hiv

23
Etiologi HIV/AIDS Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV. Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Masa Inkubasi dan masa penularan

Upload: dian-fajriyah-pangestika

Post on 13-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: hiv

Etiologi HIV/AIDS

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang

disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi

oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat

pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional

pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam

bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau

melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit

T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam

sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat

tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus

dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif

dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Masa Inkubasi dan masa penularan

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar

virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang

dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan

semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit.

Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini

terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan

laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan

“masa window periode”.

Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan

virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus

HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak

Page 2: hiv

menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan

terjadi pada fase inkubasi ini.

(Siregar, Fazidah A. 2004. Pengenalan dan pencegahan AIDS.(Online).

http://www.library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf. diakses tanggal 28

Januari 2013.)

Gejala HIV/AIDS

Ada terdapat 5 stadium penyakit AIDS, yaitu :

1. Gejala awal stadium infeksi yaitu :

Demam

Kelemahan

Nyeri sendi I

Nyeri tenggorok

Pembesaran kelenjaran getah bening

2. Stadium tanpa gejala

Stadium dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan

sumber penularan infeksi HIV.

3. Gejala stadium ARC :

- Demam lebih dari 38°C secara berkala atau terus

- Menurunnya berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan

- Pembesaran kelenjar getah bening

- Diare mencret yang berkala atau terus menerus dalam waktu yang

lama tanpa sebab yang jelas

- Kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik

- Keringat malam

4. Gejala AIDS

- Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut

Sarkoma Kaposi (kanker pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker

kelenjar getah bening.

Page 3: hiv

- Terdapat infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia,

pneumocystis,TBC, serta penyakit infeksi lainnya seperti

teksoplasmosis.

5. Gejala gangguan susunan saraf

- Lupa ingatan

- Kesadaran menurun

- Perubahan Kepribadian

- Gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak

- Kelumpuhan

(Zulkifli. 2004. AIDS. (Online).

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3756/1/fkm-zulkifli4.pdf.

Diakses tanggal 28 Januari 2013.)

Cara Diagnosis

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:

1. Langsung : isolasi virus dari sampel, umumnya dengan pemeriksaan

mikroskop elektronatau deteksi antigen virus, misalnya dengan

Polymerase Chain Reaction (PCR).

2. Tidak langsung : dengan melihat respon zat anti sepesifik, misalnya

dengan Enzym Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA), Westerm Blot,

Immunoflourescent Assay (IFA), atau Radio Immuno Precipitation Assay

(RIPA).

Untuk diagnosis HIV yang lazim digunakan adalah pemeriksaan ELISA

karena memiliki sensivitas yang tinggi (98 - 100%). Akan tetapi spesifisitas

kurang sehingga hasil tes ELISA yang positif harus dikonfirmasii dengan

Westerm Blot yang spesifisitasnya tinggi (99,6% - 100%). Sedangkan

pemeriksaan PCR biasanya dilakukan pada bayi yang masih memiliki zat anti

maternal sehingga menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang

Page 4: hiv

menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan penyakit. Zat

itulah yang diturunkan pada bayi melalui plasenta yang akan menghamburkan

hasil pemeriksaan, seolah sudah ada infeksi pada bayi tersebut. PCR juga

digunakan pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.

Saragih, Juwita. 2008. Sindrom Depresif Pada Penderita HIV/AIDS di RSUP

Haji Adam Malik Medan. (online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6362/1/09E00196.pdf, diakses

tanggal 28 Januari 2013)

Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penilaran, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta. 2008

Transmisi HIV/AIDS

Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

a. Secara Kontak Seksual

- Ano-Genital

Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko

tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang

pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.

- Ora-Genital

Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan

semen dari mitra seksual pengidap HIV.

- Genito-Genital / Heteroseksual

Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan

ketiga, hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko

penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti

lainnya.

b. Transmisi Non Seksual

Page 5: hiv

- Transmisi Parental

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat

tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan

narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara

bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik

yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih

dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.

Darah/Produk Darah

Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara

barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur

ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa

sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi

darah adalah lebih dari 90%.

- Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai

resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil,

melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu

termasuk penularan dengan resiko rendah.

(Zulkifli. 2004. AIDS. (Online).

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3756/1/fkm-zulkifli4.pdf.

Diakses tanggal 28 Januari 2013.)

Riwayat Alamiah Infeksi HIV

Berdasarkan interaksi HIV dengan system imun hospes, infeki HIV dapat

dibagi menjadi 3 fase. Pada masing-masing dari ketiga fase infeksi HIV ini,

Page 6: hiv

replikasi virus terus berlanjut dan karenanya infeksi HIV kurang memiliki fase

latensi mikrobiologi yang sebenarnya.

1) Fase dini yang akut ditandai oleh viremia sepintas, penyebaran

virus yang meluas pada jaringan limfoid, penurunan temporer sel-

sel T CD4+ dengan diikuti oleh serokonversi dan pengendalian

replikasi virus pewat pembentukan sel T antivirus CD8+. Secara

klinis dapat terjadi sakit yang akut dan swasirna dengan gejala

nyeri tenggorok, mialgia nonspesifik, serta meningitis aseptic.

Pemulihan klinis dan jumlah sel T CD4+ yang mendekati normal

terjadi dalam waktu 6 hingga 12 minggu. Muatan virus pada akhir

fase akut mencerminkan keseimbangan antara produksi HIV dan

pertahanan hospes. Titik acuan virus ini merupakan predictor

penting untuk meramalkan kecepatan perjalanan penyakit HIV.

2) Fase pertengahan yang kronik ditandai dengan masa latensi klinis

dengan replikasi virus yang intensif dan kontinu terutama di

jaringan limfoid kendati jumlah CD4+ hanya menurun secara

bertahap akibat regenerasi sel-sel T yang cepat. Pasien pada tahap

ini menunjukkan pembesaran limfonodi yang menyeluruh dan

persiten tanpa disertai gejala konstitusional. Fase ini dapat

berlangsung selama bertahun-tahun. Menjelang akhir fase ini dapat

muncul demam, ruam, kelelahan dan viremia. Fase kronik dapat

berjalan selama 7 hingga 10 tahun.

3) Progresi akhir menjadi penyakit AIDS ditandai oleh penurunan

pertahanan tubuh hospes secara cepat yang dimanifestasikan lewat

jumlah CD4+ yang rendah, penurunan berat badan, diare, infeksi

oportunistik dan neoplasma sekunder.

(Robbins, Cotran. Buku saku: Dasar patologis penyakit. 7th ed. Jakarta:

EGC;2009.)

Page 7: hiv

Pengobatan

1. Pengobatan Suportif

Yaitu pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum penderita.

Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simtomatik,

vitamin dll.

2. Penanggulangan penyakit oportunistik

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit oportunistik adalah

pengobatan yang diberika kepada ODHA yang bertujuan untuk mengobati

infeksi yang timbul ketika kekebalan tubuh menurun. Infeksi yang sering

dijumpai, antara lain: diare kronis, tuberculosis (TB), candidiasis oral,

sarcoma kapossi, cytomegalovirus (CMV), dan lain-lain.

3. Pemberian obat antivirus.

Berikut ini merupakan beberapa jenis obat antivirus :

Didanosin (ddl)

Zidovudin (ZDV)

Lamivudin (3TC)

Stavudin (d4T)

Obat ARV (Antiretrovirus) masih merupakan terapi pilihan karena:

- Obat ini bisa memperlambat progresivitas penyakit dan dapat

memperpanjang daya tahan tubuh.

- Obat ini aman, mudah, dan tidak mahal. Angka transmisi dapat

diturunkan sampai mendekati nol melalui identifikasi dini ibu hamil

dengan HIV positif dan pengelolaan klinis yang agresif.

- Hasil penelitian dalam hal upaya pencegahan dengan imunisasi belum

memuaskan.

4. Penaggulangan dampak psikososial

Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penilaran, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta. 2008

Page 8: hiv

Depkes RI .2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2006. (online)

(http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Situasi%20HIV-AIDS

%202006.pdf, diakses tanggal 28 Januari 2013)

Perkembangan Penyakit di Indonesia

Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Bali pada tahun 1987 dan

semenjak saat itu kasus terus bertambah hampir diseluruh provinsi di Indonesia

baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Data sebenarnya tentang jumlah

orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia sulit didapat. Seringkali

dikemukakan bahwa jumlah penderita yang berhasil di himpun hanyalah puncak

dari gunung es. Setiap kasus yang dilaporkan diperkirakan ada 100 orang lainnya

yang terinfeksi HIV namun tidak terdeteksi. Jumlah penyakit HIV hanya bisa

diperkirakan, oleh karena itu dibuatlah beberapa proyeksi. Menurut laporan

Bappenas dan UNDP, virus HIV diperkirakan telah menginfeksi 172.000 – 219.00

orang di Indonesia.

Berbagai hasil estimasu yang dilakukan mengenai perkiraan orang yang

terinfeksi HIV menunjukkan bahwa jumlah kasus selalu meningkat dari waktu ke

waktu. Pada tahun 1999, pernah di proyeksikan bahwa jumlah penduduk

Indonesia yang terinfeksi HIV diperkirakan mencapai 50.000 orang dan sebanyak

12.000 orang diantaranya akan meninggal dunia. Pada tahun 2001, para ahli

epidemiologi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan bantuan

konsultan WHO, memperkirakan bahwa jumlah ODHA sekitar 80.000-120.000.

Pada tahun 2006 Depkes kembali melakukan estimasi dan hasilnya menunjukkan

bahwa jumlah ODHA diestimasikan berkisar 169.000-217.000, 46% diantaranya

adalah pengguna Napza suntik. Jika cakupan program tidak dapat ditingkatkan

secara optimal diperkirakan jumlah orang terinfeksi HIV akan mencapai 400.000

pada tahun 2010, dan 100.000 orang diantaranya meninggal. Pada tahun 2015

jumlah ODHA akan mencapai 1.000.000 dengan350.000 kematian.

Purwaningsih dan Widiyatun. 2008. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia:

Tinjauan Sosio Demografis. (online)

Page 9: hiv

(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32087595.pdf, diakses tanggal 28 Januari

2013)

Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Kasus HIV/AIDS

1. Maraknya penggunaan narkoba

Merebaknya kasus narkotik dan obat membuat ledakan HIV/AIDS di

Indonesia mulai terjadi. Berbagai kenyataan di Lapangan menunjukkan

30%-50% pecandu narkotik bisa terinfeksi HIV/AIDS. Pengguna narkoba

suntik akan mudah tertular HIV/AIDS.

2. Maraknya pekerja seks dibawah umur

Remaja putrid yang melakukan hal tersebut memiliki motif bukan hanya

sekedar untuk mencari uang, tetapi juga merupakan trend an pemuas

libido.

3. Homoseksual dan biseksual

Perilaku seksual kelompok homo cenderung rentan terpapar HIV/AIDS

karena hubungan seks mereka biasanya dilakukan melalui dubur.

Hubungan seksual melalui dubur lebih beresiko terjadi lukakecil karena

penetrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan seksual melalui

dubur berpotensi mengakibatkan luka 10 kali lipat lebih besar

dibandingkan dengan hubungan seks antara pria dan wanita.

4. Mobilitas penduduk

Letak geografis Indonesia yang strategis baik untuk perdagangan maupun

pariwisata merupakan faktor yang juga mempercepat peningkatan jumlah

penduduk yang terinfeksi HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS dari luar

Indonesia biasanya menghabiskan sisa hidupnya di Bali. Jika ia melakukan

hubungan seksual dengan pekerja seks di Indonesia maka penyebaranpun

semakin meluas. Selain itu adanya perpindahan penduduk jangka pendek

seperti turisme, pelaut yang tinggal beberapa saat di pelabuhan, kunjungan

ke daerah lain untuk tujuan bisnis dan sebagainya juga merupakan faktor

penting dalam terjadinya sexual networking. Dengan pergerakan penduduk

Page 10: hiv

yang bersifat sirkuler ini, maka tidak menutup kemungkinan bagi

seseorang untuk punya hubungan seks dengan pasangan sementara (casual

partener) di tempat lain.

Purwaningsih dan Widiyatun. 2008. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia:

Tinjauan Sosio Demografis. (online)

(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32087595.pdf, diakses tanggal 28 Januari

2013)

Cara Pencegahan

1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual

a. Transfuse darah. Cara ini dapat dicegah dengan mengadakan

pemeriksaan donor darah sehingga darah yang bebas HIV saja yang

ditransfusikan.

b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedic dapat

dicegah dengan upaya sterilisasi yang baku atau menggunakan jarum

suntik sekali pakai.

2. Pencegahan penularan melalui jalur seksual

Penularan ini dapat dilakukan dengan pendidikan/penyuluhan yang

intensif yang ditujukan pada perubahan cara hidup dan perlaku seksual.

Selain itu upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan

mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan sexual

dengan WTS, tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita atau

yang diduga menderita AIDS dan penggunaan kondom.

3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak

a. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif.

b. Menurunkan viral load/ kadar virus serendah-rendahnya.

c. Meminimalkan paparan janin dan bayi terhadap cairan tubuh ibu.

Persalinan dengan cara sesar menjadi cara untuk menghindari paparan

Page 11: hiv

cairan tubuh ibu kepada bayinya. Ibu HIV positif juga dapat

menularkan melalui ASI, sehingga bayi yang lahir dari ibu HIV positif

harus menggunakan susu formula.

d. Mengoptimalkan kesehatan ibu hamil dengan HIV positif.

Gondo, Harry Kurniawan. 2011. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.

(online) (http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/PENCEGAHAN

%20PENULARAN%20HIV%20DARI%20IBU%20KE%20BAYI.pdf, diakses

tanggal 29 Januari 2013)

Gambaran Epidemiologi Umum

Kasus HIV/AIDS selalu meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada

tahun 1981 tercatat 185 kasus AIDS, tahun 1985 tercatat 140.000 kasus AIDS,

Maret 1987 terdapat 41.888 kasus, Desember 1988 135.134 kasus, 131.00 pada

Maret 1989, Desember 1989 menjadi 198.165 kasus yang dilaporkan ke WHO.

Jumlah penderita AIDS pada awal yahun 1990 adalah 300.000 orang dan

jumlah kumulatif penederita AIDS di dunia menjelang tahun 1991 melebihi 1 juta

orang. Hampir 95% penyakit dilaporkan meneyrang pria usia 20-49 tahun yang

mempunyai gaya hidup tertentu. Di USA dilaporkan 7% menyerang wanita. DI

Afrika perbandingan pria dengan wanita sama banyak.

Staf badan kesehatan sedunia Dr. Michael Merson menyatakan, tahun

2000 mendatang sekitar 4 juta perempuan akan meninggal karena AIDS. Merson

mengatakan jumlah 13 juta wanita terinfeksi HIv dan 4 juta diantaranya

meninggal.

Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak berbeda

jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun, dan menurun pada

kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa

transmisi seksual baik homo m aupun heteroseksual merupakan pola transmisi

utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas, maka

infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30

tahun.

Page 12: hiv

Rasio jenis kelamin pria, wanita di negarapola I adalah 10-15:1 karena

sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di negara-negara

pola II, rasio ini adalah 1:1. Perbandingan antara penderita dari daerah urban

(perkotaan) dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di daerah urban, karena di

kota lebih banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak

mitra seksual), maka kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok

masyarakat yang melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk

kelompok biseksual, heteroseksual, dan penyalahguna narkotik suntik, serta

penerima transfusi darah termasuk penderita hemofili dan penyakit-penyakit

darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV.

Kelompok homoseksual (termausk biseksual) kelompok ini termasuk

kelompok terbesar pengidap HIV di Amerika Serikat. Prevalensi infeksi HIV

dikalangan ini terus meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978,

hanya 4% kaum homoseksual diperkirakan mengidap HIV, 3 tahun kemudian

angka ini bertambah menjadi 24%, 8 tahun kemudian menjadi 80% dan pada saat

ini telah menjadi 100%. Di London pada tahun 1982, hanya 3,7% kaum

homoseksual mengidap HIV, 3 tahun kemudian menjadi 21% saat ini telah lebih

dari 35% sehinggadiperkirakan pada tahun 1990 menjadi 100%.

Kelompok heteroseksual, kelompok ini di Afrika merupakan kelompok

utama dimana homoseksualitas tidak populer. Saat AIDS pertama kali dideteksi

pada kaum homoseksual di negara-negara maju, pola hubungan heteroseksual

belum menjadi perhatian. Saat ini 4% kasus AIDS berasal dari kelompok ini.

Jumlah ini terus meningkat sehingga diramalkan akan terjadi epidemi AIDS kedua

pada kaum heteroseksual.

Sebagai perbandingan keadaan di Amerika Serikat dan Afrika, maka dapat

diperbandingkan dari para penderita penyakit menular seksual heteroseksual yang

berobat ke rumah sakit, persentase penderita dengan infeksi HIV di AS adalah 0-

3,4%, sedangkan di Afrika adalah 18-29%. Demikian pula dengan sero-prevalensi

HIV pada kaum laki-laki dan wanita hamil di Amerika Serikat berkisar pada

angka 2%, sedangkan di Afrika sampai 18%. Dari data-data ini terlihat bahwa

Page 13: hiv

kelompok heteroseksual lebih menonjol di Afrika. Pernah ada anggapan bahwa

AIDS berasal dari pedalaman Afrika dengan pola penyebaran heteroseksual.

Dari penelitian ak hir-akhir ini ternyata prevalensi di daerah urban tetap

lebih besar daripada di pedesaan sehingga anggapan tersebut adalah tidak benar.

Prevalensi di kalangan WTS di beberapa tempat di Afrika Barat adalah 20-88%

sedangkan di Eropa dan Amerika Serikat berkisar antara 0-30%.

Epidemi HIV masih terkonsentrasi pada IDU (Injecting Drug Users),

homoseksual, pekerja seks, pelanggan pekerja seks beserta pasangan tetapnya.

Rasmaliah. 2001. Epidemiologi HIV/AIDS dan Penanggulangannya. (online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3771/1/fkm-rasmaliah3.pdf,

diakses tanggal 29 Januari 2013)

Depkes RI .2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2006. (online)

(http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Situasi%20HIV-AIDS

%202006.pdf, diakses tanggal 28 Januari 2013)

Gambaran Epidemiologi di Indonesia

Tujuan P3M HIV/AIDS

Tujuan Umum :

Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA

serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada

individu, keluarga dan masyarakat.

Tujuan Khusus :

Page 14: hiv

- Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan

menciptakansuasana kondusif untuk mendukung upaya

penanggulangan HIV dan AIDS, dengan menitikberatkan pencegahan

pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi dan lingkungannya dengan

tetap memperhatikan sub-populasi lainnya.

- Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan,

pengobatan, dan dukungan kepada ODHA yang terintegrasi dengan

upaya pencegahan.

- Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan

masyarakat umum termasuk ODHA dalam berbagai upaya

penanggulangan HIV dan AIDS.

- Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara lembaga

pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi,

dan mitra internasional di pusat dan di daerah untuk meningkatkan

respons nasional terhadap HIV dan AIDS.

- Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif

dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

(KPA. 2007. Strategi nasional penanggulangan HIV dan AIDS 207-2010

(Online). http://www.undp.or.id/ programme /.../The%20National% . Diakses

tanggal 29 Januari 2013.)

Strategi P3M

Untuk mencapai tujuan STRANAS, ditetapkan strategi sebagai berikut:

- Meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan yang nyata efektif

dan menguji coba cara-cara baru.

- Meningkatkan dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dasar dan

rujukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah ODHA yang

memerlukan akses perawatan dan pengobatan.

Page 15: hiv

- Meningkatkan kemampuan dan memberdayakan mereka yang terlibat

dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di pusat

dan di daerah melalui pendidikan dan pelatihan yang

berkesinambungan.

- Meningkatkan survei dan penelitian untuk memperoleh data bagi

pengembangan program penanggulangan HIV dan AIDS.

- Memberdayakan individu, keluarga dan komunitas dalam pencegahan

HIV dilingkungannya.

- Meningkatkan kapasitas nasional untuk menyelenggarakan monitoring

dan evaluasi penanggulangan HIV dan AIDS.

- Memobilisasi sumberdaya dan mengharmonisasikan pemamfaatannya

di semua tingkat.

(KPA. 2007. Strategi nasional penanggulangan HIV dan AIDS 207-2010

(Online). http://www.undp.or.id/ programme /.../The%20National% . Diakses

tanggal 29 Januari 2013.)

Ukuran epidemiologi yang dapat dipakai

Kepustakaan