teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

34
TINJAUAN PUSTAKA 1. PANEN Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya.Produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan, hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas harus maksimal, dengan penanganann yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Indicator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat menurut Purwadaria (1989) antara lain sebagai berikut : 1) Indicator fisik Indikator fisik sering digunakan khususnya pad beberapa komuditas buah. Indikatornya adalah: a) Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah dengan menggunkaan onenetrometer. b) Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan. 2) Indicator visual Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh ataupun komoditas sayur. Indikatornya yaitu: i) Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk. ii) Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering. Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra penglihatan manusia. Sering salah pemenenan dialakukan terlalu muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen. 3) Analisis kimia

Upload: valent

Post on 10-Aug-2015

836 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

TINJAUAN PUSTAKA

1.      PANEN

              Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur

dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya.Produk hortikultura setelah panen tidak bisa

dinaikan, hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kwalitas harus maksimal, dengan

penanganann yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Indicator yang dapat

digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat menurut Purwadaria (1989) antara lain

sebagai berikut :

1) Indicator fisik

Indikator fisik sering digunakan khususnya pad beberapa komuditas buah.

Indikatornya adalah:

a) Buah mudah tidaknya dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah dengan  

menggunkaan onenetrometer.

b) Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat dikuantitatifkan.

2) Indicator visual

Paling banyak dipergunakan baik pada komoditas bauh ataupun komoditas sayur.

Indikatornya yaitu:

i) Berdasarkan warna kulit,ukuran dan bentuk.

ii)  Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering.

Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra penglihatan manusia. Sering

salah pemenenan dialakukan terlalu muda/awal/atau terlalu tua/ lewat panen.

3) Analisis kimia

Terbatas pada perusahan besar, lebih banyak pada komoditas buah. Indikatornya

adalah:

i) Jumlah kandungan zat padat terlarut.

ii) Jumlah kandungan asam

iii)   Jumlah kandungan parti,

iv) Jumlah kandungan gula

Metode analisis kimia lebih objektif dari visual karena terukur.Dasarnya:

terjadinya perubahan biokimia selama proses pemasakan buah.

Perubahan yang sering terjadi adalah:                                                                 

a. Pati menjadi gula,

b. Menurunnya kadar asam,

Page 2: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

c. Meningkanya zat padat terlarut.

4) Indikator fisiologis

Indikator utamanya adalah:

a) Laju respirasi

b) Jumlah konsentrasi dan konsentrasi etilen.

Indikator fisiologis sangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat

klimaterik.Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirainya mencapai

klimaterik.Apabila laju respirasi suatu komoditas sudah mencapai klimaterik, siap

dipanen.                                  

5) Komputasi

Indeksnya adalah:

i. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman mulai dari

penanaman sampai masak fisiologis.

ii. Unit panas setiap tanaman.

Dasarnya adalah adanya korelasi positif antara suhu lingkungan denagn

pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayur.

Setelah diketahui bahwa produk hortikultura sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat

segera dilakukan dan produk harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus

dilakukan secepat mungkin, dengan kerusakan produk sekecil mungkin, dan biaya semurah

mungkin. Umumnya panen masih dilakukan secara manual menggunakan tangan dan

peralatan-peralatan sederhana. Meskipun memerlukan banyak tenaga kerja, panen secara

manual masih lebih akurat, pemilihan sasaran panen juga dapat lebih baik dilakukan,

kerusakan fisik yang berlebihan dapat dihindari, dan membutuhkan biaya yang lebih kecil

dibandingkan dengan panen menggunakan peralatan mekanis (Suparlan, 1990)

Cara panen yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Dengan cara ditarik: apokat, kacang polong, tomat

b) Dengan cara dipuntir: jeruk, melon

c) Dengan cara dibengkokkan: nenas

d) Dengan cara dipotong: buah dan sayuran pada umunya, dan bunga potong

e) Dengan cara digali dan dipotong: umbi, dan sayuran akar

f) Dengan menggunakan galah: buah pada di pohon yang tinggi secara umum

Beberapa bagian yang Dipanen menurut Dhalimi(1990) antara lain :

a) Biji.

Page 3: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari

buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji di-lakukan pada saat biji telah masak

fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau

polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau

polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau

kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada

tanaman se-musim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu

luasan tertentu. Pemanenan dilaku-kan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah

mulai mongering. Hal ini berbeda dengan tanaman se-musim indeterminate dan

tahunan, yang umumnya dipanen secara ber-kala berdasarkan pemasakan dari

biji/polong.

b) Buah

Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik. Pemanenan

sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan

kuantitasnya berkurang. Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti buah

mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak

enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang

terlambat akan menyebabkan pe-nurunan kualitas karena akan terjadi perombakan

bahan aktif yang ter-dapat di dalamnya menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah

menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk.

c) Daun

Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah

memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman.

Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek.

Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah

dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah, seperti tanaman jati belanda dapat

dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan

dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pe-

manenan yang terlambat menyebab-kan daun mengalami penuaan (se-nescence)

sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah ter-degradasi. Pada beberapa

tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.

d) Rimpang

Untuk jenis rimpang waktu pe-manenan bervariasi tergantung penggunaan. Tetapi

pada umumnya pe-manenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan.

Page 4: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Seperti rimpang jahe, untuk kebutuhan eks-por dalam bentuk segar jahe dipanen pada

umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan. Selanjutnya

untuk keperluan pem-buatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur

4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai

bahan obat, rimpang di-panen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam.

Untuk temu-lawak pemanenan rimpang dilaku-kan setelah tanaman berumur 10 - 12

bulan. Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak

atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal

musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat

ditandai dengan mulai menge-ringnya bagian tanaman yang berada di atas

permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan

kencur.

e) Bunga

Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun

kering. Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat

bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya maksimal. Berbeda dengan bunga yang

digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang

mekar. Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup

menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang

sudah mekar.

f) Kayu.

Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder

secara maksimal. Umur panen tanaman berbeda-beda tergantung jenis tanaman dan

ke-cepatan pembentukan metabolit sekundernya. Tanaman secang baru dapat

dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun, karena apabila dipanen terlalu muda

kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit.

            Disamping cara panen, waktu panen juga mempengaruhi kualitas produk hortikultura

yang dihasilkan. Umumnya panen dilakukan pagi hari ketika matahari baru saja terbit karena

hari sudah cukup terang tetapi suhu lingkungan masih cukup rendah sehingga dapat

mengurangi kerusakan akibat respirasi produk dan juga meningkatkan efisiensi pemanenan.

Beberapa jenis produk hortikultura lebih baik dipanen agak siang agar embun yang

menempel pada produk telah mengering, atau sekalian sore hari bila suhu lingkungan juga

menjadi pertimbangan penting. Hal ini dapat mengurangi luka bakar akibat getah yang

Page 5: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

mengering pada buah-buah yang mengeluarkan getah dari tangkainya seperti mangga, atau

mengerluarkan minyak seperti jeruk, dan mengurangi kerusakan mekanis (sobek) pada

sayuran daun (Winarno, 2001)

2. PASCA PANEN

            Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau

perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di

tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi

(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen

(postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering

disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang

digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi

“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya (Winarno, 2001).

            Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,

kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary

processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk

lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak

dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan

pengolahan industri.Gambaran umum karakteristik komoditas hortikultura bersifat

volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak) sehingga

dibutuhkan penanganan pasca panen yang cepat dan tepat. Hal utama yang timbul akibat

penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan

hasil (Dhalimi,1990).

Hal ini disebabkan antara lain penanganan pasca panen produk hortikultura yang

masih dilakukan secara tradisional atau konvensional dibandingkan kegiatan pra panen.

Terlihat bahwa masih rendahnya penerapan teknologi, sarana panen/pasca panen yang

terbatas, akses informasi dalam penerapan teknologi dan sarana pasca panen juga terbatas

sehingga menjadi kendala dalam peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani/pelaku

usaha (Anonim, 1993).

Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau

hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen

tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses

selanjutnya

Page 6: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Penanganan pasca panen hortikultura secara umum bertujuan untuk memperpanjang

kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang dilaksanakan melalui pemanfaatan

sarana dan teknologi yang baik. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak teknologis,

ekologis dan ekonomis diperlukan road map (peta perjalanan) penanganan pasca panen

hortikultura sebagai landasan dalam penyusunan program kegiatan, rencana aksi serta

kebijakan (Dhalimi,1990).

Tahapan Penanganan Pasca Panen :

1.      Pemanenan : Pemungutan hasil pertanian yang teah cukup umur

2.      Pengumpulan : Mengumpulkan hasil panen untuk mempermudah penyortiran.

3.      Sortasi : Pemisahan hasil panen yang baik dan jelek.

4.      Pencucian :Mencuci Produk hasil sortasi dari kotoran

5.      Grading: Untuk mendapatan sayuran yang baik dan seragan dalam suatu kelas yang     sama

sesuai dengan standard yang telah ditetapkan atau sesuai dengan permintaan konsumen.

6.      Pengemasan : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan karena benturan sesama produk

selama penyimpanan.

7.      Penyimpanan dan pendinginan : Menekan enzim respirasi agar aktivitasnya serendah

mungkin sehingga laju respirasinya kecil dan produk terjaga kesegaranya.

8.      Transportasi:Mendistribusikan hasil pertanian yang telah melewati tahap-tahap pascapanen.

Teknologi pasca panen adalah cara, metode atau teknik yang digunakan dalam menangani hasil

hortikultura yang telah dipanen agar kerusakan pasca panen menurun, masa simpan dalam keadaan

segar menjadi lebih lama, mutu lebih baik, penampilan dalam keadaan segar lebih menarik, dan

penanganan oleh konsumen lebih mudah.

Penurunan Kerusakan Pasca Panen dan Perpanjangan Masa Simpan

Pada saat panen dan pasca panen, hasil hortikultura dapat mengalami kerusakan fisik misalnya

karena tergores, sobek, memar, benturan dan jatuh. Kerusakan fisiologis juga akan terjadi karena

reaksi biokimia di dalam sel dan jaringan sehingga terjadi perubahan-perubahan pada warna, tekstur,

dan rasa. Berat bahan dapat berkurang karena penguapan air dari bahan. Mikroorganisme dan

serangga yang terbawa pada saat panen, atau mengkontaminasi bahan setelah panen dapat

menyebabkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dikurangi dan ditunda dengan

menerapkan cara penanganan yang baik pada saat panen dan pasca panen. Memberi perlakuan dan

perlindungan tertentu pada hasil hortikultura adalah salah satu contoh penanganan yang baik,

misalnya memberi bahan yang dapat mengurangi energi benturan, membuang bagian-bagian yang

Page 7: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

rusak, membersihkan dan mencuci bahan dengan air yang telah diberi desinfektan, dan menyimpan

bahan pada suhu rendah.

Peningkatan Penampilan dan Kemudahan Penanganan oleh Konsumen

Hasil hortikultura yang telah dipanen, sering tampak kotor karena terdapat bagian-bagian yang

rusak, atau terkontaminasi kotoran. Penyiangan bagian-bagian yang rusak, pembersihan dan

pencuciaan dapat meningkatkan penampilan hasil hortikultura sehingga tampak lebih menarik.

Perlakuan tersebut juga memudahkan konsumen dalam menangani bahan karena mereka tidak perlu

lagi melakukan penyiangan dan pembersihan bahan ketika melakukan pengolahan.

Perubahan pada Masa Pasca Panen

Proses metabolisme yang ditandai dengan adanya respirasi akan mendorong terjadinya

perubahan fisiologis, fisik dan kimia pada bahan. Senyawa-senyawa di dalam bahan dapat berubah

jenis dan jumlahnya seiring dengan proses metabolisme. Perubahan itu pada akhirnya menuju kepada

kerusakan pada bahan.

1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Masa Pasca Panen

Berbagai faktor internal dan eksternal dapat berpengaruh terhadap hasil hortikultura pada

masa pasca panen. Faktor internal adalah proses metabolisme yang terjadi pada sel dan

jaringan bahan. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan biotik seperti serangga, tikus

dan mikroba, serta lingkungan abiotik seperti suhu, kelembaban dan komposisi gas pada

udara ruang penyimpanan.

Faktor abiotik seperti kondisi udara di ruang penyimpanan dapat mempengaruhi proses

metabolisme. Misalnya pada suhu yang lebih tinggi, laju metabolisme akan lebih tinggi pula.

Faktor biotik, seperti serangga dan mikroba akan mengkonsumsi jaringan bahan untuk

pertumbuhannya. Populasi mikroba dan serangga pada bahan biasanya seiring dengan

peningkatan kerusakan pada bahan. Faktor biotik juga dapat dipengaruhi oleh faktor abiotik,

misalnya pada suhu rendah kebanyakan mikroba menjadi turun aktivitasnya.

a) Metabolisme pada Sayur dan Buah

Cara yang paling mudah untuk mempelajari metabolisme hasil hortikultura adalah

dengan mengamati produksi karbondioksida dan gas etilen; perubahan warna dan

komposisi bahan; pertambahan ukuran bahan dan perkecambahan.

b) Produksi Karbondioksida

Pada masa pasca panen, jaringan sayur dan buah masih terus melangsungkan

metabolisme, di antaranya adalah respirasi yang memerlukan oksigen dan

menghasilkan gas karbondioksida. Respirasi dapat menyebabkan berkurangnya

kandungan zat gizi, perubahan flavor dan rasa; dan berkurangnya berat bahan.

Page 8: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Berdasarkan laju produksi karbondioksida, beberapa jenis sayur dan buah dapat

dikelompokkan seperti Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Pengelompokan hasil hortikultura berdasarkan laju produksi karbondioksida

Kelompok Respirasi Laju Produksi CO2

pada 5oC (mg.kg-

1.jam-1)

Komoditi

Sangat rendah <5 Kurma, sayur dan buah kering,

kacang

Rendah 5-10 Seledri, jeruk, bawang putih,

bawang merah, pepaya, nenas,

kentang, ubijalar, semangka

Sedang 10-20 Pisang, kubis, wortel (tanpa daun),

ketimun, tomat, mangga

Tinggi 20-40 Alpokat, wortel (tanpa daun),

Kembang kol, bawang daun, selada

Sangat tinggi 40-60 Brokoli, bunga potong

Sangat tinggi sekali >60 Jamur, bayam, jagung manis

Produksi Etilen

Etilen adalah sejenis hormon bagi tanaman yang mempengaruhi proses metabolisme tanaman.

Senyawa ini diproduksi oleh jaringan tanaman. Pada buah tertentu, jumlah gas etilen yang diproduksi

meningkat tajam pada saat pematangan. Buah seperti ini digolongkan sebagai buah klimaterik. Buah

yang produksi etilennya tidak menunjukan peningkatan yang besar pada saat pematangan digolongkan

sebagai buah non klimaterik.

Proses metabolisme dapat menyebabkan perubahan pada warna sayur dan buah sebagai berikut:

Kerusakan khlorofil. Kerusakan khlorofil menyebabkan bahan kehilangan warna hijau

yang dikehendaki pada buah dan tidak dikehendaki pada sayur.

Pembentukan karotenoid. Pembentukan karotenoid ditandai dengan munculnya warna

kuning dan orange yang seringkali dikehendaki seperti pada pisang, jeruk, pepaya,

markisa, nenas dan tomat.

Pembentukan antosianin. Pembentukan antosianin ditandai dengan munculnya warna

merah dan biru seperti yang terjadi pada terung pirus, dan apel.

Perubahan antosianin dan senyawa fenolik. Perubahan ini menyebabkan terjadinya

pencoklatan pada sayur dan buah.

Perubahan Komposisi

Page 9: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Komposisi kimia bahan juga berubah pada masa pasca panen, seperti pati berubah menjadi gula

atau sebaliknya, kerusakan pektin dan asam organikPertumbuhan dan Perkecambahan.

Berbagai hasil hortikultura tetap menunjukkan pertumbuhan atau bertunas pada masa pasca

panen. Kentang, bawang merah, bawang putih dan komoditi umbi lainnya dapat bertunas dan

akhirnya membusuk. Beberapa sayur seperti asparagus, bayam, dan kangkung dapat terus tumbuh

sehingga bentuknya berubah, menjadi lebih alot dan rasa kurang enak. Bunga potong, misalnya

gladiol yang diletakkan secara horizontal menunjukkan gejala geotropik sehingga tampak bengkok.

Pengaruh Lingkungan

Suhu, kelembaban, komposisi gas, dan kandungan etilen pada ruang penyimpanan, serta cahaya

dapat berpengaruh terhadap komoditi hortikultura yang sedang disimpan. Bahan-bahan kimia tertentu

juga dapat ditambahkan untuk memperpanjang masa simpan atau meningkatkan ketahanan terhadap

serangga dan mikroba.

Suhu

Untuk mendapatkan masa simpan yang relatif panjang, komoditi hortikultura harus disimpan

pada suhu optimum tertentu. Jika penyimpanan tidak dilakukan pada suhu optimum, maka berbagai

kerusakan dapat terjadi. Penyimpanan di atas suhu optimum, akan mempercepat kerusakan bahan. C

di atas suhu optimum,Biasanya, setiap kenaikan 10 maka kerusakan terjadi dua kali lebih cepat.

Kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan fisiologis dan kerusakan patologi.

Kelembaban

Laju transpirasi tergantung kepada kelembaban relatif udara pada ruang penyimpanan bahan.

Pada ruang dengan kelembaban relatif yang rendah, laju transpirasi akan tinggi sehingga bahan akan

kehilangan berat dengan cepat. Sedangkan pada ruang dengan kelembaban relatif yang tinggi,

kerusakan patologis oleh mikroba dapat berlangsung lebih cepat.

Komposisi Udara

Komposisi oksigen dan karbondioksida udara pada ruang penyimpanan dapat mempengaruhi laju

kerusakan pada bahan. Walaupun pengaruh komposisi udara berbeda terhadap jenis komoditi yang

berbeda, pada umumnya laju metabolisme dan kerusakan patologis dapat dikurangi dengan

menyimpan bahan pada ruang dengan kadar karbondioksida yang lebih tinggi dan oksigen yang lebih

rendah.

Etilen

Page 10: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Etilen dapat memberikan pengaruh yang diharapkan atau yang tidak diharapkan. Pemberian

etilen dapat mempercepat pematangan buah dengan warna yang lebih seragam. Sebaliknya,

pemberian etilen yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan fisiologis pada buah dan sayur.

Cahaya

Cahaya pada intensitas tertentu atau cahaya matahari langsung dapat menyebabkan kulit kentang

menjadi hijau karena terbentuknya khlorofil; dan juga beracun karena terbentuknya solanin. Sayur-

sayuran yang dipanen bersama akarnya akan menunjukkan gejala liototropik dimana bagian tanaman

membengkok ke arah cahaya.

Kerusakan Pasca Panen

Kerusakan pada masa pasca panen dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu kerusakan fisiologis,

kerusakan fisik dan kerusakan patologis. Kerusakan fisiologis terjadi jika bahan berada pada suhu

penyimpanan yang tidak cocok.

1) Kerusakan Fisiologis

Bahan yang disimpan pada suhu terlalu dingin dimana air bahan membeku, maka di dalam

jaringan bahan akan terbentuk kristal es yang cukup tajam untuk merusak sel dan jaringan

bahan. Kerusakan ini disebut kerusakan beku.

C atauBahan yang disimpan dingin (di atas suhu beku) dan di bawah 5 pada suhu yang

tergantung kepada jenis bahan dapat mengalami kerusakan dingin. Kerusakan ini akan

berupa perubahan warna, bercak lunak pada permukaan, tidak bisa matang, penyimpangan

flavor, dan meningkatnya pertumbuhan kapang yang secara normal tidak terdapat pada

bahan. Kerusakan ini akan lebih besar jika suhu penyimpanan turun naik, atau bahan

dikeluarmasukkan dari ruang pendingin.

Kerusakan panas terjadi jika bahan langsung terkena cahaya matahari yang cukup lama atau

suhu relatif tinggi. Kerusakan ini berupa perubahan warna (biasanya warna semakin pucat).

2) Kerusakan Fisik

Berbagai kerusakan fisik yang dapat terjadi berupa luka, goresan, memar, retak dan pecah

akibat benda tajam, gesekan, dan benturan. Jaringan yang mengalami kerusakan fisik akan

mengalami pencoklatan, lebih rentan terhadap serangan mikroba, dan mempercepat laju

metabolisme.

Kerusakan fisik yang lain adalah berkurangnya berat bahan yang disebabkan oleh transpirasi

atau penguapan air yang dapat terjadi selama pasca panen. Perubahan berat juga akan diikuti

dengan terjadinya kerut, layu, dan kehilangan kerenyahan. Transpirasi dipengaruhi oleh

faktor internal bahan seperti morfologi, luas permukaan, adanya luka dan tingkat

kematangan; serta faktor eksternal berupa suhu, kelembaban dan aliran udara dimana bahan

disimpan.

Page 11: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

3) Kerusakan Patologis

Berbagai mikroba dapat menyerang bahan pada masa pasca panen. Serangan ini akan

merusak bahan sehingga dapat menyebabkan kerusakan fisiologis dan fisik. Bahan yang

masih segar dan sehat mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap serangan mikroba.

Semakin lama sejalan dengan peningkatan kematangan, bahan semakin rentan terhadap

mikroba. Pada saat bahan berada pada masa senescen, bahan paling rentan dengan serangan

mikroba.

4) Teknologi Pasca Panen

Teknologi pasca panen mencakup pengumpulan, pemilahan, pembersihan, pencucian,

pemeringkatan, dan penyimpanan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh

bahan segar yang tampak bersih dan menarik, serta umur simpan yang lebih panjang.

Pengumpulan

Setelah panen, biasanya buah dan sayur diangkut dari kebun ke lokasi pengumpulan sebelum

dijual ke pedagang pengumpul atau di bawa ke pasar untuk dijual. Proses pengumpulan ini harus

memperhatikan jarak dan kondisi jalan ke tempat pengumpulan, wadah atau kemasan, alat angkut dan

pekerja yang menangani pengumpulan. Jarak yang relatif jauh dan kondisi jalan yang buruk dapat

mempertinggi kerusakan. Demikian juga dengan wadah atau kemasan yang tidak sesuai, misalnya

wadah yang kasar untuk buah tomat dapat merusak bahan yang diangkut. Pekerja yang ceroboh dan

kurang bertanggungjawab juga dapat mempertinggi kerusakan selama pengangkutan.

Tempat pengumpulan juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Tempat pengumpulan tidak

boleh terkena cahaya matahari langsung, harus terlindung dari hujan dan angin, bersih, dan tidak ada

bagian-bagian yang dapat merusak bahan secara fisik (gores dan luka).

Pemilahan

Pemilahan dilakukan untuk memisahkan buah dan sayur yang cacat (misalnya luka, memar,

pecah, gores, busuk, dan berlobang), dan yang tidak memenuhi syarat mutu tertentu (misalnya ukuran

terlalu kecil, terlalu besar, terlalu tua, atau terlalu matang). Pemilahan ini dapat dilakukan secara

langsung pada saat panen, di tempat pengumpulan atau pada tempat khusus.

Pembersihan dan Pencucian

Setelah pemilahan, sayur dan buah hendaknya segera dibersihkan dari segala kotoran yang

menempel. Jika harus digosok atau dilap, hendaknya menggunakan lap yang bersih dan lembut

sehingga tidak menyebabkan gores dan luka pada sayur dan buah.

Pada umumnya, sayur yang telah dipilah juga perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir. Jika

sayur hendak dikonsumsi segar sebagai lalap, setelah dicuci bersih, bahan direndam selama 10 menit

Page 12: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

di dalam air yang telah diberi kaporit (natrium hipokhlorit) 0,1%. Tujuannya adalah untuk mematikan

mikroba dan parasit yang tidak mungkin dihilangkan hanya dengan pencucian dengan air biasa. Buah

tertentu juga perlu dicuci seperti pisang, mangga dan pepaya. Pencucian bertujuan permukaan kulit

bersih, dan tampak lebih cerah.

Setelah bersih dan selesai dicuci, bahan ditiriskan sampai tidak tampak lagi butiran air yang

menempel pada bahan. Penirisan sebaiknya dilakukan pada rak-rak atau balai-balai berlobang dan

dikipasi dengan kipas angin agar penirisan berlangsung lebih cepat.

Pemeringkatan (Grading)

Pemeringkatan bertujuan untuk memisahkan bahan berdasarkan kelas mutunya, tapi untuk

menyisihkan antara bahan yang layak dikonsumsi dengan bahan yang tidak layak dikonsumsi atau

tidak layak diedarkan.

Kelas mutu didasarkan pada berbagai kriteria, seperti ukuran, warna, tingkat kematangan, dan

bentuk. Setiap jenis sayur dan buah dapat diperingkat berdasarkan satu atau beberapa kriteria di atas.

Pemeringkatan ini berkaitan dengan perdagangan dan selera konsumen. Bahan dengan mutu lebih

tinggi akan dihargai lebih tinggi pula oleh pasar

Pemeringkatan dapat dilakukan tanpa alat bantu, yaitu hanya mengandalkan kemampuan

subjektif orang yang melakukannya. Peralatan atau mesin tertentu juga dapat digunakan untuk

pemeringkatan, seperti timbangan, penggaris, dan ayakan.

Pemeringkatan harus dilakukan dengan cepat pada kondisi yang tidak memacu kerusakan pada bahan,

misalnya dilakukan pada tempat yang bersih serta terlindung dari panas dan cahaya matahari

langsung. Pekerjaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gores, luka dan memar.

Pemeraman

Jenis buah tertentu ada yang harus dipanen pada kondisi yang belum atau tidak dapat dikonsumsi.

Agar dapat dikonsumsi, buah perlu diperam sampai tingkat kematangan tertentu. Jika buah hendak

dijual langsung ke konsumen dan tidak memerlukan waktu lama untuk dibawa ke tempat penjualan,

pemeraman dilakukan sampai matang konsumsi. Jika jarak ke pasar atau pembeli cukup jauh dan

memerlukan waktu yang relatif lama, biasanya pemeraman dilakukan sampai setengah matang.

Pematangan sempurna untuk siap konsumsi diharapkan terjadi selama pengangkutan.

Pemeraman dilakukan untuk mempercepat proses pematangan buah yang proses menuju matang

konsumsinya berlangsung relatif lama. Selain mempercepat pematangan, pemeraman juga bertujuan

untuk menyeragamkan tingkat kematangan. Misalnya pada pisang dalam tandan yang sudah matang

pohon, tanpa pemeraman tidak akan matang konsumsi secara merata. Karena itu, pemeraman dapat

membuat pisang matang konsumsi secara merata.

Page 13: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Pemeraman menggunakan karbit yang akan menghasilkan gas etilen jika terkena air atau uap air.

Gas etilen ini akan merangsang metabolisme dan respirasi sehingga pematangan berlangsung lebih

cepat.

Pemeraman dapat dilakukan pada kotak atau ruang tertutup. Cara yang lebih murah adalah

dengan menutup rapat tumpukan buah yang telah diberi karbit dengan lembaran plastik. Uap air yang

dihasilkan dari traspirasi bahan akan bereaksi dengan karbit sehingga menghasilkan gas etilen.

Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap bahan selama penyimpanan,

pengangkutan dan pemajangan di tempat penjualan. Perlindungan oleh kemasan dapat berupa

mencegah gores, luka, dan memar akibat goncangan dan gesekan antar bahan. Kontaminasi mikroba,

infestasi serangga, dan radiasi cahaya, serta kontak dengan udara lembab dan panas juga dapat

dicegah dengan penggunaan kemasan yang cocok. Selain fungsi perlindungan, kemasan juga dapat

meningkatkan daya tarik dan nilai tambah bahan yang dijual.

Pemilihan kemasan harus disesuaikan dengan fungsi perlindungan yang dikehendaki, kondisi

pemakaian (penyimpanan, pengangkutan dan pemajangan), dan nilai ekonomi bahan yang dikemas.

Kemasan untuk Penyimpanan

Sayur dan buah yang disimpan dingin dengan harapan dapat disimpan relatif lama perlu dikemas

dengan bahan yang dapat mencegah transpirasi sehingga berat bahan tidak berkurang serta bahan

tidak layu dan keriput.

Kemasan untuk Pengangkutan

Sayur dan buah yang hendak diangkut dengan kendaraan bermotor hendaknya terlindung dari

kerusakan akibat getaran, goncangan, gesekan dan hempasan. Untuk itu digunakan kemasan yang

kuat secara fisik yang di dalamnya sering diberi bahan penahan goncangan. Contoh kemasan ini

adalah peti kayu, keranjang, dan kardus. Bahan penahan goncangan dapat berupa sterofoam (dalam

bentuk butiran atau tercetak).

Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan karena bahan dianggap belum saatnya untuk dilepas ke konsumen, atau

bahan perlu dicadangkan untuk menghadapi saat atau kondisi tertentu. Sayur dan buah tertentu

mungkin sangat besar produksinya pada musim panen. Jika bahan tersebut dijual ke pasar, harganya

mungkin menjadi sangat murah sehingga merugikan petani. Salah satu cara mengatasinya adalah

dengan menyimpan bahan sampai harga jual dianggap sudah dapat memberikan keuntungan.

Penyimpanan juga dilakukan untuk kepentingan konsumen dan pedagang. Pada saat harga bahan

Page 14: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

rendah, konsumen dapat berbelanja dalam jumlah banyak, kemudian bahan tersebut disimpan sebagai

cadangan.

Penggunaan suhu dingin selama penyimpanan sejauh ini adalah cara paling baik untuk

memperpanjang masa simpan hasil hortikultura. Pendinginan akan memperlambat metabolisme dan

aktivitas mikroba serta serangga yang dapat menyerang hasil hortikultura.

Untuk meningkatkan efek pendinginan terhadap perpanjangan masa simpan, pada ruang

penyimpanan atau di dalam kemasan dimana bahan terkemas dapat dilakukan pengaturan komposisi

gas. Biasanya pengaturan tersebut berupa penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar

karbondioksida.

(1) Panen dan pascapanen buah pepaya

Pemanenan buah pepaya merupakan tahap akhir dari kegiatan budidaya tanaman pepaya. Pada

tahap ini, dapat dilihat keberhasilan dari budidaya pepaya yang dilakukan.

Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas, tentu diperlukan penangan panen dan

pascapanen yang benar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen,

misalnya waktu yang tepat untuk panen, serta panen yang benar, dan penanganan pascapanen

(termasuk penanganan papaian yang terkandung dalam pepaya).

(a) Waktu dan cara panen

Pepaya akan mulai berbunga pada umur 3-4 bulan setelah tanam. Sementara buahnya dapat

dipanen setelah 3-4 bulan sejak bunga mekar. Pemanenan biasanya dilakukan pada buah

yang telah memenuhi tingkat kematangan optimal ata disesuaikan dengan kebutuhan.

Pepaya memiliki tujuh stadia kematangan buah yaitu, matang fisiologis (mature green),

semburat kuning (colour break), 25 % kuning (quarter ripe), 50 % kuning (half ripe), 75 %

kuning (ripe), 100 % kuning (full ripe), dan terlalu matang (over ripe).

Untuk memenuhi permintaan pasar lokal, kriteria buah pepaya yang dipanen adalah sudah

tua dengan kondisi buah 95 % berwarna hijau disertai semburat warna kuning diantara

tengah dan unjung pepaya. Penampakan luar buah kelihatan mengkal, tetapi apabila dibelah

dibagian dalamnya sudah menunjukkan warna merah kekuningan. Sedangkan buah yang

akan diangkut ketempat yang cukup jauh biasanya dipanen pada saat semburat/strip kuning

minimal 2 baris. Pada saat memanen diusahaka buah tidak tergores atau terluka.

Pemanenan pepaya untuk komoditas ekspor biasanya dilakukan ketika buah tiga seperempat

matang dan dijual ke konsumen ketika bauh tiga perempat matang. Pemanenan pepaya

untuk konsumsi buah segar dilakukan ketika pepaya telah berukuran besar (matang penuh)

dan sudah ada bagian kulitnya yang menguning. Pemanenan pada tahap lebih awal akan

menyebabkan buah berwarna pucat dan bercita rasa pahit. Buah yang lambat dipanen akan

mengakibatkan buah cepat lunak dan tidak tahan diangkut ketempat yang jauh.

Sebelum pemanenan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut.

Page 15: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

(i) Lakukan pemanenan buah pepaya pada pagi hari (pukul 07.00-10.00) atau sore hari

(pukul 15.00-17.00). pemanenan sebaiknya dilakukan dalam kondisi cuaca cerah.

(ii) Amati tingkat kematangan buah, yakni dengan cara memperhatukan jumlah semburat

merah pada kulit buah (20-25 % semburat merah).

(iii) Perkiraan umur buah dari saat bungan mekar adalah 140-150 hari atau 4-5,5 bulan.

(iv) Untuk jarak angkut jauh, buah yang dipetik sebaiknya yang kulit buahnya berwarna

hijau sedikit kekuningan.

(v) Agar tidak melukai kulit buah, ada baiknya bila memetik buah mengenakan sarung

tangan.

(vi) Cara pemetikan dilakukan dengan memutar buah menggunakan tangan sampai terlepas

dari tangkainya. Cara lain adalah dengan memotong tangkai buah sepanjang satu buku

buah ke atas dengan pisau tajam. Untuk menghindar buah luka atau bonyok, usahakan

buah yang dipanen tidak sampai jatuh.

(vii) Bila pohon mulai meninggi, pemetikan buah sebaiknya menggunakan bantuan tangga.

(viii) Setiap buah yang elah dipanen, idelnya buah dibungkus dengan kertas karton.

Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah yang dapat

mengakibatkan buah memar.

(ix) Dasar keranjang,wadah buah dilapisi dengan daun kering atau kertas koran yang

berfungsi sebagai bantalan buah.

(x) Buah diletakkan pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap kebawah. Buah

yang besar diletakkan didasar keranjang. Rongga antarbuah diisi dengan daun kering

atau kertas koran.

(xi) Pada setiap lapisan buah dilapisi bantalan yang sama.

(xii) Tinggi tumpukan buah hendaknya tidak terlalu tinggi, yakni cukup 2-3 susun saja.

(xiii) Angkat keranjang dengan hati-hati agar ketika dibawah kepasar atau tempat

penyortiran tidak terjadi gesekan/guncangan.

(b) Pengelolaan pascapanen

Setelah buah pepaya dipanen, tentu perlu dilakukan penanganan lebih lanjut agar buah tetap

dalam kondisi baik ketika sampai ketangan konsumen. Teknologi pascapanen sangan

penting diperhatikan guna mendapatkan buah pepaya bermutu tinggi, teutama untuk tujuan

dijual kepasar swalayan. Teknologi tersebut meliputi proses pencucian, Ihot-water

treatment, pengemasan, pengepakan, dan pengiriman. Namun, bila tujuannya hanya untuk

pasar tradisional, teknologi pascapanen cenderung kurang diperhatikan. Buah pepaya

biasanya hanya cenderung kurang diperhatijan. Buah pepaya biasanya hanya dikumpulkan,

disimpan sementara, dikirim ke pengumpul ata pengecer, kemudian dipasarkan.

Secar umum, kegiatan pascapenen pepaya meliputi beberapa proses berikut.

(i) Sortasi buah

Page 16: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Sortasi tak lain dilakukan untuk memilah dan memisahkan antara buah yang baik dan

cacat serta mengklasifikasikann buah berdasarkan ukuran dan tingkat kematangannya.

Namun, pada dasarnya kegiatan sortasi bertujuan untuk menghasilkan buah yang

sergama dan sesuai dengan butu buah yang diinginkan.

Buah pepaya yang akan dijual untuk kebutuhan pasar swalayan/supermarket dan

kebutuhan ekspor perlu dilakukan pengkelasan/pengkelompokan terhada buah yang

telah disortasi menjadi kelas tertentu yang disesuaikan berdasarkan ukuran, bentu,

tingkat kemasakan buah, dan kesegaran warna.

Kelaskkelas keterangan

Super Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas.

Bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil yang tidak

terlihat yang tidak mempengaruhi penampilan buah secara kualitas,

daya simpan, dan keberadaan produk dalam kemasan.

A Kulitas buah sesuai denga karakteristik varietas

Cacat yang kecil pada buah sejauh tidak mempengaruhi penampilan

umum, kualitas, daya simpan, dan keberadaan produk dalam

kemasan.

Sedikit kerusakan pada bentuk sedikit kerusakan pada kulit buah

( seperti memar tuan, terpapar akibat sinar matahari dan/atau kena

getah)

Total kerusakan klit lebih 10 % dari luas permukaan kulit buah

B Kualitas buah sesuai dengan karakteristik varietas

Bentuk tidak sempuran

Warna tidak merata

Kerusakan pada kulit buah (seperti memar akibat benturan, terpapar

sinar matahari dan/atau kena getah), total kerusakan kulit tidak boleh

lebih 15% dari luas permkaan kulit buah

Sedikit ada bekas serangan hama/penyakit.

Keruskan tidak mempengaruhi daging buah.

Pengemasan

Proses pengemasan buah pepaya dilakukan untuk mempertahankan mutu buah, terutama pada

saat pengangkutan atau penyimpanan. Pengemasan juga bertujuan agar penampilan buah menjadi

lebih menarik ketika dijual. Pepaya yang sudah dikemas dengan tempat buah, bak plastik, atau

dicurah langsung ditata dengan rapi di bak pengangkut.

Untuk kebutuhan pasar swalayan, buah pepaya biasanya dikemas menggunkan karton, kardus,

atau menggunkan plastik kedap udara. Sementara untuk kebutuhan pasar tradisional, buah pepaya

Page 17: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

biasanya hanya diletakkan didalam tempat buah atau dikemas menggunakan bungkus kertas koran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan buah pepaya adalah sebagai berikut.

1. Gunakan alat kemas seperti kotak karton atau kardus yang memiliki sekat-sekat

2. Masukan buah yang telah dibungkus dan telah desesuaikan dengan ukuran/ruangan sekat

padar kertas karton.

3. Pastikan pada alat kemas terdapat lubang/celah untuk sirkulasi udara

4. Tempatkan buah yang sudah dikemas pada wabah yang kering atau pada tempat

penyimpanan yang suhunya bisa diatur.

Penyimpanan

Penyimpanan buah pepaya dilakukan untuk menjaga buah agar memiliki tingkat kesegaran (shelf

life) yang lebih lama. Selama dalam penyimpanan, karton/kardus pepaya sebaiknya disusun secara

teratur (tidak tumpang tindih). Bila menumpuk, usahakan agar karton tidak lebih dari 3 tumpukan.

Suhu ruang penyimpanan diatur agar tetap kering dan sirkulasi udara yang baik. Suhu ruangan

penyimpanan yang baik adalah sihu riangan ber-AC.

Penyimpanan buah pepaya yang telah dikemas harus dilakukan dengan baik agar buah yang

disimpan tidak mudah rusak, terutama pada buah yang ketika dipanen telah lunak. Oleh karena itu,

untuk memperpanjang masa simpan, buah yang disimpan harus dalam kondisi optimal. Selain itu

didukung oleh beberapa faktor seperti pemanenan pada tingkat kematangan yang tepat, penanganan

panen yang hati-hati, penyimpanan pada suhu yang tepat, pengurangan terjadinya proses respirasi,

serta terhindar dari infeksi hama dan patogen penyebab penyakit.

Transportasi

Hasil panen pepaya yang telah melalui beberapa tahapan pascapanen membutuhkan transportasi

yang meadai. Hal ini penting agar buah pepaya yang akan dijual tetap dalam kondisi baik. Selama

pengangkutan, buah pepaya yang dikemas dalam kotak karton/kardus sebaiknya diusahan agar tinggi

tumpukkan tidaknya menyebabkan buah yang didalam karton/kardus tersebut rusak dan diupayakan

agar goncangan yang terjadi tidak terlalu keras. Penyusunan kotak pepaya dalam kendaraan harus

memperhatikan kekuatan kemasan dan juga memperhatikan adanya sirkulasi udara untuk mencegah

buah menjadi busuk. (S.sujiprihati, ketty suketi, 2009).

a) teknologi panen dan pascapenen cabai.

Masa panen

Cabai siap dipanen jika tanaman sudah berumur 3 hingga 4 bulan. Pada masa ini, nuah

cabai akan terus membesar dan akhirnya matang. Buah yag matang berwarna merah

terang untuk cabai merah, buah yang masak memiliki karakteristik bulat dan besar.

Sedangkan untuk cbai keriting, buah yang masak bentuknya keriting dan llebih kurus

Page 18: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

daripada cabai besar. Memanen cabai dapat dilakukan seminggi sekali. Tanaman cabai

berumur 5 hingga 6 bulan masih produktif. Namun, setelah itu tanaman cabai akan

mengalami masa kritis, yakni masa-masa tidak produktif.

Pascapanen

Jika perawatannya maksimal, tanaman cabai yang sudah dipanen akan bertahan hidup

hingga lebih dari satu tahun. Tanaman yang sudah menempuh masa berbunga satu kali

hingga panen terakhir akan memasuki masa tidak produktif. Perawatan tanaman bisa

dilakukan dengan memangkas batang yang kering, layu, dan tidak subur. Dengan begitu,

tanaman akan kembali produktif. Hingga dua bulan setelah panen, dengan perawatan

maksimal, tanaman cabai akan memunculkan tunas-tunas baru. Bersamaan dengan

munculnya tunas-tunas baru itu akan muncul pula bunga-bunga cabai yang berwarna

putih.

Produktivitas tanaman cabai yang sudah satu kali melewati masa berbunga akan selesai

dipanen tidak seperti saat pertama berbunga. Namun, bisa didapatkan hasil yang

maksimal apabila melakukan perawatan yang intensif.

Setelah selesai panen periode kedua, sebaiknya tanaman cabai diganti media tanamnya.

Hal ini karena unsur hara yang terdapat pada media tanaman sudah terserap oleh tanaman.

Media tanam lama ssebenarnya bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam kembali dengan

cara menambahkan larutan penetralisir yang dapat diperoleh ditoko-toko pertanian

terdekat.

b) Teknologi panen dan pasca panen tomat

Panen

Setelah tanaman berumur 50 hari, buah sudah dapat dipetik. Buah yang berwarna kuning

kemrahan sudah bisa dipanen. Sedangkan buah yang masih berwarna hijau dibiarkan

hingga menguning. Memtik buah yang sudah matang bisa dilakukan dengan menggunting

tangkai buah yang siap dipetik. Hati-hati ketika memetik karena akan menganggu

pertumbuhan buah yang masih m uda. Karena pertumbuhan buah dalam setiap tangkai

biasanya tidak sama.

Pascapanen

Tomat bisa dipaen berkali-kali hingga buah habis. Buah bisa dipetik satu minggu sekali.

Biasanya, dalam satu pohon tanaman tomat akan terus berbunga dan berbuah.

c) Teknologi panen dan pascapanen mentimun

Tanaman mentimun yang berumur satu hingga dua bulan biasanya sudah memperlihatkan

buah yang siap dipanen. Buah sudah membesar dan kulit buah sudah licin. Potonglah

tangkai buah kira-kira 2 cm dari pangkalnya menggunakan gunting.

d) Teknologi panen dan pascapanen terong

Page 19: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

Saat tanaman berumur 3 bulan, buah terong sudah dapat dipanen. Petiklah buah yang mekar

sempurna, besar, dan tampak mulus. Jangan membiarkan buah matanga berada di batang

terlalu lama karena akan membuat buah terong tua. Cara memanennya : ptiklah terung

beserta tangkainya angkat buah keatas, tangkaipun akan mudah terlepas.

Tanaman terung yang ditanam ditanah pekarangan/laham terbuka biasanya bisa tahan

hingga lebih dari 6 bulan. Apalagi sejenis terong bulat, tanaman akan semakin bercabang

dan buah akan semakin banyak.

e) Teknologi panen dan pascapanen jeruk nipis

Memanen jeruk nipis tidak perlu menunggu buah matang dan berwaran kuning. Justru

ketika mulai menguning, khasiat dan kegunaannya tidak seperti jeruk nipis yang masih

hijau.

Panenlah buah yang tampak besar maksimal dibandingkan dengan buah lainnya pada satu

rumpun. Memanen jeruk nipis dapat dilakukan dengan memotong tangkai atau memetik

buah satu persatu apabila masih terdapat buah lain yang belum siap dipanen.

Apabila ingin mengonsumsi sendiri, sebaiknya petiklah jeruk nipis sesaat sebelum

digunkan. Hal ini akan menghasilkan buah yang segar.

f) Teknologi panen dan pascapanen kacang panjang

Saat tanaman berumur 40 hari, kacang panjang sudah ada yag bisa dipanen, petiklah kacang

panjang dengan hati-hati untuk menghindari terlepasnya kacang panjang yang masih kecil.

Karena perkembangan kacang panjang yang demikian cepat, sebaiknya dipanen dua hari

sekali. Jangan membiarkan kacang panjang terlalu lama dibatang karena akan membuatnya

tua dan rasanya tidak enak. Terkecuali kacang panjang yang akan digunakan sebagai bibit,

biarkan ia mengering di batang.

g) Teknologi panen dan pascapanen sawi

Panen tanaman sawi dapat dilakukan saat tanaan berumur 2 bulan. Caranya dengan

mencabut tanaman hingga keakar-akrnya. Potonglah akar dan pisahkan dengan batang.

Bagian tanaman yang diambil adalah bagian batang dan daun yang berbentuk pelepah.

Untuk konsumsi sendiri, sawi dapat dipanen segera setelah daun mulai membesar seukuran

telapak tangan. Sawi harus segera diolah setelah oanen, karena sifat tumbuhan yang lunak

dan berair menjadikan sawi cepat layu.

g) Teknologi panen dan pascapanen bayam

Bayam dipanen saat tanaman berumur 35 hari. Cara memanennya berdasarkan jenis bayam.

Untuk bayam cabut, memanenya dengan cara mencabuti batang hingga ke akar. Jika jenis

bayam kakap, bayam dipanen dengan cara dipetik.

h) Teknologi panen dan pascapanen kangkung

Kangkung darat dapat dipanen saat tanaman berumur 40 hari atau lebih. Caranya dengan

mencabut setiap rumpun tanamn hingga keakar-akrnya. Sedangkan untuk tanaman

Page 20: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

kangkung air, panen bisa dilakukan dengan memetik pucuk tanaman yang masih lembut.

Gunkan pisau untuk memetik kangkung air. Kangkung air bisa dipanen hingga beberapa kali

sepanjang masih bisa bertunas.

i) Teknologi panen dan pascapanen daun bawang

Jika tanaman daun bawang sudah berumur tiga bulan dan sudah rimbun, tanaman sudah

boleh dipanen. Cara memanen daun bawang adalah dengan mencabuti rumpun hingga

keakar-akarnya (Y.adismal, 2011)

BAB

III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang panen dan pasca panen hortikultura, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1.      Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang telah cukup umur dan

sudah saatnya untuk dipetik hasilnya

2.      Indikator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat adalah indicator

fisk, indicator visual, indicator fisioligis, analisis kimia, dan komputasi

Page 21: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

3.      Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya yang

fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki

kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Selain itu juga, dengan

adanya proses perlakuan setelah panen yaitu pasca panen. Kita dapat mempertahankan umur

simpan, mutu dan dapat mengurangi kehilangan hasil yang mungkin terjadi

4.      Tahapan penanganan pasca panen meliputi pemanenan, pengumpulan, sortasi, penyucian,

grading, pengemasan, penyimpanan dan pendinginan, transportasi.

Page 22: teknologi penanganan panen dan pascapanen beberapa tanaman holtikultura.docx

DAFTAR PUSTAKA

Sriani, S. Dan Ketty, S. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.

Yurmawita, A. 2011. Agrihome : Panen 17 Tanaman dari Teras Rumah. Yogyakarta. Cahaya

Atma Pustaka

Winarno, F.G. 2001., Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan Pasca Panen

Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.

Anonim, 2013., Hortikultura. http://id.wikipedia.org/wiki/Hortikultura. Diakses pada tanggal

16 Februari 2013.

http://andrewopunk.blogspot.com/2010/11/teknologi-hasil-hortikultura.html

http://chylenzobryn.blogspot.com/2011/04/penangan-panen-dan-pasca-panen-pada-tan.html