format penilaian

Upload: muhammad-mardi

Post on 30-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Format Penilaian

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas

    1. Arti Kelas

    Tentang pengertian kelas, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam

    mengemukakan definisi. Diantaranya:

    a. Ali Imron

    Kelas diartikan sebagai ruangan belajar atau rombongan belajar, ruangan yang

    dibatasi empat dinding atau tempat peserta didik belajar, dan tingkatan atau

    grade.1

    b. Hadar Nawawi

    Memandang kelas dari dua sudut pandang, yaitu:

    1) Kelas dalam arti sempit

    Kelas adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa

    berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.

    2) Kelas dalam arti luas

    Kelas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat

    sekolah, yang sebagian satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara

    dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk

    mencapai suatu tujuan.2

    Dari pengertian di atas maka dapat diartikan bahwa kelas bukanlah

    sekedar sekumpulan anak yang melakukan kegiatan belajar di bawah tanggung

    jawab guru dan semata-mata dibatasi oleh empat dinding tembok pembatas.

    Sesungguhnya kelas merupakan lingkungan yang kompleks dan berbagai

    peristiwa bisa terjadi.

    1 Ali Imron, dkk. (ed). Manajemen Pendidikan (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003).Hlm.43

    2 Hadari Nawawi. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai LembagaPendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982). Hlm. 116

    13

  • Berikut merupakan aspek-aspek kehidupan kelas dari Doyle dalam Good

    dan Brophy yang patut dipelajari guru terutama untuk bertindak sebagai

    manager:3

    1) Multidimensionality

    Di kelas terdapat tugas yang berbeda dan muncul berbagai peristiwa.

    2) Simultaneity

    Di kelas sering muncul berbagai berbagai kejadian secara bersamaan.

    3) Immediacy.

    Langkah dari berbagai peristiwa yang terjadi di kelas sesungguhnya

    berlangsung cepat. Sehingga setiap anak umumnya menghendaki respon yang

    cepat atas kebutuhan belajarnya.

    4) Unpredictable and Public Classroom Climate.

    Dalam kelas berbagai peristiwa sering muncul melalui cara yang tidak terduga

    oleh guru. Apa yang terjadi pada diri anak tertentu sering dapat dilihat dengan

    cepat oleh anak-anak yang lain, tetapi tidak dengan cepat dapat dipelajari guru.

    Anak-anak sering pula dapat menangkap apa yang guru rasakan menyangkut

    tindakannya atas anak lain, dan mereka memberi respon yang tidak terduga

    terhadap gurunya. Interaksi demikian sering membentuk suatu iklim kelas yang

    kurang menyenangkan dan tidak lagi kondusif atas proses pengajaran.

    5) History.

    Setelah suatu penyelenggaraan pengajaran berlangsung beberapa minggu atau

    beberapa bulan, norma-norma yang berlaku umum di kelas terbentuk dan berbagai

    pengertian berkembang. Peristiwa yang muncul di awal tahun menjadi pembuka

    (bisa positif atau negatif) bagi terjadinya peristiwa-peristiwa berikutnya.

    2. Kondisi dan Situasi Belajar Mengajar di Kelas

    Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai situasi dan kondisi yang

    terjadi di kelas. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang

    dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, baik secara fisik maupun

    psikologis, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan suasana dan ruang kelas

    selama proses pembelajaran. Kedua kondisi tersebut perlu ditata dengan baik

    3 Good, Thomas L, Brophy, Jere E. Looking in Classrooms. Fifth Edition. (New York:Harper Collins Publishers. 1991). Hlm. 02

  • untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru,

    dan antar siswa. Berikut ini adalah bagan situasi dan kondisi pembelajaran di

    kelas sebagaimana yang diungkap rohani:4

    Adapun penjabaran bagan di atas adalah sebagai berikut:

    a. Kondisi Fisik

    Pengelolaan kondisi fisik adalah pengelolaan atau pengaturan kelas yang

    berkaitan dengan ketatalaksanaan ruangan yang dibatasi oleh dinding tempat

    siswa berkumpul bersama mempelajari segala yang diberikan oleh pengajar,

    4 Ahmad Rohani, Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).Hlm. 121-125

  • dengan harapan proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan

    efisien.5 Lingkungan fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:

    1) Ruangan tempat belajar

    Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak

    berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antar peserta didik pada saat

    melakukan aktivitas belajar.6 Menurut Winata Putra, ada beberapa prinsip yang

    perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell

    yaitu:

    a) Visibility ( Keleluasaan Pandangan)

    Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas

    tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat

    memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru

    harus dapat memandang semua siswa ketika proses pembelajaran.

    b) Accesibility (mudah dicapai)

    Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil

    barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar

    tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak

    dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.

    c) Fleksibilitas (Keluwesan)

    Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang

    disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang

    perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja

    kelompok.

    d) Kenyamanan

    Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan

    kepadatan kelas.

    e) Keindahan

    Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang

    menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan

    5 Rohmad, Ali. Jurnal Ilmiah Tarbiyah. Inovasi Pengelolaan Kelas Dalam MengacuKedinamisan Pembelajaran. (Malang: Universitas Negeri Malang). Hlm. 356

    6 Ahmad Rohani, Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta. 1991).Hlm. 120

  • menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa

    terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Penyusunan dan pengaturan

    ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan

    memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau

    tingkah laku siswa dalam belajar. 7

    Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut

    Conny Semawan, yaitu:

    a. Ukuran bentuk kelas

    b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja

    c. Jumlah siswa dalam kelas

    d. Jumlah siswa dalam setiap kelompok

    e. Jumlah kelompok dalam kelas

    f. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang

    pandai, pria dan wanita). 8

    2) Pengaturan tempat duduk (sitting arrangement)

    Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa

    dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di sekolah formal.

    Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat

    duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat

    panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman

    dan dapat belajar dengan tenang.

    Dalam mengatur tempat duduk yang terpenting adalah memungkinkan

    terjadinya tatap muka, serta guru mudah mengontrol tingkah laku peserta didik.

    Karena pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar

    mengajar.9

    7 Udin S. Winataputra. Srategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Universitas TerbukaDepartemen Pendidikan Nasional, 2003). Hlm. 22

    8 Epa Muhopilah. Penataan Tempat Duduk Siswa sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas,(Ahmad Sudrajad tentang Pendidikan). (online). (Http://Akhmadsudrajat.Wordpress.Com, diakses28 Juli 2008).

    9 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta.1991).Hal. 121

  • Berikut beberapa model pengaturan tempat duduk:

    a) Berbaris berjajar

    Pola pengaturan tempat duduk berbaris berjajar dapat dilihat pada gambar 2.1:

    Gambar 2.1Pola Pengaturan Tempat Duduk Berpola Sejajar

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 121 )

    b) Pengelompokan yang terdiri atas 4 sampai 6 orang

    Pola pengaturan tempat duduk berkelompok dapat dilihat pada gambar 2.2:

    Gambar 2.2Pola Pengaturan Tempat Duduk Berkelompok

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 121 )

    c) Formasi huruf U

    Ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada siswa secara cepat karena guru

    dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.

    Seperti pada gambar 2.3:

  • Gambar 2.3Pola Pengaturan Tempat Duduk Formasi Huruf U

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 122 )

    d) Setengah lingkaran

    Desain setengah lingkaran ini memungkinkan guru bisa langsung bertatap muka

    dengan peserta didik dan mudah bergerak untuk dapat memberikan bantuan pada

    peserta didik. Pola pengaturan tempat duduk setengah lingkaran dapat dilihat pada

    gambar 2.4:

    Gambar 2.4Pola Pengaturan Tempat Duduk Setengah Lingkaran

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 122 )

  • e) Berbentuk lingkaran dan persegi

    Pola pengaturan tempat duduk lingkaran dan persegi dapat dilihat pada

    gambar 2.5:

    Gambar 2.5Pola Pengaturan Tempat Duduk Berbentuk Lingkaran dan Persegi

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 121 )

    3) Ventilasi dan pengaturan cahaya

    Ventilasi harus menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar

    yang memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi

    yang baik. Peserta didik harus dapat melihat tulisan dengan jelas tulisan yang ada

    di papan, buku bacaan. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang tetapi

    tidak menyilaukan. Ventilasi dan pengaturan cahaya dalam kelas dapat terlihat

    secara jelas pada gambar 2.6 dibawah ini :

    Gambar 2.6Ventilasi yang Sudah Cukup Baik

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 123 )

  • Gambar 2.7Ventilasi yang Sempurna

    (Sumber: Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991: 123 )Keterangan :

    Pada Gambar 6, ventilasi bawah perlu di tutup dengan kawat kassa, untuk menahan

    binatang-binatang yang berbahaya dari luar.

    4) Pengaturan penyimpanan barang-barang

    Barang-barang sebaiknya disimpan ditempat khusus yang mudah dicapai kalau

    diperlukan atau digunakan dalam kegiatan belajar. Barang yang nilai praktisnya

    tinggi dapat disimpan di ruang kelas yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga

    tidak mengganggu kegiatan peserta didik.

    b. Kondisi Sosio-Emosional

    Suasana sosio-emosional mempunyai pengaruh dalam proses belajar

    mengajar, yang merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Diantaranya

    adalah:10

    1) Tipe kepemimpinan guru

    Peranan guru atau tipe kepemimpinan guru sangat penting dalam suasana

    emosional dalam kelas. Apabila guru yang tipe kepemimpinannya otoriter peserta

    didiknya hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi semua

    aktifitas menurun. Sebaliknya tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan

    pada sikap demokratis dengan membina persahabatan antara guru dan peserta

    10 Ahmad Rohani, dan Abu Ahmadi . Pengelolaan Pengajaran. Hlm. 121-125

  • didik atas dasar saling memahami dapat membantu terciptanya kondisi proses

    belajar mengajar yang optimal.11

    2) Sikap Guru

    Sikap guru menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya

    tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan keyakinan bahwa tingkah laku peserta

    didik akan dapat diperbaiki. Bersikap hangat dan akrab dengan anak didik, selalu

    menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya. Dan guru harus

    mempunyai unsur-unsur ketrampilan yaitu sikap tanggap, membagi perhatian,

    memusatkan perhatian kelompok atau kelas.12

    3) Suara Guru

    Suara guru sebaiknya relatif rendah tetapi jelas yang kedengarannya santai

    yang akan mendorong siswa untuk berani mengajukan pertanyaan dan bervariasi

    sehingga tidak membosankan serta jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

    c. Kondisi Organisasional

    1) Pergantian pelajaran

    Untuk beberapa pelajaran ada baiknya peserta didik tetap berada dalam

    ruangan, akan tetapi untuk pelajaran tertentu diharuskan berpindah ruangan

    seperti pelajaran komputer. Hal ini hendaknya diatur secara tertib, misalnya ada

    tenggang waktu bagi peserta didik untuk berpindah ruangan dan membereskan

    alat yang akan dipakai.

    2) Guru yang berhalangan hadir

    Jika ada guru yang berhalangan hadir maka peserta didik disuruh menunggu

    selama kurang lebih 10 menit. Apabila dalam waktu itu guru tidak hadir maka

    lapor kepada guru piket dan guru piketlah yang mengambil inisiatif untuk

    mengatasinya.

    3) Masalah antar peserta didik

    Jika antar peserta didik terdapat masalah maka dapat melapor kepada wali

    kelas untuk bersama-sama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.

    11 Ahmad Rohani, dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. Hlm. 121-12512 Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:

    PT.Rineka Cipta1996). Hlm 210-212

  • 3. Pengelolaan Kelas

    a. Pengertian Pengelolaan Kelas

    Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan guru

    adalah mengupayakan kondisi belajar mengajar yang baik. Oleh karena itu,

    penting bagi guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi pembelajaran yang

    baik guna mencapai efektivitas yang optimal dalam kegiatan pembelajaran.

    Kemampuan tersebut adalah kemampuan mengelola kelas.

    Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengelolaan kelas merupakan upaya

    pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta

    memulihkannya apabila terjadi gangguan atau penyimpangan, sehingga proses

    pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.13 Dalam literatur lain, Usman

    mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk

    menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

    mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.14

    Selanjutnya tentang pengertian pengelolaan kelas beberapa ahli

    mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

    1) Ahmad Rohani

    Menurut Ahmad Rohani pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-

    kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

    terjadinya proses belajar (pembinaan raport, penghentian tingkah laku peserta

    didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan

    waktu penyelesaiaan tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif, dan

    sebagainya).15

    2) Suharsimi Arikunto

    Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab

    kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai

    kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

    13 Milan Rianto (2007), Pengelolaan Kelas Model Pakem. (Jakarta : Dirjen PMPTK) Hlm.01

    14 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung : PT.Remaja Rosda Karya,2002). Hlm.97.

    15 Ahmad Rohani, dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran . Hlm. 123

  • diharapkan. Pengelolaan kelas ini meliputi dua hal, yaitu: 1. Pengelolaan yang

    menyangkut siswa. 2. Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, pelajaran)16

    3) Made Pidarta

    Menurut Made Pidarta, pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan

    baru adalah sebagai berikut:

    a) Pengertian lama:

    Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas.

    b) Pengertian baru:

    Pengelolaan kelas ialah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat

    terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan,

    memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga individu

    dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas

    individual.17

    Berdasarkan pengertian di atas, implikasinya pengelolaan kelas merupakan

    suatu usaha menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal agar

    kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Pengelolaan kelas

    ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu

    berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang (fasilitas) seperti tempat

    duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara,

    ventilasi) dll.

    b. Sasaran Pengelolaan Kelas

    Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas yang disampaikan oleh beberapa

    pakar pendidikan, maka sasaran pengelolaan kelas bisa dibedakan menjadi dua

    macam yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa ( prilaku siswa).18 Dimana

    keduanya dibahas sebagai beriku:

    1) Pengelolaan fisik

    Pengelolaan fisik berkaitan dengan ketatalaksanaan atau pengaturan kelas

    yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding. Siswa berkumpul mempelajari

    16Suharsimi Arikunto. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif.(Jakarta: CV.Rajawali, 1986). Hlm.67

    17 Made Pidarta, Pengelolaan Kelas. (Surabaya: Usaha Nasional, 1988). Hlm.1118Nur Azizah, Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Smp Negeri 4 Bat. Skripsi, (Fakultas Tarbiyah UINMalang, 2009. Tidak diterbitkan

  • segala yang diberikan pengajar dengan harapan proses belajar mengajar

    berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini

    meliputi pengadaan pengaturan ventilasi dan tata cahaya, tempat duduk siswa,

    alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan lain-lain

    sebagai inventaris kelas.19 Dalam literatur lain, Arikunto mengatakan bahwa

    pengelolaan fisik meliputi penciptaan lingkungan belajar yang baik agar proses

    pengajaran dapat berlangsung dengan sempurna. Diantaranya:

    a) Penataan lingkungan fisik. Penempatan tempat duduk siswa, guru, alat dan

    perabot diatur agar siswa bergerak leluasa.

    b) Ventilasi dan penempatan cahaya, ruang belajar yang pengap akan

    menyebabkan kebosanan bekerja, apalagi jika ruang itu gelap. Untuk

    memperoleh macam ruangan yang representatif untuk kegiatan belajar,

    perancangan bangunan harus bekerjasama dengan ahli kurikulum.

    c) Penempatan lemari atau rak tempat penyimpanan barang. Lemari dan perabot

    lainnya tidak ditaruh dimana saja, tetapi sebaiknya diatur menurut prinsip:

    (1) Mudah dalam mengambil barang

    (2) Tidak mengganggu lalu lintas kegiatan.

    (3) Dipandang estetis.

    (4) Penempatan alat peraga, media dan gambar-gambar, model, benda-benda

    nyata, harus ditempatkan sesuai dengan tujuan pengajaran. Alat-alat itu

    sebaiknya mudah dilihat dan leluasa untuk diperagakan. Jika

    menggunakan OHP, sebaiknya ditempatkan ditempat yang aman dan

    leluasa20

    2) Pengelolaan siswa

    Berbeda dengan pengelolaan fisik, pengelolaan siswa berkaitan dengan

    pemberian stimulus dalam rangka membangkitkan dan mempertahankan kondisi

    motivasi siswa untuk sadar dan berperan aktif dan terlibat dalam proses

    pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan

    tingkah laku, suasana yang diatur atau diciptakan guru dengan menstimulus siswa

    19Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 1996.).Hlm. 288

    20 Suharsimi Arikunto. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif . Hlm.66

  • agar berperan serta aktif dengan proses pendidikan dan pembelajaran secara

    penuh.21 Menurut Nur Hadi, pengelolaan siswa adalah upaya untuk menciptakan

    dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi. Hal

    ini dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) maupun secara kuratif

    (pengobatan).22

    Jadi sasaran pengelolaan kelas adalah bertujuan untuk menciptakan dan

    mempertahankan kondisi belajar yang efektif bukan sekedar mengelola

    lingkungan fisik belajar seperti penataan bangku, membuat perpustakaan di kelas,

    menata pencahayaan kelas dan sebagainya, tetapi juga berhubungan dengan

    bagaimana guru mengelola organisasi kelas, dalam artian siswa-siswa yang

    membuat masalah yang dapat menghambat proses belajar mengajar, seperti

    tindakan siswa yang mengganggu temannya, mengobrol ketika diberi tugas oleh

    guru, lupa membawa pekerjaan rumah dan sebagainya.

    c. Tujuan Pengelolaan Kelas

    Tujuan merupakan masalah yang sangat fundamental dalam setiap proses

    aktivitas tertentu, khususnya di bidang pendidikan. Sebab, dari tujuan itulah

    sesuatu akan dapat menentukan corak dan ke arah mana organisasi akan dibawa.

    Oleh karena itu, pengelolaan kelas dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:23

    1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar

    maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk

    mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

    2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya

    interaksi pembelajaran.

    3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung

    dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional

    dan intelektual siswa dalam kelas.

    21 Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 1996.).Hlm. 288

    22 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif . hlm.68

    23Ahmad Mk. Peranan Manajemen Kelas dalam Html. (Online),(Http://Ahmadsyahbio.Blogspot.Com, diakses 17 Pebruari 2007).

  • 4) Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,

    ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 24

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah

    menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas

    sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu, guru juga dapat

    mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar sehingga dapat membantu

    siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.

    d. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

    Dalam hal ini secara garis besar pendekatan pengelolaan kelas dapat

    dikelompokkan menjadi:

    1) Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification).

    Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioristik yang menganggap semua

    tingkah laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi

    bahwa setiap individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran. Prinsip

    psikologi tersebut adalah, meliputi:

    a) Penguatan positif (positif reinforcement)

    Memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku

    atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti "Nah

    seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca".25 Selain

    dengan pujian (verbal), pendekatan ini juga dapat dilakukan dengan memberi

    penghargaan dalam bentuk isyarat persetujuan, senyuman, anggukan,

    menggangkat jempol tangan, membesarkan hati dan berbagai penguatan non

    verbal seperti merubah mimik wajah, gerakan badan (gesture), mendekati siswa,

    dan kegiatan yang menyenangkan, dan penguat berupa simbol atau benda,

    misalnya sticker bagi siswa yang nialinya 100. Hal ini dilakukan dengan tujuan

    prilaku siswa yang positif dapat terulang lagi. Serta menumbuhkan rasa kompetisi

    bagi siswa lain.

    24Ahmad Mk. Peranan Manajemen Kelas dalam .Html (Online),(Http://Ahmadsyahbio.Blogspot.Com, diakses 17 Pebruari 2007).

    25 Modul Pembelajaran. Pendekatan dalam Pengelolaan kelas. Hlm. 14

  • b) Hukuman (Punishment)

    Yaitu suatu penampilan sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai,

    dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak

    dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas masih bersifat

    kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman

    merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang

    tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh "yang tidak dikehendaki" bagi

    siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi

    antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau

    siswa yang dihukum menjadi "pahlawan" di mata teman-temannya.26 Selain itu,

    dengan adanya hukuman di asumsikan dapat berakibat pada perkembangan anak

    selanjutnya karena anak akan mendapatkan pengalaman yang buruk yang dapat

    berpengaruh pada kepribadian (kebiasaan-kebiasaan, sikap, pandangan hidup)

    Dalam menerapkan pendekatan hukuman biasanya guru mengontrol siswa

    dengan ancaman, sanksi, dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.27 Diantaranya:

    (a) larangan dan anjuran

    Pendekatan larangan dan anjuran adalah pendekatan dalam pengelolaan kelas

    yang dilakukan dengan memberikan peraturan-peraturan yang isinya melarang

    siswa melakukan sesuatu yang mencemarkan kegiatan proses belajar-mengajar

    atau menganjurkan siswa untuk melakukan sesuatu yang mendukung proses

    belajar-mengajar.28 Larangan dan anjuran ini akan efektif apabila disusun

    berdasarkan kontrak sosial, sehingga tidak dirasakan oleh siswa sebagai

    pembatasan yang diberikan oleh sekolah, tetapi lebih dirasakan sebagai

    kesepakatan bersama yang harus ditaati bersama.

    (b) Pendekatan pengalihan atau pemasabodohan

    Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan mengalihkan

    perhatian kegiatan atau membiarkan sama sekali tingkah laku siswa yang

    menyimpang, dengan cara:

    26 Modul pembelajaran. Pendekatan dalam Pengelolaan kelas. Hlm. 1527 Fitri Puspita Sari, Strategi Pengelolaan Kelas pada Mata Pelajaran PAI dalam

    Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Krembung Sidoarjo, (Skripsi. FakultasTarbiyah UIN Malang. 2009.)Tidak diterbitkan.

    28 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Yogyakarta: IKIP. 1983.).Hlm. 175

  • (1) Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak berbuat apa-apa sama sekali

    (2) Menukar anggota kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota

    tertentu

    (3) Mengalihkan tanggung jawab kelompok pada perorangan.29

    c) Pendekatan penguasaan atau penekanan

    Yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan

    seorang guru terhadap siswa sehingga tindakannya untuk mengatasi

    penyimpangan tingkah laku dilakukan dengan tekanan-tekanan. Contoh dari

    pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan memarahi, menggunakan

    kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk mengelola kelas, melakukan

    tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk

    melakukan penguasaan terhadap kelas.30

    d) Penghapusan (extinction) dan penundaan (time out)

    Yaitu menghilangkan atau tidak memberikan ganjaran yang diharapkan

    seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguatan positif), atau

    pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa.31

    e) Penguatan negative (negative reinforcement). 32

    Yaitu meniadakan tindakan yang tidak menyenangkan atau tidak disukai.

    Dengan kata lain menghilangkan hukuman. Contoh: Wawan yang waktu

    sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya tidak benar dan tidak rapi,

    pada pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak memarahinya lagi. Harapan

    dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi perilaku-

    perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan

    perilaku-perilaku yang dikehendaki.

    29 Muhammad Azhar. Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A. (Surabaya: Usaha Nasional,1993). Hlm. 93

    30 Muhammad Azhar. Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A. Hlm. 9331 Modul Pembelajaran. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Hlm. 1632 Mulyadi, Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro ,(Malang: Shefa ,1999) Hlm. 05

  • 2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Sosio Emosional climate Approach)

    Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa proses pembelajaran yang efektif

    mempersyaratkan adanya iklim sosio-emosional yang baik artinya suasana

    hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa serta antara siswa dengan

    siswa.33 Oleh sebab itu, tugas guru dalam mengelola kelas adalah membangun

    hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif

    di sekolah.34 Karena fitrah seorang anak adalah ingin selalu mendapatkan kasih

    sayang yang cukup, rasa aman dimanapun dia berada.35 Dengan demikian

    pendekatan ini berkeyakinan bahwa hubungan guru dengan siswa yang penuh

    simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini.

    Sehingga lebih menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang

    menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan

    siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa baik suka maupun duka.

    Implikasi dari pendekatan ini adalah siswa bukan semata-mata sebagai individu

    yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan

    pribadi yang sedang berkembang.

    3) Pendekatan Proses Kelompok

    Pendekatan proses kelompok didasarkan atas dua macam anggapan dasar,

    yaitu bahwa kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu

    kelompok kelas. Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-

    ciri seperti yang dimiliki oleh sistem sosial lainnya.

    Dalam hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam

    mengelola kelas adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana

    kelompok kelas yang efektif dan produktif.36 Schomuck dalam mengemukakan

    enam unsur yang berkenaan dengan pengelolaan kelas melalui pendekatan proses

    kelompok, yaitu:

    33 Modul Pembelajaran. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas. Hlm. 1734 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Yogyakarta: IKIP. 1983).

    Hlm. 17535 Zakiyah Darajad. Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung,1983). Hlm.7636 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Hlm. 175

  • a) Harapan

    Adalah prestasi yang ada pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan

    mereka. Harapan merupakan ramalan tentang apa yang diperbuat oleh diri sendiri

    dan orang lain dalam saling berhubungan itu. Dengan demikian harapan yang

    menyangkut bagaimana anggota-anggota kelompok berprilaku berpengaruh

    terhadap bagaimana guru dan siswa akan berperilaku dalam saling berhubungan.

    Kelompok kelas yang efektif akan terjadi apabila harapan yang berkembang pada

    diri guru dan siswa adalah tepat, realistik, dan jelas dimengerti oleh guru dan

    siswa. Perilaku guru menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan

    perilaku siswa, dan dengan demikian siswa akan berperilaku sesuai dengan

    harapan guru.37

    b) Kepemimpinan

    Kepemimpinan dalam hal ini diartikan sebagai perilaku yang mendorong

    kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan. Dengan demikian perilaku

    kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

    anggota dalam membantu menumbuhkan norma kelompok; menggerakkan

    kelompok mendekati pencapaian tujuan; meningkatkan mutu interaksi antar

    anggota ketompok; dan mengembangkan kerataan hubungan dalam kelompok.38

    Disinilah letak peranan guru dalam menumbuhkan hubungan yang baik antara

    guru-siswa dan siswa-siswa. Karena pendidikan sekolah merupakan tempat kedua

    anak-anak berlatih menumbuhkan kepribadiannya. Oleh karena itu, sudah menjadi

    kewajiban guru untuk membimbing anak dalam menyelesaikan dan menghadapi

    kesukaran-kesukaran dalam hidup. Karena banyak sekali kesukaran-kesukaran

    yang dihadapi anak ketika mulai masuk sekolah. Sekolah merupakan lingkungan

    baru bagi anak yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya (keluarga). Sekolah

    mempunyai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan mempunyai larangan

    yang perlu diindahkan. Jika guru tidak berusaha memahami kesukaran-kesukaran

    yang dihadapi siswa, dapat berakibat pada kebencian anak pada sekolah sehingga

    37 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang MenyenangkanBagi Siswa). Hlm. 55-64

    38 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkanbagi Siswa), hlm. 55-64

  • ada sekian banyak anak yang merasa takut untuk masuk sekolah.39 Disinilah

    besar peranan guru dalam menumbuhkan cinta sekolah bagi anak-anak.

    c) Kemenarikkan

    Berkaitan dengan pola keakraban yang terdapat dalam kelompok kelas.

    Kemenarikkan juga dapat diartikan sebagai tingkat hubungan persahabatan di

    antara anggota kelompok kelas. Tingkat kemenarikan ini tergantung kepada

    sampai sejauh mana hubungan interpersonal yang positif di antara anggota

    kelompok kelas, misalnya bagaimana guru berusaha untuk meningkatkan sikap

    menerima anggota kelas terhadap kehadiran siswa/anggota baru yang selama ini

    mereka menolak. 40

    d) Norma

    Merupakan suatu pedoman tentang cara berpikir, cara berperilaku, dan rasa

    yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Hubungan interpersonal sangat

    dipengaruhi oleh norma ini, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang

    dapat diharapkan dari orang lain dan yang harus dilakukan terhadap orang lain.

    Kelompok kelas yang efektif ditandai norma yang produktif. Dalam hal ini tugas

    guru adalah membantu kelompok untuk mengembangkan, menerima dan

    mempertahankan norma-norma kelompok yang produktif. Metode disukai

    kelompok yang produktif dapat mengubah norma-norma yang tidak produktif.41

    e) Komunikasi

    Merupakan dialog antar anggota kelompok baik melalui komunikasi verbal

    maupun non verbal. Komunikasi memungkinkan terciptanya interaksi yang

    bermakna di antara anggota kelompok dan memungkinkan terciptanya proses

    kelompok. Komunikasi yang efektif ditandai dengan penafsiran secara benar dan

    tepat proses yang disampaikan, dengan demikian tugas guru adalah mempunyai

    arah ganda, artinya guru bertugas membuka seluruh komunikasi yang

    memungkinkan siswa secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaannya, di

    samping itu juga menarik pikiran dan perasaan yang mereka komunikasikan

    kepada guru. Sebagai tambahan, guru juga perlu membantu siswa untuk

    39 Zakiyah Darajat, Kesehtan Mental .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983). Hlm. 71-7240 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan

    Bagi Siswa). Hlm. 55-6441 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan

    Bagi Siswa). Hlm. 55-64

  • mengembangkan kemampuan khusus berkomunikasi, seperti membuat paraphase

    dan mengemukakan balikan.42

    f) Keeratan

    Berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dipunyai kelompok kelas, atau

    merupakan jumlah keseluruhan dari rasa yang dipunyai oleh semua anggota

    kelompok terhadap kelompok itu. Keeratan ini menekankan hubungan individu

    terhadap kelompok secara keseluruhan, bukan terhadap individu-individu lain di

    dalam kelompok, keeratan dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:

    (1) Besar kecilnya minat terhadap tugas-tugas kelompok;

    (2) Sejauh mana sikap saling menyukai terhadap sesama anggotanya; dan

    (3) Sejauh mana kelompok memberikan prestasi tertentu kepada anggotanya.43

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas

    dengan pendekatan proses kelompok adalah sebagai berikut:

    (1) Guru hendaknya mampu membentuk dan memelihara kelompok kelas

    maupun kelompok keciI, yang efektif dan produktif.

    (2) Kelompok efektif dan produktif dapat terjadi apabila dalam kelompok

    tersebut memiliki harapan, kepemimpinan, keterkaitan, suasana, iklim, baik

    fisik (tempat, udara dan sebagainya) maupun non fisik (solidaritas, loyalitas,

    kepuasan, keakraban), norma aturan dan komunikasi. Guru tanggap dan

    mampu merubah kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.

    e. Jenis dan Prosedur Pengelolaan Kelas

    Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukan kepada

    kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal

    bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Tindakan optimal yang dilakukan guru

    dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas bukanlah tindakan yang imaginatif

    semata, akan tetapi memerlukan kegiatan yang sistematis berdasarkan langkah-

    Iangkah bagaimana seharusnya kegiatan itu dilakukan.

    42 Mulydi. Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan BagiSiswa). Hlm. 55-64

    43 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan BagiSiswa). Hlm. 55-64

  • Menurut Nurhadi, upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana

    yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat dilakukan secara preventif

    maupun secara kuratif.44 Sehingga pengelolaan kelas, apabila ditinjau dari

    sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

    1) Pengelolaan kelas yang bersifat preventif (pencegahan)

    Yaitu apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk

    menciptakan kondisi pendidikan yang menguntungkan bagi proses belajar

    mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau

    pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan

    berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak

    dinodai oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses

    belajar mengajar di kelas. 45

    2) Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif (penyembuhan)

    Pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada

    tingkah laku siswa sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

    Dalam hal ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah

    laku yang menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah

    laku siswa yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan

    baik.46

    Berdasarkan jenis pengelolaan kelas tersebut, maka prosedur atau langkah-

    langkah pengelolaan kelas dapat dilakukan sebagai berikut:

    a. Dimensi Pencegahan (preventif)

    (1) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

    Sikap guru terhadap kegiatan profesinya banyak mempengaruhi terciptanya

    kondisi belajar mengajar. Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang

    strategis dan mendasar dalam kegiatan pengelolaan kelas adalah "Peningkatan

    kesadaran diri" sebagai guru. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan

    tampak dalam sikap guru yang demokratis tidak otoriter, menunjukan kepribadian

    yang stabil, harmonis serta berwibawa.

    (2) Peningkatan kesadaran siswa

    44 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Hlm. 16345 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Hlm. 16346 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Hlm. 163

  • Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa

    diikuti meningkatnya kesadaran siswa, sebab apabila siswa tidak memiliki

    kesadaran terhadap dirinya maka tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan

    guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sehingga dapat mengganggu kondisi

    optimal dalam rangka belajar mengajar. Kurangnya kesadaran siswa ditandai

    dengan sikap yang mudah marah, mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap

    tersebut akan memungkinkan siswa melakukan tindakan-tindakan yang kurang

    terpuji. Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut

    guru harus berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai

    berikut:

    (a) Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai

    anggota kelas.

    (b) Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.

    (c) Menciptakan suasana saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.

    (3) Penampilan sikap guru

    Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan

    dan sikap keseharian selalu "Apa adanya" tidak berpura-pura. Tindakan dan sikap

    demikian merupakan rangsangan positif bagi siswa dan siswa akan memberikan

    respon atau reaksi positif.

    (4) Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan; langkah ini mengharuskan

    guru agar mampu:

    (a) Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat

    individual atau kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja

    dilakukan siswa hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-

    temannya.

    (b) Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan

    sesuai dengan situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah

    dipilihnya apabila pilihan pertama mengalami kegagalan.

    (c) Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil

    sehingga dirinya mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem

    pengelolaan.

    (5) Menciptakan "kontrak sosial".

  • Langkah terakhir dalam upaya pengelolaan kelas secara preventif adalah

    pengaturan tingkah laku dengan menggunakan norma atau nilai. Norma atau nilai

    itu diharapkan akan menjadi landasan tindakan yang akan berfungsi untuk

    mempertahankan kehadiran tingkah laku siswa yang mendukung maupun untuk

    mencegah tingkah laku sosial, pada hakikatnya adalah norma yang dituangkan

    dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis,

    yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun

    sebagai kelompok. Kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya pengelolaan

    kelas hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan

    pendidik.47

    Adapun prosedur dimensi pencegahan dapat digambarkan sebagaimana diagram

    berikut:

    47 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Hlm. 164-169

  • b. Dimensi Penyembuhan (kuratif)

    Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) meliputi hal-

    hal berikut:

    1) Mengidentifikasi Masalah

    Dalam tahap identifikasi guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau

    mengetahui masalah-masalah yang timbul di kelas. Dari masalah-masalah tersebut

    guru harus dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui

    siswa yang melakukan penyimpangan tersebut.

    2) Menganalisa Masalah

    Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa

    penyimpangan dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada

    penyimpangan itu. Setelah diketahui sumbernya kemudian dilanjutkan dengan

    menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan

    tersebut.

    3) Menilai Alternatif-alternatif Pemecahan

    Menilai dan melaksanakan salah satu alternatif pemecahan. Pada langkah

    ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif berdasarkan

    sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya alternatif

    mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.

    4) Melaksanakan Alternatif yang Telah Ditetapkan

    Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah

    melaksanakan alternatif tersebut.

    5) Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah

    yang dimaksud.

    Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk

    mendapatkan data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan

    dari alternatif pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang

    direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini

    merupakan dasar untuk melakukan perbaikan program. Langkah prosedur

    pengelolaan penyembuhan kuratif digambarkan sebagai berikut:

  • DIAGRAM PROSEDUR PENGELOLAAN DIMENSI PENYEMBUHAN

    (KURATIF)

    f. Kedudukan Pengelolaan Kelas dalam Taksonomi Variabel Pembelajaran

    Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini

    akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan

    efisien. Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran dalam

    mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran yang menjadi perhatiannya

    terutama bila dikaitkan dengan teori-teori pembelajaran. Muhaimin dkk,

    mengemukakan bahwa klasifikasi yang lebih terinci dan memadai sebagai

    landasan pengembangan suatu teori pembelajaran adalah oleh Reigeluth yang

    mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran menjadi 4, yaitu: 48

    1) Kondisi pembelajaran

    2) Bidang studi

    3) Strategi pembelajaran

    48 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam PembelajaranPendidikan Agama). (Surabaya: CV. Citra Media. 1996). Hlm. 99

  • 4) Hasil pembelajaran

    Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran dari Reigeluth telah banyak

    diujicobakan serta diwarnai oleh pemikiran-pemikiran teknologi pembelajaran.

    Oleh karena itu, pada tahun berikutnya klasifikasi variabel-variabel pembelajaran

    itu dimodifikasi menjadi 3 meliputi:

    1) Kondisi pembelajaran

    2) Metode pembelajaran, dan

    3) Hasil pembelajaran49

    Variabel-variabel yang dikelompokkan ke dalam kondisi pembelajaran adalah

    karakteristik si belajar, karakteristik lingkungan pembelajaran dan tujuan

    institusional. Variabel metode pembelajaran mencakup strategi pengorganisasian

    pembelajaran baik mikro maupun makro, strategi penyampaian, dan strategi

    pengelolaan pembelajaran. Adapun variabel hasil pembelajaran mencakup semua

    efek yang dihasilkan dari pembelajaran, apakah itu pada diri siswa, lembaga

    pendidikan, termasuk juga lingkungan masyarakat.50

    Berdasarkan pada taksonomi variabel pembelajaran di atas, maka kedudukan

    pengelolaan kelas terletak pada kondisi pembelajaran. Dengan demikian, dalam

    upaya meningkatkan kemampuan belajar siswa maka pengelolaan kelas dapat

    dimanipulasi oleh pengajar karena pengelolaan kelas merupakan faktor yang

    mempengaruhi peningkatan hasil pembelajaran berupa keefektifan, efisiensi, dan

    daya tarik pembelajaran yang semua itu dapat menjadikan siswa meningkatkan

    kemampuannya dalam hal belajarnya.

    B. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas

    Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pengajaran. Pengelolaan kelas

    mengacu pada bagaimana guru menciptakan dan memelihara keefektifan kelas

    dan menyelesaikannya bila muncul masalah-masalah pada saat kegiatan

    pembelajaran berlangsung. Tujuan dari penyelesaian masalah tersebut adalah

    untuk mengantisipasi dan melakukan penanganan terhadap permasalahan yang

    49 Yendra Afriza Wijaya, Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan BelajarSiswa di SMP Negeri 1 Ngoro Mojokerto. (Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang. 2006) Tidakditerbitkan.

    50 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam PembelajaranPendidikan Agama). Hlm. 100

  • muncul, supaya tidak mengganggu pencapaian tujuan pembelajaran.51 Masalah

    pengelolaan kelas tidak hanya terbatas pada masalah mengelola lingkungan fisik

    atau kondisi ruang kelas saja, permasalahan lain yang tak kurang penting adalah

    bagaimana seorang guru mengendalikan situasi belajar serta memulihkannya

    apabila terjadi gangguan.52

    Menurut Raka Joni dalam Mulyadi, masalah pengelolaan kelas dapat

    dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah

    kelompok.53

    1. Masalah Individu/perorangan

    Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell, mengemukakan bahwa semua tingkah

    laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk

    diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Hal yang sama juga

    dikemukakan oleh Asad, bahwa Masalah individu akan muncul karena dalam

    setiap individu ada kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan ingin

    mencapai harga diri. Sehingga ketika kebutuhan tidak dapat terpenuhi melalui

    cara-cara yang wajar maka individu tersebut akan berusaha mendapatkannya

    dengan cara-cara yang tidak baik.54

    Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, memungkinkan terjadi

    beberapa tindakan siswa yang dapat digolongkan menjadi:

    a. Attention getting behaviors

    Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, misalnya

    membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban supaya

    mendapat pertolongan/perhatian oleh guru (pasif).

    b. Power seeking behaviours

    Tingkah-Iaku yang ingin mendapat kekuasaan, misalnya selalu mendebat atau

    kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis atau selalu "Iupa"

    pada aturan penting di kelas (pasif).

    51 Nur Muhammad, Keterampilan Mengelola Kelas. (online). (Www.KeterampilanPengelolaan Kelas-edu.), diakses September 2011)

    52 Nur Muhammad, Keterampilan Mengelola Kelas.(online), diakses September 201153 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan

    Bagi Siswa). Hlm.12-1354 Asad, Masalah dan Pemecahannya dalam Pengelolaan Kelas. (online). (Belajar Bahasa

    blogs, diakses 22 februari 2011).

  • c. Revenge seeking behaviours

    Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain dengan tujuan menuntut

    balas, misalnya mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya (kelompok

    ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).

    d. Passive Behaviour (helpness)

    Peragaan ketidakmampuan yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk

    mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang

    menjadi bagiannya.

    2. Masalah Kelompok

    Lois V. Johnson dan Mary A. Bany, mengemukakan tujuh katagori masalah

    kelompok dalam manajemen kelas. Masalah ini merupakan yang harus

    diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah kelompok akan muncul apabila

    tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan

    akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan

    belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya

    akan aktif, puas, bergairah dan belajar dengan baik. .55

    Masalah-masalah kelompok yang dimaksud adalah:

    a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial

    ekonomi, dan sebagainya

    b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai

    sebelumnya

    c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya

    d. Membombang anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok

    e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap

    f. Semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan

    keadaan baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh

    guru lain.56

    55 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang MenyenangkanBagi Siswa),Hlm.16

    56 Mulyadi, Classroom Management (Mewujudkan Suasana Kelas yang MenyenangkanBagi Siswa). Hlm.16

  • Berdasarkan klasifikasi masalah pengelolaan kelas di atas, maka masing-

    masing masalah perlu ditangani dengan pendekatan yang sesuai dengan

    masalahnya. Sehingga keterampilan menganalisa atau mendiagnosa jenis masalah

    mutlak dimiliki oleh guru.

    Berikut adalah anjuran cara mendiagnosa masalah individu pengelolaan kelas

    oleh Dreikurs dan Cassell:

    a. Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa, maka

    kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap meminta perhatian.

    b. Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam oleh perbuatan siswa, maka

    kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin menunjukkan kekuatan.

    c. Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan siswa, kemungkinan siswa

    tersebut ada pada tahap ingin balas dendam.

    d. Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa lagi dalam

    menghadapi ulah siswa, maka besar kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap

    ingin menunjukan ketidakmampuan.57

    Sedangkan untuk mendiagnosa masalah kelompok guru dapat melihat dari

    tanda-tanda yang ditampakkan oleh kelompok siswa di kelas, seperti: siswa

    bersifat pasif, acuh, tidak puas, perhatian kelas mudah dialihkan dan sebagainya.

    Oleh karena itu, dari dua macam masalah pengelolaan kelas tersebut, maka

    memerlukan penanganan yang berbeda. Diagnosis yang keliru akan menimbulkan

    tindakan korektif yang keliru pula.

    3. Sebab-Sebab Munculnya Masalah Pengelolaan Kelas

    Setiap masalah atau konflik tidak terjadi secara mendadak, melainkan ada hal

    yang menyebabkannya. Demikian juga dengan masalah-masalah pengelolaan

    kelas. Menurut Musthafa Fahmi, konflik adalah adanya salah satu dari dua

    dorongan yang berlawanan, yang tidak dapat dipenuhi keduanya dalam satu

    waktu.58 Secara sederhana dua pakar penulis Amerika Serikat yaitu, Cathy A

    Constantino, dan Chistina Sickles Merchant, mengatakan bahwa konflik pada

    57 Asad, Masalah dan Pemecahannya dalam Pengelolaan Kelas. (online), (Belajar Bahasablogs, diakses 22 Februari 2011).

    58 Mustafa Fahmi, As-Shihatun Nafsiyah (fi Usrati wal madrasati wal mujtamai)[ter.Zakiyah Darajad, Kesehatan Jiwa(dalam keluarga, sekolah dan masayarakat), (Jakarta: BulanBintang). Hlm. 17

  • dasarnya adalah sebuah proses mengekspresikan ketidapuasan, ketidaksetujuan,

    atau harapan-harapan yang tidak terealisasi.59

    Adapun penyebab munculnya suatu konflik antara lain disebabkan oleh:

    a. Teori hubungan masyarakat

    Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,

    ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu

    masyarakat. Sasarannya adalah meningkatkan komunikasi dan saling pengertian

    antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar

    masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

    b. Teori kebutuhan manusia

    Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar

    manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang

    sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan,

    partisipasi, dan otonomi. Sasarannya adalah mengidentifikasi dan mengupayakan

    bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-

    pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu. Karena manusia dibekali dengan sejumlah

    dorongan yang berlainan, sehingga dorongan-dorangan tersebut membutuhkan

    pemuasan dan pencapaian tujuan yang diinginkan. Sehingga ketika kebutuhannya

    tidak terpenuhi manusia akan melakukan apapun demi memenuhi kebutuhannya.

    Misalnya anak-anak yang kurang perhatian, maka ia akan sering melakukan hal-

    hal yang menarik perhatian untuk memperoleh kasih sayang, misalnya banyak

    keluhan dan pengaduan, menjerit-jerit, atau tertawa-tawa keras, suka membuat

    rebut, kekacauan dan sebagainya.60 Atau mungkin juga anak akan melukai dirinya

    dengan mogok makan, tidak mau bicara, membiarkan dirinya jatuh,atau bahkan

    menjadi keras kepala, tidak mau mendengarkan nasehat otrang tua/guru, dan lain-

    lain.61

    59 Aat Sriyati, Managemen Konflik dalam Organisasi. Makalah disajikan dalam PerkualihanFakultas Ilmu Keperawatan Jatinagor, Universitas Pajajaran.

    60 Zakiyah Darajad, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1983). Hlm. 8061 Zakiyah Darajad, Kesehatan Mental,. Hlm. 80

  • c. Teori negosiasi prinsip

    Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras

    dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami

    konflik. Sasarannya adalah membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan

    perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka

    untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka dari pada posisi

    tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang

    menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.

    d. Teori identitas

    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering

    berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak

    diselesaikan. Sasarannya adalah melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara

    pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman

    dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di

    antara mereka.

    e. Teori kesalahpahaman antarbudaya

    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara

    komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasarannya adalah

    menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak

    lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain,

    meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.

    f. Teori transformasi konflik

    Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan

    dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.

    Sasarannya adalah mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan

    ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan

    jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik,

    mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan,

    keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan. 62

    Sedangkan menurut Hendrick, konflik terjadi bedasarkan tiga tahap; pertama

    peristiwa sehari-hari, kedua adanya tantangan, dan ketiga karna timbulnya

    62Ardy Maulidy Navastara.Manajemen Konflik: Devinisi dan Teori-Teori Konflik. (online).(Http://Jepits.Wordpress.Com., diakses bulan Juli 2007).

  • pertentangan.63 Berdasarkan teori munculnya konflik tersebut, Raka Joni

    mengatakan bahwa masalah individu akan muncul karena dalam setiap individu

    ada kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri.

    Ketika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka

    individu tersebut akan berusaha mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak

    baik.64

    Sebagaimana yang dikatakan Harlock, pada umumnya anak usia sekolah

    dasar mempunyai rasa keinginan untuk diterima oleh teman sebaya sangat

    tinggi.65 Sehingga anak-anak berusaha melakukan apapun supaya diterima oleh

    kelompoknya. Meskipun harus melakukan pelanggaran yang berlawanan dengan

    norma-norma yang ada. Termasuk norma di sekolah.

    Berikut adalah pelanggaran-pelanggaran umum yang biasa dilakukan anak-

    anak di sekolah menurut J. Robert dan J. T.Bird:

    1. Mencuri

    2. Menipu

    3. Berbohong

    4. Menggunakan kata-kata yang kasar dan kotor

    5. Merusak inventaris sekolah

    6. Membolos

    7. Menggaggu anak lain dengan mengejek, menggertak dan menciptakan

    gangguan

    8. Membaca komik dan mengunyah permen karet selama pelajaran berlangsung

    9. Berbisik-bisik, melucu, atau berbuat gaduh di kelas

    Berkelahi dengan teman sekelas.66

    C. Paradigma Anak Usia Sekolah Dasar

    63 Akdon, ed. Manajemn Konflik dalam Organisasi, (Jakarta: Alfabeta, 2008). Hlm. 1964Mawardi, Masalah dan Pemecahannya dalam Pengelolaan Kelas (online), (

    Http://Jepits.Wordpress.Com., diakses 22 Februari 2011).65 Elizabeth Harlock, Developmental Psycologi (A life-Span Approch), fifth edition

    1980.[ed. Ridwan Max Sijabat, Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentangkehidupan) (Jakarta: Erlangga, 2005). Hlm. 147.

    66 Elizabeth Harlock, Developmental Psycologi (A life-Span Approch), fifth edition 1980.Hlm. 167.

  • Anak merupakan individu yang menyimpan berbagai potensi serta aset yang

    sangat berharga bagi kehidupan selanjutnya, disisi lain tidak sedikit yang

    mengklaim bahwa anak merupakan individu yang tidak berdaya, yang hanya

    menimbulkan gangguan dan masalah dimanapun dia berada. Semisal di

    lingkungan keluarga, jika anak banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan

    tidak mau mengulang pelajarannya di rumah, orang tua tidak segan-segan

    memarahi atau menghukum. Jika anak nilainya jelek orang tua selalu

    menyalahkan anaknya yang malas, bodoh, dan sebagainya. Di sekolahpun

    demikian, seringkali guru mengatakan siswanya nakal, sulit diatur, suka melawan,

    kurang disiplin dan menyebalkan. Sehingga tidak sedikit guru yang menghukum

    siswanya apabila datang terlambat, tidak mengerjakan PR, bermain ketika

    pelajaran, lupa membawa buku, berkelahi dengan teman, karena dianggap

    mengganggu dan bersalah. Padahal belum tentu tindakan yang dianggap buruk

    dan mengganggu itu benar adanya. Bisa jadi tindakan tersebut hanyalah bentuk

    ketidaktepatan dalam mengekspresikan keinginan dalam memenuhi

    kebutuhannya. Menurut Sibylle, diantara yang menyebabkan berprilaku nakal

    anak adalah rasa ketidakpuasan terhadap harapan yang ada pada dirinya, yang

    terwujud dalam bentuk rasa kesepian, takut, dosa, atau cemas yang merupakan

    masalah bagi anak.67 Disinilah urgensi orang dewasa untuk membantu anak dalam

    memenuhi kebutuhan (menyelesaikan masalahnya) melalui pendidikan yang baik

    supaya anak tidak salah dalam menentukan sikap dan selalu dijadikan subyek

    bersalah di manapun dia berada baik do rumah maupun di sekolah.

    Berdasarkan sudut pandang psikologi, normal saja jika anak sering berprilaku

    yang dapat menyebabkan masalah-masalah di sekolah/kelas. Hal tersebut

    dikarenakan secara psikologis siswa SD berada pada fase bermain dan

    penyesuaian diri.68 Sedangkan sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-

    anak yang berasal dari berbagai lapisan dan corak kehidupan masyarakat, yang

    menuntut anak untuk melakukan penyesuaian diri.69 Bagi anak yang mudah

    67 Sibille Escalona, Understanding Hostility in Children, [ter.Abdul Munin al Maligy,Zakiyah Darajat, . Dendam Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang. 1980). Hlm.63

    68 Elizabeth Harlock, Developmental Psycologi (A life-Span Approch), fifth edition1980.[ed. Ridwan Max Sijabat, Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentangkehidupan) (Jakarta: Erlangga, 2005). Hlm. 148

    69 Koestoer Partowisastro. Dinamika Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga, 1983). Hlm. 55

  • menyesuaikan diri tidaklah jadi masalah. Mereka dapat dengan mudah menerima

    hal-hal yang baru. Tetapi bagi anak yang sulit menyesuaikan diri, tidak sedikit

    yang mengalami kegoncangan mental sehingga timbul kecemasan dan stress

    ketika pagi datang yang mengharuskan mereka pergi ke sekolah.

    Sebagai orang dewasa (orang tua dan guru) harus mampu memahami kondisi

    mereka, karena sejatinya pengalaman yang sangat berat bagi anak adalah ketika

    mulai belajar hidup berdisiplin di sekolah, mulai duduk tenang pada jam-jam

    tertentu, dan harus patuh pada peraturan.70 Bagi anak yang biasa dimanja di

    rumah, sekolah merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang dapat

    menyisakan pengalaman-pengalaman menyedihkan dan derita yang tidak

    sedikit.71 Sehingga guru dan orang tua harus mampu membantu anak supaya bisa

    menyelesaikan masalahnya. Bukan memarahi dan mengatakan anaknya nakal,

    pemalas dan sebagainya.

    Disisi lain fakta penelitian dan pengamatan yang dilakukan Maslow dalam

    bukunya teori motivasi dengan pendekatan hierarki kebutuhan manusia,

    menunjukkan bahwa anak-anak normal pada hakikatnya sering bersifat

    bermusuhan, merusak dan mementingkan dirinya sendiri; tetapi disisi lain sering

    juga menunjukkan sikap yang berbeda seperti murah hati, kooperatif dan tidak

    mementingkan dirinya.72 Dua penampakan sikap tersebut sepintas tampak aneh.

    Tetapi ini realitas, sehingga perlu kajian lebih lanjut supaya paradigma-

    paradigma yang menjadikan anak sebagai subyek dianggap bersalah dalam

    setiap tingkah lakunya dapat dipertanggung jawabkan. Sebagai contoh salah satu

    ciri anak usia sekolah yang dikatakan orang dewasa adalah sering membuat

    kerusakan/merusak. Padahal jika dianalisa lebih lanjut belum tentu demikian, anak

    yang membongkar jam, mereka tidak merasa merusak jam itu; tetapi merasa

    sedang mempelajarinya. Apabila sikap membongkar jam/mainan dikatakan

    sebagai dorongan utama membuat kerusakan, hal ini sangatlah tidak adil bagi

    anak, karena sejatinya mereka hanya mengekspresikan rasa ingin tahunya melalui

    70 Zakiyah Darajad, Kesehatan Mental, hlm. 10171 Sibille Escalona, Understanding Hostility in Children, [ter.Abdul Munin al Maligy,

    Zakiyah Darajat, . Dendam Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang. 1980). Hlm.4772 Abraham Maslow, Motivation and Persnality, Usa: Herper and Row Publications [ter.

    Nurul Imam. Motivasi dan Kepribadian I (Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki KebutuhanManusia). (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1994). Hlm.148

  • kegiatan membongkar apa saja yang ingin mereka ketahui, dan ini merupakan

    proses belajar yang harus diberi fasilitas dan pengembangan oleh orang tua/guru

    dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah mereka. Sehingga dengan

    pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak

    hal dibandingkan dengan anak belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut

    Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). Zone of Proximal

    Development memberi makna baru terhadap kecerdasan. Kecerdasan tidak

    diukur dari apa yang dapat dilakukan anak dengan bantuan yang semestinya.

    Belajar melakukan sesuatu dan belajar berpikir terbantu dengan berinteraksi

    dengan orang dewasa.73

    Menurut Vygotsky, pertama-tama anak melakukan segala sesuatu dalam

    konteks sosial dengan orang lain dan bahasa membantu proses ini dalam banyak

    hal. Lambat laun, anak semakin menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada

    orang dewasa dan menuju kemandirian bertindak dan berpikir.74 Tahap seperti ini

    dinamakan sebagai Scaffolding Interpretation, yaitu memandang zona

    perkembangan proksimal sebagai wilayah penyangga untuk mencapai taraf

    perkembangan yang semakin tinggi.75 Sehingga sebelum terjadi internalisasi

    dalam diri anak, atau sebelum kemampuan intramental (berlangsungnya proses

    mental) terbentuk, anak perlu dibantu proses belajarnya.

    D. Strategi-Strategi Pengelolaan Kelas

    Istilah strategi dalam konteks pengajaran dapat diartikan sebagai pola umum

    tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran. Pola umum

    ini berupa macam-macam tindakan yang digunakan guru-peserta didik pada

    berbagai ragam event di dalam proses belajar mengajar.

    Untuk mengatasi gangguan yang sering timbul ini maka guru dapat

    menerapkan berbagai strategi dalam mengatasi masalah pengelolaan kelas.

    Diantara strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:76

    73 Sumardi, 2008. Relevansi Teori Psikologi Piaget, Vygotsky, dan Bruner dalamPembelajaran Bahasa Inggris,(sumardis site), (online), (http://robertsumardi.wordpress.com,diakses 11 september 2008)

    74 Sumardi, 2008. Relevansi Teori Psikologi Piaget, Vygotsky, dan Bruner dalamPembelajaran Bahasa Inggris,(sumardis site), diakses 11 september 2008)

    75 Asri Budiningsih. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008). Hlm. 10276 J.J.Hasibuan dkk., Proses Belajar Mengajar.(Bandung: Remadja Karya, 1988). Hlm.

    180.

  • 1. Masalah yang Bersifat Individual

    a. Tingkah laku menarik perhatian

    Bersikap masa bodoh terhadap pelanggaran siswa yang menunjukkan tingkah

    laku menarik perhatian, kemudian memberikan respon positif terhadap tingkah

    laku siswa yang positif.

    b. Tingkah laku mencari kekuasaan

    Memberikan tugas yang bersifat memimpin, memberikan tugas yang

    memerlukan keberanian, dan memberikan tugas yang menuntut kekuatan fisik,

    bagi siswa yang menunjukkan tingkah laku dapat menguasai orang lain seperti

    mendebat, marah, dan selalu lupa pada peraturan kelas yang disepakati

    sebelumnya.

    c. Tingkah laku membalas dendam

    Tidak memberikan respon, ekspresi wajah yang wajar terhadap siswa yang

    menunjukkan tingkah laku membalas dendam. Misalnya siswa mengancam,

    menendang, dan biasanya berperilaku merasa lebih kuat.

    d. Peragaan ketidakmampuan (helpness/passive behaviours).

    Bagi siswa yang menunjukkan ketidakmampuan, biasanya bersikap sangat

    apatis (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, karena dia merasa hanya

    kegagalan yang akan Ia dapatkan. Anak selalu merasa dirinya lemah, tidak

    berdaya, Ia tidak mengerti dirinya sendiri, dan tidak mengerti orang lain, dan Ia

    merasa hidup ditengah-tengah alam permusuhan yang penuh kontradiksi.77 Untuk

    mengatasi masalah seperti ini maka guru tidak boleh menyalahkan siswa secara

    langsung, guru menunjukkan segi keberhasilan siswa.78 Kemudian sering-sering

    memberikan pengertian dan pendekatan secara intensif.

    2. Masalah Kelompok

    Masalah individual dalam pengelolaan kelas cenderung tidak menjadi sesuatu

    yang berkepanjangan. Tetapi masalah kelompok seringkali menjadi masalah

    77 Musthafa Fahri, As-shihah an-nafsiyah. Hlm. 3578 J.J. Hasibuan dkk. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Remadja Karya, 1988). Hlm.

    180

  • serius. Untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas yang bersifat kelompok dapat

    dilakukan tindakan sebagai berikut:79

    a. Kelas kurang kohesif.

    Kurangnya kesatuan kelas dapat diatasi dengan meningkatkan keakraban dan

    kerjasama. Mengusahakan kesatuan kelas dapat dengan membuat kelompok

    menjadi menarik bagi semua anggota dan memperbaiki iklim kelas. Langkah

    pertama adalah menganalisis situasi dan struktur kelas, kemudian menentukan

    kebutuhan-kebutuhan mereka, selanjutnya kebutuhan itu dicoba diusahakan agar

    relatif terpenuhi.80

    b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

    Masalah ini dapat diatasi dengan membangun kerjasama dan persahabatan,

    Dengan berinteraksi dan komunikasi, siswa akan dapat gambaran realistik tentang

    situasi kelompok kelas, mengembangkan pengertian untuk mengurangi konflik

    antar individu, dan belajar mengendalikan diri untuk menciptakan situasi belajar

    yang baik.81

    c. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,

    misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.

    Masalah ini merupakan tindakan yang mengganggu kondisi kelas. Guru harus

    segera menghentikannya secara tepat dan segera. Pesan-pesan non-verbal atau

    gerakan tubuh baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis dan sebagainya dapat

    membantu guru dalam pengelolaan kelas.82

    d. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya

    gangguan jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan

    sebagainya. Keadaan ini disebabkan menurunnya motivasi dan kegairahan belajar

    siswa, maka guru perlu membangkitkan semangat siswa untuk belajar.

    e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah

    digarap.

    Masalah ini mungkin disebabkan belum adanya tata tertib kelas sebelumnya.

    Guru melakukan kontrol sosial melalui pendekatan. Dengan siswa merasa dekat

    79 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). Hlm. 11980 Made Pidarta. Hlm. 39.81 Made Pidarta. Hlm. 47-4882 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran.Hlm. 130.

  • dengan guru akan memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat nakal dan

    melanggar tata tertib sekolah.83

    f. Semangat kerja rendah. Misalnya aksi protes kepada guru karena

    menganggap tugas yang diberikan kurang adil.

    Masalah ini diatasi dengan siasat yang tertib, melalui sikap demokratis guru,

    akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut terlibat dalam

    menegakkan disiplin di sekolah, ikut bertanggung jawab dan ikut

    mempertahankan aturan yang telah ditetapkan bersama.84

    Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds, ada sejumlah model atau strategi

    yang diusulkan untuk mengatasi prilaku buruk siswa, seperti model Evertson dan

    Emmer berikut:

    a. Guru menyuruh siswa menghentikan prilaku buruknya dan melakukan kontak

    dengan murid sampai prilaku menghilang

    b. Guru melakukan kontak mata dengan murid sampai prilaku menghilang

    c. Guru mengingatkan murid tersebut tentang prilaku yang semestinya

    dilakukan

    d. Guru perlu memerintahkan kepada murid untuk menjelaskan apa yang

    dimaksud dengan prilaku yang benar kepada dirinya sendiri

    e. Guru perlu memberikan hukuman atas pelanggaran aturan.85

    Model lain untuk menangani prilaku buruk siswa adalah model LEAST, yang

    menyarankan lima langkah untuk menangani kerusuhan, diantaranya:

    a. Leave it Alone (biarkan saja)

    b. End the Action Inderectly (hentikan tingkah lakunya secara tidak langsung),

    c. Attend More Fully (beri perhatian lebih),

    83 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Hlm. 13184 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Hlm. 13585 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching (Teori dan Aplikasi). (Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar, 2008). Hlm. 137

  • d. Spell Out Direction (beri pengarahan kata demi kata),

    e. Track the Behavior (lacak prilaku itu), hal ini dilakukan jika prilaku tersebut

    muncul berulang-ulang pada salah seorang murid atau lebih, lebih baik lagi

    jika disediakan catatan sistematik tentang prilaku buruk siswa.86

    86Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching (Teori dan Aplikasi). Hlm. 138