gonore

16
TUGAS TERSTRUKTUR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR “GONORE” Disusun oleh : Wilda Intan Sari G1B012029 Muhammad Fahrian A.M G1B012031 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT 2014

Upload: wilda-intan-sari

Post on 28-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

epidemiologi penyakit menular

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“GONORE”

Disusun oleh :

Wilda Intan Sari G1B012029

Muhammad Fahrian A.M G1B012031

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2014

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak masyarakat tidak mengetahui apa itu kencing nanah atau

gonorhea. Sehingga sangat fatal bagi pasangan yang mau menikah. Minimnya

pendidikan tentang kesehatan merupakan salah satu penyebab masih banyaknya

permasalahan kesehatan.

Kelompok kesehatan masyarakat telah memberikan peringatan tentang

jumlah penderita infeksi penyakit menular (PMS) di Amerika Serikat yang telah

melebihi dari beberapa dekade sebelumnya. Laporan statistika terakhir oleh Pusat

Kendali dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebutkan bahwa sekitar 19 juta

infeksi Penyakit menular seksual yang baru, terjadi setiap tahun di negara

Amerika. Menurut Wienstock, sekitar 50% dari semua kasus infeksi penyakit

menular baru merupakan individu dengan kisaran umur 15-24 tahun

(Raychowdhury, 2008).

Gonorrea merupakan penyakit infeksi menular seksual yang menyerang

daerah atau jaringan epitel, dan umumnya terlihat sebagai radang servik,

urethritis, proktitis, dan konjungtivitis. Jika tidak diobati, infeksi pada daerah

tersebut dapat mengarah pada komplikasi lokal seperti radang endometrium,

salpingitis, abses tuboovarian, bartholinitis, peritonitis dan perihepatitis pada

wanita, periurethritis dan epididimitis pada pria, dan optalmia neonatorum pada

bayi baru lahir (Braunwald et al.2001).

BAB II

PERMASALAHAN

Kejadian gonorrhea telah menurun drastis di US, tapi masih ada sekitar

315.000 kasus baru yang dilaporkan tiap tahunnya. Gonorrhea merupakan sisa

masalah kesehatan masyarakat di dunia. Secara signifikan menyebabkan angka

kesakitan di negara berkembang dan mungkin berperan dalam peningkatan

transmisi/ penularan HIV (Braunwald et al.2001).

Jumlah kasus yang dilaporkan di US sebanyak 250.000 diawal tahun

1960’an, dan meningkat hingga 1,01 juta di tahun 1978. Puncak yang tercatat dari

kasus ini yaitu pada tahun 1975 dengan 468 kasus/100.000 populasi di US

(Braunwald et al.2001).

Prevalensi tertinggi terjadi pada masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi

rendah. Di beberapa negara maju, insidensi GC menurun selama dua dekade yang

lalu. Di Amerika Serikat, insidensi kasus yang dilaporkan telah menurun dari

puncak 468/100.000 pada tahun 1975 menjadi 122,5/100.000 pada tahun 1987. Di

Kanada insidensi penyakit ini menurun tajam dari 216,6/100.000 menjadi

18,6/100.000 pada tahun 1995 (Chin, James, 2000).

Menurut (Raychowdhury, 2008), pada tahun 2005 jumlah infeksi di

Amerika serikat dilaporkan mencapai 115,6/100.000 penduduk (Data surveilen

penyakit menular seksual 2005, CDC).sedangkan pada penderita gonore, kematian

jarang sekali terjadi kecuali pada penderita yang beresiko endokarditis (Chin,

James, 2000).

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Keluhan dan Gejala Penyakit

Uretritis akut merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi pada

infeksi gonokokus pada pria. Masa inkubasi setelah terpapar kuman adalah antara

2 sampai dengan 7 hari, walau bagaimanapun interval itu dapat lebih panjang dan

kadang-kadang pada beberapa orang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik).

Discharge uretra dan disuria, tanpa frekuensi atau urgensi, merupakan tanda yang

mencolok. Discharge awalnya sedikit dan tetapi akan menjadi banyak dan

purulenta dalam jangka waktu satu sampai dua hari (Braunwald et al.2001).

Gonore pada wanita merupakan suatu penyakit menular seksual yang

terbatas pada epitel columnair dan epitel transitional yang perjalanan penyakitnya

berbeda antara pria dan wanita, berbeda pada derajat beratnya penyakit dan

berbeda pada kemudahan mengenai gejala klinis penyakitnya (Chin, James,

2000).

Pada wanita infeksi diikuti dengan terjadinya servisitis mukopurulen

(MPC) yang seringkali asimptomatis, tetapi ada beberapa wanita mengeluarkan

discharge abnormal dari vagina dan disertai dengan perdarahan vagina setelah

bersenggama. Sekitar 20% dari mereka mengalami invasi uterin, sering terjadi

pada menstruasi pertama, kedua atau pada saat menstruasi berikutnya. Invasi

uterin ini ditandai dengan gejala endometritis, salpingitis atau peritonitis, didaerah

pelvis, dan disertai dengan risiko infertilitas dan terjadinya kehamilan ektopik

(Chin, James, 2000).

Konjungtivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dan jarang terjadi pada

orang dewasa, dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak mendapat pengobatan

yang adekuat. Septikemia dapat terjadi pada 0,5%-1% dari semua infeksi

gonokokal, selain itu infeksi gonokokus dapat menyebabkan arthritis, lesi kulit

dan jarang sekali endokarditis dan meningitis. Arthritis menyebabkan kerusakan

sendi yang menetap jika pengobatan dengan antibiotika yang tepat terlambat

diberikan (Chin, James, 2000).

Kebanyakan penderita yang simptomatik yang akan mendapatkan

perawatan akan berakhir dari menjadi agen infeksi. Penderita yang asimptomatik

dapat meningkatkan jumlah penderita gonokokus. Hal ini karena adanya kuman

yang terinkubasi dalam tubuh pria yang asimptomatik yang sebenarnya

merupakan sumber penyebaran infeksi. Dengan adanya antibiotic, gejala uretritis

dapat bertahan sampai 8 minggu (Braunwald et al.2001).

3.2. Pemeriksaan Penunjang diagnostik

Diagnosa infeksi gonococcus dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis

yaitu dengan pewarnaan gram terhadap discharge. Diagnosa dapat juga

ditegakkan dengan kultur menggunakan media selektif (yaitu media dengan

modifikasi Thayer Martin Agar), atau dengan tes yang dapat mendeteksi adanya

asam nukleat dari gonococcus. Ditemukannya diplococcus intraseluler gram

negative yang sangat khas pada preparat apus yang diambil dari discharge uretra

pria, dianggap sebagai diagnosa pasti infeksi gonococcus pada pria. Sedangkan

jika ditemukan pada preparat apus cervix wanita juga dianggap sebagai kriteria

diagnosa pada wanita (dengan spesifitas 90-97%) (Chin, James, 2000).

Kultur dengan menggunakan media selektif diikuti dengan identifikasi

presumptive, baik secara mikroskopis maupun dan tes biokemis, cukup sensitif

dan spesifik. Begitu juga tes asam nukleat juga cukup sensitif dan cukup spesifik.

Pada kasus-kasus pidana, spesimen harus dikultur dan isolat harus diberikan

dengan dua metode yang berbeda untuk memastikan N. Gonorrhaeae (Chin,

James, 2000).

3.3. Etiologi

Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria

gonorrhoeae. N.gonorrhoeae merupakan bakteri gram negatif, non motil tidak

membentuk spora dan organisme yang tumbuh dalam berpasangan (diplococci),

individunya terlihat seperti biji kopi dengan tepian sisi konkav(cekung) yang

terlihat dari pewarnaan gram (Braunwald, 2001).

Wanita dengan defisiensi komponen komplemen lebih rentan terjadi

bakteriemi. Oleh karena gonokokus hanya menyerang bentuk epitel columnair dan

epitel transitional (pada wanita masa pre pubertas dan post menopouse), maka

epitel vagina pada wanita dewasa resisten terhadap infeksi gonokokus (oleh

karena epitel vagina pada wanita dewasa berbentuk stratified squamous).

Sedangkan epitel vagina wanita usia pubertas berbentuk Columnair dan

Aransitional sehingga rentan terhadap infeksi gonokokus (Chin, James, 2000).

Gonore lebih sering ditularkan dari pria ke wanita daripada sebaliknya.

Tingkat transmisi pada wanita melalui hubungan seksual tanpa proteksi dengan

pria terinfeksi sebesar 40-60%. Gonore orofaring teradi pada 20% wanita yang

melakukan seks oral dengan partner yang terinfeksi. Transmisi melalui

cunnilingus jarang (Braunwald, 2001).

3.4. Cara Pencegahan

Berdasarkan American Journal of Epdimiologi, cara pencegahan yang

dapat dilakukan yaitu dengan merawat penderita yang positif terkena Gonore agar

tidak menularkan kuman ke orang lain, skrining dan penggunaan kondom saat

berhubungan seks dengan pasangannya. Skrining dilakukan untuk mendeteksi

adanya penderita dengan tanpa gejala, sedangkan penggunaan kondom bertujuan

untuk mencegahterjadinya infeksi (Kretzscmar, 1996).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghalau terjadinya penyakit Gonore

salah satunya yaitu dengan menggunakan kondom saat berhubungan seks, agar

dapat menghalangi infeksi N. gonorrhoeae yang menempel pada permukaan

mukosa alat kelamin. Mendeteksi adanya gonore pada pasangan penderita gonore

sangat pentingdilakukan untuk mencegah komplikasi yang semakin parah. Upaya

pencegahan juga dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan seperti konseling

pada pasien untuk merubah perilaku seksual (Braunwald, 2001).

Pasangan seksual dari penderita yang positif terinfeksi gonore juga harus

ikut melakukan pemeriksaan atau deteksi adanya infeksi N.gonorrheae pada

dirinya. Kontak seksual dengan penderita harus diperiksa, dites dan diobati jika

kontak seksual terakhir mereka dengan penderita dalam waktu 60 hari sebelum

muncul gejala atau sebelum diagnosa ditegakkan. Jika pasangan tersebut

berhubungan seksual pada 160 hari sebelum timbulnya gejala atau diagnosis,

maka pasangan dari penderita yang terinfeksi harus diobati. Penderita harus

menghindari hubungan seksual sampai terapi selesai dilakukan dan sampai

penderita tersebut benar-benar pulih(Newman, et all, 2007).

3.5. Cara Pengobatan

Mengingat dampak kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh penyakit

gonore, pemilihan terapi yang tepat sangatlah penting. Namun, pengobatan yang

dilakukan akan rumit karena kemampuan N.gonorrheae untuk mengembangkan

resistensinya terhadap terapi antimikroba. Untuk membantu dokter dan praktisi

kesehatan masyarakat dalam pemilihan obat untuk penyakit gonore, the Centers

for Disease Control and Prevention (CDC) melakukan penelitian dan

berkonsultasi dengan para ahli untuk menghasilkan pedoman pengobatan penyakit

gonore (Newman, et all, 2007).

Infeksi gocococcus tanpa komplikasi servik, rectum atau urethra pada

orang dewasa, pengobatan yang dianjurkan adalah cefixime 400 mg oral dalam

dosis tunggal, ceftriaxone 125 mg IM dalam dosis tunggal, ciprofloxacin 500 mg

oral dalam dosis tunggal atau ofloxacin 400 mg dosis tunggal. Penderita yang

dapat menerima cephalosporins dan quinolone boleh diobati dengan

spectinomycin 2 gm IM dalam dosis tunggal. Oleh karena tingginya kemungkinan

bahwa penderita yang terinfeksi dengan N. gonorrhoeae juga mendapat infeksi

genital dengan Chlamydia trachomatis, dianjurkan juga untuk diberikan

azithromycin 1 g PO dalam dosis tunggal atau doxycycline 100 mg PO 2 kali

sehari selama 7 hari sebagai tambahan rutin untuk pengobatan gonorrhoeae tanpa

komplikasi (Chin, James, 2000).

Pengobatan ini sekaligus juga akan mengobati sifilis dan dapat mencegah

timbulnya gonococcus yang resisten terhadap antimikroba. Infeksi gonococcus

pada faring lebih sulit diberantas dari pada infeksi pada urethra, servik atau

rectum. (Chin, James, 2000).

Timbulnya resitensi gonococcus terhadap antimikroba yang umum dipakai

disebabkan penyebaran luas dari plasmid yang membawa gen untuk resisten. Oleh

karena itu, banyak strain gonococcus resisten terhadap penicillin (PPNG),

tetracycline (TRNG) dan fluoroquinolon (QRNG). Resistensi terhadap

antimikroba generasi ketiga dan terhadap cephalosporin (cefriaxone dan cefimixe)

tidak pernah dilaporkan, dan resistensi terhadap spectinomycine jarang terjadi.

Yang terpenting untuk diperhatikan adalah resistensi terhadap fluoroquinolon

(yaitu ciprofloxacin dan ofloxacin) yang menjadi luas di Asia dan dilaporkan

sporadis di banyak tempat di dunia, termasuk Amerika Utara. Pada tahun 1997,

resistensi terhadap fluoroquinolones ditemukan kira-kira 0,1% dari isolat di

Amerika Serikat. Oleh karena itu, rejimen fluoroquinolones tetap dapat digunakan

untuk infeksi yang didapat di Amerika Serikat (Chin, James, 2000).

3.6. Rehabilitasi

Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita penyakit gonore

yaitu dengan melakukan pengobatan medis yang tepat hingga infeksi dapat

teratasi. Konseling pada penderita dan pasangannya mengenai pola hubungan seks

yang sehat diperlukan untuk mencegah meluasnya penularan infeksi N.

gonorrheae. Wanita penderita gonore dapat diberikan konseling mengenai

kesuburan mereka yang berpotensi menurun setelah terinfeksi penyakit ini

(Braunwald, et al, 2001).

3.7. Prognosis

Penderita penyakit gonore yang lebih awal terdeteksi dan telah dilakukan

penanganan serta pengobatan maka akan memberikan efek yang baik bagi diri

penderita berupa kesembuhan. Namun bila tidak tertangani dengan tepat infeksi

N.gonorrheae dapat memunculkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang

mungkin diderita pada penderita laki-laki antara yaitu Tysonitis, Parauretritis,

Radang kelanjar Littre (littritis), Infeksi pada kelenjar Cowper (Cowperitis),

Prostatitis akut, Vesikulitis, Vas deferntitis atau funikulitis, Epididimitis.

Sedangkan kompilkasi yang dapat dialami oleh penderita wanita antara lain:

Parauretritis, Kelenjar bartholin dan labium mayor, Salpingitis. Komplikasi lain

yang mungkin dialami oleh penderita yaitu orofaringitis, ophthalmia neonatorum

pada bayi baru lahir, lesi kulit, arthritis dan endokarditis bahkan meningitis

(jarang terjadi) (Braunwald, et al, 2001).

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gonorrea disebabkan

oleh N.gonorrheae dan termasuk infeksi menular seksual yang menyerang daerah

atau jaringan epitel, dan umumnya terlihat sebagai radang servik, urethritis,

proktitis, dan konjungtivitis. Gejala yang sering muncul pada pria yaitu uretritis,

dan kebanyakan asimptomatik pada wanita. Tes untuk menunjang diagnosis yang

dapat dilakukan yaitu dengan pewarnaan gram, kultur, serta deteksi adanya asam

nuklet gonokokus. N.gonorrheaemempunyai kemampuan untuk resisten terhadap

antibiotik beberapa obat yang dapat diberikan untuk penderita antara lain

spectinomycin, azithromycin dan doxicyclin.

Perilaku seksual yang aman seperti setia pada pasangannya ataupun

dengan pemakaian kondom hendaknya dilakukan agar infeksi gonore dapat

dicegah. Adanya skrining pada kelompok berisiko juga dapat dilakukan untuk

dapat mengetahui penderita asimptomatik yang berpeluang menularkan kuman

penyebab infeksi pada pasangan seksualnya.

Daftar Pustaka

Braunwald et al.2001. Principles of Internal Medicine 15th edition volume 1. The

McGraw-Hill Companies,Inc :United States of America.

Newman, Lori M, John S. Moran, and Kimberly A. Workowski. 2007. Update on

the Management of Gonorrhea in Adults in the United States. Management

of Gonorrhea in Adults. 44 (3) 84-101.

Kretzschmar, Mirjam, Yvonne T. H. P. van Duynhoven, and Anton J. Severijnen.

1996. Modeling Prevention Strategies for Gonorrhea and Chlamydia Using

Stochastic Network Simulations. Am J Epidemiol, 144 (3) 306-317.

Raychowdhury,Swati, Stuart H Tedders, Sarah K Jones. 2008. Impact of

Chlamydia & Gonorrhea in Georgia: An Urban/Rural Comparison (2000-

2004). Journal of the Georgia Public Health Association 1(1) 1-9.

Chin, James. 2000. Control of Communicable Disease Manual. American Public

Health Assosiation : Wasington.