hipertensi konsul

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau > 90 mmHg (tekanan diastolik). 1 Berdasarkan data WHO (World of Health Organization) dari 50% penduduk yang diketahui menderita hipertensi hanya 20% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang mendapatkan pengobatan yang adekuat. 2 Sedangkan berdasarkan data yang dilansir oleh The Lancet pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan angka ini terus meningkat tajam. 3 Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor psikososial atau stres, merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan garam yang berlebihan. 3

Upload: soraya-fatimah

Post on 29-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hipertensi

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Konsul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

> 90 mmHg (tekanan diastolik).1 Berdasarkan data WHO (World of Health Organization)

dari 50% penduduk yang diketahui menderita hipertensi hanya 20% yang mendapat

pengobatan dan hanya 12,5% yang mendapatkan pengobatan yang adekuat.2 Sedangkan

berdasarkan data yang dilansir oleh The Lancet pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%)

orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan angka ini terus meningkat tajam. 3

Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak

dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak

dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik.

Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor psikososial atau stres,

merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan garam yang

berlebihan.3

Berdasarkan penelitian hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan

laki-laki. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan ternyata prevalensi hipertensi

meningkat dengan bertambahnya usia, kejadian hipertensi kebanyakan terjadi pada usia

35-55 tahun. Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan

dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi

seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan

makanan yang tinggi kadar lemaknya.4

Page 2: Hipertensi Konsul

Berdasarkan uraian di atas dan data Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru yang

menyatakan bahwa hipertensi merupakan kunjungan terbanyak di Puskesmas Sungai Ulin

Banjarbaru maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan jumlah

penderita hipertensi primer berdasarkan jenis kelamin pada usia 35-55 tahun serta faktor

resiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer di Wilayah Kerja Puskesmas

Sungai Ulin Banjarbaru.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran perbandingan jumlah banyaknya penderita hipertensi pada laki-

laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.

2. Apa saja faktor resiko kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Ulin.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbandingan penderita hipertensi pada laki-laki dan perempuan

pada usia 35-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.

2. Untuk mengetahui faktor resiko kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai

gambaran perbandingan hipertensi pada laki-laki dan perempuan pada usia 35-55 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin. Dapat pula dijadikan sebagai bahan rujukan bagi

Page 3: Hipertensi Konsul

penelitian berikutnya yang akan meneliti masalah-masalah yang memiliki relevansi

dengan masalah pada penelitian ini.

Page 4: Hipertensi Konsul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.

Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan

dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara terus

menerus.5

WHO telah menetapkan bahwa tekanan darah normal berkisar 100 – 140 mmHg

untuk tekanan sistolik dan 60 − 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah tinggi oleh

WHO didefinisikan jika tekanan darah secara konsisten melebihi 160/95 mmHg ketika

beristirahat. Tekanan darah antara 140 − 160 mmHg untuk sistolik dan 90 − 95 mmHg untuk

diastolik disebut batas hipertensi (borderline hypertension).6

Berdasarkan Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure VII tahun 2003, tekanan darah tinggi atau hipertensi

adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai ≥ 140 mmHg (tekanan

sistolik) dan atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). Nilai yang lebih tinggi (sistolik)

menunjukkan fase darah dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik)

menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung.3

Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung

berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan

tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih

besar. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada

dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Ini adalah tekanan minimum dalam arteri

pada suatu saat dan ini tercermin dari hasil pemeriksaan tekanan darah sebagai tekanan

bawah yang nilainya lebih kecil.5

Page 5: Hipertensi Konsul

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh

kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang

penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit

ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid dan lain-

lain. Faktor resiko hipertensi adalah: faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, asupan

garam dan kebiasaan merokok.3

1. Jenis Kelamin (gender). Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh

gaktor psikologis. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat (kelebihan berat

badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan

dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih banyak pada perempuan dibandingkan

laki-laki. Hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring

dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga

yang bekerja dengan tingkat stres yang tinggi.

2. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi

juga semakin besar. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi.

Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun

atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan

bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh

darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadi hipertensi.

3. Faktor keturunan (genetik). Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua,

maka dugaan hipertensi primer akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot

Page 6: Hipertensi Konsul

(satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi primer. Peran faktor genetik

terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih

banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yanng mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila

dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, tetapi bersamaan lingkungan akan

menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda

dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Jika ada riwayat keluarga dekat

yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi

pada keturunannya. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko

hipertensi 4 kali lipat.

4. Pola Hidup. Gaya hidup yang kurang sehat. kebiasaan merokok, minum minuman

beralkohol dan kurang olah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan penelitian Mubarok, Khamim (2011), dalam penelitiannya mengenai Studi

prevalensi dan Faktor Resiko Hipertensi Primer pada Nelayan di Pelabuhan Jepara dengan

hasil menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

primer, ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian hipertensi primer, ada

hubungan antara kebiasaan minum-minuman berkafein dengan kejadian hipertensi primer,

ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi primer.

Secara umum sering berhubungan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam

merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Garam merupakan

hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam

terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga

kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi

esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Asupan

Page 7: Hipertensi Konsul

garam. Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan

diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah

yang terganggu. Ariska Ann Soenarta, 2008 menyatakan bahwa sodium adalah penyebab dari

hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari

hormon natriouretik yang secara langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara

eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada

susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi.

Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui

olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

5. Stress. Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita

beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan

darah secara intermitten (tidak menentu). Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara berthap.

Apabila stess menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga

akan menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal.

Page 8: Hipertensi Konsul

BAB III

LANDASAN TEORI

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang

memengaruhi kejadian hipertensi. Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna

terhadap kejadian hipertensi (Roslina, 2008). Davis (2004) menyatakan bahwa laki-laki

berisiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan perempuan pada usia di bawah 55

tahun. Menurut Miller dan Shintani (1993), hormon-hormon yang dihasilkan oleh tubuh

perempuan membantu perempuan dalam melawan penyakit jantung. Selain itu, menurut

Matlin (1999) pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak berisiko dan

berperilaku sehat dibandingkan dengan laki-laki (Kartikwati, 2008). Akan tetapi, risiko

kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di atas 75 tahun yang salah

satunya disebabkan oleh faktor menopause.

Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur (Rahardjo, 2003).

Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada

umur 30-50 tahun, dimana hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer. 50-60%

pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

Isolated systolic hypertension biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun. Konsep ini di

dukung penelitian yang dilakukan oleh Indrawati, Wedhasari, dan Yudi (2009), yang

menunjukkan bahwa faktor umur mempunyai risiko paling tinggi terhadap kejadian

hipertensi.

Page 9: Hipertensi Konsul

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

Hipertensi

Faktor Resiko

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

Riwayat Penyakit Pola Hidup

Page 10: Hipertensi Konsul

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan

Cross Sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pengamatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat atau point time approach.

B. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita hipertensi usia 35-55 tahun di

wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pada penelitian

ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 100 orang.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bersedia mengisi kuisioner, usia 35-55

tahun, tempat tinggal di wilayah kerja puskesmas sungai ulin, penderita hipertensi.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak kooperatif.

C. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop, spyghnomanometer,

kuisioner

D. Variabel Penelitan

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah hipertensi primer

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah jenis kelamin

Page 11: Hipertensi Konsul

E. Definisi Operasional

1. Hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui.

Dilihat berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut European Society of

Hypertension (WHO 2007) :

a) Hipertensi derajat 1 (ringan):

TDS (mmHg) : 140-159

TDD (mmHg): 90-99

b) Hipertensi derajat 2 (sedang) :

TDS (mmHg) : 160-179

TDD (mmHg) : 100-109

c) Hipertensi derajat 3 (berat) :

TDS (mmHg) : ≥ 180

TDD (mmHg) : ≥ 110

2. Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan seks yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan.

3. Umur adalah lamanya waktu hidup subjek penelitian ketika pengambilan data.

F. Prosedur Penelitan

Tahap Persiapan

Pembuatan surat ijin penelitian dari puskesmas sungai ulin. Kemudian surat

diserahkan kepada lurah sungai ulin dan ketua RT 10, 11, 12 dan 13.

Tahapan Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan mendatangi rumah warga yang berusia 35-55 tahun

untuk dilakukan pengukuran tekanan darah serta meminta responden untuk mengisi

lembar kuesioner.

Page 12: Hipertensi Konsul

G. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data diambil berdasarkan hasil pengukuran tensi darah dan hasil kuesioner.

H. Cara Analisis Data

Data yang didapatkan kemudian dideskripsikan menggunakan tabel dan diagram.

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang

terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13 pada tanggal 24 desember 2014.

Page 13: Hipertensi Konsul

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang

terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13. Jumlah Sampel Penelitian pada penelitian ini adalah 50

orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang diambil secara acak menggunakan teknik

random sampling.

Data yang didapat dari hasil penelitian, disajikan dalam bentuk gambar dan diagram.

Tabel 5.1 Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

No. Jenis Kelamin Hipertensi Nonhipertensi Total

1. Laki-Laki 12 38 50

2. Perempuan 18 32 50

Jumlah 30 70 100

Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari pasien laki-laki terdapat 12 kasus hipertensi

lebih sedikit dari pasien wanita yaitu sebanyak 18 kasus. Pasien pria nonhipertensi

didapatkan sebanyak 38 kasus. Sedangkan pada wanita nonhipertensi ditemukan sebanyak 32

kasus.

Tabel 5.2 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer usia 35 – 55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru

No. Jenis kelamin usia

35-45 tahun 45-55 tahun

1 Laki – laki 3 9

2 Perempuan 2 16

Page 14: Hipertensi Konsul

Dari tabel 5.2 diatas diketahui pasien laki – laki yang berusia 35- 45 ada 3 orang dan

yang berusia 45 – 55 ada 9 orang, sedangkan pasien perempuan yang berusia 35- 45 ada 2

orang kemudia yang berusia 45-55 ada 16 orang.

Tabel 5.3 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru berdasarkan klasifikasi tekanan darah

No. Klasifikasi Tekanan Darah Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

1 Hipertensi Ringan 9 15

2 Hipertensi Sedang 3 3

3 Hipertensi Berat - -

Total 12 18

Gambar 5.1 Gambaran distribusi faktor risiko hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di Kelurahan Sungai Besar Rw 03 Rt 10, 11, 12, 13

Berdasarkan diagram di atas makanan menjadi faktor risiko terbanyak terutama

makanan asin terjadinya hipertensi pada laki-laki (83%) perempuan (89%). dan riwayat

Page 15: Hipertensi Konsul

keluarga pada laki-laki (75%) perempuan (74%), Kemudian aktivitas fisik pada pasien laki-

laki (53%) pada perempuan (44%) Selanjutnya tingkat stress pada laki-laki (50%) pada

perempuan (55%).

B. Pembahasan

1. Jenis Kelamin dengan hipertensi

Berdasarkan dari hasil survey didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi

perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan

Rayhani (2005) didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan

pria yaitu 51% banding 49% dan hasil penelitian Oktora (2007) juga didapatkan wanita lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria yaitu 58% banding 42%.

Dari beberapa literatur didapatkan berbagai pendapat mengenai hubungan antara

jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Menurut Cortas.K, prevalensi terjadinya hipertensi

pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan

menurut Julianty P (2001) didapatkan responden wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena

hipertensi dibandingkan dengan pria.

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbandingan jumlah

responden penelitian laki – laki dan permpuan yang tidak proporsional dimana jumlah

responden penelitian perempuan hampir dua kali jumlah subjek laki-laki dan kemungkinan

responden juga teratur meminum obat

.

Page 16: Hipertensi Konsul

2. Usia dengan hipertensi

Berdasarkan hasil survey didapatkan usia penderita hipertensi lebih banyak pada ≥ 45

tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan Oktora (2007), didapatkan bahwa lebih dari separuh

penderita hipertensi berusia diatas 45 tahun yaitu sebesar 60% dan juga sesuai dengan hasil

penelitian Darmojo (2005) yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat

dengan nyata sesudah umur 45 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan

zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit

dan menjadi kaku. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian sebelumnya Sugiharto

(2007) menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian

hipertensi dan merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Semakin tua umur, semakin

berisiko terserang hipertensi.umur 36-45 tahun mempunyai risiko menderita hipertensi 1,23

kali, umur 45-55 tahun 2,22 kali, dan umur 56-65 tahun 4,76 kali dibandingkan umur yang

lebih muda Sugiharto (2007).

Page 17: Hipertensi Konsul

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proporsi hipertensi di masyarakat kelurahan sungai ulin RW 03 RT 10,11,12,13

tahun 2014 adalah 30%.

2. Gambaran umum responden adalah responden rentang umur 35-55 tahun dimana

umur rata-rata yang terbanyak ≥ 45 tahun.

3. Ada hubungan bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.

4. Terdapatnya hubungan yang bermakna antara pola asupan garam dengan penderita

hipertensi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , maka saran yang dapat disampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas Sungai Ulin

Perlunya peningkatan peran serta program promosi kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi agar penderita hipertensi

dapat mengatur pola hidupnya sesuai dengan pola hidup sehat. Perlu ditingkatkannya

juga peranan pojok gizi dalam memberikan konseling mengenai pola diet pada

penderita hipertensi.

2. Penderita hipertensi

Perlunya pemeriksaan tekanan darah, pengobatan secara rutin, dan menjalani pola

hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan garam yang tinggi, menghentikan

kebiasaan merokok, serta menghindari stress untuk mencegah timbulnya komplikasi

lebih lanjut.

3. Masyarakat Sungai Ulin

Page 18: Hipertensi Konsul

Perlunya pencegahan terjadinya penyakit hipertensi sedini mungkin terutama pada

masyarakat yang memiliki faktor risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi melalui

perbaikan pola hidup dengan menghindari pola asupan garam yang tinggi,

menghentikan kebiasaan merokok dan mengendalikan stres..

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarbaru

Perlunya kebijakan untuk lebih menggalakkan program promosi kesehatan mengenai

faktor-faktor risiko dari kejadian hipertensi.

Page 19: Hipertensi Konsul

DAFTAR PUSTAKA

1. Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High

Pressure VII, 2003