hubungan self care dengan status glikemik pada …eprints.ums.ac.id/59974/16/naskah...

16
HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: IDA ROHMAWARDANI NIM: J 210161036 PROGAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: tranthien

Post on 06-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

IDA ROHMAWARDANI

NIM: J 210161036

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh
Page 3: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh
Page 4: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh
Page 5: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

1

HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KONTROL GIKEMIK PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK

Latar belakang : Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM dapat

meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, stroke, penyakit vaskular periferal,

retinopati, nepropati, dan neuropati. Komplikasi yang berhubungan dengan

diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang baik. Self-care diketahui

mampu memberikan pengaruh secara langsung terhadap kontrol glikemik pasien

DM Tipe 2.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-care

dengan kontrol glikemik pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas Boyolali I.

Metode : Penelitian ini bersifat kuantitatif, desain penelitian yang digunakan

adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Sample yang digunakan sebanyak 60 orang dengan

teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Penelitian dilakukan pada

tanggal 14 Desember 2017 di Puskesmas Boyolali I. Analisa data menggunakan

Chi-Square untuk mengetahui hubungan Self care dengan kontrol gikemik.

Kata kunci : self-care, kontrol gikemik, diabetes mellitus

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a group of symptoms that occurs to

someone due to the increase of blood glucose level caused by absolute or relative

lack of insulin. DM can increase risk of coronary heart disease, stroke, peripheral

vascular disease, retinopathy, nephropathy, and neuropathy. Complications

associated with diabetes can be prevented through good control of glycemic. Self-

care is believed to be able to directly affect to glycemic control of DM type 2

patients.

Objective: The study aimed to identify correlation between self-care and

glycemic control of DM type 2 patients at the Boyolali I Community Health

Center.

Hasil : Didapatkan mayoritas responden memiliki tingkat Self care sedang dan

baik. yang memiliki kontrol gikemik terkontrol sejumlah 52 orang dari 60

responden. Sebaliknya, responden dengan self care buruk dengan kontrol gikemik

yang tidak terkontrol sebanyak (1 orang dari 60 responden ) dan responden

dengan self care sedang dengan kontrol gilkemik tidak terkontrol sejumlah 7

orang dengan p-value 0,001 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan.

Page 6: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

2

Methods: This research is quantitative, the research design used is descriptive

correlative with cross sectional approach. Data collection using questionnaires .

Sample used as many as 60 people with sampling technique Purposive Sampling .

The study was conducted 14 December 2017 at Boyolali I Community Health

Center. Data analysis using Chi-Square analysis test to self care with fasting

blood glucose level.

Results: the majority of respondents have a good level of self care and fasting

blood glucose level of 52 people (86,7%) with p-value 0,001 (<0.05) which means

there is a relationship.

Keywords : self care, fasting blood glucose level ,Type 2 Diabetes Mellitus

1. PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang

mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Penyakit ini lebih dikenal sebagai

silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandang dan saat diketahui

sudah terjadi komplikasi (Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI,

2014). Hal ini menjadi keadaaan yang darurat sebagai masalah kesehatan global

terbesar di dunia. Setiap tahun semakin banyak orang hidup dengan kondisi ini,

yang berdampak munculnya berbagai komplikasi masalah kesehatan. Selain 415

juta orang penyandang diabetes, ada 318 juta orang dewasa dengan gangguan

toleransi glukosa, yang memiliki resiko tinggi mengembangkan penyakit di masa

depan. Sepuluh negara dengan jumlah orang dewasa yang menderita diabetes

pada rangking pertama diduduki oleh negara China dengan 109.6 juta orang dan

Indonesia menempati rangking ke tujuh dengan jumlah penderita diabetes

melitus mencapai 10 juta orang (IDF atlas 2015). WHO memprediksi kenaikan

jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta ,menjadi sekitar

21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah

penyandang diabetes melitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035

(Perkeni,2015)

Menururt riset kesehatan dasar dibandingkan tahun 2007 pada tahun 2013

baik proporsi diabetes melitus maupun toleransi glukosa terganggu mengalami

peningkatan baik pada masyarakat pedesaan atau perkotaan. Berdasarkan hasil

rekapitulasi data kasus baru penyakit tidak menular yang dilaporkan secara

keseluruhan pada tahun 2015,penyakit diabetes melitus menempati ururtan kedua

Page 7: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

3

dalam data penyakit tidak menular tertinggi setelah penyakit hipertensi dengan

jumlah 18,33 persen (profil kesehatan provinsi jawa tengah, 2015). Di kabupaten

boyolali sendiri jumlah penderita diabetes melitus yang tergantung insulin

sebanyak 1.005 kasus dan diabetes melitus tidak tergantung insulin sebanyak

3.190 kasus (profil kesehatan jawa tengah,2015). Puskesmas Boyolali I

merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

puskesmas yang ada di kabupaten Boyolali dan masih aktif sampai sekarang.

terbukti dengan angka kunjungan pasien diabetes setiap bulannya yang berobat

yaitu 160 orang , diamana angka tersebut mengalami peningkatan setiap

bulannya. Beberapa penduduk wilayah di sekitar boyolali kota lebih memilih

untuk berobat ke puskesmas Boyolali I. Adanya kegiatan rutin untuk peserta

prolanis yaitu senam sehat ,pemeriksaan gula darah dan pemberian pendidikan

kesehatan mengenai diabetes mellitus menambah antusias masyarakat untuk

lebih aktif mengikuti program yang di selenggarakan tersebut ( Puskesmas

Boyolali I).

Terjadiya luka kaki diabetes salah satunya dipengaruhi oleh ketidaktahuan

penderita baik dalam pencegahan maupun perawatan. Pengetahuan tentang

kesehatan merupakan salah satu bagian dari pengelolaan DM. Melalui

pengetahuan penderita DM dapat mengetahui tentang penyakit, sehingga dapat

merawat dirinya sendiri. Partisipasi aktif dari penderita menjadikan pengelolaan

mandiri pada DM akan berjalan maksimal. DM tidak hanya dilakukan mandiri

oleh penderita saja namun tim kesehatan juga berperan dalam mendampingi

pasien untuk membentuk sikap serta perilaku. Keberhasilan dalam mencapai

perubahan sikap maupun perilaku membutuhkan pembelajaran, keterampilan

(skill) dan motivasi (Wulandini, dkk, 2012).Pengetahuan atau kognitif

merupakan aspek yang begitu penting untuk dapat terbentuknya tindakan atau

perilaku seseorang. Perilaku yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap yang

positif akan berlangsung lama (long lasting) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan

pasien tentang DM yang dideritanya akan menjadi sarana dan solusi yang dapat

membantu pasien dalam Penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus dan

hipertensi menjadi prioritas utama pengendalian penyakit tidak menular baik di

Page 8: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

4

berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Boyolali maupun Jawa Tengah. Jika

Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan

menimbulkan masalah penyakit tidak menular lanjutan seperti jantung, stroke,

gagal ginjal, dan sebagainya. Pengendalian penyakit tidak menular dapat

dilakukan dengan intervensi yang tepat pada setiap sasaran atau kelompok

populasi tertentu sehingga peningkatan kasus baru penyakit tidak menular dapat

ditekan (Profil kesehatan kabupaten boyolali tahun 2014).

Individu dengan diabetes melitus perlu melakukan perawatan diri seumur

hidup untuk mencegah atau menunda komplikasi jangka pendek maupun

komplikasi jangka panjang serta untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk

orang dengan diabetes melitus, perawatan diri melibatkan serangkaian perilaku

yang mencakup diet, olahraga, penggunaan obat (insulin atau agen hipoglikemik

oral), pemantauan glukosa darah (SMBG), dan perawatan kaki (Xu Y,2008).

Perawatan secara mandiri dianggap sebagai landasan perawatan bagi

penderita diabetes. Oleh karena itu, penilaian yang akurat terhadap perawatan

diri diabetes sangat penting untuk mengidentifikasi dan memahami area masalah

dalam pengelolaan diabetes itu sendiri, untuk memfasilitasi pengendalian glukosa

yang lebih baik, dan untuk mengurangi komplikasi akibat diabetes melitus yang

tidak terkontrol. (Klaus,2015). Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi

diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal (Perkeni,2015).

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan desain deskriptif

korelatif dengan pendekatan Cross Sectional (variabel dependen dan independen

diteliti pada waktu yang bersamaan) untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara self care dengan status glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Boyolali I yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2017.Populasi

dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang tercatat di bawah binaan

proilanis puskesmas Boyolali I. Populasi diambil dalam kurun waktu bulan

Januari sampai November 2017 yaitu sebanyak 160 penderita. Penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 60 orang yang ditentukan jumlahnya melalui

Page 9: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

5

teknik sampling Purposive Sampling(penentuan jumlah sample didasarkan pada

pertimbangan yang didasarkan oleh peneliti sendiri). Data penelitian ini diambil

dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Kuesioner digunakan oleh

penulis untuk mendapatkan data mengenai self care responden diabetes melitus,

dan untuk status glikemik menggunakan alat ukur gluco test yang telah

dikalibrasi . Kuesioner dibuat sendiri oleh penulis dengan memodifikasi

kuesioner SDSCA dari Glasgow & Strycker (2000), oleh karenanya sebelum

digunakan untuk mengambil data telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

Kuesioner berjumlah empat jenis yaitu kuesioner demografi yang didalamnya

terdiri pertanyaan seputar data diri seperti nama, jenis kelamin, umur, lama

menderita DM, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir. Uji analisis menggunakan

Chi-Square untuk mengetahui adakah hubungan antara self care dengan status

glikemik. Jika harga p-value < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan

antara dua variabel tersebut. sebaliknya jika p-value > 0,05 maka Ho diterima

yang artinya variabel tersebut tidak berhubungan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan frekuensi dan

persentasi data demografi responden sebagai berikut

Tabel 1. Karakteristik Responden

Distribusi

Data

demografi

Frekuensi Persentase

Jenis

kelamin

Laki-laki

Perempuan

15

45

25,0%

75,0%

Usia

29-40

41-64

5

55

8,4%

91,6%

Pend.

Terakhir

SD

SMP

SMA

11

37

2

18,4%

61,6%

3,4%

Page 10: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

6

PT

Tidak

6

4

10,0%

6,6%

Total 60 100%

Kerakteristik responden di Puskesmas Boyolali I berdasarkan jenis kelamin di

dominasi oleh jenis kelamin perempuan yaitu 45 orang (75,0%) dari total 60

responden. Pada laki-laki peningkatan dari 13,9% menjadi 19,7%. Penyakit ini

sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki – laki. Hal

tersebut dikarenakan pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat

trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan laki – laki, terdapat perbedaan dalam

melakukan aktivitas dan gaya hidup sehari – hari sangat mempengaruhi kejadian

suatu penyakit, hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit

Diabetes Melitus. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata – rata berkisar antara

15 – 20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %. Jadi

peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan

pada laki- laki, sehingga faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus pada

perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali,

(Imam Soeharto, 2003).

Berdasarkan karakteristik umur responden di Puskesmas Boyolali I

menunjukkan bahwa rata-rata responden didominasi umur 41-64 tahun yaitu

sebanyak 55 orang (91,6%). Penelitian yang dilakukan Kusniyah (2011) antara

umur dengan kejadian diabetes melitus memiliki hubungan yang signifikan

dimana pada kelompok umur > 45 tahun beresiko lebih tinggi untuk terkena

penyakit ini, hal tersebut di karenakan mulai terjadi peningkatan intolerensi

glukosa. Adanya proses degenerative menyebabkan berkurangnya kemampuan sel

beta pancreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia

lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria dari sel-sel otot sebesar 35 %.

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan

memicu terjadinya refsistensi insulin.

Data yang telah di dapat dari 60 responden di Puskesmas Boyolali I jumlah

terbanyak untuk distribusi frekuensi pendidikan terakhir adalah SMP dengan

jumlah 37 orang (61,6%) . Sedangkan yang mengenyam pendidikan sampai

Page 11: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

7

tingkat perguruan tinggi hanya ada 6 orang (10,0%). pendidikan adalah suatu

usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun

diluar sekolah dan sifatnya seumur hidup. Jika seseorang memiliki pendidikan

yang tinggi maka terdapat kecenderungan untuk mendapatkan informasi semakin

baik dari orang lain maupun media massa dan akan dengan mudah menerima

informasi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan untuk menjadikan penyakit

DM yang ia miliki agar tidak semakin parah (Notoatmodjo,2010)

3.2 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN

Hasil uji analisis hubungan self care dengan status glikemik menunjukkan

responden di Puskesmas Boyolali I dominan memiliki self care yang sedang dan

baik yaitu sebanyak 59 orang dari 60 responden. Sedangkan data hasil penelitian

menunjukkan responden dengan self care baik dan status glikemik baik yaitu

sejumlah 8 orang dari 60 orang respoden, untuk responden yang memiliki self

care sedang dengan status glikemik terkontrol sejumlah 44 orang dari 60

responden Hasil penelitian ini sejalan dengan teori self care yang dikembangkan

oleh Dorothea Orem. Orem mengembangkan teori keperawatan self care secara

umum dibagi menjadi 3 teori yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu :

teori self-care, teori self care deficit, teori nursing systems (Orem, 2001).

Perawatan diri (self care) merupakan suatu tindakan individu yang terencana

dalam rangka mengendalikan penyakitnya untuk mempertahankan dan

meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraannya (Alligod, 2014). Menurut

Sousa & Zauszniewski(2005) mendefinisikan perawatan diri diabetes melitus

(diabetes melitus self care) merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan

perawatan diri dan melakukan tindakan perawatan diri diabetes untuk

meningkatkan pengontrolan gula darah. Menurut Sigurdardotir (2005) perawatan

diri diabetes adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengontrol

diabetes dengan melakukan pengobatan dan pencegahan komplikasi terhadap

penyakitnya. Menurut Kusniyah (2010), diabetes mellitus self care akan

meningkatkan derajat kesejahteraan pasien diabetes melitus dengan

melaksanakan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri.

Page 12: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

8

Tabel.2 uji chi-square (hubungan sikap dengan perilaku)

kateg

ori

Terkontr

ol

Tidak

terkontr

ol

tota

l

P –

valu

e

Baik

Cukup

Kuran

g

8

44

0

0

7

1

8

51

1

0,04

6

Total 52 8 60

4. PENUTUP

Sejumlah 60 responden yang diteliti jika dilihat dari faktor usia penderita

diabetes melitus didominasi oleh pasien dengan umur > 40 tahun dengan jumlah

55 orang (91,6%). sedangkan berdasarkan jenis kelamin responden lebih banyak

perempuan yaitu sejumlah 45 orang. (75,0%). Dilihat dari tingkat pendidikan

terakhir responden paling banyak adalah responden yang berpendidikan SMP

yaitu sejumlah 37 responden (61,6%). Dilihat dari lama menderita diabetes

melitus sebagian besar responden telah menderita diabetes melitus selama 4-10

tahun (53 orang). Data demografi yang terakhir adalah pekerjaan atau profesi

yaitu responden sebagian besar berprofesi sebagai buruh.

Self care responden mengenai diabetes melitus di Puskesmas Boyolali I dapat

disimpulkan kedalam kategori baik sampai sedang, dengan jumlah responden

yang memiliki self care dan sedang baik sejumlah 52 orang. Status glikemik baik

terdapat 52 responden sedangkan untuk status gilkemik tidak terkontrol terdapat 8

responden. Hasil analisis variabel self care dengan status glikemik dinyatakan ada

hubungan dengan harga p-value 0,046 sehingga p < 0,05 maka hipotesis nol

ditolak.

Saran untuk pelayanan kesehatan, sebagai pelayanan kesehatan yang pertama

bagi penderita Diabetes Melitus diharapkan dapat terus meningkatkan upaya

pencegahan terjadinya komplikasi diabetik dengan cara edukasi tentang

Page 13: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

9

pentingnya perawatan mandiri seperti aktivitas fisik, diit DM, perawatan kaki,dan

pengecekan gula darah scara rutin agar meminimalkan komplikasi .

DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association). (2016). Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus. Diabetes Care

American Association of Diabetes Educator. 2008. American Association of

Diabetes Educator : AADE7 Self-Care Behaviors. Diakses di

http://www.diabeteseducator.org. tanggal 23 Agustus 2017

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Depkes RI. (2015). Komplikasi Diabetes Melitus. Sekertariat jendral Departemen

Kesehatan , Jakarta

Astutik, D.D. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes

mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe II di wilayah kerja puskesmas Baki Sukoharjo. Publikasi Ilmiah.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info

Media.

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten

Boyolali.: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

Dinkes, Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2015), Semarang: Dinkes

Jateng

Fatih Ozcelik, Omer Yiginer, Erol Arslan, Muhittin A. Serdar, Omer Uz, Ejder

Kardesoglu, Ismail Kurt. ( 2010). Association between glycemic control and

the level of knowledge and disease awareness in type 2 diabetic patients.

International Diabetic Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas,

http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap. 23 April 2017

Page 14: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

10

Ismonah. (2008). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi self care management

pasien Diabetes Mellitus. Tesis. Universitas Indonesia. Depok

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2013, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi 2014 (Profil

Kesehatan Jateng 2015 ). Jakarta.

Klaus-Dieter Kohnert, Peter Heinke, Lutz Vogt, Eckhard Salzsieder.2015. Utility

of different glycemic control metrics for optimizing management of diabetes.

World J Diabetes ; 6(1): 17-29 ISSN 1948-9358 (online)

Kusniawati. (2011), “Analisis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self Care

Diabetes Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum

Tanggerang”, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,( Dilihat

Pada 20 September 2017 )

Kusniyah, Y., Rahayu, U.,(2012). Hubungan Tingkat Self Care Dengan Tingkat

Hba1c pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung. Universitas Padjajaran.

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/79191/.( Diakses tanggal 16 April 2017).

Mubarak, W.I., Chayatin, N., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan

Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

PERKENI, 2015, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di

Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta

Page 15: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

11

Purwaningtyas,R.Y., Putra,A.E., D.N Wirawan. (2015). Faktor Risiko kendali

glikemik buruk pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di puskesmas

Kembirirtan kabupaten Banyuwangi. Laporan hasil penelitian. Universitas

Udayana..

Saurabh RamBiharilal Shrivastava, Prateek Saurabh Shrivastava and Jegadeesh

Ramasamy,2013, Role of self-care in management of diabetes mellitus,

journal of Diabetes & Metabolic Disorders,

(http://www.jdmdonline.com/content/12/1/14)

Shills, Maurice E., Moshe Shike., A. Catharine Ross., Benjamin Caballero.,

Robert J. Cousins.2006. Modern Nutrition in Health And Disease.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.p.1029 –1042.

Soegondo Sidartawan. (2006). Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia

Diabetes Mellitus Tipe 2. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jilid

3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 1882-5.

Smeltzer & Bare . (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.

Philadelphia: Linppincott William & Wilkins

Sousa, V.D., & Zauszniewski, J.A. (2005). Toward a theory of diabetes self-care

management. The Journal of Theory Construction & Testing, 9 (2), 61-67.

Sousa, V.D., Zauszniewski, J.A., Musil, C.M., Lea, P.J.P., & Davis, S.A. (2005).

Relationship among self-care agency, self efficacy, self-care, and glycemic

control. Research and Theory for Nursing Practice : An International

Journal, 9 (3), 61-67..

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sujarweni, Wiratna. (2014). SPSS Untuk Penelitian. Pustaka Baru Press,

Yogyakarta

Page 16: HUBUNGAN SELF CARE DENGAN STATUS GLIKEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/59974/16/NASKAH PUBLIKASI-104.pdf · merupakan puskesmas yang pertama kali memiliki klub Prolanis dari seluruh

12

S.S. Chua and S.P. Chan. (2011). Medication adherence and achievement of

glycaemic targets in ambulatory type 2 diabetic patients. Journal of Applied

Pharmaceutical Science 01 (04); 2011:55-59.

Susila & Suyanto.(2014). Metodlogi Penelitian Cross Sectional. Bossscript.Klaten

Toobert, D.J., Hampson, S.E., & Glasgow, R.E. (2000). The summary of diabetes

self-care activities measure. Diabetes Care, 23 (7), 943-950

Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu,Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta

Xu Y, Toobert D, Savage C, Pan W, Whitmer K, (2008), Factor influencing

diabetes self-management in Chinese people with type 2 diabetes.

Dec;31(6):613-25. doi: 10.1002/nur.20293