perusahaan seperti profil
perusahaan, tata letak areal perusahaan, sistem kerja yang diterapkan dan perkenalan
dengan para staf serta karyawan perusahaan.
2. Mengikuti Kegiatan Sebagai Karyawan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan selama delapan bulan sebagai
karyawan yaitu mengikuti segala kegiatan yang telah ditentukan oleh perusahaan
berupa kegiatan aspek teknis umum sesuai dengan jadwal kegiatan perusahaan yang
berlangsung dalam satu tahun, kegiatan yang dilakukan sangat beragam seperti
kegiatan mulai dari penanaman benih hingga pemanenan produk serta proses
distribusi produk.
3. Pendamping Pemilik Perusahaan
Aspek yang dilaksanakan berupa kegiatan manajerial perusahan, antara lain
dengan mempelajari pengelolaan produksi dari proses pembibitan hingga pascapanen,
menganalisis kegiatan perusahaan, mempelajari sistem pemasaran, melakukan
14
kunjungan ke salah satu tempat distribusi produk yang menjual langsung ke
konsumen. Pemilik perusahaan juga memberikan arahan seputar informasi yang
penulis butuhkan guna menunjang kegiatan penelitian berlangsung.
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data dan informasi yang dikumpulkan ada dua jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapang
secara langsung atau observasi dan melakukan wawancara dengan narasumber serta
keikutsertaan penulis terhadap kegiatan produksi budidaya horenso. Data primer
diperoleh dari hasil pengamatan langsung mulai dari pertumbuhan tanaman hingga
penanganan pascapanen. Pengumpulan data primer yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Prapanen
Pengamatan terhadap kegiatan prapanen yaitu identifikasi jenis kultivar, pengolahan
lahan, persiapan bahan tanam, penanaman, pemeriksaan jarak tanam, pengendalian
gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta mengamati pertumbuhan dan
perkembangan hingga horenso siap dipanen. Pengamatan dilakukan setiap proses
budidaya dengan mengamati pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun yang
tumbuh pada sampel tanaman per satu minggu masa tanam sebelum horenso dipanen.
Pengamatan prapanen dilaksanakan di dalam lima rumah kaca yang berbeda dengan
mengambil lima tanaman sebagai sampel pengamatan di setiap rumah kaca pada
15
masa tanam yang pertama kali yaitu masing-masing rumah kaca dengan nomor rumah
yaitu Barat 5, Barat 2, Utara 15, Utara 28, dan Baru 12.
2. Panen
Pengamatan panen dilakukan dengan mengamati kriteria sortasi meliputi tinggi
tanaman mencapai 26-28 cm, daun berwarna hijau segar dan tidak berlubang serta
tidak berbintik, kondisi tanaman tidak terdapat penyakit dan hama. Setelah
memisahkan tanaman yang sesuai kriteria dengan yang tidak, tanaman diletakkan
pada keranjang panen.
3. Pascapanen
Pengamatan pascapanen dilakukan dengan mengamati hasil sortasi kriteria tanaman
horenso secara keseluruhan dengan mengidentifikasi bahan pengemas, cara
mengemas dan menimbang bobot tanaman dalam satu kemasan dan menghitung total
keseluruhan dalam satu masa panen dalam jangka waktu tanam Mei hingga Oktober.
Kemudian, membersihkan rumah kaca dari sisa penanaman sebelumnya dan kegiatan
panen horenso sebelumnya yang berguna untuk digunakan penanaman horenso
selanjutnya.
4. Pemasaran
Mengetahui sistem pemasaran di perusahaan dan teknik pengiriman produk dari
perusahaan ke tempat distribusi, serta melihat keadaan secara langsung di salah satu
pasar tempat penjualan. Dalam kegiatan budidaya hingga pemasaran memerlukan
aspek manajerial sebagai bahan acuan kegiatan.
16
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari literatur dan studi pustaka untuk
mengumpulkan informasi dengan mempelajari arsip perusahan, laporan perusahaan,
jurnal, buku, internet dan sumber data lain. Studi pustaka juga digunakan sebagai data
pelengkap dan pembanding serta mencari pemecahan permasalahan sesuai ilmu yang
dikaji. Data sekunder yang diambil meliputi lokasi dan letak geografis perusahaan,
keadaan iklim, kondisi rumah kaca, norma kerja, struktur organisasi dan data lain
yang mendukung.
3.4 Metode Pengolahan Data
Data dan infomasi yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan
menggunakan metode deksriptif kuantitatif. Data primer dan data sekunder yang
bersifat kuantitatif serta data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan
analisis deksriptif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1 Sejarah Perusahaan Chuoh Engei
Chuoh Engei adalah perusahaan bisnis yang bergerak dibidang pertanian
mulai dari proses budidaya hingga memasarkan produk hasilnya. Pada tahun 1988,
perusahaan memulai budidayanya dengan memproduksi komoditas padi, namun tidak
berlangsung lama sehingga pada tahun 1989 perusahaan melakukan budidaya bunga
dengan hasil produksi bibit bunga di hamparan ladang. Kemudian tahun 1993
memulai produksi dan penjualan berbagai bibit bunga dan bibit sayuran. Dari tahun
1988 hingga 1997 perusahaan bernama Kabushiki lalu pada tahun 1998 berganti
nama menjadi Chuoh Gardening Co., Ltd atau yang biasa disebut Chuoh Engei.
Gambar 2. Kantor Utama Chuoh Engei Tampak Depan
18
Pada tahun 2006 hingga sekarang perusahaan Chuoh Engei semakin berkembang,
kini perusahaan memiliki total luas areal 10,3 ha dengan rincian yaitu rumah kaca
berukuran sedang 104 unit, rumah kaca berukuran besar sebanyak 17 unit, 1 unit area
istirahat karyawan, 1 unit kantor utama, dan 2 bangunan dengan rangka baja yang
diperuntukkan menyimpan alat-alat dan tempat pengemasan hasil panen berupa
sayuran dan buah. Chuoh Engei juga memproduksi bibit sayuran untuk produsen dan
bibit sayuran untuk mulai ditanam sendiri dan menjual hasil kebunya sendiri. Selain
sayuran, tanaman buah, umbi dan bunga juga di produksi hingga saat ini, kegiatan
yang dilakukan selalu sama disepanjang tahunnya dengan jadwal kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Bulan Januari, Februari, dan Maret kegiatan yang dilakukan yaitu menanam
benih tanaman yang disemai dalam ruangan khusus untuk kemudian ditanam dalam
rumah kaca. Pada Bulan April, Mei, dan Juni merupakan bulan sibuk atau lembur
dimana para pekerja harian tidak tetap bekerja pada bulan tersebut. Pada bulan Juli,
Agustus, September, Oktober kegiatan utama yang dilakukan yaitu pemanen dan
pengemasan hasil tanaman yang dibudidayakan. Sedangkan pada bulan November
dan Desember para pekerja tetap hanya berjumlah kurang dari 10 Orang karena
kegitan yang dilakukan tidak terlalu banyak dan sudah memasuki musim dingin.
Chuoh Engei memiliki visi yaitu sasaran manajeman, produksi, dan penjualan produk
yang dapat membuat pelanggan senang, dan misi dari perusahaan yaitu cerah,
menyenangkan, dan energik.
19
4.2 Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Perusahaan Chuoh Engei memiliki sebuah kantor dan kebun produksi baik area
ladang dan bangunan rumah kaca yang terletak dilokasi yang sama yaitu pada alamat
164 Chuoh, Eniwa-shi, Hokkaido, Jepang 061-1403. Peta penyebaran lokasi
perusahaan dapat dilihat pada Gambar 3. Eniwa berada di dataran Ishikari diantara
lahan pertanian karena berada pada kondisi iklim yang sangat cocok digunakan pada
bidang pertanian. Seperti arti nama dari perusahaanya yaitu Chuoh berarti tengah dan
Engei berarti perkebunan, sehingga Chuoh Engei merupakan perkebunan yang berada
ditengah-tengah perkebunan perusahaan lain serupa. Sebagian besar, produk
pertanian pada negara Jepang berasal dari pulau Hokkaido yang merupakan wilayah
paling cocok untuk melakukan kegiatan pertanian dibandingkan dengan pulau lain di
Jepang. Chuoh Engei berada pada kota Eniwa yang memiliki topografi relatif datar.
Gambar 3. Peta Lokasi Perusahaan Chuoh Engei, Hokkaido, Jepang
20
Kota Eniwa-shi dibagi menjadi tiga wilayah utama yaitu Eniwa di selatan,
Megumino di tengah, dan Shimamatsu di utara. Kota ini berjarak 8 km dari Chitose
(Bandara New Chitose) dan di utara adalah kota Kitahiroshima serta 26 km sebelah
utara dari kota terbesar di hokkaido yaitu Sapporo yang dapat ditempuh selama 60
menit dengan menggunakan mobil. Kebun Chuoh Engei terletak pada koordinat
42°53′ LU-141°35′BT. Musim dingin di Eniwa lebih dingin daripada daerah
sekitarnya, karena kota ini berada di pedalaman. Suhu rendah rata-rata harian antara
5-6 derajat yang lebih rendah dari Sapporo.
4.3 Keadaan Iklim dan Tanah
Jepang merupakan negara yang memiliki empat musim dalam satu tahun yaitu
musim semi pada bulan Maret sampai Mei, bulan Juni sampai Agustus disebut musim
panas, bulan September sampai November disebut musim gugur, dan bulan
Desember sampai Februari disebut musim dingin. Suhu udara, iklim, dan lainnya
berbeda jauh di setiap musim tersebut. Bagian utara Hokkaido berada di dalam
kelompok bioma taiga salah satunya mempunyai ciri dengan empat musim dengan
salju yang signifikan. Salju turun sangat bervariasi mulai dari 11 meter (400 in)
disekitar pegunungan yang berdekatan dengan laut Jepang sampai sekitar 1,8 meter
(71 in) di sekitar pantai pasifik. Biasanya salju turun bermula pada dataran yang
tinggi ketempat yang lebih rendah, oleh sebab itu Hokkaido merupakan wilayah
terdingin di Jepang.
21
Gambar 4. Rata-rata suhu bulanan tahun 2019-2020 kota Eniwa
Bulan Agustus merupakan bulan terhangat sepanjang tahun dengan suhu
rata-rata 21,5°C atau 70,7 °F dan bulan Januari merupakan bulan terdingin sepanjang
tahun dengan rata-rata suhu -6,7 °C atau 19,9 °F. Curah hujan minimum pada bulan
Maret dengan rata-rata 63 mm atau 2,5 inci curah hujan sedangkan pada bulan
September, curah hujan mencapai puncaknya dengan rata-rata 157 mm atau 6,2 inci
seperti pada Gambar 5. Total curah hujan juga bervariasi mulai dari 1600 milimeter
(63 in) di pegunungan di sekitar laut Jepang hingga sekitar 800 milimeter (31 in)
(terendah di Jepang) di sekitar pantai Okhotsk. Tidak seperti pulau-pulau besar
lainnya di Jepang, Hokkaido biasanya tidak terpengaruh oleh musim hujan yang
terjadi pada bulan Juni-Juli dan relatif tidak lembap dan pada musim panas Hokkaido
cenderung hangat, tidak panas, sehingga menjadi lokasi yang tepat untuk melakukan
kegiatan pertanian, selain itu juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dari bagian lain
Jepang karena suhu relatif sejuk.
22
Gambar 5. Rata-rata curah hujan bulanan tahun 2019-2020 kota Eniwa
Hokkaido merupakan wilayah terdingin di Jepang sehingga memiliki musim
panas yang relatif sejuk sehingga membuat pulau Hokkaido menjadi tempat yang
paling cocok untuk melakukan kegiatan pertanian. Menurut klasifikasi iklim Koppen
yakni salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan, pulau
Hokkaido berada di zona iklim benua basah atau mikrotermal yang memiliki paling
tidak satu bulan dengan suhu rata-rata dibawah 0°C dan satu bulan dengan suhu
diatas 10°C. Jepang termasuk dalam pembagian tipe iklim Dfa dan Dfb dengan
musim panas yang terik, satu bulan dengan suhu diatas 22°C untuk Dfa contoh pulau
di Jepang yaitu Tokyo sedangkan musim panas hangat dengan suhu rata-rata setiap
bulanya tidak pernah melebihi 22°C untuk wilayah Dfb seperti Hokkaido. Persamaan
kedua tipe iklim ini yaitu suhu rata-rata bulan terdingin dibawa 0°C dan setidaknya
empat bulan dengan suhu di atas 10°C serta tidak ada perbedaan yang signifikan pada
curah hujan setiap bulanya. Suhu tertinggi yang pernah dicatat adalah 39,5°C pada 26
Mei 2019.
23
4.4 Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas keseluruhan lahan kebun Chuoh Engei adalah 10,3 ha yang terbagi menjadi
lahan produksi edamame, jagung, kedelai, labu kuning, bunga kol, sawi putih dan
sawi ungu berupa lahan terbuka seluas 7 ha. Kegiatan lahan terbuka di peruntukkan
untuk musim semi, panas dan gugur, pada saat masuk dalam musim salju tidak ada
kegiatan yang dilakukan di lahan terbuka. Lahan produksi dalam rumah kaca terdapat
dua ukuran yakni ukuran luas 330 m2 sebanyak 17 unit dan ukuran luas 231 m2
sebanyak 104 unit. Pada Gambar 6 dapat dilihat tata letak areal perusahaan dengan
gambar yang menunjukkan sebaran bangunan rumah kaca dan tempat penunjang
lainya, untuk ladang tidak tergambarkan pada gambar 6.
Gambar 6. Tata Letak Areal dan Guna Lahan Perusahaan
24
Saat musim salju kegiatan yang dilakukan adalah penanaman pada rumah kaca
yang hasil produksi nantinya akan di peruntukan untuk ditanam pada musim semi dan
panas, kemudian akan dipanen sebagai tanaman muda atau benih yang siap
dibudidaya untuk menghasilkan produk akhir yang dapat di konsumsi. Luas areal
yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pada lahan adalah 7 ha dan sisa areal
seluas 0,7 ha digunakan untuk fasilitas penunjang seperti kantor, packing house,
gudang penyimpanan mesin dan alat penunjang kegiatan budidaya, tempat istirahat
karyawan, ruangan penyimpanan benih tanaman, tempat pembuangan tanah dan
tanaman yang tidak digunakan, lahan terbuka untuk parkir kendaraan karyawan dan
kendaraan operasional kegiatan dalam perusahaan seperti alat berat dan mobil-mobil
perusahaan.
Gambar 7. Tampak Atas Rumah Kaca kecil (A) dan Rumah Kaca Besar (B)
A
B
25
Rumah kaca yang terdapat di perusahaan Chuoh Engei merupakan tipe low
technology rumah kaca dengan sedikit atau tanpa otomatisasi dan menggunakan
plastik tunggal. Jenis pada tipe ini yaitu Tunnel atau Igloo (Rumah terowongan)
dengan desain atas melengkung dan memiliki ketinggian yang rendah sehingga
membatasi volume udara internal serta desain atap yang melengkung menawarkan
transmisi cahaya tahunan terbaik. Selaian itu, tipe medium technology greenhouse
yang memiliki ketinggian vertikal 3-4 dengan penggunaan plastik bisa tunggal atau
ganda. Jenis rumah kaca pada tipe ini yaitu flatarch atau lengkungan datar dan raised
dome atau kubah ditinggikan yang merupakan desain superior daripada model tunnel
dengan dinding vertikal memungkinkan peningkatan sirkulasi udara di sekitar
tanaman dan menyediakan kemampuan yang lebih besar untuk memanipulasi
lingkungan iklim dalam rumah kaca.
4.5 Keadaan Tanaman dan Produksi
Bayam yang dibudidayakan di perusahaan Chuoh Engei adalah Spinacia
Oleraceae Linnaeaus atau yang biasa disebut dengan horenso. Waktu yang
dibutuhkan untuk satu kali masa panen yaitu sekitar 30-35 hari setelah tanam.
Budidaya horenso dimulai dari pengolahan lahan dengan menggemburkan tanah
menggunakan mesin kemudian benih ditanam menggunakan mesin pada lahan tanam
tanpa proses penyemaian benih terpisah untuk menekan proses penanaman, namun
resiko pada hasilnya yaitu keseragaman jarak tanam di lahan tidak dapat dijamin.
Kegiatan budidaya horenso dilakukan secara berkelanjutan, pada tahun 2020 ini
26
kegiatan produksi pertama kali dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Desember
2020. Kegiatan budidaya horenso ini dilakukan pada 14 rumah kaca yang berbeda
dengan masing-masing rumah kaca dilakukan penanaman sebanyak 4 kali sehingga
total kegiatan pemanenan dilakukan sebanyak 56 kali panen. Pelaksanaan kegiatan
menggunakan perhitungan waktu yang sama tiap tahunya dan dapat berubah sesuai
dengan keadaan lingkungan, jadwal kegiatan penanaman, pemeliharaan dan panen
dapat dilihat pada lampiran.
4.6 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perusahaan Chuoh Engei tidak memiliki struktur organisasi terstuktur, hanya
terdapat pemilik perusahaan dengan staf perusahaanya yang membawahi langsung
tenaga kerja harian tetap dan tenaga kerja harian tidak tetap. Pemilik perusahaan
merupakan pemimpin dan manajer utama yang bertugas mengelola perusahaan dari
berbagai aspek manajerial serta merencanakan strategi perusahaan. Pemilik
perusahaan Chuoh Engei dan juga sebagai direktur utama yaitu Mr. Masato
Kuwayama.
Gambar 8. Struktur Staf Perusahaan Chuoh Engei
Masato Kuwayama
Kotaro Kuwayama Fujikawa Yoshida Nami Kuwayama Hiroto Watanabe
Reiko Kuwayama
Takuma Kuwayama
27
Dalam menjalankan perusahaanya, Masato Kuwayama dibantu oleh
kalangan keluarga yaitu istrinya Reiko Kuwayama, kedua anak laki-lakinya Kotaro
Kuwayama dan Takuma Kuwayama serta menantunya yaitu Fujikawa Yoshisada dan
Nami Kuwayama. Selain itu dibantu dengan kalangan bukan keluarga yaitu Hiroto
Watanabe sebagai tangan kedua dari manajer kedua yang bertugas menjalankan
bagian logistik dan membantu kegiatan perusahaan serta para karyawan tetap dan
musiman.
Istri dan anak pertama yakni Takuma Kuwayama berperan sebagai manajer
pertama dan kedua untuk mengatur seluruh keadaan kegiatan pada perusahaan yaitu
mengontrol seluruh kegiatan dan tenaga kerja harian serta membantu pekerjaan
tenaga kerja di lapangan. Kotaro Kuwayama bertugas mengatur bagian distribusi,
hubungan dengan supplier dan pasar juga konsumen, selain itu berperan pada
kegiatan perbenihan tanaman yang akan dibudidaya. Kedua menantu Masato
Kuwayama yaitu, Fujikawa Yoshisada bertugas pada perbenihan tanaman dan
kegiatan lain yang dibutuhkan, serta Nami Kuwayama berperan untuk mengelola
kegiatan didalam kantor dan tidak turun langsung lapangan, bertugas sebagai manajer
keuangan, manajer personalia, manajer pemasaran.
Tenaga kerja Chuoh Engei terbagi menjadi karyawan harian tetap dan tenaga
kerja harian tidak tetap. Tenaga kerja tetap yang ada di perusahaan berjumlah 18 yang
telah berkerja lebih dari 5 tahun, dan berbeda waktu selesai berkerja tiap tahunya.
Tenaga kerja tidak tetap atau paruh waktu berjumlah lebih dari 30 orang yang hanya
dibutuhkan ketika musim panas saat kegiatan panen tanaman muda dan kegiatan
28
penanaman dalam rumah kaca. Mayoritas tenaga kerja perusahaan berasal dari
penduduk asli Jepang, namun tahun ini terdapat dua orang asal Vietnam sebagai
tenaga kerja harian tetap dengan kontrak kerja selama tiga tahun. Chuoh Engei
menerima bagi siapapun yang ingin belajar baik melakukan kegiatan penelitian dan
hanya sekedar ingin mengetahui terkait perusahaan, seperti pada tahun ini terdapat
tiga orang asal Vietnam, empat orang asal Taiwan, dan tiga orang asal Indonesia yang
melakukan kegiatan penelitian dengan durasi waktu yang berbeda, kegiatan yang
dilakukan mengikuti seluruh kegiatan sebagai karyawan yang akan dilakukan pada
hari itu sesuai dengan kegiatan di perusahaan serta adanya bimbingan dan arahan
terkait laporan yang akan ditulis.
Kegiatan perusahaan dilakukan setiap hari namun khusus hari minggu, karyawan
yang di pekerjakan hanya empat orang yang dilakukan secara bergantian. Lama
kegiatan kerja yaitu 8 jam per hari dengan jam kerja normal dimulai pukul 08.00-
17.00 dan dapat berubah sesuai dengan kondisi, contohnya ketika musim dingin,
kegiatan dilakukan hingga pukul 16.00 dan pada musim panen bibit dilakukan hingga
pukul 18.00, pada musim lembur ini karyawan paruh waktu bekerja. Waktu istirahat
terbagi menjadi tiga yaitu 10.00-10.15, 12.00-13.00 dan 15.00-15.15. Waktu istirahat
juga dapat berubah sesuai kondisi, jika musim panas tiba biasanya diberikan waktu
istirahat tambahan hingga 10-30 menit.
Waktu kerja efektif dimulai dari bulan Maret hingga November. Ketika
musim dingin, yaitu bulan Desember akhir hingga Februari awal seluruh pegawai
libur namun kegiatan perusahaan masih berjalan, kegiatan yang dilakukan yaitu
29
mempersiapkan benih yang akan diproduksi, kegiatan ini dilakukan oleh direktur dan
staf ahli serta beberapa pegawai yang dipanggil untuk bekerja. Sistem penggajian
dilakukan berdasarkan tingkat keterampilan bagi tenaga kerja yang sudah
berpengalaman atau tenaga kerja baru. Jika masuk pada waktu sibuk atau lembur,
biasanya perhitungan gaji yang akan didapat tiap satu jamnya lebih tinggi
dibandingkan jam kerja normal. Pengajian dilakukan pada tanggal 10 di setiap
bulanya.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengelolaan Prapanen Tanaman Horenso di Chuoh Engei
Kegiatan prapanen tanaman horenso pada perusahaan Chuoh Engei
dilakukan dalam rumah kaca. Tahapan kegiatan yang dilakukan antara lain
melakukan persiapan lahan dan persiapan media tanam, persiapan tanam dan proses
penanaman benih horenso, pemeliharaan tanaman serta pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman.
5.1.1 Persiapan Lahan dan Media Tanam
Setiap tahun, persiapan lahan untuk budidaya horenso dilakukan pada bulan
setelah musim dingin yaitu pada bulan April hingga Mei. Sebelum masa tanam
horenso diilakukan, rumah kaca digunakan untuk penanaman berbagai tanaman muda
yang akan dipanen sebagai bibit tanaman yang siap dibudidayakan. Setelah kegiatan
pemanenan tanaman muda tersebut selesai, persiapan lahan diawali dengan sanitasi
lahan dengan membersihkan rumah kaca mulai dari pencabutan gulma secara manual,
pemotongan selang penyalur air yang menghasilkan suhu panas agar mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setelah itu, tudung penutup tanaman yang
digunakan sebelumya dijemur, jika tudung sudah kering dibersihkan dari kotoran dan
diperbaiki bilamana terdapat lubang pada tudung kemudian tudung dilipat dan
disimpan dalam gudang untuk digunakan pada musim tanam berikutnya.
31
Pencopotan alas rumah kaca berupa plastik mulsa hitam yang kemudian
dibuang untuk diganti pada musim tanam berikutnya. Setelah kondisi sudah siap,
rumah kaca dibersihkan dengan menyemprotkan larutan kimia yang berguna untuk
menghilangkan hama dan gulma dari penanaman sebelumnya sehingga gulma yang
tidak tercabut pada pembersihan secara manual, dapat menguning dan kering yang
kemudian mati sehingga mempermudah proses pembersihan. Menurut Arifianto
(2017) larutan yang digunakan untuk membersihkan rumah kaca adalah natrium
hipoklorit 3%. Selama satu minggu setelah penyemprotan tidak diperbolehkan ada
kegiatan apapun di dalam rumah kaca agar larutan kimia bekerja dengan maksimal,
rumah kaca dibiarkan tertutup rapat. Setelah satu minggu, rumah kaca dibuka dan
diberikan perlakuan pengecekan ulang secara manual dengan melihat ada benda yang
sekiranya mengganggu proses penanaman atau tidak.
Gambar 9. Mesin tractor rotary untuk Pengolahan Tanah
32
Menurut (Haryanto 2007) pertumbuhan tanaman sayuran sangat dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan struktur lahan tanahnya, untuk itu diperlukan pengolahan
tanah yang umumnya dilakukan sebelum proses penanaman yaitu penggemburan
tanah. Media tanam yang digunakan untuk penanaman horenso adalah campuran
antara tanah sisa dari penanaman sebelumnya dan pupuk kandang. Pupuk kandang
adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat dan cair dari ternak yang tercampur
dengan sisa makananya serta alas kandang.
a) b)
Gambar 10. Benih Horenso (a) dan Pestisida (b)
Pengolahan media tanam diawali dengan tanah sisa dari penanaman yang
sebelumya dan diberikan taburan pupuk kandang kotoran padat berupa kotoran
kambing di atas tanah diolah terlebih dahulu menggunakan kultivator dengan mesin
tractor rotary (Gambar 9) yang berfungsi untuk menggemburkan tanah,
membalikkan tanah, dan meratakan tanah. Pupuk kandang yang diberikan ke lahan
pertanian akan memberikan keuntungan yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber
33
unsur hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik dalam tanah,
meningkatkan efektivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas penahan air,
mengurangi erosi dan pencucian serta peningkatan KTK (Kapasitas Tukar Kation)
tanah. Persiapan lahan pada satu rumah kaca dilakukan sebanyak empat kali produksi
dengan total rumah kaca dalam satu kali musim tanam yaitu 14 unit, sehingga total
produksi dalam satu kali musim tanam bayam jepang yaitu 56 kali. Namun perlakuan
persiapan lahan untuk penanaman yang kedua dan seterusnya setiap rumah kaca
hanya dilakukan pengolahan tanah dengan mesin tractor ratory. Perlakuan untuk
benih di perusahaan Chuoh Engei tidak ada hal yang dilakukan secara khusus karena
benih yang digunakan berupa benih dalam kemasan. Benih dalam kemasan dilakukan
pengecekan segel sebelum dibuka kemudian jika aman langsung dimasukan dalam
alat penanaman hingga batas garis alat tanam.
5.1.2 Persiapan Tanam dan Penanaman
Persiapan tanam dimulai dengan mempersiapkan mesin tanam manual yang
dilengkapi dengan dua buah tempat untuk meletakkan benih dan pestisida. Cara kerja
mesin tersebut yaitu ketika dijalankan atau didorong menggunakan tenaga manusia
secara manual, kemudian benih dan pestisida secara otomatis keluar dari mesin
dengan jarak tanam yang seragam yaitu 3 cm, namun jarak tanam ini seringkali tidak
berfungsi secara maksimal sehingga diperlukan pengaturan jarak tanam ketika
tanaman sudah berumur 10 hari setelah masa tanam. Setelah benih dan pestisida
keluar dari mesin dan masuk kedalam tanah, kemudian tanah tertutup rata secara
34
otomatis karena pada alat penanaman dilengkapi dengan gulungan besi untuk
meratakan permukaan tanah yang telah terbuka karena proses penanaman dan dengan
sendirinya tanah tertutup rata.
a) b)
Gambar 11. a. Alat Penanaman Manual untuk Horenso b. Tampak Lahan yang sudah
ditanami Benih Horenso
Peletakan alat tanam untuk pertama kali penanaman dari sisi kiri dengan jarak
awal 30 cm antara penanaman pertama dengan sisi rumah kaca serta 20 cm jarak
tanam antara baris tanam. Penanaman benih dilakukan dengan alur zigzag dan
menggunakan tumpuan besi pada alat tanam sebagai poros penanaman yang berguna
untuk mengatur jarak tanam seperti pada Gambar 11. Dalam satu rumah kaca terdapat
17 baris tanam. Kegiatan menanam benih membutuhkan satu orang pekerja dengan
waktu 30-40 menit, kecepatan penanaman tergantung pekerja yang menjalankan alat
tanam tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara manual sehingga diperlukan
keterampilan dalam menjalankan alat tanam tersebut dan perlu untuk memperhatikan
35
pijakan pada saat menjalankan alat tanam karena pekerja berjalan diatas benih yang
sudah tertanam. Penanaman horenso dilakukan minimal dalam seminggu satu kali
pada rumah kaca yang berbeda sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya, jadwal penanaman benih horenso dilakukan dua hari dalam satu minggu
yakni hari selasa dan jumat. Masa jarak penanaman untuk kegiatan penanaman yang
kedua, ketiga, dan keempat dilakukan setelah 12-14 hari setelah panen horenso
sebelumnya.
5.1.3 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman pada budidaya horenso yaitu penyiraman, penyiangan dan
pengendalian gulma. Menurut (Setyowati, 2007) waktu penyiraman tanaman
sebaiknya disesuaikan dengan proses fotosintesis tanaman, tidak bisa setiap saat
apalagi siang hari ketika matahari sedang terik-teriknya. Biasanya proses fotosintesis
terjadi pada pagi hari dan sore hari. Sinar matahari memiliki gelombang tertentu yang
dapat membuka stomata (zat hijau daun), karena ketika fotosistesis terjadi stomata
membuka sehingga air dengan mudah masuk kedalam daun dan di proses oleh
tanaman. Kegiatan penyiraman horenso di Chuoh Engei dilakukan setelah tiga hari
penanaman benih pada sore hari selama 20 menit. Setelah itu kegiatan penyiraman
dilakukan setiap hari pada sore hari selama satu jam menggunakan pengaturan waktu
seperti pada Gambar 12 (c) jika suhu lingkungan panas, kegiatan penyiraman
dilakukan dua kali pada pagi dan sore hari.
36
Pengecekan suhu panas atau tidaknya dapat dilihat dari perkiraan cuaca tiap
harinya yang sudah terpercaya akuratnya, karena pada musim-musim transisi dari
udara dingin ke panas atau sebaliknya seperti pada musim semi dan gugur, suhu
udara pada siang hari dan malam hari biasanya berbeda. Perbedaan ini dapat
mencapai 100C sehingga mengecek ramalan cuaca adalah suatu kewajiban tiap
harinya, begitu pula arah angin agar penyiraman dan pembukaan jendela dilakukan
sebagaimana mestinya. Jendela pada rumah kaca dibuka mulai pagi hari pada arah
yang berlawanan dari datangnya angin dan ditutup kembali ketika sore hari pada
proses penyiraman tanaman hingga pagi esok hari. Teknik penyiraman dilakukan
dengan cara irigasi curah overhead sprinkler dengan sistem berputar (rotating head
system) seperti Gambar 12 (b) kemudian waktu diatur secara manual menggunakan
alat yang ditempel pada kran air selama satu jam seperti Gambar 12 (c).
a
b.
c.
d.
Gambar 12. Alat proses penyiraman tanaman
(a) Mesin pompa air tanah untuk mengalirkan air pada setiap pipa
(b) Alat sprinkler sebagai irigasi curah
(c) Alat pengatur waktu pada air yang terhubung
(d) Pipa dan selang pembuangan air yang tersisa dari penyiraman
37
Penyiraman dilakukan dengan pemberian air pada bagian atas tanaman dan
menyerupai air hujan. Diameter semprotnya dapat diukur berdasarkan tekanan dan
diameter nozzle yang dipilih. Tujuan dari sistem irigasi curah agar air diberikan
secara merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang
kurang atau sama dengan laju penyerapan air kedalam tanah (kapasitas inflitrasi).
Horenso tidak memerlukan air dengan aliran yang banyak atau deras karena akan
merusak tanaman, hal ini karena horenso tidak memiliki akar yang kuat untuk
menahan debit air yang banyak, selain itu pada tanaman horenso yang lembab akan
menambah laju pertumbuhan penyakit tanaman lebih banyak lagi, sehingga hasil
produktivitas menurun. Penyiraman menggunakan air tanah yang dipompa dari dalam
tanah dengan kedalaman 200 meter yang dialirkan melalui pipa seperti pada Gambar
12 (a).
Selain kegiatan penyiraman, penyiangan dan pemeliharaan juga dilakukan
dengan membersihkan tanaman dari gulma serta mengatur jarak tanam dengan
mengambil atau membuang tanaman yang tidak sesuai dengan jarak tanam yaitu pada
satu baris berjarak 3 cm tiap tanaman. Pembersihan gulma dilakukan ketika
pengaturan jarak tanam pada 10 hari setelah penanaman benih dilakukan, kemudian
setelah 5 hari dari pembersihan gulma, tanaman diberi pestisida untuk mengurangi
adanya penyakit pada tanaman. Pemeliharaan lainnya pada horenso yaitu pengaturan
pada ventilasi atau jendela rumah kaca untuk sirkulasi udara yang dilakukan secara
manual dengan membuka jendela rumah kaca tergantung pada cuaca, jika cuaca
normal jendela dibuka pagi hari tergantung pada arah angin. Jika hujan, jendela tidak
38
dibuka untuk menghalangi air masuk ke dalam rumah kaca. Jendela ditutup kembali
pada sore hari ketika penyiraman dilakukan. Penyiangan gulma juga dilakukan
sebelum 7 hari masa panen jika dirasa perlu dengan melihat terlebih dahulu adanya
gulma yang menganggu atau tidak dan pekerjaan yang terjadwal tidak terlalu padat.
Suhu normal untuk pertumbuhan horenso yaitu 20-25oC, Suhu lebih dari 30-34oC
sangat tidak dianjurkan dalam budidaya horenso karena rentan dengan suhu panas,
karena akan mempengaruhi laju perkembangan dan pertumbuhan tanaman semakin
lambat dan sebaliknya pada suhu yang dingin dapat mempercepat laju pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Apabila kondisi tanah masih lembab dengan kadar air
yang cukup, tidak perlu untuk melakukan penyiraman karena tanaman horenso rentan
mengalami busuk batang.
5.1.4 Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan budidaya dalam rumah kaca memiliki beberapa keuntungan salah
satunya yaitu kondisi lingkungan yang terkendali sehingga dapat mencegah adanya
hama, penyakit, dan gulma pada tanaman. Tingkat serangan hama dan penyakit
tanaman cukup rendah sehingga penggunaan pestisida di perusahan Chuoh Engei
tidak dilakukan secara intensif. Hama pada tanaman horenso berupa ulat daun yang
memakan daun hingga meninggalkan bekas gigitan berlubang-lubang, untuk
mengatasi hama ini dilakukan penyemprotan air agar ulat tidak menempel pada daun.
Selain hama ulat daun, terdapat hama kutu daun yang terlihat pada ujung pangkal
batang muda tanaman seperti pada gambar 13, untuk mengurangi hal tersebut perlu
39
dilakukan penyiraman air dan pestisida sesuai jadwal dengan dosis yang rendah.
Penyakit yang menyerang tanaman horenso adalah patek (dumping off) yang
disebabkan media tanah yang terlalu basah akibat penyiraman sehingga menyebabkan
busuk batang pada tanaman. Penanganan yang dilakukan adalah pengaturan frekuensi
penyiraman dengan menyesuaikan kondisi tanah.
a) b)
Gambar 13. Tanaman Horenso Terdapat Hama (a) dan Horenso yang Sehat (b)
Selain hama dan penyakit, adanya gulma juga mempengaruhi pertumbuhan
horenso karena dapat mengambil nutrisi yang seharusnya diserap pada tanaman
horenso, namun diserap oleh gulma. Pengelolaan gulma adalah faktor yang sangat
berpengaruh, khususnya bagi pertanaman unutk pengolahan, karena gulma adalah
kontaminan dan beberapa jenis memiliki penampakan yang mirip spinasi sehingga
sulit dipisahkan (Rubatzky dan Yamaguchi,1998). Pengelolaan gulma yang dilakukan
di Chuoh Engei yaitu membuang gulma secara manual menggunakan tangan oleh
Kutu daun
40
para tenaga kerja secara bersama-sama serta melakukan penyiraman pestisida pada 3
hari setelah masa tanam. Pada 10 hari setelah masa tanam ketika kegiatan pencabutan
dan mengatur jarak tanam dilakukan, untuk menghilangkan tanaman yang jarak
tanamnya menempel antara tanaman satu dan lain. Pada 15 hari setelah masa tanam
serta 3 hari sebelum masa panen dilakukan penyiraman pestisida menggunakan
knapsack sprayer yang terhubung langsung dengan aliran yang berasal dari mobil
tangki berisi larutan pestisida dan pupuk cair kotoran ayam. Kotoran ayam memiliki
kandungan N, P2O5, K2O, dan kadar air (KA) sebesar 1.5, 1.3, 0.8, dan 57%
(Lingga, 1991). Pupuk kandang ayam mengandung unsur nitrogen tiga kali lebih
besar daripada pupuk kandang yang lainya. Kandungan unsur hara dari pupuk
kandang ayam lebih tinggi disebabkan oleh bagian cair (urine) bercampur dengan
bagian padat (Sutedjo, 2002).
5.1.5 Pengaruh Faktor Lingkungan Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Horenso
Pertumbuhan merupakan pertambahan berat, ukuran, dan jumlah sel pada suatu
makhluk hidup yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang dapat
menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Menurut Gardner et al (1991), diantara
unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah temperatur
udara, curah hujan atau suplai air, kelembaban (humiditas), sinar matahari, dan
ususnan udara atmosfir. Unsur-unsur tanah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman meliputi sifat-sifat fisika, kimia, mineralogis dan biologis tanah. Secara
umum, media tanam merupakan salah satu unsur penting sebagai penyedia tempat
41
tumbuh dan pensuplai nutrisi tanaman. Data kondisi lingkungan di dalam rumah kaca
periode pertumbuhan Mei hingga Oktober 2019 dapat dilihat pada Tabel 2 yang
merupakan hasil data rumah kaca yang dipilih secara acak.
Tabel 2. Rata-rata Kondisi Lingkungan Rumah Kaca Periode Pertumbuhan Mei-Oktober
2019
Tanaman horenso di Perusahaan Chuoh Engei berasal dari satu varietas yang
sama sehingga pertumbuhan tanaman dan umur panen tanaman hampir seragam.
Kondisi lingkungan saat prapanen meliputi cahaya, suhu, kelembaban sebagai faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta kualitas horenso.
Berdasarkan Tabel 2 cuaca di dalam rumah kaca pada periode pertumbuhan tanaman
horenso berada pada kisaran 19-250C dan kelembaban 70-80%. Suhu tersebut sudah
berada pada kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan horenso yaitu pada 20-250C.
Iradiasi berhubungan dengan energi cahaya yang diserap oleh tanaman untuk
melakukan fotosintesis sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman
(Sitompul, 2017). Horenso merupakan tanaman yang tidak kuat terkena panas karena
pertumbuhanya akan lambat. Kondisi lingkungan pada bulan Mei hingga Oktober
2020 menunjukkan pergantian musim yaitu dari musim semi menuju musim panas
Parameter Mei Juni Juli Agustus September Oktober Iradiasi (Wm-2) 149.1 156.2 168.2 186.2 148.5 135.7
Suhu (oC) 19.4 20.7 22.5 24.3 19.1 17.8
Kelembaban (%) 66.3 76.8 76.9 77.3 78.2 79.7
Sumber: Perusahaan Chuoh Engei
42
kemudian musim dingin yang menyebabakan iradiasi semakin rendah sehingga
mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman semakin cepat. Pengamatan Pengaruh
faktor lingkungan tumbuh terhadap pertumbuhan horenso diamati dengan mengukur
tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman yang merupakan fase pertumbuhan
vegetatif sebagai parameter. Pada Tabel 3 dapat dilihat mengenai parameter
pertumbuhan pada fase vegetatif serta data pengamatan tiap minggu masa tanam dari
lokasi rumah kaca yang dipilih menjadi sampel.
Tabel 3. Pertumbuhan Fase Vegetatif Horenso Periode Pertumbuhan Mei-Oktober 2020
Pengamatan dilakukan dengan mengambil lima sampel tanaman horenso
secara acak pada masing-masing rumah kaca yaitu nomor Barat 5, Barat 2, Utara 15,
Utara 28, dan Baru 12. Pemilihan rumah kaca yang diamati melihat dari jadwal
penanaman yang sudah direncanakan tiap tahunnya, penulis memilih rumah kaca
pada bulan tanam yang berbeda. Pengamatan dilakukan pada penanaman pertama kali
di masing-masing rumah kaca dengan kondisi yang sama yaitu sebelumnya terdapat
tanaman yang diproduksi didalamnya kemudian diberikan perlakuan untuk ditanami
No.
Rumah
kaca
Parameter
Rata- rata Tinggi tanaman (cm) Rata-rata Jumlah Daun (lembar)
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
Barat 5 2,6 7,6 14 19,8 23,6 3,6 5,2 7,2 8,2 11,6
Barat 2 2,4 8,2 14,6 20,2 22,8 3,8 5,4 8 8,8 11,2
Utara 15 2,6 8,4 15,2 19,6 24,5 4 5,2 7,6 8,4 13,2
Utara 28 2,8 7,8 15 19,8 24,8 4,4 5,4 7,4 8,6 13,4
Baru 12 3,2 8,4 15,2 20,4 24,4 4,8 5,6 8 8,4 14,8
Sumber: Pengamatan Penulis (diolah)
43
horenso. Horenso mengalami pertumbuhan vegetatif dimulai pada 1 MST hingga 5
MST. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman
horenso terus meningkat mulai 1 MST sampai 5 MST. Proses pertumbuhan tanaman
mencapai kriteria panen pada 5 MST dengan durasi waktu 30-35 hari setelah tanam.
Pada Tabel 3 menunjukkan rata-rata pertumbuhan vegetatif pada masing-
masing rumah kaca mengalami peningkatan di setiap minggu setelah penanaman
dilakukan. Penulis memilih sampel dengan masa tanam pada bulan yang berbeda
dikarenakan iklim mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Rata-rata pertumbuhan
tertinggi disetiap minggunya terdapat pada rumah kaca nomer baru 12 dengan rata-
rata tinggi pada 5 MST yaitu 24,4 cm serta rata-rata jumlah daun sebanyak 14,8
lembar sebelum dilakukan sortasi. Hal ini dikarenakan masa tanam pada rumah
nomer baru 12 dilakukan pada bulan september dimana iklim dan cuaca yang dingin
sangat cocok dalam pertumbuhan tanaman horenso sehingga membuat pertumbuhan
horenso sedikit lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya serta hasil panen yang
tidak sesuai kriteria sortasi relatif lebih sedikit dibandingkan bulan sebelumnya.
5.2 Pengelolaan Panen Tanaman Horenso di Chuoh Engei
Kegiatan panen di Perusahaan Chuoh Engei dilakukan 1-2 kali dalam satu
minggu dengan tempat yang berbeda sesuai pada jadwal pemanenan horenso.
Perusahaan mempunyai penetapan panen dengan perhitungan kalender seperti pada
lampiran 4. Perhitungan kalender yaitu perkiraan panen dengan cara menghitung
umur tanaman sejak penanaman di lahan. Penetapan panen dengan menggunakan
44
perhitungan kalender hanya dapat ditetapkan minggu panen yaitu 30-35 HST,
sedangkan untuk penetapan hari panen dilakukan secara visual yaitu melihat tingkat
ukuran tanaman dan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pemanenan Horenso di Chuoh Engei dilakukan pada hari setiap hari senin
dan rabu atau dapat berubah sesuai dengan kondisi yang ada, waktu panen dilakukan
pada pagi hari hingga menjelang siang yaitu pukul 08.30-10.00 lalu dilanjutkan pada
pukul 10.15-12.00, akan tetapi waktu panen dilakukan kondisional, jika hingga siang
hari kegiatan belum selesai, maka penambahan waktu panen dibutuhkan dengan
memundurkan jam istirahat siang. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan panen
horenso yaitu pisau khusus panen horenso, sarung tangan, keranjang panen, meja
packing dengan berbagai alat yang dibutuhkan untuk pengemasan antara lain plastik
kemasan, timbangan elektrik, wadah untuk mempermudah proses pemasukan horenso
kedalam kemasan, kardus untuk meletakkan horenso yang siap di kirim. Pemanenan
dilakukan dengan memotong pangkal batang tanaman dengan menyisakan batang
1cm. Pemotongan tanaman dari tanah dilakukan dua atau tiga orang dan sisanya
melakukan sortasi tanaman sesuai kriteria sortasi. Tanaman horenso yang dipanen
sekitar 26-28 cm agar tanaman tetap segar sampai tangan konsumen, apabila tanaman
terlalu tinggi, akan keluar dari kemasan dan menyebabkan tanaman rusak.
45
Gambar 14. Kegiatan Pemanenan Horenso di Rumah Kaca
Kegiatan pemanenan dilakukan dengan dua cara yaitu dilakukan secara
bersama-sama seperti pada Gambar 14 sesuai dengan kriteria panen yang baik dan
cara lainnya dilakukan pengambilan tanaman hanya satu-dua orang kemudian
dikemas dalam ruang packing dengan standar mutu yang sedikit berbeda, daun
tanaman yang telah berlubang karna hama ulat tetap dikemas dengan berat bersih
yang sama namun harganya lebih murah dan dikirim langsung ke pasar Kanona.
Tamanan yang dipanen secara bersama-sama biasanya akan dikirim ke supermarket
sehingga standar mutu harus diperhatikan. Ketika proses pemanenan, atap rumah
kaca diberikan jaring paranet untuk mengurangi cahaya matahari masuk agar sayuran
tetap segar setelah diambil dari akarnya. Peningkatan dan penurunan produksi dapat
dipengaruhi oleh teknik budidaya dan kondisi lahan tanam. Pada musim cenderung
dingin, produksi meningkat dan sebaliknya suhu cenderung panas produksi
46
mengalami penurunan. Pucak produksi panen horenso terjadi pada bulan Agustus
hingga Desember karena faktor alam yang mendukung karena masuk dalam musim
cenderung dingin.
Berdasarkan data pada data hasil panen di perusahaan Chuoh Engei
menunjukkan bahwa daya tumbuh dari horenso yang dibudidayakan tergolong tinggi.
Penanaman dan kondisi lingkungan di dalam rumah kaca menjadi salah satu faktor
penentu kualitas hasil panen pada horenso. Menurut Suhardiyanto (2009) hama dan
penyakit serta kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya dapat
dikendalikan agar mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman sehingga
pertumbuhan horenso menjadi optimal. Kehilangan hasil panen dapat terjadi selama
proses kegiatan budidaya berlangsung dan mempengaruhi pada perolehan hasil
panen. Sebab dari kehilangan hasil panen horenso yang tertinggi diperusahaan yaitu
pertumbuhan tanaman tidak sempurna dikarenakan jamur akibat kondisi lahan yang
tidak mendukung. Selain itu, kehilangan hasil panen dapat disebabkan oleh patahnya
tanaman karena kesalahan panen pekerja saat di lapan
5.3 Pengelolaan Pascapanen Tanaman Horenso di Chuoh Engei
Pengelolaan pascapanen bertujuan untuk menyalurkan produk kepada
konsumen dengan kualitas yang terjaga (Nyangjage et.al., 2005). Persaingan
perdagangan produk segar hortikultura semakin ketat sehingga produsen dituntut
untuk mendistribusikan produk kepada konsumen sesegera mungkin dengan mutu
dan kandungan nutrisi yang ada didalamnya agar dapat dikonsumsi secara maksimal
47
(Ditjen, 2013). Kegiatan pascapanen meliputi penyortiran dan penyeleksian kualitas,
penimbangan berat bersih dalam kemasan plastik, pengemasan, kemudian tahapan
terakhir adalah pengangkutan dalam kendaraan distribusi yang didalamnya terdapat
pengatur suhu menjadi sejuk agar horenso tetap segar karena jika terpapar suhu
panas, sayuran akan cepat layu. Selain itu, setelah hasil panen sudah selesai,
kemudian dilakukan pembersihan lahan rumah kaca dari tanaman horenso yang telah
dipanen.
5.3.1 Sortasi
Sortasi merupakan salah satu kegiatan pascapanen yang umum dilakukan
yang bertujuan agar memisahkan tanaman berdasarkan tingkat kerusakan baik karena
cacat mekanis ataupun karena bekas serangan hama atau penyakit. Pada kegiatan
sortasi, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk,
ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidaknya serangan
hama atau kerusakan akibat penyakit. Sortasi dilakukan secara manual dengan
melakukan pembuangan daun muda pada tanaman, melihat kualitas berdasarkan
standar perusahaan yang terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Sortasi Horenso Perusahaan Chuoh Engei
Kriteria Baik (good) Tidak baik (not good)
Ukuran Panjang tangkai hingga ke daun 26-
28 cm
Panjang tangkai hingga kedaun <26cm
>28 cm
Warna Hijau Segar Hijau bintik putih, kuning, hitam
Penyakit Tidak ada hama dan jamur Ada hama dan jamur
Daun Tidak berlubang dan tidak berbintik Berlubang dan berbintik
Sumber: Pengamatan & hasil wawancara
48
Sayuran yang telah dipanen kemudian diletakkan pada keranjang panen dan
disusun rapih untuk mempermudah proses penimbangan dan pengemasan. Hal ini
dilakukan berdasarkan parameter kualitas yang sudah ditetapkan oleh perusahaan
seperti panjang tangkai hingga ujung daun, tingkat kerusakan baik yang disebabkan
oleh patogen, hama, serangga maupun kerusakan mekanis saat proses pemotongan
tanaman dari akar, bentuk daun yang tidak normal, warna daun serta banyaknya daun
dalam satu tanaman. Kegiatan penyortiran dilakukan satu persatu dengan
menghilangkan daun yang masih kecil, menguning, serta daun dan batang yang rusak
untuk menghindari adanya bakteri, kemudian tanaman ditimbang dan dikemas.
5.3.2 Penimbangan dan Pengemasan
Kegiatan pascapanen setelah sortasi adalah penimbangan dan pengemasan
dengan tujuan untuk menghindari dan melindungi tanaman dari kerusakan fisik yang
terjadi selama perjalanan maupun penyimpanan (Syadah, 2012). Penimbangan
dilakukan dengan timbangan digital dan wadah agar memudahkan horenso
dimasukan dalam kemasan plastik dan menekan kerusakan fisik akibat proses
penimbangan dan pengemasan. Pengemasan dilakukan untuk meminimalisir
kerusakan karna akan dikirim melalui beberapa tahap pengiriman, sehingga perlu
diperhatikan untuk memperpanjang umur tanaman. Horenso dikemas dalam plastik
kemas tanpa di tutup rapat atau dibiarkan terbuka, kemudian dimasukan dalam
kemasan kardus sebagai kemasan sekunder.
49
Gambar 15. Kegiatan Penimbangan dan Pengemasan
Penyimpanan merupakan proses selanjutnya setelah pengemasan dilakukan,
horenso yang telah dikemas dan telah dimasukkan dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam mobil distribusi yang dilengkapi dengan pengaturan suhu agar
horenso tetap segar dalam proses pengiriman. Berat bersih dalam satu kemasan
berkisar antara 180-200 gram tergantung besar kecilnya pertumbuhan horenso dan
biasanya berat bersih 180 g untuk pengiriman ke pasar kanona dan 200 gr untuk
pengiriman ke pasar besar yang wilayah kirimnya lebih luas. Penetapan harga tiap
masa panen mengalami fluktuasi yang berkisar antara 120-140 yen. Pengemasan
dilakukan dua kali yaitu secara satuan menggunakan plastik kemasan kemudian
disusun rapih dalam kardus sebanyak 20 kemasan plastik. Tahapan selanjutnya yaitu
meletakkan kardus yang telah diberi identitas berat bersih dan banyaknya kantung
kemasan didalamnya serta tanggal panen, kemudian hasil panen di angkut
50
menggunakan alat pengangkut roda satu dengan cara kerja didorong menggunakan
tangan kemudian diletakkan dan dimasukan ke dalam mobil angkut.
5.3.3 Pembersihan Lahan rumah kaca
Kegiatan pembersihan lahan rumah kaca dilakukan setelah kegiatan
pemanenan horenso telah selesai, tujuan kegiatan ini untuk mempersiapkan lahan
yang akan digunakan penanaman horenso selanjutnya. Kegiatan ini yaitu melakukan
pembersihan dan membuang semua benda yang berada di lahan secara manual.
Kegitan ini memerlukan alat kerja untuk mempermudah kegiatan pembersihan yaitu
garpu daun, pacul kecil dengan gagang panjang, dan gerobak dorong untuk
mengangkut sisa tanaman yang tidak digunakan dan akan dibuang.
Gambar 16. Kegiatan Pembersihan Lahan Rumah Kaca
51
Pembersihan dilakukan secara bergotong-royong agar dapat selesai dengan
cepat. Tenaga kerja melakukan pekerjaan secara kondisional sehingga selain
membersihkan lahan, pekerja lain yang telah selesai melakukan pemanenan,
membantu kegiatan pengemasan horenso, memberi identitas pada kardus pengemas,
dan meletakkan horenso siap kirim kedalam mobil pengirim. Selain itu, ada pula yang
bertugas melepas jaring paranet pada atas rumah kaca yang berfungsi untuk meredam
panas cahaya matahari pada proses pemanenan dilakukan, kemudian jaring paranet
disimpan untuk digunakan kegiatan pemanenan selanjutnya.
Penanganan pascapanen horenso merupakan suatu kegiatan yang memberikan
beberapa perlakuan terhadap horenso setelah dipanen hingga sampai pada tangan
konsumen, tujuan dari penanganan pascapanen yaitu untuk menjaga agar kualitas
tanaman yang diterima oleh konsumen tetap baik. Kegiatan pascapanen dilakukan
secara manual meliputi penyeleksian kualitas (sortasi). Kriteria standar mutu horenso
di perusahaan Chuoh Engei ditetapkan berdasarkan kriteria perusahaan. Kriteria
panen utama horenso yaitu tidak terdapatnya penyakit dan jamur serta panjang
tanaman minimum. Setelah kegiatan panen selesai, rumah kaca diberi perlakuan yaitu
sanitasi lahan guna penanaman horenso selanjutnya.
5.4 Aspek Manajerial
Aspek manajerial merupakan rangkaian kegiatan suatu proses tahapan dalam
mengarahkan kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai sebuah tujuan perusahaan yang telah
52
ditetapkan. Dalam kegiatan prapanen, panen dan pascapanen tanaman horenso di
Chuoh Engei kegiatan yang dilakukan melihat manajeman produksi dan manajeman
pemasaran yang diterapkan perusahaan.
5.4.1 Manajeman Produksi
Proses perencanaan produksi tanaman horenso di perusahaan Chuoh Engei
merupakan hasil dari rumusan kegiatan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan
menyusun program tanam per tahunya berupa rencana tanam tiap musim tanam dari
Januari sampai Desember untuk tanaman buah, sayur dan bunga apa yang
dibudidayakan. Rencana tanam kemudian dilaksanakan dalam bentuk realisasi tanam
dengan penetapan waktu yang telah direncanakan seperti jadwal yang tertera pada
lampiran 4. Realisasi tanam kemudian disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di
lapang seperti penetapan harga, perubahan musim dan cuaca. Komoditas horenso
ditanam dan dipanen pada musim semi, panas dan gugur yaitu pada periode waktu
bulan Mei hingga Desember. Produktivitas pertumbuhan horenso paling tinggi yaitu
pada musim gugur bulan Agustus akhir hingga November karena suhu yang cocok
mendukung hasil produksi. Pengawasan dan pengendalian pada tanaman merupakan
bagian penting dalam suatu sistem manajeman. Pemilik perusahaan mengawasi
secara langsung dan mengarahkan jalanya kegiatan di Perusahaan agar sesuai dengan
rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam
mengimplementasikan rencana tanam.
53
5.4.2 Manajeman Pemasaran
Kegiatan distribusi pemasaran horenso di Perusahaan Chuoh Engei dilakukan
melalui arahan dari Asosiasi Petani Jepang yang diperhatikan langsung oleh
pemerintah, sehingga hasil panen Horenso terjamin keberadaanya, petani tidak
merugi dengan harga pasar yang fluktuatif karena pemerintah telah mengatur harga
dengan mengendalikan harga yang layak bagi petani dan juga konsumen. Jikalau ada
pihak swasta yang membeli, harga beli tidak lebih rendah daripada harga beli
pemerintah, begitu pula harga produk lokal harus lebih murah daripada produk impor.
Asosiasi petani juga mengatur tata niaga suatu perusahaan seperti komoditas apa dan
dengan jumlah berapa pada suatu komoditas yang akan dibudidayakan oleh suatu
perusahaan di Jepang. Selain itu, hasil produk yang telah siap akan dipasarkan
langsung dan dikirim ke tempat penjualan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Penjualan Horenso pada bulan Juni hingga Oktober dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penjualan Horenso Pada bulan Juni - Oktober di Chuoh Engei Tahun 2020
Bulan Jumlah Produksi
(per pack)
Jumlah
Masa Panen
Rata-rata Harga
(yen)
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
1120 4540
8863
6155
1700
1 5
9
8
2
1120 908
984,8
769,4
850
140 130
130
140
130
Total Produksi 22.378 (pack)
Total Tanam 25 unit (rumah kaca)
Total Harga Penjualan 2.981.890 yen
Sumber: Diolah
54
Pada tabel 5 menunjukkan data penjualan horenso pada bulan Juni hingga
Oktober dilakukan sebanyak 25 kali dengan hasil total produksi sebanyak 22.378
kantung kemasan horenso. Total harga penjualan yang diperoleh perusahaan sebesar
2.981.890 yen atau sekitar Rp. 402.555.150,00. Menurut Samiati et al, (2012:121-
125) Produksi biomassa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya,
temeperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif unutk
pertumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat. Menurut
Nurshanti (2010:7-10) berat segar ditentukan oleh banyaknya kandungan air pada
tanaman. Distribusi produk dilakukan dari perusahaan Chuoh Engei ke tempat
penjualan, produk dikirim kedua tempat pemasaran yaitu untuk didistribusikan ke
supermarket sekitar bernama Eniwa Farmers market KANONA yang dapat dilihat
pada gambar 17 dan pasar besar yang memang dijadikan sebagai tempat untuk
mendistribusikan sayuran segar dengan wilayah kirim yang lebih luas hingga sampai
ke Tokyo. Harga horenso per kemasan dapat mengalamai fluktuasi tiap masa panen,
berkisar antara 120-140 yen per kemasan, namun cenderung stabil.
Gambar 17. Tampak Depan Pasar Kanona dan Kegiatan di dalam Pasar
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tahapan kegiatan dalam menghasilkan tanaman horenso hingga pemasaran
di Chuoh Engei melalui tiga tahap yaitu mulai dari prapanen, pengelolaan panen,
serta pengelolaan pascapanen. Kegiatan prapanen tanaman horenso antara lain
melakukan persiapan lahan dan persiapan media tanam, persiapan tanam dan proses
penanaman benih horenso, pemeliharaan tanaman serta pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman. Pengelolaan panen yang diterapkan perusahaan yaitu
mempunyai penetapan minggu panen dilakukan dengan menghitung umur tanaman
sejak penanaman di lahan, sedangkan untuk penetapan hari panen dilakukan dengan
cara visual yaitu melihat tingkat ukuran tanaman dan jadwal yang sudah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan pengelolaan pascapanen yang dilakukan meliputi penyortiran
dan penyeleksian kualitas, penimbangan berat bersih dalam kemasan plastik,
pengemasan, kemudian tahapan terakhir adalah pengangkutan dalam kendaraan.
6.2 Saran
Perusahaan Chuoh Engei dalam menjalankan kegiatan budidaya serta
pengelolaan panen dan pascapanen pada komoditas tanaman horenso sudah dilakukan
cukup baik, ditunjukkan dengan hasil produktivitas yang optimum dan telah
memenuhi standar perusahaan pada beberapa parameter yang diamati yaitu kondisi
lingkungan tumbuh, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, umur panen, kegiatan
56
produksi panen, serta standar mutu. Sehingga perlu adanya keberlanjutan kegiatan
budidaya dengan sistem yang telah ditentukan oleh perusahaan, baik pada kegiatan
prapanen, pengelolaan panen dan pascapanen tanaman horenso.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2013. Gambar Tanaman Horenso (spinacea oleracea L) / Bayam Jepang.
https://adityaofagriculture.wordpress.com/2013/01/07/hama-
penyakittanamanbayam. Diakses pada 20 September 2020.
Arifianto, M. 2017. Proses pemanenan paprika (Capsicum annuum var. Tribeli)
hidroponik dalam greenhouse pada perusahaan V.OF M & W Van Paaseen di
De Lier, Belanda Selatan, Belanda. Skripsi. Bogor, Institut Pertanian Bogor.
Barzegar M, F. Erfani, A. Jabbari, MR. Hassandokit (2007) Chemical Composition of
15 Spinach (Spinacea oleracea L.) cultivars grown in iran. Ital J Food Sci 19:
309-318.
[BBPP] Balai Besar Penelitian Pertanian. 2015. Pascapanen sayuran.
http://www.bbpp-lembang.info [15 Agustus 2020].
Baroroh, Kiromim. 2018. Pengelolaan Panen dan Pascapanen Bunga Lily Potong
(Lilium longgiflorum ‘LA Hybrid’) di Perusahaan Dily Sunshine,
Heerhugowaard, Belanda Utara. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Petanian Bogor.
Bazzano LA, Li TY, Joshipura KJ, Hu FB. 2008. Intake of Fruit, Vegetables, and
Fruit Juices and Risk of Diabetes in Women. Diabetes Care. (7): 1311-1317.
Bihter-Avsar. 2011. Genetic Diversity of Turkish spinach cultivars (Spinacia
oleracea L.) A Master dissertation, Graduate School of Engineering and
Sciences, Izmir Institute of Technology, Turkey.
Chuoh-engei.jp/index.html.
Decoteau. D. R, 2000. Vegetative Crop. The Pennsylvania State Univercity, USA.
58
[Ditjen] Direktorat Jendral Pertanian. 2013. Peraturan Menteri pertanian republic
Indonesia nomor 73/permentan/ot.140/7/2013 Tentang pedoman panen,
pascapanen, dan pengelolaan bangsal pascapanen hortikultura yang baik.
ditjenpp.kemenkumham.go.id. [16Agustus 2020].
Fatimah, Siti. 2009. Studi Klorofil dan Zat Besi (Fe) pada beberapa Jenis Bayam
terhadap Jumlah Eritrosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) Anemia. Disertasi,
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Malang. (Skripsi).
Febrianty, Eka. 2016. Analisis Usahatani Bayam Jepang (Spinacia Oleracea Linn) Di
Kelompok Tani RST Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Disertasi, Jurusan Agribisnis. Politeknik Negeri Lampung.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, and R,L. Mitchell. 1991. Physiology of crops plants. The
lowa State Univ. Press. Ames, IA.
Haryanto. 2007. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
https://en.climate-data.org/asia/japan/hokkaido/eniwa-41 (Diakses 15 Agustus 2020).
https://www.google.com/amp/s/matcha-jp.com/id/3644%3famp=true (Diakses 15
Agustus 2020).
https://research.wsulibs.wsu.edu/xmlui/bitstream/handle/2376/7192/pnw525.pdf?sequ
ence=1&isAllowed=y. ( Diakses 14 Agustus 2020).
https://www.jnto.go.jp/weather/ind/area_detail.php?sight_id=2 (Diakses 8 September
2020).
id.m.wikipedia.org/wiki/Horenso (Diakses 8 September 2020).
id.m.wikipedia.org/wiki/Prefektur_Hokkaido (Diakses 8 September 2020).
59
Jones, J.B. 2007 Tomato Plant Culture in The Field, Greenhouse and Garden. CRC
Press, United States of America.
Lingga, P. 1991. Jenis Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran ternak. Pusat
Penelitian Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S). ANTANAN. Bogor.
Lin, W. C. and M. Saltveit. 2012. Greenhouse production. P. 57-68 In: Russo V. M.,
(Eds). peppers: Botany, Production and Uses. CPI Group (UK) L td., United
States of America.
Leafforlife, Org. 2005. Spinacia oleaceae. Spinach Espinaca.
http:/leafforlife.Org/PAGES/SPINACIA.HTM. Diakses pada 15 Agustus 2020.
Mehta, D., and Belemkar, S., 2014. Pharmacological Activity of Spinacia oleracea L.:
A complete overview. Asia Journal of Pharmaceutical Reasearch and
Development. 2(1), 83-93.
Mutiarawati. 2007. Penanganan sebagai panen hasil pertanian. UNPADPress;
Bandung.
Nurshanti Fatma Dora. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica
junceae L.) Dengan Tiga Varietas Berbeda. Jurnal Agronobis. 2(4);7-10.
Nyanjage, M.O., S.P.O. Nyalala, A.O. Illa, B.W. Mugo, A.E. Limbe, E.M.Vulimu.
2005. Extending post-harvest life of sweet pepper (Capsicumannuum L.
‘California Wonder’) with modified atmosphere packaging and storage
temperature. Agricultural Tropica et Subtropika. 38(2): 28-34.
Oktihafifah, Dania, 2018. Manajeman Panen dan Passcapenen Paprika Kerucut Mini
(Capsium annuum var. Tribeli) di Ammerlaan Growers De Lier, Belanda,
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
60
Respondek, A, and Zvalo, V., 2008. Vegetable Production Guide-Spinach. Agra
Point. 2-10.
Reid, M.S and CZ. Jiang. 2012. Postharvest Biology and Technology of Cut Flowers
and Potted Plants. John Wiley and Sons, Inc, California, USA.
Rubatzky, V. E. dan Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi.
ITB, Bandung.
Samiati, A. Bahrun, dan L.O. Safuan. 2012. Pengaruh Takaran Mulsa Terhadap
Peertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Berkala
Penelitian Agronomi. 1 (2):121-125.
Setiawan, A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Kanisius,
Yogyakarta.
Setyowati. 2007. Fisiologi pascapanen Buah-buahan dan Sayur-sayuran. IPB.
Bogor.
Susila, Anas D. 2006. Pandungan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian produksi
tanaman departemen agronomi dan hortikultura. IPB hal 107-109.
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk Dan cara Penggunaan. Rineka Cipta Jakarta.
Suwardi. 2011. Analisa Kadar Oksalat dalam Daun Bayam yang sudah dimasak
degan metode Spektrofotometri UV. Disertasi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Pekan baru. (Skripsi).
Syadah, I. 2012. Studi Budidaya Lily Potong (Lilium Spp.) di Kebun Cibodas PT.Puri
Sekar Asri Lembang-Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Institut PertanianBogor.
Bogor.
LA
MP
IRA
N
Lam
pir
an
1.
Ta
mp
ak
Dep
an
Pap
an
Nam
a P
eru
sah
aan
Ch
uoh
En
gei
62
Lam
pir
an
2.
Da
ta I
kli
m K
ota
En
iwa,
Jep
an
g (
1981
-2010)
63
Lampiran 3. Pembagian Lahan Terbuka dan lahan Pada rumah kaca
64
Lampiran 4. Jadwal Penanaman, Pemeliharaan, dan Panen Horenso
Jadwal diatas dapat berubah sesuai kondisi dilapangan.
65
Lampiran 5. Sarana dan Prasarana di Perusahaan Chuoh Engei
Fasilitas Jumlah
(Unit)
Fungsi
Kantor utama 1 Pusat kegiatan administrasi
Tempat istirahat
karyawan
4 Lantai bawah untuk istirahat pagi dan sore
dan lantai atas untuk istirahat siang
Gudang 3 Tempat penyimpanan alat dan bahan
kegiatan pertanian
Ruang packing 1 Tempat pengecekan, pengemasan, pelebelan
produk serta pengepakkan produk
Mobil dan mesin
penanam ladang
2 Alat untuk menanam benih di ladang
Mobil dan mesin
penanam manual
(roboto)
1 Dilengkapi dengan membuat lubang tanam,
mengambil bibit tanaman, dan menanam
bibit secara otomatis
Mesin penanam manual
1 Alat untuk menanam benih horenso dalam
rumah kaca
Mobil penyiram
tanaman
1 Menyiram tanaman dengan debit air yang
dapat diatur dan dapat berjalan otomatis di
rel
Mesin otomatis
penyiram tanaman
2 Mengatur debit air yang diperuntukan untuk
tanaman tomat setelah dilakukan
persilangan,
Mesin air tanah 1 Memompa air tanah dan dialirkan pada
setiap keran yang ada
Mesin penjual minuman
otomatis
2 Menjual minuman kaleng dan botol secara
praktis
Toilet 7 Toilet karyawan dipisah secara gender
Ruang pengatur suhu
untuk bibit
1
Menyimpan bibit hasil persilangan sebelum
ditanam
Mesin otomatis tanam 10 Cara kerja mesin ini yaitu bergerak secara
otomatis jika pot berisi tanaman diatasnya
sudah tertanam semua
66
Mesin rotary tractor 4 Traktor pengolahan lahan
Mesin otomatis
memasukan tanah ke
dalam pot
2 Alat untuk memasukan tanah kedalam pot
berbagai ukuran secara otomatis
Mobil alat berat 5 Untuk mengangkut sesuatu yang berat
Mobil pick-up 4 Mengangkut yang berhubungan dengan
kerja perusahaan
Mobil Jemputan
karyawan
1 Diperuntukkan untuk karyawan yang tidak
membawa kendaraan pribadi
67
Lam
pir
an
6.
Da
ta P
en
ga
ma
tan
Pertu
mb
uh
an
Vegeta
tif
Horen
so S
eb
elu
m d
iola
h
Kete
rang
an:
data
peng
am
ata
n p
ert
um
bu
han v
eg
eta
tif
sebelu
m d
iola
h m
eru
pakan h
asi
l pengukura
n t
ingg
i dan j
um
lah d
au
n
yang su
dah m
eng
gu
nak
an ang
ka p
em
bu
lata
n,
sehin
gga ti
dak ada data
ko
ma p
ada se
tiap penguk
ura
nnya.
MS
T adala
h
Min
ggu
Sete
lah T
anam
.
No.
Ru
mah
kaca
Tin
ggi
Tan
am
an
(cm
)
1 M
ST
2 M
ST
3 M
ST
4 M
ST
5 M
ST
Barat
5
3,2
,3,3
,2
7,7
,8,9
,7
13,1
4,1
5,1
4,1
4
19,2
0,2
1,2
0,1
9
25,2
4,2
4,2
3,2
2
Barat
2
3,2
,3,2
,2
9,7
,8,9
,8
15,1
4,1
5,1
4,1
5
20,2
1,1
9,2
0,2
1
24,2
3,2
2,2
3,2
2
Uta
ra 1
5
3,2
,3,2
,3
7,8
,8,9
,10
16,1
4,1
5,1
6,1
5
21,1
9,1
9,2
0,1
9
25,2
5,2
4,2
4,2
3
Uta
ra 2
8
3,3
,3,3
,2
7,8
,7,9
,8
16,1
5,1
5,1
4,1
5
19,2
0,2
1,2
0,1
9
26,2
5,2
4,2
5,2
4
Baru
12
3
,4,3
,3,3
8,9
,8,1
0,7
15,1
6,1
4,1
5,1
6
22,2
1,2
0,2
0,1
9
26,2
5,2
4,2
3,2
4
J
um
lah
Dau
n (
lem
bar)
Barat
5
3,2
,4,4
,5
5,5
,6,5
,5
6,7
,8,7
,8
9,8
,9,8
,8
12,1
1,1
2,1
1,1
2
Barat
2
4,4
,4,4
,3
5,6
,5,6
,5
8,9
,7,8
,8
9,9
,8,9
,9
12,1
1,1
2,1
1,1
0
Uta
ra 1
5
4,4
,4,4
,4
6,5
,5,5
,5
8,8
,7,8
,7
8,9
,8,9
,8
14,1
3,1
4,1
2,1
3
Uta
ra 2
8
4,5
,4,5
,4
6,5
,5,6
,5
9,7
,8,7
,6
9,8
,9,8
,9
15,1
3,1
4,1
3,1
2
Baru
12
4
,5,5
,5,5
5,5
,6,6
,6
8,9
,8,7
,8
9,8
,9,8
,8
14,1
5,1
6,1
5,1
4