gejala klinis

21
GEJALA KLINIS 1. Penyakit Rabies pada Anjing Terdapat dua bentuk rabies yaitu rabies bentuk tenang (dumb rabies) dan rabies bentuk ganas (furious rabies). a. Rabies bentuk jinak (dumb rabies) Gejala klinis klinis pada rabies bentuk tenang adalah sebagai berikut: Tenggorokan dan otot masseter menjadi lumpuh sehingga hewan tidak dapat menelan dan terjadi hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan). Kelumpuhan pada laring menyebabkan suara hewan menjadi berubah (menjadi parau). Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang bawah Terjadi ataksia dan inkoordinasi. Terjadi kejang-kejang yang berlangsung singkat kadang tidak terlihat.

Upload: uchyn-milo

Post on 05-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Diagnosa Klinik

TRANSCRIPT

GEJALA KLINIS

1. Penyakit Rabies pada Anjing

Terdapat dua bentuk rabies yaitu rabies bentuk tenang (dumb

rabies) dan rabies bentuk ganas (furious rabies).

a. Rabies bentuk jinak (dumb rabies)

Gejala klinis klinis pada rabies bentuk tenang adalah sebagai

berikut:

Tenggorokan dan otot masseter menjadi lumpuh

sehingga hewan tidak dapat menelan dan terjadi

hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan).

Kelumpuhan pada laring menyebabkan suara hewan

menjadi berubah (menjadi parau).

Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang

bawah

Terjadi ataksia dan inkoordinasi.

Terjadi kejang-kejang yang berlangsung singkat kadang

tidak terlihat.

(Anjing mengalami hipersalivasi)

b. Rabies bentuk ganas (furious rabies)

Gejala klinis pada rabies bentuk ganas adalah sebagai berikut:

Terjadi perubahan tingkah laku dan temperamen.

Selalu bersembunyi di tempat yang gelap dan dingin.

Anjing terlihat gelisah dan hiperaktivitas terhadap

rangsangan serta terjadi dilatasi pada pupil mata.

Nafsu makan menjadi berkurang.

Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya.

Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll.

Ekor berada diantara kedua paha.

Menjadi lebih agresif.

Terjadi kejang dan kelumpuhan.

Kematian terjadi setelah 2-6 hari sebagai akibat dari

kegagalan pernafasan.

(Anjing lebih agresif)

2. Penyakit Feline Panleukopenia (FPL) pada Kucing

Gejala yang sering ditimbulkan adalah batuk, demam hingga 41°C,

nafsu makan hilang dan berat badan berkurang, pilek, bersin-bersin, mata

merah, bengkak dan berair disertai kerak-kerak pada kelopak mata.

Radang kornea juga sering timbul dan menyebabkan kucing lebih senang

pada tempat gelap. Pada kucing yang bunting jika terinfeksi akan

menyebabkan abortus, tetapi apabila tidak abortus anak kucing menderita

radang paru-paru.

Kerak pada kelopak mata

3. Penyakit Brucellosis pada Sapi

Gejala klinis dari penyakit brucellosis adalah abortus atau keluron.

Keguguran biasanya terjadi pada umur kebuntingan 6 sampai 9 bulan,

selaput fetus yang yang diaborsikan terlihat oedema, hemoragi, nekrotik

dan adanya eksudat kental serta adanya retensi plasenta, metritis dan

keluar kotoran dari vagina. Penyakit brucellosis ini juga menyebabkan

perubahan didalam ambing. Selain itu juga penyakit brucellosis ini

menimbulkan lesi higromata terutama pada daerah sekitar lutut. Lesi ini

terbentuk sebagai regangan sederhana atas bungkus sinovia pada

persendian, yang berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah.

Kemungkinan terjadinya higroma akibat adanya suatu trauma kemudian

kuman kuman brucella yang berada didalam darah membentuk koloni

didaerah persendian tersebut.

Pada pejantan penyakit brucellosis dapat menyerang pada testis

dan mengakibatkan orkhitis dan epididimitis serta gangguan pada kelenjar

vesikula seminalis dan ampula. Brucellosis juga menyebabkan abses serta

nekrosis pada buah pelir dan kelenjar kelamin tambahan sehingga semen

yang diambil dari pejantan mungkin mengandung bakteri brucella abortus.

4. Penyakit Surra pada Kuda

Pada kuda, masa inkubasi 1-4 minggu, dan kadang-kadang sampai

8 minggu, setelah itu muncul beberapa gejala seperti demam dengan

flutuasi tinggi (41,5-44 °C), lemah, lesu, anemia, penurunan berat badan

yang parah. Pada kulit terjadi letusan kulit, perdarahan petekie pada

kelopak mata, terutama membran nictitating (dapat berubah kuning ketika

mencapai tahap icteric), vulva dan mukosa vagina, perdarahan ke dalam

ruang anterior mata, aborsi, dan perubahan gerak seperti kaki belakang

yang tersandung dengan kaki depan (Mal de Caderas) dan edema

(submaxillary, kaki, briskets, perut, testis dan ambing) muncul setelah

beberapa waktu. Hewan dapat juga mati mendadak dan tak terduga atau

menunjukkan tanda-tanda delirium dan berjuang selama berjam-jam

sebelum mereka mati kelelahan. Dengan tingkat kematian pada kuda

mencapai 50 %.

5. Penyakit Hog Cholera pada Babi

Gejala klinis dari penyakit ini diawali dengan suhu tubuh 40-42°C,

depresi, anoreksia, lemah, hemoragi pada kulit (petechia dan echymotic),

hiperemi kulit, dan constipasi kadang-kadang berdarah. Bila berlanjut

maka babi akan mengalami diare/desentri, konjungtivitis (eksudat kuning

disekitar mata ), berjalan tanpa koordinasi (scissor walking) dan disertai

konvulsi.  Masa inkubasi : 6-7 hari, babi mati hari ke-7 – 10 pasca sakit.

Mortalitas pada penyakit Hog Cholera pada babi bisa mencapai 100%.

Perubahan pasca mati pada penyakit ini terlihat hemoragi meluas terutama

pada subkutan dan permukaan serosa, hemoragi pada hampir semua

limfoglandula, infark limpa dan pembengkakan, focal colonic ulcer yaitu

button ulcer pada mukosa colon dengan diameter 0,5-1,5 cm, hemoragi

ginjal , pneumonia, dan arthritis.

Terjadi perdarahan/hemoragi

PERBEDAAN USG DAN RONTGEN

1. USG

Merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan

gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonic adalah suara atau getaran

dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bias didengar oleh mausia,

yaitu kira-kira diatas 20 kilohertz. Dalam hal ini gelombang ultrasonik

merupakan gelombang diatas frekuensi suara. Gelombang ultrasonik dapat

merambat dalam medium padat, cair dan gas. Ultrasonography adalah

salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat

ini. Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada

tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara

fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil

interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra

(image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.

2. Rontgen

Pemberian radiasi ionisasi dalam jumlah kecil kepada tubuh agar

dihasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. Rontgen merupakan

cara atau treatment yang paling tua dan sering digunakan untuk pencitraan

medis. Rontgen tulang digunakan untuk pencitraan tulang dalam tubuh,

meliputi tangan, pergelangan tangan, lengan, kaki, pergelangan kaki, lutut

ataupun paha. Rontgen tulang digunakan untuk :

a. Mendiagnosa patah tulang ataupun sambungan yang lepas.

b. Menunjukkan gambaran yang tepat dan stabilisasi dari fragmen-

fragmen tulang saat perawatan atau pemulihan suatu retakan.

c. Petunjuk untuk operasi orthopedi seperti pembenaran posisi

sambungan atau perbaikan tulang yang patah ataupun retak.

d. Mencari luka, infeksi, arthritis, pertumbuhan tulang yang tidak

normal, perubahan tulang dalam metabolisme.

e. Membantu saat pendeteksian dan diagnosis kanker tulang.

f. Melihat obyek asing disekitar tulang ataupun di dalam tulang.

CARA MENGHITUNG PULSUS, NAFAS DAN SUHU

a. Pada Anjing:

1. Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri femoralis (sebelah

medial femur) dan dilakukan penghitungan selama 1 menit. Bila

mengalami kesulitan dapat dilakukan selama 15 detik kemudian

dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada anjing adalah 76-148

kali/menit.

2. Frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak toraco-

abdominal dalam keadaan istirahat dan tenang atau dengan

memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung. Untuk

normalnya pada anjing adalah 24-42 kali/menit.

3. Suhu dapat diukur melalui rongga mulut dan melalui lubang anus.

Ujung thermometer diolesi dengan bahan pelicin (contoh: vaselin).

Dimasukkan ujung thermometer ke lubang anus, ditunggu sampai

angkanya terhenti (± 3 menit) dan dihitung skalanya. Jika dilakukan

pada rongga mulut (rongga pipi) maka hasil ditambah 0,5oC karena

adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing adalah

37,8oC– 39,5oC.

b. Pada kucing:

1. Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial

femur (normal: 92-150/menit).

2. Nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan

kualitasnya dengan melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-

abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian

hidung (normal: 26-48/menit).

3. Suhu diperiksa pada rektum dengan menggunakan termometer (normal:

37,6-39,4).

CARA RESTRAIN

1. Anjing

Pada dasarnya, prinsip dari restrain atau pengekangan

terhadap anjing dilakukan sesederhana dan seminimal mungkin

untuk dijalankan agar dapat menjamin keamanan dokter hewan

yang memeriksa dan juga tidak menyebabkan hewan tertekan

akibat proses restrain tersebut. Biasanya pada hewan yang telah

jinak dan sangat tergantung pada majikan, proses restrain dapat

dilakukan dengan meminta bantuan pemilik untuk mengurangi rasa

gelisah pasien pada situasi yang asing. Secara umum yang perlu

diperhatikan pada anjing adalah ketika mencoba untuk menggigit.

Oleh karena itu, prosedur restrain hendaknya dipusatkan ke dareah

moncong dan kepala. Pada beberapa anjing, metode restrain dapat

dilakukan dengan cara menggenggam kulit leher pada dorsolateral

telinga sehingga anjing tidak terlalu berontak ketika akan

diperiksa.

2. Sapi

a. Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)

Perilaku tiap jenis sapi berbeda, sapi perah umumnya bersifat

lebih tenang dan jinak dibanding dengan sapi potong (sapi bali) hal ini

disebabkan karena sapi perah sering bertemu dengan manusia dan juga

kontak dengan manusia secara langsung. Sementara sapi potong (sapi

bali) jarang bertemu dan berkontak langsung dengan manusia

terkecuali petugas kandang pemiliknya yang menggembalakan.

Jarak perlu diperhatikan ketika akan merestrain sapi. Sapi

mempertahankan diri atau membela dirinya dengan cara menggunakan

kepala untuk menyundul, tanduk untuk menanduk, dan kaki untuk

menendang. Temperamen sapi hanya dipengaruhi oleh faktor

breed.Bila sapi semasa pedet sering di restrain secara ramah semasa

pedet akan bermanfaat dan berpengaruh di saat dewasa. Karena sapi

juga biasanya mengingat pengalaman atau perlakuan yang buruk.

Sebagai dokter hewan, kita juga harus dapat mengerti dan dapat

membaca temprament yang ditunjukan oleh sapi dengan menggunakan

bahasa tubuh. Seperti bila sapi dalam posisi siaga, waspada, posisi

telinga tegak bisa saja sapi mengalami ketakutan. Lalu bila sapi mulai

mengangkat-angkat kaki belakang kemungkinan itu suatu peringatan

bahwa sapi akan menendang.

Sapi tidak melihat, mendengar atau membau sebagaimana pada

manusia. Matanya terletak disamping kepala, ini bisa membuat mereka

mampu melihat sampai 3600. Sapi memiliki  penglihatan binokular

untuk sudut yang kecil yaitu 25-500 kedepannya sehingga mampu

merasakan kedalaman, jarak, dan kecepatan. Sedangkan mereka

memiliki penglihatan monokular pada sampingnya yang hanya bisa

mendeteksi pergerakan. Sapi sensitif untuk suara dengan frekuensi

tinggi yang tidak bisa didengar manusia. Sapi juga memiliki pembauan

yang lebih baik daripada manusia, oleh karena ini saat akan merestrain

sapi sebaiknya dokter hewan di dampingi oleh pemilik sapi.

Sapi akan lebih tenang dan tidak beringas bila kepalanya dielus

atau di usap lembut oleh pemiliknya. Sehingga dapat memudahkan

dalam tahap pengobatan.

b. Restrain Kimia (Chemical Restraining)

Alpha-2 agonis adalah obat yang saat ini paling umum

digunakan untuk menginduksi tranquilization dan/atau sedasi pada

sapi. Xylazine, detomidine, medetomidine, dan romifidine adalah

alpha-2 agonis. Dari jenis tersebut, xylazine saat ini paling sering

digunakan di Amerika Serikat untuk memberikan sedasi pada sapi.

Obat lain seperti Acepromazine, kloral hidrat, dan pentobarbital

memiliki sejarah panjang digunakan dengan ternak dan terus menjadi

tersedia secara komersial, namun, kepentingan obat-obat ini terbatas

pada keadaan khusus.

Derajat sedasi atau pembatasan yang dihasilkan oleh xylazine

tergantung pada rute injeksi, dosis yang diberikan, dan temperamen

hewan. Dosis rendah (0,015-0,025 mg/kg IV atau IM) akan

memberikan sedasi tanpa menyebabkan sapi rubuh/kehilangan

keseimbangan. Dosis tinggi xylazine (0,1 mg / kg IV atau 0,2 mg / kg

IM) akan memberikan efek hilangnya kesadaran atau teranestesi secara

umum pada sapi selama kurang lebih satu jam. 

Detomidine diberikan pada 2,5-10,0 mg/kg IV pada sapi untuk

memberikan sedasi berdiri sekitar 30 - 60 menit. Detomidine pada 40

mg/kg IV akan menghasilkan sedasi mendalam dan hilangnya

kesadaran. Dosis tinggi detomidine (100 mg/kg) yang telah digunakan

untuk melumpuhkan ternak liar. Medetomidine telah diberikan pada

30,0 mg/kg IM untuk menghasilkan hilangnya kesadaran  berlangsung

60-75 menit

Kombinasi xylazine dan butorfanol telah digunakan pada sapi

untuk memberikan neuroleptanalgesia. Dosis adalah 0,01 – 0,02 mg/kg

IV masing-masing obat yang diberikan secara terpisah pada sapi.

Durasi kerja adalah sekitar 1 jam. Kombinasi detomidine (0,07 mg/kg)

dan butorphanol (0,04 mg/kg) juga telah digunakan untuk

melumpuhkan mulai ternak liar.

c. Restrain Fisik (Physical Restraining)

Restrain dengan menggunakan Kandang Jepit

Restrain ini menggunakan kandang jepit sebagai alat untuk

merestrain, hal ini biasa dilakukan untuk palpasi rektal atau

ekplorasi rektal pada sapi, kawin suntik atau IB dll.

Restrain ekor (Tail Lift)

Restrain ini dilakukan bilamana perlu untuk mengalihkan perhatian

sapi dari bagian lain tubuhnya dimana pekerjaan sedang dilakukan.

Itu dapat digunakan saat memberikan injeksi ambing ke syaraf

sapi. Jaga kedua tangan dekat dengan pangkal ekor sedapat

mungkin. Berdiri disamping sapi untuk menghindari tendangan,

dan lakukan mengangkat ekor dengan kekuatan. Itu harus lembut

tetapi tegas.

Restrain hidung

Teknik restrain kali ini biasa di kenal dengan tali ketuh atau tali

telusuk. Caranya: angkat kepala hewan hampir tinggi dan tarik ke

arah sisi yang berlawanan dengan tempat bekerja. Lakukan tekanan

pada jembatan batas antara lubang hidung untuk menyebabkan

sakit pada jaringan sensitif diantara lubang hidung.

Restrain Kepala

Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari

posisi menangkap dan menghindarkan dari tendangan dan

membuat beberapa langkah khusus yang mungkin.

Restrain Leher

Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari

posisi menangkap. Sealain itu restrain ini bertujuan untuk menahan

sapi agar tidak berlari kemana-mana saat akan diobati atau

diperiksa.

Restrain pada anak sapi (pedet)

Raih seluruh punggung hewan dan tarik kaki pada samping

terdekat dari luar. Pedet kemudian diturunkan kebawah pada lantai

dengan berat melawan kaki. Sehingga jatuh ke tanah secara lembut.

Jangan menjatuhkan anak sapi dengan menarik kakinya secara

cepat dari bawah tubuhnya sehingga ia jatuh keras pada

sampingnya. Pada hewan yang sangat muda, dengan cara ini

mungkin bisa melukainya.

3. Kuda

a. Restrain Fisik

Ada beberapa cara melakukan restrain fisik pada kuda yaitu :

Mengangkat salah satu kaki kuda

Dengan mengangkat salah satu kaki kuda umumnya dilakukan

pada kaki depan kuda akan kehilangan keseimbangan apabila mau

menendang, karena kuda menendang dengan kedua kaki belakang

secara bersamaan. Cara ini sering dilakukan untuk tujuan

pemeriksaan ataupun dalam melakukan pengobatan.

Metode haltering (menggunakan halter)

Metode ini dengan menggunakan halter (pakaian kuda) atau dapat

juga dengan menggunakan tali yang diikatkan dibelakang telinga

lalu dimasukkan kedalam mulut dan kemudian ditarik kedepan.

Metode paksaan

Metode ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian kuda, dapat

dilakukan dengan menutup matanya dengan menggunakan

kain/handuk atau dengan menggunakan alat (pram/twitch). Pram

dipasang pada bibir atas lalu diputar sedemikian ruoa sehingga

timbul rasa sakit untuk mengalihkan perhatian kuda. Metode ini

dilakukan terutama pada kuda-kuda yang memiliki temperamen

yang tinggi apabila dengan cara yang pertama dan kedua sulit

dilakukan untuk menguasai hewan.

b. Restrain Verbal

Berbicara dengan kuda memiliki pengaruh besar. Berbicara dengan

nada yang menenangkan dan menyakinkan akan lebih baik

dibandingkan dengan nada yang keras dan kasar. 

c. Restrain Chemical

Chemical restrain adalah pengendalian hewan dengan bahan-bahan

kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan antara lain yaitu

acepromazine maleat dan xylazine hidroklorida yang dianggap sebagai

obat penenang paling berguna dalam restrain kuda.

4. Kambing

Restrain pada kambing di lakukan dengan cara meresrtrain kakinya pada

tendo acilesh. Apabila tendo acilesh  di penggang maka tendo tersebut

tidak berkontraksi. Usahakan kaki yang terangkat adalah kaki bagian

belakang. Setelah tertangkap kakinya kita berada di samping kanan

kambing.

5. Kucing

a. Restrain fisik

Crush cage

Memudahkan untuk intramuscular injeksi. Dinding dalam kandang

yang dapat digerakan memudahkan untuk menahan pasien pada

salah satu sisi kandang.

Cat restaining bag

Terdapat retsleting disepanjang  kantung sehingga hanya kepala

kucing yang dapat terlihat.

Cat grabbers

Hampir semua tindakan handling menggunakan kekuatan tangan,

karena itu pelaksana harus melindungi tangannya. Pelaksana harus

tahu di mana harus mencekal bagian tubuh hewan yang aman

sekaligus melindungi tangannya sendiri dari cedera

b. Restraint Kimiawi

Dengan ditemukannya obat-obatan yang mempunyai efek

sedasi, mauscle relaxant, transquilizer, anasthesia, maka teknik

menguasai hewan dengan menggunakan obat-obatan tersebut

disebut chemical restraint. Restraint kimia (sedasi) dapat digunakan

pada kucing. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk kucing dapat

dikombinasikan yaitu xylazine dan ketamine, atau midzolam dan

ketamine.