proposal hiv

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia. UNAIDS,Badan WHO yang mengurusi masalah AIDS,memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan krisis kesehatan,krisis pembangunan Negara,krisis ekonomi,pendidikan dan juga krisis kemanusian. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan,AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV. [1] Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang terjadi ketika sistem imun seseorang rusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sindrom ini ditandai dengan adanya infeksi oportunistik ataupun keganasan yang berakibat fatal. 1

Upload: rio-van-der-sar

Post on 31-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal HIV

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan

banyak Negara di seluruh dunia. UNAIDS,Badan WHO yang mengurusi masalah

AIDS,memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah

35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS.

HIV/AIDS menyebabkan krisis kesehatan,krisis pembangunan Negara,krisis

ekonomi,pendidikan dan juga krisis kemanusian. Dengan kata lain HIV/AIDS

menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan,AIDS memerlukan

respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk

individu yang terinfeksi HIV.[1]

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau

penyakit yang terjadi ketika sistem imun seseorang rusak oleh virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus). Sindrom ini ditandai dengan adanya infeksi oportunistik

ataupun keganasan yang berakibat fatal. Munculnya sindrom ini berkaitan erat

dengan berkurangnya kekebalan tubuh yang prosesnya tidak terjadi dengan seketika

melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.(2,3)

Di Indonesia pertama kali kasus AIDS ditemukan pada tahun 1987 di Bali, dan

sampai sekarang jumlah kasusnya semakin meningkat. Di sebagian besar wilayah

Indonesia, HIV/AIDS terkonsentrasi di populasi beresiko tinggi tetapi dalam populasi

tersebut khususnya Pengguna Napza Suntik (selanjutnya disebut PENASUN) dan

pekerja seks angka infeksi meningkat secara cepat. Di Papua, epidemi sudah

menyebar ke populasi umum. (4)

1

Page 2: Proposal HIV

Sejak tahun 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang ditemukan di

Indonesia. Sebagian besar ODHA (orang dengan HIV/AIDS) pada periode itu berasal

dari kelompok homoseksual. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus

HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah

sebenarnya.[5]

Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV

yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar ODHA yang

merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang

merupakan kelompok usia produktif. Sebuah survey di Jakarta menunjukkan

peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani

rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun

2000 dan 47,9% pada tahun 2001. (5)

Berdasarkan hasil survey dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI pada bulan

Maret 2013 maka dilaporkan bahwa Pria paling banyak menderita HIV/AIDS dengan

angka kumulatif kejadian 24,0%,wanita sebanyak 12,5%,dan yang tida diketahui

sebanyak 6,85%. Berdasarkan cara penularan maka yang menduduki urutan pertama

adalah Heteroseksual sebanyak 25,9%,homoseksual sebanyak 1,02%,IDU sebanyak

7,79%,transfuse darah sebanyak 86%,transmisi perinatal sebanyak 1,18%,dan

penyebab yang tidak diketahui sebanyak 7,12%.[6]

HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya

menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak

dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan

antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem

kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.[7]

Sedangkan untuk daerah Sulawesi Selatan sendiri dilaporkan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2007 sudah terdapat 1630

kasus HIV/AIDS dengan kota Makassar sebagai penyumbang kasus tertinggi. [5]

Secara kumulatif kasus HIV/AIDS sampai Juni 2009 adalah 28.260. Persentase

kumulatif infeksi HIV tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu 30-39 tahun

2

Page 3: Proposal HIV

(16,49%), kemudian kelompok umur 20-29 tahun (15,41%), dan kelompok umur

kurang dari 1 tahun (13,61%). Sedangkan berdasarkan penularan HIV, kasus tertinggi

pada pengguna napza suntik/ penasun 52,18%, kelompok waria 25,89%, dan

pasangan risiko tinggi 15,83%.

Jumlah warga yang terindikasi reaktif Human Immunideficiency Virus

(HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Propinsi Sulawesi Selatan

terus bertambah. Dari data-data di atas dapat dilihat beragamnya karakteristik

penderita HIV/AIDS di Indonesia, oleh karenanya peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih jauh bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS di Sulawesi Selatan.

Adapun penulis memilih RSUP.Wahiddin Sudirohusodo sebagai lokasi

penelitian karena Rumah Sakit tersebut sebagai pusat rujukan di Propinsi Sulawesi

Selatan yang menangani pasien HIV/AIDS baik dari masalah VCT, diagnosis, dan

pengobatan.

1.2.Rumusan Masalah

Mengetahui bahwa HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia

dan merupakan penyakit yang berbahaya, sehingga penulis ingin mengetahui dan

meneliti kenyataan di lapangan tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di

Infection Center RSUP Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 –

Juni 2013.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan

masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS

yang dirawat di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo menurut:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Keluhan Utama

4. Infeksi Oportunistik

5. Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)

3

Page 4: Proposal HIV

6. Riwayat Berobat Sebelumnya

7. Riwayat Perilaku beresiko

8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit

9. Suku/Daerah asal dan pekerjaan

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di

Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo Periode Bulan Januari-Juni

2013.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut umur

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut jenis kelamin

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut Keluhan Utama

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut Infeksi Oportunistik

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)

4

Page 5: Proposal HIV

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut riwayat berobat sebelumnya

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut riwayat perilaku beresiko

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center

RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013

menurut suku/daerah asal dan pekerjaan

1.4.Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu pengetahuan

dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan dengan penyakit

HIV/AIDS sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan di kemudian hari.

b. Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi peneliti

lainnya dan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan

arah kebijakan kesehatan di masa yang akan datang.

c. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi yang

berharga utnuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita HIV/AIDS.

d.Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga

dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

5

Page 6: Proposal HIV

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

AIDS (Acquired Imunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai

kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh

akibat infeksi oleh virus HIV (Human Imunodeficiency Virus) yang termasuk family

retrovirus. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.[2,6]

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Sindrom akibat

defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan

infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat

hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah

terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.[8]

2.2. EPIDEMIOLOGI

Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV

yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum

suntik pada pengguna narkotik, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi

HIV ke bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, kelompok resiko tinggi terhadap

HIV/AIDS adalah pengguna narkotik, pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta

narapidana. Namun infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan

masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. [6,7]

Surveilens pada donor darah dan ibu hamil biasanya digunakan sebagai

indikator untuk menggambarkan infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika

pada tahun 1990 belum ditemukan darah donor di Palang Merah Indonesia (PMI)

yang tercemar HIV, maka periode selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang

jumlahnya makin lama makin meningkat.[6]

2.3.ETIOLOGI

6

Page 7: Proposal HIV

Penyebab AIDS adalah virus yang tergolong dalam retrovirus disebut Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Barre Sinoussi,

Montagnie, dkk pada tahun 1983 dan disebut Lymfadenopati Associated Virus (LAV).

Tahun 1984, Popovic menggambarkan adanya perkembangan sel yang tetap

berlangsung dan produktif setelah diinfeksi oleh retrovirus yang dinyatakan

sebelumnya sebagai Human T Cell Lymphotropic Virus (HTLV) I, HTLV II, HTLV

III yang lebih dikenal sebagai LAV. Virus-virus lain telah diisolasi dari semua

penderita AIDS di Amerika Tengah, Eropa, Afrika Tengah semuanya merupakan

virus yang kemudian diisebut HIV-1. Namun, pada tahun 19855 ditemukan retrovirus

lainnya yang berbeda dengan HIV-1 pada penderita AIDS di Afrika Barat. Virus ini

kemudian dikenal denagn HIV-2. HIV-2 lebih mirip dengan monkey virus yang

disebut Simian Immunodeficiency Virus (SIV).[3,9]

Kedua jenis virus ini memiliki banyak persamaan diantaranya menular dengan

cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi-infeksi oportunistik dan AIDS

yang serupa, namun pada HIV-2 kurang virulen dibanding HIV-1 dan jarang menular

secara vertikal. HIV-1 ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, sedangkan HIV-2

jarang ditemukan di luar Afrika Barat. [2,3,10]

2.4.PATOGENESIS

Infeksi HIV terjadi bila virus masuk ke dalam sel. Limfosit CD4+ merupakan

target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul CD4+.

Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang

penting jadi hilangnya fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan respon imun

yang progresif. [6,11]

Materi genetik virus masuk ke dalam DNA sel yag terinfeksi. Di dalam sel

virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghacurkan sel serta melepaskan partikel

virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan

menghancurkannya. Sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia

akan terifeksi. [2,6]

7

Page 8: Proposal HIV

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit CD4+ melalui 3

tahap selama beberapa bulan atau tahun: [2,3,11]

1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4+ sebanyak 800-1300 sel/mL

darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya

menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa

menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang

terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi

tubuh tidak mampu meredakan infeksi.

2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar

yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan

penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus

yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam

menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS.

3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun

drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi

rentan terhadap infeksi.

Perjalanan dari virus ini melalui beberapa rute hingga terjadi penularan AIDS. Virus

tersebut menular melalui [2,5,11]:

1. Penularan secara seksual, HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang

tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya

infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa resiko

infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal

dilaporkan memiliki resiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang

dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang

berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki

rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit

HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang

sebagai kegiatan yang rendah resiko. Resiko dapat meningkat bila terapat

luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.

8

Page 9: Proposal HIV

2. Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian. Mengguanakan

kembali atau memakai jarum suntik secara bergantian merupakan cara

penularan HIV yang sangat efisien. Resiko penularan dapat diturunkan secara

berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum

suntik baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang

tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan

kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan

kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal.

3. Penularan melalui transfusi darah. Kemungkinan resiko terjangkit HIV

melalui transfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi ternyata

lebih tinggi (lebih dari 90%).

4. Penularan dari ibu ke anak. HIV dapat ditularkan ke anak selama masa

kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya,

terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah

kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya

jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah

virus, semakin tinggi pula resikonya). Penularan dari ibu ke anak setelah

kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.

2.5.MANIFESTASI KLINIK

Human Immunodeficiency Virus yang menginfeksi seseorang dapat

menimbulkan gejala klinis yang berbeda-beda. Lesi-lesi yang muncul mulai dari

tahap infeksi hingga gambaran AIDS yang sempurna (full blown AIDS) beberapa

tahun kemudian. Secara umum gambaran klinis akan tampak sesuai tahap-tahap

sebagai berikut:

a) Infeksi akut

9

Page 10: Proposal HIV

Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu.

Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut,

diantaranya demam, arthralgia, sakit kepala, limfadenopati, ruam kulit, nyeri

menelan, mual, muntah, diare, atau batuk yang dapat terjadi pada saat

seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV

yang biasanya terjadi antara 6-8 minggu setelah terinfeksi. Gejala-gejala

tersebut biasanya sembuh sendiri setelah 8 minggu.[6,7,11]

b) Asimptomatik

setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini

umumnya berlangsung 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalan

penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun,dan ada pula yang perjalanan

penyakitnya lambat (non-progressor). Pada fase ini keadaan pasien tampak baik,

namun tetap terjadi replikasi HIV yang tinggi yakni 10 partikel setiap hari. Replikasi

yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, sehingga muncul HIV yang

resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV,terjadi kehancuran CD4 yang tinggi.[6,7,12]

c) Limfadenopati generalis

Keadaan ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening lebih dari 2 cm

di dua tempat atau lebih yang biasanya terjadi paling kurang 3 bulan sebelum onset

symptomatic disease.[7,9]

d) Infeksi simptomatik

Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak sehingga pasien yang terinfeksi

HIV akan memperlihatkan gejala-gejala seperti: penurunan berat badan,demam

yang hilang timbul, diare kronis, kelelahan, infeksi jamur, tuberkulosis, herpes,

malignansi, gangguan neurologis, dll. [6,11,12]

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap infeksi HIV yang paling lanjut.

Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan

menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi

10

Page 11: Proposal HIV

berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut (4,8):

Tahap I, penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan

sebagai AIDS.

Tahap II, (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran

pernapasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh).

Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih

dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru- paru).

Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan

(oesophagus), saluran pernapasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi), atau

paru-paru dan SarkomaKaposi).

2.6.KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis untuk HIV/AIDS bisa dilakukan dengan melihat kriteria mayor dan minor dan dilanjutkan dengan melakukan test HIV.

Untuk Dewasa (>12 tahun) dikatakan mengidap AIDS apabila : Test HIV ( + ) dan

ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Ditemukan Sarcoma Kaposi atau

Pneumonia pneumocystis cranii.[13]

Untuk anak - anak ( < 12 tahun ) : dikatakan mengidap AIDS apabila :

Lebih dari 18 bulan : test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala

minor.

Kurang dari 18 bulan : test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2

gejala minor dengan ibu yang HIV (+).

Gejala Mayor:

- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

11

Page 12: Proposal HIV

- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

- Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:

- Batuk menetap lebih dari 1 bulan

- Dermatitis generalisata

- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang

- Kandidias orofaringeal

- Herpes simpleks kronis progresif

- Limfadenopati generalisata

- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

- Retinitis virus sitomegalo

Jika, ada kecurigaan ke arah HIV/AIDS segera ke VCT ( Voluntary Counseling

Testing ) di rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan yang lebih lanjut.

Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium

terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan

untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh.

Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat

infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3. [6,12,14]

2.7.PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang

terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru

terlihat setelah bertahun-tahun lamanya.

Terdapat btereberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan

diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat diabagi menjadi pemeriksaan

serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk

12

Page 13: Proposal HIV

mendeteksi keberadaan virus HIV yang dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan

virus. Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap

antibodi HIV.

Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay), aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang

biasanya digunakan di Indonesia adalah dengan ELISA. Namun perlu diperhatikan

bahwa antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi, jadi jika pada masa

ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat

memberikan hasil yang negatif. Untuk itu, jika kecurigaan akan adanya resiko

terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian. [2,6,7]

2.8.PENATALAKSANAAN

Secara umum penatalaksanaan bagi penderita HIV/AIDS terdiri atas beberapa jenis,

yaitu [6,11,15]:

1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral

(ARV).Pengobatan dengan ARV dapat memberikan dampak yang besar pada

infeksi HIV. Dengan penggunaan ARV, walaupun infeksi HIV tidak dapat

diberantas dari tubuh, infeksinya tidak lagi melanjut pada kematian, tetapi

menjadi penyakit kronis yang stabil. Dengan ARV, diharapkan dapat

mengurangi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan memulihkannya

untuk waktu yang lama. Sebagai hasilnya morbiditas dan mortalitas terkait

dengan HIV dikurangi dan mutu hidup ODHA dapat diperbaiki.

Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena

obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang.

Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala

yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS, atau menunjukkan gejala

yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Selain itu, ARV juga

direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ kurang

dari 200 sel/mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3

13

Page 14: Proposal HIV

dapat ditawarkan untuk memulai terapi.Sedangkan pada pasien asimptomatik

dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari

100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda.

Sebaliknya terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan limfosit

CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml.[6,7]

Obat ARV terdiri dari golongan seperti:[6,7,11]

a). Nucleoside reverse transcriptase inhibitor, mencegah perpindahan dari

viral RNA menjadi viral DNA, contohnya: AZT (zidovudin), ddI (didanosin),

ddC (zalsitabin), d4T (stavudin), 3TC (lamivudine).

b) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor,memperlambat reproduksi

dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral

yang penting. Contohnya: Nevirapin, Delavirdin.

c) Protease inhibitor, menghambat enzim protease HIV yang bertanggung

jawab dalam pengolahan protein yang dibutuhkan untuk timbulnya infeksi

baru. Contohnya: Saquinavir, Ritonavir, Indinavir, Nelfinavir, Efavirenz,

Lopinavir, Tenofovir.

2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang

menyertai HIV/AIDS.

Pengobatan terhadap infeksi oportunistik sangat tergantung dari infeksi apa

yang timbul. Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas dari pasien AIDS. Terapi antibiotik atau kemoterapeutik

disesuaikan dengan infeksi-infeksi yang sebetulnya beraasal dari

mikroorganisme dengan virulensi rendah yang ada di sekitar kita, sehingga

jenis infeksi sangat tergantung dari lingkungan dan cara hidup penderita.

Pengobatan terhadap keganasan pada dasarnya sama dengan penanganan

pada pasien non HIV. Sarkoma kaposi merupakan kanker yang berhubungan

dengan AIDS, pengobatannya dibagi atas pengobatan secara lokal dan

sistemik.[6,7]

14

Page 15: Proposal HIV

3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih

baik dan pengobatan pendukung lainnya seperti dukungan psikososial dan

dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. [6,9]

2.9.PROGNOSIS

Pengobatan dengan regimen ARV telah memberikan kesempatan kepada pasien

HIV untuk bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan tidak mendapatkan

pengobatan ini. [7]

Penderita HIV/AIDS yang mendapatkan pengobatan ARV bertahan hidup

sampai 20 tahun ke depan. Sedangkan penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan

pengobatan ARV bisa bertahan hidup sekitar 2-3 tahun. Regimen ARV juga terbukti

mengurangi adanya infeksi Mycobacterium avium dan Pneumocystis carinii. Tetapi

kebanyakan penderita HIV/AIDS meninggal karena infeksi oportunistik. [12,16]

Prognosis tergantung pada kemampuan pasien untuk mematuhi penggunaan

regimen ARV, peningkatan kekebalan terhadap HIV dan gambaran dari HIV yang

berhubungan dengan keganasan. [7]

2.10.PENCEGAHAN

Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara

dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dilaksanakan secara

sekaligus, yaitu:[6]

a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.

b) Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok

sasaran.

c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik

d) Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotik, termasuk program

pengadaan jarum suntik steril.

e) Program pendidikan agama.

f) Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

g) Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat

15

Page 16: Proposal HIV

h) Pelatihan keterampilan hidup

i) Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

j) Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.

k) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan

dukungan untuk ODHA.

l) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat

ARV.

BAB III

16

Page 17: Proposal HIV

KERANGKA KONSEP

3.1. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL

AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV, yang mana hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain umur,

jenis kelamin, pekerjaan,cara penularan, suku, domisili, tingkat pendidikan,

komplikasi, lama pengobatan dan angka harapan hidup. Faktor-faktor tersebut di atas

merupakan variabel yang saling berhubungan. Telah banyak dilakukan penelitian-

penelitian mengenai hubungan antara insiden terjadinya HIV/AIDS dengan faktor

umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan cara penularan, suku, domisili, tingkat

pendidikan, komplikasi, lama pengobatan, dan angka harapan hidup.

3.2. VARIABEL YANG DITELITI

Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta tujuan penelitian, maka variabel yang

diteliti adalah:

1. Umur

Terdapat kecenderungan penderita HIV/AIDS lebih banyak pada remaja dan

dewasa muda yang termasuk usia produktif.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh di KPAI didapatkan bahwa laki-laki lebih

banyak menderita HIV/AIDS daripada wanita.

3. Keluhan Utama

Alasan Utama penderita HIV/AIDS di rawat inap. Berdasarkan tinjauan pustaka

penderita HIV/ADIS paling banyak megalami diare kronis,berat badan

menurun,demam,dan penurunan kesadaran.

17

Page 18: Proposal HIV

4. Infeksi Oportunistik

Penderita HIV/AIDS cenderung terkena infeksi oportunistik,karena daya tahan

tubuhnya yang lemah.

5. Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan tinjauan pustaka maka.pada Pemeriksaan Penunjang akan di bahas

mengenai hasil Laboratorium yaitu:hasil Darah Rutin,HbsAg,anti

HCV,CD4+,kultur dan hasil radiologi berupa chest x-ray.

6. Riwayat Berobat sebelumnya

Riwayat berobat menunjukan apakah penderita HIV/AIDS pernah menderita dan

mengkonsumsi obat-obat HIV sebelum datang ke rumah sakit.

7. Riwayat Perilaku beresiko

Riwayat perilaku bersiko yang dimaksud berupa: hubungan seksual,penggunaan

jarum suntik/narkoba,transfuse darah,bayi yang menyusui pada ibu yang

menderita AIDS.

8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit

Berdasarkan teori setiap orang mempunyai rentang waktu yang berbeda sejak

terinfeksi sampai timbulnya gejala dan pasien masuk Rumah Sakit. Rentang

waktu terinfeksi ini dilihat dari perilaku beresiko pasien.

9. Suku/daerah asal dan pekerjaan

Daerah asal dan pekerjaan pasien sangat berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit AIDS ini. Dimana pekerjaan penderita juga berpengaruh pada perilaku

beresiko.

18

Page 19: Proposal HIV

Keterangan:

: Variabel Dependent

: Variabel Independent

3.3. DEFINISI OPERASIONAL

1. Umur

Definisi: Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai sekarang yang dinyatakan

dalam satuan tahun.

19

HIV/AIDS

WAKTU TERINFEKSI MASUK RS

RIWAYAT PERILAKU BERESIKO

KELUHAN UTAMA

JENIS KELAMIN

SUKU&PEKERJAAN

UMUR

INFEKSI OPORTUNISTIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

RIWAYAT BEROBAT SEBELUMNYA

Page 20: Proposal HIV

Alat Ukur : Rekam Medis

Cara Ukur : Mencatat umur penderita

Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu:

a. 0-9 tahun

b. 10-19 tahun

c. 20 – 29 tahun

d. 30 – 39 tahun

e. 40 – 49 tahun

f. > 50 tahun

2. Jenis Kelamin

Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah identitas gender penderita yang

tercantum dalam rekam medik.

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat Jenis Kelamin Pasien

Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:

a. Laki-laki

b.Perempuan

3. Keluhan Utama

Definisi:Hal yang dirasakan penderita,sehingga membuatnya datang berobat di

Rumah Sakit

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat keluhan penderita

Hasil Ukur: berupa data kategorik yaitu:

a. Diare kronis >1 bulan

b. Berat badan menurun > 10% dalam 1 bulan

20

Page 21: Proposal HIV

c. Demam berkepanjangan > 1 bulan

d. Penurunan Kesadaran/gangguan neurologis

4. Infeksi Oportunistik

Yang dimaksud dengan infeksi oportunistik adalah infeksi yang dialami oleh

penderita akibat penurunan daya tahan tubuhnya.

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis

Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu:

a. Ada Infeksi Oportunistik

b. Tidak ada infeksi Oportunistik

5. Pemeriksaan Penunjang(hasil Laboratorium&Radiologi)

Yang dimaksud dengan hasil Laboratorium adalah: hasil pemeriksaan darah

rutin(Hb,eritrosit,leukosit,trombosit),HbsAg,anti HCV,CD4+,kultur. Sedangkan

untuk hasil Radiologi akan di ambil chest x-ray.

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat Hasil Laboratorium dan hasil radiologi

Hasil Ukur: Berupa Data numerik untuk hasil laboratorium dan kategorik untuk

hasil radiologi yaitu:

a. Hasil laboratorium: tidak terdapat penurunan Hasil laboratorium

:penurunan Hasil laboratorium dengan kadar yang ada

pada rekam medis

b. Hasil radiologi : terdapat kelainan radiologi

: tidak terdapat kelainan radiologi

21

Page 22: Proposal HIV

6. Riwayat berobat Sebelumnya

Yang dimaksud dengan riwayat berobat adalah: riwayat apakah penderita

tersebut pernah mengkonsumsi obat-obat HIV/AIDS dan pernah dirawat dengan

penyakit yang sama.

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat Anamnesis

Hasil Ukur:Berupa data kategorik yaitu:

a. Ada riwayat berobat sebelumnya

b. Tidak ada riwayat berobat sebelumnya

7. Riwayat Perilaku beresiko

Yang dimaksud dengan perilaku beresiko adalah: perilaku yang memungkinkan

penderita mengidap AIDS.

Alat Ukur : Rekam Medis

Cara Ukur : Mencatat Anamnesis Pasien

Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:

a. Ada riwayat perilaku beresiko antara lain:

o Hubungan seksual

o Penggunaan jarum suntik secara bergantian (IDU)

o Transfusi darah

o Dari ibu ke bayinya

b. Tidak ada riwayat perilaku beresiko

8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk rumah sakit

Waktu ini dilihat sejak penderita terlibat perilaku beresiko sampai penderita

mendapat keluhan dan masuk Rumah Sakit.

Alat Ukur: Rekam Medis

Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis

22

Page 23: Proposal HIV

Hasil Ukur: Berupa data numerik yaitu:

a. Bulan

b. Tahun

9. Suku/daerah asal dan pekerjaan

Suku/daerah asal pasien yang tertulis di rekam medis,pekerjaan pasien yang

tertulis di rekam medis.

Alat Ukur : Rekam Medis

Cara Ukur : Mencatat Suku,daerah asal,dan pekerjaan Pasien

Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:

a. Suku/daerah asal: daerah yang ada di wilayah Makassar

: daerah di luar wilayah Makassar

. b. Jenis Pekerjaan : Petani/Nelayan

: PNS/ABRI

: Wiraswasta/Pegawai swasta

: Buruh harian

: Ibu Rumah Tangga

: Pelajar/mahasiswa

: Paramedis

: Sopir

: PSK

: Tidak bekerja

23

Page 24: Proposal HIV

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder

yang maksudnya yaitu semua variabel diteliti dalam waktu yang bersamaan

berdasarkan fakta yang telah terjadi tanpa adanya intervensi dalam kejadiannya yang

terdapat dalam rekam medis penderita, dimana penelitian diarahkan untuk

mendeskripsikan suatu keadaan dalam suatu komunitas.

4.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan dari tanggal 24 Juni-30 Agustus 2013.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan

wilayah kerjanya berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Wahidin

Sudirohusodo merupakan Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Target

Populasi target adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center

RSUP. Wahidin Sudirohusodo.

2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection

Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 –Juni

2013.

24

Page 25: Proposal HIV

3. Sampel

Sampel penelitian adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection

Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo. Penarikan sampel dilakukan secara

total sampling

4. Cara Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah total sampling dimana seluruh populasi

menjadi sampelnya.

Kriteria inklusi:

Semua pasien HIV/AIDS yang tecatat di rekam medik dan di bagian administrasi

yang memiliki data yang lengkap sesuai variabel yang diteliti.

Kriteria eksklusi:

Pasien HIV/AIDS yang data-datanya tidak memenuhi lebih dari 4 variabel yang

diteliti.

4.4. JENIS DATA DAN INSTRUMENTAL PENELITIAN

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui

rekam medik subjek penelitian.

2. Instrumen penelitian

Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam

penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu

untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik. Microsoft Word dan

Microsoft Excel sebagai tempat untuk mengolah hasil penelitian.

25

Page 26: Proposal HIV

4.5. MANAJEMEN PENELITIAN

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah

dan RSUP Wahidin Sudirohusodo. Kemudian nomor rekam medik pasien

HIV/AIDS dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di bagian

RSUP.Wahidin Sudirohusodo. Setelah itu dilakukan pengamatan dan

pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan.

2. Pengolahan dan Analisa data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medik yang

dibutuhkan ke dalam tabel check list dengan menggunakan program komputer

Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.

3. Penyajian data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk

menggambarkan karakteristik pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection

Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo periode bulan Januari 2013 – Juni 2013.

4.6. ETIKA PENELITIAN

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah

setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan data pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga

diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang

dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan

sebelumnya.

26

Page 27: Proposal HIV

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di wilayah RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar pada tanggal 22 Juli – 04 Agustus 2013. Penelitian ini

dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medis penderita HIV/AIDS

yang dirawat di Infection Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari –

Juni 2013. Adapun banyaknya sampel pada penelitian ini berjumlah 53 sampel.

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program Microsoft excel 2007 dan

program Microsoft Word 2007.

Berdasarkan data yang diperoleh setelah diteliti data rekam medik yang

diambil. Maka hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :

1. Distribusi Sampel Menurut Kelompok Umur

Table 1. Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di

Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

Kelompok Umur Jumlah(n) Presentase(%)

0-9 tahun 1 1,9

10-19 tahun 1 1,9

20-29 tahun 16 30,1

30-39 tahun 25 47,2

40-49 tahun 7 13,2

≥50 tahun 3 5,7

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

27

Page 28: Proposal HIV

Tabel 1. Berdasarkan distribusi pasien HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur,

menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 –39 tahun

dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 – 29 tahun

sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,2% selanjutnya umur 40-49 tahun sebanyak 7

kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur ≥50 tahun sebesar 3 kasus atau 5,7%,

dan terakhir umur 0 –9 tahun dan 10-19 tahun dengan jumlah sebesar 1 kasus atau

1,9%.

0-9 10−19 20-29 30-39 40-49 ≥ 50

0

5

10

15

20

25

jumlah%

Gambar 1. Diagram Bar Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS

Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari – Juni 2013

2.Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

Table 2. Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di

Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentasi (%)

Laki-laki 34 64,2

Perempuan 19 35,8

Total 53 100

28

Page 29: Proposal HIV

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Tabel 2. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut jenis

kelamin,dan didapatkan pasien yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 34 orang

atau 64,2% dan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang atau

35,8%.

Laki-lakiPerempuan

0

5

10

15

20

25

30

35

jumlah%

Gambar 2. Diagram Bar Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS Yang

dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari –

Juni 2013

3.Distribusi Sampel Menurut Keluhan Utama

Table 3. Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di

Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

Keluhan Utama Jumlah (n) Presentasi (%)

Batuk Lama 6 11,3

Sesak Napas 11 20,8

Demam 10 18,8

Diare&nyeri Perut 9 17

29

Page 30: Proposal HIV

Kesadaran Menurun 8 15,1

Lemah Badan 9 17

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Tabel 3. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Keluhan Utama pasien saat datang ke Rumah Sakit,dengan keluhan yang paling

banyak adalah Sesak napas sebanyak 11 pasien atau 20,8%,kemudian keluhan

Demam sebanyak 10 pasien atau 18,8%,keluhan Diare&nyeri perut dan Lemah badan

masing-masing sebanyak 9 pasien atau 17%,Kesadaran menurun sebanyak 8 orang

atau 15,1%,dan yang paling sedikit adalah keluhan Batuk lama sebanyak 6 pasien

atau 11,3%.

batuk lama sesak napas

demam diare kesmen lemah badan

0

2

4

6

8

10

12

jumlah%

Gambar 3. Diagram Bar Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS

Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari – Juni 2013

4.Distribusi Sampel Menurut Infeksi Oportunistik

Table 4. Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di

Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

30

Page 31: Proposal HIV

Infeksi Oportunistik Jumlah(n) Presentasi(%)

ISPA 5 9,4

Diare 0 0

Candidiasis Oral 13 24,5

ISPA+Diare 1 1,9

ISPA+Candidiasis Oral 13 24,5

Diare+ Candidiasis Oral 10 18,9

ISPA+Diare+Candidiasis 11 20,8

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table 4. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Infeksi Oportunistik,maka dari ke-53 pasien dalam penelitian ini mengalami Infeksi

Oportunistik. Pasien yang hanya mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas(ISPA)

sebanyak 5 orang atau 9,4%,tidak ada pasien yang hanya mengalami Diare atau

0%,yang hanya mengalami Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau sebanyak

24,5%,yang mengalami ISPA dan Diare sebanyak 1 orang atau 1,9%,yang mengalami

ISPA dan Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang mengalami Diare dan

Candidiasis Oral sebanyak 10 orang atau18,9%,yang mengalami ISPA,Diare,dan

Candidiasis Oral sebanyak sebanyak 11 orang atau 20,8%.

31

Page 32: Proposal HIV

ISPA

Diare

Candidias

is Oral

ISPA+d

iare

ISPA+ca

ndidiasis o

ral

Diare+

candidias

is oral

ISPA+d

iare+

candidias

is oral

0

2

4

6

8

10

12

14

jumlah%

Gambar 4. Diagram Bar Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS

Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari – Juni 201

5.a.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium)

Table 5.a. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium) Pada Pasien

HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari-Juni 2013

Hasil Lab. Jumlah(n)Tidak/normal

Presentasi(%)Tidak/normal

HbL(11-15)P(12-16)

25/1016/2

71,4/28,688,9/11,1

WBC(4.000-10.000)

19/34 35,8/64,2

RBC(4,00-6,00)

35/18 66/34

PLT(150-400)

7/46 13,2/86,8

CD4(470-1298)

53/0 100/0

Anti HIV 53/0 100/0

32

Page 33: Proposal HIV

HbsAg 11/42 20,8/79,2Anti HCV 11/42 20,8/79,2Kultur BTA 3x

0/53 0/100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table 5.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada

penderita laki-laki yang berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang

dari normal sebanyak 25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita

perempuan yang berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari

normal sebanyak 16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC

kurang dari normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC

kurang dari normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT

kurang dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang

dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam penelitian

ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV reaktif

sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti HCV positif

masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk kultur BTA 3x

pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%.

Hb(L) Hb(p) WBC RBC PLT CD4 Anti HIV

HbsAg Anti HCV

BTA 3x

0

10

20

30

40

50

60

Jumlah%

33

Page 34: Proposal HIV

Gambar 5.a.Diagram Bar Distribusi Hasil Laboratorium Pada Pasien

HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari – Juni 2013

5.b.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi)

Table 5.b. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi) Pada Pasien

HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari-Juni 2013

Hasil Radiologi Jumlah (n) Presentase (%)

Tuberculosis Paru 21 39,6

Bronkopneumonia 12 22,6

Pneumonia Carinii Pneumocystis 8 15,2

Tidak ada Kelainan Radiologi 12 22,6

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table 5.b. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi),maka dapat dilihat bahwa pasien

HIV/AIDS yang juga menderita Tuberculosis Paru sebanyak 21 orang atau

39,6%,yang menderita Bronkopneumonia sebanyak 12 orang atau 22,6%,yang

menderita Pneumonia Carinii Pneumocystis sebanyak 8 orang atau 15,2%,dan yang

tidak memiliki kelainan Radiologi sebanyak 12 orang atau 22,6%.

34

Page 35: Proposal HIV

Tuberculosis Bronkopneumonia PCP Tidak ada kelainan0

5

10

15

20

25

jumlah%

Gambar 5.b.Diagram Bar Distribusi Hasil Radiologi Pada Pasien HIV/AIDS

Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari – Juni 2013

6.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Berobat Sebelumnya

Table 6. Distribusi Riwayat Berobat Sebelumnya Pada Pasien HIV/AIDS yang

dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-

Juni 2013

Riwayat Berobat Sebelumnya Jumlah(n) Presentase(%)

Ada(Anti Retro Viral) 9 17

Tidaka ada 44 83

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table 6. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut ada-

tidaknya riwayat berobat Anti Retro Viral(ARV) sebelumnya. Maka didapatkan

35

Page 36: Proposal HIV

bahwa pasien yang pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 9 orang atau 17%,dan tidak

pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 44 orang pasien atau sebanyak 83%.

Ada Tidak ada0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

jumlah%

Gambar 6.Diagram Bar Distribusi Riwayat berobat sebelumnya Pada Pasien

HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari – Juni 2013

7.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Perilaku Beresiko

Table 7. Distribusi Riwayat Perilaku Beresiko Pada Pasien HIV/AIDS yang

dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-

Juni 2013

Perilaku Beresiko Jumlah(n) Presentase(%)

Hubungan Seks 26 49,1

Suntik Narkoba 13 24,5

Transfusi Darah 1 1,9

Ibu HIV ke Bayinya 1 1,9

Tidak diketahui 12 22,6

Total 53 100

36

Page 37: Proposal HIV

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table 7. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Riwayat Perilaku Beresiko, maka yang paling banyak adalah: Hubungan Seksual

sebanyak 26 orang atau 49,1%,suntik narkoba sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang

tidak diketahui perilakunya sebanyak 12 orang atau 22,6%,dan yang paling sedikit

adalah transfusi darah dan penularan dari Ibu HIV/AIDS ke bayinya masing-masing

sebanyak 1 orang atau 1,9%.

Hubungan Se

ks

suntik n

arkoba

transfu

si dara

h

ibu HIV ke bay

i

Tidak

diketah

ui0

5

10

15

20

25

30

Jumlah%

Gambar 7.Diagram Bar Distribusi Riwayat perilaku beresiko Pada Pasien

HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari – Juni 2013

8.Distribusi Sampel Menurut Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan

Table 8. Distribusi Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan Pada Pasien

HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari-Juni 2013

Waktu Terinfeksi Jumlah(n) Presentase(%)

0-5 tahun 9 17

37

Page 38: Proposal HIV

6-10 tahun 13 24,5

11-15 tahun 4 7,5

≥16 tahun 0 0

Tidak diketahui 27 51

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Table.8 menunjukan distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Rentang waktu terinfeksi,maka hasilnya sebagai berikut: dalam waktu 0-5 tahun

sebanyak 9 orang atau 17 %,6-10 tahun sebanyak 13 orang atau 24,5%,11- 15 tahun

sebanyak 4 orang atau 7,5%,≥16 tahun 0 orang atau 0%,dan yang tidak diketahui

rentang waktu terinfeksinya sebanyak 27 orang atau sebanyak 51%.

0-5 6−10 11−15 ≥16 tidak diketahui0

5

10

15

20

25

30

Jumlah%

Gambar 8.Diagram Bar Distribusi Waktu terinfeksi sampai timbul keluhan

Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo Periode Januari – Juni 2013

9.a.Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan Penderita

38

Page 39: Proposal HIV

Table 9.a. Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat

di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

Pekerjaan Jumlah(n) Presentase(%)

Mahasiswa 3 5,7

Ibu RT 10 18,9

Wiraswasta 18 33,9

Sopir Bus 4 7,5

Buruh Kapal 3 5,7

PNS 6 11,3

Petani 3 5,7

Tukang Bentor 1 1,9

Karyawati 1 1,9

Tidak diketahui 4 7,5

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Tabel 9.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut

Jenis Pekerjaan Penderita,hasilnya antara lain: yang paling banyak adalah Wiraswasta

dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh Ibu RT sebanyak 10 orang atau

18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak 6 orang atau 11,3%,sopir bus

sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui pekerjaannya sebanyak 4 orang

atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani masing-masing 3 orang atau masng-

masing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang bentor dan karyawati masing-masing

sebanyak 1 orang atau 1,9%.

39

Page 40: Proposal HIV

Mahasi

swa

Ibu RT

wirasw

asta

Sopir

Buruh Kap

alPNS

Petani

Tuka

ng Ben

tor

Karyaw

ati

Tidak

dikeah

ui0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Jumlah%

Gambar 9.a.Diagram Bar Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien

HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Periode Januari – Juni 2013

9.b.Distribusi Sampel Menurut Suku/Daerah

Table 9.b. Distribusi Suku/Daerah Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di

Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013

Suku/Daerah Jumlah(n) Presentase(%)

Makassar 33 62,3

Pinrang 3 5,7

Kendari 1 1,9

Luwu 3 5,7

Soppeng 2 3,7

Takallar 2 3,7

Palopo 4 7,5

Toraja 3 5,7

40

Page 41: Proposal HIV

Bone 1 1,9

Irian Jaya 1 1,9

Total 53 100

Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo

Tabel 9.a. menunjukan Distribusi penderita HIV/AIDS yang dirawat menurut

Suku/Daerah asal,maka hasilnya sebagai berikut: wilayah Makassar sebanyak 33

orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau 5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau

1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau 5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan

takallar sebanyak 2 orang atau 3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja

sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak

1 orang atau 1,9%.

Makass

ar

Pinrang

Kendari

Luwu

Soppen

g

Taka

llar

Palopo

Toraj

aBone

Irian ja

ya0

5

10

15

20

25

30

35

Jumlah%

Gambar 9.b.Diagram Bar Distribusi Suku/Daerah asal Pada Pasien HIV/AIDS

Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode

Januari – Juni 2013

41

Page 42: Proposal HIV

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

1. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat berdasarkan kelompok umur,

menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 – 39 tahun

dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 – 29

tahun sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,1% selanjutnya umur 40-49 tahun

sebanyak 7 kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur ≥50 tahun sebesar 3

kasus atau 5,7%, dan terakhir umur 0 – 9 tahun dan 10-19 tahun masing-masing

sebesar 1 kasus atau 1,9%.

2. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Jenis kelamin, maka insiden

terbanyak terjadi pada Laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 34 kasus atau

sebesar 64,2%,dan perempuan sebanyak 19 kasus atau sebesar 35,8%.

3. Distribusi Pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Keluhan Utama dari 53 kasus

pasien hiv/aids, yang masuk dengan keluhan batuk lama sebanyak 6 pasien atau

sebanyak 11,3%,yang masuk dengan keluhan sesak napas sebanyak 11 orang atau

sebanyak 20,8%,yang masuk dengan keluhan demam sebanyak 10 pasien atau

sebanyak 18,8%,yang masuk dengan keluhan diare/nyeri perut sebanyak 9 pasien

atau sebanyak 17%,yang masuk dengan keluhan kesadaran menurun sebanyak 8

pasien atau sebanyak 15,1%,dan yang masuk dengan keluhan lemah badan

sebanyak 9 pasien atau sebanyak 17%.

4. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut infeksi oportunistik,dari 53

kasus maka pasien yang hanya mengalami ISPA sebanyak 5 kasus atau sebanyak

9,4%,yang hanya mengalami diare sebanyak 0 kasus atau sebanyak 0%,yang

hanya mengalami Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang

mengalami ISPA+ diare sebanyak I kasus atau sebanyak 1,9%,yang mengalami

42

Page 43: Proposal HIV

ISPA+Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang hanya

mengalami diare+candidiasis oral sebanyak 10 kasus atau sebanyak 18,9%,dan

yang mengalami ISPA+diare+candidiasis oral sebanyak 11 kasus atau sebanyak

20,8%.

5.a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Hasil Pemeriksaan

Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada penderita laki-laki yang

berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak

25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita perempuan yang

berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak

16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC kurang dari

normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC kurang dari

normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT kurang

dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang

dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV

reaktif sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti

HCV positif masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk

kultur BTA 3x pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%.

5.b. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut hasil radiologimaka,dari 53

kasus pasien yang mengalami Tuberculosis paru sebanyak 21 kasus atau sebanyak

39,6%,yang mengalami bronkopneumonia sebanyak 12 kasus atau sebanyak

22,6%,yang mengalami pneumonia carnii pneumocystis sebanyak 8 kasus atau

sebanyak 15,2%,dan yang tidak ada kelainan radiologi sebanyak 12 kasus atau

sebanyak 22,6%.

6. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat berobat sebelumnya

maka pasien yang memiliki riwayat berobat sebanyak 9 kasus atau sebanyak

43

Page 44: Proposal HIV

17%,dan yang tidak memiliki riwayat berobat sebanyak 44 kasus atau sebanyak

83%.

7. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat perilaku beresiko

maka dari 53 kasus pasien yang memiliki urutan tertinggi adalah hubungan seks

sebanyak 26 kasus atau sebanyak 49,1%,yang diikuti oleh suntik narkoba

sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang tidak diketahui riwayat perilaku

beresikonya sebanyak 12 kasus atau sebanyak 22,6%,dan yang transfusi darah

sebanyak 1 kasus atau sebanyak 1,9%,dari Ibu HIV ke bayi sebanyak 1 kasus atau

sebanyak 1,9%.

8. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut waktu terinfeksi sampai

timbul gejala,maka pasien dengan rentang waktu 0-5 tahun sebanyak 9 kasus atau

sebanyak sebanyak 17%,rentang waktu 6-10 tahun sebanyak 13 kasus atau

sebanyak 24,5%,rentang waktu 11-15 tahun sebanyak 4 kasus atau sebanyak

7,5%,rentang waktu ≥16 sebanyak 0 kasus atau sebesar 0%,dan yang tidak

diketahui sebanyak 27 kasus atau sebesar 51%.

9. a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut pekerjaan penderita yang

paling banyak adalah Wiraswasta dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh

Ibu RT sebanyak 10 orang atau 18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak

6 orang atau 11,3%,sopir bus sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui

pekerjaannya sebanyak 4 orang atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani

masing-masing 3 orang atau masng-masing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang

bentor dan karyawati masing-masing sebanyak 1 orang atau 1,9%.

9.b. wilayah Makassar sebanyak 33 orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau

5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau 1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau

5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan takallar sebanyak 2 orang atau

3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone

sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak 1 orang atau 1,9%.

44

Page 45: Proposal HIV

VI.2 Saran

1. Perlu adanya penelitian analitik lebih lanjut untuk menentukan hubungan antar

variable.

2. Diperlukan adanya kesadaran dan perhatian yang lebih bagi para dokter dalam

mengisi rekam medis pasien terkait anamnesis, pemeriksaan fisis, dan diagnosis

terhadap kondisi pasien.

3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan fasilitas yang

berkaitan dengan perawatan pasien.

4. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk memperbaiki sistem database kondisi

perjalanan penyakit pasien selama perawatan, serta lebih teliti dalam mengisi

database penyakit pasien

45

Page 46: Proposal HIV

DAFTAR PUSTAKA

1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi W, Alwi I, Simadibata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. 4th ed. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2006. Hal. 1825-29.

2. Granich R, Mermin J. HIV, health, and your community. California: The

Hesperian Foundation; 2001.p.5-7, 14-7, 22, 78.

3. Siregar FA. Pengenalan dan pencegahan AIDS. Available from: URL:

http://www.usulibrary.org/html .

4. Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Jumlah Kumulatif Penderita AIDS

di Indonesia 18.442 Kasus.

5. WHO. AIDS epidemic update December 2007. Switzerland: Joint united

Nations Programme in HIV/AIDS (UNAIDS) and World Health Organization

(WHO); 2007.

6. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2013.[cited on 09th July 2013].

Available on: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf

7. Karakteristik pasien HIV/AIDS.2010.[cited on 09th July 2013]. Available on:

http://eprints.undip.ac.id/32494/1/11_BAB_I.pdf

8. Pengenalan dan Pencegahan AIDS.2009.[cited on 09th July 2013]. Available on: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf

9. Baliga R. Internal Medicine.1st ed.Philadelphia: Elsevier Mosby;2006.p.401-6.

10. Marola RS, Vitayani S, Adam AM. Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Dalam: Amiruddin D. Penyakit menular seksual. 1st ed. Makassar: bagian Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin;

2004. Hal.223-39.

11. Grant AD, Cock KM. HIV infection and AIDS in the developing world. BMJ.

2001; 332: 1475-78

46

Page 47: Proposal HIV

12. Fauci AS, Lane C. Human immunodeficiency virus diseases: AIDS and

related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS. Harrison’s

principles of internal medicine. 16thed. USA: McGraw Hill; 2005.p.1076-139

13. Kriteria Mayor-Minor HIV/AIDS. 2011.[cited on 09th July 2013]. Available on: http://klinik-amatir.blogspot.com/2011/04/kriteria-mayor-dan-minor-hivaids.html

14. Sharma S. HIV/AIDS. Available from URL: http://emedicine .org/html.

15. Paauw DS, Burkholder LR, Migeon MB. Internal Medicine Clerkship Guide.

2nd ed. St. Louis: Mosby; 2003. Hal: 345-57

16. Wood CGA, Whittet S, Bradbeer CS. Paliative care: HIV infection and AIDS.

BMJ. 1997; 315: 1433-36

47