gejala klinis dan gambaran klinis penyakit sifilis

20
Gejala Klinis dan Gambaran Klinis Penyakit Sifilis Sifilis Dini 1. Sifilis Primer Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (2-4 minggu). T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi/mikrolesi secara langsung, biasanya melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen. Kelainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih , diatasnya hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda- tanda radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. Kelainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius, sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus.

Upload: vita-sepfina

Post on 25-Nov-2015

112 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KG

TRANSCRIPT

Gejala Klinis dan Gambaran Klinis Penyakit Sifilis

Sifilis Dini1. Sifilis Primer Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (2-4 minggu). T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi/mikrolesi secara langsung, biasanya melalui senggama. Treponema tersebut akan berkembang biak kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.Kelainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih , diatasnya hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut. Yang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. Kelainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius, sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus. Afek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional di inguinalis medialis. Keseluruhannya disebut kompleks primer. Kelenjar tersebut soliter, indolen tidak lunak, besarnya biasanya lentikuler, tidak supuratif. Kulit diatasnya tidak menandakan tanda-tanda radang akut.Istilah sifilis demblee dipakai, jika tidak terdapat efek primer. Kuman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transffusi darah atau suntikan.

gambar.1. Ulkus durum pada lidah gambar.2. Ulkus durum sulcus coronarius

2. Sifilis sekunder Biasanya timbul setelah 6-8 minggu sejak SI dan sejumlah 1/3 kasus masih disertai sifilis primer. Lama sifilis sekunder dapat sampai sembilan bulan. Berbeda dengan sifilis primer yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada sifilis sekunder dapat disertai gejala tersebut yang terjadi sebelum atau selama SII. Gejalanya umumnya tidak berat, berupa anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan atralgia.Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great imitator. Selain pada kulit sifilis sekunder juga dapat menyebabkan kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata , hepar, tulang, dan syaraf.Kelainan kulit yang membasah (eksudatif) pada sifilis sekunder sangat menular, kelainan yang kering kurang menular. Kondiloma lata dan plaque muqueuses ialah bentuk yang sangat menular. Gejala yang penting untuk membedakan dengan penyakit kulit yang lain ialah Kelainan kulit pada sifilis sekunder umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, pada sifilis sekunder dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki.Antara sifilis sekunder dini dan sifilis sekunder lanjut terdapat perbedaan. Pada sifilis sekunder dini kelainan kulit generalisata, simetrik, dan lebih cepat hilang (beberapa hari hinggga beberapa minggu ). Pada sifilis sekunder lanjut tidak generalisata lagi, melainkan setempat-setempat, tidak simetris dan lebih lama bertahan (beberapa minggu hingga beberapa bulan).

Sifilis Sekunder pada mukosaBiasanya timbul bersama-sama dengan eksantema pada kulit, kelainan pada mukosa disebut enantem, terutama terdapat pada mulut dan tenggorok. Umumnya berupa makula eritematosa, yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritem yang difus, berbatas tegas dan disebut angina sifilitika eritematosa.Keluhannya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu menelan. Sering faring juga diserang, sehingga memberi keluhan suara parau. Pada eritema tersebut kadang-kadang terbentuk bercak putih keabu-abuan, dapat erosif dan nyeri.Kelainan lain ialah yang disebut plaque muqueuses (mucous patch), berupa papul eritematosa, permukaannya datar, biasanya miliar atau lentikuler, timbulnya bersama-sama dengan SII bentuk papul pada kulit. Plaque muqueuses tersebut dapat juga terletak di selaput lendir alat genital dan biasanya erosif. Umumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri, lamanya beberapa minggu.

Kelainan selaput lendir Mucous patch - banyak mengandung T pallidum, Bentuk bulat, kemerahan ulkus Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil dan genital Gambar.3. Plaque muqueuses (mucous patch)

Gambar.4. Interstitial glossitis

3. Sifilis Laten diniLaten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan, termasuk alat-alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif, sedangkan tes likuor cerebrospinalis negatif.

4. Sifilis stadium rekurenRelaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelainan kulit mirip SII, maupun serologikyang telah negatif menjadi positif. Hal ini terjadi terutama pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya bentuk relaps ialah sifilis sekunder, kadang-kadang sifilis primer. Relaps dapat memberi kelainan pada mata, tulang, alat dalam, dan susunan saraf.

A. Sifilis Lanjut

1. Sifilis laten lanjut

Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes serologik. Lama masa laten beberapa tahun hingga bertahun-tahun, bahkan dapat seumur hidup.

2. Sifilis Tersier

Lesi pertama umumnya terlihat antara 3-10 tahun setelah sifilis primer. Kelainan yang khas adalah gumma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif.Besar gumma bervariasi dari lentikuler sampai sebesar telur ayam. Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan.setelah beberapa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid serta melekat terhadap gumma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen, kadang-kadang sanguinolen, pada beberapa kasus disertai jaringan nekrotik.Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya lonjong/bulat, dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa ulkus berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yang polisiklik. Jika telah menjadi ulkus, maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi datar.Tanpa pengobatan gumma tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun. Biasanya gumma soliter, tetapi dapat pula multiple, umumnya asimetrik. Gejala umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika gumma multiple dan perlunakannya cepat, dapat disertai demam.Selain gumma, kelainan yang lain pada tersier sifilis ialah nodus. Mula-mula di kutan kemudian ke epidermis, pertumbuhannya lambat yakni beberapa minggu/bulan dan umumnya meninggalkan sikatriks yang hipotrofi.Nodus tersebut dalam perkembangannya mirip gumma., mengalami nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. Dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya dengan gumma, nodus lebih superficial dan lebih kecil (miliar hingga lentikuler), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk bergerombol atau berkonfluensi, selain itu tersebar. Warnanya merah kecoklatan.Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus. Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti llin dan disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional tidak membesar. Kelainan yang jarang ialah yang disebut nodositas juxta articularis berupa nodus-nodus subkutan yang fibrotik, tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar.

Sifilis Tersier pada mukosaGumma juga ditemukan di selaput lendir, dapat setempat atau menyebar. Yang setempat biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi. seperti biasanya akan melunak dan membentuk ulkus, bersifat destruktif jadi dapt merusak tulang rawan septum nasi atau palatum mole hingga terjadi perforasi. Pada lidah yang tersering ialah gumma yang nyeri dengan fisur-fisur tidak teratur serta leukoplakia.

Gambar.5. Sifilis Stadium III, Large gumma

Gambar.6. Nasal perforation ec nasal gumma gambar.7 Sifilis III, Gumma on lower lip

Sifilis Tersier pada tulangPaling sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, dan humerus. Gejala nyeri biasanya pada malam hari. Terdapat dua bentuk, yakni periostitis gumatosa dan osteitis gumatosa, kedua-duanya dapat didiagnosa dengan sinar-x.Sifilis Tersier pada alat dalamHepar merupakan organ intra abdominal yang paling sering diserang. Gumma bersifat multiple, jika sembuh terjadi fibrosis, hingga hepar mengalami retraksi, membentuk lobus-lobus tidak teratur yang disebut hepar lobatum.Esofagus dan lambung dapat pula dikenai, meskipun jarang. Gumma dapat menyebabkan fibrosis. Pada paru juga jarang, gumma soliter dapat terjadi di dalam atau di luar bronkus, jika sembuh terjadi fibrosis dan menyebabkan bronkiektasis. Gumma dapat menyerang ginjal, vesika urinaria, dan prostat, meskipun jarang. S III pada ovarium jarang, pada testis kadang-kadang berupa gumma atau fibrosis interstitial, tidak nyeri, permukaanya rata dan unilateral, kadang-kadang memecah ke bagian anterior scrotum.

Sifilis KongenitalSifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak T.palidum beredar dalam darah. Treponema masuk secra hematogen ke janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan. Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati terdapat kemungkinan penularan sampai 90%. Jika ibu menderita sifilis laten dini, kemungkinan bayi sakit 80 % , bila sifilis lanjut 30%.

Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi abortus pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin dengan sifilis kongenital yang akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti oleh dua sampai tiga bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan lahir seorang atau lebih bayi yang sehat. Keadaan ini disebut hukum kossowitz.

Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas antara dini dan lanjut ialah dua tahun. Yang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk gumma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.

1. Sifilis kongenital diniKelainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang pada tempat lain di badan. Cairan bula mngandung banyak T.pallidum. Bayi tampak sakit, bentuk ini adakalanya disebut pemfigus sifilitika.

Kelainan lain biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi pada S II, pada umumnya berbentuk papul atau papula-skuamosa yang simetris dan generalisata. Dapat tersusun teratur, misalnya anular. Pada tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi seperti kondiloma lata. Ragades merupakan kelainan umum yang terdapat pada sudut mulut, lubang hidung, dan anus, bentuknya memancar (radiating).

Wajah bayi berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan sehingga kulit keriput. Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi dan belakang kepala. Kuku dapat terlepas akibat papul di bawahny, disebut onikia sifilitika. Jika tumbuh kuku yang baru akan kabur dan bentuknya berubah.

Pada selaput lendir mulut dan tenggorok dapat terlihat plaques muqueuses seperti pada sifilis sekunder . Kelainan semacam itu sering terdapat pada daerah mukoperiosteum dalam kavum nasi yang menyebabkan rinitis dan disebut syphilitic snuffles. Kelainan tersebut disertai sekret yang mukopurulen atau seropurulen yang sangat menular dan menyebabkan sumbatan. Pernafasan dengan hidung suka. Jika plaques muqueuses terdapat pada laring suara menjadi parau. Kelenjar getah bening dapat membesar, generalisata, tetapi tidak sejelas pada sifilis sekunder.

Gambar.8. Sifilis Kongenital Snuffle nose

Hepar dan lien membesar akibat invavasi T.pallidum sehingga terjadi fibrosis yang difus. Dapat terjadi udema dan sedikit ikterik (fungsi hepar terganggu). Ginjal dapat diserang, pada urin dapat terbentuk albumin, hialin, dan granular cast. Pada umumnya kalainan ginjal ringan. Pada paru kadang-kadang terdapat infiltrasi yang disebut pneumonia putih.

Gambar.9. Sifilis Kongenital Hepato-splenomegali

Tulang sering diserang pada waktu bayi berumur beberapa minggu. Osteokondrosis pada tulang panjang umumnya terjadi sebelum berumur enam bulan dan memberi gambaran khas pada waktu pemeriksaan dengan sinar-x. Ujung tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat digerakan, seolah-olah terjadi paralisis dan disebut psuedo paralisis parrot. Kadang-kadang terjadi komplikasi berupa terlepasnya epifisis, fraktur patologik, dan arthritis supurativa. Pada pemeriksaan dengan sinar-x terjadi gambaran yanng khas. Tanda osteokondritis menghilang setelah 12 bulan, tetapi periostitis menetap. Umunya tedapat anemia berat sehingga rentan terhadap infeksi.

Gamabar.10. Sifilis kongenital periostitis

Neurosifilis aktif terdapat kira-kira 10%. Akibat invasi T.pallidum pada otak waktu intrauterin menyebabkan perkembangan otak terhenti. Menyebabkan pada bayi terjadi konvulsi dan defisiensi mental.

2. Sifilis Kongenital LanjutUmumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahu. Gumma dapat menyerang kulit, tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Yang khas ialah gumma pada hidung dan mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas menjadi dekstruksi seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan deformitas. Gumma pada palatum mole dan durum juga sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum.

Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai 1/3tengah tulang dan menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiotiitis setempat pada tengkorak berupa tumor bulat yang disebut parrots nodus, umumnya terjadi pada daerah frontal dan parietal.

Keratitis merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antara umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensinya 25% dari penderita dengan sifiis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral.

3. Stigmata

1. Stigmata pada lesi diniFasiesAkibat rinitis yang parah dan terus-menerus pada bayi, akan menyababkan gangguan pertumbuhan septum nasi dan tulang lain pada kavum nasi. Kemudian terjadi depresi pada jembatan hidung dan disebut saddle nose. Maksilla tumbuh secara abnormal yakni lebih kecil daripada mandibula yang tumbuh normal dan disebut buldogjaw.

GigiGigi hutchinson merupakan kelainan yang khas, hanya terdapat pada gigi insisiv permanen. Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi konveks, sedangkan daerah untuk menggigit konkaf.Kelainan lain yang khas ialah pada gigi molar pertama, biasanya yang di bawah. Pertama kali dilukiskan oleh moon dan disebut moon:s molar.Permokaannya berbintil-bintil (tuberkula) sehingga mirip murbai, karena itu dinamai pula mulbery molar. Kelainan ini lebih sering terdapat daripada gigi hutchinson. Enamel di tempat itu tipis, hingga mudah teradi karies dan cepat tanggal.

Gambar.11. Hutchinsons teeth Hutchinsons teeth

RagadesRagades terdapat terutama pada sudut mulut, jarang pada lubang hidung dan anus. Terbentuknya dari papul-papul yang berkonfluensi, akibat pergerakan mulut terjadi fisur yang kemudian mengalami infeksi sekunder, jika sembuh meninggalkan jaringan parut linear yang memancar dari sudut mulut.

2. Stigmata pada lesi lanjutKorneaKeratitis interstitsial dapat meninggalkan keruhan pada lapisan dalam kornea.

Gamabar 12.Keratitis interstisial

Sikatriks gumatosaGumma pada kulit meninggalkan sikatriks yang hipotrofi seperti kertas perkamen. Pada palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.

TulangOsteoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre tibia. Nodus periosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang abnormal dan pelebaran regio frontalis yang disebut frontal bossing. Kalianan ini bersama dengan saddle nose dan bulldog jaw disebut buldog facies.Trias hutchinsonTrias hutchinson ialah sindrom yang terdiri dari keratitis intertisisal, gigi hutchinson, dan ketulian nervus VIII.