Download - Proposal HIV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan
banyak Negara di seluruh dunia. UNAIDS,Badan WHO yang mengurusi masalah
AIDS,memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah
35,9-44,3 juta orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/AIDS.
HIV/AIDS menyebabkan krisis kesehatan,krisis pembangunan Negara,krisis
ekonomi,pendidikan dan juga krisis kemanusian. Dengan kata lain HIV/AIDS
menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan,AIDS memerlukan
respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk
individu yang terinfeksi HIV.[1]
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau
penyakit yang terjadi ketika sistem imun seseorang rusak oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Sindrom ini ditandai dengan adanya infeksi oportunistik
ataupun keganasan yang berakibat fatal. Munculnya sindrom ini berkaitan erat
dengan berkurangnya kekebalan tubuh yang prosesnya tidak terjadi dengan seketika
melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.(2,3)
Di Indonesia pertama kali kasus AIDS ditemukan pada tahun 1987 di Bali, dan
sampai sekarang jumlah kasusnya semakin meningkat. Di sebagian besar wilayah
Indonesia, HIV/AIDS terkonsentrasi di populasi beresiko tinggi tetapi dalam populasi
tersebut khususnya Pengguna Napza Suntik (selanjutnya disebut PENASUN) dan
pekerja seks angka infeksi meningkat secara cepat. Di Papua, epidemi sudah
menyebar ke populasi umum. (4)
1
Sejak tahun 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih amat jarang ditemukan di
Indonesia. Sebagian besar ODHA (orang dengan HIV/AIDS) pada periode itu berasal
dari kelompok homoseksual. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus
HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah
sebenarnya.[5]
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV
yang semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar ODHA yang
merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang
merupakan kelompok usia produktif. Sebuah survey di Jakarta menunjukkan
peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani
rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun
2000 dan 47,9% pada tahun 2001. (5)
Berdasarkan hasil survey dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI pada bulan
Maret 2013 maka dilaporkan bahwa Pria paling banyak menderita HIV/AIDS dengan
angka kumulatif kejadian 24,0%,wanita sebanyak 12,5%,dan yang tida diketahui
sebanyak 6,85%. Berdasarkan cara penularan maka yang menduduki urutan pertama
adalah Heteroseksual sebanyak 25,9%,homoseksual sebanyak 1,02%,IDU sebanyak
7,79%,transfuse darah sebanyak 86%,transmisi perinatal sebanyak 1,18%,dan
penyebab yang tidak diketahui sebanyak 7,12%.[6]
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya
menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak
dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan
antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem
kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.[7]
Sedangkan untuk daerah Sulawesi Selatan sendiri dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2007 sudah terdapat 1630
kasus HIV/AIDS dengan kota Makassar sebagai penyumbang kasus tertinggi. [5]
Secara kumulatif kasus HIV/AIDS sampai Juni 2009 adalah 28.260. Persentase
kumulatif infeksi HIV tertinggi berdasarkan kelompok umur yaitu 30-39 tahun
2
(16,49%), kemudian kelompok umur 20-29 tahun (15,41%), dan kelompok umur
kurang dari 1 tahun (13,61%). Sedangkan berdasarkan penularan HIV, kasus tertinggi
pada pengguna napza suntik/ penasun 52,18%, kelompok waria 25,89%, dan
pasangan risiko tinggi 15,83%.
Jumlah warga yang terindikasi reaktif Human Immunideficiency Virus
(HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Propinsi Sulawesi Selatan
terus bertambah. Dari data-data di atas dapat dilihat beragamnya karakteristik
penderita HIV/AIDS di Indonesia, oleh karenanya peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih jauh bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS di Sulawesi Selatan.
Adapun penulis memilih RSUP.Wahiddin Sudirohusodo sebagai lokasi
penelitian karena Rumah Sakit tersebut sebagai pusat rujukan di Propinsi Sulawesi
Selatan yang menangani pasien HIV/AIDS baik dari masalah VCT, diagnosis, dan
pengobatan.
1.2.Rumusan Masalah
Mengetahui bahwa HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia
dan merupakan penyakit yang berbahaya, sehingga penulis ingin mengetahui dan
meneliti kenyataan di lapangan tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di
Infection Center RSUP Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 –
Juni 2013.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu bagaimana karakteristik penderita HIV/AIDS
yang dirawat di Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo menurut:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Keluhan Utama
4. Infeksi Oportunistik
5. Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)
3
6. Riwayat Berobat Sebelumnya
7. Riwayat Perilaku beresiko
8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit
9. Suku/Daerah asal dan pekerjaan
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di
Infection Center RSUP.Wahiddin Sudirohusodo Periode Bulan Januari-Juni
2013.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut umur
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut jenis kelamin
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut Keluhan Utama
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut Infeksi Oportunistik
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut Pemeriksaan Penunjang(Hasil Laboratorium dan Radiologi)
4
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut riwayat berobat sebelumnya
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut riwayat perilaku beresiko
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit
Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Infection Center
RSUP.Wahiddin Sudirohusodo pada periode Bulan Januari-Juni 2013
menurut suku/daerah asal dan pekerjaan
1.4.Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu pengetahuan
dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan dengan penyakit
HIV/AIDS sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan di kemudian hari.
b. Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi peneliti
lainnya dan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait dalam menentukan
arah kebijakan kesehatan di masa yang akan datang.
c. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi yang
berharga utnuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita HIV/AIDS.
d.Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga
dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
AIDS (Acquired Imunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Imunodeficiency Virus) yang termasuk family
retrovirus. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.[2,6]
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Sindrom akibat
defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan
infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat
hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah
terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.[8]
2.2. EPIDEMIOLOGI
Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV
yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum
suntik pada pengguna narkotik, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi
HIV ke bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, kelompok resiko tinggi terhadap
HIV/AIDS adalah pengguna narkotik, pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta
narapidana. Namun infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan
masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum. [6,7]
Surveilens pada donor darah dan ibu hamil biasanya digunakan sebagai
indikator untuk menggambarkan infeksi HIV/AIDS pada masyarakat umum. Jika
pada tahun 1990 belum ditemukan darah donor di Palang Merah Indonesia (PMI)
yang tercemar HIV, maka periode selanjutnya ditemukan infeksi HIV yang
jumlahnya makin lama makin meningkat.[6]
2.3.ETIOLOGI
6
Penyebab AIDS adalah virus yang tergolong dalam retrovirus disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Barre Sinoussi,
Montagnie, dkk pada tahun 1983 dan disebut Lymfadenopati Associated Virus (LAV).
Tahun 1984, Popovic menggambarkan adanya perkembangan sel yang tetap
berlangsung dan produktif setelah diinfeksi oleh retrovirus yang dinyatakan
sebelumnya sebagai Human T Cell Lymphotropic Virus (HTLV) I, HTLV II, HTLV
III yang lebih dikenal sebagai LAV. Virus-virus lain telah diisolasi dari semua
penderita AIDS di Amerika Tengah, Eropa, Afrika Tengah semuanya merupakan
virus yang kemudian diisebut HIV-1. Namun, pada tahun 19855 ditemukan retrovirus
lainnya yang berbeda dengan HIV-1 pada penderita AIDS di Afrika Barat. Virus ini
kemudian dikenal denagn HIV-2. HIV-2 lebih mirip dengan monkey virus yang
disebut Simian Immunodeficiency Virus (SIV).[3,9]
Kedua jenis virus ini memiliki banyak persamaan diantaranya menular dengan
cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi-infeksi oportunistik dan AIDS
yang serupa, namun pada HIV-2 kurang virulen dibanding HIV-1 dan jarang menular
secara vertikal. HIV-1 ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, sedangkan HIV-2
jarang ditemukan di luar Afrika Barat. [2,3,10]
2.4.PATOGENESIS
Infeksi HIV terjadi bila virus masuk ke dalam sel. Limfosit CD4+ merupakan
target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul CD4+.
Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang
penting jadi hilangnya fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan respon imun
yang progresif. [6,11]
Materi genetik virus masuk ke dalam DNA sel yag terinfeksi. Di dalam sel
virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghacurkan sel serta melepaskan partikel
virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya. Sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia
akan terifeksi. [2,6]
7
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit CD4+ melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun: [2,3,11]
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4+ sebanyak 800-1300 sel/mL
darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya
menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi
tubuh tidak mampu meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar
yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan
penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus
yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Perjalanan dari virus ini melalui beberapa rute hingga terjadi penularan AIDS. Virus
tersebut menular melalui [2,5,11]:
1. Penularan secara seksual, HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang
tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan terjadinya
infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian diketahui bahwa resiko
infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Penularan melalui seks anal
dilaporkan memiliki resiko 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Seseorang
dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang
berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki
rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit
HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral dipandang
sebagai kegiatan yang rendah resiko. Resiko dapat meningkat bila terapat
luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di dalam mulut.
8
2. Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian. Mengguanakan
kembali atau memakai jarum suntik secara bergantian merupakan cara
penularan HIV yang sangat efisien. Resiko penularan dapat diturunkan secara
berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan jarum
suntik baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang
tepat sebelum digunakan kembali. Penularan dalam lingkup perawatan
kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan
kesehatan terhadap Kewaspadaan Universal.
3. Penularan melalui transfusi darah. Kemungkinan resiko terjangkit HIV
melalui transfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi ternyata
lebih tinggi (lebih dari 90%).
4. Penularan dari ibu ke anak. HIV dapat ditularkan ke anak selama masa
kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya,
terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah
kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya
jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran (semakin tinggi jumlah
virus, semakin tinggi pula resikonya). Penularan dari ibu ke anak setelah
kelahiran dapat juga terjadi melalui pemberian air susu ibu.
2.5.MANIFESTASI KLINIK
Human Immunodeficiency Virus yang menginfeksi seseorang dapat
menimbulkan gejala klinis yang berbeda-beda. Lesi-lesi yang muncul mulai dari
tahap infeksi hingga gambaran AIDS yang sempurna (full blown AIDS) beberapa
tahun kemudian. Secara umum gambaran klinis akan tampak sesuai tahap-tahap
sebagai berikut:
a) Infeksi akut
9
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu.
Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut,
diantaranya demam, arthralgia, sakit kepala, limfadenopati, ruam kulit, nyeri
menelan, mual, muntah, diare, atau batuk yang dapat terjadi pada saat
seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV
yang biasanya terjadi antara 6-8 minggu setelah terinfeksi. Gejala-gejala
tersebut biasanya sembuh sendiri setelah 8 minggu.[6,7,11]
b) Asimptomatik
setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik. Masa tanpa gejala ini
umumnya berlangsung 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalan
penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun,dan ada pula yang perjalanan
penyakitnya lambat (non-progressor). Pada fase ini keadaan pasien tampak baik,
namun tetap terjadi replikasi HIV yang tinggi yakni 10 partikel setiap hari. Replikasi
yang cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, sehingga muncul HIV yang
resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV,terjadi kehancuran CD4 yang tinggi.[6,7,12]
c) Limfadenopati generalis
Keadaan ini ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening lebih dari 2 cm
di dua tempat atau lebih yang biasanya terjadi paling kurang 3 bulan sebelum onset
symptomatic disease.[7,9]
d) Infeksi simptomatik
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak sehingga pasien yang terinfeksi
HIV akan memperlihatkan gejala-gejala seperti: penurunan berat badan,demam
yang hilang timbul, diare kronis, kelelahan, infeksi jamur, tuberkulosis, herpes,
malignansi, gangguan neurologis, dll. [6,11,12]
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan
menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi
10
berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut (4,8):
Tahap I, penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan
sebagai AIDS.
Tahap II, (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran
pernapasan bagian atas yang tak sembuh-sembuh).
Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih
dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru- paru).
Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernapasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi), atau
paru-paru dan SarkomaKaposi).
2.6.KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis untuk HIV/AIDS bisa dilakukan dengan melihat kriteria mayor dan minor dan dilanjutkan dengan melakukan test HIV.
Untuk Dewasa (>12 tahun) dikatakan mengidap AIDS apabila : Test HIV ( + ) dan
ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor. Ditemukan Sarcoma Kaposi atau
Pneumonia pneumocystis cranii.[13]
Untuk anak - anak ( < 12 tahun ) : dikatakan mengidap AIDS apabila :
Lebih dari 18 bulan : test HIV (+) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2 gejala
minor.
Kurang dari 18 bulan : test HIV ( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 2
gejala minor dengan ibu yang HIV (+).
Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
11
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo
Jika, ada kecurigaan ke arah HIV/AIDS segera ke VCT ( Voluntary Counseling
Testing ) di rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan yang lebih lanjut.
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium
terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan
untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh.
Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat
infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3. [6,12,14]
2.7.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang
terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya dapat baru
terlihat setelah bertahun-tahun lamanya.
Terdapat btereberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
diagnosis infeksi HIV. Secara garis besar dapat diabagi menjadi pemeriksaan
serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk
12
mendeteksi keberadaan virus HIV yang dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan
virus. Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap
antibodi HIV.
Sebagai penyaring biasanya digunakan teknik ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay), aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang
biasanya digunakan di Indonesia adalah dengan ELISA. Namun perlu diperhatikan
bahwa antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi, jadi jika pada masa
ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat
memberikan hasil yang negatif. Untuk itu, jika kecurigaan akan adanya resiko
terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian. [2,6,7]
2.8.PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan bagi penderita HIV/AIDS terdiri atas beberapa jenis,
yaitu [6,11,15]:
1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral
(ARV).Pengobatan dengan ARV dapat memberikan dampak yang besar pada
infeksi HIV. Dengan penggunaan ARV, walaupun infeksi HIV tidak dapat
diberantas dari tubuh, infeksinya tidak lagi melanjut pada kematian, tetapi
menjadi penyakit kronis yang stabil. Dengan ARV, diharapkan dapat
mengurangi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan memulihkannya
untuk waktu yang lama. Sebagai hasilnya morbiditas dan mortalitas terkait
dengan HIV dikurangi dan mutu hidup ODHA dapat diperbaiki.
Waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena
obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang.
Obat ARV direkomendasikan pada semua pasien yang telah menunjukkan gejala
yang termasuk dalam kriteria diagnosis AIDS, atau menunjukkan gejala
yang sangat berat, tanpa melihat jumlah limfosit CD4+. Selain itu, ARV juga
direkomendasikan pada pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ kurang
dari 200 sel/mm3. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3
13
dapat ditawarkan untuk memulai terapi.Sedangkan pada pasien asimptomatik
dengan limfosit CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load lebih dari
100.000 kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda.
Sebaliknya terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada pasien dengan limfosit
CD4+ lebih dari 350 sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000 kopi/ml.[6,7]
Obat ARV terdiri dari golongan seperti:[6,7,11]
a). Nucleoside reverse transcriptase inhibitor, mencegah perpindahan dari
viral RNA menjadi viral DNA, contohnya: AZT (zidovudin), ddI (didanosin),
ddC (zalsitabin), d4T (stavudin), 3TC (lamivudine).
b) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor,memperlambat reproduksi
dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral
yang penting. Contohnya: Nevirapin, Delavirdin.
c) Protease inhibitor, menghambat enzim protease HIV yang bertanggung
jawab dalam pengolahan protein yang dibutuhkan untuk timbulnya infeksi
baru. Contohnya: Saquinavir, Ritonavir, Indinavir, Nelfinavir, Efavirenz,
Lopinavir, Tenofovir.
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang
menyertai HIV/AIDS.
Pengobatan terhadap infeksi oportunistik sangat tergantung dari infeksi apa
yang timbul. Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas dari pasien AIDS. Terapi antibiotik atau kemoterapeutik
disesuaikan dengan infeksi-infeksi yang sebetulnya beraasal dari
mikroorganisme dengan virulensi rendah yang ada di sekitar kita, sehingga
jenis infeksi sangat tergantung dari lingkungan dan cara hidup penderita.
Pengobatan terhadap keganasan pada dasarnya sama dengan penanganan
pada pasien non HIV. Sarkoma kaposi merupakan kanker yang berhubungan
dengan AIDS, pengobatannya dibagi atas pengobatan secara lokal dan
sistemik.[6,7]
14
3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih
baik dan pengobatan pendukung lainnya seperti dukungan psikososial dan
dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. [6,9]
2.9.PROGNOSIS
Pengobatan dengan regimen ARV telah memberikan kesempatan kepada pasien
HIV untuk bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan tidak mendapatkan
pengobatan ini. [7]
Penderita HIV/AIDS yang mendapatkan pengobatan ARV bertahan hidup
sampai 20 tahun ke depan. Sedangkan penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan
pengobatan ARV bisa bertahan hidup sekitar 2-3 tahun. Regimen ARV juga terbukti
mengurangi adanya infeksi Mycobacterium avium dan Pneumocystis carinii. Tetapi
kebanyakan penderita HIV/AIDS meninggal karena infeksi oportunistik. [12,16]
Prognosis tergantung pada kemampuan pasien untuk mematuhi penggunaan
regimen ARV, peningkatan kekebalan terhadap HIV dan gambaran dari HIV yang
berhubungan dengan keganasan. [7]
2.10.PENCEGAHAN
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara
dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk dilaksanakan secara
sekaligus, yaitu:[6]
a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.
b) Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok
sasaran.
c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
d) Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotik, termasuk program
pengadaan jarum suntik steril.
e) Program pendidikan agama.
f) Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)
g) Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat
15
h) Pelatihan keterampilan hidup
i) Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
j) Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.
k) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan
dukungan untuk ODHA.
l) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat
ARV.
BAB III
16
KERANGKA KONSEP
3.1. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL
AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV, yang mana hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain umur,
jenis kelamin, pekerjaan,cara penularan, suku, domisili, tingkat pendidikan,
komplikasi, lama pengobatan dan angka harapan hidup. Faktor-faktor tersebut di atas
merupakan variabel yang saling berhubungan. Telah banyak dilakukan penelitian-
penelitian mengenai hubungan antara insiden terjadinya HIV/AIDS dengan faktor
umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan cara penularan, suku, domisili, tingkat
pendidikan, komplikasi, lama pengobatan, dan angka harapan hidup.
3.2. VARIABEL YANG DITELITI
Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta tujuan penelitian, maka variabel yang
diteliti adalah:
1. Umur
Terdapat kecenderungan penderita HIV/AIDS lebih banyak pada remaja dan
dewasa muda yang termasuk usia produktif.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh di KPAI didapatkan bahwa laki-laki lebih
banyak menderita HIV/AIDS daripada wanita.
3. Keluhan Utama
Alasan Utama penderita HIV/AIDS di rawat inap. Berdasarkan tinjauan pustaka
penderita HIV/ADIS paling banyak megalami diare kronis,berat badan
menurun,demam,dan penurunan kesadaran.
17
4. Infeksi Oportunistik
Penderita HIV/AIDS cenderung terkena infeksi oportunistik,karena daya tahan
tubuhnya yang lemah.
5. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan tinjauan pustaka maka.pada Pemeriksaan Penunjang akan di bahas
mengenai hasil Laboratorium yaitu:hasil Darah Rutin,HbsAg,anti
HCV,CD4+,kultur dan hasil radiologi berupa chest x-ray.
6. Riwayat Berobat sebelumnya
Riwayat berobat menunjukan apakah penderita HIV/AIDS pernah menderita dan
mengkonsumsi obat-obat HIV sebelum datang ke rumah sakit.
7. Riwayat Perilaku beresiko
Riwayat perilaku bersiko yang dimaksud berupa: hubungan seksual,penggunaan
jarum suntik/narkoba,transfuse darah,bayi yang menyusui pada ibu yang
menderita AIDS.
8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk Rumah Sakit
Berdasarkan teori setiap orang mempunyai rentang waktu yang berbeda sejak
terinfeksi sampai timbulnya gejala dan pasien masuk Rumah Sakit. Rentang
waktu terinfeksi ini dilihat dari perilaku beresiko pasien.
9. Suku/daerah asal dan pekerjaan
Daerah asal dan pekerjaan pasien sangat berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit AIDS ini. Dimana pekerjaan penderita juga berpengaruh pada perilaku
beresiko.
18
Keterangan:
: Variabel Dependent
: Variabel Independent
3.3. DEFINISI OPERASIONAL
1. Umur
Definisi: Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai sekarang yang dinyatakan
dalam satuan tahun.
19
HIV/AIDS
WAKTU TERINFEKSI MASUK RS
RIWAYAT PERILAKU BERESIKO
KELUHAN UTAMA
JENIS KELAMIN
SUKU&PEKERJAAN
UMUR
INFEKSI OPORTUNISTIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RIWAYAT BEROBAT SEBELUMNYA
Alat Ukur : Rekam Medis
Cara Ukur : Mencatat umur penderita
Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu:
a. 0-9 tahun
b. 10-19 tahun
c. 20 – 29 tahun
d. 30 – 39 tahun
e. 40 – 49 tahun
f. > 50 tahun
2. Jenis Kelamin
Yang dimaksud dengan jenis kelamin adalah identitas gender penderita yang
tercantum dalam rekam medik.
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat Jenis Kelamin Pasien
Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:
a. Laki-laki
b.Perempuan
3. Keluhan Utama
Definisi:Hal yang dirasakan penderita,sehingga membuatnya datang berobat di
Rumah Sakit
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat keluhan penderita
Hasil Ukur: berupa data kategorik yaitu:
a. Diare kronis >1 bulan
b. Berat badan menurun > 10% dalam 1 bulan
20
c. Demam berkepanjangan > 1 bulan
d. Penurunan Kesadaran/gangguan neurologis
4. Infeksi Oportunistik
Yang dimaksud dengan infeksi oportunistik adalah infeksi yang dialami oleh
penderita akibat penurunan daya tahan tubuhnya.
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis
Hasil Ukur: Berupa Data Kategorik yaitu:
a. Ada Infeksi Oportunistik
b. Tidak ada infeksi Oportunistik
5. Pemeriksaan Penunjang(hasil Laboratorium&Radiologi)
Yang dimaksud dengan hasil Laboratorium adalah: hasil pemeriksaan darah
rutin(Hb,eritrosit,leukosit,trombosit),HbsAg,anti HCV,CD4+,kultur. Sedangkan
untuk hasil Radiologi akan di ambil chest x-ray.
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat Hasil Laboratorium dan hasil radiologi
Hasil Ukur: Berupa Data numerik untuk hasil laboratorium dan kategorik untuk
hasil radiologi yaitu:
a. Hasil laboratorium: tidak terdapat penurunan Hasil laboratorium
:penurunan Hasil laboratorium dengan kadar yang ada
pada rekam medis
b. Hasil radiologi : terdapat kelainan radiologi
: tidak terdapat kelainan radiologi
21
6. Riwayat berobat Sebelumnya
Yang dimaksud dengan riwayat berobat adalah: riwayat apakah penderita
tersebut pernah mengkonsumsi obat-obat HIV/AIDS dan pernah dirawat dengan
penyakit yang sama.
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat Anamnesis
Hasil Ukur:Berupa data kategorik yaitu:
a. Ada riwayat berobat sebelumnya
b. Tidak ada riwayat berobat sebelumnya
7. Riwayat Perilaku beresiko
Yang dimaksud dengan perilaku beresiko adalah: perilaku yang memungkinkan
penderita mengidap AIDS.
Alat Ukur : Rekam Medis
Cara Ukur : Mencatat Anamnesis Pasien
Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:
a. Ada riwayat perilaku beresiko antara lain:
o Hubungan seksual
o Penggunaan jarum suntik secara bergantian (IDU)
o Transfusi darah
o Dari ibu ke bayinya
b. Tidak ada riwayat perilaku beresiko
8. Rentang waktu terinfeksi sampai penderita masuk rumah sakit
Waktu ini dilihat sejak penderita terlibat perilaku beresiko sampai penderita
mendapat keluhan dan masuk Rumah Sakit.
Alat Ukur: Rekam Medis
Cara Ukur: Mencatat Hasil anamnesis
22
Hasil Ukur: Berupa data numerik yaitu:
a. Bulan
b. Tahun
9. Suku/daerah asal dan pekerjaan
Suku/daerah asal pasien yang tertulis di rekam medis,pekerjaan pasien yang
tertulis di rekam medis.
Alat Ukur : Rekam Medis
Cara Ukur : Mencatat Suku,daerah asal,dan pekerjaan Pasien
Hasil Ukur : Berupa Data Kategorik yaitu:
a. Suku/daerah asal: daerah yang ada di wilayah Makassar
: daerah di luar wilayah Makassar
. b. Jenis Pekerjaan : Petani/Nelayan
: PNS/ABRI
: Wiraswasta/Pegawai swasta
: Buruh harian
: Ibu Rumah Tangga
: Pelajar/mahasiswa
: Paramedis
: Sopir
: PSK
: Tidak bekerja
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder
yang maksudnya yaitu semua variabel diteliti dalam waktu yang bersamaan
berdasarkan fakta yang telah terjadi tanpa adanya intervensi dalam kejadiannya yang
terdapat dalam rekam medis penderita, dimana penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan dalam suatu komunitas.
4.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan dari tanggal 24 Juni-30 Agustus 2013.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo dan
wilayah kerjanya berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Wahidin
Sudirohusodo merupakan Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Indonesia Timur.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Target
Populasi target adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center
RSUP. Wahidin Sudirohusodo.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection
Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo pada periode bulan Januari 2013 –Juni
2013.
24
3. Sampel
Sampel penelitian adalah penderita HIV/AIDS yang dirawat di Infection
Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo. Penarikan sampel dilakukan secara
total sampling
4. Cara Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah total sampling dimana seluruh populasi
menjadi sampelnya.
Kriteria inklusi:
Semua pasien HIV/AIDS yang tecatat di rekam medik dan di bagian administrasi
yang memiliki data yang lengkap sesuai variabel yang diteliti.
Kriteria eksklusi:
Pasien HIV/AIDS yang data-datanya tidak memenuhi lebih dari 4 variabel yang
diteliti.
4.4. JENIS DATA DAN INSTRUMENTAL PENELITIAN
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui
rekam medik subjek penelitian.
2. Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu
untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medik. Microsoft Word dan
Microsoft Excel sebagai tempat untuk mengolah hasil penelitian.
25
4.5. MANAJEMEN PENELITIAN
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak pemerintah
dan RSUP Wahidin Sudirohusodo. Kemudian nomor rekam medik pasien
HIV/AIDS dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di bagian
RSUP.Wahidin Sudirohusodo. Setelah itu dilakukan pengamatan dan
pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan.
2. Pengolahan dan Analisa data
Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medik yang
dibutuhkan ke dalam tabel check list dengan menggunakan program komputer
Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.
3. Penyajian data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk
menggambarkan karakteristik pasien HIV/AIDS yang dirawat di Infection
Center RSUP. Wahidin Sudirohusodo periode bulan Januari 2013 – Juni 2013.
4.6. ETIKA PENELITIAN
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah
setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan data pasien yang terdapat pada rekam medik, sehingga
diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang
dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya.
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di wilayah RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada tanggal 22 Juli – 04 Agustus 2013. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medis penderita HIV/AIDS
yang dirawat di Infection Center RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode Januari –
Juni 2013. Adapun banyaknya sampel pada penelitian ini berjumlah 53 sampel.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program Microsoft excel 2007 dan
program Microsoft Word 2007.
Berdasarkan data yang diperoleh setelah diteliti data rekam medik yang
diambil. Maka hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :
1. Distribusi Sampel Menurut Kelompok Umur
Table 1. Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di
Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
Kelompok Umur Jumlah(n) Presentase(%)
0-9 tahun 1 1,9
10-19 tahun 1 1,9
20-29 tahun 16 30,1
30-39 tahun 25 47,2
40-49 tahun 7 13,2
≥50 tahun 3 5,7
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
27
Tabel 1. Berdasarkan distribusi pasien HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur,
menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 –39 tahun
dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 – 29 tahun
sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,2% selanjutnya umur 40-49 tahun sebanyak 7
kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur ≥50 tahun sebesar 3 kasus atau 5,7%,
dan terakhir umur 0 –9 tahun dan 10-19 tahun dengan jumlah sebesar 1 kasus atau
1,9%.
0-9 10−19 20-29 30-39 40-49 ≥ 50
0
5
10
15
20
25
jumlah%
Gambar 1. Diagram Bar Distribusi Kelompok Umur Pada Pasien HIV/AIDS
Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode
Januari – Juni 2013
2.Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin
Table 2. Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di
Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentasi (%)
Laki-laki 34 64,2
Perempuan 19 35,8
Total 53 100
28
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tabel 2. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut jenis
kelamin,dan didapatkan pasien yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 34 orang
atau 64,2% dan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang atau
35,8%.
Laki-lakiPerempuan
0
5
10
15
20
25
30
35
jumlah%
Gambar 2. Diagram Bar Distribusi Jenis Kelamin Pada Pasien HIV/AIDS Yang
dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari –
Juni 2013
3.Distribusi Sampel Menurut Keluhan Utama
Table 3. Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di
Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
Keluhan Utama Jumlah (n) Presentasi (%)
Batuk Lama 6 11,3
Sesak Napas 11 20,8
Demam 10 18,8
Diare&nyeri Perut 9 17
29
Kesadaran Menurun 8 15,1
Lemah Badan 9 17
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tabel 3. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Keluhan Utama pasien saat datang ke Rumah Sakit,dengan keluhan yang paling
banyak adalah Sesak napas sebanyak 11 pasien atau 20,8%,kemudian keluhan
Demam sebanyak 10 pasien atau 18,8%,keluhan Diare&nyeri perut dan Lemah badan
masing-masing sebanyak 9 pasien atau 17%,Kesadaran menurun sebanyak 8 orang
atau 15,1%,dan yang paling sedikit adalah keluhan Batuk lama sebanyak 6 pasien
atau 11,3%.
batuk lama sesak napas
demam diare kesmen lemah badan
0
2
4
6
8
10
12
jumlah%
Gambar 3. Diagram Bar Distribusi Keluhan Utama Pada Pasien HIV/AIDS
Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode
Januari – Juni 2013
4.Distribusi Sampel Menurut Infeksi Oportunistik
Table 4. Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di
Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
30
Infeksi Oportunistik Jumlah(n) Presentasi(%)
ISPA 5 9,4
Diare 0 0
Candidiasis Oral 13 24,5
ISPA+Diare 1 1,9
ISPA+Candidiasis Oral 13 24,5
Diare+ Candidiasis Oral 10 18,9
ISPA+Diare+Candidiasis 11 20,8
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table 4. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Infeksi Oportunistik,maka dari ke-53 pasien dalam penelitian ini mengalami Infeksi
Oportunistik. Pasien yang hanya mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas(ISPA)
sebanyak 5 orang atau 9,4%,tidak ada pasien yang hanya mengalami Diare atau
0%,yang hanya mengalami Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau sebanyak
24,5%,yang mengalami ISPA dan Diare sebanyak 1 orang atau 1,9%,yang mengalami
ISPA dan Candidiasis Oral sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang mengalami Diare dan
Candidiasis Oral sebanyak 10 orang atau18,9%,yang mengalami ISPA,Diare,dan
Candidiasis Oral sebanyak sebanyak 11 orang atau 20,8%.
31
ISPA
Diare
Candidias
is Oral
ISPA+d
iare
ISPA+ca
ndidiasis o
ral
Diare+
candidias
is oral
ISPA+d
iare+
candidias
is oral
0
2
4
6
8
10
12
14
jumlah%
Gambar 4. Diagram Bar Distribusi Infeksi Oportunistik Pada Pasien HIV/AIDS
Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode
Januari – Juni 201
5.a.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium)
Table 5.a. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium) Pada Pasien
HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari-Juni 2013
Hasil Lab. Jumlah(n)Tidak/normal
Presentasi(%)Tidak/normal
HbL(11-15)P(12-16)
25/1016/2
71,4/28,688,9/11,1
WBC(4.000-10.000)
19/34 35,8/64,2
RBC(4,00-6,00)
35/18 66/34
PLT(150-400)
7/46 13,2/86,8
CD4(470-1298)
53/0 100/0
Anti HIV 53/0 100/0
32
HbsAg 11/42 20,8/79,2Anti HCV 11/42 20,8/79,2Kultur BTA 3x
0/53 0/100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table 5.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Hasil Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada
penderita laki-laki yang berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang
dari normal sebanyak 25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita
perempuan yang berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari
normal sebanyak 16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC
kurang dari normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC
kurang dari normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT
kurang dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang
dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam penelitian
ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV reaktif
sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti HCV positif
masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk kultur BTA 3x
pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%.
Hb(L) Hb(p) WBC RBC PLT CD4 Anti HIV
HbsAg Anti HCV
BTA 3x
0
10
20
30
40
50
60
Jumlah%
33
Gambar 5.a.Diagram Bar Distribusi Hasil Laboratorium Pada Pasien
HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari – Juni 2013
5.b.Distribusi Sampel Menurut Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi)
Table 5.b. Distribusi Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi) Pada Pasien
HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari-Juni 2013
Hasil Radiologi Jumlah (n) Presentase (%)
Tuberculosis Paru 21 39,6
Bronkopneumonia 12 22,6
Pneumonia Carinii Pneumocystis 8 15,2
Tidak ada Kelainan Radiologi 12 22,6
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table 5.b. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Hasil Pemeriksaan Penunjang(Radiologi),maka dapat dilihat bahwa pasien
HIV/AIDS yang juga menderita Tuberculosis Paru sebanyak 21 orang atau
39,6%,yang menderita Bronkopneumonia sebanyak 12 orang atau 22,6%,yang
menderita Pneumonia Carinii Pneumocystis sebanyak 8 orang atau 15,2%,dan yang
tidak memiliki kelainan Radiologi sebanyak 12 orang atau 22,6%.
34
Tuberculosis Bronkopneumonia PCP Tidak ada kelainan0
5
10
15
20
25
jumlah%
Gambar 5.b.Diagram Bar Distribusi Hasil Radiologi Pada Pasien HIV/AIDS
Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode
Januari – Juni 2013
6.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Berobat Sebelumnya
Table 6. Distribusi Riwayat Berobat Sebelumnya Pada Pasien HIV/AIDS yang
dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-
Juni 2013
Riwayat Berobat Sebelumnya Jumlah(n) Presentase(%)
Ada(Anti Retro Viral) 9 17
Tidaka ada 44 83
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table 6. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut ada-
tidaknya riwayat berobat Anti Retro Viral(ARV) sebelumnya. Maka didapatkan
35
bahwa pasien yang pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 9 orang atau 17%,dan tidak
pernah mengkonsumsi ARV sebanyak 44 orang pasien atau sebanyak 83%.
Ada Tidak ada0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
jumlah%
Gambar 6.Diagram Bar Distribusi Riwayat berobat sebelumnya Pada Pasien
HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari – Juni 2013
7.Distribusi Sampel Menurut Riwayat Perilaku Beresiko
Table 7. Distribusi Riwayat Perilaku Beresiko Pada Pasien HIV/AIDS yang
dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-
Juni 2013
Perilaku Beresiko Jumlah(n) Presentase(%)
Hubungan Seks 26 49,1
Suntik Narkoba 13 24,5
Transfusi Darah 1 1,9
Ibu HIV ke Bayinya 1 1,9
Tidak diketahui 12 22,6
Total 53 100
36
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table 7. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Riwayat Perilaku Beresiko, maka yang paling banyak adalah: Hubungan Seksual
sebanyak 26 orang atau 49,1%,suntik narkoba sebanyak 13 orang atau 24,5%,yang
tidak diketahui perilakunya sebanyak 12 orang atau 22,6%,dan yang paling sedikit
adalah transfusi darah dan penularan dari Ibu HIV/AIDS ke bayinya masing-masing
sebanyak 1 orang atau 1,9%.
Hubungan Se
ks
suntik n
arkoba
transfu
si dara
h
ibu HIV ke bay
i
Tidak
diketah
ui0
5
10
15
20
25
30
Jumlah%
Gambar 7.Diagram Bar Distribusi Riwayat perilaku beresiko Pada Pasien
HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari – Juni 2013
8.Distribusi Sampel Menurut Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan
Table 8. Distribusi Waktu terinfeksi sampai Timbulnya Keluhan Pada Pasien
HIV/AIDS yang dirawat di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari-Juni 2013
Waktu Terinfeksi Jumlah(n) Presentase(%)
0-5 tahun 9 17
37
6-10 tahun 13 24,5
11-15 tahun 4 7,5
≥16 tahun 0 0
Tidak diketahui 27 51
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Table.8 menunjukan distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Rentang waktu terinfeksi,maka hasilnya sebagai berikut: dalam waktu 0-5 tahun
sebanyak 9 orang atau 17 %,6-10 tahun sebanyak 13 orang atau 24,5%,11- 15 tahun
sebanyak 4 orang atau 7,5%,≥16 tahun 0 orang atau 0%,dan yang tidak diketahui
rentang waktu terinfeksinya sebanyak 27 orang atau sebanyak 51%.
0-5 6−10 11−15 ≥16 tidak diketahui0
5
10
15
20
25
30
Jumlah%
Gambar 8.Diagram Bar Distribusi Waktu terinfeksi sampai timbul keluhan
Pada Pasien HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Periode Januari – Juni 2013
9.a.Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan Penderita
38
Table 9.a. Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat
di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
Pekerjaan Jumlah(n) Presentase(%)
Mahasiswa 3 5,7
Ibu RT 10 18,9
Wiraswasta 18 33,9
Sopir Bus 4 7,5
Buruh Kapal 3 5,7
PNS 6 11,3
Petani 3 5,7
Tukang Bentor 1 1,9
Karyawati 1 1,9
Tidak diketahui 4 7,5
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tabel 9.a. menunjukan Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut
Jenis Pekerjaan Penderita,hasilnya antara lain: yang paling banyak adalah Wiraswasta
dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh Ibu RT sebanyak 10 orang atau
18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak 6 orang atau 11,3%,sopir bus
sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui pekerjaannya sebanyak 4 orang
atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani masing-masing 3 orang atau masng-
masing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang bentor dan karyawati masing-masing
sebanyak 1 orang atau 1,9%.
39
Mahasi
swa
Ibu RT
wirasw
asta
Sopir
Buruh Kap
alPNS
Petani
Tuka
ng Ben
tor
Karyaw
ati
Tidak
dikeah
ui0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Jumlah%
Gambar 9.a.Diagram Bar Distribusi Pekerjaan Penderita Pada Pasien
HIV/AIDS Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Periode Januari – Juni 2013
9.b.Distribusi Sampel Menurut Suku/Daerah
Table 9.b. Distribusi Suku/Daerah Pada Pasien HIV/AIDS yang dirawat di
Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode Januari-Juni 2013
Suku/Daerah Jumlah(n) Presentase(%)
Makassar 33 62,3
Pinrang 3 5,7
Kendari 1 1,9
Luwu 3 5,7
Soppeng 2 3,7
Takallar 2 3,7
Palopo 4 7,5
Toraja 3 5,7
40
Bone 1 1,9
Irian Jaya 1 1,9
Total 53 100
Sumber : Bagian Rekam Medik RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo
Tabel 9.a. menunjukan Distribusi penderita HIV/AIDS yang dirawat menurut
Suku/Daerah asal,maka hasilnya sebagai berikut: wilayah Makassar sebanyak 33
orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau 5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau
1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau 5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan
takallar sebanyak 2 orang atau 3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja
sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak
1 orang atau 1,9%.
Makass
ar
Pinrang
Kendari
Luwu
Soppen
g
Taka
llar
Palopo
Toraj
aBone
Irian ja
ya0
5
10
15
20
25
30
35
Jumlah%
Gambar 9.b.Diagram Bar Distribusi Suku/Daerah asal Pada Pasien HIV/AIDS
Yang dirawat Di Infection Center RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Periode
Januari – Juni 2013
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
1. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat berdasarkan kelompok umur,
menunjukkan bahwa insiden terbanyak terjadi pada rentang umur 30 – 39 tahun
dengan jumlah kasus 25 atau sebesar 47,2% diikuti oleh rentang umur 20 – 29
tahun sebanyak 16 kasus atau sebesar 30,1% selanjutnya umur 40-49 tahun
sebanyak 7 kasus atau sebesar 13,2%, lalu diikuti umur ≥50 tahun sebesar 3
kasus atau 5,7%, dan terakhir umur 0 – 9 tahun dan 10-19 tahun masing-masing
sebesar 1 kasus atau 1,9%.
2. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Jenis kelamin, maka insiden
terbanyak terjadi pada Laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 34 kasus atau
sebesar 64,2%,dan perempuan sebanyak 19 kasus atau sebesar 35,8%.
3. Distribusi Pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Keluhan Utama dari 53 kasus
pasien hiv/aids, yang masuk dengan keluhan batuk lama sebanyak 6 pasien atau
sebanyak 11,3%,yang masuk dengan keluhan sesak napas sebanyak 11 orang atau
sebanyak 20,8%,yang masuk dengan keluhan demam sebanyak 10 pasien atau
sebanyak 18,8%,yang masuk dengan keluhan diare/nyeri perut sebanyak 9 pasien
atau sebanyak 17%,yang masuk dengan keluhan kesadaran menurun sebanyak 8
pasien atau sebanyak 15,1%,dan yang masuk dengan keluhan lemah badan
sebanyak 9 pasien atau sebanyak 17%.
4. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut infeksi oportunistik,dari 53
kasus maka pasien yang hanya mengalami ISPA sebanyak 5 kasus atau sebanyak
9,4%,yang hanya mengalami diare sebanyak 0 kasus atau sebanyak 0%,yang
hanya mengalami Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang
mengalami ISPA+ diare sebanyak I kasus atau sebanyak 1,9%,yang mengalami
42
ISPA+Candidiasis oral sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang hanya
mengalami diare+candidiasis oral sebanyak 10 kasus atau sebanyak 18,9%,dan
yang mengalami ISPA+diare+candidiasis oral sebanyak 11 kasus atau sebanyak
20,8%.
5.a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut Hasil Pemeriksaan
Penunjang(Laboratorium),maka dapat dilihat bahwa pada penderita laki-laki yang
berjumlah 35 orang maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak
25 orang atau sebanyak 71,4%,sedangkan pada penderita perempuan yang
berjumlah 18 orang,maka yang memiliki kadar Hb kurang dari normal sebanyak
16 orang atau sebanyak 88,9%. Pasien HIV/AIDS yang kadar WBC kurang dari
normal sebanyak 19 orang atau 35,8%,sedangkan yang kadar RBC kurang dari
normal sebanyak 35 orang atau sebanyak 66%,yang memiliki kadar PLT kurang
dari sebanyak 7 orang atau sebanyak 13,2%,yang memiliki kadar CD4 kurang
dari normal dialami oleh semua pasen yang diambil sebangai sampel dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 53 orang atau 100%,pasien yang memiliki Anti HIV
reaktif sebanyak 53 orang atau sebanyak 100%,yang memiliki HbsAg dan Anti
HCV positif masing-masing sebanyak 11 orang atau sebanyak 20,8%,dan untuk
kultur BTA 3x pasien yang hasilnya positif sebanyak 0 orang atau 0%.
5.b. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut hasil radiologimaka,dari 53
kasus pasien yang mengalami Tuberculosis paru sebanyak 21 kasus atau sebanyak
39,6%,yang mengalami bronkopneumonia sebanyak 12 kasus atau sebanyak
22,6%,yang mengalami pneumonia carnii pneumocystis sebanyak 8 kasus atau
sebanyak 15,2%,dan yang tidak ada kelainan radiologi sebanyak 12 kasus atau
sebanyak 22,6%.
6. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat berobat sebelumnya
maka pasien yang memiliki riwayat berobat sebanyak 9 kasus atau sebanyak
43
17%,dan yang tidak memiliki riwayat berobat sebanyak 44 kasus atau sebanyak
83%.
7. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut riwayat perilaku beresiko
maka dari 53 kasus pasien yang memiliki urutan tertinggi adalah hubungan seks
sebanyak 26 kasus atau sebanyak 49,1%,yang diikuti oleh suntik narkoba
sebanyak 13 kasus atau sebanyak 24,5%,yang tidak diketahui riwayat perilaku
beresikonya sebanyak 12 kasus atau sebanyak 22,6%,dan yang transfusi darah
sebanyak 1 kasus atau sebanyak 1,9%,dari Ibu HIV ke bayi sebanyak 1 kasus atau
sebanyak 1,9%.
8. Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut waktu terinfeksi sampai
timbul gejala,maka pasien dengan rentang waktu 0-5 tahun sebanyak 9 kasus atau
sebanyak sebanyak 17%,rentang waktu 6-10 tahun sebanyak 13 kasus atau
sebanyak 24,5%,rentang waktu 11-15 tahun sebanyak 4 kasus atau sebanyak
7,5%,rentang waktu ≥16 sebanyak 0 kasus atau sebesar 0%,dan yang tidak
diketahui sebanyak 27 kasus atau sebesar 51%.
9. a.Distribusi pasien HIV/AIDS yang dirawat menurut pekerjaan penderita yang
paling banyak adalah Wiraswasta dengan jumlah 18 orang atau 33,9%,diikuti oleh
Ibu RT sebanyak 10 orang atau 18,9%,selanjutnya Pegawai Negri Sipil sebanyak
6 orang atau 11,3%,sopir bus sebanyak 4 orang atau 7,5% dan yang tida diketahui
pekerjaannya sebanyak 4 orang atau 7,5%,mahasiswa,buruh kapal dan petani
masing-masing 3 orang atau masng-masing 5,7%,dan yang paling sedikit Tukang
bentor dan karyawati masing-masing sebanyak 1 orang atau 1,9%.
9.b. wilayah Makassar sebanyak 33 orang atau 62,3%,pinrang sebanyak 3 orang atau
5,7%,kendari sebanyak 1 orang atau 1,9%,luwu sebanyak 3 orang atau
5,7%,soppeng sebanyak 2 orang atau 3,7% dan takallar sebanyak 2 orang atau
3,7%,palopo sebanyak 4 orang atau7,5% toraja sebanyak 3 orang tau 5,7%,bone
sebanyak 1 orang atau 1,9% dan irian jaya sebanyak 1 orang atau 1,9%.
44
VI.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian analitik lebih lanjut untuk menentukan hubungan antar
variable.
2. Diperlukan adanya kesadaran dan perhatian yang lebih bagi para dokter dalam
mengisi rekam medis pasien terkait anamnesis, pemeriksaan fisis, dan diagnosis
terhadap kondisi pasien.
3. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan fasilitas yang
berkaitan dengan perawatan pasien.
4. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk memperbaiki sistem database kondisi
perjalanan penyakit pasien selama perawatan, serta lebih teliti dalam mengisi
database penyakit pasien
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi W, Alwi I, Simadibata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 4th ed. Jilid 3. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 2006. Hal. 1825-29.
2. Granich R, Mermin J. HIV, health, and your community. California: The
Hesperian Foundation; 2001.p.5-7, 14-7, 22, 78.
3. Siregar FA. Pengenalan dan pencegahan AIDS. Available from: URL:
http://www.usulibrary.org/html .
4. Kementrian Kesehatan republik Indonesia. Jumlah Kumulatif Penderita AIDS
di Indonesia 18.442 Kasus.
5. WHO. AIDS epidemic update December 2007. Switzerland: Joint united
Nations Programme in HIV/AIDS (UNAIDS) and World Health Organization
(WHO); 2007.
6. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2013.[cited on 09th July 2013].
Available on: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf
7. Karakteristik pasien HIV/AIDS.2010.[cited on 09th July 2013]. Available on:
http://eprints.undip.ac.id/32494/1/11_BAB_I.pdf
8. Pengenalan dan Pencegahan AIDS.2009.[cited on 09th July 2013]. Available on: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf
9. Baliga R. Internal Medicine.1st ed.Philadelphia: Elsevier Mosby;2006.p.401-6.
10. Marola RS, Vitayani S, Adam AM. Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Dalam: Amiruddin D. Penyakit menular seksual. 1st ed. Makassar: bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin;
2004. Hal.223-39.
11. Grant AD, Cock KM. HIV infection and AIDS in the developing world. BMJ.
2001; 332: 1475-78
46
12. Fauci AS, Lane C. Human immunodeficiency virus diseases: AIDS and
related disorders. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS. Harrison’s
principles of internal medicine. 16thed. USA: McGraw Hill; 2005.p.1076-139
13. Kriteria Mayor-Minor HIV/AIDS. 2011.[cited on 09th July 2013]. Available on: http://klinik-amatir.blogspot.com/2011/04/kriteria-mayor-dan-minor-hivaids.html
14. Sharma S. HIV/AIDS. Available from URL: http://emedicine .org/html.
15. Paauw DS, Burkholder LR, Migeon MB. Internal Medicine Clerkship Guide.
2nd ed. St. Louis: Mosby; 2003. Hal: 345-57
16. Wood CGA, Whittet S, Bradbeer CS. Paliative care: HIV infection and AIDS.
BMJ. 1997; 315: 1433-36
47