hipertensi
DESCRIPTION
hipertensiTRANSCRIPT
1
Hipertensi pada Kehamilan Melisa Citra Ika Mulya
102013443
Kelompok F5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
citra _ [email protected]
Pendahuluan
Jantung merupakan organ yang memegang peran penting dalam kehidupan semua
orang. Jantung berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen dari paru-
paru menuju organ kemudian dari organ yang berisi karbon dioksida menuju paru dan
kembali berulang siklusnya. Darah menuju ke organ dengan melalui pembuluh darah
(arteri dan vena) dimana dalam pembuluh darah ini dapat menyesuaikan diameternya
bila adanya perubahan tekanan menjadi vasokonstriksi maupun vasodilatasi. Jika
pembuluh darah mengalami vasokonstriksi maka tekanan darah tentunya akan
meningkat. Sedangkan bila pembuluh darah mengalami vasodilatasi maka cenderung
tekanan darah akan menurun. Jika pembuluh darah terlalu lama mengalami
vasokonstriksi maka lama kelamaan seseorang akan mengalami hipertensi yang dapat
berakibat buruk pada jantung karena dengan mengecilnya diameter pembuluh darah
maka jantung harus bekerja lebih keras untuk dapat memompa darah dan melawan
tekanan yang tinggi agar darah dapat dialirkan ke seluruh tubuh. Jika hal ini terjadi
secara terus menerus maka lama kelamaan jantung akan mengalamigagal jantung. Oleh
karena itu kita perlu mempelajari dan memahami mengenai jantung serta pembuluh
darah, mekanisme, kelainan, dan cara pengobatannya.
Rumusan masalah
Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan sakit kepala dan tengkuk terasa berat.
2
Hipotesis
Perempuan berusia 30 tahun diduga mengalami hipertensi gestasional.
Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara teliti, teratur, dan lengkap karena sebagian besar
data yang diperlukan diperoleh dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis. Hal-hal
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah identitas pribadi, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit sosial, dan riwayat pribadi.1
Pada kasus kali ini yaitu seorang perempuan berumur 30 tahun datang ke poliklinik
ukrida dengan keluhan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Pemeriksaan fisik tekanan
darah 140/100 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,8oC, nafas 22x/menit. Hamil 14 minggu
G1P0A0. Pemeriksaan cor, pulmo, dan abdomen dalam batas normal. Dari kasus
tersebut maka pertanyaan yang telah dijabarkan diatas harus ditanyakan agar dapat
menentukan diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dengan melihat keadaan umum pasien
serta kesadaran. Kemudian memeriksa tanda-tanda vital pasien yang terdiri dari
tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh pasien.
Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kali diperiksa adalah periksa keadaan
umumnya, kemudian ditentukan juga kesadaran pasien. Setelah itu diperiksa tanda-
tanda vital sang pasien yang terdiri dari nadi yaitu 84x/menit, suhu yaitu 36,80c, tekanan
darah 140/100 mmHg, dan pernafasan yaitu 22x/menit. Kemudian setelah melakukan
pemeriksaan diatas dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.1,2
Pemeriksaan inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat kelainan-
kelainan yang mungkin saja dapat timbul pada pasien. Pemeriksaan palpasi adalah
3
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menekan bagian tubuh pasien dengan
menggunakan tangan kanan dan menggunakan jari ke 2, 3, dan 4 untuk mengetahui
adanya rasa nyeri, perbesaran dari organ-organ, dan benjolan. Pemeriksaan perkusi
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh pasien
dengan menggunakan tangan kanan untuk mengetuk dan tangan kiri diletakkan sebagai
dasar untuk mengetuk. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendengarkan bunyi seperti
sonor, pekak, atau timpani. Pemeriksaan auskultasi dilakukan dengan cara menaruh
stetoskop untuk mendengarkan bunyi seperti bising usus, suara jantung, paru-paru, dan
sebagainya.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah perlu
diperiksa ginjal oleh karena itu perlu pemeriksaan urinalisis, ureum dan kreatinin. Pada
pemeriksaan endokrin diperlukan pemeriksaan natrium, kalium, kalsium, TSH. Pada
pemeriksaan metabolik diperlukan gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL dan
LDL serta trigliserida. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan EKG, ekokardiogram,
dan foto rontgen thorax.3
Working Diagnosis
Hipertensi Kehamilan
Hipertensi kehamilan merupakan perubahan hemodinamik yang dapat
mempengaruhi tekanan darah. Pada kehamilan, nilai normal tekanan darah akan
berbeda dengan nilai normal tekanan darah pada umumnya (JNC 7). Pada kehamilan,
nilai normal tekanan darah adalah dibawah 140/90 mmHg, dikatakan hipertensi ringan
bila tekanan darah 140-150/90-110 mmHg, dan dapat dikatakan hipertensi berat jika
sudah diatas 160/110 mmHg.4,5
Differential Diagnosis
White coat hypertension
4
Merupakan kenaikkan tekanan darah yang terjadi akibat adanya rangsangan psikis
saat sang pasien melihat orang yang berjubah putih.
Pseudohypertension
Merupakan hipertensi yang banyak dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat
terjadi karena adanya pembuluh darah yang telah mengeras karena proses sklerosis,
sehingga saat diukur tekanan darahnya menjadi lebih tinggi dari tekanan darah
sebenarnya.
Etiologi
Macam-macam hipertensi kehamilan diantaranya adalah sebagai berikut yaitu
hipertensi gestasional yaitu didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama
kalinya pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali
normal < 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi gestasional terjadi sekitar 6% dari total
kehamilan dan separuhnya berkembang menjadi preeklamsia dengan ditemukannya
proteinuria. Diagnosis pasti sering dibuat di belakang, Jika tes laboratorium tetap normal
dan tekanan darah menurun pasca melahirkan, maka diagnosisnya adalah hipertensi
gestational.5
Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi pada ibu hamil dan kelebihan kadar
protein dalam urine (proteinuria). Namun, tekanan darah tinggi (biasanya di atas
130/90, normalnya 120/80) baru disebut preeklamsia bila usia kehamilan sudah
menginjak 20 minggu ke atas.
Eklampsia merupakan serangan akut pada wanita dengan preeklampsia yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Gejala dapat terjadi secara general dan
dapat terlihat sebelum, selama, atau setelah melahirkan. Pada studi terdahulu, sekitar
10% wanita eklampsia, terutama nullipara, serangan tidak muncul hingga 48 jam setelah
postpartum. Setelah perawatan prenatal bertambah baik, banyak kasus antepartum dan
intrapartum sekarang dapat dicegah, dan studi yang lebih baru melaporkan bahwa
seperempat serangan eklampsia terjadi di luar 48 jam postpartum.
5
Sindroma HELLP (Hemolysis Elevated Liver Enzyme Low Platelet Count) merupakan
preeklampsia - eklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar,
disfungsi hepar, dan trombositopenia.4,5
Bila seorang ibu hamil terdeteksi tekanan darahnya tinggi, maka ia harus
mengurangi asupan garam, mengurangi makanan berlemak, istirahat cukup, dan minum
obat resep dokter yang aman untuk janin. Hal ini untuk memastikan bayi bisa dilahirkan
sampai usia yang cukup. Karena, ketika tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah si
ibu mengerut sehingga aliran darahnya ke janin berkurang. Akibatnya, janin pun
menderita di dalam karena oksigen dan makanan berkurang.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Biasanya pengukuran dilakukan dua sampai
tiga kali untuk mendapatkan hasil yang akurat dan juga dilakukan dalam posisi duduk.6
Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
merupakan jenis hipertensi yang paling banyak di terdapat dalam masyarakat yaitu
hampir 95%. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi primer ini, diantaranya
adalah genetik, lingkungan, sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, dan faktor-
faktor yang meningkatkan resiko seperti merokok, alkohol, obesitas, dan lain-lain.
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya dan jarang
didapatkan dalam masyarakat yaitu sekitar 5%. Penyakit yang dapat menyebabkan
hipertensi sekunder adalah yaitu penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis,
penyakit poliarteritis, diabetes nefropati) dan penyakit endokrin (hipotiroid).3
Selain itu hipertensi juga diklasifikasikan secara patologis menjadi hipertensi
benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna adalah hipertensi yang bersifat
lambat dan sering tanpa gejala dan hanya ditemukan pada pemeriksaan fisik. Pada
hipertensi benigna tahanan pembuluh darah perifer meningkat sehingga kerja jantung
akan menjadi lebih berat dan akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Kelainan ini
6
dapat dideteksi dengan menggunakan EKG dan pada autopsi ditemukan pembuluh
darah yang menebal dan konsentrik pada ventrikel kiri serta dapat menyebabkan
penyakit arteriol dan terbentuknya arterosklerosis.
Pada hipertensi maligna, perlu penanganan yang tepat untuk mengurangi
kerusakkan organ dan kematian mendadak. Pada hipertensi maligna ini dapat
menakibatkan perubahan pembuluh darah renal yang menonjol, pendarahan akut, dan
edema papil. Bentuk khas histologis dari hipertensi ini adalah nekrosis fibrinoid pada
arteri kecil dan arteriol.3
Disamping itu, juga terdapat hipertensi pada keadaan khusus yaitu adalah
hipertensi pada kehamilan dan krisis hipertensi (urgensi dan emergensi). Krisis
hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah secara mendadak
yaitu sistole menjadi diatas 180 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg. Krisis hipertensi
dibagi menjadi 2 yaitu urgensi hipertensi dan emergensi hipertensi. Hipertensi urgensi
adalah kenaikkan tekanan darah mendadak yang tidak disertai dengan kerusakkan
target organ sedangan hipertensi emergensi adalah kenaikkan tekanan darah yang
disertai dengan kerusakan target organ secara progresif. Faktor resiko yang dapat
membuat seseorang terkena hipertensi krisis adalah penderita yang tidak minum obat
secara teratur, kehamilan, pengguna narkotika, penderita dengan rangsangan simpatis
yang tinggi, dan penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit
sampai jam yaitu dalam waktu 120 menit pertama tekanan darah rata-rata diturunkan
20-25%. Kemudian 2-6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100 mmHg.
Dan 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai kurang dari 140/90 mmHg bila tidak ada
gejala iskemia organ.3,6
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah karena adanya tekanan arterial yang
dipengaruhi oleh cardiac output dan tahanan perifer. Tekanan arterial dipengaruhi oleh
7
cardiac output karena cardiac output dipengaruhi oleh 2 komponen yaitu stroke volume
dan heart rate. Jika cardiac output yang dikeluarkan oleh jantung sedikit atau kecil maka
pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi untuk dapat meningkatkan tekanan
dan dapat menyalurkan darah ke target organ.6 Selain itu tekanan arteri juga
dipengaruhi oleh tahanan perifer karena adanya faktor dari struktur vaskular dan fungsi
vascular.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang biasa dialami orang orang yang mempunyai hipertensi adalah
sakit kepala dibagian belakang pada pagi hari, pusing, vertigo, tinitus, gangguan
penglihatan, dan pingsan.6
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat adanya hipertensi adalah pada otak dapat terjadi
stroke, ensefalopati hipertensif. Pada mata dapat terjadi retinopaty hipertensif. Pada
pembuluh darah sendiri dapat terjadi meningkatnya kadar gula dalam darah. Pada hati
dapat terjadi miokard infark dan hipertensif cardiomiopathy. Sedangkan pada ginjal
dapat terjadi gagal ginjal karena adanya hipertensif nephropathy.3
Pencegahan
Cara untuk mencegah terjadinya hipertensi adalah dengan menjaga berat badan
normal, mengurangi asupan natrium, melakukan olahraga secara teratur, membatasi
konsumsi alkohol, dan mengkonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran.
Tatalaksana
Jika seseorang telah terkena hipertensi maka penatalaksanaannya adalah dengan
menurunkan berat badan, memperbaiki pola makan, diet rendah sodium, melakukan
aktivitas fisik (olahraga), berhenti minum alkohol dan berhenti merokok.
8
Selain itu dapat juga diberikan obat-obatan bagi penderita hipertensi antara lain
adalah diuretik, penghambat adrenergik, ACE inhibitor, antagonis kalsium, dan
vasodilator. Obat-obat ini dapat diberikan secara sendiri maupun kombinasi. Jika obat
ingin diberikan secara kombinasi maka harus dengan kombinasi yang tepat yaitu
penghambat kanal kalsium dengan diuretik, penghambat beta dengan diuretik,
penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor beta, dan
penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan diltiazem.3,6
Selain itu tatalaksana untuk krisis hipertensi adalah pemberian obat harus dilakukan
di rumah sakit dengan fasilitas pemantauan yang memadai, pengobatan parenteral
diberikan secara bolus atau infus sesegera mungkin, dan jika fasilitas tidak memadai
dapat diberikan anti hipertensi oral kerja cepat. Obat-obatan untuk hipertensi
emergensi dibagi menjadi 2 yaitu obat oral adalah captopril, clonidin, nifedipin
(kontraindikasi pada gangguan otak dan jantung). Kemudian obat intravena / parenteral
yaitu clonidin IV 150mcg/ampul setelah mencapai target maka dapat diobservasi 4 jam
kemudian dan diganti dengan tablet klonidin oral sesuai dengan kebutuhan, diltiazem IV
yang diberikan 1-3 menit kemudian diteruskan dengan infus 50 mg/jam selama 20
menit, bila tekanan darah turun lebih dari 20% dari dari awal dosis diberikan 30 mg/jam
sampai target tercapai dan diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan
observasi 4 jam kemudian diganti dengan tablet. Nicardipin IV diberikan 10-30 mcg/bb
bolus, bila stabil diteruskan dengan 0,5-6mcg/kgbb/menit sampai target tekanan
tercapai. Labetalol diberikan 20-80 mg IV bolus atau infus 2 mg/menit. Nitropruside IV
diberikan dalam cairan infus dengan dosis 0,25-10 mcg/kg/menit.6
Kemudian bila pada kasus ini yaitu hipertensi pada kehamilan maka dapat diberikan
metildopa (0,5 - 3 gram/hari. Aman pada trimester awal), labetalol, nifedipin, hidralazin,
hidrochlortiazid atau beta blocker. Untuk ACE inhibitor dan ARB sebaiknya jangan
dilanjutkan sebelum terjadinya konsepsi atau segera setelah kehamilan terjadi.4,5
Perawatan di rumah sakit dapat dipertimbangkan pada perempuan hamil yang
9
mempunyai hipertensi berat, terutama bila terdapat hipertensi yang persisten atau
bertambah berat atau munculnya proteinuria.
Kesimpulan
Hipotesis diterima, perempuan ini menderita hipertensi kehamilan yang bisa juga
disebut sebagai hipertensi gestasional. Dikatakan hipertensi gestasional karena baru
dialami pada trimester awal dan tidak/belum ditemukannya proteinuria.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. h.
55.
2. Bickley L.S. Bates’ Guide to physical examination and history taking. International
edition. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009. p. 30-
5.
3. Yogiantoro M, Pranawa, Irwanadi C,et al. Bab V Nefrology Hypertensi: Hipertensi. In:
Tjokroprawiro A, Setiawan PB, Santoso D, Soegiarto G, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press; 2007.p.2010-17.
4. Cunningham FG, Gant N, et al. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill, Medical
Publishing Division, 2005; 761-08.
5. Brown MA. Diagnosis and Classification of Preeclampsia and Other Hypertensive
Disorders of Pregnancy in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. Hypertension in
Pregnancy, Marcel Dekker, Inc. New York, 2003, page 1-14.
6. Calhoun DA, Jones D, Textor S et al. Resistant Hypertension: diagnosis, evaluation,
and treatment. A scientific statement from the American Heart Association
Professional Education Committee of the Council for High Blood Pressure Research.
Circulation 2008;117:e510-26.