fmea

50
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Fa il ur e Met hode An d Eff ec t An al ys is ( FMEA ) FMEA adala h suatu car a di mana sua tu bagian atau sua tu pro ses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bi la mode kegagal an itu ti dak di cegah at au dikoreksi. ( Kenneth Crow,2002 ) FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan : 1. Semua kegagalan – kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem. 2. Efek-efek dari kegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara untuk memperbaiki atau memin imalis kegagal an-keg agalan atau efek- efek nya pada sistem ( Perbaikan dan minimalis yang dilakukan biasanya  berdasarkan pada sebuah ranking dari  severity dan probability dari kegagalan ) FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan kegagalan telah diperti mbangk an dan usaha yang tepat untuk mengatasi nya telah dibuat untuk meminimasi semua kegagalan – kegagalan yang potensial. ( Kevin A. Lange, 2001 )

Upload: anto-yamashita-saputra

Post on 02-Mar-2016

183 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 1/50

1

BAB

2

LANDASAN TEORI

2.1 Failure Methode And Effect Analysis ( FMEA )

FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang

mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidaksesuaian

dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau

dikoreksi. ( Kenneth Crow,2002 )

FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa

dan menemukan :

1. Semua kegagalan – kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem.

2. Efek-efek dari kegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara

untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan-kegagalan atau efek-

efek nya pada sistem ( Perbaikan dan minimalis yang dilakukan biasanya

 berdasarkan pada sebuah ranking dari  severity dan probability dari

kegagalan )

FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design

dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan kegagalan

telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk 

meminimasi semua kegagalan – kegagalan yang potensial. ( Kevin A. Lange, 2001 )

Page 2: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 2/50

2

FMEA dapat bervariasi pada level detail dilaporkan, tergantung pada detail

yang dibutuhkan dan ketersediaan dari informasi. Sebagaimana pengembangan terus

 berlanjut, memperkiraan secara kritis ditambahkan dan menjadi  Failure, Mode,

 Effects and Critically Analysis dan  FMECA. Ada variasi yang sangat banyak 

didalam industri untuk mengimplementasikan analisis FMEA. Sejumlah standar-

standar dan aturan telah dikembangkan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan

untuk analisis dan setiap organisasi dapat melakukan pendekatan yang berbeda

didalam melakukan analisis.

Definisi menurut serta pengurutan atau ranking  dari berbagai terminologi

dalam FMEA adalah sebagai berikut :

1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh

 pengguna akhir.

2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain

yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain

dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan

menghasilkan kecacatan produk.

4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang

 bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang

menyebabkan akibat tertentu.

Page 3: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 3/50

3

Tabel 2.1 Rating Occurance

Ranking Kriteria Probablilitas

1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan

kegagalan

1 dalam 1000000

2

3

Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam200000

 4

5

6

Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam1000000

1 dalam

7

8

Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam 40

1 dalam 20

9

1

Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan

akan mungkin terjadi

1 dalam 8

1 dalam 2

Catatan : probabilitas kegagalan berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan

rating proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa ( engineering 

( Sumber : Gasperz, 2002, p251 )

5. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang

 bagaimana buruknya penggguna akhir akan merasakan akibat dari

kegagalan tersebut.

Tabel 2.2 Rating Severity

Ranking Kriteria

1  Neglible severity, kita tidak perlu memikirkan akibat akan berdampak pada kinerja

 produk 

 pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini.

2

3

 Mid severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak 

merasakan perubahan kinerja

4

5

6

 Moderate severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau

 penampilan namun masih berada dalam batas toleransi

7

8

 High severity, akibat akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima

 berada diluar batas toleransi

Page 4: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 4/50

4

9  Potential safety problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan

10 bertentangan dengan hukumCatatan : tingkat severity berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan

dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa ( engineering judgement )

( Sumber : Gasperz, 2002, p250 )

6.  Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana

efektifitas dan metode pencegahan atau pendektesian.

Tabel 2.3 Rating Detectability

Ranking Kriteria Tingkat Kejadian1 Metode Pencegahan atau deteksi sangat efektif.

Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi.

1 dalam 1000000

2

3

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah

sangat rendah.

1 dalam200000

 4

5

6

Kemungkinan penyebab bersifat moderate.

Metode deteksi masih memungkinkan kadang-

kadang penyebab itu terjadi

1 dalam

1000000

1 dalam

7

8

Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi.

Metode deteksi kurang efektif, karena penyebab

masih berulang lagi

1 dalam 40

1 dalam 20

9

10

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi

Metode deteksi tidak efektif, penyebab akan selalu terjadi

1 dalam 8

1 dalam 2

Catatan : tingkat kejadian berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating

disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa.

( Sumber : Gasperz, 2002, p250 )

7.  Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating

 severity, detectibility dan rating occurance

RPN = (S) x (D) x (O)

Page 5: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 5/50

5

2.1.1 Keuntungan FMEA

Keuntungan dari FMEA

• Produk akhir harus “aman”, FMEA membantu desainer untuk 

mengidentifikasikan dan mengeliminasi atau mengendalikan cara kegagalan yang

 berbahaya, meminimasi dari perkiraan terhadap sistem dan

 penggunanya.

Meningkatnya keakuratan dari perkiraan terhadap peluang dari kegagalan yang

akan dikembangkan, khususnya juga data dari peluang realibitas didapat dengan

menggunakan FMEA.

•  Realibilitas dari produk akan meningkat

Waktu untuk melakukan desain akan di kurangi berkaitan dengan melakukan

identifikasi dan perbaikan dari masalah-masalah.

2.1.2 Proses FMEA

Proses FMEA merupakan sebuak teknik analisis yang digunakan oleh tim

manufacturing yang bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa untuk memperluas

kemungkinan cara-cara kegagalan dan mencari penyebab yang berkaitan yang telah

dipertimbangkan dan dituangkan kedalam bentuk form yang tepat, sebuah FMEA merupakan

ringkasan dari pemikiran tim engineering (termasuk analisa dari item-item

Page 6: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 6/50

6

yang dapat berjalan tidak sesuai dengan keinginan bedasarkan pengalaman dan

 pemikiran masa lalu) sebagaimana proses di kembangkan. ( Kevin A. 2001, p37 )

Proses FMEA:

• Mengidentifikasi produk yang potensial yang berkaitan dengan cara-cara

kegagalan proses.

Memperkirakan efek bagi konsumen yang potensial yang disebabkan oleh kegagalan

• Mengidentifikasi sebab-sebab yang potensial pada proses perakitan dan

mengidentifikasi variabel-variabel pada proses yang berguna untuk memfokukan

 pada pengendalian untuk mengurangi kegagalan atau mendeteksi keadaan-keadaan

kegagalan.

• Mengembangkan sebuah daftar peringkat dari cara-cara kegagalan yang

 potensial, ini menetapkan sebuah sistem prioritas sebagai pertimbangan untuk 

melakukan tindakan perbaikan

• Mendokumentasikan hasil-hasil dari proses produksi atau proses perakitan.

2.1.3  Risk Priority Numbers in FMEA

Page 7: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 7/50

7

Metodologi  Risk Priority Number  (RPN) merupakan sebuah teknik untuk 

menganalisa resiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang potensial yang telah

diindentifikasikan selama pembuatan FMEA (Stamatis, DH, 1995, p45)

Sebuah FMEAS dapat digunakan untuk mengidentifikasikan cara-cara kegagalan

yang potensial untuk sebuah produk atau proses. Metode RPN kemudian memerlukan analisa

dari tim untuk mengunakan pengalaman masa lalu dan keputusan engineering untuk 

memberikan peringkat pada setiap potensial masalah menurut rating skala berikut :

• Severity, merupakan skala yang memeringkatkan  severity dari efek-efek yang

 potensial dari kegagalan.

• Occurance, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari

kegagalan akan muncul.

•  Detection, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari

masalah akan di deteksi sebelum sampai ketangan pengguna akhir atau konsumen.

Setelah pemberian rating dilakukan, nilai RPN dari setiap penyebab kegagalan dihitung

dengan rumus :

RPN = Severity x Occurence x Detection

 Nilai RPN dari setiap masalah yang potensial dapat kemudian di gunakan untuk 

membandingkan penyebab-penyebab yang teridentifikasi selama dilakukan

Page 8: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 8/50

8

analisis. Pada umumnya RPN jatuh diantara batas yang di tentukan,tindakan perbaikan

dapat diusulkan atau di lakukan untuk mengurangi resiko. Ketika menggunakan teknik risk 

assessment , sangat penting untuk mengingat bahwa tingkat RPN adalah relatif terhadap

analisis tertentu (dilakukan dengan sebuah set skala peringkat yang umum dan analis tim

yang berusaha untuk membuat peringkat yang konsisten untuk semua penyebab masalah

yang teridentifikasi selama melakukan analisis). Untuk itu, sebuah RPN didalam sesuatu

analisa dapat dibandingkan dengan RPN yang lainnya didalam analisa yang sama, tapi dapat

menjadi tidak dapat di bandingkan terhadap RPN didalam satu analisa yang lain.

Meskipun ada banyak tipe dan standar kebanyakan FMEA terdiri dari suatu

kumpulan prosedur yang umum. Secara umum, analasis FMEA dipengaruhi oleh tim yang

 bekerja secara cross function  pada tahap yang bervariasi pada waktu desain, proses

 pengembangan dan perkaitan dan pada umumnya terdiri dari :

•  Item/Process : mengidentifikasi item atau proses yang akan menjadi subyek dari

analisi. Termasuk beberapa penyelidikan terhadap desain dan

karestirisktik-karakteristik reabilitas.

•  Function : mengidentifikasi fungsi-fungsi dimana item atau proses

diharapkan untuk bekerja.

Page 9: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 9/50

9

•  Failures : mengidentifikasi kegagalan yang diketahui dan potensial yang dapat

mencegah atau menurunnya kemampuan dari item atau proses untuk bekerja sesuai

dengan fungsinya.

•  Failure effect  : mengidentifikasi efek-efek yang diketahui dan potensial yang

mungkin muncul dari setiap kegagalan yang terjadi.

•  Failure Cause : mengidentifikasi penyebab yang diketahui dan portensial untuk 

setiap kegagalan.

• Curent Control  : memeriksa mekanisme kontrol yang akan ada untuk 

mengeliminasi atau menurunkan kemungkinan kegagalan akan muncul.

•  Recommended action: mengidentifikasi tindakan perbaikan yang perlu dilakukan

yang bertujuan untuk mengeliminasi atau menurunkan resiko dan dilanjutkan

dengan melengkapi dengan melakukan recommended action.

•  Prioritize issues : memprioritaskan tindakan perbaikan yang harus dilakukan

menurut standar yang konsisten yang telah di tentukan oleh perusahaan. Peringkat

RPN adalah metode yang umum untuk memprioritaskan

• Other Details : tergantung pada situasi tertentu dan petunjuk untuk melakukan

analisa yang di adaptasi oleh perusahaan, keterangan yang lain mungkin

dipertimbangkan selama melakukan analisis, seperti cara

operational ketika kegagalan muncul.

Page 10: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 10/50

10

•  Report  : membuat laporan dari analisis dalam bentuk format standar yang telah

ditentukan oleh perusahaan. Ini pada umumnya berbentuk format tabel. Sebagai

tambahan laporan dapat menyertakan diagram berbentuk blok dan atau diagram

alir untuk mengilustrasikan item atau proses yang merupakan subject dari analisis.

Gambar 2.1 Contoh Analisa FMEA

2.2 Pareto Diagram

2.2.1 Pendahuluan

Page 11: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 11/50

11

Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia

 bernama Vilfredo Pareto ( 1848-1923 ). Diagran Pareto dibuat untuk menemukan masalah

atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan

terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab- penyebab yang dominan- yang

seharusnya pertama kali dibatasi – maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan.

Perbaikan atau tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa

akibat/pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak 

 berarti. ( Sritomo, 2006, p272 )

2.2.2 Kegunaan Diagram Pareto

• Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi.

• Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan komulatif secara

keseleruhuan.

• Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang

terbatas.

• Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah

 perbaikan.

2.2.3 Pembuatan Diagram Pareto

Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa

terukur secara kuantitatif.

Page 12: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 12/50

12

• Atur masing-masing penyebab/masalah yang ada sesuai dengan

 pengelompokan yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan

 besarnya nilai kuantitatif masing-masing. Selanjutanya gambarkan keadaan ini dalam

 bentuk grafik kolom. Penyebab nilai kuantitatif terkecil digambarkan paling kanan.

• Buatlah grafik garis secara komulatif ( berdasarkan prosentase penyimpangan ) diatas

grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar terus

terkecil dan secara lengkap diagaram pareto sudah bisa

digambarkan.

Gambar 2.2 Contoh Grafik Diagram Pareto

Page 13: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 13/50

13

2.3. Cause and Effect Diagram (Ishikawa Diagram)

2.3.1 Pendahuluan

Cause Effect Diagram dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa, Ph.D pada tahun

1943 dan sering disebut Diagram Ishikawa. Karena penampakan dari diagram ini, maka

sering disebut juga diagram tulang ikan ( Fishbone Diagram). Diagram ini pada dasarnya

digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menunjukkan kumpulan dari kelompok 

sebab akibat yang disebut sebagai faktor serta akibat yang disebut sebagai karakteristik 

mutu.

Kegunaan dari diagram sebab akibat ini adalah untuk menemukan faktor- faktor 

yang merupakan sebab pada suatu masalah. Atau dengan kata lain, jika suatu proses stabil,

maka diagram akan memberikan petunjuk pada penyebab yang akan diperiksa untuk 

 perbaikan proses. Prinsip yang dipakai dalam membuat diagram sebab akibat ini adalah

sumbang saran.

2.3.2 Langkah – langkah Pembuatan Cause and Effect Diagram

Langkah-langkah dalam melakukan pembuatan cause and effect diagram :

• Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang

menggambarkan kepala ikan yang berada diujung tulang utama (garis horizontal)

Page 14: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 14/50

14

• Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin menjadi

 penyebab masalah ini dan tuliskan masing-masing pada kotak yang berada pada

cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas unsur material,

 peralatan(mesin), metode kerja (manusia), dan pengukuran (inspeksi). Namun,

 pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses.

• Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi

faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini berupa ranting,

yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting.

• Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan untuk 

setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui

 penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya masalah murni yang diamati.

2.3.3 Macam – macam Cause and Effect Diagram

Terdapat tiga macam jenis dari aplikasi Cause-Effect Diagram yang sering dipakai,

yaitu:

• Cause Enumeration (berdasar jenis penyebab)

•  Dispersion Analysis (berdasar 5 faktor utama 4M 1E yaitu Man, Machine, Method,

 Material, Environment )

Page 15: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 15/50

15

•  Process Analysis (berdasar proses yang dilalui)

Gambar 2.3 Contoh Fishbone Diagram

2.4 Quality Function Deployment (QFD)

2.4.1 Pendahuluan

Pada tahun 1960, QFD dikembangkan oleh  Prof. Shigeru Mizuno dan Yoji Akao,

dengan memperkenalkan metode peningkatan jaminan kualitas yang dirancang

dan dibangun berdasarkan nilai-nilai kepuasan konsumen ke dalam fungsi-fungsi

 produk sebelum proses produksi/manufaktur. Pada tahun 1972,

Page 16: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 16/50

16

Quality Function Deployment  pertama kali diterapkan di perusahaan Kobe Shipyards.

Pada tahun 1983, Quality Function Deployment  diperkenalkan di U.S dan setahun

 berikutnya mekanisme operasi dari QFD diperkenalkan oleh  Don Clausing kepada  Ford.

Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1988, artikel mengenai QFD dipublikasikan

oleh Don Clausing dan John Hauser dengan bantuan Harvard Business Review.

2.4.2 Definisi dari QFD

QFD merupakan konsep pendekatan struktur dalam mendefinisikan apa yang

menjadi kebutuhan-kebutuhan, keinginan, dan ekspetasi konsumen dan

menerjemahkannya kedalam perencanaan yang spesifik untuk proses

 produksi/manufaktur. QFD mengidentifikasi keinginan konsumen, bagaimana suatu

 produk/jasa dapat memuaskan konsumen, bagaimana hubungan antara produk dengan apa

yang menjadi keinginan konsumen. QFD bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan

 proses dan menghasilkan produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Informasi mengenai kebutuhan konsumen dapat diperoleh dengan berbagai

 pendekatan, misalnya menyelenggarakan berbagai diskusi langsung atau wawancara,

survei, fokus kelompok, spesifikasi dan segmentasi konsumen, observasi, data-data

garansi, dan data-data laporan kegiatan penjualan. Proses

Page 17: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 17/50

17

 pemahaman dari apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen dapat

dirangkum ke dalam matriks-matriks perencanaan produk atau disebut

” House of Quality”. ” House of Quality” terdiri dari matriks – matriks yang menghubungkan

kebutuhan pelanggan, karakteristik produk dan analisis kompetitif.

Matriks-matriks  House of Quality tersebut digunakan untuk menerjemahkan

kebutuhan ”What’s” dan kebutuhan ” How’s” dari daur hidup suatu produk. Selain itu,

matriks ini juga berguna untuk menerjemahkan karakteristik - karakteristik teknis dari

upaya pemenuhan tingkat kepuasan konsumen terhadap kebutuhan.

”What ” adalah titik mula ( starting point ) yang merupakan representasi dari daftar predikat

kebutuhan dan ekspetasi konsumen terhadap nilai produk dan ” How” adalah

representasi dari tingkat kebutuhan operasional untuk memuaskan fungsi- fungsi ” What ”.

Fungsi ” How” adalah untuk kepentingan kebutuhan desain, karakteristik desain, dan untuk 

fungsi substitusi dari karakteristik - karakteristik kualitas.

Page 18: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 18/50

18

Gambar 2.4  House of Quality

Page 19: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 19/50

19

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bagian – bagian dari sebuah House of 

Quality yang diantaranya adalah :

• Customer Needs and Benefits

Bagian ini berisi tentang daftar - daftar kebutuhan dan ekspektasi konsumen

terhadap nilai produk dan biasanya didapat dari proses identifikasi kebutuhan

 pelanggan. Identifikasi akan kebutuhan dan ekspektasi konsumen adalah

langkah vital dalam proses pengembangan produk. Kesalahan dalam

mengidentifikasi ekspetasi konsumen dapat berakibat berpalingnya konsumen

kepada kompetitor. Bagian ini dapat dikatakan ”What ” dari matriks  House of 

Quality.

•  Planning Matrix

Tujuan dari  planning matrix adalah menyusun dan mengembangkan beberapa

 pilihan strategis dalam mencapai nilai-nilai kepuasan konsumen yang tertinggi.

Di dalam planning matrix ini terdapat tujuh jenis data yang diantaranya adalah :

1.  Importance to customer , berisikan tentang nilai / tingkat kepentingan dari

suatu kebutuhan bagi konsumen.

2. Company satisfaction performance, berisikan nilai kepuasan kinerja dari

 perusahaan.

3. Competitive satisfaction performance, berisikan nilai kepuasan kinerja dari

kompetitor.

Page 20: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 20/50

20

4. Quality plan (Goal ), nilai yang diharapkan dan menjadi tujuan dari

 perusahaan.

5.  Improvement ratio, nilai pengembangan yang didapat dengan menggunakan

rumus ( goal 

)company satisfaction performance

6.  Raw weight , nilai ini didapat melalui perhitungan dengan menggunakan

rumus (importance to customer × improvement ratio)

7.  Normalized raw weight , merupakan normalisasi dari nilai raw weight . Nilai

ini didapatkan dari perhitungan dengan rumus (raw weight 

)raw weight total 

• Technical Response

Pada bagian ini, perusahaan secara teknis mendeskripsikan perencanaan produk 

yang akan dilakukan untuk proses pengembangan yang didasarkan pada

 pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi dari konsumen. Bagian ini berisikan

mengenai hal – hal teknis yang bersifat operasional guna menjawab kebutuhan

 pelanggan. Bagian ini merupakan “ How” dari matriks House of Quality.

•  Relationships

Pada bagian ini menjelaskan tentang hubungan antara setiap elemen dari

technical response dengan customer needs and benefits. Di dalam bagian ini

Page 21: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 21/50

termuat nilai – nilai relationships dari technical response dengan customer 

needs and benefits. Nilai tersebut antara lain :

- 1 = weak relationship

- 3 = medium relationship

- 9 = strong relationship

• Technical Correlations

Pada bagian ini dapat terlihat hubungan antara elemen – elemen di dalam

technical response. Hal ini dapat membantu menunjukkan bagian – bagian

tertentu yang akan ikut terkait apabila dilakukan sebuah perubahan.

Simbol – simbol dari technical correlations antara lain :

- =  strong 

 positive

- =

 positive

- =

negative

- =  strong 

negative

• Technical Matrix

Bagian ini memiliki tiga tipe informasi, yaitu urutan peringkat dari technical 

response yang harus didahulukan, informasi perbandingan dengan technical 

response dari perusahaan kompetitor, dan target spesifikasi yang ingin dicapai

dari tiap elemen technical response. Untuk mengetahui urutan peringkat dari

technical response, terdapat beberapa perhitungan yang perlu dilakukan, yaitu :

Page 22: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 22/50

1.  Absolute Performance, merupakan nilai yang didapat melalui perhitungan

dengan mengalikan nilai relationship dari technical response dengan nilai

normalized raw weight dari relationship yang terkait. Apabila terdapat lebih

dari satu relationship, maka nilai perkalian dari masing – masing

relationship dengan normalized raw weight nya akan dikumulatifkan.

2.  Relative Performance, merupakan nilai peringkat yang akan digunakan

sebagai pembanding antar technical response. Nilai ini didapatkan melalui

rumus (absolute performance

total absolute performance

x 100 %).

2.4.3 Langkah – Langkah dalam Membuat QFD

Berikut ini merupakan langkah – langkah dalam membuat sebuah Quality

 Function Deployment yaitu :

• Mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen

• Meminta konsumen untuk memberikan tingkatan menurut kebutuhan yang

 paling penting.

• Melakukan analisis terhadap pesaing dengan memberikan skala antara 1-5

• Menetapkan perencanaan kualitas yang diinginkan oleh perusahaan

• Menghitung improvement ratio

• Menetapkan sales point 

• Menghitung raw weight 

Page 23: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 23/50

• Menormalisasikan raw

weight 

• Mendeterminasikan hubungan antara kebutuhan konsumen dan

technical response

• Menghitung nilai technical 

response

• Mengidentifikasi nilaitarget

2.5  Plastic Materials

Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan

digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya

dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada

tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan

material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di

Amerika Serikat mencapa 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya

2kg/orang/tahun.

Plastik buatan pertama kali ditemukan oleh Alexander Parkes pada tahun

1862 yang kemudian plastik disebut dengan nama  Parkesine. Pengembangan

 plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, " shellac")

sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami,

"nitrocellulose" ) dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy,

 polyvinyl chloride, polyethylene).

Page 24: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 24/50

Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik.

Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga

terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa

 polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber 

sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", atau

memiliki properti keplastikan.

Plastik di desain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang

dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan

kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan

memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Beberapa proses

manufaktur yang menggunakan bahan dasar plastik dalam kegiatan prduksinya

adalah Injection Molding , Extrusi, Thermoforming dan Blow Molding .

2.5.1 Jenis Plastik 

Secara umum plastik digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

• Termoplastik , Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi

dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS),

ABS, polikarbonat (PC).

• Termoset , Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi.

Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-

molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-

formaldehida.

Page 25: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 25/50

2.5.2 Penggunaan plastik secara umum

Plastik memiliki berbagai sifat dan jenisnya, begitu juga dalam

 penggunaannya. Beberapa jenis plastik yang paling sering digunakan secara umum

dalam kehidupan sehari-hari adalah :

1.  Polypropylene (PP) adalah thermoplastic polymer, yang dibuat oleh industri

kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk kemasan makanan,

tekstil, alat tulis, komponen plastik, peralatan laboratorium, dan komponen

otomotif.

2.  Polystyrene (PS) merupakan salah satu jenis plastik yang banyak ditemukan

dalam keperluan sehari-hari dan merupakan jenis plastik yang dapat di daur 

ulang. Plastik jenis ini biasanya digunakan untuk kemasan sabun, kemasan

makanan, peralatan makanan, gelas disposable dan kepingan CD.

3.  Acrylonitrile butadiene styrene adalah thermoplastic polymer  yang

digunakan untuk bertujuan membuat benda menjadi ringan, kaku, yang

 biasanya digunakan untuk alat-alat musik, otomotif yang meliputi roda,

lampiran, pelindung kepala gigi, penyangga pinggir untuk furniture dan

 panel kayu, dan mainan.

Page 26: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 26/50

4.  Polyethylene terephthalate (PET) merupakan thermoplastic polymer  yang

sering digunakan dalam pembuatan kemasan minuman botol, toples plastik,

 pastik film dan kemasan pembungkus yang microwaveable.

5.  Polyester (PES) biasanya digunakan untuk membuat botol, film, kain terpal,

kano, liquid crystal display, hologram, filter, dielectric film untuk kapasitor,

film isolasi untuk kawat dan insulating kaset.

6.  Polyamides (PA) (Nylons) merupakan bahan plastik yang berserat dan

 biasanya sering digunakan untuk bahan dasar fiber, komponen sikat gigi, dan

komponen otomotif.

7.  Poly vinyl chloride (PVC) adalah thermoplastic polymer yang juga banyak 

digunakan dalam dunia industri dalam pembuatan bahan bangunan seperti

Pipa, kawat eletrik dan bahan konstruksi lainnya.

8.  Polyurethanes (PU) adalah jenis plastik yang biasa banyak digunakan untuk 

alat otomotif, rumah-tangga, komponen eletronik dan dapat berperan sebagai

 pelapis atau perekat pada suatu benda.

9.  Polycarbonate (PC) adalah jenis plastik yang biasa digunakan bila ingin

memproduksi suatu benda yang memiliki kejernihan produk yang tinggi

(transparan atau pun dapat memantulkan cahaya). Contohnya dalam

 pembuatan lensa kacamata dan compact disc.

Page 27: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 27/50

10. Polyethylene (PE) adalah thermoplastic komoditi berat yang digunakan

dalam produk konsumen (terutama di kantong plastik belanja).

2.6  Injection Molding 

 Injection molding  adalah metode pemrosesan material thermoplastik 

dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh  plunger  ke

dalam cetakan yang didinginkan oleh air dimana material tersebut akan menjadi

dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan. Ada 2 jenis bahan

 plastik yang dapat diproses melalui proses injection molding , yaitu jenis

thermoplastik dan thermosetting , namun lebih dari 90% injection plastic adalah

memproses material termoplastik. Dari proses  Injection molding dapat dihasilkan

 berbagai jenis produk yang berbahan dasar plastik, mulai dari bagian/ komponen

kecil sampai benda berukuran besar, dan produk plastik lainnya yang sering

dijumpai dikehidupan sehari-hari.

2.6.1 Komponen Utama Mesin Injection Molding 

Mesin  Injection Molding  terdiri dari banyak komponen yang tersusun

didalamnya. Secara umum komponen utama dari mesin  Injection Molding  dapat

dibagi menjadi :

Page 28: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 28/50

1. Unit injeksi, yang merupakan bagian dari mesin injection molding yang

 berfungsi untuk melelehkan material plastik, terdiri dari hopper, barrel 

(Tabung berpemanas) dan screw.

2.  Mold , yang merupakan bagian dari mesin injection molding  dimana

 plastik leleh dicetak dan didinginkan.

3. Unit pencekam, yang merupakan bagian dari mesin injection yang

 berfungsi untuk mencekam mold  pada saat penginjeksian material ke

dalam cetakan sekaligus menyediakan mekanisme pengeluaran produk 

dari mold.

Untuk lebih jelasnya, mesin Injection Molding akan di deskripsikan pada gambar 

dibawah ini.

Gambar 2.5 Injection Mold Proses

Page 29: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 29/50

Gambar 2.6 Mesin Injection Molding 

2.6.2 Proses Dalam Injection Molding 

Proses injeksi dimulai dari Plastik dalam bentuk butiran atau bubuk 

ditampung dalam sebuah hopper  (tempat penampungan plastik pada mesinyang

 berfungsi sebai input material) kemudian turun ke dalam barrel  secara otomatis

(karena gaya gravitasi) dimana material plastik dilelehkan oleh pemanas yang

terdapat di dinding barrel dan oleh gesekan akibat perputaran sekrup injeksi. Plastik 

yang sudah meleleh diinjeksikan oleh sekrup injeksi (yang juga berfungsi sebagai

 plunger) melalui nozzle ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air. Produk yang

sudah dingin dan mengeras dikeluarkan dari cetakan oleh pendorong hidrolik yang

tertanam dalam rumah cetakan selanjutnya diambil oleh manusia atau menggunakan

Page 30: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 30/50

robot. Pada saat proses pendinginan produk secara bersamaan di dalam barrel terjadi

 proses pelelehan plastik sehingga begitu produk dikeluarkan dari cetakan dan cetakan

menutup, plastik leleh bisa langsung diinjeksikan.

Proses pengisian Proses penahanan

Gambar 2.7  Injection Molding Process

Proses pendinginan Proses pengeluaran Part

Gambar 2.8  Injection Molding Process (lanjutan)

2.6.3  Injection Molding Cycle (Siklus Injection Molding)

 Injection Molding Cycle adalah setiap urutan kejadian yang terjadi pada cetakan

molding , yang diawali dari tertutupnya cetakan molding , kemudian dilanjutkan dengan

Page 31: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 31/50

 penyuntikan material yang sudah mencair karena panas ke dalam cetakan (Cavity).

Setelah cetakan terisi oleh plastik, ada tekanan untuk 

Page 32: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 32/50

menahan agar plastik tersebut tetap berada didalam cetakan sampai membeku yang

 biasanya dibantu oleh Cooling, dan kemudian mold  akan terbuka bila benda sudah

membeku.

Untuk lebih mempermudah melihat ijection molding cycle, maka dapat

dijabarkan menjadi :

1.  Filling , ditandai dengan penyuntikan material plastik ke dalam mold.

2.  Packing time (Holding), ditandai dengan masuknya seluruh material ke

dalam cetakan dan menunggu pendinginan yang dibantu oleh Cooling .

3. Cooling , ditandai dengan adanya material dalam cetakan yang

selanjutnya mengalami pendinginan untuk mempercepat proses injeksi.

4.  Mold Open, ditandai dengan selesainya proses pendinginan pada benda dan

terbukanya cetakan. Injeksi telah selesai dan menghasilkan suatu produk 

yang selanjutnya dapat diambil dari cetakan atau menggunakan

 bantuan robot.

Cooling

MoldOpen

Fill

Hold

Gambar 2.9  Injection Molding Cycle

Page 33: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 33/50

2.6.4 Desain dan Konstruksi Mold 

Fungsi utama dari mold  adalah untuk membuat bentuk dan pembuatan

 permukaan part dari cairan plastik yang di injeksi sampai mengalami proses

 pendinginan sehingga  part  dapat di keluarkan dari mold .  Mold  harus dapat di

digunakan dalam siklus yang berulang-ulang, seringkali sampai jutaan siklus,

dengan tekanan yang tinggi. Tekanan yang biasanya bekerja pada mold berkisar (200-

20000 psi) untuk membentuk dan menahan suatu rongga plastik.

 Mold yang paling sederhana adalah mold yang menggunakan 2 plat.  Mold 2

 plat ini membuat sebuah part dengan cavity dan core. Cairan plastik masuk kedalam

mold melalui  sprue bushing  yang berpasangan dengan nozzle dari mesin molding.

Pada part terdapat  gate yang merupakan titik masuk plastik dalam mengisi rongga.

Terdapat beberapa desain  gate dengan masing-masing kelebihan dan

kekurangannya. Sedangkan Sprue adalah suatu jalur material yang dibuat agar 

material plastik dapat masuk kedalam mold.

Selain Gate  juga terdapat runner. Runner  terdiri dari 2 jenis, yaitu Cold 

runner  (dingin) dan hot runner  (panas). Pada cold runner  ketika temperatur telah

dingin produk (part) dan runner  yang membeku akan dikeluarkan, plastik yang

membeku pada runner  ini tidak digunakan, fungsi awalnya adalah sebagai jalan

masuk plastik pada desain mold banyak rongga (multi cavity) sehingga terjadi

 pemborosan material. Sedangkan pada hot runner (tanpa runner ) yang keluar hanya

Page 34: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 34/50

 part membuat siklus produksi lebih pendek dengan menghilangkan  sprue/runner ,

tetapi dari sisi konstruksi desain hot runner  lebih mahal dikarenakan penambahan

komponen pemanas pada sistem runner -nya.

Gambar 2.10 Konstruksi Mold 

2.7  Digital Prototyping dan Computer-aided Engineering (CAE)

2.7.1  Digital Prototyping 

Page 35: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 35/50

Awalnya teknologi desain hanya dikembangkan secara manual dan  prototipe

fisik yang menggunakan foam, tetapi hal tersebut sekarang ditinggalkan, sebagai

gantinya desain dengan menggunakan software 2D dan 3D menjadi bagian yang vital

dari proses concurrent design. Lebih lanjut dari sekedar hanya merepresentasikan

 bentuk geometri, selanjutnya teknologi tersebut semakin berkembang cepat sehingga

data geometri produk dapat dianalisa secara, struktur, proses dan lain-lain.

 Prototipe virtual adalah simulasi komputer dari sebuah produk fisik yang dapat

ditampilkan, diuji, sehubungan dengan aspek siklus hidup produk, diantaranya

desain, rekayasa, servis manufaktur, sampai kepada daur ulang seolah- olah seperti

model fisiknya.

Penerapan  prototipe virtual pada pengembangan produk bukanlah hanya

merupakan suatu wacana melainkan sudah diterapkan pada industri, dengan

 perkembangan selanjutnya jumlah aplikasinya akan bertambah luas. Pada

 prinsipnya  prototipe virtual memberikan proses desain secara iteratif yang cepat

dimana problem dapat diperbaiki dengan segera apabila terdapat indikasinya dalam

analisis. Dengan menyelesaikan masalah ketika masih berada pada wilayah virtual

(digital), prototipe fisik dapat dikurangi secara signifikan.

Page 36: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 36/50

2.7.2 Computer-aided Engineering (CAE)

Computer-aided Engineering  (CAE) adalah penggunaan teknologi informasi

untuk mendukung engineer dalam melakukan tugas-tugas seperti analisis, simulasi,

desain, manufaktur, perencanaan, diagnosa, dan perbaikan. CAE sendiri biasanya

merupakan suatu software tool yang telah dikembangkan untuk mendukung

kegiatan tersebut. CAE sangat penting dalam dunia perindustrian karena dapat

meningkatkan efisiensi dari segi waktu maupun biaya. Penggunaan CAE biasanya

dijumpai pada :

• Stress Analysis  pada komponen atau bagian-bagian komponen dengan

menggunakan FEA ( Finite Element Analysis).

• Thermal dan aliran cairan analisis dengan menggunakan Computational 

 fluid dynamics (CFD).

Analisis kinematik 

•  Mechanical event simulation (MES).

• Analisis suatu proses dengan melakukan simulasi pada operasi, seperti

casting, molding, dan die press forming.

• Optimasi pada produk maupun proses.

Sedangkan tahapan pada teknik CAE dapat terdiri dari 3 bagian yaitu :

•  Pre-processing yang maksudnya adalah mendefinisikan model dan faktor 

lingkungan yang akan diterapkan pada pengaplikasian proses.

Page 37: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 37/50

•  Analisis solver  merupakan suatu tahap analisa yang dilakukan oleh

software CAE, biasanya tahapan ini memakan waktu ‘run’ yang relatif lama,

dan juga harus didukung oleh komputer dengan spesifikasi yang tinggi,

karena biasanya kinerja software mengharuskan penggunaan komputer yang

high-end.

•  Post-processing of results merupakan tahapan akhir pada teknik CAE.

Pada tahapan ini biasanya ditunjukkan dengan penyajian alat bantu

visualisasi dari hasil yang telah dianalisa sebelumnya.

Khususnya dalam dunia perindustrian injection molding, software CAE yang

sering digunakan adalah  Moldflow. Dengan bantuan  software ini, engineer  dapat

melakukan perancangan terhadap bentuk molding dan melakukan simulasi proses

injeksi dengan ‘mengutak-atik’ parameter injeksi, sampai mendapatkan hasil yang

 paling optimal tanpa harus mengeluarkan biaya yang sia-sia.

2.8  Moldflow Corpotations

 Moldflow adalah suatu software yang digunakan untuk melakukan simulasi

 proses injeksi pada proses injection molding .  Moldflow merupakan produk dari

 Moldflow Corporation yang merupakan salah satu cabang perusahaan dari Autodesk 

Inc.  Moldflow Corporation  pertama kali didirikan oleh Colin Austin di Melbourne,

Australia pada tahun 1978 dan sekarang berpusat di Framingham, Massachusetts.

Page 38: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 38/50

 Moldflow Corporation memiliki dua produk utama yaitu Moldflow plastic Insigth

dan Moldflow plastic adviser .

 Moldflow plastic adviser  memiliki 2 fitur utama dalam melakukan analisis

terhadap proses injection molding, yaitu  Moldflow part adviser dan  Moldflow mold 

adviser .  Moldflow part adviser  digunakan untuk melakukan analisa terhadap satu

 bagian/ part  dari benda yang akan di injeksi ( single cavity analysis), sedangkan

 Moldflow mold adviser  memiliki kapabilitas untuk melakukan analisa terhadap

keseluruhan system yang berhubungan dengan proses injeksi (multicavity analysis).

Dengan bantuan  software ini, engineer  dapat melakukan analisa dan

simulasi untuk mendapatkan hasil injeksi yang paling optimal tanpa harus

mengeluarkan ’effort’  yang isa-sia. Penggunaan  Moldflow memang dikhususkan

untuk dunia industri molding, namun tidak semua industri ini dapat memakai

 software ini. Hal ini disebabkan moldflow merupakan  software ’high-end’  dalam

dunia injection molding dan harga untuk  software ini relatif mahal, maka software ini

hanya dapat dijumpai pada beberapa industri ijection molding  yang sudah maju/

modern dan bertaraf internasional.

2.8.1 Kemampuan Anlisis Moldflow Plastic Adviser 

 Moldflow sangat membantu dalam melakukan analisis pada proses injection

molding, karena  Moldflow memiliki fitur untuk melakukan analisis dengan

Page 39: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 39/50

melakukan simulasi pada proses injection molding . Kemampuan analisis yang dapat

dilakukan oleh Moldflow antara lain :

1. Analisa pengisian material plastik ke dalam cetakan ( Plastic Filling 

 Analysis), yaitu :

• Mengidentifikasi area dari geometri bagian benda yang mungkin

untuk dilakukan injeksi (manufacturability) dan masalah kualitas

dari injeksi.

• Memberikan gambaran secara praktikan/masukan spesifik terhadap

desain untuk menyelesaikan masalah yang telah di identifikasi

sebelumnya.

• Memberikan gambaran tentang tekanan yang di distribusikan pada saat

injeksi, temperatur permukaan dan orientasi pada permukaan.

•Memprediksikan lokasi Weld line dan Air-trap.

2. Analisa keseimbangan  Runner  ( Runner Balance Analysis), dapat

memberikan engineer kemudahan untuk melakukan  setting  terhadap ukuran

runner untuk membuat aliran plastik menjadi seimbang.

3. Analisa letak runnuer yang paling sesuai ( Runner Adviser Analysis), dapat

membantu engineer  dalam menentukan dimensi  sprue, runner dan gate

location secara otomatis.

Page 40: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 40/50

4. Analisis Sink Mark , membatu engineer untuk memprediksikan letak  sink mark 

yang mungkin terjadi setelah proses injeksi selesai.

5. Analisa kualitas Cooling (Cooling Quality Analysis), dapat membantu engineer 

untuk mengidentifikasi dan memperbaiki area yang memiliki suhu tidak merata

(lebih tingi) pada benda untuk menghindari cycle time yang lama dan

kemungkinan terjadinya sink marki.

6. Analisa lokasi injeksi (Gate Location Analysis), dapat membantu engineer 

dalam menentukan lokasi injeksi yang paling baik.

7.  Molding Window Analysis, yaitu :

• Dapat membantu menentukan kondisi optimum dalam proses injeksi

• Mengevaluasi sensitifitas tiap bagian pada saat proses injeksi

 berlangsung.

Dapat membantu dalam melakukan perbandingan  grade material ,

evaluasi terhadap lokasi injeksi dan mendapatkan ukuran dari

kualitas benda.

8. Material Database, dapat membantu engineer  memberikan informasi mengenai

material-material yang secara umum dipakai dalam proses injeksi dan terdiri

dari kurang lebih sekitar 7500 karakteristik dari grade material thermoplastik.

Page 41: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 41/50

2.8.2 Anlisa Utama Moldflow Plastic Adviser 

Pada Software Moldflow sendiri terdapat beberapa jenis analisa yang dapat

dilakukan, jenis analisa yang dilakukan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pihak 

 pengguna. Berikut jenis-jenis analisa nya :

1.  Fill Analysis  Æ Jenis analisa yang menghasilkan data-data yang berhubungan

dengan pengisian dan sifat aliran material plastik ke dalam cavity selama proses

injeksi moulding .

2. Cool Analysis  Æ Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai

temperatur  moulding  dan material saat proses injeksi dengan

mempertimbangkan faktor/parameter sistem pendinginan pada moulding  yang

digunakan.

3. Gate Location  Æ Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai titik 

terbaik untuk membuat lubang injeksi pada moulding , lubang inilah yang akan

menjadi tempat masuknya material saat proses injeksi nanti.

4. Geometry Analysis  Æ Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai

tingkat kompleksitas suatu desain produk yang hendak dianalisa dengan

software Moldflow. Semakin kompleks desain dan besar ukuran produk tersebut,

maka akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menganalisanya.

5.  Pack  Æ Analisa ini digunakan untuk mengtahui data mengenai

Page 42: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 42/50

6. Cool Quality Analysis  Æ Jenis analisa yang menghasilkan data mengenai

temperature mould  dan material saat terjadinya proses injeksi. Analisa ini

mempunyai penyajian yang hampir sama dengan Cooling Quality Analysis, hanya

saja tidak memperhitungkan faktor sistem pendinginan yang digunakan pada

molding, namun hanya berdasarkan desain bentuk mold dan produk.

Dari jenis analisa di atas dapat dibagi pula menjadi beberapa sub analisa, sub-

sub analisa inilah yang nanti akan menyajikan data yang akan dianalisa oleh para

analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pada penelitian ini hanya

digunakan Fill Time Analysis, Pack Analysis, dan Cooling Quality Analysis.

Berikut ini merupakan jenis-jenis sub analisa yang dapat digunakan saat

 penelitian ini, yaitu :

1.  Fill Analysis

 Fill Time  Æ Sub analisa ini menunjukan waktu yang dibutuhkan

material plastik agar dapat mengisi seluruh bagian cavity moulding dengan

menyeluruh. Selain itu juga analisa ini dapat digunakan untuk mengetahui

apakah aliran material akan mengisi cavity moulding  secara bersamaan

atau tidak. Aliran material tersebut biasanya ditunjukan dalam pattern

warna pada hasil analisa. Suatu pengisian yang baik biasanya ditunjukan

dengan pattern warna yang sama dan seimbang pada posisi tertentu.

Page 43: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 43/50

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.11 Perbandingan Aliran yang benar dan salah

 Plastic Flow  Æ Sub analisa ini menunjukan bahwa seluruh bagian

cetakan moulding dapat terisi dengan baik dengan parameter tekanan yang

telah ditentukan sebelumnya. Jika tekanan yang diberikan terlalu rendah

maka ada kemungkinan material tidak akan mengisi seluruh bagian cetakan.

• Confidence of Fills  Æ Sub analisa ini menunjukan persentase

kemampuan material untuk mengisi seluruh bagian cetakan moulding,

dimana biasanya hal ini ditunjukan dengan warna pada hasil analisa.

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.12 Warna persentase tingkat pengisian Confidence of Fills

Page 44: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 44/50

(1): Will definitely fill. (2): May be difficult to fill or may have quality

 problems. (3): Will be difficult to fill or will have quality problems. (4):

Will not fill .

• Quality Prediction  Æ Sub analisa ini menunjukan persentase terhadap

tingkat kualitas produk yang nantinya dihasilkan dari proses injeksi.

Tingkat kualitas yang ditunjukan pada analisa ini lebih dipengaruhi oleh

desain produk, cetakan moulding, parameter tekanan, parameter suhu

moulding ,dll. Untuk sistem pendinginan hanya mempunyai pengaruh

yang minor/minimal terhadap hasilnya.

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.13 Keterangan warna hasil analisa Quality Prediction

•  Pressure at the End of Fill  Æ Sub analisa ini menunjukan besarnya

tekanan yang mendekati ideal dari proses simulasi injeksi moulding .

Analisa ini juga menunjukan data besarnya tekanan pada lokasi-lokasi

tertentu (seperti pada Sprue, Runner, Gate dan  Part ) yang dinyatakan

dalam warna-warna.

Page 45: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 45/50

• Temperature at Flow Front  Æ Merupakan analisa yang menunjukan besarnya

suhu aliran material saat terjadinya injeksi material ke moulding . Setiap

material mempunyai batasan suhu aliran yang ditoleransi berupa range

nilainya. Jika suhu pada bagian aliran lebih tinggi ataupun lebih rendah dari

 batas yang ditentukan, maka terdapat kemungkinan terjadi permasalahan pada

 permukaan produk nya nanti (seperti Short shot , degradasi material, dll)

•  Air Traps  Æ Analisa ini menunjukan terdapatnya suatu lubang(bubble) udara

 pada bagian dari suatu produk, dimana bagian ini biasanya merupakan tempat

 bertemu dua atau lebih aliran material saat proses injeksi. Hasil dari air traps

di kenyataan biasanya berupa lubang kecil pada permukaan produk, dan hal ini

mungkin saja dapat ditoleransi pada produk tertentu.

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.14 Contoh akibat dari Air Traps

• Weld Lines  Æ Analisa yang menunjukan garis yang akan terlihat setelah

 proses injeksi moulding nanti. Hal ini terjadi karena perbedaan waktu

Page 46: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 46/50

dan kuantitas bertemu nya kedua aliran material yang telah mengisi cetakan

 produk pada bagian-bagian tertentu. Garis yang dihasilkan bisa saja

mengakibatkan masalah struktural (jika terjadi pada bagian yang nantinya

akan menahan sesuatu) dan masalah visual (jika terjadi pada bagian yang

harus kelihatan besih dan halus). Untuk permasalahan Weld Lines ini hampir 

sulit untuk dihindari, namun bisa diminimalisir dengan mempertimbangkan

faktor-faktor seperti : besarnya tekanan injeksi, penempatan Gate,

 pengaturan suhu yang masih dalam batas rekomendasi,dll.

• Orientation at Skin  Æ Analisa yang menunjukan orientasi/kebiasaan arah

aliran molekul-molekul material saat terjadi nya proses injeksi moulding .

Orientasi arah yang sembarangan dapat memberikan permasalahan pada

 produk nantinya, seperti : penurunan kualitas, timbulnya weld lines,

timbul gelembung-gelembung udara (air traps),dll. Arah aliran molekul-

molekul tersebut ditunjukan dalam bentuk garis-garis pada simulasi

 Moldflow. Penempatan posisi injeksi yang tepat akan sangat berpengaruh

terhadap arah aliran molekul- molekul material tersebut.

Page 47: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 47/50

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.15 Perbandingan arah aliran yang benar dan salah

2. Cool Analysis

• Circuit Reynolds Number  Æ Analisa ini menunjukan nilai reynolds yang pada

sistem pendinginan moulding .  Reynolds Number  adalah suatu bilangan yang

 biasanya digunakan untuk mengukur rasio gaya inersia dengan gaya viskos

dan mengkuantifikasikan kedua gaya tersebutpada suatu aliran tertentu. Pada

analisa ini  Reynolds Number digunakan sebagai bilangan untuk mengukur 

tingkat turbulensi yang dihasilkan oleh kegiatan pemindahan panas dari

 Moulding  ke saluran cooling .  Reynold Numbers  pada sistem pendingin

dipengaruhi oleh diameter pipa pendingin dan volume cairan yang mengalir 

 pada sistem pendingin. Reynolds number yang ideal akan membuat

 pendinginan terhadap moulding  menjadi lebih efektif. Nilai minimal

adalah sebesar 4000,

Page 48: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 48/50

namun yang ideal untuk pendinginan yang lebih baik adalah sebesar 

10000.

• Circuit Coolant Temperature Æ Analisa ini menunjukan besarnya suhu cairan

 pendingin yang berada di dalam saluran pendingin pada saat proses

injeksi moulding . Biasanya suhu cairan pendingin akan

meningkat pada saat keluarnya cairan dari saluran pendinginan, hal ini terjadi

karena perpindahan panas dari moulding ke saluran pendinginan. Pengaturan

suhu pada cairan harus disesuaikan dengan keadaan sekitar dan kebutuhan

saja. Tidak selalu semakin dingin suatu sistem pendinginan hasilnya akan

semakin baik.

• Cooling Time Variance  Æ Analisa ini menunjukan variasi perbedaan waktu

untuk membeku di bagian tertentu pada produk. Variasi waktu nya didasarkan

 perbedaan terhadap waktu rata-rata pembekuan material menjadi suatu produk.

Analisa ini juga dapat digunakan sebagai dasar oleh analisis untuk melakukan

 perubahan-perubahan pada sistem pendinginan dan juga membantu untuk 

menentukan Cycle Time yang diinginkan agar produk yang dihasilkan dapat

membeku secara merata di setiap bagiannya.

Page 49: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 49/50

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.16 Contoh keterangan Cooling Time Variance

• Temperature Part  Æ Analisa menunjukan besarnya batasan/range suhu bagian-

 bagian pada produk yang nanti akan dihasilkan oleh proses injeksi

moulding /selama proses produksi. Analisa ini bisa dijadikan sebagai dasar 

untuk mengetahui lokasi bagian produk yang mempunyai suhu lebih tinggi

dibandingkan bagian lainnya. Selisih antara temperatur tertinggi dengan

temperatur terrendah pada bagian produk harus tidak 

 boleh lebih besar dari 10o

C, lalu juga variasi temperatur permukaan

 produk tidak lebih dari 10-20oC dari temperatur inlet cooling .

• Temperature Variance  Æ Analisa ini menunjukan variasi perbedaan

temperatur suhu di lokasi tertentu pada benda yang dipengaruhi oleh sistem

cooling dan desain geometri produk. Variasi temperatur suhu nya didasarkan

dengan perbedaan terhadap temperatur rata-rata permukaan produk. Hasil

yang disarankan agar perbedaan antara temperatur 

Page 50: FMEA

7/18/2019 FMEA

http://slidepdf.com/reader/full/fmea55cf9bd2550346d033a78207 50/50

tertinggi dan terrendah pada analisa ini tidak signifikan, sehingga membuat

waktu pembekuan produk hampir sama antar satu lokasi dengan lokasi

lain. Keterangan analisa Temperature Variance ini dinyatakan dengan warna

 biru dan warna merah sebagai indikatornya.

Sumber : Software MoldFlow

Gambar 2.17 Contoh keterangan analisa Temperature Variance