finish

Upload: gita-dianingrum

Post on 01-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Teori Mata Kuliah Askeb Kegawatdaruratan Maternal NeonatalAsuhan Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda (0-20 minggu) Berdasarkan KasusDISUSUNOLEH : Kelompok-21. Gita Dianingrum7.Mesti nursarjani2. Herlina Sibagariang8.Mutiara Elfiana3. Ismira Erlayasna 9.Noni Ramdhani4. Klara Dienul Majd 10.Novita santa hoci5. Mega Sartika 11.Nurelisa Simanjuntak6. Meiyanti Sianturi 12.Pretty Aritonang13.Rima Ovelia

KELAS: II-BDosen Pembimbing: Yusniar S, SST, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIJURUSAN KEBIDANAN MEDAN2014/2015

KATA PENGANTARPuji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda (0-20 minggu) Berdasarkan Kasus .

Penulis telah menyelesaikan makalah ini,walaupun banyak menimbulkan kesulitan dan hambatan dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah sehingga penulis bisa membuat atau menyusun makalah ini dan menambah pengetahuan penulis.Walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin tetapi masih banyak kekurangan baik dari segi isi dan bahasanya.Untuk itu saran dan kritik pembaca sangat diharapkan sebagai masukan untuk penyusunan makalah yang akan datang, akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Medan, April 2014 Penulis i

DAFTAR ISIKata Pengantar...........................................................................................................................iDaftar Isi....................................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang....................................................................................................................11.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................21.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................2BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian............................................................................................................................32.2 Klasifikasi............................................................................................................................42.3 Etiologi................................................................................................................................42.4 Patofisiologi........................................................................................................................52.5 Tanda dan Gejala.................................................................................................................52.6 Gambaran Diagnostik..........................................................................................................52.7 Penanganan/Penatalaksanaan..............................................................................................72.8 Komplikasi..........................................................................................................................9BAB III KASUS.................................................................................................................10-13BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan........................................................................................................................144.2 Saran..................................................................................................................................14DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii iiBAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangDi Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara kita. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu penyebab perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita pada masa reproduksi (usia 15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan penderita mola hidatidosa akan lebih besar. Dan mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas yang jinak (Manuaba, 1998:424)Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat Amerika Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, sedangkan dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi yakni 1:120 kehamilan. Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut.Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan.1Mola Hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatidosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Pada mola hidatidosa, ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.1.2Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari mola hidatidosa ?2. Apakah Klasifikasi dari Mola Hidatidosa ?3. Apakah etiologi dari mola hidatidosa ?4. Bagaimana patofisiologi dari mola hidatidosa ?5. Bagaimana tanda dan gejala dari mola hidatidosa ?6. Bagaimana gambaran diagnostik dari mola hidatidosa ?7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan mola hidatidosa ?8. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada pasien mola hidatidosa?1.3Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahuidan memahami pengertian dari mola hidatidosa.2. Untuk mengetahui klasifikasi dari mola hidatidosa.3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa.4. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola hidatidosa.5. Untuk mengetahui komplikasi dari mola hidatidosa.6. Untuk mengetahui gambaran diagnostik dari mola hidatidosa.7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari mola hidatidosa.8. Untuk mengetahui komplikasi dari mola hidatidosa.

2BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003). Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339). Mola hidatidosa adalah chorionic vili (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba fallopi dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).1. Mola Hidatidosa Komplet/klasik (jika tidak ditemukan janin)Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut.2. Mola Hidatidosa Parsial/inkomplet (jika disertai janin atau bagian janin)Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial.

32.2 Klasifikasi Kehamilan Mola Hydatidosa dibagi menjadi 3, yaitu :1. Mola Hydatidosa lengkapMola hydatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membrane, kromosom maternalhaploid dan paternal 2 haploid.2. Mola Hydatidosa parsialMola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan normal, kromosom paternal diploid3. Mola Hydatidosa invasifMola hydatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium, terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.2.3 Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan2. Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada stroma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia.3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhin pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.4. Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya,sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa.5. Kekurangan protein:sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion.6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

42.4 Patofisiologi kehamilan mola hydatidosaPenyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar HCG.2.5 Tanda dan GejalaTanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah sebagai berikut :a. Amenorea dan tanda-tanda kehamilanb. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipunuterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.f. Hiperemesis lebih sering terjadi dan lebih lama.g. Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih sesudahperiode menstruasi terakhir.

2.6 Gambaran Diagnostik1. Anamnesa Terdapat gejala-gejala yang hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak tidak teratur warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak Pembesaran uterus lebih besar dari usia gestasi Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pasti2. InspeksiMuka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang disebut muka mola (Mola Face).53. Palpasi Uterus lebih besar dari ukuran normal, teraba lembek Tidak teraba bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin Adanya fenomena harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah lagi4. Auskultasi Tidak terdengar DJJ Terdengar bising dan bunyi khas5. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau imunologik (gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.6. Pemeriksaan dalamPastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.7. Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola.8. Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 4 bulan).9. Arteriogram khusus pelvis.10. Ultrasonografi : Akan terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah anggur dan tidak terlihat janin.Diagnosa Banding Kehamilan ganda Hidramnion Abortus

6

2.7 Penanganan/Penatalaksanaan penanganan1.Terapia.Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan sisanya dengan kuretase.b.Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil, Pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam Setelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar ambillah dulu pada bagian tengah Baru bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama. Keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin tak usah terlalu bersih Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.c.Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi : Porsi 1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum. Porsi 2 yang dikeluarkan dengan kuretased.Berikan obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.e.7 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada beberapa institut yang melakukan histerotomia.f. Histerotomia total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.2.Periksa Ulang (Follow Up)a. Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan memakai kontrasepsi pilb. Dianjurkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 3 tahun. Setiap minggu pada triwulan pertama Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya7

c.Pada saat periksa ulang penting diperhatikan Gejala klinik : perdarahan, keadaan umum Pemeriksaan dalam dan ispekulo tentang keadaan serviks Reaksi biologis atau imunologis air seni 1 x seminggu sampai hasil negative 1 x 2 minggu selama trimester selanjutnya 1 x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya 1 x 3 bulan selama tahun berikutnyakalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan dapat timbul setelah 3 tahun, 1 tahun, 24 minggu, 12 minggu maupun 6 minggu.3.Sitostika Profiaksis pada Mola Hydatidosa Pemberian Methotraxate (MTX), bila Pengamatan lanjutan sukar dilakukan minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan tetap (+) pada high risk mola

Penatalaksanaan1. Kuretase isap (suction curettage)Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.setelah evakuasi awal, kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara terpisah ke laboratorium patologi.2. Histerektomi abdominalPada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah tersendiri.setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan hanya diperlukan bila ada kaitan dengan torsi atau perdarahan.

83.Program lanjutSetelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit beta, setiap satu atau dua minggu sampai negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah untuk metastase.Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau meningkat atau apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80% menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.2.8 Komplikasi1. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.2. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia.3. Infeksi sekunder.4. Perforasi karena kegananasan dan karena tindakan.5. Menjadi ganas (PTG) kira-kira 18%-20%, kasus akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.

9BAB IIIKASUSSeorang ibu umur 36 tahun, GI P2 002, 9rogest ke pelayanan kesehatan mengeluh keluar flek-flek dari kemaluan disertai gelembung-gelembung sebesar kacang hijau sampai buah anggur. Anamnesa menemukan telat haid 2 bulan yang lalu, dan mengalami mual muntah yang lebih parah dari sebelumnya. Pemeriksaan tanda vital dan antropometri dalam batas yang normal, HB 9 gram %, PPT +.1.Apa yang saudara pikirkan mengenai kasus tersebut dan bagaimana tanda gejalanya?Jawab :Yang kami pikirkan mengenai kasus diatas adalahseorang Ibu umur 36 tahun GI P2 002 denganMola hidatidosa. Hal ini karena apa yang dialami oleh ibu tersebut sesuai dengan tanda dan gejala mola hidatidosa yaitu :1. PPT + dengan kadar HCG yang lebi tinggi dari roges2. Perdarahan disertai dengan keluar gelembung-gelembung seperti buah anggur3. Mual muntah yang berlebihan4. Tinggi fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan5. Sering diikuti dengan anemia.2. Apa penyebab terjadinya kasus tersebut dan roges resiko yang mungkin mempengaruhi, dan bagaimana prosesnya? Jawab : Faktor langsung penyebabmola hidatidosaini hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bahwa beberapa roges yang sering dikaitkan sebagai penyebabhamil anggurini diantaranya yaitu mutasi rogest (buruknya kualitas sperma atau gangguan pada sel telur) yang mengakibatkan pada kehamilan dimana janin akan mati dan tak berkembang, kekurangan vitamin A, darah tinggi, serta roges gizi yang kurang baik. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi roges ekonomi yang rendah, kekurangan gizi pada ibu hamil, ibu yang sering hamil, gangguan peredaran darah dalam rahim dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola.10Proses terjadinya mola hidatidosa yaitu :Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih biasanya tidak ada janin, hanya pada molapartialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur,gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri.Di bawah mikroskop roges degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan chromosom didapatkan poliploid dan roges pada semua kasus mola susunan sek chromatin adalah wanita. Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein. Kadang-kadang hanya pada satu ovarium kadang pada keduanya.Faktor risiko terdapat pada golongan sosiolekonomi rendah, usia di bawah 20 tahun dan paritas tinggi.3.Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnose? Jawab: Beberapa tindakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnose adalah :1. Pemeriksaan sonde uterus (hanifa):Sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar 360, setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola.2. Tes acorta sison dengan tang abortus, gelembung mols dapat dikeluarkan.3. Peningkatan kadar-HCGdarah atau urin:Kadar HCG normal adalah