(penilaian makna ilmiah naskah dan) strategi pemilihan...

42
(Penilaian Makna Ilmiah Naskah dan) Strategi Pemilihan Berkala Ilmiah buat Menerbitkannya PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DP2M DIKTI dan KOPERTIS VI, Semarang 27 30 September 2007 Mien A. Rifai Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia d.a.“Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor

Upload: dinhnhan

Post on 09-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

(Penilaian Makna Ilmiah Naskah dan)

Strategi Pemilihan Berkala Ilmiah

buat Menerbitkannya

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAHDP2M DIKTI dan KOPERTIS VI, Semarang 27 – 30 September 2007

Mien A. RifaiAkademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

d.a.“Herbarium Bogoriense” Puslit Nasional Biologi LIPI, Jalan Raya Juanda 22, Bogor

Menjadi tugas dan kewajiban mulia ilmuwan (scientists) dan pandit (scholars) yang berhasil menyelesaikan penelitian atau telaahan untuk menindaklanjuti keberjayaan tadi dengan jalan mengumumkan hasil, temuan, simpulan, serta implikasi lain kegiatan kecendekiaannya tersebut.

Untuk itu mereka biasanya menyiapkan tulisan ilmiah dan menerbitkannya secara terlaksana.

Karya tulis ilmiah diterbitkan dengan

tujuan

menyebarluaskan hasil kegiatan dan temuan penelitian atau telaahan

menyumbang pengayaan khazanah pengetahuan

memajukan frontir ilmu dan teknologi

meningkatkan harkat penulis (derajat, prestise, kehormatan, pengakuan, promosi)

mengangkat reputasi lembaga (peringkat, status, ketersohoran)

mendapatkan kepuasan pribadi

memerbaiki daya saing bangsa

Produktivitas Pelbagai Bangsa

dibandingkan dengan Jumlah Publikasi dan Sitasi

1997–2001

Negara Jumlah Jumlah GDP per kapita

Publikasi Sitasi (US $)

India 77.201 118.481 487

Cina 115.339 341.519 989

Jerman 318.286 2.199.617 24.051

Jepang 336.858 1.852.271 31.407

USA 1.265.808 10.850.549 36.006

Bagaimana dengan Indonesia?

Suatu survai oleh Scientific American di tahun 1994 menunjukkan bahwa kontribusi ilmuwan Indonesia pada khasanah pengembangan dunia ilmu setiap tahunnya hanyalah sekitar 0.012%, yang jauh berada di bawah Singapura yang berjumlah 0.179%, apalagi kalau dibandingkan dengan USA yang besarnya lebih dari 20%.

Oleh beberapa pengamat barat, jerih payah upaya ilmuwan Indonesia untuk ikut berkontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmiah dunia diistilahkan lost science in the third world. Pernyataan bernada sumbang ini terutama disebabkan karena hasil yang disumbangkan mereka tidak sampai ke hadapan mitra bestari sesama ilmuwannya yang sebidang, hanyakarena diterbitkan dalam publikasi yang berjangkauan terbatas.

Penilikan lebih cermat memang menunjukkan bahwa publikasi (khususnya berkala ilmiah) Indonesia secara umum

diterbitkan dengan tiras yang terbatas (kebanyakan hanya 300 eksemplar)

memiliki sirkulasi persebaran sempit secara lokal

tidak dilanggan oleh perpustakaan utama/pusat kegiatan ilmiah nasional

hanya menggunakan bahasa Indonesia (baru belakangan berabstrak Inggris)

tidak dijadikan komoditas dosen sebagai sumber bahan kuliah

diproduksi, dikelola, dan disunting tidak secara profesional

Sebagai akibatnya judul tulisan karya ilmuwan Indonesia pun tak tertampilkan dalam layanan cepat bibliografi, dan kata kuncinya tak terambil oleh penyedia pindaian internet. Dapatlah dimengerti jika ilmuwan Indonesia sudah dicap hanya merupakan jago kandang.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika belum ada berkala ilmiah Indonesia yang terdaftar dalam liputan Science Citation Index.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir memang menjadi tradisi mapan ilmuwan dan pandit dunia untuk menerbitkan artikel ilmiahnya dalam berkala bereputasi baik, karena isinya

dievaluasi secara anonim oleh mitra bestarinyasebelum diterbitkan

tersebar dan terakseskan secara luas dan terbuka

dibaca dan ditelaah oleh sesama ilmuwan dan pakar berkeahlian sejenis

Untuk dapat diterima dalam berkala bereputasi––dengan perkataan lain dianggap layak terbit oleh mitra bestari penelaahnya––mutlak perlu buat mengevaluasi seobjektifnya makna ilmiah hasil atau temuan sebelum mengajukan naskah yang sedang dipersiapkan untuk diterbitkan.

Tuntutan tinggi terhadap mutu yang diharapkan dari sumbangan ilmiah yang diajukan telah mengharuskan digunakannya • pendekatan canggih dan sudut pandang kritis, • metodologi pemecahan modern dan mutakhir, • perampatan dan penyimpulan tuntas yang menyeluruh.

Pengerahannya secara penuh menjamin bahwa simpulan yang dihasilkannya akan • sarat dengan temuan yang betul-betul baru untuk pengetahuan, ilmu, dan teknologi, • serba berkepioneran. Penjelajah terra incognita ilmu dan teknologi yang mampu bersaing, terutama karena tidak hanya mengulang kegiatan serupa melalui permutasi metode dan objek.

Oleh karena itu dalam menyiapkan naskah ilmiah, merupakan kebiasaan yang baik untuk menilik lagi langkah-langkah yang telah dilakukan dengan jalan mencermati apakah butir-butir berikut sudah terperhatikan:

terjagakah kemutakhiran peta state-of-the-art permasalahan yang ditangani?

terjaminkah keorisinalan sudut pandang dan pendekatan yang sudah dilakukan dalam memecahkan masalahnya?

unikkah perumusan masalah sehingga kegiatan penelitiannya menghasilkan simpulan yang pasti diminati para mitra bestari dan ilmuwan lain yang terkait?

cukup menukikkah kedalaman pendekatan dan ketepatan

metodologi yang sudah dipakai?

sudah maksimumkah pengerahan sarana dan infrasarana pendukung penelitiannya sehingga ketuntasan penggarapannya betul-betul optimum?

terpenuhikah persyaratan minimum untuk mencapai ketepatan, kecanggihan, dan kemutakhiran metodologi yang dipakai ?

terverifikasikah kesesuaian dan keterandalan informan, terterakah peralatan dan perlengkapan penelitian, tersediakah informasi perkembangan terakhir sehingga kesahihan data yang sudah terhimpun tidak menimbulkan keraguan atau kontroversi?

sudah dibaca dan terkuasaikah hasil dan simpulan peneliti-peneliti lain yang berkaitan sehingga penyimpulan dapat maksimum untuk menghasilkan perampatan melebar dan teori baru yang menyeluruh?

Jawaban positif terhadap semua butir di atas pasti ikut memberi corak keberjayaan kontribusi ilmiah yang akan diterbitkan, karena menjamin ketuntasan penggarapan yang sudah dilakukan. Kalau ada kekurangan yang bernada negatif, tindakan remedial apa yang masih bisa dilakukan untuk memerbaikinya?

Memang dianggap perlu mendapatkan jawaban positif terhadap semua pertanyaan tadi, karena banyaknya hambatan budaya lekat diri dalam •pola pikir, •formulasi perencanaan penelitian, •pendekatan pengolahan simpulan, dan •motivasi penerbitan hasilnya yang telah dilakukan ilmuwan dan pandit Indonesia, antara lain:

keterbatasan aspirasi segala kegiatan kecendekiaannya yang sering sangat melokal dan tidak menasional apalagi mengglobal

kesempitan sudut pandang dan pembatasan cakupan oleh judul kegiatan (yang sering terbawa menjadi juga judul karya ilmiahnya) yang mengungkung

kekurangberanian untuk menganalisis secara mendalam data dan informasi yang terkumpul selama penelitian

ketiadaan sintesis melebar terhadap hasil yang diperoleh dengan jalan membandingkannya dengan ‘mencakup’ hasil penelitian lain, meminjam dari waktu lain, memanfaatkan disiplin lain, menyadap dari budaya lain, ataupun mengacu pada pengalaman orang lain yang sudah ada dalam khasanah pustaka mutakhir

ketakutan dalam menyusun simpulan berakibatan dan berdampak meluas

kekerdilan buat melontarkan perampatan revolusioner yang memungkinkan tersusunnya suatu grand theory

Pengalihan: hasil kegiatan yang hanya merupakan pemindahan teknik produksi yang telah diketahui ke situasi dan lokasi lain untuk meluaskan pemanfaatan (umumya dalam industri), atau lebih peningkatan pemahaman dengan sedikit penyesuaian tetapi tanpa sumbangan bermakna dalam pemajuan ilmu dan teknologi.

Skripsi S1 minimum harus mencapai tingkat ini.

Pengevaluasian makna ilmiah yang mungkin akan disumbangkan dapat dipermudah dengan memahami ’posisi’ hasil penelitian atau telaahan yang baru dirampungkan dalam skema rentetan pencapaian ilmu dan teknologi, mulai dari pengalihan (transfer) teknologi, penyesuaian (adaptasi), pembaruan (inovasi), rekacipta (invensi), dan pengungkapan (discovery).

Penyesuaian: hasil kegiatan untuk menerapkan metode atau pendekatan kegunaan teknologi pada masalah lain atau objek, atau pelaksanaan penelitian dan telaahan yang sama dengan pendekatan dan metodologi berbeda, sehingga memberikan sumbangan yang melebarkan horizon ilmu dan teknologi walaupun tidak mendalam.

Tesis magister minimum harus didasarkan pada penelitian dan telaahan adaptif.

Pembaruan: hasil yang diperoleh dari penelitian atau telaahan yang direncanakan dengan baik terhadap permasalahan yang kompleks, atau menerapkan pemodifikasian metode dan pendekatan terhadap persoalan yang belum terpecahkan, sehingga simpulannya menyumbang secara nyata dalam pemajuan ilmu dan teknologi. Pembaruan yang dilakukan dalam kegiatan ini dapat menghasilkan paten.

Disertasi doktor harus menghasilkan hasil inovatif untuk memenuhi kebutuhan audiensi internasional.

Rekacipta: penelitian dan pengembangan sistematik atau telaahan mendalam yang secara sangat bermakna menelorkan temuan yang betul-betul baru untuk ilmu dan teknologi, atau menghasilkan/menciptakan produk bermanfaat yang sangat diinginkan, atau berjaya menjelaskan fenomena yang lama membingungkan dengan teori-teori baru. Kegiatan pengembangan teknologi yang bertemakan rekacipta umumnya menghasilkan paten.

Perekaciptaan fondasi cakar ayam, teori lempeng tektonik, pencetusan kondisi sebagai landasan pengelasifikasian jamur, pengembangan teknologi injeksi penisilin . . . merupakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang membuahkan rekacipta utama.

Pengungkapan: penelitian, telaahan, pengamatan yang menghasilkan temuan utama yang mampu menjelaskan hakikat alam, fenomena, dan konsep, yang sering diikuti grand theory yang secara sangat nyata mengubah pendapat umum secara global.

Di antara pengungkapan penting (yang layak mendapat hadiah Nobel) antara lain adalah temuan penisilin oleh Fleming, susunan DNA oleh Watson dan Crick, teori evolusi Darwin, teori relativitas yang dilancarkan Einstein.

Pengajian dan evaluasi makna temuan yang dihasilkan dapat pula dilakukan dengan jalan membandingkannya secara menyeluruh dengan hasil yang dibuat ilmuwan terkait lain yang baru saja diterbitkan. Perbandingan semacam itu akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan, serta makna kelebihan sumbangan yang akan disampaikan.

Untuk itu instrumen berikut dapat dipergunakan, dengan berpegangan pada tradisi ilmuwan yang merasa lebih baik untuk selalu ragu-ragu.

walaupun tidak sama benar, sudahkan hasil serupa pernah diterbitkan orang?

jika sudah, apa kesamaan dan apa pula perbedaannya?

apakah temuan yang dianggap orisinal betul-betul merupakan sesuatu yang baru?

bermaknakah nilai ilmiah keorisinalan yang baru diungkapkan itu?

apakah hasil yang diperoleh hanya mengisi rumpang kecil ketidaktahuan yang ada?

dengan perkataan lain, apakah hasil tadi hanya mengukuhkan pendapat yang ada sekalipun bukti yang disajikan terungkap dari pendekatan atau pandangan berbeda?

seberapa jauh simpulan yang dihasilkan merambah terra incognita ilmu?

apakah para ilmuwan terkait akan menghargai temuan yang dihasilkan?

siapa kira yang akan menantang simpulan dengan jalan melaksanakan penelitian atau telaahan baru?

akan banyakkah ilmuwan yang melakukan pengacuan langsung pada hasil, dan siapa saja yang secara tidak langsung akan diuntungkan dengan penerbitannya?

Sebagai pelaksana penelitian atau telaahan, Anda sendirilah yang tahu betul apakah kegiatan yang sudah diselesaikan diyakini secara pasti menghasilkan simpulan berupa keluaran (output) yang memiliki keunikan tinggi yang diminati orang banyak di pentas lokal, nasional, ataupun internasional, karena segala sesuatunya sangat orisinal serta memunyai akibatan (outcome), dan dampak (impact) luas dalam memajukan frontir ilmu dan teknologi.

Sesudah puas dengan hasil penilaian diri,

akan lebih baik lagi untuk memeroleh

pendapat objektif dari rekan sejawat dalam lingkungan kerja, yang dapat dilakukan melalui diskusi intensif secara informal

evaluasi wajar dari pembimbing penelitian atau atasan

saran masukan dalam presentasi terbatas dalam lingkungan lembaga

kritikan membangun terhadap makalah yang dibacakan dalam pertemuan ilmiah terbuka

Jika, dan hanya jika Anda sudah merasa yakin betul bahwa segala upaya maksimum telah terkerahkan untuk menyempurnakan simpulan yang dicapai hasil penelitian atau telaahan Anda, menjadi kewajiban Anda untuk segera memilih berkala ilmiah yang paling sesuai untuk tempat menerbitkannya.

Dalam memilih berkala ilmiah yang paling sesuai, sekali lagi kenali dulu kespesifikan hasil penelitian Anda sebaik-baiknya, untuk menentukan macam peminat yang bakal memanfaatkan data dan informasi yang diungkapkan. Untuk itu perlu disimak penempatan hasil penelitian Anda dalam kerangka bidang ilmunya yang paling tepat. Mulailah dengan mengelasifikasi ranting terkecil/terujung disiplin ilmunya untuk menentukan apakah pembaca yang dijadikan sasaran:

pakar super-super-spesialis

pakar super-spesialis

pakar spesialis

pakar biasa yang generalis?

Jangan kecil hati pada hasil identifikasi yang rendah, sebab mungkin sekali data dan informasi yang diungkapkan penelitian Anda bersifat

antardisiplin

transdisiplin

antarbidang

atau bahkan lintas sektor.

Kalau memang lintas sektor, tentukan sektor paling berpotensi terbanyak peminatnya

Sebagai seorang peneliti di bidang tersebut Anda tentu sudah banyak membaca publikasi hasil-hasil penelitian terkait, sehingga seharusnya akan mudah mengenal identitas para pakarnya yang merupakan tokoh spesialis, dan mengetahui pula secara tepat jati diri berkala paling sesuai yang menduduki relung peringkat kespesialisan ataupun kelintassektorannya.

Hati-hati: kelintassektoran bukan berarti pilihan harus dijatuhkan pada berkala yang bersifat bunga rampai. Perlu dicamkan bahwa ‘ekologi’ atau ‘etnobotani’ ataupun ‘bioteknologi’, apalagi ‘gender’, misalnya, berpendekatan antardisiplin tanpa mengurangi kespesialisan yang dituntut dunia modern, sehingga berkalanya pun sebenarnya memiliki derajat kespesialisan yang tinggi.

Di antara sejumlah berkala yang

teridentifikasi, pilihlah yang bersifat:

tertinggi derajat pengakuan orang padanya (terakreditasi vs tak terakrediasi)

terkuat pengaruhnya (bermakna vs tak terasa kehadirannya dalam kegiatan pemajuan bidang ilmunya)

terluas jangkauannya (bahasa internasional vs bahasa lokal) terlebar wawasannya (keglobalan vs kesetempatan liputan

geografi objeknya, dan asal penyumbang naskahnya) terbaik kepionerannya (melulu hasil penelitian vs banyak artikel

ulasannya) terbesar akibatan dan dampaknya (sering diacu vs tak pernah

disitir orang) terbanyak pembacanya (besar vs kecil jumlah tirasnya) tercepat pemrosesannya (panjang vs pendek antriannya) tersering frekuensi terbitnya (lama vs sebentar masa tunggunya) . . ..

Jika Anda berniat menerbitkan naskah Anda dalam berkala bertaraf internasional, perlu diketahui bahwa secara umum suatu berkala akan dikatakan beraspirasi internasional jika:

Ditulis dalam bahasa PBB sehingga memiliki cakupan pembaca yang luas.

Memuat artikel yang berisi sumbangan nyata bagi kemajuan suatu disiplin ilmu yang banyak diminati ilmuwan sedunia.

Penerbitannya dikelola secara terbuka sehingga melibatkan dewan penyunting dari berbagai penjuru dunia, atau paling tidak setiap artikelnya diolah oleh pakar-pakar internasional melalui sistem penelaahan oleh mitra bestari dunia secara anonim.

Penyumbang artikelnya berasal dari pelbagai negara yang lembaga-lembaganya memiliki pakar yang berspesialisasi dalam bidang kekhususan berkala.

Sejalan dengan itu persebaran berkalanya juga mendunia karena dilanggan oleh pelbagai lembaga dan pakar dari berbagai negara yang berminat pada disiplin ilmu termaksud.

Di kancah internasional, berkala ilmiah

berspesialisasi diterbitkan oleh

organisasi profesi ilmiah (seperti British Mycological Society, American Chemical Sosiety)

lembaga penerbit utama (seperti Elsevier, Cambridge University Press)

lembaga penelitian (seperti Royal Botanic Garden

Kew, Boyce Thomson Institute)

Sesudah pilihan pada sebuah berkala dijatuhkan,

lanjutkan dengan melakukan hal-hal berikut:

pelajari dua tiga nomor terbitan terakhirnya telaah dan pahami betul petunjuk pada

penulisnya (yang tebalnya dapat sampai 64 halaman!)

selidiki apakah berkalanya masih memunyai website khusus untuk tempat menambahkan perincian dan penjelasan persyaratan lebih lanjut tentang petunjuk pada penulis tersebut

selami seluk-beluk segala persyaratan yang dicantumkan dalam petunjuk pada penulis

baca dengan cermat tiga empat artikel di dalamnya sambil membandingkannya dengan petunjuk pada penulis tadi

Bila, dan hanya bila gaya dan format cara penulisan seperti diperinci dalam petunjuk pada penulis sudah dikuasai betul, baru seseorang dapat dianjurkan untuk mulai menulis naskahnya. Ketika menyusun naskah, selalu cermati:

ketentuan tentang judul, abstrak, kata kunci, baris kepemilikan

urutan penataan

pengaturan pembaban

penggunaan tanda baca

cara pengacuan pada pustaka

pemanfaatan catatan kaki atau catatan akhir

ilustrasi dan tabel serta grafik

penyusunan daftar pustaka

dan segala perincian kecil lain yang digariskan

Ingat! Semuanya mutlak harus diikuti sepenuhnya

Sesudah buram pertama naskah selesai ditulis, serahkanlah hasilnya––bersamapetunjuk pada penulisnya––pada dua atau tiga orang rekan sejawat di lingkungan kerja Anda untuk ditelaah. Berdasarkan perbaikan pada kesalahan yang ditemukan sendiri serta saran penyempurnaan yang diterima dari orang lain, baru dapat disiapkan naskah finalnya

Bacalah sekali lagi naskah final Anda sebelum

dikirimkan, dan kemudian yakinkan betul:

bentuk surat pengantar yang ditentukan berkala macam naskah yang harus disampaikan apakah hanya berupa printout copy lengkap atau cukup dengan manuscript MSWord/PDF file

saja atau berupa text/table/legend clones beserta

artwork/graphics (TIF, EPS) file atau semua ketiga-tiganya? berapa kopi naskah yang harus dikirim pengirimannya apa pada alamat yang mana

(penyunting penyelia, penyunting pelaksana), atau harus ke mitra bestari, atau bagaimana

Tidak perlu ditekankan lagi keharusan mutlak penulis naskah tunduk sepenuhnya pada semua ketentuan dalam petunjuk pada penulis jika naskah yang dipersiapkan ingin diterima pemuatannya dalam berkala termaksud.

Perlu dicatat bahwa penyimpangan kecil bisa membuat naskah secara otomatis ditolak komputer yang mungkin dioperasikan pengelola berkala untuk menyimak dan menyaring kesesuaian awal ‘fisik administratif’ naskah yang masuk.

Sesudah naskah dikirimkan, silakan beristirahat, tunggu balasan dan tanggapan dengan sabar, ... dan berdoalah.

Begitu diterima balasan dari editor, bereaksilah dengan segera (kalau korespondensi per pos biasanya diberi tenggang waktu kurang dari dua minggu, sedangkan kalau melalui e-mail harus dalam waktu dua hari atau 48 jam)

Para penyunting Indonesia rata-rata mengeluhkan kelambanan datangnya atau bahkan ketiadaan tanggapan penulis naskah!

Para pemerhati pola penerbitan ilmiah Indonesia umumnya risau menyaksikan perilaku penulis Indonesia yang ternyata sulit menyesuaikan diri dengan persyaratan teknis berkala, sehingga petunjuk pada penulis yang dituangkan menjadi kurang berfungsi.

Akan tetapi sering pula terlihat bahwa para penyunting berkala sendiri kurang kukuh menjaga ketentuan yang sudah tegas digariskannya tersebut.