gizi klinis

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003). Keadaan gizi seseorang dapat di katakan baik bila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental intelektual (Kardjati, dkk, 1985). Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, program pemberian makanan dalam keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan, kesehatan, daya beli keluarga dan lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, dkk, 2002) 2. Penilaian status gizi Penilaian status gizi di masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, dkk, 2002) a. Penilaian status gizi secara langsung 1. Penilaian secara antropometri Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein. (Supariasa, dkk, 2002) 4

Upload: qitut

Post on 08-Apr-2016

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Gizi Klinis

TRANSCRIPT

Page 1: Gizi Klinis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STATUS GIZI

1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003). Keadaan gizi seseorang dapat

di katakan baik bila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan

perkembangan mental intelektual (Kardjati, dkk, 1985).

Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan

kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, program

pemberian makanan dalam keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan,

kesehatan, daya beli keluarga dan lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, dkk,

2002)

2. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi di masyarakat dapat dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, dkk, 2002)

a. Penilaian status gizi secara langsung

1. Penilaian secara antropometri

Merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur antara lain : Berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah lama di

kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi perorangan

maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan

energi dan protein. (Supariasa, dkk, 2002)

4

Page 2: Gizi Klinis

Kelemahan dan kelebihan masing-masing indeks seperti

diuraikan berikut ini :

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang

menadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi dan lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status)

(Supariasa, dkk, 2002)

1. Kelebihan

a. Lebih mudah dan lebih di mengerti oleh masyarakat.

b. Baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis.

c. Berat badan dapat berfluktuasi.

d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.

e. Dapat mendeteksi kegemukan.

2. Kelemahan

a. Dapat mengakibatkan interpretasi satatus gizi yang keliru bila terdapat

asites odema.

b. Data umur sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang

belum baik.

c. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak-anak dibawah

5 tahun.

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, karena pengaruh pakaian

atau gerakan pada saat penimbangan.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan skeletal. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Indek ini menggambarkan status gizi masa lalu dan lebih erat

kaitannya dengan status sosial ekonomi (Supariasa, dkk, 2002)

1. Kelebihan

a. baik untuk menilai status gizi masa lampau.

5

Page 3: Gizi Klinis

b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah didapat.

2. Kelemahan

a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak munkin turun

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri

tegak sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.

c. Ketepatan umur sulit didapat

c. Berat badan menurut umur (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu (Supariasa, dkk, 2002)

1. Kelebihan

a. Tidak memerlukan data umum

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan

kurus).

2. Kelemahan

a. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut

pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan karena faktor

umur tidak dipertimbangkan.

b. Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi

badan pada kelompok balita.

c. Membutuhkan dua macam alat ukur.

d. Pengukuran relatif lebih lama.

e. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

f. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil

pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesinal.

2. Penilaian secara klinis

Penilaian status gizi secara klinis yaitu penilaian yang mengamati

dan mengevaluasi tanda-tanda klinis atau perubahan fisik yang ditimbulkan

akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Perubahan tersebut dapat

dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus

6

Page 4: Gizi Klinis

permukaan kulit tubuh seperti rambut, mata, muka, mulut, lidah, gigi dan lain-

lain serta kelenjar tiroid (Supariasa, dkk, 2002).

Pemeriksaan klinis terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai perkembangan

penyakit.

b. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik

sign (gejala yang apat diamati) dan syimptom (gejala yang tidak dapat

diamati tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi).

3. Penilaian secara biokimia

Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil

yang lebih tepat dan objektif dari pada menilaian konsumsi pangan dan

pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia dapat mendeteksi defisiensi zat gizi

lebih dini (Supariasa, dkk, 2002)

Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tehnik

pengukuran kandungan sebagai zat gizi dan subtansi kimia lain dalam darah

dan urin (Supariasa, dkk, 2002). Namun pemeriksaan biokimia juga memiliki

kelemahan antara lain:

a. Pemeriksaan hanya biasa dilakukan setelah timbulnya gangguan

metabolisme.

b. Membutuhkan biaya yang cukup mahal.

c. Memerlukan tenaga yang ahli.

d. Kurang praktis dilakukan dilapangan.

e. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak dibandingkan

dengan pemeriksaan lain.

f. Belum ada keseragaman dalam memilih referensi (nilai normal).

4. Penilaian secara biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah melihat kemampuan fungsi

jaringan dan perubahan struktur. Tes kemampuan fungsi jaringan meliputi

kemampuan kerja dan energi serta adaptasi sikap. Tes perubahan struktur dapat

7

Page 5: Gizi Klinis

dilihat secara klinis seperti pengerasan kuku, pertumbuhan rambut tidak normal,

dan penurunan elastisitas kartilago, sedangkan yang tidak dapat dilihat secara

klinis biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiologi (Supariasa, dkk, 2002)

Penilaian status gizi secara biofisik sangat mahal, memerlukan tenaga

yang profesional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu saja. Penilaian

biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu uji radiologi, tes fungsi fisik, dan

sitologi (Supariasa, dkk, 2002)

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, dkk, 2002)

2. Faktor ekologi

Menurut Bengoa (dikutip oleh Jelliffe, 1966), mailnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (Multiple

Overlapping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan linkungan

budaya (Supariasa, dkk, 2002)

Jumlah makanan yang tersedia tergantung pada keadaan lingkungan

iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi dari

penduduk. Disamping itu, budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan makan,

prioritas makanan dalam keluarga, distribusi dan pantangan makanan bagi

golongan rawan (Supariasa, dkk, 2002)

3. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan menilai jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dan

membandingkan dengan baku kecukupan, agar diketahui kecukupan gizi yang

dapat dipenuhi (Supariasa, dkk, 2002)

Metode yang digunakan untuk menggali informasi konsumsi pangan

seseorang atau sekelompok orang secara kuantitif (Supariasa, dkk, 2002)

adalah :

8

Page 6: Gizi Klinis

a. Metode Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya selama 24 jam yang lalu, maka

wawancara sebaiknya dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan

menggunakan kuesioner terstruktur.

Dengan recall 24 jam data yang diperoleh akan lebih bersifat kualitif.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitif, maka jumlah konsumsi

makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat Ukutan

Rumah Tangga (URT) (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran

lainnya yang dipergunakan sehari-hari. Dari Ukutan Rumah Tangga (URT)

jumlah pangan dikonversikan ke satuan berat (gram) dengan menggunakan

daftar Ukutan Rumah Tangga (URT) yang umum berlaku atau dibuat sendiri

pada waktu survei.

Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1× 24 jam), maka data

yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan

individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang

dan harinya tidak berturut-turut.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam

tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran konsumsi zat gizi lebih

optimal an memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

individu.

Metode recall mempunyai kelemahan dalam hal ketepatan, karena

keterangan-keterangan yang diperoleh sangat tergantung pada daya ingat

responden.

b. Perkiraan makanan (Estimated Food Records)

Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang

digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini

responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap

kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang

9

Page 7: Gizi Klinis

dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut),

termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

c. Penimbangan makanan (Food Weighing)

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas

menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden

selama 1 hari.

Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari

tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.

Yang harus diperhatikan dalam metode ini adalah, bila terdapat sisa makanan

setelah makan, maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui

jumlah sesungguhnya yang dikonsumsi. Kelebihan dari metode ini adalah data

yang diperoleh lebih akurat/teliti, sedangkan kelemahannya adalah

memerlukan waktu dan cukup mahal, disamping itu bila penimbangan

dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah

kebiasaan mereka.

d. Metode pencatatan (Food Account)

Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat seiap

hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain ataupun dari

produksi sendari. Jumlah makanan dicatat dalam Ukuran Rumah Tangga

(URT), termasuk harga eceran makanan tersebut. Cara ini tidak

memperhitungkan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga

tidak memperhatikan makanan dan minuman yang di konsumsi di luar rumah

dan rusak, terbuang/tersisa atau diberikan pada binatang peliharaan.

e. Metode inventaris (Inventory Method)

Metode iventaris disebut juga log book method. Prinsipnya dengan

cara menghitung/mengkur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat

dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. Semua makanan yang

diterima, dibeli dari produk sendiri di catat dan dihitung/ditimbang setiap hari

selama periode pengumpulan data (biasanya sekitar satu minggu). Semua

makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan

10

Page 8: Gizi Klinis

kepada orang lain atau binatang peliharaan juga dihitung. Pencatatan dapat

dilakukan oleh petugas atau responden yang sudah mampu atau sudah dilatih

dan tidak buta huruf.

f. Pencatatan makanan rumah tangga (Household Food Recard)

Pengukuran dengan metode ini dilakukan sedikitnya dalam periode

satu minggu oleh responden. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur

dengan Ukuran Rumah Tangga (URT) dengan makann yang ada dirumah dan

termasuk cara pengolahannya.

Metode ini tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan

dimakan oleh binatang peliharaan. Metode ini dianjurkan untuk daerah

tertentu, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam

keluarga dan masyarakat sudah bisa membaca dan menulis.

3. Klasifikasi status gizi

Kasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan Widya

Karya Nasional Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut:

1. Gizi lebih >2,0 SD

2. Gizi baik -2,0 SD s/d + 2 SD

3. Gizi kurzng < -2,0 SD - 3 SD

4. Gizi buruk < -3,0 SD

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

a. Secara langsung:

Makanan anak dan penyakit yang mungkin di derita anak.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga

karena penyakit. Anak-anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi

sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi.

Demikian juga pada anak-anak yang makan tidak cukup baik, maka daya

tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang

11

Page 9: Gizi Klinis

infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita

kurang gizi (Word Health Organization, 2000)

b. Secara tidak langsung

Ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, serta

pelayanan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan keluarga adalah

kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota

keluarganya dalam jumlah maupun mutu gizinya yang cukup baik. Pola

pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk

menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat

tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial.

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersih

dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga

yang membutuhkan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut

berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan

keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin

baik pola pengasuhan anak dan makin banyak keluarga memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada (Word Health Organization, 2000)

B. KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN

a. Konsumsi energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh

dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan.

Kandungan karboidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan

menentukan nilai energinya (Almatsier, 2001)

Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam

tubuh melalui makanan sama dengan energi yang di keluarkan. Tubuh

akan mengalami keseimbangan negatif bila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang di keluarkan. Akibatnya, berat badan

kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan

anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang di timbulkan pada

anak-anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang

12

Page 10: Gizi Klinis

bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Akibat berat pada bayi disebut marasmus (Almatsier, 2001)

b. Konsumsi protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat di

gantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh (Almatsier, 2001)

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam

jumlah maupun mutu, tetapi hanya merupakan 18,4 % konsumsi protein rata-

rata penduduk Indonesia. Sedangkan bahan makanan nabati yang kaya dalam

protein adalah kacang-kacangan, dengan konstribusinya rata-rata terhadap

konsumsi protein hanya 9,9 % (Sunita Almatsier, 2001)

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi

rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan

kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (Almatsier, 2001)

C. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat

konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hiangan

menunjukkan adanya sumua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan

hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain (Sediaoetama,

2000)

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum

(Almatsier, 2003)

Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat

gizi setiap hari bagi semua orang menurut gologan umur, jenis kelamin,

13

Page 11: Gizi Klinis

ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

(Almatsier, 2003)

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat

badan untuk masing-masing kelompok umur, gender dan aktifitas fisik. Patokan

berat badan tersebut didasarkan pada berat badan orang-orang yang mewakili

sebagian besar penduduk yang mempunyai derajat kesehatan yang optimal

(Almatsier, 2003)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) balita umur 0-9 tahun seperti terlihat pada

tabel 1.

TABEL 1

ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN

PER ORANG/PER HARI

umur

(tahun) Berat Badan Tnggi Badan Energi Protein0-5 bulan 5,5 60 560 126-12 bulan 8,5 71 800 151-3 tahun 12 90 1250 234-6 tahun 18 110 1750 327-9 tahun 24 120 1900 37

Sumber : Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, prosiding widyakarta

Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998, hlm, 877.

D. Tingkat Konsumsi, Energi dan Status Gizi Anak Balita di Daerah Pantai

dan Daerah Pegunungan

Ketersediaan pangan dalam keluarga penting diperhatikan karena

konsumsi makanan sehari-hari harus selalu ada untuk kelangsungan hidup dan

ketahanan tubuh seluruh anggota keluarga terutama bagi golongan rentan

yaitu manula, ibu hamil ataupun menyusui serta bayi dan balita (Suharjo,

1989)

Balita, Ibu hamil, dan Ibu menyusui di kelompokkaan sebagai

golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi terutama

14

Page 12: Gizi Klinis

Kekurangan Energi Protein (KEP), khususnya banyak terjadi pada balita.

penyebab timbulnya gizi kurang anak balita lebih komplek, tidak cukup

dengan memperbaiki aspek makanan, tetapi juga lingkungan hidup anak

seperti pola pengasuhan, pendidikan Ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan

serta mutu pelayanan kesehatan (Soekirman, 2000)

Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi

kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan

protein serta karena gangguan kesehatan. Masalah gizi ini banyak di jumpai di

negara-negara miskin dan diderita baik oleh orang dewasa, terutama wanita

maupun anak-anak, khususnya anak dibawah lima tahun (Soekirman, 2000)

Persediaan dan pengadaan pangan sangat dipengaruhi oleh faktor

geografis, kesuburan tanah, yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan

jumlah produksi di suatu daerah. Demikian pula dengan sumber daya perairan

di tempat tersebut antara lain protein hewani yang penting (Budiyanto, 2001) .

Sebagian masyarakat pantai adalah nelayan, dan sebagian kecilnya

ada yang bertani sawah dan lading, bertani tambak atau berdagang. Sedangkan

masyarakat pegunungan atau dataran tinggi sebagian besar adalah bertani

sawah atau ladang. Masyarakat di daerah pantai banyak mengkonsumsi

pangan laut antara lain ikan. Ikan sebagai salah satu sumber gizi hasil laut

mempunyai kandungan protein cukup tinggi (basah sekitar 17 %, dan kering

40 %), dan mutu serta susunan asam aminonya cukup baik. Kandungan

iodium ikan laut 28 kali kandungan iodium ikan darat. Sementara kandungan

iodium rumput laut sekitar 2.400-155.000 kali kandungan iodium sayuran

yang tumbuh di daratan. Dengan kandungan vitamin A, iodium dan mineral-

mineral penting lainnya, berarti ikan mempunyai potensi cukup baik untuk

menanggulangi masalah gizi kurang (Soekirman, 2000)

Dengan keadaan demikian konsumsi energi dan protein balita di daerah

pantai dan daerah pegunungan akan berbeda dan akhirnya akan

mempengaruhi status gizi balita di kedua daerah tersebut.

15

Page 13: Gizi Klinis

A. Kerangka Teori

Gambar : Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi (Sumber: Supariasa,dkk, 2002)

Status Gizi

Konsumsi Infeksi

Ketersediaan pangan Pola asuh PelayananKes & Sanitasi lingk

Pendapatan

Pendidikan/Pengetahuan

Iklim, Kesuburan tanah, Sosial budaya

Keadaan geografi Pantai Pegunungan

F. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Daerah Pantai Tingkat Konsumsi Energi

Daerah Pegunungan Tingkat Konsumsi protein Status Gizi

16

Page 14: Gizi Klinis

G. Hipotesis

1. Ada perbedaan tingkat konsumsi energi anak balita di daerah pantai dan

daerah pegunungan.

2. Ada perbedaan tingkat konsumsi protein anak balita di daerah pantai dan

daerah pegunungan.

3. Ada perbedaan status gizi anak balita di daerah pantai dan daerah

pegunungan.

17