askep faringitis
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
Keperawatan Medikal Bedah I
Faringitis
Disusun Oleh:
1. Arif Sanjaya
2. Duma Tiodora
3. Dwi Julia putri
4. Dwi Angger Winarsih
5. Fitter Fernando
6. Fitri Mardhatillah
7. Lezi Ratniaty
8. Ollyvia Wanda Pujiastuti
9. Rahmat aprianto
10. Winda Ulfa Marhamah
Dosen Pembimbing : Ns. Gusnilawati, S.Kep, M.Epid
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Prodi DIII Keperawatan
TA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul”Askep Teoritis Faringitis”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sekalian serta dosen
pembimbing “Ns. Gusnilawati, S.Kep, M.Epid” yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Sehingga, makalah ini selesai dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Oktober 2014
Penulis
Daftar Isi
Cover Depan
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Faringitis..............................................................................
B. Klasifikasi Faringitis..............................................................................
C. Etiologi Faringitis..................................................................................
D. Manifestasi klinis..................................................................................
E. Patofisiologi..........................................................................................
F. Penatalaksanaan....................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan olehbakteri atau virus tertentu.Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com). Faringitis kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan
pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan
oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan.
B.Rumusan Masalah
1. apa itu faringitis?
2. Bagimana klasifikasinya, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang , faringiitis
3. Bagimana askep teoritis pada penderita faringitis?
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa faringitis itu, mulai dari pengertian, klasifikasinya, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang , faringiitis.
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien faringitis
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Faringitis
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan olehbakteri atau virus tertentu.Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com). Faringitis kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan
pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan
oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan.
B.Klasifikasi Faringitis
1. Faringitis akut
Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan semua infeksi akut
pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan
merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain disekitarnya.
Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada
tonsillitis namun juga mencangkup nasofaring, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan
keluhan nyeri tenggorok. faringitis streptokokus beta hemolitikus group A (SBHGA)
adalah infeksi akut orofaring dan nasofaring oleh SBHGA. (Raharjoe, 2012). Penyakit
ini sering bersama dengan radang hidung, disebut rinofaringitis atau bersama dengan
radang tonsil. Tonsilo-faringitis.Keluhan pasien ialah demam, rasa nyeri di tenggorok,
terutama untuk menelan air liur. Pada pemeriksaan akan tampak dinding faring belakang
sangat merah (hipermis). Pada tonsilofaringitis akut, selain dari dinding faring, juga
tonsil tampak merah dan membengkak (udem).
2. Faringitis kronis
Seringkali rasa nyeri di tenggorokan berlangsung lama. Pada pemeriksaan tampak
dinding faring belakang tidak terlalu merah, tetapi dindingnya tidak licin, tampak
berbenjol kecil-kecil (bergranula).
C.Etiologi
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus merupakan menyaji penyabab
terbanyak seperti :
1. Virus epstein barr (epstein barr virus, EBV) disertai dengan gejala infeksi mononukleus
seperti splenomegali dan limfadenopati generalisita.
2. Infeksi virus campak
3. Cytomegalovirus (CMV)
4. Virus rubella
5. Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus
parainfluinza
Mikroorganisme penyebab faringitis akut
mikroorganisme Kelainan yang ditimbulkam
Bakteri
Streptokokus, group A Faringitis, tonsillitis, demam scarlet
Streptokokus, group C dan G Faringitis, tonsillitis, scarlatiniform
Campuran bakteri anaerob Vincent’s angina
Neisserja gonorrhoeae Faringitis, tonsillitis
Corunebacterium diphtheriae difteri
Arcanobcterium haemolyticum Faringitis, scarlatiniform
Yersinia enterocolitica Faringitis, enterokolitis
Yersinia pestis Plague
Francisella tularensis Tularemia (oropharyngeal form)
Virus
Virus rino Common cold/rhinitis
Virus corona Common cold
Virus adeno Pharyngoconjunctival fever, IRA
Virus herpes simplex 1&2 Faringitis, gingivostomatitis
Virus parainfluenza Cold, croup
Virus coxsackie A Heparangina, hand-foot-and-mouth disease
Virus epstein-barr Infeksi mononucleosis
Virus sitomegalo Mononucleosis viris sitomegalo
Hman imunodeficiency virus Infeksi HIV primer
Virus influenza A dan B Influenza
mikroplasma
Mycoplasma pneumoniae Pneumoniae, bronchitis, faringitis
Klamidia
Champlidia psittaci IRA, pneumonia
C. pneumoniae Pneumonia, faringitis
D.Manifestasi klinis
Tanda dan gejala faringitis :
1. Awitan akut disertai mual muntah
2. Faring hiperemis
3. Nyeri tenggorokan
4. Tonsil bengkak dengan eksudasi
5. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
6. Uvula bengkak dan merah
7. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
8. Ruam skarlatina
9. Petekie palatinum mole
10. Nyeri telan
11. Sulit menelan
12. Demam
13. Tonsil hyperemia
14. Mulut berbau
15. Otalgia (sakit di telinga)
E. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal
terdapat hipertermi , kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula
serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau
terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membeng kak sehingga timbul radang pada
tenggorok atau faringitis. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan
iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat
karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan
sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
F. PETALAKSANAAN
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250
mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal
ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut.(1 ounce = 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran).
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar
faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
BAB III
ASKEP TEORITIS FARINGITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Pekerjaan, Agama, suku bangsa, dll
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh demam , nyeri tenggorokan, dan kesulitan menelan.
b. Riwayat Kesehatan dahulu
mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah
menjalani perawatan RS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien / klien yang menggalmai penyakit yang
sama
d. Riwayat Psikososial
Ada/tidak riwayat merokok
3. Pemeriksaan Fisik di Fokuskan
Terkadang pasien dengan faringitis yang disertai dengan gejala flu yang lain seperti
demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Namun penyakit ini dengan mudah dapat
dikenali dengan pemeriksaan tenggorokan pasien.
Pada pemeriksaan ini ditemukan peradangan pada daerah faring dan tanda berupa
kemerahan serta ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe regional / disekitarnya,
pada kasus yang berat bisa ditemukan nanah / eksudat. Pasien mengalami nyeri
tenggorakan dan nyeri menelan. Hal ini disebutkan karena adanya peradangan pada
faring. Dapat menentukan apakah ada keterbatasan gerak pada leher karena adanya
pembesaran kelenjar getah bening di leher. Pemeriksaan lainnya:
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau isirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi,
dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
d. Observasi
1. Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2. Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3. Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4. Perilaku: gelisah, takut
5. Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,
kesulitan menelan.
6. Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
2. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau
pembekakan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro muskuler (hilangnya
reflek muntah)
Discharge planning
1. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin
2. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet
3. Memakai masker di kawasan yang berdebu dan berpolusi
4. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya tahan tubuh
5. Berkumur-kumur dengan air garam minimal 3-4 kali sehari
6. Mengkompres dengan air hangat pada leher
7. Istirahat dan tidur
C.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil intervensi
1 Nyeri b.d iritasi jalan
napas atas sekunder
akibat infeksi
NOC:
Mampu mengontrol
nyeri(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
majemen nyeri
Mampu mengenali
nyerib(skala
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelsh
nyeri berkurang
NIC
Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
termasuk karakteristik
, lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi reaksi non
verbal dari
ketidaknyamanan.
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalamanan nyeri
pasien.
Kaji kultur yang
memperngaruhi
respon nyeri
Evaluasi
pengalamanan nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau.
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan.
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
kontrol nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presepitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
( farmakologi dan non
farmakologi ) dan
( interpersonal )
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menemukan
intervensi
Ajarkan tentang shock
non farmakologi
Berikan analgesik
teknik non
farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter
2 Hambatan
komunikasi verbal
b.d iritasi jalan napas
atas sekunder akibat
infeksi atau
pembekakan
NOC :
Self estreem,
situasion
Communication
impaired verbal
Kreiteria hasil :
Lingkungan yang
supportif yang
bercirikan hubungan
dan tujuan anggota
keluarga
Menggunakan
aktivitas yang
menyenangkan,
menarik dan
menyenangkan
untuk meningkatkan
kesejahteraan
Interaksi sosial
dengan orang,
kelompok atau
organisasi
Memahami dampak
dari perilaku diri
pada interaksi sosial
NIC :
Buat interaksi
terjadwal
Dorong pasien ke
kelompok atau
program keterampilan
interpersonal
Identifikasi perubahan
perilaku tertentu
Berikan umpan balik
positif bila pasien
berinteraksi dengan
orang lain.
3 Intoleransi aktivitas
b/d kelemahan,
NOC
Energy conversation
Activity tolerance
Self care: ADLs
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
NIC
Kolaborasikan dengan
tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
program terapi
Bantu klien untuk
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi,
dan RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari-
hari(ADLs) secara
mandiri
Tanda-tanda vital
normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah:
dengan atau tanpa
bantuan alat
Status
kardiopulmonari
adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi:
pertukaran gas damn
ventilasi adekuat
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
altivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
4 Gangguan menelan
b.d abnormalitas
orofaring, gangguan
neuro muskuler
(hilangnya reflek
muntah)
NOC
Pencegahan aspirasi
Ketidakefektifan
pola menyusui
Status menelan:
tindakan pribadi
untuk mencegah
pengeluaran cairan
dan partikel padat
ke dalam paru
Status menelan: fase
esofagus:
penyaluran cairan
atau partikel padat
dari faring
kelambung
Status menelan: fase
oral: persiapan,
penahanan dan
pergerakan cairan
atau partikel padat
kearah posterior
dimulut
Status menelan: fase
faring: penyaluran
cairan atau partikel
padat dari mulut ke
esofagus
Kriteria Hasil:
Dapat
mempertahankan
NIC
Memantau tingkat
kesadaran, refleks
batuk, reflek muntah
dan kemampuan
menelan
Memonitorstatus paru
menjaga/mempertaha
nkan jalan napas
Posisikan tegak 90
drajat atau sejauh
mungkin
Jauhkan manset trakea
meningkat
Jauhkan pengaturan
hisap yang tersedia
Menyuapkan
makanan dalam
jumlah kecil
Periksa penempatan
tabung NG
gastrostomy sebelum
menyusui
Periksa tabung NG
atau gastrostomy sisa
sebelum makan
Hindari makanan jika
residu tinggi tempat
“perwarna” dalam
tabung pengisi NG
Hindari cairan atau
makanan dalam
mulut
Kemampuan
menelan adekuat
Pengiriman bolus ke
hipofaring selaras
dengan refleks
menelan
Kemampuan untuk
mengosongkan
rongga mulut
Mampu mengontrol
mual dan muntah
Imobilitas
konsekuensi:
fisiologis
Pengetahuan tentang
prosedur
pengobatan
Tidak ada kerusakan
otot tenggorokan
atau otot wajah
menelan,
mengerakkan llidah,
atau refleks muntah
Pemulihan pasca
prosedur
pengobatan
Kondisi pernapasan,
ventilasi adekuat
Mampu melakukan
perawatan terhadap
non pengobatan
parenteral
menggunakan zat
pengental
Penawaraan makanan
atau cairan yang dapat
dibentuk menjadi
bolus sebelum
menelan
Potong makanan
menjadi potong-
potong kecil
Permintaan obat
dalam bentuk obat
mujarab
Istirahat atau
menghancurkan pil
sebelum diberikan
Jauhkan kepala
tempat tidur
ditinggikan 30 sampai
45 menit setelah
makan, sesuai
Sarankan
barpidato/berbicara
patologi berkonsultasi
Sarankan barium
menelan kue atau
vidio fluoroskopi,
sesuai
Mengidentifikasi
faktor emosi atau
psikologis yang
memghambat
menelan
Dapat mentoleransi
ingesti makanan
tanpa tersedak atau
aspirasi
Menyusui adekuat
Kondisi menelan
bayi
Memelihara kondisi
gizi: makanan dan
asupan cairan ibu
dan bayi
Hidrasi tidak
ditemukan
Pengetahuan
mengenai cara
menyusui
Kondisi pernafasan
adekuat
Tidak terjadi
gangguan
neurologis
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan olehbakteri atau virus tertentu.Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang
juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
B. Saran
Faringitis dapat dicegah sejak dini dengan pengaturan gaya hidup terutama dalam
pengkonsumsian makanan dan orang perokok lebih rentan terkena penyakit faringitis. Kita
selaku tenga kesehatan menginformasikan bagimana pencegahan,pengobatan yang dapat
dilakukan oleh pasien faringitis, sehingga tidak akan menimbulkan tingkat keparahan yang
kronis.
Daftar Pustaka
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien_1
Huda Amin Nuratif . Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. 2013: jilid 1