fh.unram.ac.id · web viewseiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak orang yang...
TRANSCRIPT
i
EKSISTENSI PEMETAAN BIDANG TANAH DAN PENGARUHNYA DALAM PENSERTIFIKATAN HAK ATAS TANAH
STUDI DI KOTA MATARAM
JURNAL ILMIAH
Oleh :
R A M L A H
D1A 111 247
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2016
ii
EKSISTENSI PEMETAAN BIDANG TANAH DAN PENGARUHNYA DALAM PENSERTIFIKATAN HAK ATAS TANAH
STUDI DI KOTA MATARAM
JURNAL ILMIAH
Oleh :
R A M L A H
D1A 111 247
Menyetujui
Pembimbing Pertama,
D R . H. M. ARBA . , S.H., M.Hum. NIP. 19621231 198903 1 018
iii
EKSISTENSI PEMETAAN BIDANG TANAH DAN PENGARUHNYA DALAM PENSERTIFIKATAN HAK ATAS TANAH
STUDI DI KOTA MATARAM
R A M L A H
D1A 111 247
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi pemetaan bidang tanah dan pengaruhnya dalam pensertifikatan hak atas tanah, mengungkapkan dan mengkaji mengenai mekanisme, manfaat, hambatan yang dihadapi serta penyelesaiannya dalam penerapannya di Kantor Pertanahan Kota Mataram. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual dan Pendekatan Sosiologis. Setiap bidang tanah harus jelas koordinat dan posisinya dilapangan dan harus terpetakkan pada peta pendaftaran, agar untuk suatu keperluan pengembalian batas mudah dilakukan. Kendala yang dihadapi yaitu masih banyaknya sertipikat tanah yang datanya masih belum dipetakan dalam bentuk digital. Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah agar upaya terjaminnya tertib administrasi dan jaminan perlindungan hak atas tanah dengan terbitnya sertifikat yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Kata Kunci : Eksistensi, Pemetaan Tanah, Pensertifikatan
EXISTENCE OF MAPPING PARCELS OF LAND AND EFFECT ON THE CERTIFICATION OF LAND RIGHTS
STUDY IN THE OF MATARAM
ABSTRACTThis study aims to determine existence of mapping parcels of land and
effect on the certification of land rights, reveals and examinesabout mechanisms, benefits, obstacles faced and solutionin implementationin theLand Office of Mataram. The method usued in this study are consists of statue approach, conceptual approach, sosiological approach. Everyparcels of landmust be clear coordinates and position on the field and must be mapped on the map registration, sofor theboundariesof areturn onnecessityis easy to do. Obstacles
iv
encountered are many certificates of the land in question still unmapped on digital form. Result to be achieved in this study effort to ensure the order of administratich and guarancle the protection of land rights by publication of a certificate wich corresponding to the legislation existing.
Key word : existence, mapping of land, certification
I. PENDAHULUAN
Bagi manusia tanah mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat
penting dalam kehidupannya. Jumlah penduduk yang semakin berkembang dan
kebutuhan yang semakin tinggi akan tanah yang jumlahnya relatif tetap,
menimbulkan banyak benturan kepentingan yang berakibat munculnya
permasalahan di bidang pertanahan. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan
manusia, maka sudah sewajarnya peraturan mengenai pertanahan diatur
sedemikian rupa, sehingga dapat meminimalkan timbulnya permasalahan di
bidang pertanahan.
Masalah pertanahan, merupakan suatu masalah strategis yang terkait
dengan faktor-faktor sosial, ekonomi, politik, maupun budaya, harus segera
ditangani karena bila tidak dilaksanakan secara cepat dan tepat justru akan
menempatkan pada posisi dimana tanah menjadi sumber konflik di tengah
masyarakat.
Seiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak orang yang
berupaya memperoleh bukti pemilikan tanah dengan memiliki sertifikat palsu, di
mana data yang ada pada sertifikat tidak sesuai dengan yang ada pada buku tanah,
jumlah sertifikat palsu cukup banyak, sehingga menimbulkan kerawanan.1
Salah satu hal penting untuk meminimalkan timbulnya permasalahan di
1Supranowo, Sertifikat dan Permasalahannya, Makalah pada Seminar Nasional “Kegunaan Sertifikat dan Permasalahannya, Yogyakarta, 9 Juli 1992, hlm.8.
v
bidang pertanahan tersebut adalah adanya kepastian hukum di bidang pertanahan,
khususnya terhadap kepemilikan hak atas tanah oleh individu/perorangan.
Negara mengatur mengenai penertiban status dan penggunaan hak-hak
atas tanah, sebagai upaya meningkatkan kepastian hukum dengan cara pemberian
sertipikat kepemilikan hak-hak atas tanah. Secara konstitusional, Undang-Undang
Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat (3) telah memberikan landasan bahwa bumi dan
air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Setelah UUPA disahkan pada 24 September 1960, keanekaragaman
aturan tersebut diakhiri. UUPA merupakan tonggak reformasi agraria di
Indonesia. Dengan keberadaan UUPA dan berbagai peraturan pelaksanaan
lainnya, tersusun dan tersedialah suatu perangkat hukum bidang pertanahan hasil
unifikasi, yang merupakan hukum tanah nasional tunggal untuk semua tanah di
seluruh wilayah negara.2
Pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum
dikenal dengan sebutan Rechts Cadaster/Legal Cadaster. Jaminan kepastian
hukum yang hendak diwujudkan dalam pendaftaran tanah ini, meliputi: 1)
Kepastian status hak. Dengan pendaftaran tanah dapat diketahui dengan pasti
status hak yang didaftar, yaitu apakah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan ataukah Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun. 2) Kepastian subjek hak. Dengan pendaftaran tanah dapat diketahui
dengan pasti siapa yang menjadi subjek hak atau pemegang haknya, yaitu
perseorangan ataukah badan hukum. 3) Kepastian objek hak. Dengan pendaftaran
2Boedi Harsono, Ibid., hlm. 35.
vi
tanah dapat diketahui dengan pasti ukuran (luas) tanahnya, letak tanahnya, dan
batas-batas tanahnya.
Dengan banyaknya berbagai kasus sengketa tanah yang terdapat di
Kota Mataram, tentunya menarik perhatian terhadap kasus-kasus yang
masalahnya adalah dimana ketika sebuah proses pendaftaran tanah telah dilakukan
sesuai dengan prosedur tentunya tidak akan terjadi permasalahan, apabila tidak
terlaksana dapat mengakibatkan terjadinya sengketa tanah terutama terjadinya
sengketa batas bidang tanah dikemudian hari, tumpang tindih antara bidang tanah
yang satu dengan yang lain, dan terbitnya sertipikat ganda. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang eksistensi pemetaan
bidang tanah dan pengaruhnya dalam pensertipikatan hak atas tanah studi di Kota
Mataram.
Tujuan penulisan skripsi yang hendak dicapai oleh penulis dalam
penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui mekanisme/prosedur pemetaan bidang
tanah yang dilakukan Kantor Pertanahan Kota Mataram dalam menjamin
kepastian hukum agar tidak terjadi tumpang tindih. 2) Untuk mengetahui
pengaruh dari pemetaan bidang tanah dalam pensertipikatan Hak Atas Tanah.
3) Untuk mengetahui, mengungkapkan dan mengkaji mengenai kendala-kendala
yang dihadapi dalam pemetaan bidang tanah serta bagaimana penyelesaiannya.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut : 1) Manfaat dari segi teori diharapkan menjadi sumbangan pemikiran
tentang pentingnya pemetaan bidang tanah dan pengaruhnya dalam
vii
pensertipikatan hak atas tanah, dan diharapkan mampu menambah dan menjadi
masukan bagi pengetahuan dan perkembangan ilmu hukum khususnya hukum
agraria, serta dapat menjadi salah satu referensi bagi mereka yang hendak
melakukan penelitian mengenai penerapan peraturan pertanahan khususnya yang
berkaitan dengan adanya pemetaan bidang tanah yang sebagian besar belum
dipahami oleh masyarakat. 2) Manfaat Praktis diharapkan dapat menjadi bahan
informasi bagi masyarakat luas di kota Mataram, Pemerintah Daerah dan Kantor
Pertanahan dalam upaya terjaminnya tertib administrasi dan jaminan perlindungan
hak atas tanah dengan terbitnya suatu sertifikat yang sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
viii
II. PEMBAHASAN
Mekanisme/prosedur pemetaan bidang tanah
Adapun yang melatarbelakangi Pelaksanaan Pemetaan Bidang Tanah
dalam rangka Pensertifikatan Hak Atas Tanah di Kota Mataram yaitu: 3 1) Setiap
sertifikat hak atas tanah yang terbit diketahui dengan pasti letak atau lokasinya di
muka bumi. Dengan demikian setiap usaha untuk mensertifikatkan tanah yang
sama dapat segera diketahui dan dicegah oleh BPN. Namun “Mengapa ada tanah
bersertifikat yang tidak diketahui letaknya”, masih ada tanah bersertifikat yang
tidak diketahui lokasinya yang disebabkan oleh ketidaktersediaan peta. 2) Peta
adalah informasi yang menggambarkan letak seluruh bidang tanah di permukaan
bumi. Jika sebuah sertifikat yang diterbitkan tidak dipetakan dalam sebuah peta
akibat tidak adanya sarana pada saat itu, maka bidang tanah itu memiliki potensi
untuk lahir sertifikat ganda. Dalam hal seseorang dengan bukti-bukti tanah yang
meyakinkan meminta pembuatan sertifikat di BPN, maka tidak ada tools yang
kuat untuk mencegah lahirnya sertifikat ganda. 3) Petugas BPN akan meneliti data
fisik bidang tanah yang diminta untuk kedua kalinya tersebut dengan melakukan
pengukuran bidang tanah. Pada saat pengukuran, petugas akan meminta pemohon
sertifikat untuk menunjukkan batas-batas bidang tanahnya. Akan lebih baik jika
diketahui dan dikonfirmasi oleh pemilik tanah yang bersebelahan. Pada poin ini
pembuatan sertiffikat ganda akan tersandung jika pemegang sertifikat tanah
3Wawancara dengan I Wayan Sudiartha Kasubsi Tematik dan Potensi Tanah Kantor Pertanahan Kota Mataram, Tanggal 22 Juli 2016.
ix
menempati tanah tersebut. 4) Sebaliknya apabila tanah tersebut tidak ditempati
atau diterlantarkan maka praktek ini akan lebih mulus melaju tanpa terdeteksi.
Langkah kedua adalah petugas melakukan pemetaan hasil pengukuran ke dalam
peta. Setelah posisi bidang tanah hasil ukuran dapat diketahui letaknya, petugas
akan mengecek apakah pada posisi yang sama telah diterbitkan sertifikat hak atas
tanahnya. Apabila ternyata ada, petugas akan memblokir kegiatan penerbitan
sertifikat baru yang disinyalir ganda. 5) Sayangnya Apabila bidang tanah
bersertifikat terdahulu belum dipetakan, petugas akan mengatakan bahwa pada
posisi tersebut adalah posisi bebas. Jika ini yang terjadi proses ini akan terus
berlanjut hingga penelitian data yuridis termasuk pengumuman terhadap publik
bahwa akan diterbitkan sertifikat atas tanah tersebut. 6) Sekali lagi hasil penelitian
data yuridis menunjukkan bahwa tidak ada masalah dan tidak ada claim dari
masyarakat (termasuk pemegang sertifikat terdahulu), maka BPN akan
menerbitkan sertifikat tanah (lagi) atas bidang tanah yang sama. Terjadilah
sertifikat ganda atau tumpang tindih atau overlap yang tidak disadari oleh
pemegang sertifikat pertama, BPN dan (kadang-kadang) pemegang sertifikat
kedua.
Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-
bidang tanah yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
untuk keperluan pendaftaran tanah. Peta pendaftaran ini menginformasikan
mengenai letak, bentuk, batas dan luas serta nomor identifikasi bidang dari setiap
bidang tanah.
x
Peta pendaftaran yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari di Kantor
Pertanahan haruslah peta dalam sistem koordinat tertentu dan format peta tertentu.
Sistem koordinat tertentu artinya untuk suatu peta pendaftaran hanya
menggunakan sistem koordinat nasional (TM-3º). Sedangkan format peta tertentu
artinya peta pendaftaran menggunakan format nasional sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Proses pemetaan hasil ukuran harus memenuhi ketentuan-ketentuan
berikut ini: 1) Peta pendaftaran yang berasal dari peta foto, maka pemetaannya
dilaksanakan dengan memplotkan batas bidang tanah hasil kartiran yang telah
diidentifikasikan serta telah diukur di lapangan. 2) Peta pendaftaran yang berasal
dari peta garis dimana hasil ukuran lapangannya telah dikartir pada peta dasar
pendaftaran tersebut, maka pemetaannya dilaksanakan dengan memplotkan batas-
batas bidang tanah.
Dengan tersedianya peta dasar digital tersebut, maka pelaksanaan
pemetaanya dapat dilakukan dengan cara: 1) Penggabungan file pada peta digital,
File digital dapat berupa peta bidang tanah atau peta blok digital dengan sistem
koordinat TM-3º. 2) Pengkartiran data lapangan secara langsung pada format peta
digital, sehingga seluruh bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya
tergambar pada peta dasar digital, kemudian diberi NIB.
Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB) dalam sistem pendaftaran
tanah terdapat 2 jenis informasi, yaitu informasi mengenai letak bidang tanah
yang diuraikan dalam peta pendaftaran dan informasi mengenai hal-hal yang
melekat pada bidang tanah tersebut seperti pemegang hak, penggunaan tanah,
xi
apakah ada sengketa di atas tanah tersebut dan lain sebagainya. Untuk
mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan bidang tanah
lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik, sehingga
dengan mudah mencari dan membedakan bidang tanah yang dimaksud dengan
bidang tanah lainnya.
Selain untuk maksud-maksud tersebut diatas, NIB merupakan
penghubung antara Peta Pendaftaran dan daftar lainnya yang ada dalam proses
pendaftaran tanah. Dalam sistem komputerisasi pendaftaran tanah NIB yang unik
diperlukan sebagai penghubung yang efisien antara data yang diperlukan dan
sebagai akses informasi atas suatu bidang tanah.4
NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 23 PMNA/KBPN No.
3/1997 terdiri dari 13 digit, yaitu 8 digit pertama merupakan kode propinsi,
kabupaten, kecamatan dan kelurahan/desa tempat bidang tanah terletak, dan 5
digit terakhir merupakan nomor bidang tanah.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Pengukuran bidang
tanah dilaksanakan untuk menentukan posisi / letak geografis, batas, luas, dan
bentuk geometris bidang tanah untuk keperluan pendaftaran hak atas tanah.
Pengukuran untuk keperluan pendaftaran hak atas tanah dilaksanakan untuk
pembuatan peta pendaftaran, peta bidang tanah, lampiran sertipikat (berupa surat
ukur), dan terutama untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur
440Wawancara dengan Wasis Suntoro, A.Ptnh, MH., Kepala Kantor Pertanahan Kota Mataram, Tanggal 11 Juli 2016
xii
pengembalian batas apabila karena suatu hal batas-batas bidang tanah tersebut
hilang. 5
Pengaruh dari Pemetaan Bidang Tanah dalam pensertifikatan hak atas tanah
Produk akhir dari pengukuran bidang-bidang tanah adalah peta-peta
pendaftaran tanah yang dibuat desa demi desa secara utuh dan dilengkapi dengan
daftar subjek atas haknya. Peta-peta pendaftaran tanah merupakan hasil
pengukuran secara sporadik yang memuat seluruh bidang tanah di suatu desa yang
disertai denga data subjek hak atas tanah.
Secara hukum peta pendaftaran tanah telah mempunyai kekuatan bukti,
karena batas-batas bidang telah ditetapkan dan diukur dengan memperhatikan asas
kontradiktur delimitasi. Dengan demikian secara hukum akan memudahkan dalam
pengembalian tanda-tanda batas jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Adapun manfaat dari pemetaan bidang tanah tersebut yaitu: 1) Untuk
mengetahui Letak, batas, dan bentuk bidang tanah. 2) Untuk mengetahui skala
peta yang digunakan dalam pemetaan bidang tanah yang dimohonkan. 3) Untuk
mengetahui Lembar peta dan nomor identifikasi bidang tanah yang dimohonkan.
4) Untuk meminimalisir terbitnya sertipikat ganda. 5) Untuk menjamin kepastian
hukum di bidang penguasaan dan pemilikan tanah, faktor kepastian letak dan
batas setiap bidang tanah tidak dapat diabaikan, oleh karena itu kegiatan pemetaan
harus dilaksanakan. 6) Untuk mempermudah dalam melaksanaan Pemetaan Zona
5Wawancara dengan I Wayan Sudiartha Kasubsi Tematik dan Potensi Tanah Kantor Pertanahan Kota Mataram, Tanggal 22 Juli 2016.
xiii
Nilai Tanah. 7) Untuk mewujudkan sertipikat tanah menjadi KW1 artinya lengkap
ada nomor peta pendaftaran, lembar pendaftaran, serta sudah di validasi.
Kualitas data pendaftaran tanah yang sesuai dengan tata cara dan
peraturan kegiatan pendaftaran tanah adalah Kualitas 1, yaitu untuk setiap bidang
tanah terdaftar, terhubung dengan dokumen GS/SU (Gambar Situasi / Surat Ukur)
spasial, GS/SU (Gambar Situasi / Surat Ukur) tekstual dan buku tanahnya.
Kriteria kualitas data pendaftaran tanah yaitu KW 1, KW 2, KW 3, KW 4, KW 5
dan KW 6. 6 1) KW 1, menunjukkan jumlah data dalam basis data yang memenuhi
kriteria kualitas 1 yaitu buku tanah yang surat ukurnya telah dipetakan, dientri
informasi tekstualnya serta digambarkan geometri bidang tanahnya. 2) KW 2,
menunjukkan jumlah data dalam basis data yang memenuhi kriteria kualitas 2
yaitu buku tanah yang surat ukurnya telah dipetakan, dientri informasi tekstualnya
tetapi belum digambarkan geometri bidang tanahnya. 3) KW 3, menunjukkan
jumlah data dalam basis data yang memenuhi kriteria kualitas 3 yaitu buku tanah
yang surat ukurnya telah dipetakan, tetapi belum dientri informasi tekstualnya dan
belum digambarkan geometri bidang tanahnya. 4) KW 4, menunjukkan jumlah
data dalam basis data yang memenuhi kriteria kualitas 4 yaitu buku tanah yang
surat ukurnya belum dipetakan, tetapi telah dientri informasi tekstualnya dan
digambarkan bidang tanahnya. 5) KW 5, menunjukkan jumlah data dalam basis
data yang memenuhi kriteria kualitas 5 yaitu buku tanah yang surat ukurnya
belum dipetakan, belum digambarkan bidang tanahnya tetapi telah dientri
informasi tekstualnya. 6) KW 6, menunjukkan jumlah data dalam basis data yang
memenuhi kriteria kualitas 6 yaitu buku tanah yang tidak ada surat ukurnya.
6http://eprints.undip.ac.id/42898/5/BAB_IV
xiv
Sistem pendaftaran hak dapat diketahui dari adanya buku tanah sebagai
dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan
serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang didaftar.
Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur tersebut
merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan
bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftar7
Hambatan dan Solusi dalam Pemetaan Bidang Tanah
Pelaksanaan untuk tercapainya jaminan dan kepastian hukum hak-hak
atas tanah diselenggarakan pendaftaran tanah dengan mengadakan pengukuran,
pemetaan tanah dan penyelenggaraan tata usaha hak atas tanah. Kegiatan
pengukuran dan pemetaan meliputi pembuatan peta dasar pendaftaran yaitu
penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang
tanah dan pembuatan peta pendaftaran, pembuatan daftar tanah, dan pembuatan
surat ukur.
Hambatan yuridis dalam pemetaan bidang tanah yaitu kurangnya
pemahaman masyarakat tentang pentingnya tertib administrasi dalam hal
pemetaan bidang tanah, sehingga hal tersebut dapat menghambat proses pemetaan
bidang tanah, terkait dengan batas sandingan bidang tanah, kewajiban memasang
atau memelihara tanda batas yang telah ada dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya perselisihan atau sengketa mengenai batas tanah dengan para pemilik
tanah yang berbatasan. Penetapan batas tersebut dilakukan oleh pemilik tanah dan
para pemilik tanah yang berbatasan. Berdasarkan pada pasal 18 Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 perlu adanya penetapan batas bidang tanah yang
7Boedi Harsono, Op.cit., hlm.475
xv
dilakukan oleh badan yang berwenang yaitu oleh Badan Pertanahan Nasional
dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, dan juga perlu disaksikan
dan disetujui oleh pihak pemilik tanah yang berbatasan langsung dengan bidang
tanah yang akan didaftarkan atau yang disebut dengan Asas Kontradiktur
Delimitasi.
Sedangkan hambatan non yuridis atau tehnis yang dihadapi dalam
pemetaan bidang tanah yaitu.8 1) Tidak tersedianya tanda batas tanah yang tegas
dilapangan sehingga kesulitan untuk menentukan koordinat untuk pemetaan.
2) Faktor Intern dari dalam Kantor Petanahan itu sendiri, kurangnya disiplin
pegawai dalam bekerja menghambat proses pemetaan. 3) Keterbatasan Sumber
Daya Manusia untuk tenaga ahli pemetaan. 4) Terbatasnya jumlah komputer
sehingga proses pengolahan data hasil pengukuran memerlukan waktu yang lama,
dan akhirnya proses pemetaan menjadi terkendala. 5) Sertipikat tanah sebagian
masih merupakan data lama yang belum di GIM (Graphical Indeks Maping)
sehingga tidak memiliki koordinat letak tanah sehingga menyulitkan petugas
dalam memplotting bidang tanah kedalam peta pendaftaran tanah. 6) Banyaknya
sertipikat lama yang datanya belum menjadi KW1 artinya belum ada nomor peta
pendaftaran, lembar pendaftaran, serta belum di validasi.
8Wawancara dengan Putu Juni Swasta Kepala Seksi Survey,Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Mataram, Tanggal 08Agustus 2016
xvi
III. PENUTUP
Simpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut: 1) Mekanisme pemetaan bidang tanah di Kota Mataram
dilakukan dengan Menentukan titik koordinat letak lokasi tanah yang dimohon
kelapangan bersamaan pada waktu pengukuran bidang tanah untuk mengetahui
koordinat bidang tanah, agar mudah dilakukan penggambaran yang kemudian
dilakukan pemetaan pada peta pendaftaran untuk pendaftaran pertama kali. Untuk
sertipikat lama apabila tidak diketahui letak lokasinya dan koordinatnya,
dilakukan GIM (Graphical Indeks Maping), agar dapat dengan mudah gambar
bidang tanahnya diplotkan pada peta pendaftaran, dengan memeriksa NIB (Nomor
Identifikasi Bidang), SU (Surat Ukur) /GU(Gambar Ukur) dan Cek Peta
Pendaftaran. 2) Pengaruh/Manfaat dari pemetaan bidang tanah dalam rangka
pensertifikatan hak atas tanah khususnya dengan metode digital antara lain yaitu :
untuk mengetahui Letak, batas, dan bentuk bidang tanah; untuk mengetahui skala
peta yang digunakan dalam pemetaan bidang tanah yang dimohonkan; untuk
mengetahui lembar peta dan nomor identifikasi bidang tanah yang dimohonkan;
untuk meminimalisir terbitnya sertipikat ganda; untuk mewujudkan sertipikat
tanah menjadi KW1 artinya lengkap ada nomor peta pendaftaran, lembar
pendaftaran, serta sudah di validasi dan untuk mempermudah dalam melaksanaan
xvii
Pemetaan Zona Nilai Tanah. 3) Kendala yang ditemui dalam pemetaan bidang
tanah dalam pensertifikatan hak atas tanah di Kota Mataram antara lain hambatan
yuridis dalam pemetaan bidang tanah yaitu kurangnya pemahaman masyarakat
tentang pentingnya tertib administrasi dalam hal pemetaan bidang tanah, terkait
dengan batas sandingan bidang tanah perlu penentuan letak batas secara
kontradiktur, kurangnya sosialisasi, minimnya pengetahuan masyarakat.
Sedangkan hambatan non yuridisnya kurangnya fasilitas, pemetaan bidang tanah
masih banyak menggunakan peta manual sehingga sulit untuk melakukan
pemutakhiran data, sertipikat tanah sebagian masih merupakan data lama. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut antara lain
dengan melakukan sosialisasi pemetaan bidang tanah, melakukan sosilaisasi
terhadap masyarakat tentang pentingnya pemasangan tanda batas tanah yang tegas
dilapangan sehingga petugas tidak kesulitan untuk menentukan koordinat untuk
pemetaan, melakukan pengadaan laptop atau komputer bagi petugas pemetaan,
melakukan kegiatan GIM (Graphical Indeks Maping) dengan tertib dan teratur
pada Kantor Pertanahan Kota Mataram.
Saran
Adapun yang menjadi saran penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut: 1) Kantor Pertanahan Kota Mataram hendaknya melakukan
sosialisasi secara intensif kepada masyarakat atau PPAT (Pejabat Pembuat Akta
Tanah), sehingga masyarakat menjadi paham tentang pentingnya pemetaan bidang
tanah di Kota Mataram serta mensosialisasikan secara intensif tentang pentingnya
xviii
pemasangan tanda batas tanah yang tegas dilapangan sehingga petugas tidak
kesulitan untuk menentukan koordinat untuk pemetaan. 2) Pemetaan bidang tanah
hendaknya mencantumkan nama jalan, fasilitas umum, nama kantor, dan lain-lain
yang dapat diidentifikasi sehingga masyarakat umum bisa memahaminya.
3) Kantor Pertanahan Kota Mataram hendaknya meningkatkan fasilitas sehingga
memudahkan para petugas pemetaan dalam melaksanakan tugasnya. 4) Kantor
Pertanahan Kota Mataram hendaknya meningkatkan kualitas data sertipikat
sehingga para pemohon tidak perlu melakukan GIM (Graphical Indeks Maping).
xix
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanannya), Jakarta: Djambatan, 2005.
Supranowo. Sertifikat dan Permasalahannya, Makalah pada Seminar Nasional “Kegunaan Sertifikat dan Permasalahannya, Yogyakarta, 9 Juli 1992.
Peraturan-Peraturan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Tentang Pendftaran
Tanah.
Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 3 Tahun 1997. Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
xx