faringitis 1

9
FARINGITIS 1. A. DEFINISI Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring. (Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000) 1. B. ETIOLOGI/ PATOFISIOLOGI Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan.. Penyakit ini dapat sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis, varisela, arthritis, atau radang bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler. Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. 1. C. KLASIFIKASI 2. 1. FARINGITIS AKUT Faringitis akut adalah suatu peradangan akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding faring. Inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh virus hampir 70%. Stepkokus group A adalah organisme bakteri yang paling umum yang berkenaan dengan faringitis akut, yang kemudian disebut sebagai “strep throat”. a) Manifestasi Klinis Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membrane mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan, folikel limfoid membengkak dan dipenuhi dengan eksudat, dan nyeri tekan nodus limfe servikal. Keluhan lain adalah nyeri menelan tetapi tidak

Upload: yolala27

Post on 29-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FARINGITIS 1

FARINGITIS

1. A.    DEFINISI

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring. (Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000)

1. B.     ETIOLOGI/ PATOFISIOLOGI

Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan.. Penyakit  ini dapat sebagai  permulaan  penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis, varisela, arthritis, atau radang  bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis  hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.

Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

1. C.    KLASIFIKASI2. 1.      FARINGITIS AKUT

Faringitis akut adalah suatu peradangan akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding faring. Inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh virus hampir 70%. Stepkokus group A adalah organisme bakteri yang paling umum yang berkenaan dengan faringitis akut, yang kemudian disebut sebagai “strep throat”.

a)      Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membrane mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan, folikel limfoid membengkak dan dipenuhi dengan eksudat, dan nyeri tekan nodus limfe servikal. Keluhan lain adalah nyeri menelan tetapi tidak sehebat nyeri pada tonsillitis akut, subfebris, nyeri kepala, dan malaise, serak, batuk.

Infeksi virus tidak terkomplikasi biasanya hilang dengan segera dalam 3-10 hari setelah awitan. Namun, faringitis yang disebabkan oleh bakteri yang  lebih  virulen seperti Strepkokus group A adalah penyakit yang lebih parah selama masa akut, dan jauh lebih penting karena insiden dari bahaya komplikasi.

b)      Komplikasi

Jika daya tahan tubuh baik, jarang terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah otitis media, rhinitis akut, sinusitis akut, laryngitis akut, trakeitis, abses peritonsilar, mastoiditis, adenitis servikal, demam reumatik, nefritis, bronchitis, pneumoni.

Meskipun jarang, dapat terjadi komplikasi sistemik, yaitu bakteriemi/septikemi, terutama jika bakteri penyebabnya adalah Steptokokus, Endokarditis bakteri subakut, kadang-kadang ditemukan pada penderita dengan kelainan katub jantung.

Page 2: FARINGITIS 1

c)      Penatalaksanaan Medis

Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat sembuh sendiri  (self-limited disease).  Pada penderita cukup diberikan terapi simtomatik berupa analgetik-antipiretik(asetosal), obat kumur (gargarisma kana tau air masak hangat ditambah garam). Fungsi obat kumur adalah untuk melemaskan otot faring yang dan mengencerkan lendir yang melekat pada faring. Jika daya tahan tubuh kurang baik, misalnya pada bayi dan orang tua atau jika terjadi komplikasi perlu diberikan antibiotic.

Untuk Strepkokus group A, penisilin merupakan obat  pilihan. Apabila pasien yang alergi terhadap penisilin dapat digunakan sefalosporin. Antibiotik diberikan selam sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan strepkokus group A dari orofaring.

Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Pada kondisi yang parah, cairan yang di berkan secara intra vena.

1. 2.      FARINGITIS KRONIS

Sebenarnya bukan suatu bentuk peradangan (itis), tetapi merupakan penyakit yang kekambuhannya banyak dipengaruhi oleh iritasi bahan tertentu.

Bahan tersebut adalah asap rokok, debu rumah, asap, secret hidung(post nasal drip) dari sinusitis maksila atau rhinitis kronik. Selain itu, juga dari makanan misalnya makanan yang digoreng, kacang, Lombok, merica, alcohol, telur, buah-buahan yang bergetah atau asam.

Faktor predisposisi:

-          Rinitis kronis

-          Sinusitis

-          Iritasi kronik pada perokok dan peminum alkohol

-          Inhalasi uap pada pekerja dan laboratorium

-          Orang yang sering bernafas dengan mulut karena hidungnya tersumbat.

1. a.      Faringitis kronis hiperplastik

1)      Gejala :

Pasien mengeluh gatal di tenggorokan, berasa kering serta berlendir yang sukar dikeluarkan di tenggorokan, kadang – kadang disertai juga dengan batuk.

2)      Terapi :

-          Dicari dan diobati adanya penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal

Page 3: FARINGITIS 1

-          Terapi lokal dengan menggosokkan zat kimia (kaustik) yaitu : larutan nitres argenti atau albotil maupun dengan listrik (elektrocauter)

-          Secara simptomatik, diberikan obat isap / kumur dan obat batuk

1. b.      Faringitis kronis atropi (faringitis sika)

1)      Etiologi

Faringitis kronis atrofi sering timbul bersama dengan rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak teratur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring

2)      Gejala dan tanda :

Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring terdapat lendir yang melekat dan bila lendir itu diangkat mukosa tampak kering.

3)      Terapi:

Terapi yang diberikan sama dengan pengobatan rinitis atropi, dengan pemberian obat kumur, penjagaan hygiene mulut dan obat simptomatik.

1. 3.      FARINGITIS SPESIFIK   1. a.      Faringitis Leutika

1)      Gejala dan tanda :

a)      Stadium primer :

-       Bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding faring posterior

-       Timbul ulkus karena infeksi yang lama

-       Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan

b)      Stadium sekunder :

-          Jarang ditemukan

-          Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring

c)      Stadium tersier :

-       Terdapat guma pada tonsil dan palatum

-       Guma pada dinding faring pada posterior akan mengenai vertebra servikal

-       Gangguan fungsi palatum secara permanen akibat adanya guma pada palatum mole

Page 4: FARINGITIS 1

2)      Diagnosis :

Diagnosis dengan pemeriksaan serologic

3)      Terapi :

Obat pilihan utama ialah penisilin yang diberikan dalam dosis tinggi

1. b.      Faringitis Tuberkolusa

Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum durum, dasar lidah, dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum. Pada jenis bovinum ini dapat timbul tuberculosis faring primer.

1)      Cara infeksi :

a)      Cara eksogen yaitu kontak dengan sputum yang  mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.

b)      Cara endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkolusis miliaris.

Penelitian saat ini menemukan penyebaran secara limfogen

2)      Bentuk dan tempat lesi

Menurut Meyerson(1960) akan berbentuk ulkus pada satu sisi tonsil dan jaringan tonsil itu akan mengalami nekrosis. Pada infeksi secara hematogen tonsil dapat terkena pada kedua sisi terutama pada dinding faring posterior, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak.

3)      Gejala:

Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorokan. Keadaan umum pasien  buruk karena anoreksi, nyeri menelan makanan. Tidak jarang terjadi regurgitasi. Selain itu terjadi nyeri di telinga (otalgi). Terdapat juga adenopati servikal.

4)      Diagnosis :

-          Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam

-          Foto thorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru

-          Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan

5)      Terapi:

Terapi sesuai dengan terapi tuberkolusis paru.

Page 5: FARINGITIS 1

D.    ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

1. Data Dasar2. Riwayat Kesehatan.3. Pemeriksaan Fisik4. Pada faringitis  kronis , pengkajian  head to toe yang  dilakukan     lebih difokuskan

pada Sistem pernafasan : Batuk, sesak5. a.      Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor,

tumor, fungsio laesa pada mukosa.

2.      Diagnosa Keperawatan

Tujuan   : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pemberian analgetik

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri2. Identifikasi adanya tanda-tanda radang3. Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri4. Kompres es di sekitar leher5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik6. b.      Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang

kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal.

Tujuan : gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang efektif.

Intervensi Keperawatan :

1)      Monitor balance intake dengan output

2)      Timbang berat badan tiap hari

3)      Berikan makanan cair / lunak

4)      Beri makan sedikit tapi sering

5)      Kolaborasi pemberian roborantia

1. c.       Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan.

Page 6: FARINGITIS 1

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif  ditujukkan dengan tidak ada sekret yang berlebihan

Intervensi Keperawatan :

1)      Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien

2)      Monitor suara nafas tambahan

3)      Anjurkan untuk minum air hangat

4)      Ajari pasien untuk batuk efektif

5)      Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran

1. d.      Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kontak, penularan melalui udara

Tujuan : Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari.

Intervensi keperawatan :

Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih lanjut :

1)      Menganjurkan pasien untuk istirahat

2)      Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi pernafasan

3)      Menutup mulut bila batuk / bersin

4)      Mencuci tangan

5)      Makan- makanan bergizi

6)      Menghindari penyebab iritasi

7)      Oral hygine

1. e.       Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi,    inflamasi teratasi

Intervensi keperawatan :

1)      Ukur tanda-tanda vital

2)      Monitor temperatur tubuh secara teratur

3)      Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan

Page 7: FARINGITIS 1

4)      Kompres es di sekitar leher

5)      Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Herawati, Sri. 2003. Buku ajar ilmu telinga hidung tenggorokan untuk mahasiswa fakultas kedokteran gigi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC

Soepardi, Efianty Arshad, et. al. 1997. Buku ajar ilmu penyakit TELINGA-HIDUNG-TENGGOROKAN. Jakarta: FKUI