genetik epilepsi

17
BAB I PENDAHULUAN Epilepsi merupakan suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal dengan berbagai macam etiologi. 4,5 Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor genetik atau yang didapat, meskipun pada kebanyakan kasus epilepsi ini muncul sebagai bagian dari keduanya. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa kondisi epilepsi telah dikaitkan dengan mutasi pada gen, tetapi masalah ini dipersulit oleh fakta bahwa gen yang berbeda mungkin akan terlibat dalam situasi yang berbeda. Secara umum, kondisi epilepsi yang paling sering, termasuk kejang parsial, tampaknya lebih banyak disebabkan dari genetik. Tetapi epilepsi parsial pun juga memiliki komponen genetik. Sebagai contoh, jika dua orang 1

Upload: muhammad-nazli

Post on 14-Apr-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Genetik epilepsi

BAB I

PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang

berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian kecil

otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua hemisfer otak

(serangan umum). Epilepsi merupakan gejala klinis yang kompleks yang

disebabkan berbagai proses patologis di otak sebagai kumpulan gejala dan tanda-

tanda klinis yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten,

yang terjadi akibat lepasnya muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-

neuron secara paroksismal dengan berbagai macam etiologi.4,5

Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor genetik atau yang didapat, meskipun

pada kebanyakan kasus epilepsi ini muncul sebagai bagian dari keduanya. Dalam

beberapa tahun terakhir, beberapa kondisi epilepsi telah dikaitkan dengan mutasi

pada gen, tetapi masalah ini dipersulit oleh fakta bahwa gen yang berbeda

mungkin akan terlibat dalam situasi yang berbeda. Secara umum, kondisi epilepsi

yang paling sering, termasuk kejang parsial, tampaknya lebih banyak disebabkan

dari genetik. Tetapi epilepsi parsial pun juga memiliki komponen genetik. Sebagai

contoh, jika dua orang menderita tumbukan yang sama pada kepala, hanya satu

dapat berkembang menjadi epilepsi. Hal ini karena beberapa orang telah

ditentukan secara genetis faktor risiko untuk mengalami kejang setelah trauma

kepala.1,7

Pada masyarakat umumnya terdapat sekitar 1% resiko untuk terkena

epilepsi. Sementara itu, pada anak dari ibu yang menderita epilepsi memiliki

risiko 3 sampai 9%, anak dari ayah mengalami epilepsi memiliki risiko 1,5%

sampai 3%. Risiko epilepsi sebenarnya terdapat pada jenis epilepsi tertentu.

Misalnya, kejang parsial cenderung terjadi di dalam keluarga tertentu daripada

kejang umum. Dalam hal tertentu, dengan epilepsi jenis yang biasa, bahkan ada

orang tua yang tidak memiliki kondisi tersebut, ada lebih dari 90% kemungkinan

anak mereka tidak akan mengalami epilepsi. Jelasnya, gen banyak menentukan

siapa kita ini, termasuk risiko kita untuk mengakamu epilepsi. Tapi apa yang

1

Page 2: Genetik epilepsi

terjadi pada hidup kita dan apa yang kita lakukan masih merupakan bagian yang

lebih besar dari risiko untuk terkena epilepsi.1

Beberapa jenis epilepsi tampaknya dapat diwariskan pada keluarga.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa risiko epilepsi pada saudara

kandung dan anak-anak dari orang dengan gangguan kejang adalah sekitar 5%

atau sekitar 1 kejadian dalam setiap 20 orang yang mengalami epilepsi, tetapi hal

ini juga akan tergantung pada sejumlah faktor. Risiko epilepsi pada populasi

umum sekitar 1% atau 1 dalam 100.3

2

Page 3: Genetik epilepsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GENETIK EPILEPSI

2.1.1 Definisi

Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis

yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi

akibat lepasnya muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara

paroksismal dengan berbagai macam etiologi.4

Epilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai suatu gejala

akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan

tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau

yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan

gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak.

Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi dari

gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya.5

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hereditas atau bagaimana

perbedaan karakteristik (juga disebut sifat) yang diwariskan dari orangtua ke

anaknya. Seseorang mewarisi beberapa sifat tersebut, seperti warna rambut atau

golongan darah, melalui gen yang mereka warisi dari orang tua mereka. Manusia

memiliki ribuan gen yang terdiri dari DNA. Setiap gen menghasilkan pembuatan

protein, yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal. Gen yang dikemas ke dalam

struktur yang lebih besar yang disebut kromosom, terdapat pada hampir semua sel

(sel otak, sel otot, sel kulit) dalam tubuh manusia. Setiap sel memiliki 23 pasang

kromosom (46 total). Setengah dari gen pada kromosom diwariskan dari ibu dan

setengahnya lagi dari ayah. Dengan demikian, gen tersebut akan diwariskan dari

kedua orang tua kepada anaknya.3

3

Page 4: Genetik epilepsi

2.1.2 Etiologi dari Epilepsi

Epilepsi sebagai gejala klinis bisa bersumber pada banyak penyakit di

otak. Sekitar 70% kasus epilepsi yang tidak diketahui sebabnya dikelompokkan

sebagai epilepsi idiopatik dan 30% yang diketahui sebabnya dikelompokkan

sebagai epilepsi simptomatik, misalnya trauma kepala, infeksi, kongenital, lesi

desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik dan metabolik. Epilepsi

kriptogenik dianggap sebagai simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui,

misalnya West syndrome dan Lennox Gastaut syndrome.4

Bila salah satu orang tua epilepsi (epilepsi idiopatik) maka kemungkinan

4% anaknya epilepsi, sedangkan bila kedua orang tuanya epilepsi maka

kemungkinan anaknya epilepsi menjadi 20%-30%. Beberapa jenis hormon dapat

mempengaruhi serangan epilepsi seperti hormon estrogen, hormon tiroid

(hipotiroid dan hipertiroid) meningkatkan kepekaan terjadinya serangan epilepsi,

sebaliknya hormon progesteron, ACTH, kortikosteroid dan testosteron dapat

menurunkan kepekaan terjadinya serangan epilepsi.4

Kita ketahui bahwa setiap wanita di dalam kehidupannya mengalami

perubahan keadaan hormon (estrogen dan progesteron), misalnya dalam masa

haid, kehamilan dan menopause. Perubahan kadar hormon ini dapat

mempengaruhi frekwensi serangan epilepsi.4

2.1.3 Peran Genetik terhadap Epilepsi

Epilepsi dapat disebabkan oleh gangguan yang berbeda, dan faktor genetik

telah terbukti memainkan peran dalam banyak kondisi tersebut. Hanya beberapa

jenis sindrom epilepsi yang disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada gen tunggal.

Gangguan ini dapat diteruskan kepada generasi berikutnya dengan suatu pola

pewarisan yang dikenali atau muncul secara spontan melalui mutasi baru. Pada

banyak epilepsi yang memiliki pengaruh dari genetik, epilepsi tersebut terjadi

karena interaksi antara beberapa gen dengan faktor lingkungan. Dalam kondisi ini,

epilepsi memiliki kecenderungan untuk diturunkan pada keluarga, tetapi pola

pewarisan biasanya sulit untuk diidentifikasi. Kelainan genetik lain di mana

4

Page 5: Genetik epilepsi

epilepsi terjadi lebih sering daripada populasi umum mencakup beberapa kondisi

metabolik yang diwariskan, sindrom genetik, dan gangguan kromosom.3

Beberapa jenis epilepsi tampaknya dapat diwariskan pada keluarga.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa risiko epilepsi pada saudara

kandung dan anak-anak dari orang dengan gangguan kejang adalah sekitar 5%

atau sekitar 1 kejadian dalam setiap 20 orang yang mengalami epilepsi, tetapi hal

ini juga akan tergantung pada sejumlah faktor. Risiko epilepsi pada populasi

umum sekitar 1% atau 1 dalam 100. Meskipun risikonya meningkat dibandingkan

dengan populasi umum, kebanyakan orang dengan epilepsi tidak memiliki anak

atau anggota keluarga lainnya yang mengalami gangguan kejang.3

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Risiko Genetik dari Epilepsi

Faktor keturunan (genetik) memainkan peran penting dalam banyak kasus

epilepsi yang terjadi pada anak yang masih sangat muda, tetapi hal ini dapat

menjadi faktor bagi setiap orang dari segala usia. Misalnya, tidak semua orang

yang memiliki cedera kepala serius (satu penyebab kejang) akan mengembangkan

epilepsi. Mereka yang mengembangkan epilepsi lebih cenderung memiliki riwayat

kejang pada keluarga mereka. Riwayat dari keluarga tersebut menunjukkan bahwa

lebih mudah bagi mereka untuk mengembangkan epilepsi daripada orang lain

yang tidak ada kecenderungan genetik.2

Epilepsi yang terjadi di mana kejang dimulai dari kedua sisi otak pada saat

yang sama disebut dengan epilepsi umum primer. Epilepsi umum primer lebih

mungkin melibatkan faktor genetik daripada epilepsi parsial, dimana kejang

timbul pada area terbatas dari otak. Risiko yang sedikit lebih tinggi dari biasanya,

mungkin karena ada kecenderungan genetik pada keluarga yang membuat kejang

dan epilepsi lebih mungkin terjadi. Meski begitu, kebanyakan dari mereka tidak

akan mengembangkan epilepsi. Epilepsi lebih mungkin terjadi pada seorang

saudara kandung jika seorang anak dengan epilepsi mengalami kejang umum

primer. Tergantung pada jenis epilepsi dan jumlah anggota keluarga yang terkena

dampak, hanya sekitar 4% sampai 10% dari anak lainnya dari keluarga tersebut

yang akan mengalami epilepsi.2

5

Page 6: Genetik epilepsi

Sekitar 2 dari setiap 100 orang (2%) akan mengembangkan epilepsi di

beberapa titik tertentu selama hidup mereka. Risiko bagi anak yang ayahnya

memiliki epilepsi hanya sedikit lebih tinggi. Jika ibunya memiliki epilepsi dan

ayah tidak, risikonya masih kurang dari 5%. Jika kedua orang tua memiliki

epilepsi, risikonya sedikit lebih tinggi. Kebanyakan anak tidak akan mewarisi

epilepsi dari orang tuanya, tetapi kemungkinan epilepsi yang diwarisi lebih tinggi

pada beberapa jenis epilepsi.2

Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko genetik epilepsi, adalah

sebagai berikut:

1. Jenis epilepsi. Orang yang mengalami epilepsi umum (istilah ‘umum’

berarti bahwa pola EEG menunjukkan kedua sisi otak terlibat pada awal

kejadian kejang) sedikit lebih mungkin memiliki anggota keluarga lainnya

yang akan mengalami kejang dibandingkan dengan epilepsi fokal (ketika

pola EEG menunjukkan kejang dimulai pada satu area otak).

2. Penyebab epilepsi. Risiko untuk mengembangkan epilepsi tidak secara

signifikan meningkat pada kerabat orang yang mengalami gangguan kejang

yang disebabkan oleh cedera otak yang terjadi setelah lahir, misalnya,

stroke, tumor otak, infeksi otak atau trauma kepala berat.

3. Usia ketika mulai terjadi epilepsi. Kerabat orang yang mengembangkan

epilepsi di masa kecil tampaknya memiliki risiko tinggi untuk

mengembangkan serangan kejang dibandingakan dengan kerabat mereka

yang onset epilepsinya terjadi kemudian (pada usia di atas masa kanak-

kanak).

4. Ibu dan ayah yang mengalami epilepsi. Risiko untuk epilepsi sekitar dua

kali lebih tinggi pada anak dari ibu yang mengalami epilepsi dibandingkan

anak dari ayah yang mengalami epilepsi. Alasan untuk hal ini belum

diketahui.3

Beberapa penelitian tentang genetik epilepsi terutama ditujukan pada

pasangan kembar, baik monozigotik maupun dizigotik. Kembar monozigotik

6

Page 7: Genetik epilepsi

mempunyai komposisi genetik yang 100% sama (identik) sedangkan kembar

dizigotik sebenarnya sama dengan kakak-beradik biasa. Dengan demikian bila

faktor genetik tersebut memang ada dan menentukan, diharapkan adanya 100%

konkordansi pada pasangan kembar monozigotik. Meskipun demikian kenyataan

menunjukkan hal yang berbeda, sehingga diduga selain faktor genetik, faktor lain

seperti perkembangan dan lingkungan juga berpengaruh. Dari penelitian yang

telah dilakukan, faktor keturunan diduga berperan pada 25-50% seluruh kasus

epilepsi; 80-90% pada kasus-kasus idiopatik dan 12-15% pada kasus-kasus

simtomatik. Peranan faktor genetik lebih menonjol pada kasus-kasus idiopatik.

Angka kejadian epilepsi di kalangan kembar adalah sebesar 2,3%, lebih besar

daripada angka pada populasi umum yang berkisar antara 0,5%; hal ini dapat juga

disebabkan oleh morbiditas yang lebih besar akibat komplikasi persalinan yang

lebih sering ditemukan pada persalinan kembar.3,6

Ounsted mencatat angka kejadian epilepsi di kalangan keluarga penderita,

sedangkan Harvald mendasarkan diagnosisnya atas pemeriksaan EEG. Selain itu

masih ada masalah penegakan diagnosis. Ada yang memasukkan pula kasus-

kasus kejang-demam dan yang hanya satu kali menderita kejang. Dari beberapa

penelitian terlihat bahwa epilepsi lebih sering terdapat pada keluarga dekat

daripada keluarga jauh, dan angka kejadiannya menjadi lebih besar bila si

penderita mengidap epilepsi idiopatik. Cara penurunannya belum jelas; bila

diturunkan secara autosomal resesif, maka insidensinya akan lebih tinggi di

kalangan pernikahan keluarga, sedangkan bila bersifat autosomal dominan, setiap

penderita epilepsi akan mempunyai satu orangtua yang juga menderita epilepsi,

dan 50% keturunannya akan menderita epilepsi. Hal-hal demikian tidak terlihat

dalam kenyataan sehari-hari.6

Bridge membagi faktor genetik atas skala dari 0 sampai +4 untuk faktor

yang terkuat; selain itu juga memasukkan faktor adanya cedera otak, juga dalam

skala 0 sampai +4. Melalui penelitiannya, dia menyimpulkan bahwa kedua faktor

tersebut saling menunjang dan mempengaruhi. Epilepsi akan muncul bahkan

setelah trauma ringan, bila terdapat faktor herediter yang kuat; sebaliknya bila -

faktor herediter tidak ada, trauma yang beratpun jarang menyebabkan epilepsi.

7

Page 8: Genetik epilepsi

Dari sini dikenal konsep ambang kejang - epilepsi akan terjadi ambang kejang

dilampaui.4,6

Terdapat peningkatan angka kejadian di kalangan anggota keluarga wanita

penderita epilepsi; ibu yang epileptik lebih cenderung menurunkan sifat

epilepsinya daripada ayah yang epileptik. Hal yang serupa juga terjadi pada

penurunan pola EEG. Anak perempuan lebih cenderung menderita epilepsi

daripada anak laki-laki. Kenyataan ini sebagian dapat diterang kan melalui model

poligenik bila dianggap bahwa ambang kejang wanita lebih rendah daripada

ambang kejang pria.Suatu hal yang menarik adalah bahwa anggota keluarga

penderita epilepsi cenderung mulai menderita epilepsi pada usia yang sama

dengan si penderita. Hal ini penting diketahui, terutama untuk menjadi lebih

waspada terhadap anak-anak pada usia tertentu, bila ada di antara keluarganya

yang menderita epilepsi. Faktor lain yang perlu diperhatikan ialah usia, seperti

penetrasi kelainan EEG gelombang paku-ombak 3/detik yang terjadi terutama

pada usia dini. Beberapa literatur menyatakan adanya peningkatan ambang kejang

sesuai dengan maturasi serebral; ini sesuai dengan kenyataan klinis yang

menunjukkan bahwa kejang pada masa anak-anak dapat sembuh setelah dewasa.6,7

Ounsted dkk. mengemukakan adanya gen pengubah (modifying gene)

yang mempengaruhi manifestasi klinis kelainan-kelainan genetik pada saat

dilahirkan. Dia bahkan mengemukakan adanya dua sistim genetik yang berperan

dalam terjadinya kejang, yaitu a) gen yang mempotensiasi kejang pada usia

tertentu dan b) gen yang secara berangsurangsur menghambat kerja gen yang

pertama. Lindsay dkk. mempunyai bukti-bukti tak langsung mengenai hal

tersebut.Anak-anak penderita epilepsi lobus temporalis pasca kejang demam

dengan riwayat keluarga yang positif mempunyai prognosis yang lebih baik

daripada penderita yang riwayat keluarganya negatif; hal ini karena penderita

dengan riwayat keluarga yang positif, artinya mempunyai kecenderungan genetik,

mempunyai pula gen penghambat; sedangkan pada yang tidak mempunyai riwayat

keluarga, gen penghambat tersebut tidak ada sehingga kejang lebih sulit

dikendalikan.6,7

8

Page 9: Genetik epilepsi

Penelitian lain menunjukkan bahwa EEG anak penderita epilepsi

cenderung lebih lambat daripada anak yang orangtuanya normal, meskipun anak

tersebut tidak mempunyai kelainan. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai lambatnya

proses maturasi otak dan karena adanya gen penghambat tersebut. Dari penelitian

atas anak kembar dapat disimpulkan bahwa komponen genetik lebih besar

peranannya pada epilepsi idiopatik, dibandingkan dengan pada epilepsi

simtomatik. Studi keluarga menunjukkan peningkatan kejadian epilepsi di

kalangan penderita epilepsi. Angka kejadian itu makin besar bila:

- makin dekat hubungan kekerabatannya dengan penderita.

- penderita tersebut menderita epilepsi idiopatik

- penderita merupakan seorang wanita

- keluarga si penderita juga wanita.

- kejangnya kejang umum.

- mulai timbul pada usia muda.6

Berbagai studi cara penurunan sifat telah dilakukan, mungkin epilepsi

diturunkan secara poligenik. Terjadinya kejang dapat diterangkan melalui model

perbedaan ambang rangsang terhadap kejang, model ini dapat juga digunakan

untuk menerangkan kerentanan orang-orang tertentu. Selain itu mungkin perlu

dipertimbangkan adanya dua sistim genetik yang kedua-duanya tergantung pada

usia untuk manifestasinya. Yang pertama merupakan predisposisi untuk terjadinya

kejang, dan yang ke dua justru menghambat dan dengan demikian memperbaiki

prognosis. Pemanfaatan studi genetik pada epilepsi memungkinkan prognosis

yang lebih baik.6,7

9

Page 10: Genetik epilepsi

BAB III

KESIMPULAN

Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis

yang muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi

akibat lepasnya muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara

paroksismal dengan berbagai macam etiologi.

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hereditas atau bagaimana

perbedaan karakteristik (juga disebut sifat) yang diwariskan dari orangtua ke

anaknya. Seseorang mewarisi beberapa sifat tersebut, seperti warna rambut atau

golongan darah, melalui gen yang mereka warisi dari orang tua mereka. Manusia

memiliki ribuan gen yang terdiri dari DNA. Setiap gen menghasilkan pembuatan

protein, yang diperlukan untuk fungsi tubuh normal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko genetik epilepsi, adalah jenis

epilepsi, penyebab epilepsi, usia ketika mulai terjadi epilepsi, dan Ibu atau ayah

yang mengalami epilepsi.

10

Page 11: Genetik epilepsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Fisher, Robert S. Ph.D. Genetic Causes of Epilepsy. Maslah Saul MD

Professor of Neurology, Stanford. Available at URL: http://neurology.

stanford.edu/divisions/e_09.html. Accessed on March 2012.

2. Schachter, Steven C. Is Epilepsy Inherited. Available at URL:

http://www.epilepsy.com/ 101/EP101_inherited. Accessed on March 2012.

3. Anonimous. Epilepsy and Genetics. BC Epilepsy Society. Vancouver.

Available at URL: http:// www.bcepilepsy.com. Accessed on March 2012.

4. World Health Organization (WHO). Epilepsy: epidemiology, etiology, and

prognosis. WHO Fact Sheet No.165, 2001.

5. Browne TR, Holmes GL. Epilepsy: definitions and background. In:

Handbook of epilepsy, 2nd edition. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins, 2000.p.1-18.

6. Riyanto, Budi. Aspek Genetik Epilepsi. RS Bogor. Cermin Dunia Kedokteran

No. 58 1989.

7. Sanjay Sisodiya, J. Helen Cross, et al. Genetics of Epilepsy: Epilepsy

Research Foundation Workshop Report. Epileptic Disord 2007; 9 (2): 194-

236.

11