faringitis kronik wawah

22
REFERAT FARINGITIS KRONIK Disusun Oleh : Okta Ernandi (09310294) Aris Prasetiawan (09310114) Pembimbing : dr. Inawati Bobot., Sp.THT-KL., M.Sc KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT 1

Upload: si-gode

Post on 10-Apr-2016

63 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: faringitis kronik wawah

REFERAT

FARINGITIS KRONIK

Disusun Oleh :

Okta Ernandi (09310294)

Aris Prasetiawan (09310114)

Pembimbing :

dr. Inawati Bobot., Sp.THT-KL., M.Sc

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSUD ‘45 KUNINGAN

2014

1

Page 2: faringitis kronik wawah

FARINGITIS

A. DEFINISI

Faringitis adalah penyakit inflamasi dari mukosa dan submukosa pada tenggorokan.,

Jaringan yang terkena meliputi orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil, dan adenoid.1

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-

60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.2

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi

local.Infeksi bakteri grup A Streptokokus β hemolitikus dapat menyebabkan kerusakan jaringan

yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan demam

reumatik, kerusakan katup jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi glomerulus terganggu

akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia sekolah,

orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui secret

hidung dan ludah (droplet infection).2

B. ETIOLOGI

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi

maupun non infeksi.Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-

60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling

banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada

Influenzavirus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus

A,cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat

menyebabkan terjadinya faringitis.Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup

S.pyogenes dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus

merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang

ditemukan pada anak berusia <3tahun.3

Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria

gonorrhoeae,Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan

Treponema pallidum, Mycobacterium tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet

infection dari orang yang menderita faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang

2

Page 3: faringitis kronik wawah

dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang

berlebihan.3

Pada Faringitis kronik,faktor-faktor yang berpengaruh:4

1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan sinusitis kronik, mucus purulent

secara konstan jatuh ke faring dan menjadi sumber infeksi yang konstan. Tonsillitis

kronik dan sepsis dental juga bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis kronik

dan odinofagia yang rekuren.

2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut akan mengekspos faring ke udara yang

tidak difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan dengan suhu tubuh sehingga menyebabkan

lebih mudah terinfeksi. Bernapas melalui mulut biasa disebabkan oleh :

a. Obstruksi hidung

b. Obstruksi nasofaring

c. Gigi yang menonjol

d. Kebiasaan

3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, mengunyah tembakau, peminum minuman

keras, makanan yang sangat pedas semuanya dapat menyebabkan faringitis kronik.

4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang berdebu atau uap industry juga

menyebabkan faringitis kronik.

3

Page 4: faringitis kronik wawah

5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang berlebihan atau faulty voice production

juga adalah salah satu penyebab faringitis kronik.

Faktor risiko dari faringitis yaitu:

Cuaca dingin dan musim flu

Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui udara

Merokok, atau terpajan oleh asap rokok

Infeksi sinus yang berulang

Alergi

C. EPIDEMIOLOGI

Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa.

Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar

10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia<3 tahun.

Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut

faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus

pyogenes.Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi

GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.5

D. PATOGENESIS

Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang

berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini

hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini

menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan

jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring.5Periode inkubasi faringitis

hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.6

Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang

menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut terjadi

sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat pengaruh toksin.5

4

Page 5: faringitis kronik wawah

E. KLASIFIKASI

Faringitis dibagi menjadi:4

1. Faringitis akut

a) Faringitis viral

b) Faringitis bakterial

c) Faringitis fungal

d) Faringitis gonorea

2. Faringitis kronik

a) Faringitis kronik hiperplastik

b) Faringitis kronik atrofi

3. Faringitis spesifik

a) Faringitis luetika

b) Faringitis tuberkulosis

1. FARINGITIS AKUT

a. Faringitis Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan

faringitis.2

Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan,

sulit menelan.2

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.Virus influenza, coxsachievirus

dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi

vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa mauclopapular rash.2

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis

terutama pada anak.2

Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada

faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal

dan hepatosplenomegali.2

5

Page 6: faringitis kronik wawah

Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan,

mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati

akut di leher dan pasien tampak lemah.2

Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika

jika perlu dan tablet isap.2

Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan

dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak

<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.2

Gambar 1. Faringitis viral tampak faring swollen dan merah

b. Faringitis bakterial

Infeksi grup A Streptokokus β hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada

orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).2

Gejala dan tandanya adalah nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-kadang disertai

demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.2

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat

eksudat di permukaannya.Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan

faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.2

Terapi:

a. Antibiotik. Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A

Streptokokus β hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal,

6

Page 7: faringitis kronik wawah

atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x

500 mg selama 6-10 hariatau eritromisin 4 x 500 mg/hari

b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB, IM, 1

kali.

c. Analgetika

d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic.

Gambar 2. Streptococcal Pharyngitis

Alternatif pada Pasien yang Alergi Penisilin

Eritromisin oral atau klindamisin dapat diberikan untuk pasien yang alergi terhadap

penisilin.

7

Page 8: faringitis kronik wawah

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan

menggunakan Centor criteria, yaitu :

Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:

- 3-14 tahun (+1)

- 15-44 tahun (0)

- 45 tahun keatas (-1)

Penilaian skornya:

- 0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 1%-2.5%. Tidak perlu pemeriksaan lebih

lanjut dan antibiotic.

- 1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan lebih

lanjut dan antibiotic.

- 2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 11%-17%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif

- 3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 28%-35%. Kultur bakteri faring dan

antibiotic hanya bila hasil kultur positif

8

Page 9: faringitis kronik wawah

- 4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus 51%-53%. Terapi empiris dengan

antibiotic dan atau kultur bakteri faring

c. Faringitis Fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.Keluhan nyeri tenggorok dan

nyeri menelan.Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya

hiperemis.Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Saburoud dextrose.

Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika.2

Gambar 3. Fungal Faringitis

9

Page 10: faringitis kronik wawah

d. Faringitis Gonorea

Disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri menyebar melalui oral seks

dengan pasangan yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi tenggorokan tidak menghasilkan gejala

(asimtomatik).7

Penyakit ini paling sering terjadi pada pria yang homoseksual. Faktor risiko nya yaitu, aktivitas

seksual dengan banyak pasangan, dan melakukan seks oral.7

Gejala dan tanda

Pada wanita , gejala urogenital utama gonore meliputi :

Keputihan

Disuria

Perdarahan intermenstrual

Dispareunia ( hubungan seksual yang menyakitkan )

Nyeri perut bagian bawah

Jika infeksi berkembang menjadi penyakit radang panggul ( PID ) , gejala mungkin termasuk

yang berikut :

Nyeri perut bagian bawah : gejala paling konsisten PID

Peningkatan cairan vagina atau cairan dari uretra mukopurulen

Disuria : Biasanya tanpa urgensi atau frekuensi

Nyeri tekan daerah serviks

Nyeri adneksa (biasanya bilateral ) atau massa adneksa

Perdarahan intermenstrual

Demam, menggigil , mual , dan muntah ( kurang umum )

Pada laki-laki , gejala urogenital utama gonore meliputi :

Uretritis

Epididimitis akut

Striktur uretra

Infeksi dubur : Dapat dengan nyeri , pruritus, atau tenesmus

10

Page 11: faringitis kronik wawah

Diagnosa

Kultur adalah tes diagnostik yang paling umum untuk gonore, yaitu dengan asam

deoksiribonukleat (DNA) probe dan kemudian polymerase chain reaction (PCR) assay dan

ligand chain reaction (LCR). Probe DNA adalah tes deteksi antigen yang menggunakan probe

untuk mendeteksi DNA gonore dalam spesimen.

Kultur swab dari tempat infeksi merupakan standar kriteria untuk diagnosis di semua tempat

potensial infeksi gonokokal. Kultur sangat berguna ketika diagnosis klinis tidak jelas, ketika

kegagalan pengobatan telah terjadi, ketika pelacakan kontak yang bermasalah, dan ketika

pertanyaan hukum muncul.

Terapi

Antara lain :7

Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single dose PLUS,

Azithromycin 1 g PO single dose OR

Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7 days

2. FARINGITIS KRONIK

Faringitis kronis atau persisten merupakan masalah menjengkelkan dan menyakitkan bagi

pasien. Hal ini dapat bertahan selama lebih dari 3 bulan dan sangat menggangu kehidupan

sehari-hari. Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang faringitis akut

atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering

konsumsi minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Bernafas

melalui mulut, ini dapat disebabkan oleh : Kelainan pada nasofarings, obstruksi pada hidung, dan

protruding teeth.

Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Factor

predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh

rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Factor lain

penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena

hidungnya tersumbat.2

11

Page 12: faringitis kronik wawah

a. Faringitis kronik hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior

faring.Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada

pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.2

Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk

yang bereak.2

Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras

argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur atau

tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di

hidung dan sinus paranasal harus diobati.2

b. Faringitis kronik atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis

atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan

rangsangan serta infeksi pada faring.2

Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada

pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak

mukosa kering2

Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi

ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.2

3. FARINGITIS SPESIFIK

a. Faringitis luetika

Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat disebabkan oleh Treponema palidum

yang dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti penyakit lues di organ lain. Gambaran

kliniknya tergantung pada stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.

1) Stadium primer

12

Page 13: faringitis kronik wawah

Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding

posterior faring berbentuk bercak keputihan.Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus

pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.Juga didapatkan pembesaran

kelenjar\ mandibular yang tidak nyeri tekan.

2) Stadium sekunder

Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah

laring.

3) Stadium tertier

Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan palatum.Jarang pada

dinding posterior faring.Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal

dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh

akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara

permanen.2

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologic. Terapi penisilin dalam dosis tinggi

merupakan obat pilihan utama.2

Gambar 4. Faringitis leutika

Gambar 5. Contoh lesi luetika pada palatum stadium dua

13

Page 14: faringitis kronik wawah

Gambar 6. Contoh gumma pada palatum molle pada stadium tiga

b. Faringitis tuberculosis

Faringitis tuberculosis merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru. Pada infeksi

kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring primer.Cara infeksi eksogen

yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.Cara

infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberculosis miliaris.Bila infeksi timbul

secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada

dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan

palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara limfogen.2

Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia. Pasien

mengeluh nyeri yang gebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar

limfa servikal.2

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asam, foto

toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsy jaringan yang terinfeksi untuk

menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di jaringan.2

Pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin selama 9 sampai 12 bulan merupakan terapi

yang paling efektif dan mampu mencapai hasil yang diinginkan dalam 99% dari pasien . Sumber

lain menyebutkan terapi sesuai dengan terapi tuberkulosis.2

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur Swab tenggorokan (Gold standard)

2. Darah Rutin

14

Page 15: faringitis kronik wawah

3. Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis Tb

4. Tes infeksi jamur dengan menggunakan pewarnaan KOH

5. Tes Antigen

6. ELISA

G. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,

mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi

komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini

terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.3

H. PROGNOSIS

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik, akan tetapi tergantung dari berat

ringan nya infeksi. Pasien dengan faringitis ringan biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta: 2010

2. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan

ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010

15

Page 16: faringitis kronik wawah

3. Mansjoer, A (ed). Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok, Edisi 3. FK

UI.Jakarta.2005

4. Acerra JR. Pharyngitis in Emergency Medicine. 2010. Diambil dari

http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview#a0199

5. Pommerville JC. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Ed ke-9. Sudbury: Jones &

Bartlett Publisher; 2011

6. Lipsky MS, King MS. Blueprints Family Medicine. Philadelphia: Lipincott; 2010

7. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat. India: Reed Elsevier; 2000

16