134884944 faringitis doc
DESCRIPTION
faringitis adalah peradangan pada faringTRANSCRIPT
A. KONSEP DASAR FARINGITIS
1. Pengertian Faringitis
a. Faringitis adalah suatu sindrom inflamasi dari faring atau tonsil yang disebabkan oleh
beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi
saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring. (http://kruegerchuy.
wordpress.com/faringitis diakses tgl 13 Juli 2010)
b. Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur
saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung,
faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang
tenggorokan, laringitis dan influenza tanpa komplikasi. (Elizabeth. J. Corwin, PHD,
MSN, CHP, Hal. 538)
c. Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga
mulut ke laring. (NS. Anas Tamsuri, S.Kep, Hal. 3)
d. Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga
infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil, sehingga disebut sebagai
tonsilofaringitis. Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak, dapat berupa
tonsilofaringitis akut atau kronik. (Ngastiyah, Hal. 36)
e. Faringitis merupakan peradangan dinding yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin.
(http://hudachairi.multiply.com/journal/item/14/Faringitis diakses tgl 13 Juli 2010)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan sumbernya.
Kalau infeksinya karena gigi, maka giginya yang ditangani. Demikian juga amandel dan
sinusitis, jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel atau sinusitis sebagai
sumber infeksi tidak ditangani, maka akan percuma. Radang tenggorokannya akan kembali lagi
dan berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat pilek dan
flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan sendirinya, seiring
sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba dengan daya tahan tubuh. Artinya,
kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu
antibiotik. Tapi kalau lebih dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang,
apalagi jika ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara.
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara yang paling
baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari penyebabnya dan
meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus daya tahan tubuh, semakin
rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi alergi.
2. Jenis-jenis Faringitis
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan
terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran pernapasan akut
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran pernapasan akut berat (pneumonia
berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi
saluran pernapasan akut sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu
umur di bawah 1 tahun ; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau
lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan
batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada (Depkes RI,1992).
Secara umum, Jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Faringitis akut ditandai secara klinis oleh adanya nyeri tenggorok mulut berbau, nyeri
menelan, kadang disertai otalgia (sakit di telinga), demam tinggi.
b. Faringitis kronis ditandai secara klinis oleh nyeri tenggorok. Nyeri tenggorok biasanya
lebih ringan dibandingkan nyeri yang berkaitan dengan infeksi yang dikemukakan diatas.
Dapat ditemukan perasaan gatal dengan sering berdahak. Dinding faring posterior
kemerahan dan seringkali mempunyai gambaran cobblestone (batu kerikil) karena hipertrofi
limfoid.
Infeksi saluran pernapasan atas digolongkan ke dalam penyakit yang bukan pneumonia,
(Lidianti, 2007) yang terdiri antara lain :
a. Rhinitis
Rhinitis dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tapi lebih banyak rhinitis
dikarenakan adanya suatu alergi yang kemudian dapat diikuti dengan bakteri atau rhinitis
allergy atau pilek alergi adalah gejala alergi yang terjadi pada bagian hidung. Umumnya
timbul penyakit ini pada musim penghujan karena cuaca dingin.
Diagnosa penyakit ini seperti : hidung pilek/beringus, badan panas atau merasa tidak
enak badan disertai pusing kepala. Penyebab pilek alergi atau rhinitis allergy ini ada
bermacam-macam, antara lain : karena tubuh tidak kuat di udara dingin, debu di lingkungan
sekitar (rumah), polusi udara dan serbuk sari bunga.
b. Faringitis
Faringitis (dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Infeksi
saluran napas atas akut seperti faringitis merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering
dijumpai. Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang
lemah.
Secara khusus, jenis faringitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Faringitis Akut
1) Faringitis viral
Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus
influenza, coxschievirus, dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Adenovirus
selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama
pada anak. Epsteiin Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh
terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri
menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat
eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
Penatalaksanaan pada penderita adalah istirahat dan minum yang cukup disertai
kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap. Anti virus metisoprinol
diberikan infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB
dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
2) Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis
akut pada orang dewasa 15% dan pada anak 30%.
Gejala dan tanda yang tampak adalah nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang
disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tonsil
tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di
permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan
faring. Kelenjar limfa leher anterior membengkak, kenyal, nyeri pada penekanan.
Terapi yang diberikan adalah antibiotik, berupa penicillin G banzatin 50.000
U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/ hariselama
10 haridan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisisn 4x500mg/hari.
Dapat juga diberikan kortikosteroid sebagai antinflamasi yaitu deksamethason 8-16 mg,
IM 1 kali, pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM 1 kali.
3) Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh pada mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda
adalah keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih
di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan
dalam agar saboraud dekstrosa. Terapi yang diberikan adlan nystatin 100.000-400.000 2
kali/hari dan pemberian analgetika.
4) Faringitis gonorea
Hanya dapat ditemukan pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Terapi
yang dapat diberikan adalah sefalosporin generasi ke-3. Ceftriakson 250 mg, IM.
b. Faringitis kronik
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi
kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.
Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui
mulut karena hidungnya tersumbat.
1) Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala yang
muncul biasanya adalah tenggorokan menjadi kering dan gatal dan akhirnya batuk
beriak. Terapi yang dapat diberikan adalah dengan terapi lokal menggunakan kaustil
faring dengan menggunakan zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik
(electrocauter). Pengobatan simtomatis diberikan obat kumur atau tablet isap.
2) Faringitis kronik atropi
Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi udara
pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan
serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda yang sering muncul adalah tenggorok terasa
kering, tebal, serta bau mulut. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh
lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Pengobatan ditujukan pada
rinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atropi ditambahkan dengan obat kumur dan
menjaga kebersihan mulut.
c. Faringitis spesifik
1) Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menyebabkan infeksi di daerah faring. Dibagi dalam 3
stadium, yaitu pada stadium promer, pada lidah, palatum mole, tonsil dan posterior
faring berbentuk keputihan. Bila infeksi terus menerus maka akan timbul ulkus didaerah
faring seperti ulkus genitalia yang tidak nyeri. Pada stadium sekunder terdapat eritema
pada dinding faring yang menjlar ke arah laring. Pada stadium tertier terdapat
guma,pada tonsil dan palatum. Guma pada dinding posterior dapat menyebar ke
vertebra servikal dan dapat menyebabkan kematian. Diagnosa ditegakkan dengan
pemeriksaan serologis.
2) Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari TB paru. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak
dengan septum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Infeksi
endogen yaitu dengan penyebaran melalui darah pada TB miliaris. Bila infeksi timbul
secara hematogen, maka lesi timbul pada kedua sisi dan sering ditemukan pada posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum
durum.
Gejala keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien
mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri telinga, dan pembesaran KGB servikal.
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan BTA, foto thoraks dan biopsi jaringan
terinfeksi. Terapi sesuai dengan terapi untuk TB paru.
(http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01/faringitis. html diakses tgl 13 Juli 2010)
3. Etiologi Faringitis
Etiologi infeksi saluran pernapasan akut terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
ricketsia. Bakteri penyebab antara lain genus streptokokus, staphylococcus, pneumococus,
hemofilus, bordetella dan korinebakterium. Virus penyebab antara lain golongan miksovirus,
adnevirus, koronovirus, pikornavirus. Disamping itu faktor-faktor berikut adalah faktor beresiko
untuk berjangkitnya atau mempengaruhi timbulnya infeksi saluran pernapasan akut, yaitu ; gizi
kurang, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat
tinggal, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, tingkat sosial ekonomi rendah, tingkat
pendidikan ibu rendah, dan tingkat pelayanan kesehatan rendah. Gejala umum yang sering
terjadi pada penyakit Faringitis yaitu : batuk, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, influenza dan
kadang disertai demam. (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2005)
Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa sakit di bagian
tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada kalanya terjadi pembengkakan
di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau alergi.
Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair, demam, dan
nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari 10% kasus sisanya.
Pada 10% kasus sisanya bakteri penyebab radang tenggorokan tersering adalah
Streptokokus. Gejala infeksi bakteri ini adalah tenggorokan yang berwarna merah daging dan
tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri ini sebagai penyebab secara pasti
adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk kemudian di kultur serta dilakukan
pemeriksaan darah.
a. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3 hal, yakni
kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan sinusitis.
Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat menyebabkan
radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi tempat berkumpulnya kuman.
Kuman inilah yang kemudian masuk ke dalam tenggorokan dan menyebabkan infeksi.
Untuk mencegahnya, harus rajin menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kalau ada gigi yang
busuk atau berlubang, harus langsung ditangani. Misalnya, ditambal atau dicabut.
Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang tenggorokan.
Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 - 10 tahun karena ia merupakan
bagian dari pertahanan tubuh. Terutama pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak
berfungsi lagi akan menjadi tempat berkumpulnya kuman sehingga menyebabkan infeksi
pada tenggorokan.
Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap orang punya
beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi, di dekat mata, di dahi, dan
di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang disebut sinusitis. Pada orang dengan
sinusitis kronis, lendir akan terus-menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung.
Hal ini menimbulkan iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.
b. Iritasi
Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini disebabkan
makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas atau
dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah. Makanan bergetah, contohnya buah-
buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan aman, khususnya pada mereka yang punya alergi,
karena justru dapat membuat iritasi pada tenggorokan.
Untuk mencegahnya, sebaiknya tidak makan buah-buahan dalam jumlah terlalu
banyak. Iritasi juga sering terjadi pada mereka yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi
zat kimia yang di hirup bisa menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab
itu, penting sekali memakai masker.
c. Alergi
Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang memilikinya.
Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan minuman, obat-obatan
tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan alergi disebut allergen. Jika allergen
masuk ke dalam tubuh penderita alergi, tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang
menyebabkan alergi. Akibatnya, timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-
batuk.
Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada tenggorokan.
Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang alergi terhadap jenis buah-
buahan tertentu dan olahannya, misalnya jus. Hati-hati, tidak semua jus aman bagi orang-
orang yang mengalami radang tenggorokan berulang karena alergi. Sering batuk dan sakit
tenggorokan. Paling sering justru pada jus tomat.
Minyak goreng bekas juga sering menjadi penyebab alergi dan mengakibatkan
radang tenggorokan. Orang yang alergi terhadap minyak goreng bekas harus selalu
mengganti minyak setiap kali akan menggoreng. (http://www.susukolostrum.com/tht/
faringitis-virus.html diakses tgl 13 Juli 2010)
4. Patofisiologi Faringitis
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan
sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula lapisan tapi menjadi menebal dan kemudian
cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh
darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih dan abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan lomfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak. (http://farmasiinfo.blogspot.com/2009/05/patologi-faringitis.html diakses tgl 13
Juli 2010)
Seperti orang dewasa, infeksi pada anak menyebabkan inflamasi dan pembengkakan
saluran napas yang bermakna. Pada kenyataannya, anak-anak yang mengalami ISPA mungkin
memperlihatkan gejala klinis yang lebih dramatis karena saluran napas atas jauh lebih sempit
sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan
napas tidak mencolok. Batuk yang terdengar pada anak yang mengidap faringitis mungkin
seperti menyalak, serak dan stridor. Terapi untuk anak-anak yang menderita faringitis derajat
ringan-sampai-sedang antara lain vaporizer, terapi oksigen. Mereka yang menderita faringitis
derajat sedang-sampai berat dapat diobati dengan pemberian glukokortikoid intramuskular atau
nebulizer. Inflamasi epiglottis dapat menyebabkan sumbatan total jalan napas, kecemasan yang
bermakna dan kematian. Anak-anak cenderung duduk telungkup dan dapat berguling. Untuk
anak-anak yang menderita epiglotitis, perlu dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan
tindakan intubasi atau trakeostomi. (Elizabeth, J. Corwin, PhD, MSN, CNP, Hal. 352)
Sekitar 90% kasus faringitis disebabkan virus. Sisanya disebabkan bakteri dan
kandidiasis fungal (jarang terjadi, biasanya pada bayi). Juga dapat disebabkan iritasi akibat
polusi senyawa kimia. Pada faringitis akibat virus, virus berusaha menembus sel-sel mukosa
yang melapisi nasofaring dan bereplikasi dalam sel-sel ini. Gangguan pada penderita seringnya
disebabkan oleh 0leh sel-sel dimana virus berimplikasi. Umumnya sembuh dengan sendirinya,
tidak perlu pengobatan spesifik, dan jarang menimbulkan komplikasi. Virus Epstein-barr,
herpes simplex, measle dan common coald.
Bakteri penyebab faringitis yang paling umum adalah kelompok A streptokokus. Ada
banyak strain; paling berbahaya strain B-hemolitik (GABHS). Bakteri lain yang juga umum
adalah Corynebacterium diphtheria, Chlamydia pneumonia dan stafilokokus. Jika tidak
ditangani dalam 9 hari, infeksi oleh GABHS beresiko menimbulkan demam rematik.
Corynebacterium diphtheria tidak terlalu invasive dan tetap terlokalisir pada permukaan
saluran permukaan saluran pernapasan. Hanya lisogenik corynebacterium diphtheria tidak
terlalu terlokalisasir pada permukaan sluran peranafasan. Hanya lisogenik Corynebacterium
diphtheria bakteriofag pembawa gen toksik yang menyebabkan difteria. Kerusakan pada faring
disebabkan oleh toksin tersebut, yang membunuh sel-sel mukosa dan Adenosine Diphosphate
(ADP) Ribosylating Alongation Factor II. Toksin juga dapat merusak jantung dan saraf. Bakteri
ini telah dieradikasi di Negara-negara maju sejak dilakukannya program vaksinasi anak, tetapi
masih dilaporkan dinegara-negara dunia ketiga dan makin meningkat dibeberapa daerah di
eropa timur. Antibiotic efektif dalam tahap awal, tapi penyembuhan biasanya lamban.
Sedangkan Chlamydia pnemoniae menyebabkan sekitar 5% infeksi, dengan onset sub
akut dan faringitis. Penderita sering mengalami pola bifasik, tetapi membaik sebelum
berkembang menjadi bronchitis atau pneumonia. (http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01
/faringitis.html diakses tgl 13 Juli 2010)
Gambar 1. Faringitis
5. Tanda-tanda Bahaya pada Faringitis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar
tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda- tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-
tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris :
a. Tanda-tanda klinis pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing
b. Pada sistem cardial adalah tachycardia, bradycardiam, hipertensi, hipotensi dan cardiac
arrest
c. Pada sistem cerebral adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, pepil
bendung, kejang dan coma
d. Pada hal umum adalah letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
a. Hypoxemia
b. Hypercapnia
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah : tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada
anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah : kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasanya diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Faringitis
a. Pendidikan ibu
Orang dengan tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung akan
mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan formal
yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti serta pentingnya
kesehatan. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kebutuhan
bagi diri dan lingkungan yang dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
(Potter 2005).
Para ibu yang tidak pernah bersekolah mengalami kematian balita 35%
dibandingkan dengan ibu yang pernah bersekolah, tetapi tidak menyelesaikan sekolah
dasarnya. Perbedaan itu menjadi sangat mencolok, mencapai 97% dibandingkan para ibu
yang berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Pendidikan adalah salah satu
jalan menjadikan perempuan sebagai agen perubahan, bukan sekedar penerima pasif
program pemberdayaan. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan
perempuan memiliki independensi ekonomi. Hal ini membuat perempuan memiliki suara
dalam rumah tangga maupun di masyarakat, antara lain dalam mengatur pembagian “harta”
keluarga seperti makanan, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Perempuan juga
memiliki sumber penghasilan di tangannya, cenderung membelanjakan penghasilan itu
untuk kesejahteraan anak-anaknya sebagai generasi penerus bangsa. (Potter 2005).
Seringkali ibu yang mempunyai balita terjangkit ISPA harus belajar melakukan
praktik kontrol infeksi di rumah. Teknik pencegahan penyakit ISPA hampir menjadi sifat
kedua bagi perawat yang melakukannya tiap hari. Namun, ibu yang mempunyai balita
terjangkit ISPA kurang menyadari faktor-faktor yang meningkatkan penyebaran infeksi atau
cara-cara untuk mencegah penularannya. Perawat harus mengajarkan ibu yang mempunyai
bayi terjangkit ISPA tentang infeksi dan teknik untuk mencegah atau mengontrol
penyebarannya (Potter 2005).
b. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan yang di cakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat :
1) Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi (Application), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sekarang
4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi yang ada
kaitannya satu sama lain
5) Sintesis (Syntesis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6) Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Ditengah-tengah kesibukannya menyelesaikan tugas rutinnya itu, ibu masih dibebani
untuk merawat dan mengasuh anak. Sulit bagi ibu memisahkan pekerjaan itu dalam waktu
terpisah. Keterbatasan tenaga dan waktu membuat ibu harus melaksanakan tugas ganda
bersamaan. Biasanya sambil memasak di dapur, seorang ibu juga harus mengasuh anaknya.
Ketika tangannya sibuk mengolah masakan untuk keluarganya, anak yang masih balita biasa
tetap berada di pangkuannya. Kalau tidak digendong, anaknya yang belum bisa di apih,
ditidurkan di dipan yang terletak di dapur. Sementara asap dari kompor terus mengeluarkan
asap. Ruangan dapur dipenuhi gas dari alat masak yang sebenarnya berbahaya bagi anak.
Anak yang berada di dapur bersama ibunya tidak bisa menghindari dari kepungan asap.
Dengan berjalannya waktu, akumulasi asap yang dihisap anak semakin besar. Tanpa disadari
sang ibu, anak itu telah terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. (Juniarti Sahar,
2005).
c. Gaya Hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung
faktor risiko; berbagai stress akibat krisis kehidupan dan perubahan gaya hidup juga
merupakan faktor risiko. Cara pelaksanaan dan perilaku sehat dapat berakibat positif
ataupun negatif terhadap kesehatan. Cara pelaksanaan kesehatan berpotensi memberikan
efek negatif dapat termasuk sebagai faktor risiko; antara lain yaitu makan yang berlebihan
atau nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istirahat, dan kebersihan pribadi yang buruk.
Kebiasaan lain yang menyebabkan seseorang beresiko menderita sakit antara lain kebiasaan
merokok atau minum minuman alkohol atau penyalahgunaan obat. (Potter, 2005)
Selain itu dapat disebabkan karena :
1) Iritasi
Iritasi dapat disebabkan oleh debu, asap, atau kekeringan udara yang berlebihan
2) Alergi
Drip postnasal yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi faring.
3) Trauma
a) Penyalahgunaan Vokal
Berteriak, menyanyi berlebihan atau bentuk lain penyalahgunaan vokal dapat
menimbulkan nyeri tenggorok demikian juga suara parau.
b) Benda Asing
Mula timbul nyeri tenggorok yang mendadak dapat disebabkan oleh adanya benda
asing. Liur yang mengalir dan kesukaran menelan sering ditemukan.
c) Luka Bakar
Faring dapat mengalami luka oleh makanan atau minuman yang panas, atau oleh
karena asam atau basa
d) Asap
Anak-anak dapat mengalami iritasi faring akibat asap rokok berat dirumah.
Faringitis dapat terjadi setelah inhalasi yang berkaitan dengan kebakaran.
d. Status Gizi
Makanan adalah kebutuhan hidup yang sangat penting diantara kebutuhan pokok
hidup manusia dan pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda lagi. Makanan adalah bahan
yang menyebabkan tubuh manusia dapat bekerja, kalau kita umpamakan maka tubuh
manusia itu bagaikan sebuah mesin, dimana dalam kegiatannya diperlukan energi. Energi
dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri serta untuk tumbuh kembang. Manusia
mendapatkan energi dari makanan yang dimakan (Ns. Anas Tamsuri, S.Kep, 2008).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi
makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila konsumsi gizi makanan pada
seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu. Sebagai contoh pada gondok endemik merupakan keadaan
yang seimbang pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Status gizi buruk balita ditetapkan berdasarkan atas salah satu hal berikut :
1) Perbandingan berat badan dari umur atau berat badan jatuh pada daerah garis merah
pada KMS
2) Anak yang dalam tiga kali penimbangan berturut-turut berat badannya tidak mengalami
peningkatan
3) Balita yang dalam pemeriksaan ditemukan menderita xeroptalmia (kurang vitamin A).
4) Balita yang mempunyai pembesaran kelenjar thyroid akibat kekurangan unsur yodium
yang diperlukan untuk hormon thyroid.
5) Balita yang menderita anemia, dimana keadaan akibat kadar Hb kurang, akibat
kekurangan salah satu zat pembentuk (zat besi, asam folat, vitamin B12).
Menurut (dr. Hamam Hadi, 2005) balita yang mengalami kekurangan gizi juga bisa
dipengaruhi oleh kekurangan zat gizi yang diterima dari ibu yang menyusuinya. Jika zat gizi
yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka balita tersebut akan mengalami kurang
gizi yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.
e. Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari “kata imun”. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau
produk kuman yang sudah dilemahkan atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada suatu saat nanti digunakan untuk melawan kuman atau
bibit penyakit yang menyerang tubuh
Menurut Karn Garna Baratawijaya dalam Markum (2000), disebutkan bahwa
imunisasi adalah suatu prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas seseorang terhadap
kuman pathogen tertentu. Hal ini dimaksudkan agar orang yang diberikan imunisasi tertentu
akan kebal terhadap penyakit yang disebabkan oleh kuman pathogen sesuai dengan jenis
vaksin yang diberikan.
Imunisasi terdiri atas imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah suntikan ke
dalam tubuh anak kuman yang sudah dimatikan atau di perlemah, suntikan ini akan
merangsang tubuh mengembangkan daya tahan tubuhnya dengan memproduksi antibodi
yang memiliki ketahanan sampai seumur hidup. Sedangkan imunisasi pasif yaitu suntikan
yang berasal dari serum atau darah binatang, imunisasi ini memiliki ketahanan sementara.
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi yang sangat efektif untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan bayi serta balita dari jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (Depkes RI, 2002).
Namun menurut Ibrahim. S (2003), beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak
bisa dilindungi dari penyakit-penyakit berbahaya adalah ketidaktahuan para orang tua
tentang adanya vaksin dan kurangnya kesadaran betapa kerugian yang bisa diderita oleh
anak jika sakit
Pertusis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri
Bordetella pertusis. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi pada usia 2,4 dan 6 bulan.
Pertusis terjadi dalam wadah tiap 3 sampai 5 tahun. Sebelum imunisasi tersedia, banyak
bayi dan anak mati karena pertusis. Biasanya pertusis mulai seperti pilek saja dan ingus,
kecapaian dan adakalanya demam ringan. Kemudian timbulnya batuk, biasanya bertubi-
tubi, diikuti dengan rejan. Adakalanya orang muntah setelah batuk
Pertusis mungkin parah sekali bagi anak kecil, yang mungkin membiru atau berhenti
bernafas sewaktu batuk dan mungkin harus dibawa ke rumah sakit. Anak yang lebih besar
dan orang dewasa mungkin mengalami penyakit yang lebih ringan dengan batuk yang
berkelanjutan selama berminggu-minggu, tanpa memperhatikan perawatan. Pertusis
ditularkan kepada orang lain melalui tetesan (dari batuk atau bersin). Tanpa perawatan,
orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3
minggu setelah batuk mulai. Waktu antara eksposur dan penyakit biasanya antara 7 sampai
10 hari, tetapi mungkin berkelanjutan sampai 3 minggu. Vaksin DPT ini tidak memberi
perlindungan seumur hidup terhadap pertusis, dan perlindungan ini adakalanya tidak
lengkap. Anak-anak harus diimunisasikan pada usia 2,4 dan 6 bulan.
Di indonesia saat ini, imunisasi menjadi salah satu program pelayanan kesehatan
yang sedang di galakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena adanya pergeseran
pelayanan kesehatan dari yang bersifat promotif ke preventif. Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) dilakukan dalam bentuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan imunisasi massal
seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Program
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan lain sebagainya. Tujuan akhir dari PPI tersebut
adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) pada tahun 2002 (Depkes,
2001).
f. Lingkungan
Lingkungan yang sehat merupakan suatu persyaratan untuk memelihara tubuh sehat,
kelembaban yang rendah dapat mengeringkan selaput lendir hidung dan mulut yang
berpengaruh pada masalah pernapasan (Dwidjoseputro, 1990).
Menurut (Entjang Indan, 2000), keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang
memerlukan keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti dikemukakan oleh WHO
bahwa perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya
kejadian penyakit dalam masyarakat. Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian
penyakit diantaranya mempengaruhi kebersihan udara, karena rumah terlalu sempit maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya daya
tahan tubuh karena mudahnya perpindahan bibit penyakit dari manusia yang satu ke
manusia yang lain, sehingga memudahkan terjadinya penyakit seperti penularan penyakit
saluran pernapasan.
Rumah sehat harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis,
suhu ruangan antara 18-20 ºc, penerangan siang dan malam baik terutama penerangan
listrik, pertukaran hawa baik dengan luas seluruh ventilasi adalah 15 % dari luas lantai, dan
mempunyai isolasi suara, kebutuhan psikologis (keindahan, jaminan kebebasan, privasi,
ruangan berkumpul keluarga, dan ruang tamu), terhindar dari kecelakaan serta dari penyakit
(luas kamar tidur 5 m2 per kapita perluas lantai). (Entjang Indan, 2000).
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Polusi udara, air dan suara dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah dapat menyebabkan risiko bagi individu
terutama anak khususnya balita. Tempat tinggal yang tidak bersih, sistem penghangat atau
pendingin ruangan yang buruk dan lingkungan yang padat dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit. Konflik atau masalah lain dalam keluarga
mungkin dapat menjadi stressor yang menyebabkan individu atau seluruh keluarga
mengalami peningkatan risiko terjadinya penyakit (Edelman dan Mandle, 1994).
7. Penatalaksanaan
a. Untuk Faringitis Akut
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat
mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan
obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme
resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama
sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu
makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang
tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan
mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien
didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3
liter sehari. (Ngastiyah, Hal. 37)
b. Untuk Faringitis Kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan
memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin
mengakibatkan terhadap batuk kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung
epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat
alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol/ Dimentapp, diminum
setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.
(Ngastiyah, Hal. 37-38)
c. Pada Anak-anak
Bila anak menjadi gelisah, rewel, sulit tidur, lemah atau lesu karena gejala radang
tenggorokan ini, kita dapat membantu meredakan gejalanya. Tidak harus selalu dengan obat,
mungkin dengan tindakan yang mudah dan sederhana bisa membantu menenangkan anak.
1) Nyeri menelan :
Banyak minum air hangat, obat kumur, lozenges, paracetamol untuk meredakan nyeri
2) Demam
Banyak minum, paracetamol, kompres hangat atau seka tubuh dengan air hangat.
3) Hidung tersumbat dan berair (meler)
Banyak minum hangat, anak diuap dengan baskom air hangat, tetes hidung NaCl.
Dalam beberapa kasus, radang tenggorokan karena virus baru sembuh setelah 2
minggu. Yang diperlukan adalah kesabaran dan pengawasan orang tua terhadap gejala anak.
Bawalah anak ke dokter bila gejala terlihat makin berat; anak tampak sulit bernapas,
kebiruan pada bibir atau kuku, anak tampak gelisah atau justru sangat mengantuk, atau anak
batuk/demam berkepanjangan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik biasanya tidak
dipergunakan. Infeksi oleh virus (misalnya batuk-pilek, radang tenggorokan) sama sekali
tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya,
tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan antibiotik yang
berlebihan justru akan merugikan karena akan membuat menjadi resisten dan antibiotik
menjadi tidak mempan untuk melawan infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak
(http://klinikhuda.blogspot.com/2009/01/faringitis.html diakses tgl 13 Juli 2010)
BAB II
PEMBAHASAN
“Laringitis”
2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
A. Definisi Penyakit
Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan).
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu
banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu
susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu
masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah
membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan
(http://www.sehatgroup.web.id/).
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui
pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi
iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan terjadinya perubahan suara
yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan
terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak
terdengar.
(http://www.sehatgroup.web.id/)
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama (kronis) lebih
dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat
virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius.
(http://www.news-medical.net/)
B. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring
secara anatomi.
Gambar 1.1
Anatomi Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian
atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal
kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan,
baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid
yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk
huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian
bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea
lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak
pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago
aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis
lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda vokalis sedangakan
ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung
bebas dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan
struktur garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan
yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil didalam
laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.
Gambar 1.2
Anatomi Laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik bekerja pada
laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid,
m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid
(m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik
kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-
cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus
rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring
terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan
bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
(Cohen JL 1997,369-76)
C. Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan
fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk
kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing
yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek
batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya
perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi
darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah
keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak
mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti
berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
(Cohen JL 1997,369-76)
D. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan
terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran
nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita
suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan
tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi
medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan
disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza,
pertusis, campak dan difteri.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
1. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri
juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi
saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti
selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).
(http://www.klinikindonesia.com/)
a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella
catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoniae.
b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c. Pemakaian suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan kimia
f. Merokok dan minum-minum alkohol
g. Alergi
2. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus
terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut
yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang
disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran
nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi
lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu
atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular.
Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.
(Abdurrahman MH, 2006,13-20)
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis
luetika.
a. Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan,
tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena
struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak
sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat
berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat
mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik
berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu
sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk
ulkus
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus
diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring
terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
pita suara dan subglotik.
b. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan
dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma
yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang
khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat
kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat
Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
laringitis akut Laringitis kronis
Rhinovirus
Parainfluenza virus
Adenovirus
Virus mumps
Varisella zooster virus
Penggunaan asma
inhaler
Penggunaan suara
berlebih dalam pekerjaan :
Menyanyi, Berbicara dimuka umum
Mengajar
Alergi
Streptococcus grup A
Moraxella catarrhalis
Gastroesophageal
refluks
Infeksi bakteri
Infeksi tuberkulosis
Sifilis
Leprae
Virus
Jamur
Actinomycosis
Penggunaan suara
berlebih
Alergi
Faktor lingkungan
seperti asap, debu
Penyakit sistemik :
wegener granulomatosis,
amiloidosis
Alkohol
Gatroesophageal
refluks
E. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis
biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan
terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis
umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh
faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan
sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa
menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini
akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.
(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
WOC
DOWNLOAD WOC LARINGITIS
LINK: http://www.ziddu.com/download/16739486/WOCLARINGITIS.docx.html
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau
suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal
dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri
dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara sama
sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni
lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri
diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam
beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger,
sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa
anak.
(http://www.news-medical.net/)a. Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau
berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan disertau dahak kental,
gejala sumbatan laring sampai sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas dan
bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang akut dihitung sinus
peranasak, atau paru.
b. Laringitis Kronik
Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa
sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis. Tidak rata, dan menebal. Bila
tumor dapat dilakukan biopsi.
(www.blogsehat.com)
c. Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas, dan
tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium lanjut dapat
afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat bila gejala-gejala proses
aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema: tumberkuloma, atau
paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk
tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel
membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan timbul
ulkus.
Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.
Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/
terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien sangat
buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder,
leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau
sering residif.
Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks
menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan
pemeriksaan PA.
(Mansjoer, Arif.1999, 125)
H. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu.
Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan
udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
(www.blogsehat.com)
I. Penatalaksanaan Medis
Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah kelembaban, dan
menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari.
Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses
radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung
dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya.
Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi,
dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat
steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada
pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor.
Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila
terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic
penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrasin.
Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila
terdapat sumbatan laring.
Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk
jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan dengan
penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok
merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi
akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari
faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.
Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri biasanya telah
mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi bakteri, antibiotik yang
tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)