hakekat membaca -...

76
HAKEKAT MEMBACA Pendahuluan Membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca juaga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan dimana saja yang berkeinginan merih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan. Oleh karena itu para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca membaca (reading literacy) merupakan conditio sine quanon (prsayarat mutlak) bagi setiap insan yang ingin beroleh kemajuan. Meskipun demikian untuk memperoleh kemahiran membaca yang layak bukanlah perkara yang gampang. Mengapa demikian? Salah satu jawabannya karena faktor-faktor yang melingkupinya sangat kompleks. Atau dengan perkataan lain banyak hal yang mempengaruhi terwujudnya salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut. Apa sesungguhnya peranan membaca dalam kehidupan itu? Apa pengertian dan hakikat membaca itu? Unsur-unsur apa saja yang terlibat dalam setiap kegiatan atau proses membaca itu? Kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang? Serta bagaimana supaya meningkatkan minat baca kepada para siswa kita. Lewat modul 1 ini kita akan mencoba membongkar seputar persoalan tersebut. Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas seputar hal-ihwal membaca sebagaimana dikemukakan diatas. Secara lebih rinci yakni Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan peranan, pengertian dan proses membaca, 2. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,

Upload: lyque

Post on 03-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

HAKEKAT MEMBACA

Pendahuluan

Membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam

konteks kehidupan umat manusia, terlebih pada era informasi dan

komunikasi seperti sekarang ini. Membaca juaga merupakan sebuah

jembatan bagi siapa saja dan dimana saja yang berkeinginan merih

kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan dunia persekolahan

maupun di dunia pekerjaan. Oleh karena itu para pakar sepakat bahwa

kemahiran membaca membaca (reading literacy) merupakan conditio

sine quanon (prsayarat mutlak) bagi setiap insan yang ingin beroleh

kemajuan. Meskipun demikian untuk memperoleh kemahiran membaca

yang layak bukanlah perkara yang gampang. Mengapa demikian? Salah

satu jawabannya karena faktor-faktor yang melingkupinya sangat

kompleks. Atau dengan perkataan lain banyak hal yang mempengaruhi

terwujudnya salah satu aspek keterampilan berbahasa tersebut.

Apa sesungguhnya peranan membaca dalam kehidupan itu? Apa

pengertian dan hakikat membaca itu? Unsur-unsur apa saja yang terlibat

dalam setiap kegiatan atau proses membaca itu? Kemudian faktor-faktor

apa yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang? Serta

bagaimana supaya meningkatkan minat baca kepada para siswa kita.

Lewat modul 1 ini kita akan mencoba membongkar seputar persoalan

tersebut.

Dengan demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan

dapat memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas seputar hal-ihwal

membaca sebagaimana dikemukakan diatas. Secara lebih rinci yakni

Anda diharapkan dapat:

1. menjelaskan peranan, pengertian dan proses membaca,

2. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

membaca,

Page 2: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

3. menjelaskan upaya meningkatkan minat baca.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mepelajari modul

ini Anda disarankan untuk memulai membaca setiap konsep, definisi,

uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan

belajar. Jika anda menemukan kata atau istilah-istilah yang sulit silahkan

Anda buka bagian glosarium. Jika Anda telah memahami bagian tersebut,

kerjakan bagian latihan dengan penuh kesungguhan. Usahakan anda

jangan dulu melihat rambu-rambu jawaban sebelum Anda kerjakan

selurun bagian latihan tersebut. Jika Anda belum berhasil menjawab

dengan benar semua soal latihan perhatikan baik-baik sekali lagi

petunjuk jawaban latihan. Jika Anda menganggap perlu, silahkan baca

kembali konsep, uraian dan contoh sehubungan jawaban latihan ini. Akan

tetapi jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan

tersebut silahkan Anda lanjutkan mengerjakan tes formatif.

Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu

semua soal yang ada, baru kemudian Anda mencocokannya dengan kunci

jawabannya. Sebelum Anda beralih pada kegiatan belajar selanjutnya

Anda harus merasa yakin bahwa Anda telah berhasil memahami seluruh

isi kegiatan belajar yang sudah Anda pelajari tersebut serta seluruh

latihan-latihannya. Yang perlu Anda catat, bahwa model soal-soal tes

formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar akan sama dengan

model soal-soal yang terdapat pada ujian akhir semester (UAS) mata

kuliah ini. Dengan demikian bila Anda sudah terbiasa mengerjakan tes

formatif yang terdapat dalam setiap kegiatan belajar dengan sebaik-

baiknya maka Anda akan mempunyai modal yang cukup besar saat

menghadapi UAS nanti.

Page 3: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

1 PERANAN, PENGERTIAN DAN PROSES MEMBACA

Peranan Membaca

Bahwa membaca memegang peranan yang sangat penting dalam

kehidupan umat manusia tampaknya sudah kita pahami bersama.

Meskipun demikian untuk memberikan wawasan serta perspektif yang

lebih luas kepada Anda mari kita simak cerita berikut ini.

Dalam sebuah kesempatan Prof. Leo fay (1980) mantan presiden IRA

(International Reading Asociation) pernah meyakinkan para koleganya

dengan sebuah kalimat yang berbunyi, To read is to possess a power for

transcending whatever physical human can muster. Kemudian

Hartoonian salah seorang politikus AS diwawancarai oleh seorang

wartawan ihwal apa yang harus dilakukan bangsa Amerika untuk

mempertahankan supremasinya sebagai negara adidaya yang disegani

oleh bangsa-bangsa lain di kolong langit ini. Hartoonian menjawab, If me

want to be a super power we must have individuals with much higher

levels of literacy (jika kita menginginkan menjadi bangsa adidaya kita

harus memiliki lebih banyak lagi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan yang tinggi dalam hal litearsi (baca-tulis).

Berlebihankah ucapan Leo Fay dan Hartoonian tersebut? Sebagian

orang boleh jadi akan menganggapnya demikian. Mungkin mereka akan

bertanya apa hubungan membaca dengan kedigjayaan suatu bangsa atau

kualitas seorang manusia? Namun hika kita kaji masalah tersebut secara

Page 4: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

mendalam sesungguhnya ucapan keduanya sangatlah realistis. Mengapa?

Sebab bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau

yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau erasibernatika seperti

sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut

literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias

prasyarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat

prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan

sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu

sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab

daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia

untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan

dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar

manusia hanya akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui

pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau

kegiatan baca tulis. Dengan demikian dalam konteks perekonomian era

pasca industri mendatang, di mana sumber daya manusia (human

resources) merupakan tiang penyangga utamanya, kemahiran baca tulis

yanglayak merupakan prasyarat mutlak bagi siapa saja dan bangsa mana

saja yang memimpin kemajuan dan kejayaan. Tanpa adanya kemahiran

tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya alam (nature resources) yang

dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu akan sulit mengangkat derajat

bangsa tersebut ke pentas percaturan dunia serta dapat diperhitungkan

oleh bagnsa-bangsa lain.

Kalau kita rajin membolak-balik buku-buku sejarah mengenai

pasang surut perjalanan peradaban bangsa-bangsa di dunia ini

sesungguhnya penjelasan Leo Fay serta Hartoonian diatas bukan hal yang

luar biasa. Hampir semua fakta sejarah membuktikan bahwasannya tidak

ada bangsa manapun di dunia ini yang berhasil mencapai puncak-puncak

kebudayaannya yang tidak ditopang oleh budaya literasi masyarakatnya.

Contoh yang paling actual mengenai fenomena tersebut yakni bangsa

Page 5: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Jepang. Sebelum bangsa Jepang melakukan gerakan Restorasi Meiji, di

mana mereka melakukan terjemahan besar-besaran terhadap buku-buku

ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengupayakan budaya baca-tulis

kepada masyarakatnya pada sekitar paruh abad ke-18, bangsa Jepang

hampir tidak pernah memperhitungkan keberadaannya oleh bangsa-

bangsa lain di dunia ini. Tetapi setelah mereka melakukan gerakan

tersebut dan masyarakat telah memiliki tingkat literasi yang merata

hanya dalam tempo kurang dari satu abad bangsa Jepang akhirnya

muncul sebagai salah satu kekuatan baru yang sangat diperhitungkan

keberadaannya sekaligus disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Atau sebagian orang menyebutnya Jepang merupakan negara Asia Timur

yang menjadi catur (pembicaraan-red) dunia.

Ihwal peran literasi sebagai penopang utama kemajuan umat

manusia tersebut juga disitir oleh para pakar antropologi budaya. Mereka

mengatakan bahwa budaya literasi merupakan sesuatu yang memegang

peranan penting dalam merentas kemajuan penghidupan dan ketinggian

kebudayaan umat manusia. Oleh karena itu untu mengukur sejauh mana

ketinggian peradaban suatu bangsa kita dapat kita dapat melihatnya

dari sejauh mana bangsa tersebut pernah mengalami persentuhan

dengan aktivitas litersi atau kegiatan baca-tulisnya. Atau tegasnya untuk

melihat apakah bangsa itu telah memiliki peradaban yang tinggi, sedang

atau primitif kita dapat melihatnya dari aktivitas literasi (baca-tulis)

yang dilakukan oleh bangsa tersebut. Semakin tinggi aktivitas literasi

suatu bangsa maka secara hipotesis akan semakin tinggi pula tingkat

peradaban bangsa tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah

aktivitas literasinya maka akan semakin rendah pula tingkat peradaban

mereka.

Roijakers (1980), salah seorang pakar pendidikan, mengaitkan

peranan litersi dengan pengembangan karier seseorang. Menurutnya

hanya melalui kegiatan berlitersi yang layaklah orang akan dapat

mengembangkan diri dalam bidangnya masing-masing secara maksimal

Page 6: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

serta akan selalu dapat mengikuti perkembangan baru yang terjadi.

Dengan perkataan lain kedudukan kemahiran berliterasi pada abad

informasi seperti sekarang ini sesungguhnya serta kesejahteraan

penghidupannya.

Dalam tulisannya Membaca Cepat Menjawab Tantangan Abad

Informasi (1987), Soedarso, menyatakan bahwasanya dengan gencarnya

arus informasi seperti sekarang ini tuntutan untuk membaca akan

semakin besar pula. Padahal waktu yang tersedia akan semakin terbatas.

Oleh karena jika pada jaman ini orang tidak memiliki kemahiran

membaca yang layak maka dirinya akan mudah terombang-ambingkan,

bahkan akan tergilas oleh arus informasi tersebut. Ahmadsslamet

Harjasujana (1988) juga menyinggung ihwal peran kemahiran membaca

ini sebagai prasyarat bagi bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan

cita-cita kemerdekaannya.

Secara lengkap beliau berujar, Jika kita memimpikan Nusantara ini

sebagai negara kerta raharja, gemah ripah repah rapih, baldatun

toyyibatun wa robbun ghafur, maka rakyat Nusantara dituntut untuk

menjadi masyarkat yang literal, yakni masyarakat yang menjadikan

aktivitas baca-tulis sebagai bagian dari budaya hidupnya. Mengapa?

Karena keterampilan membaca merupakan katalisator atau penghantar

yang sangat ampuh untuk mendayagunakan sumberdaya manusia

Indoensia yang jumlahnya demikian dahsyat, yang kini belum dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal

yang sangat fundamental. Mengapa demikian? Sebab selain semua proses

belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis

juga hanya dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menuliskan

kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari

berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Menurut

William D. Baker bahwa 85% kegiatan belajar di perguruan tinggin

meliputi membaca. Dengan perkataan lain, kemahiran baca-tulis

Page 7: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

merupakan batu loncatan bagi kebersilan seorang di sekolah dan dalam

kehidupan selanjutnya di masyarakat.

Mengomentari betapa pentingnya kaitan antara literasi dengan

dunia persekolahan tersebut, secara tamsil Andre Morois, salah seorang

sastrawan kondal asal Perancis mengatakan bahwa pada hakekatnya

salah satu tugas atau misi penting kehadiran dunia persekolahan dari

mulai SD hingga PT/universitas yakni mengantarkan para peserta

didiknya agar kelak mereka mampu “membuka pintu perpustakaan”

sendiri alias manusia yang mencetak manusia-manusia yang

berkebudayaan literasi (baca-tulis). Dan jika dunia sekolah tidak mampu

merealisasikan misi tersebut, ujar Moris, maka proses bersekolah pada

dasarnya boleh dianggap sebagai hal yang mubazir atau sia-sia.

Ihwal peran mebaca dalam konteks dunia pendidikan ini marilah

kita simak salah satu bagian lain dari pidato pengukuhan guru besar Prof.

Ahmadslamet Harjasujana:

“Tujuan Pendidikan Nasional yang telah ditetapkan oleh MPR dan

kemudian dituangkan dalam GBHN kita itu sesungguhnya hanya akan

tercapai jika masyarakat Indoensia telah berliteral. Sebab hanya

masyarakat yang memiliki kebudayaan literatlah atau masyarkat yang

melek wacana, yang akan sanggup menyerap dan menganalisis,

kemudian membuat sintesis dan evaluasi tentang informasi yang tercetak

sebelum dirinya mengambil keputusan menurut kemampuan nalar dan

intuisinya. Hanya masyarakat yang literatlah yang mampu menjadi

masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,

berbudi perkerti luhur, berkepribadian, bekerja keras dan berkualitas,

tangguh dan bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta

sehat jasmani dan rohaninya”.

Kemudian dalam bagian lain dari pidatonya beliau juga

menyatakan:

“Sehubungan hal itu maka program-program pendidikan guru

seyogyanya diperpanjang waktunya dan ditingkatkan kualitasnya. Guru

Page 8: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

yang dapat memberikan bantuan yang tepat dan efektif kepada para

siswa yang ditugasi membaca materi untuk bidang studi yang khusus

ialahpara guru bidang studi itu sendiri. Oleh karena itu seyogyanya para

guru bidang studi perlu membekali diri dengan berbagai kompetensi

pengajaran membaca yang relevan jika mereka benar-benar

menghendaki anak-anak didik mencapai prestasi yang diharapkan. Itu

berarti mata kuliah keterampilan membaca perlu diajarkan kepada

seluruh mahasiswa calon guru”.

Pengertian dan Proses Membaca

Apa yang dimaksud dengan membaca? Jawaban atas pertanyaan

tersebut akan sangat luas dan beragam, bergantung dari sudut mana kita

hendak meninjaunya. Para pakar hingga saat ini umumnya masih

memberikan batasan yang berbeda-beda. Seperti diakui oleh William

(1984:2), hingga saat ini menurutnya para pakar masih bersilang

pendapat dalam memberikan definisi membaca yang benar-benar akurat.

Meskipun demikian menurutnya ada satu yang disepakati oleh seluruh

pakar ihwal membaca, yakni bahwasannya unsur yang harus ada

dalamsetiap kegiatan membaca yakni pemahaman (understanding).

Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman

bukanlah kegiatan membaca.

Anderson (1972:209) secara singkat dan sederhana mencoba

mendefinisikan embaca sebagai proses kegiatan mencocokan huruf atau

melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau reading is a recording and

decoding process. Tetapkah pengertian membaca seperti itu?

Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Bagi Budi yang masih duduk dikelas 1

SD misalnya, pengertian membaca semacam itu sudah bisa dikatakan

tepat. Alasannya karena ketika dia melakukankegiatan membaca dia

hanya terbtas mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-

lambang bahasa tulis yang dilihatnya; dari huruf menjadi kata, kemudian

menjadi frasa, kalimat dan seterusnya. Perkara apakah dirinya mengerti

Page 9: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

atau tidak arti atau makna dari seluruh rangkaian lambang-lambang

bahasa tulis tersebut tidak begitu menjadi persoalan benar. Kegiatan

membaca semacam itu tentunya merupakan level yang paling rendah.

Selain itu pengertian tersebut mengisyaratkan seakan-akan proses

membaca merupakan proses yang pasif belaka.

Bagi anak-anak SD kelas 2 keatas pengertian membaca sebagaimana

disebutkan oleh Anderson di atas tentunya sudah tidak dapat

dipertahankan lagi. Sebab tuntutan pada level mereka ketika mereka

melakukan kegiatan proses membaca adalah pemahaman. Atau dengan

perkataan lain saat mereka harus dapat memahami maksud atau tujuan

arti lambang-lambang bunyi bahasa tulis yang dibacanya. Oleh karena itu

Finnochiaro dan Bonomo (1973:119) mencoba mendefinisikan membaca

sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang

terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and

getting meaning from printed or witten material).

Kedua jenis kegiatan membaca tersebut oleh para pakar membaca

umumnya digolongkan sebagai kegiatan membaca literal. Artinya,

pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal

(tampak jelas) dalam bacaan atau informasi yang ada dalam baris-baris

bacaan (reading the lines). Pembuka tidak lagi menangkap makna yang

lebih dalam lagi yaitu makna di balik baris-baris tersebut. Membaca

semacam ini masih mencerminkan sebagai kegiatan yang pasif.

Pengertian membaca yang sebagaimana diaktakan oleh Finnochiaro

dan Banomo di atas untuk anak-anak SLTP ke atas tampaknya sudah tidak

tepat lagi. Mengapa demikian? Jawabannya karena bagi mereka ketika

membaca bukan hanya dituntut untuk memahami informasi-informasi

yang tersurat saja tapi juga yang tersirat. Atau sebagaimana dikatakan

oleh Goodman (1967:127) bahwa ketika seseorang membaca bukan hanya

sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari

materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun

konteks yang tersedia guna membentuk makna. Oleh karena itu

Page 10: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau

pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading

the lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading

between the lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan

baris tersebut (reading beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis

membaca semacam ini digolongkan kedalam membaca kritis serta

membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya kegiatan membaca ini juga

tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif.

Dengan demikian dalam tataran yang lebih tinggi membaca bukan

hanya sekedar memahami lambing-lambang bahasa tulis belaka

melainkan pula berusaha memahami, menerima, menolak,

membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan

oleh si pengarang. Oleh karena itu Thorndike mengatakan bahwa proses

membaca itu tak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang

berpikir atau bernalar (reading as thinking or reading as reasoning).

Dengan perkataan lain membaca merupakan proses yang menuntut

pembaca melakukan pertukaran ide dengan penulis melalui teks. Atas

dasar pijakan tersebut Ahmadslamet Harjasujana (1987:36) mengatakan

bahwa membaca dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan komunikasiu

interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk

membawa latar belakang, dan hasrat masing-masing.

Sekali lagi pengertian atau definisi membaca itu banyak sekali

ragamnya. Oleh karena yang penting bagi kita bukan menghafalkan

aneka definisi-definisi tersebut. Yang lebih penting bagi kita ialah

memahami alasan-alasan yang melatarbelakangi dari definisi-definisi

mereka itu.

Kemudian membaca bukanlah merupakan proses yang pasif

melainkan aktif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha

menangkap isi bacaan yang dibacanya tidak boleh hanya menerimanya

saja. Oleh karena itu seorang pakar bahasa mengibaratkan proses

membaca itu bagaikan proses menangkap bola dalam sebuah permainan

Page 11: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

bola basket, dan bukannya proses menerimanya bingkisan lebaran

misalnya.

Sebagaimana kita maklumi seorang pemain basket yang baik harus

berusaha memperhatikan gerakan-gerakan bola yang lemparkan, baik

oleh kawan maupun lawan main. Terkadang dia harus lompat kanan

lompat kiri untuk dapat menangkap. Bola akan akan tertangkap dengan

baik kemudian menggiring dan memasukannya ke dalam keranjang

basket. Begitu pula halnya dengan kegiatan membaca. Pembaca harus

berusaha menangkap pesan yang terdapat dalam bacaannya secar aktif,

setelah itu memahami lebih lanjut isi yang terdapat di dalamnya, dan

kalau perlu mengomentarinya. Jadi tidak begitu saja menerima seluruh

pesan yang disampaikan seperti halnya saat menerima bingkisan lebaran

tadi.

Selanjutnya proses membaca juga tidak selamanya identik dengan

proses mengingat. Membaca bukan harus hafal kata demi kata atau

kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan. Yang lebih penting

ialah menangkap pesan atau ide pokok bacaan dengan baik.

a. Membaca sebagai suatu proses psikologis

Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses psikologis yakni

bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu

dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat

psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta oleh

tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental

(mental age).

b. Membaca sebagai proses sensoris

Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris, yakni

dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba

(bagi mereka yang tuna netra). Stimulus masuk lewat indera

penglihatan, mata. Pada tingkat awal anak-anak menunjukkan

Page 12: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

kemampuan yang secara umum sekali disebut membaca. Para saat

permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda lambang-lambang tersebut

itu dirangkai-rangkaikan maka akan tersusunlah suatu pembicaraan.

Kapankah anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk

memulai membaca buku? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada

umumnya anak mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada

usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak dianggap telah memiliki

kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam pemfokusan

pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada

usia tersebut karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola

kepribadian yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkemvanannya kita

harus memiliki pengetahuan-pengetahuan yang layak tentang hal-hal

yang pantas diperhatikan.

Kelemahan penglihatan yang umum diderita anak-anak ialah

kekeliruan kesipian (refrective eror), yakni kondisi mata yang tidak

dapat terpusat. Salah satu jenis keliru sipi itu adalah hipermetropia,

atau pandangan jauh. Untuk mengetahui kelemahan tersebut sekolah

harus menyediakan alat uji penglihatan. Hal lain untuk mengatasi hal ini

ialah dengan jalan membawa para siswa secara teratur ke poliklinik

terdapat untuk diperiksa kesehatan matanya. Guru yang baik tidak akan

memberi tugas kepada anak-anak menderita penglihatan semacam ini

untuk membaca benda-benda yang terlalu dekat atau menyuruhnya

membaca dalam waktu yang terlalu lama secara terus-menerus. Jenis

sipi yang kedua ialah myopia atau pandangan dekat. Penderita myopia

tidak sebanyak hipermetropia pada permulaan pengajaran membaca dan

akibat yang ditimbulkannya pun tidaklah begitu parah. Sedangkan eror

refraktif ketiga ialah astigmatisme. Penderita cacat penglihatan ini

mempunyai jarak pandang yang tidak sama untuk kedua bola matanya.

Boleh jadi salah satu bola matanya menderita miopi sedangkan bola

mata satu laginya menderita hipermetropik.

Page 13: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Meskipun penyakit-penyakit tersebut tidak pernah dimasukan ke

dalam faktor yang ikut serta menimbulkan ketidak mampuan membaca,

namun jelaslah peranannya sebagai faktor yang ikut serta menimbulkan

gangguan dalam membaca serta ketidakbetahan, keteganan dan

rendahnya minat untuk melakukan kegiatan membaca.

Anak-anak yang merupakan pembaca pemula harus mampu

mendengarkan kesamaan di antara bunyi-bunyi huruf yang terdapat

dalam setiap kata, mendeteksi kata-kata yang mulai berakhir dengan

bunyi yang sama, mendeteksi irama dan sejenisnya. Hal yang perlu

diperhatikan oleh para guru ialah bahwa bila seorang anak kehilangan

daya dengarnya namun masih mempunyai untuk belajar membaca,

kemampuan mencari kompensasi, dan bahan pengajaran yang

diselaraskan, dia tidak akan memenuhi kesulitan dalam penguasaan

bahan bacaannya itu. Kalaupun ada kesulitan, hal tersebut tidak akan

menjadi rintangan baginya. Sebaliknya seorang anak yang mempunyai

cacat pendengaran yang tidak seberapa bisa saja akan menemui

kegagalan dalam penguasaan bacaannya jika dia tidak memiliki motivasi

yang tinggi, tidak memiliki tingkat kepercayaan diri, dan tidak

mendapatkan pengajaran yang layak.

c. Membaca sebagai proses perceptual

Proses perceptual dalam membaca mempunyai kaitan yang erat

dengan proses sensoris. Oleh karena itu Anda harus waspada untuk tidak

mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum

persepsi dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan

meraba. Namun demikian dalam proses membaca cukup hanya

memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni melihat dan mendengar.

Vernon (!962) memberikan penjelasan bahwa proses perceptual

dalam membaca itu terdiri atas empat bagian:

1) kesadaran akan rangsangan visual;

Page 14: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

2) kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum

kata-kata;

3) klasifikasi lambing-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam

kelas yang umum;

4) identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.

Meskipun Vernon bermaksud memperuntukkan langkah-langkah

tersebut dapat diterapkan pada persepsi auditoris. Pada umumnya orang

sepakat bahwa persepsi itu mengandung stimulus asosiasi makna dan

interpretasinya berdasarkan pengalaman tentang stimulus itu serta

respon yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambing.

Seperti yang pernah kita singgung, langkah pertama ialah stimulus

seringkali disalah artikan sebagai keseluruhan persepsi. Kekeliruan

semacam itu mudah dikenal dengan jalan mencamkan bahwa stimulus itu

sendiri sesungguhnya tidak mempunyai makna. Kita tidak memperoleh

makna dari lambing atau bunyi itu, tetapi kita membawa makna

kepadanya. Sebagai contoh, kalau kita melihat sebuah titik hitampada

selembar kertas makna titik hitam tersebut sesungguhnya tidak

mempunyai makna apa-apa bagi kita. Akan tetapi jika titik hitam itu

tampak di akhir deretan kata-kata yang membentuk kalimat maka ia

baru mempunyai makna, yakni tanda berhenti. Jika titik hitam itu

diletakkan pada sebuah peta, boleh jadi kita akan

menginterpretasikannya sebagai letak sebuah kota, jika dalam konteks

kode morsetitik hitam itu boleh jadi akan dimaknai sebagai huruf e atau

mungkin merupakan tanda lambing vokal dalam bahasa orang Yahudi.

Jadi jika kita tidak pernah dapat mengasosiasikan sebuah titik hitam itu

dengan makna apapun maka titik hitam itu tidak akan pernah bermakna.

Fungsi utama stimulus, sesuai dengan namanya ialah meminta.

Bagian terpenting dari stimulus ialah kemampuannya mengisolasikan dan

membedakan berbagai stimuli. Sebelum anak dapat merespons

perbedaan antara huruf b dan d, maka ia harus terlebih dahulu

Page 15: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

mengetahui beda keduanya itu. Sebaliknya pengenalan terhadap b yang

berbeda dengan d, atau bunyi /b/ yang berbeda dengan bunyi /d/

tidaklah memberikan makna apapun. Meskipun yang demikian itu

merupakan persepsi, bagi anak hanyalah merupakan masukan permulaan

yang mempermudah proses pengenalan dan identifikasi.

Untuk mengembangkan kemampuan membacanya anak harus pula

dapat memodifikasi dan menghubungkan pengalamannya dengan

stimulus-stimulus yang ada dalam konteks dan lingkungan yang sedang

dialaminya. Dengan kata lain pada setiap anak haruslah terjadi semacam

mediasi atau pengalihan pengalaman.

Persepsi itu sesungguhnya merentang di antara batas-batas daerah

yang sangat luas, mulai dari daerah-daerah yang kongkret sangat nyata

dan khusus hingga ke daerah-daerah yang abstrak atau tidak jelas batas-

batasnya. Pada daerah itulah sebenarnya kita harus mengasah

kemampuan anak-anak agar dapat menggeneralisasikan, menganalisis,

menyintesis dan sebagainya.

Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain

oleh kebudayaan, pengalaman, emosi, kematangan bahkan kepribadian

anak yang bersakutan. Dengan demikian seyogyanyalah anak-anak sudah

terlebih dahulu memiliki banyak pengalaman sebelum dirinya pertama

kali mengenal huruf, kata dan kalimat dalam wacana. Semakin luas dan

bervariasi pengalaman seorang anak akan semakin luas dan semakin

terbuka kesempatan baginya untuk mengembangkan konsep-konsep dan

memperbaiki persepsinya. Misalnya melalui kegiatan karyawisata,

permainan bersama, cerita, gambar dan seterusnya.

Membaca Sebagai Proses Perkembangan

Membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan

yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan

perkembangannya itu mulai dan kapan akan berakhir. Meskipun

Page 16: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

membaca itu merupakan proses perkembangan gerakannya tidaklah

berada dalam jarak-jarak yang beraturan dan tidak tentu waktunya.

Seorang anak bisa berdiri pada usia tujuh bulan, berjalan pada usia

delapan bulan dan lari pada usia sembilan bulan. Kemampuan yang

demikian teratur jaraknya itu tidak dapat kita harapkan terjadi pada

setiap anak. Demikian juga untuk perkembangan kemampuan membaca,

guru harus mempunyai kejelian dalam memperhatikan kemajuan setiap

anak didiknya.

Kemajuan kemampuan membaca pada umumnya memang bergerak

tarataur, namun keistimewaan-keistimewaan tertentu bisa terjadi pada

setiap anak. Masalah yang dihadapi setiap anak ada yang bersifat

problematik dan ada pula yang bersifat alami; anak yang tidak dapat

membaca karena belum cukup matang akan meminta kesabaran guru

untuk menanti dia sampai pada tingkat kematangannya. Kesiapan anak

didik itu harus dikembangkan pada setiap taraf perkembangan

kemampuannya. Dan setiap perkembangan baru itu sesungguhnya

merupakan kelanjutan dari perkembangan sebelumnya. Oleh karena itu

untuk menjamin adanya kesiapan anak pada tingkat perkembangan yang

berikutnya guru harus betul-betul menyiapkan kesiapan anak tersebut

pada taraf sebelumnya.

Dalam upaya mencamkan membaca sebagai proses perkembangan

ada dua hal yang harus mendapat perhatian guru. Pertama, guru harus

selalu sadar bahwa membaca merupakan sesuatu yang diajarkan dan

bukan sesuatu yang terjadi secara insidental. Tidak ada seorang anak

yang dapat membaca dengan jalan melihat orang lain membaca

misalnya. Membaca juga bukanlah merupakan proses instinktif; membaca

merupakan proses yang dipelajari yang pemerolehannya akan sangat

bergantung dari upaya yang dilakukan dan prosedur yang dijalani.

Hal kedua yang patut diperhitungkan oleh para guru ialah keyakinan

bahwa membaca bukanlah suatu objek melainkan suatu proses. Guru

tidak boleh memiliki pandangan mata pelajaran yang dikelolanya itu

Page 17: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

sebagai sebuah tujuan akhir, melainkan sebagai alat untuk mencapai

suatu tujuan. Oleh karena itu mata pelajarannya harus menarik dan

layak. Dengan demikian membaca harus dipandang sebagai suatu alat

dan bukan sebagai suatu tugas. Anak yang dapat menguasai berbagai

tingkatan proses membaca akan merasakan membaca sebagai sumber

pertolongan terpenting dalam menghadapi segala persoalan dalam

kehidupan kesehariannya.

Membaca Sebagai Proses Perkembangan Keterampilan Berbahasa

Membaca merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan

berbahasa, yakni menyimak, berbicara dan menulis (Tarigan, 1980).

Sebagai suatu keterampilan sebagaimana keterampilan-keterampilan

lainnya, keterampilan membaca hanya akan dapat dicapai dengan baik

jika disertai dengan upaya latihan yang sungguh-sungguh. Bentuk-bentuk

latihan dapat dilakukan per aspek atau per komponen keterampilan

tertentu atau dapat pula secara sekaligus langsung mempraktikannya.

Sifat proses perkembangan keterampilan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Keterampilan tersebut bersifat objektif

Salah satu hal yang mula-mula kita sadari meneliti proses

perkembangan keterampilan membaa itu ialah bahwa perkembangan

keterampilan membaca itu bersifat objektif. Hal tersebut dipandang

objektif karena dalam perkembangannya tidak tergantung pada materi,

metode, ataupun tingkatan-tingkatan akademis.

2. Keterampilan itu mempunyai sifat berlanjut

Meskipun keterampilan itu terikat pada tingkatan kelas anak,

namun kaitannya tetap tampak. Ini tidak berarti bahwa Anda harus

mengajarkan konsonan awal sebelum mengajarkan konsonan akhir, tanda

titik sebelum tanda tanya, atau membaca fakta sebelum membaca

untuk mencari ide tama. Anak akan mampu mencari materi sumber

Page 18: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

secara mandiri setelah mereka menguasai keterampilan-keterampilan

prasyarat.

3. Keterampilan itu dapat digeneralisasikan

Disamping objektif dan bertahap, keterampilan itu bersifat

tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca dapat

digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai

keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menerapkannya kapan saja

dan di mana saja jika situasi dan kondisi menghendaki

penggeneralisasian itu. Jika anak telah dapat menguasai cara memahami

kata secara mandiri, maka baginya tidak akan merupakan masalah dalam

memahami kata tersebut di mana pun kata tersebut diposisikan dalam

sebuah tataran kalimat, baik dalam konteks ilmu matematika, fisika,

kimia biologi, dan seterusnya.

Latihan

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang

terdapat dalam kegiatan belajar ini kerjakan secara berpasangan latihan

berikut ini!

1. Buktikan bahwa membaca memegang peran yang sangat penting

dalam konteks kehidupan umat manusia abad ini!

2. Hal apakah yang harus ada dari definisi membaca itu seperti yang

dinyatakan oleh William?

Petunjuk Jawaban Latihan

Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan

memperhatikan rambu-rambu berikut ini!

1. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat

prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan

Page 19: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

menemukan sumber kekuatanya pada kegiatan-kegiatan yang

bertalian dengan suatu sumber daya yang ada pada manusia, yakni

daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh

manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu

memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih

dan berkembang ini. Nalar manusia hanya dan hanya akan

berkembang secar maksimal jika ia diasah melalui pendidikan.

Dengan demikian dalam perekonomian pada era pasca industri

mendatang, dimana sumber daya manusia (human resource)

merupakan tiang penyangga utamanya, kemahiran baca-tulis yang

layak merupakan prasyarat mutlak bagi siapa saja dan bangsa mana

saja, yang memimpikan kemajuan dan keberjayaan. Tanpa adanya

kemahiran tersebut, betapa kaya rayanya sumber daya alam

(nature resources) yang dimiliki oleh suatu bangsa misalnya hal itu

akan sulit mengangkat derajat bangsa tersebut bangsa tersebut ke

pentas percanturan dunia serta dapat diperhitungkan oleh bangsa-

bangsa lain.

2. Yakni pemahaman (understanding). Kegiatan membaca yang tidak

disetai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca.

Rangkuman

Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau

yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika

seperti sekerang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim

disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon

alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai

sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa

kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber

kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber

daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya

Page 20: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia

untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan

dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar

mausia hanya dan hanya akan berkembang secara maksimal jikaia diasah

melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan

berliterasi atau kegiatan bata-tulis. Dengan demikian kedudukan

kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini

sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak

meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya.

Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi juga merupakan hal

yang sangat fundamental. Sebab selain semua proses belajar

sesungguhnya didasarkan atas kegaitan membaca dan menulis juga hanya

dengan melalui kegaitan literasi membaca dan menulislah kita dapat

menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai

penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian dunia

pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan

kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para

siswanya.

Meskipun demikian mengupayakan keterampilan membaca memang

bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini karena membaca merupakan

proses yang sangat kompleks. Selain itu merupakan proses sensoris

membaca juga merupakan proses psikologis, proses perkembangan,

proses keterampilan berbahasa. Banyak definisi yang telah dikemukakan

oleh para pakar tentang membaca. Meskipun demikian hal yang harus

ada dalam kegiatan membaca yakni unsur pemahaman (understanding).

Sebab kegiatan membaca yang tidak disertai dengan pemahaman

bukanlah kegiatan membaca.

Tes Formatif

Petunjuk : Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling

tepat A, B, C, atau D)!

Page 21: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

1) Salah satu faktor yang sangat penting yang akan mengantarkan

keberhasilan umat manusia dalam bidang ekonomi pada abad

informasi dan teknologi canggih seperti sekarang ini ialah kepemilikan

sumber daya …..

A. alam

B. ekonomi

C. manusia

D. politik

2) Pada tataran yang lebih rendah membaca didefinisikan sebagai proses

kegiatan mencocokkan lambing-lambang bunyi bahasa. Pendapat ini

dikemukakan oleh…..

A. Anderson

B. Goodman

C. Finnochiaro

D. Bonnomo

3) Dibawah ini merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi

kemampuan membaca, kecuali…...

A. motivasi

B. persepsi

C. konsisi sosial ekonomi

D. kondisi penglihatan

Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah:

A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan

hubungan sebab akibat.

B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat.

C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah

alasan benar.

Page 22: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

D. Jika pernyataan dan alasan salah.

4) Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal yang

sangat penting

Sebab

Semua proses belajar hampir dapat dikatakan tidak mungkin

dilepaskan dari kegiatan membaca.

5) Disamping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu bersifat

tergeneralisasikan.

Sebab

Keterampilan dasar dalam membaca dapat digeneralisasikan sehingga

anak yang telah dapat menguasai keterampilan tersebut dituntut

untuk dapat menerapkannya kapan saja dan di mana saja jika situasi

dan kondisi menghendaki penggeneralisasian itu.

6) Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris

Sebab

Proses sensoris ialah proses memberi makna terhadap kata-kata yang

dibaca.

Petunjuk: Untuk soal no. 7-10 pilihlah:

A. Jika (1) dan (2) benar.

B. Jika (1) dan (3) benar.

C. Jika (2) dan (3) benar.

D. Jika (1), (2), dan (3) benar.

7) Membaca merupakan proses interaksi …..

(1) antara penulis dan pembaca

(2) bersifat tidak langsung

(3) aktif dan rekreatif

Page 23: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

8) Kesiapan membaca itu dimulai dari …..

(1) melihat bagi yang normal

(2) mendengar bagi yang tuli

(3) meraba bagi yang buta

9) Sebagai guru kita harus yakin bahwa …..

(1) keterampilan membaca itu harus diajarkan kepada para siswa

(2) keterampilan membaca bukanlah bawaan alami

(3) keterampilan membaca tidak terjadi dengan sendirinya

10) Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya. Antara lain …..

(1) kebudayaan dan pengalaman

(2) emosi dan kematangan

(3) kepribadian atau watak

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang

terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang

benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat

penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus:

Tingkat penguasaan = Χ10010

benar yang Andajawaban Jumlah

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai

90% - 100% = Amat baik

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

< 70% = kurang

Page 24: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih. Anda

dapat melanjutkan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi jika tingkat

penguasaan Anda kurang dari 80% Anda harus kembali mempelajari

materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama bagian yang

belum Anda kuasai.

2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

MEMBACA

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan membaca

seseorang? Sebelum kita membahas lebih jauh persoalan tersebut

sejenak mari kita tinjau terlebih dahulu ihwal landasan teoritis mengenai

belajar membaca ini.

Landasan teoritis mengenai belajar membaca sebenarnya tidak

berbeda dengan landasan teoritis mengenai belajar bahasa. Sebagaimana

kita ketahui dalam belajar bahasa terdapat tiga acuan pendekatan yang

biasa digunakan sebagai landasan-pijak bagi proses dan pendekatan

prosedural. Gagasan behavioristik tentang belajar bahasa terutama

didasarkan pada teori belajar yang menitikberatkan peran lingkungan,

baik verbal maupun non-verbal dalam pemerolehan hasil belajar. Artinya

proses penguasaan dan kemampuan berbahasa itu, khususnya bahasa

pertama, dikendalikan dari luar si pembelajar dan diperoleh sebagai

akibat adanya berbagai rangsangan yang disodorkan kepada sang

pembelajar dan diperoleh sebagai akibat adanya berbagai rangsangan

yang disodorkan kepada sang pembelajar melalui lingkungannya. Dalam

pandangan behavioristik anak dianggap sebagai penerima pasif dari

lingkungannya. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa proses

perkembangan bahasa sangat ditentukan oleh lamanya latihan yang

dilakukan oleh lingkungannya, khususnya apa yang dikenal dengan

stimulus-respons.

Page 25: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Gagasan mentalistik atau nativisik menekankan pada aspek

kapasitas bawaan (innate). Para pengusung aliran ini tidak memandang

penting pengaruh dari lingkungan sekitar si pembelajar. Sebaliknya

mereka beranggapan bahwa selama belajar bahasa pertama sedikit-demi

sedikit seorang pembelajar akan membuka kemampuan lingualnya yang

secara generic telah diprogramkan pada dirinya. Oleh karena itu para

pengikuti aliran ini lebih condong pada anggapan bahwa bahasa

merupakan pemberian secara biologis. Pemerolehan bahsa menurut

mereka terlalu kompleks dan mustahil dipelajari dalam waktu yang

singkat melalui peniruan. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut

sistem bahasa pasti sudah ada pada manusia secara ilmiah.

Sedangkan pendekatan prosedural mencoba menjembatani kedua

kubu ekstrim tersebut dengan memadukan interaksi antara faktor-faktor

internal dengan faktor-faktor eksternal dalam belajar bahasa. Artinya

proses penguasaan dan kemampuan berbahasa seseorang itu selain

ditentukan oleh faktor-faktor yang bawaan juga sangat ditentukan oleh

sejauh mana mereka mendapat latihan-latihan, khususnya lewat

kegiatan pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar membaca ini, kubu-kubu

ekstrim sebagaimana disebutkan di atas nampak juga dari hasil-hasil

riset para pakar membaca. Yap (1978) misalnya melaporkan bahwa

kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas

membacanya. Tegasnya, kemampuan berbahasa seseorang itu sangat

ditentukan oleh pengaruh sejauh mana (lamanya) seseorang melakukan

aktivitas membaca. Ibarat seorang penerbang, semakin tinggi jam

terbang yang dimilikinya maka akan semakin piawai kemampuan

terbangnya, begitu pula sebaliknya. Untuk menguatkan pendapatnya itu

Yap melaporkan hasil penelitiannya ihwal perbandingan faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan membaca tersebut sebagai berikut: 65%

ditentukan oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25%

oleh faktor IQ, dan 10% oleh faktor-faktor lain berupa lingkungan sosial,

Page 26: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

emosional, lingkungann fisik dan sejenisnya. Dengan demikian, menurut

Yap jika kita berniat untuk meningkatkan kualitas kemampuan membaca

seseorang maka perbanyaklah melakukan aktivitas membaca. Dengan

demikian Yap termasuk seorang pakar membaca yang beraliran

behavioristik, yakni yang meyakini bahwa pemerolehan kemampuan

membaca seseorang itu sebagian besar dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang berasal fari lingkungan.

Berbeda dengan Yap, Burmenister mengatakan bahwa kemampuan

membaca seseorang itu ditentukan oleh faktor intelegensinya (IQ). Hasil

riset yang dilakukan oleh Anderson dan Freeboddy (1981) secara implicit

dapat dikatakan menyokong pendapat Burmeister tersebut. Mereka

mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara IQ yang

dimiliki oleh seseorang dengan kemampuannya memahami membaca.

Smith dan Mc Ginnis (1982) juga mengatakan bahwa orang yang memiliki

intelegensi rata-rataa atau intelegensinya yang lebih baik cenderung

dapat menjadi pembaca-pembaca yang baik. Meskipun demikian mereka

tetap mengingatkan bahwa intelegensi bukanlah segalanya. Ia hanyalah

merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat

mempengaruhi belajar membaca. Harris (1970) juga berpendapat bahwa

faktor yang terpenting dalam masalah kesiapan membaca ialah

kepemilikan intelegensi umum. Karena faktor tersebut merupakan angka

rata-rata lain sangat jelas. Witty dan Kopel pun mempunyai pendapat

serupa. Mereka berkesimpulan bahwa seseorang yang memiliki skor IQ di

bawah 25, biasanya tidak pernah mecapai kematangan mental yang layak

untuk belajar membaca; yang skor IQ-nya di bawah 50 akan mengalami

kesulitan dalam memahami materi bacaan yang abstrak dan materi-

materi lainnya yang sukar; dan mereka yang skor IQ-nya merentang di

antara 50 hingga 70 akhirnya akan mampu membaca juga, akan tetapi

kemampuannya itu tidak akan melebihi kemampuan peringkat keempat.

Jika ditinjau dari teori belajar di atas, para pakar tersebut termasuk

mereka yang beraliran mentalistik karena mereka beranggapan bahwa

Page 27: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

kemampuan membaca itu sangat dipengaruhii oleh unsur-unsur yang

bersifat bawaan, yakni unsur intelensi tersebut.

Sedangkan Ebel (1972:35) berpendapat bahwa faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang

dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacaannya tergantung

pada faktor-faktor berikut: (1) siswa yang bersangkutan,(2)

keluarganya,(3) kebudayaannya, dan (4) situasi sekolah. Begitu pula

Omagio (1984) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada

gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman

membaca. Ahli lain seperti Alexander (1983-146) berpendapat bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pemahaman bacaan

meliputi program pengajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi,

kebiasaan dan lingkungan sosial ekonomi mereka.

Ihwal kaitan status sosial ekonomi dengan kemampuan serta minat

membaca seorang anak ini Benson (1969) menyatakan bahwa

kemampuan serta minat membaca anak-anak yang berasal dari

masyarakat kelas sosial ekonomi rendah dapat mencapai 80%. Hal yang

sama juga dikatakan oleh Coleman (1940), serta Gough. Mereka

berkesimpulan anak-anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah

umumnya kemampuan membacanya juga rendah.

Burron Claybaugh (1977:25-35) mengatakan bahwa pada tahap-

tahap awal tingkat pencapaian kemampuan dan minat membaca

seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka namakan “kesiapan

membaca” (reading readness). Mereka mengajukan enam hal yang

dipandang penting dalam mempertimbangkan reading readness ini,

yakni:

(a) Kepemilikan fasilitas bahasa lisan (oral language facility);

(b) Latar belakang pengalaman (backround experience);

(c) Diskriminasi auditori dan visual (auditory & visual discrimination);

(d) Intelegensi (intelligence);

(e) Sikap dan minta (attitude and interest);

Page 28: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

(f) Kematangan emosi dan sosial (emotional and sosial maturity).

Wolfguy Michel dan Sterhagel (dalam Zielparache (1979) mencoba

menggambarkan faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan

proses komunikasi membaca ini sebagai berikut:

TEKS PEMBACA

Konstruksi Kondisi

- Struktur bahasa

- Isi teks

- Cirri-ciri teks

- Cara penyusunan

- Aktualitas

- Hubungan konteks

- Kelompok masyarakat

- Kepribadian

- Lingkungan (umum,

khusus,

- Sosial, actual

- Tujuan

- Motivasi

INTERAKSI

HASIL

Keduanya mengatakan bahwa hasil dari kegiatan membaca

tersebut akan sangat tegantung pada sejauh mana teks dan kondisi

pembaca saling mempengaruhi, saling membantu. Dari penjelasan

tersebut tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan serta membaca seseorang itu pada hakikatnya tidaklah

tunggal. Mengapa demikian karena sebagaimana yang telah kita bahas

pada kegiatan belajar 2 pada dasarnya proses membaca sendiri

sesungguhnya tidaklah tunggal.

Kemudian dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan serta minat membaca, agaknya

pendapat Pearson-lah yang dapat dianggapsebagai cermin dari

kesimpulan. Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan

serta minat membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua katori, yakni

Page 29: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

faktor-faktor yang bersifat intrisik (yang berasal dari dalam pembaca)

dan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca).

Faktor-faktor instrinsik antara lain meliputi kepemilikan faktor-faktor

ekstrinsik dibagi menjadi dua katagori, yakni pertama, unsur-unsur yang

berasal dari faktor-faktor ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni

pertama, unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan, dan kedua,

unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Katagori pertama

berkenaan dengan keterbacaan (readability) dan organisasi teks atau

wacana. Sedangkan katagori kedua berkenaan dengan fasilitas, guru,

model pengajaran dan lain-lain (Pearson, 1978 dalam Hafni, 1981: 2-3).

Selanjutnya Hafni juga mencoba merumuskan beberapa penyebab

kesulitan memahami bacaan ke dalam beberapa alasan. Rumus-rumus

yang digunakannya didasarkan pada pendapat Swan (1979) yang

berpandangan bahwa beberapa penyebab kesukaran memahami isi

bacaan berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan

dimaksudkan meliputi:

(1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga

gagal memberi makna pada teks;

(2) Kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud

umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami

butir-butir tertentu; dengan demikian unsur-unsur kecil dalam

bacaan, seperti, kata hubung, kata ingkar, kata modal luput dari

perhatian pembaca;

(3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah

mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan

atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut; dengan

demikian pembaca akan menafsirkan makna teks dari sudut

pengetahuan dan pengalamannya sendiri;

(4) Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai kompleksitas

yang tinggi; keruwetan sintaksis dapat menyebabkan kesulitan pada

pembacanya;

Page 30: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

(5) Gaya penulisan yang bertipe mengulang-mengulang gagasan dengan

ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang khusus juga dapat

menimbulkan kesulitan pada pembacanya;

(6) Gaya pengungkapan pokok pikiran penting secara tidak langsung yang

mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi

yang tidak tersurat dalam bacaan, juga dapat menimbulkan

kesulitan pada bacaannya;

(7) Penggunaan kata yang tidak akrab dengan pembacaanya juga

merupakan kendala bagi pemahaman bacaan.

Selain hal-hal di atas dalam konteks Indonesia beberapa faktor

lain yang juga merupakan faktor penyebab rendahnya kemampuan

membaca bangsa kita antara lain, pertama, tradisi kelisanan (orality)

masih menjadi semacam penyumbat dalam kantong memori linguistik

masyakat kita. Seperti kita tahu, secara histories-kultural masyarakat

kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang memfosil.

Hampir berabad-abad lamanya perilaku komunikasi masyarakat kita lebih

banyak berlangsung dalam tataran yang serba melisan (omong-dengar)

ketimbang tradisi litersi (baca-tulis). Tradisi literasi sendiri konon baru

dikenal secara terbatas oleh bangsa kita sekitar paruh abad VIII, sebagai

akibat persentuhan dengan agama serta kebudayaan Hindu, Budha

kemudian Islam. Itu pun hanya hanya hadir pada sekelompokk kecil

masyarakat elit priyayi sebagai akibat didirikannya lembaga

persekolahan oleh kolonial Belanda sebagai pengejawantahan dari politic

etic. Dan baru setelah kita merdeka dan mendirikan sekolah-sekolah

kegiatan membaca dan menulis tersebut mulai menyentuh secara lebih

luas kepada masyarakat umum.

Jadi perkenaan masyarakat kita kegiatan membaca dan menulis

memang masih relatif baru. Padahal untuk mengubah tradisi lisan

menuju budaya literasi membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai

bahan perbandingan, masyarakat Eropa memerlukan waktu tidak kurang

dua abad untuk menjadikan kegiatan literasi sebagai bagian tradisi hidup

Page 31: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

masyarakatnya, yakni dimulai dari zaman renesans yang kemudian

dilanjutkan dengan zaman industrialisasi. Begitu pula dengan proses

terbentuknya tradisi literasi pada bangsa Jepang, konon membutuhkan

waktu satu abad lamanya, yakni dimulai dari perancangan Restorasi

Meiji.

Kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan

peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau

tradisi membaca pada para peserta didik. Sebagaimana kita tahu, proses

pembejalaran yang dibangun dalam dunia persekolahan kita pada

umumnya lebih banyak berbasis dalam tataran lisan (guru terlalu banyak

menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi pendengar)

tinibang dalam tataran keberaksaraan (guru dan murid bersama menjadi

seorang pembaca dan penulis). Bahkan berbagai pendekatan yang

dipahami serta diperlakukan dalam perspektif kelisanan. Para guru pada

umumnya jarang mejadikan kegiatan membaca sebagai kerangka pijak

(frame of reference) pembelajaran yang ia lakukan kepada para

siswanya. Oleh karena itu secara anekdot dikatakan bahwa untuk dapat

sukses belajar di sekolah seorang siswa tidak dituntut harus terampil

atau banyak membaca buku, apalagi memilikinya. Cukuplah menjadi

pendengar yang baik-baik saja, sebab bukanlah transer ilmu yang

dilakukan oleh para guru tidak mengacu serta bersumber dari sejumlah

buku melainkan dari omongan sang guru yang disampaikan secara lisan?

Dengan kondisi semacam itu, sebagaimana dikemukakakn oleh Prof.

Ahmad Slamet Harjasuajana, tidak heran manusia-manusia yang

dihasilkan oleh persekolahan kita masih merupakan masyarakat yang

aliterat, yakni manusia-manusia yang bias membaca tetapi mereka

memilih untuk tidak membaca, karena memang kegiatan membaca

hanya sekedar kegiatan yang tidak terlalu mendapat penekanan utama

dalam dunia pendidikan kita.

Jika dihungkan dengan pembicaraan ihwal tiga aliran teori belajar

bahasa sebagaimana kita bicarakan pada awal pembahasan di atas, maka

Page 32: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

dapat kita katakana bahwa pandangan-pandangan terakhir ini dapat kita

masukkan sebagai para pakar yang beraliran prosedural, yakni yang

beranggapan bahwa kemampuan membaca seseorang itu selain

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat intrinsic atau yang berasal

dari dalam diri si pembaca juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

bersifat ekstrinsik atau luaran.

Sebagai seorang guru sebaiknya kita berpihak pada pendapat yang

ketiga di atas. Sebab dengan demikian kita dapat mendudukan posisi

anak secara proposional. Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau

potensi bahwaan, seperti IQ, yang sangat besar pengaruhnya terhadap

sukses tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran, termasuk dalam hal

ini kemahiran membaca. Namun potensi bahwaan tersebut akan sulit

berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempatan lewat

proses pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya,

walaupun sang anak telah mendapatkan tempaan proses pembelajaran

yang baik dan maksimal akan tetapi jika modal dasarnya kurang,

misalnya IQ-nya rendah sekali maka akan susah juga mendapatkan hasil

yang maksimal.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang

terdapat dalam kegiatan belajar ini kerjakan secaraperpasangan latihan

berikut!

1. Jelaskan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca seseorang!

2. Mengapa kita sebagai guru sebaiknya berpihak kepada kaum

prosedural dalam melibatkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan seseorang itu?

Petunjuk jawaban latihan

Page 33: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Jika anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan

memperhatikan rambu-rambu berikut ini!

1. Yakni faktor-fakro yang bersifat intrinsic (yang berasal dari dalam

pembaca) dan faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik (berasall dari

luar pembaca). Faktor-faktor intrinsic antara lain meliputi

kepemilikan kompetensi bahasa, motivasi, dan kemmapuan

membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik di bagi menjadi dua

katagori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan

(keterbacaan dan organisasi teks) dan kedua, unsur-unsur yang

berasal dari lingkungan baca (fasilitas, guru, model pengajaran dan

lain-lain).

2. Sebagai seorang guru sebaiknya berpihak pada pendapat kaum

prosedural yang berpandangan bahwa kemampuan membaca

seseorang itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat

instrinsik juga oleh faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik karena

dengan demikian kita dapat mendudukkan posisi anak secara

proporsional. Betul bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi

bawaan, seperti IQ, yang sangat besar pengaruhnya terhadap sukses

tidaknya mereka memiliki aneka kemahiran, termasuk dalam hal ini

kemahiran membaca. Namun potensi bawaan tersebut akan sulit

berkembang dengan baik jika tidak mendapatkan penempaan lewat

proses pembelajaran yang baik dan maksimal. Begitu pula sebaliknya

walaupun sang anak telah mendapat tempaan proses pembelajaran

yang baik dan maksimal namun jika modal dasar mereka kurang

begitu memadai, misalnya IQ-nya rendah sekali, maka mereka akan

sulit juga untuk ditingkatkan secara maksimal kemampuan

membacanya itu.

Rangkuman

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat

membaca seseorang. Namun secara garis besar faktor-faktor tersebut

Page 34: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni faktor-faktor yang

bersifat intrinsic (yang berasal dalam pembaca). Faktor-faktor intrinsic

antara lain meliputi kepemilikan kompentensi bahasa, minat, motivasi,

dan kemampuan membacanya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik dibagi

menjadi dua kategori, yakni unsur-unsur yang berasal dari dalam teks

bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), dan kedua, unsur-unsur yang

berasal dari lingkungan (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain).

Sebagai seorang guru sebaiknya berpihak pada pendapat kaum

prosedural yang berpandangan bahwa kemampuan membaca seseorang

itu selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat instrinsik juga oleh

faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik.

Selanjutnya beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan

antara lain berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasan-kebiasaan

dimaksud meliputi (1) terlalu banyak memperhatikan butir demi butir

informasi sehingga gagal memberi makna pada teks (2) kurang memberi

perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud umum bacaan

tertangkap secara utuh namun gagal dalam memahami butir-butir

tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap

telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan

atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut, (4) kalimat-

kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas yang

tinggi, (5) gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan

ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang khusus (6) gaya pengungkapan

pokok pikiran yang tidak langsung sehingga mengharuskan pembaca

mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersurat dalam

bacaan, (7) penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan pembaca.

Beberapa faktor yang lain juga merupakan faktor penyebab

rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain, pertama,

tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbatan dalam

kantong memori linguistik masyarakat kita, kedua, akibat sistem

persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi

Page 35: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membaca pada

para pererta didik.

Petunjuk: Untuk soal-soal no. 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling

tepat A, B, C atau D)

1) Kaum behavioristik beranggapan bahwa kemampuan membaca

seseorang itu sangat dipengaruhi oleh faktor……….

A. Instrinsik

B. Ekstrinsik

C. Ekstrinsik dan instrinsik

D. Semuanya benar

2) Faktor ekstrinsik di yakini sebagai faktor dominan dalam

mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Anggapan semacam

itu diyakini oleh kaum…….

A. Behavioral

B. Mentalistik

C. Prosedural

D. Semuanya benar

3) Manakah di bawah ini yang tidak termasuk ke dalam komponen

kesiapan membaca (reading readnness)?

A. Kepemilikan fasilitas bahasa lisan.

B. Sikap dan mental

C. Intelegensi.

D. Kondisi sosial ekonomi.

Petunjuk: untuk soal no. 4-6, pilihlah:

Page 36: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan

hubungan sebab akibat

B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab akibat.

C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah

alasan benar.

D. Jika pernyataan dan alasan salah

4) Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu

diibaratkan seperti kemampuan seorang penerbang: semakin banyak

terbang maka akan semakin piawailah kemampuan terbangnya.

Sebab

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan hampir 65%

kemampuan membaca seseorang ditentukan oleh kuantitas

membacanya

5) Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa

kemampuan membaca seseorang itu di tentukan oleh faktor

intelegensinya (IQ)

Sebab

Menurut Harris IQ yang dimiliki seseorang memang sangat besar

pengaruhnya dalam menentukan kemampuan membaca seseorang,

namun IQ bukanlah segalanya. Ia hanyalah merupakan salah satu dari

sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar

membaca.

6) Status sosial ekonomi seseorang ternyata berkorelasi dengan

kemampuan serta minat membaca seseorang.

Sebab

Benson (1969) menyatakan bahwa kemampuan serta minat membaca

anak-anak yang berasal dari masyarakat kelas sosial ekonomi rendah

dapat mencapai 80%.

Page 37: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Petunjuk: untuku soal no. 7-10 pilihlah:

A. Jika (1) dan (2) benar.

B. Jika (1) dan (3) benar.

C. Jika (2) dan (3) benar.

D. Jika (1),(2), dan (3) benar.

7) Dalam konteks masyarakat Indonesia beberapa faktor lain yang juga

merupakan penyebab rendahnya kemampuan membaca bangsa kita

antara lain yaitu:

(1) Tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam penyumbat

dalam kantong memori linguistik masyakat kita.

(2) Sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang

cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (lliteracy).

(3) Guru tidak mentradisikan membaca kepada para peserta didik.

8) Beberapa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan membaca

ialah

(1) Motivasi, IQ, hobi

(2) Keterbacaan dan organisasi teks

(3) Fasilitas, guru, model pengajaran

9) Beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain berakar

pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan dimaksud

meliputi:

(1) Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi

sehingga gagal memberi makna pada teks.

(2) Kurang memberi perhatian kepada detai, sehingga meskipun

maksud umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam

memahami butir-butir tertentu.

(3) Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah

mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan

atau mempunyai pendapat yang kuat tentang topik tersebut.

Page 38: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

10) Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan

demikian mereka akan dapat:

(1) Bersikap arif dan bijaksana dalam melihat keberbagian

kemampuannya yang dimiliki oleh para siswa.

(2) Melakkukan penilaian yang objektif kepada para siswa.

(3) Mendudukan posisi anak secara proporsional.

Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang

terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah jawaban yang

benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat

penguasaan Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari!

Rumus:

Tingkat penguasaan = Χ10010

benar yang Andajawaban Jumlah

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90% - 100% = Amat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = Cukup

< 70% = Kurang

Jika anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih,

berarti Anda dapat melanjutkan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus!

Tetapi jika tingkat penguasaan Anda kurang dari 80% Anda harus kembali

mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama

bagian yang belum Anda kuasai.

Page 39: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

3

Upaya meningkatkan Minat

Baca

jika kita ditanya, hal apakah yang dapat mendorong atau

menggerakan hati seseorang melakukan suatu perbuatan

dengan penuh senang hati seseorang melakukan suatu perbuatan dengan

penuh senang hati dan sukarela?. Salah satu jawabannya ialah karena

factor minat. Ya, orang yang di dalam dirinya telah memiliki minat yang

tinggi terhadap sesuatu hal, maka dirinya umumnya akan dengan senang

dan sukarela mengerjakan hal yang di minatinya tersebut,walaupun

B

Page 40: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

untuk itu dirinya harus melakukan sebuah pengorbanan, baik secara

materi ataupun non- materi.

Contoh mengenai hal ini dengan mudah dapat kita saksikan dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya orang yang berminat terhadap

permainan golf. Kendati misalnya mereka harus mengeluarkan biaya yang

tisak sedikit untuk mereka dapat mengikuti olahraga tersebut serta harus

rela berjemur di tengah terik matahari untuk memainkannya mereka

akan menghadapinya dengan segala kesungguhan dan penuh kesenangan.

Begitu pula halnya dalam konteks membaca ini. Orang yang telah

memiliki minat yang baik, bukan hanya dengan senang dan sukarela

melakukannya tetapi juga mereka dengan penuh kerelaan melakukan

pengorbanan untuk dapat melakukannya.

Jadi sekali lagi peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang

sangat sentral dan penting,karena ia merupakan salah satu fakror alasan

pendorong yang sangat kuat pada diri seseorang untuk berbuat dan

meningkatkan keberhasilan aktivitas membaca. Atau dengan perkataan

lain peranan minat dalam membaca menduduki tempat yang sangat

penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam

melakukan aktivitas membaca. Oleh karena itu para guru di sekolah

serta para orang tua di rumah seyogyanya lebih memahami benar seputar

persoalan minat baca ini, khususnya terhadap aneka upaya untuk

menumbuhkannya.

Persoalannya sekarang indicator-indikator apakah yang dapat kita

jadikan parameter untuk mengetahui apakah seseoarang telah memiliki

minat baca yang tinggi atau masih rendah? Salah seorang pakar mencoba

menawarkan beberapa indikatornya, yaitu:

. Frekuensi dan kuantitas Membaca

Maksudnya bagaimana frekuensi (keseringan) dan waktu yang digunakan

oleh seseorang untuk membaca. Orang yang telah memiliki minat baca

yang tinggi umumnya frekuensi membacanya pun sangat tinggi dan waktu

yang di pergunakannya pun akan sangat tinggi pula. Dengan perkataan

Page 41: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

lain, seseorang yang mempunyai minat membaca akan banyak melakukan

kegiatan membaca, begitu pula sebaliknya.

Berapa lamakah sebaiknya seseorang pembaca melakukan aktivitas

membaca dalm setiap harinya? Jawabannya akan sangat bergantung pada

tuntutan kebutuhan orang tersebut (profesi yang mereka sandang) serta

kecepatan membaca yang dimilikinya. Sebagai gambaran kaum ibu di

Amerika sana pada setiap minggunya mereka sedikitnya dituntut

melahap 400.000 kata,yang berasal dari sumber-sumber bacaan

sepertisurat kabar, majalah wanita dan berbagai novel baru. Kalau

kecepatan efektif membaca mereka hanya sekitar 250 kata per menit

maka setiap harinya rata-rata waktu yang harus mereka luangkan untuk

membaca berkisar antara2-3 jam pada setiap harinya. Bagaimana dengan

kelompok mahasiswa seperti halnya Anda? Menurut penelitian kalau Anda

ingin selalu luls ujian dengan hasil yang memuaskan,sementara KEM yang

Anda miliki hanya berkisar hanya 250 kata/ 8jam/hari karena

volumebacaan yang harus Anda lahap pada setiap minggunya harus

mencapai 850.000 kata/minggu.Kondisi yang terjadi saat ini menurut

penelitian Syahbadyni (Kompas, 5 April1990) umumnya waktu yang

digunakan oleh sebagian besar mahasiswa kita untuk membaca rata-rata

kurang dari dua jam pada setiap harinya.

2. Kuantitas sumber bacaan

Orang yang mempunyai minat baca yang baik umumnya akan berusaha

melahap aneka bacaan atau bacaannya akan sama variatif. Merka bukan

hanya akan membaca jenis-jenis bacaan yang memiliki hubungan

langsung dengan pekerjaan atau profesi dirinya saja, tetapi juga akan

membaca jeniss-jenis bacaan lain.

Sejauh mana aktivitas membaca yang dilakukan oleh bangsa kita dan

jenis bacaan apasaja yang umumnya mereka konsumsi? Menurut

penelitian Edward Kimman (1984) aktivitas membaca masyarakat

Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap secara garis besar

dapat dipilih dalam empat kategori. Pertama, kelompok orang yang

Page 42: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

hanya sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca. Artinya kelompok

orang tersebut hanya akan melakukan aktivitas membaca kalau ada

tuntutan harus membaca, seperti kala menerima surat misalnya. Karena

frekuensinya tidak pasti maka menurut Kimman jenis bacaan yang

mereka baca pun menjadi sulit diidentisifikasi. Jumlah masyarakat kita

yang termasuk kelompok ini diperkirakan meliputi sepertiga dari

komunitas bangsa Indonesia.

Kedua, kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca hanya

sekedar mencari hiburan atau kesenangan. Jenis bacaan kelompok ini

antara lain komik, novel-novel pop (picisan), serta majalah-majalah

hiburan dan koran-koran kuning seperti Pos Kota misalnya. Jumlah dari

kelompok ini juga diperkirakan meliputi sepertiga dari komunitas bangsa

kita. Ketiga, kelompok masyarakat yang membaca karena didorong oleh

kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis bacaan mereka terutama

surat kabar, majalah berita,jurnal berkala serta buku-buku ilmu

pengetahuan (khususnya buku-buku teks atau buku pelajaran). Jumlah

kelompok ini menurut Kimman diperkirakan 15% dari komunitas bangsa

kita. Para siswa dan mahasiswa termasuk kedalam kategori ketiga ini.

Keempat, kelompok orang yang melakukan aktivitas karena hal itu telah

menjadi bagian dari kebutuhan hidupnya. Jenis bacaan kelompokini

sangat variatf. Menurut Kimman kelompok inilah yang sesungguhnya

merupakan konsumen terbesar dari hasil-hasil penerbitan kita (media

cetak dan buku-buku). Hanya sayangnya jumlah kelompok masyarakat

kita yang termasuk kedalam kategori ini masih kurang dari 10% dari

seluruh komunitas penduduk Indonesia yang jumlahnya saat ini lebih dari

200 juta orang ini.

Upaya apa yang perlu kita lakukan untuk menumbuhkan minat baca,

khususnya kepada anak-anak? Ajip Rosidi (1971:1819) menjelaskan bahwa

kegemaran membaca bukanlah sesuatu yang tumbuh secara otomatis

dengan sendirinya.Minat baca harus ditanam, ditumbuhkan serta dipupuk

dan dibina sejak anak-anak masih dini. Oleh karena itu untuk

Page 43: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

mengupayakannya diperlukan bantuan serta partisipasi aktif dari

komponen masyarakat dari mulai lingkungan sekolah (guru), lingkungan

masyarakat, pemerintah, serta yang tidak kalah pentingnya yakni

dukungan dari pihak keluarga.

Ihwal pentingnya penciptaan minat sedari kecil dan harus dimulai dari

lingkungan rumah atau keluarga ini disokong oleh para pakar psikologi

perkembangan. Menurut mereka karakteristik anak-anak, Khususnya

pada usia persekolahan (2-6 tahun) tengah mengalami yang pesat pada

beberapa aspeknya, antara lain: perkembangan motorik, emosi,

perkembangan social, pemahaman terhadap konsep maupun

perkembangan bahasanya. Dengan demikian penanaman aneka kebiasaan

pada periode ini akan sangat besar pengaruhnya pada masa-masa

selanjutnya.

Hal senada juga dinyatakan oleh Thorndike (1986).Berdasarkan

hasilpenelitian yang ia lakukan di lima belas Negara termasuk di

dalamnya negara-negara berkembang,di antara berbagai factor eksternal

membaca (dia menyebutnya faktor sosiologi) dia menyebutkan konon

pengaruh keluargalah yang sangat tinggi konstribusinya dalam

mempengaruhi terbentuknya minat serta kemahiran membaca pada

anak-anak. Bahakn Thorndike menyatakan bahwa tidak terdapat indikasi

bahwa anak-anak yang memiliki minat serta kemahiran membaca unggul

sebagai akibat langsung (pengaruh) dari pengajaran membaca yang

diselenggarakan di sekolah-sekolah. Sebaliknya berkat pengaruh serta

dukungan keluargalah minat serta keterampilan mmbaca mereka

terbentuk.

Pendapat senada dengan Thorndike juga direkomendasikan dalam

laporan penelitian slah satu badan Unesco, IAEA (International

Achievment Education Asociation) (1988). Menurut mereka, analisis lebih

jauh di negara-negara yang anak-anaknya memiliki minat serta

keterampilan membaca yang unggul, seperti Finlandia, AS atau negara-

negara Eropa (pada penelitian ini anak-anak Indonesia menduduki

Page 44: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

peringkat ke 29 dari 30 negara yang menjadi sample penelitian mereka)

pada umumnya memiliki akses kemudahan dalam mendapatkan berbagai

bahan bacaan yang berkualitas, baik di perpustakaan sekolah, dan

terutama di rumah-rumahnya. Sehubungan dengan kenyataan tersebut

IAEA merekomendasikan bahwa faktor dukungan keluarga merupakan

salah satu kunci utama dalam pembentukan minat serta ketermpilan

membaca pada anak-anak. Wujud dukungan keluarga tersebut antara

lain penciptaan tradisi membaca di dalam lingkungan keluarga (ayah, ibu

dan saudara-saudara), serta penyediaan bahan-bahan bacaan yang sesuai

dengan anak-anak.

Upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh orang tua untuk

menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak tersebut? Inilah

beberapa upaya yang dapat kita lakukan.

. Kenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini

Anak usia prasekolah umumnya memiliki hubungan yang sangat dekat

dengan para anggota keluarganya, seperti dengan ayah-ibunya maupun

saudara-saudara lainnya. Untuk itu biasanya anak akan mengikuti

kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya itu.

Oleh karenanya libatkanlah mereka ketika orang tua atau anggota

keluarga lainnya tengah melakukan kegiatan membaca. Janganlah anak-

anak terlalu banyak dilarang apalagi dihardik saat mereka ikut

mengganggu orang tua atau anggota keluarganya tengah melakukan

aktivitas membaca. Sebab bila hal itu kerap dilakukan maka boleh jadi

mereka akan memiliki persepsi yang salah terhadp membaca : seolah-

olah membaca itu merupakan kegiatan yang serius dan penuh dengan

kerut kening dan bukan kegiatan yang bukan membahagiakan.

b. Bacakan aneka cerita-cerita yang menarik kepada mereka

Anak-anak prasekolah umumnya mempunyairasa ingin tau yang sangat

besar. Oleh karena itu seyogyanyalah orang tua mampu memberikan dan

mengarahkan rasa ingin tau mereka dengan benar untuk membina minat

anak alangkah yang dapat dilakukan oleh para orang tua adalah dengan

Page 45: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

sering membacakan cerita-cerita menarik atau lucu kepada mereka

sesuai dengan usia dengan perkemabangan kejiwaan mereka. Dengan

cara semacam itu lambat laun anak-anak akan tertarik untuk

memperhatikan dan mulai membuka-buka buku bacaan tersebut.

c. Sediakan bahan bacaan yang cocok untuk mereka

Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari Universitas

Texas mengatakan sesungguhnya mereka sebuah presepsi yang salah jika

banyak orang tua yang mengatakan bahwa anak-anak itu tidak memiliki

kesenangan membaca buku. Menurut hasil-hasil penelitian yang ia

lakukan, dia berkesimpulan bahwa pada dasarnya semua anak senang

melakukannya. Hanya saja syaratnya pihak orang tua harus mau

menyediakan buku-buku bacaan yang memang cocok dengan kondisi

mereka, baik dari segi isi maupun bahasanya. Oleh karena itu

menurutnya untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak

salah satu caranya sediakan saja bacaan yang mereka sukai, pasti anak-

anak dengan penuh suka cita akan melakukannya.

Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca, memang

bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan murah. Penyebabnya selain

karena factor-faktor yang turut mempengaruhi minat serta kemahiran

membaca pada diri seseorang itu tidaklah tunggal, jika tidak mau

dikatakan cukup kompleks, juga karena kemampuan membaca bukanlah

kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang kehadirannya

harus diupayakan. Dan dalam mengupayakannya sebagaimana

dikemukakan oleh Ajip Rosidi diperlukan adanya sokongan dan bantuan

serta kerjasama antara berbagai pihak,seperti pihak sekolah, keluarga,

lingkungan masyarakat dan juga pemerintah.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi yang

terdapat dalam kegiatan pembelajaran kegiatan ini kerjakan secara

perpasangan latihan berikut ini!

1. Mengapa minat menduduki tempat yang sangat penting dalam

kegiatan membaca?

Page 46: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

2. Mengapa mengupayakan penumbuhan minat baca pada anak-anak

dinilai bukan

Perkara yang mudah dan murah?

Petunjuk jawaban latihan

Jika Anda telah selesai, periksalah latiha Anda dengan memperhatikan

rambu-rambu berikut ini!

1. Peranan minat dalam membaca menduduki posisi yang sangat

sentral dan penting, karena ia merupakan salah satu faktor alasan

pendorong yang sangat kuat pada dri seseorang untuk berbuat dan

meningkatkan keberhasilan aktivitas membaca. Atau dengan

perkataan lain peranan minat dalam membaca menduduki tempat

yang sangat penting, karena ia merupakan sumber pemicu utama

seseorang dalam melakukan aktivitas membaca.

2. Mengupayakan agar anak-anak gemar dan mahir membaca,

memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan murah.

Penyebabnya selain karena factor-faktor yang turut

mempengaruhi minat serta kemahiran membaca pada diri

seseorang itu tidaklah tunggal, jika tidak mau dikatakan cukup

kompleks, juga karena kemampuan membaca bukanlah

kemampuan bawaan (innate) tetapi kemampuan yang

kehadirannya yang harus diupayakan.

Peranan minat membaca menduduki tempat yang sangat penting, karena

ia merupakan sumber pemicu utama seseorang dalam melakukan

aktivitas membaca. Beberapa indikator yang dapat kita jadikan

parameter untuk mengetahui minat baca antara lain frekuensi dan

kuantitas membaca yang digunakan seseorang untuk membaca dan

kuantitas sumber bacaan yang dibaca. Dan menurut hasil penelitian

Edward Kimman jika dilihat dari kedua indicator tersebut minat baca

masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Karena kegemaran membaca bukanlah merupakan sesuatu yang

tumbuh secara otomatis dengan sendirinya, maka ia harus ditanam,

Page 47: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

ditumbuhkan serta dipupuk dan dibina sejak masa anak-anak. Selain

itu untuk mengupayakannya diperlukan bantuan, dukungan serta

partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat dari mulai

lingkungan sekolah (guru), lingkungan masyarakat, pemerintah,

serta yang tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari pihak

keluarga. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh orang tua untuk

menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak antara lain

mengenalkan anak-anak dengan kegiatan membaca sejak dini,

membacakan kepada anak-anak aneka cerita-cerita yang menarik,

serta bahan-bahan bacaan yang cocok untuk mereka.

Petunjuk: Untuk soal-soal no.1-3 pilihlah salah satu jawaban yang paling

tepat A, B, C, atau D!

1) Ukuran lamanya seseorang pembaca melakukan aktivitas

membaca dalam setiap harinya antara lain akan sangat

bergantung pada……

A. Tuntutan kebutuhan yang disandang oleh seseorang

B. Kedudukan yang disandang oleh seseorang

C. Status social yang disandang oleh seseorang

D. Jabatan yang disandang oleh seseorang

2) Menurut penelitian berapa banyak volume bacaan yang harus

dilahap oleh seorang mahasiswa pada setiap minggunya ialah….

A. harus mencapai 750.000 kata

B. harus mencapai 850.000 kata

C. harus mencapai 950.000 kata

D. semuanya betul

3) Menurut penelitian Edward Kimman kelompok orang yang hanya

sekali-kali saja melakukan aktivitas membaca, jenis bacaan

mereka antara lain….

A. Koran-koran kuning

B. Novel picisan

C. Surat-surat yang mereka terima

Page 48: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

D. Tidak ada yang benar

Petunjuk: Untuk soal no. 4-6, pilihlah:

A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya

menunjukkan hubungan sebab akibat.

B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara

keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.

C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan

salah alasan benar.

D. Jika pernyataan dan alasan salah.

4) Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat

baca harus diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari

lingkungan rumah atau keluarga.

Sebab

Para pakar psikologi perkembangan menyatakan bahwa

penanaman aneka kebiasaan pada masa anak-anak akan sangat

besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya.

5) Donna, Norton mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang

salh jika banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak-

anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku.

Sebab

Membaca harus dapat menyenangkan dan menggembirakan anak-

anak

6) Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat

baca anak-anak.

Sebab

Dongeng merupakan cerita untuk mengembangkan daya imajinasi

anak-anak.

Petunjuk: Untuk saol no.7-10 pilihlah:

A. Jika (1) dan (2) benar.

B. Jika (1) dan (3) benar.

C. Jika (2) dan (3) benar.

Page 49: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

D. Jika (1), (2), dan (3) benar.

7) Salah satu bentuk pelibatan anak-anakdengan kegiatan membaca

di lingkungan rumah antara lain:

(1) menyuruh mereka membaca secara mandiri

(2) mengajak mereka saat anggota keluarga lainnya tengah

melakukan kegiatan membaca

(3) janganlah mereka dihardik saat mereka ikut serta membaca

bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.

8) Bentuk-bentuk dukungan pemerintah dalam mengupayakan

penumbuhan minat baca masyarakat antara lain:

(1) memberantas pembajakan buku

(2) mendirikan perpustakaan di daerah-daerah terpencil

(3) pencanangan program KMD (Koran masuk desa).

9) Mereka yang digolongkan sebagai kelompok masyarakat yang

membaca karena didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan

informasi antara lain:

(1) guru

(2) mahasiswa

(3) pelajar SLTA

10) Faktor-faktor yang turut mempengaruhi minat baca seseorang

antara lain:

(1) kebutuhan terhadap informasi

(2) kesenangan atau hobi

(3) pengaruh budaya keluarga

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3

yang terdapat pada bagian akhir modul ini! Hitung jumlah

jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut ini untuk

mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah

Anda pelajari!

Rumus:

Page 50: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = ×

100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai

90% - 100% = Amat baik

80% - 89% = Baik

70% - 79% = cukup

< 70% = kurang

Jika Anda telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda

berhasil dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus! Akan

tetapi jika tingkat penguasaan kurang dari 80% Anda harus kembali

mempelajari materi yang terdapat dalam kegiatan belajar ini, terutama

bagian-bagian yang belum Anda ketahui.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1

1. C Salah satu factor yang sangat penting yang akan

mengantarkan keberhasilan umat manusia pada

abad informasi dan teknologi canggih seperti sekarang ini ialah

kepemilikan sumber daya manusia.

2. A Pada tataran yang lebih rendah membaca diidentidifikasi

sebagai proses kegiatan mencocokan lambang-lambang bunyi

bahasa. Pendapat ini dikemukakan oleh Anderson.

3. D Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan

membaca, antara lain motivasi, persepsi, dan kondisi social

ekonomi. Kondisi penglihatan termasuk factor sensoris

4. A Dalam dunia pendidikan kemahiran membaca merupakan hal

yang sangat penting, sebab proses belajar hampir dapat dikatakan

Page 51: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

tidak mungkin dilepaskan dari kegiatan membaca. Kedua

pernyataan menunjukkan hubungan sebab-akibat.

5. B Di samping objektif dan bertahap, keterampilan membaca itu

bersifat tergeneralisasikan. Keterampilan dasar dalam membaca

dapat digeneralisasikan sehingga anak yang telah dapat menguasai

keterampilan tersebut dituntut untuk dapat menarapkannya kapan

saja dan dimana saja jika situasi dan kondisi menghendakinya

penggeneralisaian itu.

Kedua pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya tidak

menunjukkan hubungan sebab-akibat.

6. B Pada awalnya membaca itu merupakan proses sensoris.

Proses sensoris bukan merupakan proses memberi makna terhadap

kata-kata yang dibaca akan tetapi proses melihat.

Pernyataan pertama benar sedangkan pernyataan kedua salah.

7. A Membaca merupakan prosese interaksi antara penulis dan

pembaca dan bersifat tidak langsung.

8. B Kesiapan membaca itu dimulai dari, melihat bagi yang

normal dan meraba bagi yang buta.

9. D Sebagai guru kita harus yakin bahwa keterampilan membaca

itu harus diajarkan kepada para siswa dan bukanlah bawaan alami

serta tidak terjadi dengan sendirinya.

10. D Persepsi seorang anak dalam membaca berpengaruh dan

dipengaruhi oleh factor-faktor kebudayaan dan pengalaman, emosi

dan kematangan, serta kepribadian atau watak.

Tes Formatif 2

1. B Kaum behavioristik beranggapan bahwa factor yang sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca seaseorang adalah factor-

faktor yang bersifat ekstrinsik.

2. A Penjelasan sam dengan nomor

3. D Faktor sosial ekonomi termasuk kedalam komponen kesiapan

membaca (reading readness).

Page 52: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

4. A Yap mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang itu

diibaratkan seperti, kemampuan seorang penerbang: semakin banyak

terbangnya maka akan semakin piawailah kemampuan terbangnya.Untuk

memperkuat pendapatnya itu Yap mengemukakan hasil penelitiannya

bahwa hamper 65% kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh

kuantitas membacanya.

5. B Burmeinster serta beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa

kemampuan membaca seseorang itu ditentukan oleh intelegensinya (IQ).

Harris juga mengatakan bahwa IQ yang dimiliki seseorang memang sangat

besar pengaruhnya dalam menentukan kemampuan membaca seseorang,

namun IQ bukanlah segalanya.Ia hanyalah merupakan salah satu dari

sekian banyak factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar

membaca. Kedua pernyataan tersebut benar namun tidaksaling

menunjukkan hubungan sebab-akibat.

6. A Status sosial ekonomi seseorang berkorelasi dengan

kemampuan membaca seseorang

7. A Beberapa faktor lain yang juga merupakan faktor penyebab

rendahnya kemampuan membaca bangsa kita antara lain,

pertama, tradisi kelisanan (orality) masih menjadi semacam

penyumbat dalam kantong memori linguistik masyarakat kita,

kedua, akibat sistem persekolahan kita yang kurang memberikan

peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy)

atau tradisi membaca kepada para peserta didik.

8. C Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan

membaca dibagi menjadi dua katagori, yakni unsur-unsur yang

berasal dari dalam teks bacaan (keterbacaan dan organisasi

teks), kedua unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca

(fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain).

9. D Salah satu penyebab kesulitan memahami bacaan antara lain

berakar pada kebiasaan baca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan

Page 53: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

dimaksud meliputi (1) terlalu banyak memperhatikan butir demi

butir informasi sehingga gagal memberi makna pada teks, (2)

kurang memberi perhatian kepada detail, sehingga meskipun maksud

umum bacaan tertangkap secara utuh namun gagal dalam

memahami butir-butir tertentu, (3) terlalu imajinatif, terutama

bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang

dibicarakan dalam bahan bacaan atau mempunyai pendapat yang

kuat tentang topik tersebut, (4) kalimat-kalimat yang

tersaji di dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi,

(5) gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan

dengan ungkapan-ungkapan dan kata- kata yang fundamen (6)

gaya pengungkapan pokok pikiran penting yang tidak

langsung sehingga mengharuskan pem baca mengambil

inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersurat dalam

bacaan, (7) penggunaan kosakata yang tidak akrab dengan

pembaca.

10. D Guru sebaiknya berpihak kepada kaum prosedural sebab dengan

demikian mereka akan dapat bersikap arif dan bijaksana dalam

melihat keberbagian kemampuan yang dimiliki oleh para siswa serta

dapat melakukan penilaian yang objektif kepada para siswa.

Dengan perkataan lain dapat mendudukan posisi anak secara

proporsional.

Tes Forrnatif 3

1. A Lamanya seorang pembaca melakukan aktivitas membaca dalam

setiap harinya sangat bergantung pada tuntutan kebutuhan orang

tersebut (profesi yang mereka sandang) serta kecepatan

membaca yang dimilikinya.

Page 54: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

2. B Menurut penelitian banyaknya volume bacaan yang harus dilahap

oleh seorang mahasiswa pada setiap minggunya harus mencapai

850.000 kata.

3. D Menurut penelitian Edward Kimman (1984) aktivitas membaca

masyarakat Indonesia beserta jenis bacaan yang mereka lahap

secara garis besar dapat dipilah ke dalam empat katagori.

Pertama, kelompok orang yang hanya sekali-kali saja melakukan

aktivitas membaca. Artinya kelompok orang tersebut hanya akan

melakukan aktivitas membaca kala ada tuntutan harus membaca,

seperti kala menerima surat misalnya. Karena frekuensinya tidak

pasti maka menurut Kimman jenis bacaan yang mereka baca pun

menjadi sulit diidentifikasi. Jumlah masyarakat kita yang

termasuk kelompok ini diperkirakan meliputi sepertiga dan

komunitas bangsa Indonesia.

4. B Menurut para pakar psikologi perkembangan penciptaan minat

baca harus diupayakan sejak kecil dan harus dimulai dari

lingkungan rumah atau keluarga. Mereka juga menyatakan

bahwa penanaman aneka kebiasaan pada masa anak-anak akan

sangat besar pengaruhnya pada masa-masa selanjutnya. Kedua

pernyataan tersebut benar akan tetapi keduanya.tidak saling

menunjukkan sebab akibat.

5. A Menurut Donna Norton (1989), seorang pakar membaca dari

Universitas Texas mengatakan sesungguhnya merupakan sebuah

persepsi yang salah jika banyak orang tua yang mengatakan bahwa

anak-anak itu tidak memiliki kesenangan membaca buku. Menurut

hasil-hasil penelitian yang ia lakukan, dia berkesimpulan bahwa

pada dasarnya semua anak senang melakukannya. Hanya saja

syaratnya pihak orang tua harus mau menyediakan buku-buku

bacaan yang memang cocok dengan kondisi mereka, baik dari segi

isi maupun bahasanya. Oleh karena itu menurutnya untuk

Page 55: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak salah satu

caranya sediakan saja bacaan yang mereka sukai, pasti anak-anak

dengan penuh suka cita akan melakukannya. Donna N. Norton

mengatakan bahwa adalah sebuah persepsi yang salah jika banyak

orang tua yang menganggap seolah-olah anak-anak itu tidak

memiliki kesenangan membaca buku. Dengan perkataan lain

membaca harus dapat menyenangkan dan rnenggembirakan anak-

anak.

6. B Mendongeng sangat baik sebagai alat untuk menumbuhkan minat

baca anak Dongeng juga merupakan cerita untuk

rnengembangkan daya imajinasi anak-anak. Tapi kedua pernyataan

tersebut tidak saling menunjukkan hubungan sebab akibat.

7. C Salah satu bentuk pelibatan anak-anak dengan kegiatan membaca

di lingkungan rumah antara lain dengan mengajak mereka saat

anggota keluarga Iainnya tengah melakukan membaca serta

janganlah mereka dihardik saat mereka ikut serta membaca

bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.

8. D Bentuk-bentuk pemberantasan kegiatan pembajakan buku,

mendirikan perpustakaan di daerah-daerah terpencil serta

pencanangan program KMD (koran masuk desa) merupakan

bentuk-bentuk dukungan pemerintah dalam mengupayakan

penumbuhan minat baca masyarakat.

9. C Mahasiswa dan Pelajar SLTA oleh Edward Kimman digolongkan

sebagai kelompok orang yang melakukan aktivitas membaca karena

didorong oleh kebutuhan ingin mendapatkan informasi. Jenis

bacaan mereka terutama surat kabar, majalah berita, jurnal

berkala serta buku-buku ilmu pengetahuan (khususnya buku-buku

teks atau buku pelajaran). Jumlah kelompok ini menurut Kimman

diperkirakan sekitar 15% dan komunitas bangsa kita.

Page 56: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

10. D Kebutuhan terhadap informasi, kesenangan atau hobi membaca,

serta pengaruh budaya keluarga termasuk faktor-faktor yang

turut mempengaruhi minat baca seseorang.

Page 57: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

DAFTARPUSTAKA

Bwialster L.E. (1978), Reading Strategies for Middler and Secondary School, California: Addison-Wesley Publishing Company.

Eddie William, (1984), Reading in the Language Classroom, London: Macmillam Publishing Ltd.

Harris, L. Theodore (et.al) (ed): 1983, Dictionary of Reading and Related Term, London: International Reading Asociation.

Tarigan, H.G.: 1986, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa.

Smith, Frank, 1987 Understanding Reading: a Psikolinguistic Analysis of Reading and Learning to Read, London: Lawrence Erlbaum Asociates Publisher.

Smith, Carl B. (et all), Teaching Reading in Secondary School Content Subject: Bookthinking Process, NewYork: Holt, Rinehart and Wiston.

Nurhadi, 1987, Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan), Bandung: penerbit CV. Sinar Baru.

Harjasujana, A. (dkk.), 1988, Materi Pokok Membaca, Jakarta: Universitas Terbuka

Harjasujana, A, 1988, Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung).

Tampubolon D.P, 1989, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa.

Page 58: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Mulyati, Yeti, 1994, Model Pelatihan dalam Bimbingan Membaca Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Bacaan, Tesis Pascasarjana IKIP Bandung.

Widyamartaya A., 1992, Seni Membaca Untuk Studi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Olson, R. David (et.al) (ed.), 1983, Literacy, Language, and Learning, London: Cambridge University.

Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca, 1987, Content Area Reading, Boston: Scott, Foresman and Company.

Burnes Don and Glenda Page (ed.), 1985, Insight and Strategies for Teaching Reading, Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group.

Harras K.A, 1993, Mengembangkan Bahasa Anak-anak Melalui Bacaan Sastra dalam Sastra dan Perkembangan Insani Anak-anak (H.G. Tarigan dan Kholid A. Harras ed), Bandung: Penerbit Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni.

Harras K.A, 1995, Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995.

Hafni, 1981, Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

Norton, Donna, 1988, Through the Eyes of a Child: An

Introduction to Children Literature, Colombus, Toronto:

Charles E. Merril Publishing Company.

Rosidi, Ajip, 1973, Pembinaan Minat Baca, Apresiasi, dan Penelitian Sastra, Jakarta: Panitia Tahun Buku Internasional.

Page 59: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed), 1989, Membaca dalarn Kehidupan, Bandung: Angkasa.

ANEKA JENIS MEMBACA

Drs. Kkolid A. Harras

Pendahuluan

Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar

pijakan dalam melakukan pembagian atau penggolongan jenis-jenis

membaca tersebut tentunya bermacam-macam. Ditinjau dan terdengar

tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi

membaca menjadi dua jenis, yakni membaca dalam hati (silent reading),

serta membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud

reading). Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibacanya,

membaca dapat kita golongkan ke dalam membaca ekstensif (extensive

reading) dan membaca intensif (intensive). Dilihat dari tingkatan

kedalamannya atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam tiga

jenis, yakni membaca literal (literary reading), membaca kritis (critical

reading). dan membaca kreatif (creati reading).

Lewat modul 2 ini, kita akan mencoba mengulas aneka jenis

teknik membaca sebagaimana disebutkan di atas, baik menyangkut

pengertian maupun aspek-aspek yang terlibat di dalamnya. Dengan

demikian setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat

memiliki pengetahuan dan wawasan seputar jenis-jenis teknik membaca

ini. Secara lebih rinci setelah mempelajari ini, Anda diharapkan dapat:

1. menjelaskan pengertian membaca nyaring dan membaca dalam

hati;

Page 60: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

2. menjelaskan pengertian dan jenis-jenis teknik membaca ekstensif

dan intensif;

3. menjelaskan pengertian membaca literal, kritis dan kreatif.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajari

modul ini Anda disarankan untuk memulai membaca setiap konsep,

denfisi, uraian, dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap

kegiatan belajar. Jika Anda menemukan kesulitan berupa kata atau

istilah-istilah silakan anda buka bagian glosarium.

Setalah Anda memahami bagian tersebut kerjakanlah bagian

latihan dengan sungguh-sungguh. Usahakan tidak melihat rambu-rambu

jawaban terlebih dahulu sebelum anda mengerjakan seluruh bagian

latihan tersebut. Jika Anda belum berhasil menjawab dengan benar

semua soal latihan, perhatikan baik-baik sekali lagi petunjuk jawaban

latihan. Jika Anda menganggap perlu, silakan baca kembali konsep,

uraian, dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan ini. Akan tetapi,

jika Anda telah berhasil menjawab sebagian besar soal latihan tersebut

silakan Anda lanjutkan untuk mulai mengerjakan tes formatif

Dalam mengerjakan tes formatif sebaiknya Anda jawab dahulu semua

soal yang ada, baru kemudian, Anda mencocokkannya dengan kunci

jawabannya. Sebelum Auth beralih ada kegiatan belajar selanjutnya,

Anda harus „akiu bahwa Anda telah berhasil memahami seluruh isi

kegiatan belajar yang sudah dipelajari serta seluruh latihan-latihanuya.

Yang perlu Anda catat, bahwa model soal-soal tes formatif yang terdapat

dalam setiap kegiatan belajar akan saina dengan model soal-soal yang

terdapat pada ujian akhir semester (UAS) mata kuhah mu Dengan

demikian, bila Anda sudah terbiasa mengerjakan tes formatif yang

terdapat dalam kegiatan belajar dengan sebauk-baaknya maka Auth.

akan mempunyai modal yang cukup besar saat menghadapi UAS nanti.

Selamatbelajar‟

Page 61: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

GLOSARIUM

oral reading = kegiatan membaca nyaring atau membaca bersuara

silent reading = kegiatan membaca dalam hati atau membaca

senyap

ingatan visual = ingatan yang diperoleh melalui penglihatan

yang kemudian diendapkan di dalam otak kita.

iformasi non-visual = informasi yang telah dimiliki oleh seseorang

sebelumnya. Informasi ini memegang peranan yang

sangat penting dalam proses membaca karena

dapat memprediksi suatu bahan bacaan sehingga

mendapatkan suatu pemahaman.

skimming = kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta

bertujuan.

Page 62: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

1

Membaca Nyaring dan

Membaca Dalam Hati

Ditinjau dari terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu

membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis, yakni

membaca dalan hati (silent reading), serta membaca nyaring atau

membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Untuk memberikan

pemahaman yang luas kepada Anda ihwal kedua jenis membaca ini, mari

ikuti penjelasan berikut.

A. Membaca Nyaring

Selama ini banyak orang memberikan pengertian ihwal membaca

nyaring ini secara sederhana sekali, yakni kegiatan membaca dengan

mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi

bahasa dengan suara yang cukup keras. Akibat pengertian seperti itu,

membaca nyaring dianggap sebagai kegiatan membaca yang sangat

mudah dan siapa pun seolah-olah dapat melakukannya.

Page 63: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Pada tataran yang paling rendah, misalnya padá anak-anak SD

kelas I yang baru belajar membaca tentu saja pengertian semacam itu

tidaklah salah. Hanya dalam tataran yang lebih tinggi, misalnya pada

anak-anak sudah mulai lancar membaca, pengertian membaca nyaring

pada dasarnya bukanlah kegiatan membaca untuk kepentingan diri

sendiri, tetapi membaca untuk kepentingan orang lain (pendengar).

Membaca nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan

(dengan nyaring) kepada orang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam

Dictionary of Reading (193:221): oral reading is the process of reading

aloud to communicate to another to anaudience.

Karena tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan maka si

pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara

nyaring lambang- lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut

harus mampu melakukan „proses pengolahan‟ agar pesan-pesan atau

muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa

tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang yang

mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca

nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah Menurut A. Gates (1974)

dalam Dictionary of Reading (1983:221) dikatakan bahwasanya

membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati:

oral reading is much more difficult procces than silent reading.

Kesulitan proses membaca nyaring ini juga dapat dilihat dari

tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut bereaktivitas. Dalam

membaca dalam hati, kita hanya menggunakan ingatan visual (visual

memory). Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau

penglihatan dan ingatan), sedangkan dalam membaca nyaring selain

penglihatan dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran (auditory

memory) dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot kita (motor

memory), seperti alat-alat ucap kita. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan keterampilan membaca jenis ini sangat mutlak diperlukan

Page 64: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

àdanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah

asuhan guru-guru yang profesional.

Karena tujuan akhir yang diharapkan dari membaca nyaring adalah

kefasihan (fluency): mampu mempergunakan ucapan yang tepat,

membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata,. membaca dengan tidak

terus menerus melihat pada bahan bacaaan, membaca dengan

menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas, maka hal-hal yang

perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring secara umum antara

lain:

a) harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan

bacaan;

b) harus mempelajari keterampilan menafsirkan lambang-lambang

tertulis, seperti tanda pungtuasi serta tanda-tanda baca lainnya,

misalnya tanda titik, koma, tanya, seru, dan sejenisnya agar dirinya

dapat menyusun kata-kata dengan intonasi yang sesuai dengan

maksud si penulis serta ucapan-ucapan yang disampaikannya terasa

hidup;

c) harus memiliki kecepatan penglihatan mata yang tinggi serta

pandangan mata yang jauh, karena dia harus melihat pada bacaan

untuk memelihara kontak dengan para pendengar;

d) harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar

jelas maknanya bagi para pendengar.

Selain keempat hal tersebut, untuk mendapat kefasihan dalam

membaca nyaring maka seorang pembaca dituntut untuk memiliki

tingkat kepercayaan diri (self confidence) yang baik. Masalah

kepercayaan diri ini merupakan hal yang penting untuk dicermati dalam

membaca nyaring karena seperti yang telah dijelaskan bahwa pada

hakekatnya kegiatan membaca nyaring ini diperuntukkan bagi orang lain

(pendengar). Dengan demikian sang pembaca, baik langsung maupun

Page 65: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

tidak langsung saat dia melakukan kegiatan membaca harus berhadapan

dengan orang lain (pendengarnya). Kalau tingkat kepercayaan dirinya

rapuh maka boleh jadi saat dia melakukan kegiatan membaca nyaring,

dirinya akan banyak mendapatkan kesulitan, seperti dilanda rasa gugup.

Menurut H.G. Tarigan (1986:26) untuk membantu para pendengar

menangkap serta memahami maksud sang pengarang, maka pembaca

nyaring haruslah menggunakan berbagai cara, angara lain :

a) menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas;

b) menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya;

c) merencanakan kesatuan ide pikiran di dalam satuan kalimat;

d) menjaga suaranya agar senantiasa nyaring dan jelas;

e) menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan ekspresi yang baik

dan tepat.

Selanjutnya, H .G. Tarigan juga menjelaskan bahwasannya

keterampilan keterampilan membaca nyaring akan berkembang secara

wajar dan alamiah dalam membaca teks drama. Oleh karena itu,

menurutnya dalam pengajaran membaca nyaring para guru dapat

menggunakan teks-teks drama sebagai bahannya, selain teks jenis narasi

lainnya. Dalam pengajaran bahasa asing kegiatan membaca nyaring

sangat cocok untuk melatih keterampilan ucapan (pronounciation)

daripada pemahaman (comprehension).

Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975), H.G. Taringan

(1986:24-25) menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam

membaca nyaring, yaitu:

Kelas I

a. mempergunakan ucapan yang tepat,

Page 66: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

b. mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata),

c. mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah

dipahami,

d. menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti tanda titik, koma,

tanya, atau seru,

e. memiliki sikap yang baik dalam merawat buku.

Kelas II

a. membaca dengan terang dan jelas,

b. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi,

c. membaca tanpa tertegun-tegun atau terbata-bata.

Kelas III

a. membaca dengan penuh perasaan dan ekspresi,

b. membaca dengan penuh pemahaman,

Kelas IV

a. memahami bahan bacaan pada tingkat dasar,

b. kecepatan mata dan saat membaca yakni 3 kata dalam satu detik.

KelasV

a. membaca dengan penuh pemahaman dan perasaan,

b. mulai dapat membaca nyaring tanpa harus terus-menerus melihat

pada teks.

Page 67: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Kelas VI

a. membaca nyaring dengan penuh perasaan. dan ekspresi,

b. mampu menggunakan. frasa dan susunan kata yang tepat,

c. membaca dengan penuh kepercayaan diri.

B. Membaca dalam hati

Dalam Dictionary of Reading (1983:296) disebut silint reading is

reading without saying aloud what is read. in silent reading one reads to

oneself not other. Jadi dalam membaca dalam hati atau membaca diam

memang tidak ada suara yang keluar. Sedangkan yang aktif bekerja

hanya mata dan otak atau kognisi kita saja.

Ihwal diamnya alat ucap ini saat melakukan kegiatan membaca

dalarn hati perlu dicermati oleh kita sebagai guru, sebab hingga saat ini

masih banyak anak anak saat mereka membaca dalam hati, tetapi pada

saat yang sama alat ucap mereká turut aktif. Misalnya, membaca sambil

bersuara seperti berbisik, atau dengan bibir bergerak-gerak, atau

membaca dengan kepala bergerak mengikuti baris bacaan, atau

membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata demi kata) dengan jari,

pensil atau alat lainnya. Hal-hal semacam itu secara perlahan harus

segera dihilangkan karena akan dapat menghambat kelancaran membaca

dalam hati.

Selain peristiwa di atas, kebiasaan yang juga dapat menghambat

dalam proses membaca dalam hati ialah kebiasaan melakukan regresi,

yakni kegiatan mengulang kembali bagian bacaan yang telah dilalui

karena merasa diri gagal mendapatkan pemahaman. Sebagaimana

disebutkan dalam Dictionary of Reading (1983:275) regression is

movement backwards; specially, a back word eye movement in reading

continous text.

Page 68: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Menurut Frank Smith (1986:156) sedikitnya ada 6 hal yang dapat

rnenyebabkan seseorang terjebak melakukan refresi sewaktu melakukan

kegiatan membaca,

antara lain:

a) akibat kurang memiliki kepercayaan diri,

b) sering tergoda melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan

cetak,

c) menemui kata-kata yang sulit,

d) terlalu terpaku pada detil,

e) terlalu cepat dalam melakukan penafsiran,

f) tidak konsentrasi dalam membaca.

Untuk mengatasi masalah regresi, yang paling panting ialah

dengan kepercayaan diri dan sikap yang benar saat melakukan aktivitas

membaca. Kita harus meyakini bahwasanya sebuah bacaan pada

hakekatnya memiliki suatu gagasan yang utuh. Hanya saja dalam hal

penyampaiannya gagasan-gagasan tersebut boleh jadi berceceran pada

sepanjang teks dan penataan urutannya tidak sistematis. Oleh karena

itu, saat sedang melakukan aktivitas membaca kemudian di tengah-

tengah menemukan hal-hal yang tidak kita pahami benar, harus terus

melanjutkan membacanya hingga usai. Mengapa demikian? Jawabannya

karena boleh jadi bagian yang belum kita mengerti tersebut akan

mendapatkan penjelasannya pada bagian-bagian teks berikutnya. Jika

setelah selesai keseluruhan bacaan tersebut kita masih juga belum

memahaminya, baru mengulanginya (review) dari awal lagi.

Dengan mengutip pendapat Barbe & Abbot (1975) H.G. Taringan

(1986:37-38) menyebutkan aneka keterampilan yang dituntut dalam

membaca dalam hati, yakni:

Page 69: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Kelas I

a. membaca tanpa bersuara, tanpa menggerak-gerakan bibir, tanpa

berbisik

b. membaca tanpa gerakan kepala.

Kelas II

a. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala,

b. membaca lebih cepat dalam hati ketimbang dengan bersuara.

Kelas III

a. membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari dan tanpa

gerakan bibir,

b. mernahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau di dalam

hati saja,

c lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca nyaring.

Kelas IV

a. mengerti serta memahamit bahan bacaan pada tingkat dasar,

b. kecepatan mata dalam membaca berkisar 3 kata perdetik.

Kelas V

1. membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk

dengan Jari,

2. membaca dengan pemahaman yang baik,

Page 70: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

3. menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu dengan penuh

senang hati.

Kelas VI

1. membaca tanpa gerakan bibir, tanpa komat-kamit,

2. dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran

yang terdapat bahan bacaan,

3. dapat membaca 180 kata dalam satu menit pada bacaan fiksi

tingkat dasar.

Latihan

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian

kedua jenis membaca ini jawablah pertanyaan latihan berikut ini!

1. Mengapa pada tahap yang lebih tinggi membaca nyaring dianggap

sebagai kegiatan membaca yang cukup sulit dibandingkan dengan

kegiatan membaca dalam hati?

2. Sebutkan. beberapa kebiasaan buruk yang dapat mengharnbat

kelancaran membaca nyaring!

Pelunjuk Jawaban Lalihan

Jika Anda telah selesai, periksalah latihan Anda dengan

memperhatikan rambu-rambu berikut ini!

1. Pertama, tujuan utamanya pengkomunikasian isi bacaan. Oleh

karena itu, si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu

melafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa

Page 71: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan „proses

pengolahan‟ agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung

dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan

secara jelas dan tepat oleh orang yang mendengarnya. Kedua,

dilihat dari tingkat keterlibatan organ-organ tubuh yang turut

beraktivitas, dalam membaca dalam hati kita hanya menggunakan

ingatan visual (visual memory) dan yang aktif hanya mata dan

ingatan saja, sedangkan dalam membaca nyaring selain penglihatan

dan ingatan turut juga aktif ingatan pendengaran (auditory

memory) dan ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot kita

(motor memory), seperti alat-alat ucap kita. Ketiga tujuan akhir

dari membaca nyaring adalah kefasihan (fluency).

2) Membaca sambil bersuara seperti berbisik, atau dengan bibir

bergerak-gerak, atau membaca dengan kepala bergerak mengikuti

baris bacaan, atau membaca dengan menunjuk baris bacaan (kata

demi kata) dengan jari, pensil atau alat lainnya, serta melakukan

regresi.

Rangkuman

Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu

membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni

membaca dalam hati (silent reading), serta membaca nyaring atau

membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Pada tataran yang

paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas

melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup

keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring

merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada

orang lain (pendengar).

Page 72: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa

mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau

kognisi saja. Untuk menanarnkan kemahiran kedua jenis membaca ini

diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh

di bawah asuhan guru-guru profesional.

Tes Formatif 1

Petunjuk: Untuk soal-soal nomor 1-3 pilihlah satu jawaban yang paling

tepat! (A,B, C, atau D).

1. Salah satu alasan membaca nyaring pada tingkat yang lebih tinggi

dinilai lebih sulit dibandingkan membaca dalam hati ialah ....

A. Membaca nyaring lebih banyak melibatkan visual memory

sedangkan membaca dalam hati tidak melibatkan visual memory

B. Membaca nyaring lebih banyak mengeluarkan suara sedangkan

membaca dalam hati tidak

C. Membaca nyaring dituntut mampu melakukan proses pengolahan

makna agar dapat ditangkap maksudnya sedangkan membaca

dalam hati tidak

D. Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca untuk

kepentingan orang lain sedangkan membaca dalam hati untuk

kepentingan diri sendiri

2. Alat utama yang paling berperan dalam proses membaca dalam hati

yaitu….

A. mata dan kognisi

B. mata dan ingatan

C. mata dan memory visual

Page 73: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

D. mata dan hati

3. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami

maksud sang pengarang, maka seorang pembaca nyaring haruslah

menggunakan berbagai cara, antara lain….

A. menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang

jelas

B. menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide berikutnya

C. merencanakan kesatuan ide, pikiran di dalam satuan kalimat.

D. sernuanya benar

Petunjuk: Untuk soal nomor 4-6, pilihlah

A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya

menunjukkan hubungan sebab akibat.

B. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya

tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.

C. Jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah

alasan benar

D. Jika pernyataan dan alasan salah.

4. Pembaca dalarn hati yang baik saat melakukan kegiatan membaca

dirinya tidak menggerak-gerakkan bibir atau menunjuk teks bacaan

dengan menggunakan jari atau alat tunjuk lainnya

sebab

Hal itu akan dapat merusak pemahaman terhadap bacaan yang

tengah dibacanya

5. Salah satu tujuan membaca nyaring adalah kefasihan

sebab

Page 74: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

Membaca nyaring pada hakekatnya merupakan kegiatan membaca

untuk kepentingan orang lain.

6. Salah satu sebab terjadinya regresi atau pengulangan kembali

terhadap bagian-bagian yang telah dibaca dalam membaca dalam

hati yakni akibat pembaca kurang memiliki harga diri.

sebab

Harga diri merupakan hal yang harus dimiliki oleh seorang pembaca

nyaring.

Petunjuk: Untuk soal nomor 7-10 pilihlah:

A. Jika (1) dan (2) benar

B. Jika (1) dan (3)benar

C. Jika (2) dan (3) benar

D. Jika (1), (2), dan (3) benar

7. Tuntutan kemampuan membaca dalam hati untuk anak SD Kelas V

menurut Barbe dan Abbot antara lain:

(1) membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau

menunjuk- nunjuk dengan jari

(2) membaca dengan pemahaman yang baik

(3) dapat membaca dengan kecepatan 180 kata dalam satu menit

pada bacaan fiksi tingkat dasar

8) Tuntutan kemampuan membaca nyaring untuk anak SD kelas VI

menurut

Barbe dan Abbot antara lain….

(1) membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi

(2) membaca nyaring dengan penuh kesungguhan

Page 75: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

(3) mampu menggunakan frasa dan susunan kata yang tepat

9. Contoh aplikasi membaca nyaring tingkat lanjut misalnya….

(1) membaca berita di TV

(2) membaca puisi

(3) membaca koran

10. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pembaca nyaring

secara umum antar lain….

(1) harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung

dalam bahan bacaan

(2) harus mempelajari keterampilan-keterampilan menafsirkan

atas lambang lambang tertulis, seperti tanda pungtuasi serta

tanda-tanda baca lainnya

(3) harus dapat mengelompokkan kata-kata dengan baik dan

tepat agar jelas rnaknanya bagi dirinya

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1

yang terdapat di bagian akhir Modul ini. Hitunglah jawaban Anda yang

benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat

penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus:

Jumlah jawaban yang Anda benar

Tingkat penguasaan = ---------------------------------------- x 100%

10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

Page 76: HAKEKAT MEMBACA - file.upi.edufile.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/... · uraian dan contoh yang terdapat pada bagian awal setiap kegiatan belajar

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = balk

70% - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus!

Anda cukup memahami kegiatan belajar 1. Anda dapat meneruskan

dengan Kegiatan Belajar 2. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di

bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian

yang belum Anda kuasai.