hipertensi konsul
DESCRIPTION
hipertensiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
> 90 mmHg (tekanan diastolik).1 Berdasarkan data WHO (World of Health Organization)
dari 50% penduduk yang diketahui menderita hipertensi hanya 20% yang mendapat
pengobatan dan hanya 12,5% yang mendapatkan pengobatan yang adekuat.2 Sedangkan
berdasarkan data yang dilansir oleh The Lancet pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%)
orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan angka ini terus meningkat tajam. 3
Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak
dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko hipertensi yang tidak
dapat diubah antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik.
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah faktor psikososial atau stres,
merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan pola asupan garam yang
berlebihan.3
Berdasarkan penelitian hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan ternyata prevalensi hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia, kejadian hipertensi kebanyakan terjadi pada usia
35-55 tahun. Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan
dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi
seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya.4
Berdasarkan uraian di atas dan data Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru yang
menyatakan bahwa hipertensi merupakan kunjungan terbanyak di Puskesmas Sungai Ulin
Banjarbaru maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan jumlah
penderita hipertensi primer berdasarkan jenis kelamin pada usia 35-55 tahun serta faktor
resiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Ulin Banjarbaru.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran perbandingan jumlah banyaknya penderita hipertensi pada laki-
laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.
2. Apa saja faktor resiko kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Ulin.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan penderita hipertensi pada laki-laki dan perempuan
pada usia 35-55 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.
2. Untuk mengetahui faktor resiko kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai
gambaran perbandingan hipertensi pada laki-laki dan perempuan pada usia 35-55 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin. Dapat pula dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian berikutnya yang akan meneliti masalah-masalah yang memiliki relevansi
dengan masalah pada penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan
dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara terus
menerus.5
WHO telah menetapkan bahwa tekanan darah normal berkisar 100 – 140 mmHg
untuk tekanan sistolik dan 60 − 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah tinggi oleh
WHO didefinisikan jika tekanan darah secara konsisten melebihi 160/95 mmHg ketika
beristirahat. Tekanan darah antara 140 − 160 mmHg untuk sistolik dan 90 − 95 mmHg untuk
diastolik disebut batas hipertensi (borderline hypertension).6
Berdasarkan Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure VII tahun 2003, tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai ≥ 140 mmHg (tekanan
sistolik) dan atau ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). Nilai yang lebih tinggi (sistolik)
menunjukkan fase darah dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik)
menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung.3
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih
besar. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Ini adalah tekanan minimum dalam arteri
pada suatu saat dan ini tercermin dari hasil pemeriksaan tekanan darah sebagai tekanan
bawah yang nilainya lebih kecil.5
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh
kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang
penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit
ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid dan lain-
lain. Faktor resiko hipertensi adalah: faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, asupan
garam dan kebiasaan merokok.3
1. Jenis Kelamin (gender). Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh
gaktor psikologis. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat (kelebihan berat
badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan
dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih banyak pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah tangga apalagi ibu rumah tangga
yang bekerja dengan tingkat stres yang tinggi.
2. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi
juga semakin besar. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi.
Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun
atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadi hipertensi.
3. Faktor keturunan (genetik). Apabila riwayat hipertensi didapati pada kedua orang tua,
maka dugaan hipertensi primer akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot
(satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi primer. Peran faktor genetik
terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih
banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
Seorang penderita yanng mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, tetapi bersamaan lingkungan akan
menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Jika ada riwayat keluarga dekat
yang mempunyai faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi
pada keturunannya. Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko
hipertensi 4 kali lipat.
4. Pola Hidup. Gaya hidup yang kurang sehat. kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol dan kurang olah raga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian Mubarok, Khamim (2011), dalam penelitiannya mengenai Studi
prevalensi dan Faktor Resiko Hipertensi Primer pada Nelayan di Pelabuhan Jepara dengan
hasil menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
primer, ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian hipertensi primer, ada
hubungan antara kebiasaan minum-minuman berkafein dengan kejadian hipertensi primer,
ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi primer.
Secara umum sering berhubungan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam
merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Garam merupakan
hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi
esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Asupan
garam. Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan
diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem perdarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah
yang terganggu. Ariska Ann Soenarta, 2008 menyatakan bahwa sodium adalah penyebab dari
hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari
hormon natriouretik yang secara langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sodium secara
eksperimental menunjukkan kemampuan untuk menstimulasi mekanisme vasopressor pada
susunan syaraf pusat. Defisiensi potasium akan berimplikasi terhadap terjadinya hipertensi.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui
olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
5. Stress. Diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara berthap.
Apabila stess menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung. Sehingga
akan menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal.
BAB III
LANDASAN TEORI
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang
memengaruhi kejadian hipertensi. Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian hipertensi (Roslina, 2008). Davis (2004) menyatakan bahwa laki-laki
berisiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan perempuan pada usia di bawah 55
tahun. Menurut Miller dan Shintani (1993), hormon-hormon yang dihasilkan oleh tubuh
perempuan membantu perempuan dalam melawan penyakit jantung. Selain itu, menurut
Matlin (1999) pekerjaan dan perilaku perempuan dianggap lebih tidak berisiko dan
berperilaku sehat dibandingkan dengan laki-laki (Kartikwati, 2008). Akan tetapi, risiko
kejadian hipertensi akan lebih besar pada perempuan pada usia di atas 75 tahun yang salah
satunya disebabkan oleh faktor menopause.
Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur (Rahardjo, 2003).
Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada
umur 30-50 tahun, dimana hipertensi yang biasa dialami adalah hipertensi primer. 50-60%
pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140/90 mmHg.
Isolated systolic hypertension biasanya terjadi pada umur di atas 50 tahun. Konsep ini di
dukung penelitian yang dilakukan oleh Indrawati, Wedhasari, dan Yudi (2009), yang
menunjukkan bahwa faktor umur mempunyai risiko paling tinggi terhadap kejadian
hipertensi.
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru
Hipertensi
Faktor Resiko
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Riwayat Penyakit Pola Hidup
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan
Cross Sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pengamatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat atau point time approach.
B. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita hipertensi usia 35-55 tahun di
wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru.
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pada penelitian
ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 100 orang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bersedia mengisi kuisioner, usia 35-55
tahun, tempat tinggal di wilayah kerja puskesmas sungai ulin, penderita hipertensi.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak kooperatif.
C. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop, spyghnomanometer,
kuisioner
D. Variabel Penelitan
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah hipertensi primer
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah jenis kelamin
E. Definisi Operasional
1. Hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui.
Dilihat berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut European Society of
Hypertension (WHO 2007) :
a) Hipertensi derajat 1 (ringan):
TDS (mmHg) : 140-159
TDD (mmHg): 90-99
b) Hipertensi derajat 2 (sedang) :
TDS (mmHg) : 160-179
TDD (mmHg) : 100-109
c) Hipertensi derajat 3 (berat) :
TDS (mmHg) : ≥ 180
TDD (mmHg) : ≥ 110
2. Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan seks yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan.
3. Umur adalah lamanya waktu hidup subjek penelitian ketika pengambilan data.
F. Prosedur Penelitan
Tahap Persiapan
Pembuatan surat ijin penelitian dari puskesmas sungai ulin. Kemudian surat
diserahkan kepada lurah sungai ulin dan ketua RT 10, 11, 12 dan 13.
Tahapan Pelaksanaan
Penelitian dilakukan dengan mendatangi rumah warga yang berusia 35-55 tahun
untuk dilakukan pengukuran tekanan darah serta meminta responden untuk mengisi
lembar kuesioner.
G. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data diambil berdasarkan hasil pengukuran tensi darah dan hasil kuesioner.
H. Cara Analisis Data
Data yang didapatkan kemudian dideskripsikan menggunakan tabel dan diagram.
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang
terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13 pada tanggal 24 desember 2014.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Ulin yaitu di RW 03 yang
terdiri dari RT 10, 11, 12 dan 13. Jumlah Sampel Penelitian pada penelitian ini adalah 50
orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang diambil secara acak menggunakan teknik
random sampling.
Data yang didapat dari hasil penelitian, disajikan dalam bentuk gambar dan diagram.
Tabel 5.1 Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru
No. Jenis Kelamin Hipertensi Nonhipertensi Total
1. Laki-Laki 12 38 50
2. Perempuan 18 32 50
Jumlah 30 70 100
Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari pasien laki-laki terdapat 12 kasus hipertensi
lebih sedikit dari pasien wanita yaitu sebanyak 18 kasus. Pasien pria nonhipertensi
didapatkan sebanyak 38 kasus. Sedangkan pada wanita nonhipertensi ditemukan sebanyak 32
kasus.
Tabel 5.2 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer usia 35 – 55 tahun di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru
No. Jenis kelamin usia
35-45 tahun 45-55 tahun
1 Laki – laki 3 9
2 Perempuan 2 16
Dari tabel 5.2 diatas diketahui pasien laki – laki yang berusia 35- 45 ada 3 orang dan
yang berusia 45 – 55 ada 9 orang, sedangkan pasien perempuan yang berusia 35- 45 ada 2
orang kemudia yang berusia 45-55 ada 16 orang.
Tabel 5.3 Gambaran Perbandingan penderita hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan di wilayah kerja puskesmas Sungai Ulin Banjabaru berdasarkan klasifikasi tekanan darah
No. Klasifikasi Tekanan Darah Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
1 Hipertensi Ringan 9 15
2 Hipertensi Sedang 3 3
3 Hipertensi Berat - -
Total 12 18
Gambar 5.1 Gambaran distribusi faktor risiko hipertensi primer pada laki-laki dan perempuan usia 35-55 tahun di Kelurahan Sungai Besar Rw 03 Rt 10, 11, 12, 13
Berdasarkan diagram di atas makanan menjadi faktor risiko terbanyak terutama
makanan asin terjadinya hipertensi pada laki-laki (83%) perempuan (89%). dan riwayat
keluarga pada laki-laki (75%) perempuan (74%), Kemudian aktivitas fisik pada pasien laki-
laki (53%) pada perempuan (44%) Selanjutnya tingkat stress pada laki-laki (50%) pada
perempuan (55%).
B. Pembahasan
1. Jenis Kelamin dengan hipertensi
Berdasarkan dari hasil survey didapatkan bahwa jumlah penderita hipertensi
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan
Rayhani (2005) didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan
pria yaitu 51% banding 49% dan hasil penelitian Oktora (2007) juga didapatkan wanita lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria yaitu 58% banding 42%.
Dari beberapa literatur didapatkan berbagai pendapat mengenai hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Menurut Cortas.K, prevalensi terjadinya hipertensi
pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan
menurut Julianty P (2001) didapatkan responden wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena
hipertensi dibandingkan dengan pria.
Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbandingan jumlah
responden penelitian laki – laki dan permpuan yang tidak proporsional dimana jumlah
responden penelitian perempuan hampir dua kali jumlah subjek laki-laki dan kemungkinan
responden juga teratur meminum obat
.
2. Usia dengan hipertensi
Berdasarkan hasil survey didapatkan usia penderita hipertensi lebih banyak pada ≥ 45
tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan Oktora (2007), didapatkan bahwa lebih dari separuh
penderita hipertensi berusia diatas 45 tahun yaitu sebesar 60% dan juga sesuai dengan hasil
penelitian Darmojo (2005) yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat
dengan nyata sesudah umur 45 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan
zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit
dan menjadi kaku. Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian sebelumnya Sugiharto
(2007) menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
hipertensi dan merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Semakin tua umur, semakin
berisiko terserang hipertensi.umur 36-45 tahun mempunyai risiko menderita hipertensi 1,23
kali, umur 45-55 tahun 2,22 kali, dan umur 56-65 tahun 4,76 kali dibandingkan umur yang
lebih muda Sugiharto (2007).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proporsi hipertensi di masyarakat kelurahan sungai ulin RW 03 RT 10,11,12,13
tahun 2014 adalah 30%.
2. Gambaran umum responden adalah responden rentang umur 35-55 tahun dimana
umur rata-rata yang terbanyak ≥ 45 tahun.
3. Ada hubungan bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
4. Terdapatnya hubungan yang bermakna antara pola asupan garam dengan penderita
hipertensi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , maka saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas Sungai Ulin
Perlunya peningkatan peran serta program promosi kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi agar penderita hipertensi
dapat mengatur pola hidupnya sesuai dengan pola hidup sehat. Perlu ditingkatkannya
juga peranan pojok gizi dalam memberikan konseling mengenai pola diet pada
penderita hipertensi.
2. Penderita hipertensi
Perlunya pemeriksaan tekanan darah, pengobatan secara rutin, dan menjalani pola
hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan garam yang tinggi, menghentikan
kebiasaan merokok, serta menghindari stress untuk mencegah timbulnya komplikasi
lebih lanjut.
3. Masyarakat Sungai Ulin
Perlunya pencegahan terjadinya penyakit hipertensi sedini mungkin terutama pada
masyarakat yang memiliki faktor risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi melalui
perbaikan pola hidup dengan menghindari pola asupan garam yang tinggi,
menghentikan kebiasaan merokok dan mengendalikan stres..
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarbaru
Perlunya kebijakan untuk lebih menggalakkan program promosi kesehatan mengenai
faktor-faktor risiko dari kejadian hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High
Pressure VII, 2003